POLIP NASI.doc

16
POLIP NASI 1. Definisi Polip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu – abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning – kuningan atau kemerah – merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa). Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal. 2. Etiologi Polip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu – raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan

Transcript of POLIP NASI.doc

POLIP NASI

1. DefinisiPolip nasi adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa).Polip kebanyakan berasal dari mukosa sinus etmoid, biasanya multipel dan dapat bilateral. Polip yang berasal dari sinus maksila sering tunggal dan tumbuh ke arah belakang, muncul di nasofaring dan disebut polip koanal. 2. EtiologiPolip hidung biasanya terbentuk sebagai akibat reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung. Peranan infeksi pada pembentukan polip hidung belum diketahui dengan pasti tetapi ada keragu raguan bahwa infeksi dalam hidung atau sinus paranasal seringkali ditemukan bersamaan dengan adanya polip. Polip berasal dari pembengkakan lapisan permukaan mukosa hidung atau sinus, yang kemudian menonjol dan turun ke dalam rongga hidung oleh gaya berat. Polip banyak mengandung cairan interseluler dan sel radang (neutrofil dan eosinofil) dan tidak mempunyai ujung saraf atau pembuluh darah. Polip biasanya ditemukan pada orang dewasa dan jarang pada anak anak. Pada anak anak, polip mungkin merupakan gejala dari kistik fibrosis.

Yang dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya polip antara lain :

a. Alergi terutama rinitis alergi.

b. Sinusitis kronik.

c. Iritasi.

d. Sumbatan hidung oleh kelainan anatomi seperti deviasi septum dan hipertrofi konka.

3. Gejala KlinisGejala utama yang ditimbulkan oleh polip hidung adalah rasa sumbatan di hidung. Sumbatan ini tidak hilang timbul dan makin lama semakin berat keluhannya. Pada sumbatan yang hebat dapat menyebabkan gejala hiposmia atau anosmia. Bila polip ini menyumbat sinus paranasal, maka sebagai komplikasinya akan terjadi sinusitis dengan keluhan nyeri kepala dan rinore.

Bila penyebabnya adalah alergi, maka gejala yang utama ialah bersin dan iritasi di hidung.

Pada rinoskopi anterior polip hidung seringkali harus dibedakan dari konka hidung yang menyerupai polip (konka polipoid). Perbedaan antara polip dan konka polipoid ialah :

Polip :

a. Bertangkai

b. Mudah digerakkan

c. Konsistensi lunak

d. Tidak nyeri bila ditekan

e. Tidak mudah berdarah

f. Pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin) tidak mengecil.

4. PatofisiologiPada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi oleh cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab menjadi polipoid. Bila proses terus berlanjut, mukosa yang sembab makin membesar dan kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai, sehingga terbentuk polip.

Polip di kavum nasi terbentuk akibat proses radang yang lama. Penyebab tersering adalah sinusitis kronik dan rinitis alergi. Dalam jangka waktu yang lama, vasodilatasi lama dari pembuluh darah submukosa menyebabkan edema mukosa. Mukosa akan menjadi ireguler dan terdorong ke sinus dan pada akhirnya membentuk suatu struktur bernama polip. Biasanya terjadi di sinus maksila, kemudian sinus etmoid. Setelah polip terrus membesar di antrum, akan turun ke kavum nasi. Hal ini terjadi karena bersin dan pengeluaran sekret yang berulang yang sering dialami oleh orang yang mempunyai riwayat rinitis alergi karena pada rinitis alergi terutama rinitis alergi perennial yang banyak terdapat di Indonesia karena tidak adanya variasi musim sehingga alergen terdapat sepanjang tahun. Begitu sampai dalam kavum nasi, polip akan terus membesar dan bisa menyebabkan obstruksi di meatus media.5. Pemeriksaan Penunjang

Polip didiagnosa bandingkan dengan konka polipoid, yang ciri cirinya sebagai berikut :

a. Tidak bertangkai

b. Sukar digerakkan

c. Nyeri bila ditekan dengan pinset

d. Mudah berdarah

e. Dapat mengecil pada pemakaian vasokonstriktor (kapas adrenalin).

Pada pemeriksaan rinoskopi anterior cukup mudah untuk membedakan polip dan konka polipoid, terutama dengan pemberian vasokonstriktor yang juga harus hati hati pemberiannya pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler karena bisa menyebabkan vasokonstriksi sistemik, maningkatkan tekanan darah yang berbahaya pada pasien dengan hipertensi dan dengan penyakit jantung lainnya. 6. KomplikasiSatu buah polip jarang menyebabkan komplikasi, tapi dalam ukuran besar atau dalam jumlah banyak (polyposis) dapat mengarah pada akut atau infeksi sinusitis kronis, mengorok dan bahkan sleep apnea, dan dalam keadaan berat bisa menyebabkan gagal napas beberapa kali selama tidur. Dalam kondisi parah akan mengubah bentuk wajah dan peyebab pengihatan ganda.7. PenatalaksanaanUntuk polip edematosa, dapat diberikan pengobatan kortikosteroid :

a. Oral, misalnya prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, kemudian dosis diturunkan perlahan lahan (tappering off).

b. Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7 hari sekali, sampai polipnya hilang.

c. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, merupakan obat untuk rinitis alergi, sering digunakan bersama atau sebagai lanjutan pengobatn kortikosteroid per oral. Efek sistemik obat ini sangat kecil, sehingga lebih aman.

Untuk polip yang ukurannya sudah besar dilakukan ektraksi polip (polipektomi) dengan menggunakan senar polip. Selain itu bila terdapat sinusitis, perlu dilakukan drenase sinus. Oleh karena itu sebelum operasi polipektomi perlu dibuat foto sinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis yang menyertai polip ini atau tidak. Selain itu, pada pasien polip dengan keluhan sakit kepala, nyeri di daerah sinus dan adanya perdarahan pembuatan foto sinus paranasal tidak boleh dilupakan.

Prosedur polipektomi dapat mudah dilakukan dengan senar polip setelah pemberian dekongestan dan anestesi lokal.

Pada kasus polip yang berulang ulang, perlu dilakukan operasi etmoidektomi oleh karena umumnya polip berasal dari sinus etmoid. Etmoidektomi ada dua cara, yakni :

a. Intranasal

b. Ekstranasal

8. Prognosis

Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya, misalnya alergi. Terapi yang paling ideal pada rinitis alergi adalah menghindari kontak dengan alergen penyebab dan eliminasi.

Secara medikamentosa, dapat diberikan antihistamin dengan atau tanpa dekongestan yang berbentuk tetes hidung yang bisa mengandung kortikosteroid atau tidak. Dan untuk alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama dapat dilakukan imunoterapi dengan cara desensitisasi dan hiposensitisasi, yang menjadi pilihan apabila pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.9. Asuhan keperawatan

A. Pengkajian1) Aktivitas/IstirahatGejala : Kelelahan, kelemahan atau malaise umum

Tanda : Penurunan kekuatan, menunjukkan kelelahan

2) SirkulasiGejala Lelah, pucat atau tidak ada tanda sama sekaliTanda Takikardia, disritmia.Pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.

3) Integritas EgoGejala Masalah finansial : biaya rumah sakit, pengobatan .Tanda Berbagai perilaku, misalnya marah, menarik diri, pasif

4) Makanan/CairanGejala Anoreksia/kehilangan nafsu makan. Adanya penurunan berat badan sebanyak 10% atau lebih dari berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.

5) Nyeri/KenyamananGejala Nyeri tekan/nyeri pada daerah hidung Tanda Fokus pada diri sendiri, perilaku berhati-hati.

6) PernapasanGejala Dispnea Tanda Dispnea, takikardia Pernafasan mulut Tanda distres pernapasan, sianosis. (bila obstruksi total) Terdapat pembesaran polip

7) Pemeriksaan Fisik.a) Inspeksi :Inspeksi lubang hidung, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan atau ada obstruksi kavum nasi. Apakah terdapat peradangan, tumor. Inspeksi dapat menggunakan alat Rinoskopi.

b) Palpasi : Lakukan penekanan ringan pada cuping hidung, bila konsistensinya lunak, tidak nyeri bila ditekan, tak mudah berdarah; maka dapat dipastikan klien menderita polip pada hidung.

8) Klasifikasi Dataa) Data Subyektif : Klien mengeluh adanya massa yang menyumbat hidung. Klien mengeluh adanya iritasi hidung disertai bersin-bersin. Klien mengeluh tidak bisa atau mengalami gangguan penciuman.

b) Data Objektif : Adanya pembengkakan mukosa, iritasi mukosa, kemerahan. Adanya massa berupa berwarna putih seperti agar-agar. Klien tampak sulit untuk inspirasi ekspirasi.

9) Pemeriksaan penunjungKultur organisme hidung dan tenggorokan

B. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya massa dalam hidung3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan menurunya napsu makan.C. Intervensi keperawatanNoDiagnosa KeperawatanTujuan dan kriteria hasilIntervensiRasional

1Nyeri Akut berhubungan dengan agen injuri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri klien berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:

Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang

Klien tidak menyeringai kesakitan

1. Kaji tingkat nyeri klien

2. Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya

3. Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

4. Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien

5. Kolaborasi dngan tim medis

Terapi konservatif :

obat Acetaminopen.

Aspirin.

dekongestan hidung1. Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya

2. Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri

3. Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri

4. Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien5. Menghilangkan atau mengurangikeluhan nyeri klien

2Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan denganadanya Obstruksi Pada Hidung (Polip)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam Bersihan jalan nafas menjadi efektif dengan

Kriteria hasil Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis

1. Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

2. Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif

3. Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi

4. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea

5. Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi.

6. Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator1. Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi sekret

2. Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial

3. Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan

4. Mencegah obstruksi/aspirasi

5. Membantu pengenceran secret

6. Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk menurunkan ketidaknyamanan

3Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan menurunya napsu makan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam di harapkan klien Menunjukkan peningkatan nafsu makan.dengan kriteria hasil Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan berat badan lebih lanjut

1. Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai atau tidak disukai

2. Awasi masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.

3. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi kalori dan tinggi karbohidrat

4. Auskultasi bising ususpalpasi/observasi abdomen

1. Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.

2. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan

3. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster

4. Untuk mengetahui berapa peristaltic usus dalam satu menit

Daftar Pustaka

Muttaqin arif & Kumala Sari (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan System Sensori Persepsi. Salemba Medika : Jakarta.

Suzanne, C, Smeltzer, Brenda G Bare.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Bruner and Suddarth. Ali Bahasa Agung Waluyo. ( et,al) Editor bahasa Indonesia :Monica Ester. Edisi 8 jakarta : EGC,2001.

http://codenurman.blogspot.com/2012/12/polip-nasi.html