Pre Eklampsia
-
Upload
farid-hussein -
Category
Documents
-
view
50 -
download
1
Transcript of Pre Eklampsia
PREEKLAMPSIA
A. Definisi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
B. Patofisiolgi Preeklampsia
– Vasospasme.
Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan aliran darah dan
berkembang untuk terjadinya hipertensi arterial. Vasospasme sendiri
menyebabkan kerusakan dinding pembuluh darah. Selain itu angiotensin II
dapat mempengaruhi langsung sel endotel kapiler dan menyebabkan sel
tersebut berkontraksi . Perubahan –perubahan ini dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan endotel dan kebocoran antar endotel, sehingga dapat
dilalui oleh unsur-unsur darah seperti trombosit dan fibrinogen yang
tertimbun pada lapisan subendotel. Perubahan vaskuler bersama-sama
dengan hipoksia pada jaringan sekitarnya, diperkirakan menimbulkan
perdarahan, nekrosis dan gangguan organ lain seperti yang ditemukan
preeklampsia berat.
– Peningkatan respon pressor
Wanita hamil normal memiliki resistensi terhadap efek pressor pemberian
angiotensin II. Pada wanita hamil yang menderita hipertensi yang
didinduksi oleh kehamilan memiliki sensitivitas vaskuler yang tinggi terhadap
angiotensin II.
– Respon pressor telentang
Gant dan kawan-kawan (1974) berpendapat bahwa sebagian nullipara yang
bila berbalik dari tidur miring menjadi telentang, meunjukan kenaikan
tekanan darah diastolik paling sedikit 20 mmHg pada kehamilan 28-32 mg
dikemudian hari akan mengalami hipertensi, dan pada wanita ini juga
mempunyai kepekaan yang abnormal terhadap angiotensin II dan tidak
terjadi pada yang sebaliknya.
C. Aspek Klinik Preeklampsia
Gambaran klinik : dua gejala yang penting pada preeklemsia adalah
hipertensi dan proteinuria, merupakan kelainan yang kurang disadari
oleh wanita hamil.
Peningkatan tekanan darah : peningkatan tekanan darah adalah tanda
peringatan awal preeklampsia. Peningkatan tekanan diastolik lebih
bermakna dari sistolik. Tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang
menetap adalah menunjukan keadaan abnormal.
Kenaikan berat badan : kenaikan berat badan normal adalah 1 pon (0,45
kg) /mg tetapi bila lebih dari 2 pon /mg atau 6 pon/bulan maka perlu
dicurigai adanya preeklampsia
Nyeri kepala : sering didaerah frontal kadang-kadang oksipital yang
tidak hilang dengan analgesik biasa.
Nyeri epigastrium: akibat nekrosis hepatoseluler, edema dan regangan
pada kapsul Glissoni.
Gangguan penglihatan : hal ini disebabkan oleh vasospame, iskemia
dan ptekie pada korteks oksipital atau spasme ateriol, iskemia serta
edema dan ablasio retina.
D. DIAGNOSIS
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga (trias) gejala,
yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan proteinuria.
Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa
kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari tangan, dan
muka. Tekanan darah 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau
tekanan diastolic > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit.
Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai
bakat preeklampsia. 1,2,3
Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau
pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2; atau kadar protein 1 g/l dalam urin yang
dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak
waktu 6 jam. 1,2,3
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut:
Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau diastolic 110 mmHg.
Proteinuria + 5 g/24 jam atau 3 pada tes celup.
Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam).
Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan.
Nyeri epigastrium dan ikterus.
Edema paru atau sianosis.
Trombositopenia.
Pertumbuhan janin terhambat.
E. KOMPLIKASI
Tergantung derajat preeklampsia atau eklampsianya. Yang termasuk komplikasi
antara lain atonia uterus (uterus Couvelaire), sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver
enzymes, low platelet count) ablasio retina, KID (koagulasi intravaskular diseminata),
gagal ginjal, perdarahan otak, edema paru , gagal jantung, hingga syok dan kematian.
Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi
uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. 1,2,3
F. DIAGNOSIS BANDING
Hipertensi Gestational
Superimpossed preeklamsia
Hipertensi kronik.
G. PENANGANAN
Penanganan Preeklampsia Berat
Penanganan preeklampsia berat/eklampsia dapat aktif atau konservatif. Aktif
berarti kehamilan diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian pengobatan
medisinal. Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan
pemberian pengobatan medicinal.
Penanganan Aktif
Penderita harus segera dirawat dan sebaiknya dirawat diruangan khusus di daerah
kamar bersalin. Tidak perlu ruangan yang gelap, tetapi ruangan denagn penerangan cukup.
Penderita ditangani secara aktif bila didapatkan satu/ lebih keadaan dibawah ini : ibu
dengan kehamilan 35 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda impending eklampsia,
adanya sindrom HELLP, atau kegagalan penanganan konservatif. Atau pada janin
ditemukan tanda-tanda gawat janin atau adanya tanda-tanda IUGR.
Pengobatan Medisinal
Pengobatan medicinal untuk mencegah timbulnya kejang dapat diberikan:
1. Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat diberikan dengan dosis awal 4 gram dalam 250 cc dekstrose 10 %.
Dosis pemeliharaan dilanjutkan sebanyak 2 gram/jam. Syarat pemberian magnesium sulfat
: refleks patella (+), frekuensi nafas > 16 x/menit, tidak ada tanda-tanda distress
pernapasaan, diuresis > 100 cc/ 4jam.
Kadar terapeutik MgSO4 .7H2O USP adalah 4,8 –8,4 mg/dl. Efek utama adalah blokade
perifer dari neuromuscular jnction, efek hipotensi ringan dan tokolisis pada persalinan
premature.
Sulphas magnesikus dihentikan bila ada tanda-tanda intoksikasi atau 24 jam pasca
persalinan atau setelah 6 jam pasca persalinan terdapat perbaikan yang nyata.
Untuk anti dotum magnesium sulfat perlu disediakan kalsium glukonas 10% (1 gr dalam
10cc diberikan i.v dalam 3 menit).
1. Diazepam 20 mg IM
2. klorpromazin 50 mg IM
Obat-obatan antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau
tekanan diastolic > 110 mmHg. Obat yang dipakai adalah nifedipin dengan dosis 3-4 x 10
mg oral. Bila dalam 2 jam tidak terdapat penurunan tekanan darah dapat diberikan 10 mg
lagi.
Obat hipertensi lain yang dapat digunakan adalah klonidin (catapres). Pemberian
klonidin apa bila tekanan darah systole > 180 mmHg atau diastole > 120 mmHg. Cara
pemberiannya adalah 150 ngr catapres diencerkan dengan 10cc dekstrose 5 %, 75 nmgr
diberikan pelan-pelan iv selam 5 menit dan diperiksa tekanan darah setelah pemberian.
Bila tak ada penurunan tekanan darah, klonidin sisa 75 ngr tadi dapat diberikan. 1,6
Pengobatan Obstetri
Cara Terminasi Kehamilan
Bila penderita belum inpartu maka lakukan induksi persalinan dengan amniotomi,
oksitosin drip, kateter foley, prostaglandin E2.
SC bila syarat oksitosin drip tak terpenuhi atau adanya kontra indikasi untuk oksitosin
drip.
Kala II : dibantu dengan forseps ekstraksi dalam narkose.
Penanganan Konservatif
Pada kehamilan < 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan keadaan janin baik dilakukan penanganan secara konservatif .
Penanganan Medisinal : sama perawatan medisinal pada cara aktif.
Pengobatan Obstetrik : selama perawatan konservatif observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak ada terminasi.
Sulphas magnesikus, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila dalam 24 jam
tidak ada perbaikan maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan pengobatan medicinal
dan harus diterminasi. 1,6
Forcep Ekstraksi/ Ekstraksi Cunam
A. Definisi : suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam
yang dipasang di kepalanya.
Bentuk dan bagian-bagian cunam:
a. Daun cunam : umumnya mempunyai dua lengkungan. Lengkungan kepala
dan panggul seperti cunam Naegel dan Simpson. Cunam hanya satu
lengkungan panggul saja seperti cunam Kjelland.
b. Tangkai cunam
c. Kunci cunam
d. Pemegang cunam
B. Jenis cunam berdasarkan bentuk :
1. Tipe Simpson : mempunyai tangkai cunam terbuka, lengkungan kepala
lebih mendatar dan lebar. Baik untuk kepala janin yang sudah mengalami
molase.
2. Tipe Elliot : mempunyai tangkai tertutup, lengkungan kepala lebih bundar
dan sempit. Baik untuk kepala janin yang belum mengalami molase.
3. Tipe khusus : seperti cunam Piper untuk untuk melahirkan kepala pada
letak sungsang.
C. Fungsi Cunam : ekstraktor, rotator atau ekstraktor dan rotator bersama-sama.
D. Pembagian pemakain cunam :
1. Cunam tinggi
2. Cunam tengah
3. Cunam rendah
E. Indikasi :
1. Indikasi relatif :
a. Indikasi de Lee : Ekstraksi cunam atas indikasi elektif dimana pada proses
persalinan dilakukan anastesia yang mengakibatkan hilangnya tenaga
mengejan. Ekstraksi cunam dengan sarat kepala sudah didasar panggul,
putaran paksi dalam sudah sempurna, m. levator ani sudah teregang dan
sarat-sarat ekstraksi cunam lainnya sudah dipenuhi.
b. Indikasi Pinard : sama seperti de Lee, hanya penderita disini sudah
mengejan selama 2 jam.
2. Indikasi absolut:
a. Indikasi ibu: preeklampsia/eklampsia, ruptur uteri membakat, ibu dengan
penyakit jantung, paru.
b. Indikasi janin : gawat janin
c. Indikasi waktu: kala II memanjang
F. Syarat – syarat:
1. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada CPD)
2. Pembukaan servik lengkap.
3. Kepala janin sudah cakap (sudah engagement)
4. Kepala janin harus dapat dipegang cunam.
5. Janin hidup.
6. Ketuban sudah pecah /dipecah.
Kontra indikasi : bila semua sarat dipenuhi tidak ada kontraindikasi
G. Persiapan
1. Persiapan untuk ibu:
a. Posisi tidur litotomi.
b. Rambut vulva dicukur.
c. Kandung kemih dan rektum dikosongkan .
d. Desinfeksi vulva.
e. Infus bila diperlukan.
f. Narkosis bila diperlukan.
g. Kain penutup pembedahan.
h. Gunting episiotomi.
i. Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir.
j. Uterotonika.
2. Persiapan untuk janin :
a. Alat-alat pertolongan persalinan.
b. Alat penghisap lendir.
c. Oksigen.
d. Alat resusitasi bayi.
3. Persiapan untuk dokter :
a. Mencuci tangan.
b. Sarung tangan suci hama.
c. Baju operasi suci hama.
H. Cara pemasangan cunam :
1. Pemasangan sefalik.
2. Pemasangan pelvik.
I. Cara ekstraksi cunam : ada tujuh langkah
1. Penolong membayangkan bagaimana cunam akan dipasang.
2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.
3. Mengunci sendok cunam.
4. Menilai hasil pemasangan daun cunam.
5. Ekstraksi cunam percobaan.
6. Ekstraksi cunam definitif.
7. Membuka dan melepaskan sendok cunam.
Ekstraksi Cunam gagal :
1. Sendok cunam tidak dapat dikunci meskipun pemasangan cunam sudah betul.
2. Tiga kali traksi dengan tenaga cukup janin tidak dapat lahir.
J. Komplikasi :
a. Ibu : perdarahan akibat atonia uteri atau trauma jalan lahir, simfisiolisis,
fraktur os koksigis, infeksi pasca persalinan.
b. Janin:
– Luka pada kulit kepala.
– Cedera m.sternokleidomastoideus
– Paralis N.VII
– Fraktur tulang tengkorak.
– Perdarahan intrakranial.
KASUS
Nama : Ny IYR
Umur : 29 th
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Belimbing
MR :392455
________________________________________________________________________
Anamnesis
Seorang pasien berumur 29 tahun masuk KB RS Dr M Djamil Padang pada
tanggal 16 Oktober 2004 jam 12.00 WIB kiriman Poliklinik kebidanan dengan D/
G3P1A1H1 gravid aterm (40 - 41 mg) + PEB. Anak hidup tunggal intrauterin
Keluhan Utama :
Sembab pada kaki, tangan dan wajah sejak 1 bulan yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang:
- Sembab pada kaki, telapak tangan dan wajah sejak 1 bulan yang lalu
- Nyeri pinggang yang menjalar ke ari-ari tidak ada
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan tidak ada
- Keluar darah yang banyak dari kekaluan tidak ada
- Keluar air-air yang banyak dari kemaluan tidak ada
- Tidak haid sejak 9 bulan yang lalu
- HPHT : 5 – 1 – 2004 TP : 12 – 10- 2004
- Gerak anak dirasakan sejak 4 bulan lalu
- Nyeri ulu hati tidak ada
- Pandangan mata kabur tidak ada
- Sakit kepala tidaka ada
- RHM : mual (+), muntah (-), hipertensi (-)
- PNC : kontrol tidak teratur ke bidan
- RHT : mual (-), muntah (-), hipertensi (+)
- Riwayat menstruasi: menarche usia 14 tahun, teratur, 1 X 28 hari, 4-7
hari, 2-3 X ganti duk/hari, nyeri haid (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada menderita penyakit jantung, paru, ginjal, hati, DM dan hipertensi.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.
Riwayat Perkawinan : 1 X tahun 2002
Riwayat Kehamilan / Abortus / Persalinan : 3 / 1 / 1
1. Tahun 2003, perempuan,lahir dibidan, cukup bulan, spontan, BB 3000 gr
hidup.
2. Tahun 2003, abortus komplet 8-10 mg
3. Sekarang
Riwayat KB : tidak ada
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum : sedang Keadaan gizi : sedang
Kesadaran : cmc Sianosis : -
Tek.darah : 165 / 100 mmHg Anemis : -
Nadi : 97 x/menit Edema : +
Frek. Nafas : 22 x/I TB : 150 cm
Suhu : 37 C BB : 68 Kg
Kepala : mata : kelopak mata edema, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak membesar
THT : tidak ada kelainan
Thoraks :
Paru : I : simetris kiri = kanan
Pa : fremitus normal, kiri = kanan
Pe : sonor
A : vesicular normal, wheezing (-), ronkhi (-).
Jantung : I : iktus tak terlihat
Pa : iktus teraba 1 jari LMCS RIC V
Pe : batas-batas jantung dalam batas normal
A : irama teratur, murni , bising (-).
Abdomen : status obstetric
Genitalia : status obstetric
Ekstremitas : edema +/+, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/-
Status Obstetrikus:
Muka : cloasma gravidarum (+)
Mamae : membesar, A/P hiperpigmentasi, colostrums (+)
Abdomen :
Inspeksi : membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana
hiperpigmentasi
Palpasi :LI : fundus uteri teraba 3 jari bawah proc. Xiphoideus.
Teraba massa besar noduler, lunak
LII: tahanan terbesar sebelah di kiri, bagian kecil di kanan
LIII: teraba massa bulat, keras, terfiksir
LIV: bagian terendah janin sudah masuk PAP
TFU : 30 cm TBA : 2635 gr His : -
Perkusi : pekak
Auskultasi : bising usus (+) N, BJA 12-11-12
Genitalia :
Inspeksi : V/U : tenang, PPV (-)
Pemeriksaan Laboratorium:
Darah : Hb : 11,5 g% Urine: Protein : +2
Leukosit : 10800/mm3
Trombosit : 100.000/mm3
Diagnosis Kerja:
G3P1A1H1 gravid aterm (40 – 41 mg) + PEB
anak hidup tunggal, intrauterine, letak kepala.
Sikap :
Rawat kamar isolasi Preeklampsia
regimen Sulfas Magnesikus inisial 4 gr SM dalam dextrose 10% 250 cc/15 menit
kontrol VS, BJA, Reflek Patella, balance cairan
Pasang folley catheter
Konsul interne dan mata
FOLLOW UP
16 – 10 -2004 jam 12.40 WIBDimulai regimen SM dosis inisial
Jam 12.55Selesai regimen SM dosis inisial
A/: pandangan mata kabur (-), nyeri ulu hati(-), sakit kepala (-), nyeri pinggang menjalar keari-ari (-), demam (-)
PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas suhu Urin Sedang composmentis 160/90 90 x/mnt 22 x/I 37C 20cc/15’
Mata : kelopak mata edema, konjungtiva tidak anemik, sclera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak membesar
Toraks : cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen :Inspeksi : membuncit sesuai usia kehamilan aterm, linea mediana
hiperpigmentasi
Palpasi :LI: fundus uteri teraba 3 jari bawah proc. Xiphoideus.
Teraba massa besar, noduler lunak
LII: tahanan terbesar sebelah kiri, bagian kecil di kanan
LIII: teraba massa bulat, keras, terfiksir
LIV: bagian terendah janin sudah masuk PAP
TFU : 30 cm TBA : 2635 gr His : -
Perkusi : pekak
Auskultasi : bising usus (+) N, BJA 146x/mnt
Genitalia :
Inspeksi : V/U : tenang, PPV (-), terpasang kateter
VT : 2-3 cm , ketuban (+). Teraba kepala H I- II
UPD : promontorium :tidak tercapai Line ionmimata : teraba 1/3-1/3 Sakrum : cekung DSP : lurus Spina ischiadika : tidak menonjol Os koksigis : bisa digerakan Arkus Pubis : > 900
UPL : DIT dapat dilalui 1 tinju dewasa (10,5 cm)
Kesan pnggul luas
Extremitas : edema+/+ , Reflek Patella +/+
Diagnosis kerja :
G3P1A1H1 gravid aterm (40-41 mg) + kala I laten + PEB + selesai regimen SM dosis
inisial
anak hidup tunggal, intrauterine, letak kepala HI-II
Sikap :
Lanjutkan regimen SM dosis maintanance 2 gram /jam
kontrol KU, VS, BJA, balance cairan, Reflek Patella
Jam 13.00 WIB
Dilakukan amniotomi, keluar cairan ketuban, warna jernih ± 100 cc
Dilakukan drip induksi Sintosinon 5 IU dalam 500 cc RL, dimulai tetesan 10 tts/ mnt,
dinaikkan 5 tts tiap 30 mnt sampai his adekuat atau maksimum 60 tts/mnt (40 IU)
Jam 17.15 WIB
Selesai dilakukan drip induksi kolf I
A : nyeri pinggang menjalar keari-ari (+) dan kuat, pandangan mata kabur (-), nyeri ulu
hati (-)
PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas His Sedang composmentis 149/87 88 x/I 20 x/I 3-4 /40’’/sdg
BJA : 140x/mnt Ref. Patella :+/+Genitalia :
Inspeksi : V/U : tenang, PPV (-),
VT : 7-8 cm, ketuban (-), sisa jernih, teraba kepala UUK ki-dep HIII
Jawaban Konsul mata : gambaran Fundus eklampsia sedang. Anjuran terapi sesuai bagian
Obgin.
Jawaban konsul interne : saat ini tidak ada kontraindikasi mutlak untuk dilakukan narkose
umum. Anjuran terapi sesuai bagian Obgin
D/ : G3P1A1H1 parturien aterm (40-41mg) + kala I fase aktif + PEB dalam regimen
SM dosis maintanance. Selesai drip induksi kolf I
Anak hidup tunggal intrauterin let- kep UUK ki-dep HIII
Sikap : lanjutkan drip induksi kolf ke II 10 IU dalam 500 cc RL 30 tts/mnt
Kontrol VS, BJA, HIS, Reflek Patella
Pasien dibawa ke OK
R/ Forcep Ekstraksi dalam narkose, bantu kala II
Jam 17.20 WIB
Dimulai drip induksi kolf ke II dengan sintosinon 10 IU dalm 500 cc RL 30 tts/mnt
Jam 18.20 WIB
A : pasien merasa kesakitan dan ingin mengejan
PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas His Sedang composmentis 140/90 92 x/mnt 20 x/mnt 2-3/50’’/kuat
BJA 148 x/ mnt
Abdomen : SO
Genitalia : VT : lengkap, ketuban (-), sisa jernih letak kepala UUK depan H III+
D/ G3P1A1H1 parturien aterm (40-41 mg) + kala II + PEB dalam regimen dosis
maintanance. Anak hidup tunggal intrauterin UUK depan H III+
Sikap :
.Siapkan Forcep Ekstraksi dalam narkose
kontorl VS, BJA, HIS, 0 bundel
R/ FE dalam narkose (bantu kala II)
LAPORAN PARTUS
Tanggal 16 -10- 2004 jam 18.45 WIB telah lahir bayi perempuan secara Forcep Ekstraksi
dengan BB = 2574 gr, PB = 49 cm, A/S = 7/8.
Plasenta lahir spontan lengkap 1 buah, berat 500 gr, PJTP = 50 cm, insersi paracentral.
Dilakukan eksplorisasi, luka episiotomi dijahit dan dirawat
D/ Para 2A1H2 post partus maturus secara FE
Anak dan ibu baik
S/ Awasi pasca tindakan
Kontrol KU, VS, balance cairan
Lanjutkan regimen SM dosis maintanance sampai 24 jam post partum
Tanggal 17-10-2004 jam 07.00 WIB
A : pandangan mata kabur (-), kejang (-), nyeri uluhati (-), ppv(-), BAK (+) kateter,
BAB (-)
PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas Urin Sedang composmentis 140/90 80 x/mnt 21 x/mnt 300 cc/8 jam
Reflek patela +/+
Mata : kelopak mata edema berkurang
Leher dan torak : dlm batas N
Abdomen :
Inspeksi : perut tidak mem buncit,
Palpasi : fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-),
NL(-),DM(-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Genitalia : inspeksi : V/U : tenang, lokia rubra (+), terpasang kateter
Extremitas: edema +/+ berkurang
Diagnosis : Para2 A1 H2 post FE a.i. PEB , ibu baik, anak dirawat dibangsal anak nifas
hr ke –1
Sikap :
Kontrol KU,VS, balance cairan,PPV
Rawat luka episiotomi
Th/ : Mestamox 3 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Inbion 1x1
Jam 16.00 WIB
A : pandangan mata kabur (-), kejang (-), nyeri uluhati (-), ppv(-), BAK (+) kateter,
BAB (-)
PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas Urin Sedang composmentis 138/70 88 x/mnt 20 x/mnt 150 cc/ jam
Reflek patela +/+
Mata : kelopak mata edema berkurang, konjungtiva tidak anemis
Leher dan torak : dalam batas N
Abdomen :
Inspeksi : perut tidak membuncit,
Palpasi : fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-),
NL(-),DM(-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+)
Genitalia : inspeksi : V/U : tenang, lokia rubra (+), terpasang kateter, luka episiotomi
terawat
Diagnosis : Para2 A1 H2 post FE a.i. PEB , ibu baik, anak dirawat dibangsal anak nifas
hr ke –1
Sikap :
Pindah rawat ke KR. Jika sudah 24 jam post partum infus distop
Kontrol KU,VS, balance cairan,PPV
Rawat luka episiotomi
Th/ : Mestamox 3 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Inbion 1x1
18-10-2004
A : pandangan mata kabur (-), kejang (-), nyeri uluhati (-), ppv(-), BAK (+) kateter,
BAB (-), edema jauh berkurang
PF/: KU Kesadaran Tek.darah denyut nadi frek.napas suhu Sedang composmentis 130/80 84 x/mnt 20 x/mnt 370C
Mata :kelopak mata edema berkurang
Abdomen :
Inspeksi : perut tidak membuncit,
Palpasi : fundus uteri teraba 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, NT(-),
NL(-),DM(-)
Genitalia : inspeksi : V/U : tenang, lokia rubra (+), terpasang kateter, luka episiotomi
terawat
Diagnosis : Para2 A1 H2 post FE a.i. PEB , ibu baik, anak dirawat dibangsal anak nifas
hr ke –2
Sikap :
Mobilisasi bertahap
Breast care
Diet TKTP
Th/ : Mestamox 3 x 500 mg
Metronidazol 3 x 500 mg
Inbion 1x1
R/ boleh pulang nifas hari ke -3
Kontrol kepoli 1 mg kemudian
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia 29 tahun dengan diagnosis masuk
G3P1A1H1 gravid aterm 40-41 mg dengan PEB, anak hidup tunggal intra uterin letak
kepala. Diagnosis PEB ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Dari anamnesis didapatkan keluhan berupa sembab dikaki,tangan dan wajah dan adanya
tekanan darah tinggi pada kehamilan tua. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
yang tinggi 165/100 mmHg, edema pada kelopak mata, kaki, tangan dan wajah.
Sedangkan pada laboratorium didapatkan protein urin +2, dan tormbosit 100.000/mm3
(trombositopeni). Sedangkan keluhan yang bersifat subjektif seperti nyeri uluhati , sakit
kepala dan pandangan kabur tidak ditemukan pada pasien ini.
Pasien ini dipasang regimen SM dosis inisial dan maintannce untuk mencegah
timbulnya kejang. Dan dilakukan drip induksi dan persalinan dengan Forcep Ekstraksi
dalam narkose atas indikasi ibu yakni preeklamsia setelah diketahui tidak adanya kontra
indikasi dan memenuhi syarat FE. Kemudian lahir seorang bayi perempuan BB = 2574
gram, PB = 49 cm, AS = 7/8. Yang mesti diawasi pada pasien ini pasca persalinan adalah
adanya ppv karena terjadi trombositopeni, namun tidak terjadi ppv pada pasien ini.
Penderita boleh dipulangkan pada hari nifas ketiga karena keadaan ibu membaik,
tekanan darah berangsur normal dan edema jauh berkurang dan tidak ada tanda-tanda
infeksi pada luka episiotomi ibu.
Seharusnya yang paling pada kasus preeklamsia ini adalah prenatal care yang
baik, dan teratur untuk mencegah resiko dan komplikasi terjadinya preeklampsia dan
eklampsia.