Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

77
Polip Hidung dan Pengobatan Medis Polip Hidung Posted on February 15, 2012 Polip hidung merupakan massa (benjolan) tidak normal yang menonjol di rongga hidung, dan umumnya terjadi akibat reaksi dari peradangan yang berkepanjangan. Polip hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak pada rongga hidung yang berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan mata telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung. Hal ini bisa disebabkan bagi mereka yang sejak kecil menderita sinusitis, alergi dan asma. Dan biasanya gejala polip disertai dengan adanya rasa pusing, batuk, dan pilek serta hidung tersumbat yang biasanya hal ini akan dikeluhkan pada pasien yang mengalami sinusitis alergi. Untuk proses penyembuhan penyakit polip memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Terutama penyembuhan dengan obat- obatan, namun akan memakan waktu yang lebih lama hanya untuk mengecilkan polip, bila dibandingkan dengan melakukan operasi yang dapat menimbulkan resiko. Dalam proses penyembuhan dengan obat, dapat diberikan berupa kortikosteroid topikal dan oral dengan cara meneteskan langsung pada bagian rongga hidung serta tablet prednisolon yang dapat diminum langsung. Bagi Anda yang mengalami penyakit polip, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai pemakaian jenis obat yang tepat untuk Anda gunakan, serta dosis yang dianjurkan oleh dokter. Mungkin bagi Anda yang takut menghadapi operasi, namun inilah jalan satu-satunya yang dapat membantu Anda mengurangi kekambuhan. Operasi dapat dilakukan dengan cara yang paling

Transcript of Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Page 1: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Polip Hidung dan Pengobatan Medis Polip HidungPosted on February 15, 2012

Polip hidung merupakan massa (benjolan) tidak normal yang menonjol di rongga

hidung, dan umumnya terjadi akibat reaksi dari peradangan yang berkepanjangan.

Polip hidung terjadi karena munculnya jaringan lunak pada rongga hidung yang

berwarna putih atau keabuan. Jaringan ini bisa diamati langsung dengan mata

telanjang setelah lubang hidung diperbesar dengan alat spekulum hidung.

Hal ini bisa disebabkan bagi mereka yang sejak kecil menderita sinusitis, alergi dan

asma. Dan biasanya gejala polip disertai dengan adanya rasa pusing, batuk, dan

pilek serta hidung tersumbat yang biasanya hal ini akan dikeluhkan pada pasien

yang mengalami sinusitis alergi.

Untuk proses penyembuhan penyakit polip memang membutuhkan waktu yang

cukup lama. Terutama penyembuhan dengan obat-obatan, namun akan memakan

waktu yang lebih lama hanya untuk mengecilkan polip, bila dibandingkan dengan

melakukan operasi yang dapat menimbulkan resiko.

Dalam proses penyembuhan dengan obat, dapat diberikan berupa kortikosteroid

topikal dan oral dengan cara meneteskan langsung pada bagian rongga hidung

serta tablet prednisolon yang dapat diminum langsung. Bagi Anda yang mengalami

penyakit polip, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai

pemakaian jenis obat yang tepat untuk Anda gunakan, serta dosis yang dianjurkan

oleh dokter.

Mungkin bagi Anda yang takut menghadapi operasi, namun inilah jalan satu-satunya

yang dapat membantu Anda mengurangi kekambuhan. Operasi dapat dilakukan

dengan cara yang paling mutakhir dan praktis yaitu dengan menggunakan

endoskopi (Endoscopic Sinus Surgery).

Agar mengurangi komplikasi dari penyakit polip, lakukan terapi dan berobat secara

teratur ke dokter. Bagi Anda yang terkena polip seperti sinusitis alergi sebaiknya

diterapi agar dapat mengurangi paparan terhadap alergi seperti, debu, cuaca dingin,

makanan, dan lain-lain. Anda harus tetap mewaspadai penyakit polip ini, walaupun

kecil namun bila didiamkan begitu saja di rongga hidung dapat membahayakan

Page 2: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

karena terletak di saluran pernafasan dan lebih mudah terinfeksi saluran nafas

akibat kondisi rongga hidung yang tidak normal.

Jaringan lunak yang muncul pada rongga hidung berwarna putih atau keabuan

merupakan akibat awal dari terjadinya polip hidung. Dan hal ini juga akan disertai

dengan hidung tersumbat yang semakin lama semakin berat, serta gangguan

penciuman.

Penyakit polip hidung biasanya menyerang orang dewasa dan kemungkinan

disebabkan karena reaksi hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung yang

berlangsung lama. Faktor lain pun memungkinkan penyebab terkenanya polip

hidung yaitu sinusitis yang telah dialami selama bertahun-tahun, iritasi, adanya

sumbatan hidung karena kelainan anatomi dan pembesaran pada konka.

Penyakit polip hidung dapat diatasi dengan menghindari penyebab atau faktor-

faktor yang mendorong terjadinya polip. Untuk polip kecil dapat diatasi dengan

pengobatan secara oral dan menyemprotkan obat semprot pada hindung. Namun,

bila polip besar sudah tidak mungkin untuk diatasi dengan cara pengobatan

semprot, tetapi satu-satunya cara harus dilakukan dengan operasi pengangkatan

polip.Tetapi, bila faktor yang menyebabkan terjadinya polip tidak teratasi dengan baik, maka polip hidung rawan untuk kambuh kembali bahkan berulangkali. Dan agar tidak terjadi kembali hal-hal yang lebih parah lagi, diharapkan bagi Anda yang terkena polip hidung ini dapat menghindari beberapa hal yang menyebabkan alergi sehingga terjadinya polip hidung.

tumor hidung

    A.    KONSEP DASAR PENYAKIT

1.      DEFINISI

Tumor hidung merupakan tumor yang berada di rongga yang dibatasi oleh tulang-

tulang wajah yang merupakan daerah yang terlindung sehingga tumor yang timbul di

daerah ini sulitdiketahui secara dini.Tumor ganas hidung bagian dalam jarang

terjadi.

Page 3: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Tumor hidung adalah pertumbuhan ke arah ganas yangmengenai hidung dan lesi

yang menyerupai tumor pada rongga hidung, termasuk kulit dari hidung luar dan

vestibulum nasi.

Merupakan tersumbatnya perjalananudara melalui nostril oleh deviasi septumnasi,

hipertrofi tulang torbinat / tekananpolip yang dapat mengakibatkanepisode

nasofaringitis infeksi(Brunner &Sudarth, 200

2.      ETIOLOGI

Etiologi tumor ganas hidung belum diketahui, tetapi diduga beberapa zat hasil

industri merupakan penyebab antara lain nikel, debu kayu, kulit, formaldehid,

kromium, minyak isopropyl dan lain-lain

3.      PENGKLASIFIKASIAN HIDUNG

1.      Tumor Jinak

      Tumor jinak tersering adalah papiloma skuamosa. Secara makroskopis mirip

dengan polip, tetapi lebih vaskuler, padat dan tidak mengkilap. Ada

2    Jenis papiloma,

     Pertama eksofitik atau fungiform[1] dan yang kedua endofitik disebut papiloma

inverted. Papiloma[2] inverted ini bersifat sangat invasive,dapat merusak jaringan

sekitarnya. Tumor ini sangat cenderung untuk residif dan dapat berubah menjadi

ganas. Lebih sering dijumpai pada anak laki-laki usia tua. Terapi adalah bedah

radikal misalnya rinotomi lateral atau maksilektomi media5.

      Tumor jinak angiofibroma nasofaring sering bermanifestasi sebagai massa yang

mengisi rongga hidung bahkan juga mengisi seluruh rongga sinus paranasal dan

mendorong bola mata ke anterior.

2.      Tumor Ganas

      Tumor ganas yang tersering adalah karsinoma sel skuamosa (70%), disusul oleh

karsinoma yang berdeferensiasi dan tumor kelenjar.

Sinus maksila adalah yang tersering terkena (65-80%), disusul sinus etmoid (15-

25%), hidung sendiri (24%), sedangkan sinus sphenoid dan frontal jarang

terkena.Metastasis ke kelenjar leher jarang terjadi (kurang dari 5%) karena rongga

sinus sangat miskin dengan system limfa kecuali bila tumor sudah menginfiltrasi

jaringan lunak hidung dan pipi yang kaya akan system limfatik.Metastasis jauh juga

Page 4: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

jarang ditemukan (kurang dari 10%) dan organ yang sering terkena metastasis jauh

adalah hati dan paru

4.      PATOFISIOLOGI

Berbagai jenis tipe tumor berbeda telah dijelaskan terdapat pada rahang atas.

Jenishistologis yang paling umum adalah karsinoma sel skuamosa, mewakili sekitar

80%kasus.Lokasi primer tidak selalu mudah untuk ditentukan dengan sejumlah

sinus berbeda yangsecara umum terlibat seiring waktu munculnya pasien. Mayoritas

(60%) tumor tampaknya berasal dari antrum, 30% muncul dalam rongga hidung, dan

sisa 10% muncul dari etmoid. Tumor primer frontal dan sfenoid sangat jarang

Limfadenopati servikal teraba muncul pada sekitar 15% pasien pada

presentasi.Gambaran kecil ini disebabkan drainase limfatik sinus paranasal ke

nodus retrofaring dandari sana ke rantai servikal dalam bawah. Sebagai akibatnya,

nodus yang terlibat diawaltidak mudah dipalpasi di bagian leher manapun.Tumor

hidungdapat diketahui bersama-samadengan polip nasi dan cenderung untuk timbul

bersama tumor hidung sel skuamosa maligna,lebih sering timbul didinding lateral

hidung dan daapt pula menyebabkan obstruksi saluran pernapasan

hidung,perdarahan intermiten atau keduanya

5.      MANIFESTASI KLINIS

Gejala dini tidak khas, pada stadium lanjut tergantung asal tumor dan arah

perluasannya.

Gejala hidung:

 Buntu hidung unilateral dan progresif[3].

1.      Buntu bilateral bila terjadi pendesakan ke sisi lainnya.

2.      Skret hidung bervariasi, purulen dan berbau bila ada infeksi.

3.      Sekret yang tercampur darah atau adanya epistaksis menunjukkan

kemungkinan keganasan.

4.      Rasa nyeri di sekitar hidung dapat diakibatkan oleh gangguan ventilasi sinus,

sedangkan rasa nyeri terus-menerus dan progresif umumnya akibat infiltrasi tumor

ganas.

Gejala lainnya dapat timbul bila sinus paranasal juga terserang tumor seperti:

Page 5: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

a)      Pembengkakan pipi

b)      Pembengkakan palatum durum

c)      Geraham atas goyah, maloklusi gigi

d)     Gangguan mata bila tumor mendesak rongga orbita.

6.      KOMPLIKASI

Tidak dapat bermetasis,tetapi sangat destruktif disekitarnya dapat menyebar

memenuhi nasofaring dan terlihat dari orofaring

7.      PEMERIKASAAN FISIK

1)      Inspeksi terhadap wajah, mata, pipi, geraham dan palatum: didapatkan

pembengkakan sesuai lokasi pertumbuhan tumor

2)      Palpasi, teraba tumor dan pembesaran kelenjar leher

8.      PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto polos berfungsi sebagai diagnosis awal, terutama jika ada erosi tulang dan

perselubungan padat unilateral, harus dicurigai keganasan dan dibuat suatu

tomogram atau TK. Pemeriksaan MRI dapat membedakan jaringan tumor dengan

jaringan normal tetapi kurang begitu baik dalam memperlihatkan destruksi tulang.

9.      PENATALAKSANAN

Terbaik untuk tumor ganas adalah kombinasi operasi, radio

terapi,dan kemoterapi.Satu pengobatan saja tidak cukup.Kemoterapi bermanfaat

pada tumor ganasdengan metastase atau yang residif atau jenis yang sangat baik

dengan kemoterapi,misalnya limfoma malignum.Pada tumor jinak dilakukan

ekstirpasi tumor sebersih mungkin. Bila perludilakukan cara pendekatan rinotomi

lateral atau degloving[4].Untuk tumor ganas dilakukan tindakan radikal seperti

maksilektomi, dapat berupamaksilektomi media, total dan radikal. Maksilektomi

biasanya di lakukan misalnya pada tumor yang sudah infiltrasi ke orbita, terdiri dari

pengangkatan maksila secara endblok disertai eksterasi orbita, jika tumor meluas ke

rongga intracranial dilakukan reseksikraniofasial atau kraniotomi, tindakan dilakukan

dalam tim bersama dokter bedah saraf

Page 6: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

B.     PROSES KEPERAWATAN

1.      PENGKAJIAN

a.       Riwayat kesehatan

1)      Keluhan Utama

Pada pasien tumor hidung; Nyeri pada hidung

2)      Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mulai merasakan nyeri akibat pembengkakan

3)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah tumor hidung ini diderita sejak bayi sehingga mempengaruhi dalam

kemampuanbernafas

4)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga pasien Tidak ada keluarga yang menderita penyakit pada

sistem penciuman

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status kesehatan-

sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi        sosial, ancaman

kematian, perpisahan dari keluarga

2.   Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat efek-

efek   radioterapi/kemoterapi.

3.   Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.

4.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status      

metabolik akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres         emosional.

5. Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi

radioterapi/kemoterapi

3.      INTERVENSI KEPERAWATAN

1)      Kecemasan b/d krisis situasi (keganasan), ancaman perubahan status

kesehatan-sosial-ekonomik, perubahan fungsi-peran, perubahan interaksi sosial,

ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.

Page 7: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang

terdekat terhadap prosedur rutin

dan aktivitas yang diharapkan.

2. Eksplorasi kecemasan klien dan

berikan umpan balik.

3. Tekankan bahwa kecemasan

adalah masalah yang lazim dialami

oleh banyak orang dalam situasi

klien saat ini.

4. Ijinkan klien ditemani keluarga

(significant others) selama fase

kecemasan dan pertahankan

ketenangan lingkungan.

5. Kolaborasi pemberian obat

sedatif.

6. Pantau dan catat respon verbal

dan non verbal klien yang

menunjukan kecemasan.

1.      Informasi yang tepat

tentang situasi yang dihadapi

klien dapat menurunkan

kecemasan/rasa asing terhadap

lingkungan sekitar dan membantu

klien mengantisipasi dan

menerima situasi yang terjadi.

2.      Mengidentifikasi faktor

pencetus/pemberat masalah

kecemasan dan menawarkan

solusi yang dapat dilakukan klien.

3.      Menunjukkan bahwa

kecemasan adalah wajar dan

tidak hanya dialami oleh klien

satu-satunya dengan harapan

klien dapat memahami dan

menerima keadaanya.

4.      Memobilisasi sistem

pendukung, mencegah perasaan

terisolasi dan menurunkan

kecemsan.

5.      Menurunkan kecemasan,

memudahkan istirahat.

6.      Menilai perkembangan

masalah klien.

Page 8: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

2) Gangguan harga diri b/d kelainan bentuk bagian tubuh akibat keganasan,

efek- efek radioterapi/kemoterapi.

INTERVENSI

KEPERAWATANRASIONAL

1. Diskusikan dengan klien dan

keluarga pengaruh diagnosis

dan terapi terhadap kehidupan

pribadi klien dan aktiviats

kerja.

2. Jelaskan efek samping dari

pembedahan, radiasi dan

kemoterapi yang perlu

diantisipasi klien

3. Diskusikan tentang upaya

pemecahan masalah

perubahan peran klien dalam

keluarga dan masyarakat

berkaitan dengan penyakitnya.

4. Terima kesulitan adaptasi

klien terhadap masalah yang

dihadapinya dan informasikan

kemungkinan perlunya

konseling psikologis

5. Evaluasi support sistem

yang dapat membantu klien

(keluarga, kerabat, organisasi

sosial, tokoh spiritual)

6. Evaluasi gejala

keputusasaan, tidak berdaya,

penolakan terapi dan perasaan

tidak berharga yang

menunjukkan gangguan harga

diri klien.

1.      Membantu klien dan keluarga

memahami masalah yang dihadapinya

sebagai langkah awal proses

pemecahan masalah.

2.      Efek terapi yang diantisipasi lebih

memudahkan proses adaptasi klien

terhadap masalah yang mungkin

timbul.

3.      Perubahan status kesehatan

yang membawa perubahan status

sosial-ekonomi-fungsi-peran

merupakan masalah yang sering

terjadi pada klien keganasan.

4.      Menginformasikan alternatif

konseling profesional yang mungkin

dapat ditempuh dalam penyelesaian

masalah klien.

5.      Mengidentifikasi sumber-sumber

pendukung yang mungkin dapat

dimanfaatkan dalam meringankan

masalah klien.

6.       Menilai perkembangan masalah

klien.

Page 9: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

3) Nyeri b/d kompresi/destruksi jaringan saraf dan proses inflamasi.

INTERVENSI

KEPERAWATANRASIONAL

1.   Lakukan tindakan

kenyamanan dasar (reposisi,

masase punggung) dan

pertahankan aktivitas hiburan

(koran, radio)

2.   Ajarkan kepada klien

manajemen penatalaksanaan

nyeri (teknik relaksasi, napas

dalam, visualisasi, bimbingan

imajinasi)

3. Berikan analgetik sesuai

program terapi.

4. Evaluasi keluhan nyeri

(skala, lokasi, frekuensi,

durasi)

1.      Meningkatkan relaksasi dan

mengalihkan fokus perhatian klien dari

nyeri.

2.      Meningkatkan partisipasi klien

secara aktif dalam pemecahan

masalah dan meningkatkan rasa

kontrol diri/keman-dirian.

3.      Analgetik mengurangi respon

nyeri.

4.      Menilai perkembangan masalah

klien.

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan status metabolik

akibat keganasan, efek radioterapi/kemoterapi dan distres emosional.

INTERVENSI

KEPERAWATANRASIONAL

1. Dorong klien untuk

meningkatkan asupan nutrisi

(tinggi kalori tinggi protein) dan

asupan cairan yang adekuat.

2. Kolaborasi dengan tim gizi

untuk menetapkan program

diet pemulihan bagi klien.

3. Berikan obat anti emetik dan

roborans sesuai program

terapi.

1.      Asupan nutrisi dan cairan yang

adekuat diperlukan untuk mengimbangi

status hipermetabolik pada klien

dengan keganasan.

2.      Kebutuhan nutrisi perlu

diprogramkan secara individual dengan

melibatkan klien dan tim gizi bila

diperlukan.

Page 10: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

4. Dampingi klien pada saat

makan, identifikasi keluhan

klien tentang makan yang

disajikan.

5. Timbang berat badan dan

ketebalan lipatan kulit trisep

(ukuran antropometrik lainnya)

sekali seminggu

6. Kaji hasil pemeriksaan

laboratorium (Hb, limfosit total,

transferin serum, albumin

serum)

3.      Anti emetik diberikan bila klien

mengalami mual dan roborans

mungkin diperlukan untuk

meningkatkan napsu makan dan

membantu proses metabolisme.

4.      Mencegah masalah kekurangan

asupan yang disebabkan oleh diet

yang disajikan.

5.      Menilai perkembangan masalah

klien.

6.      Menilai perkembangan masalah

klien.

5) Risiko infeksi b/d ketidak-adekuatan pertahanan sekunder dan efek imunosupresi

radioterapi/kemoterapi

INTERVENSI

KEPERAWATANRASIONAL

1. Tekankan penting oral

hygiene.

2. Ajarkan teknik mencuci

tangan kepada klien dan

keluarga, tekankan untuk

menghindari mengorek/me-

nyentuh area luka pada rongga

hidung (area operasi).

3. Kaji hasil pemeriksaan

laboratorium yang

1.      Infeksi pada cavum nasi dapat

bersumber dari ketidakadekuatan oral

hygiene.

2.      Mengajarkan upaya preventif

untuk menghindari infeksi sekunder.

3.      Menilai perkembagan imunitas

seluler/ humoral.

4.      Antibiotik digunakan untuk

mengatasi infeksi atau diberikan

Page 11: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

menunjukkan penurunana

fungsi pertahanan tubuh

(lekosit, eritrosit, trombosit, Hb,

albumin plasma)

4. Berikan antibiotik sesuai

dengan program terapi.

5. Tekankan pentingnya

asupan nutrisi kaya protein

sehubungan dengan

penurunan daya tahan tubuh.

6. Kaji tanda-tanda vital dan

gejala/tanda infeksi pada

seluruh sistem tubuh.

secara profilaksis pada pasien dengan

risiko infeksi.

5.      Protein diperlukan sebagai

prekusor pembentukan asam amino

penyusun antibodi.

6.      Efek imunosupresif terapi radiasi

dan kemoterapi dapat mempermudah

timbulnya infeksi lokal dan sistemik.

[1] FUNGIFORM:berbentuk seperti cendawan

[2] Papiloma:tumor jaringan epitel yg bersifat jinak yg ditandai dengan tonjolan2

berupa puting

[3] Progresif:terus berlanjut

[4] Degrofing

Definisi

BENDA ASING DI DALAM HIDUNG 

Anak kecil seringkali memasukkan benda ke dalam hidungnya. Beberapa benda

mudah dilihat dan dikeluarkan, tetapi benda lainnya bisa terdorong ke dalam

sehingga tidak terlihat dari luar. 

Benda yang tersangkut di hidung bagian atas bisa menyebabkan bau tidak enak

atau keluarnya cairan berdarah dari salah satu lubang hidung. 

Lama-lama benda yang tersangkut di dalam hidung akan terbungkus oleh garam

mineral dari lendir hidung, sehingga terbentuk suatu benjolan di dalam hidung

(rinolit). Rinolit sulit dikeluarkan karena bentuknya cenderung mengikuti bentuk

hidung bagian dalam. Untuk mengeluarkannya biasanya anak perlu dibius total. 

Page 12: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

ANGIOFIBROMA JUVENIL 

Angiofibroma Juvenil adalah tumor jinak pada hidung bagian belakang atau

tenggorokan bagian atas (nasofaring), yang mengandung pembuluh darah. . 

Tumor ini paling sering ditemukan pada anak-anak laki yang sedang mengalami

masa puber. 

Tumor ini tidak ganas, tetapi dapat merusak jaringan pada lapisan hidung dan sering

menyebabkan perdarahan hidung (epistaksis, mimisan). 

Tumor juga bisa menghalangi saluran pernafasan. 

Jika tumbuh membesar, tumor bisa meluas ke jaringan di sekitarnya, kantung mata

atau rongga kranial (rongga yang berisi otak). 

Tumor dapat terlihat pada pemeriksaan CT scan atau MRI. Untuk memperkuat

diagnosis bisa dilakukan biopsi mukosa hidung. 

Dengan angiografi dapat dilihat pembuluh darah yang menuju ke tumor dan

kemungkinan penyebarannya ke dalam kantung mata atau rongga kranial. 

Pengobatan perlu dilakukan jika angiofibroma tumbuh membesar, menghalangi

saluran udara atau menyebabkan epistaksis menahun. Pada beberapa kasus, tidak

perlu dilakukan pengobatan. 

Pembedahan dilakukan untuk mengangkat tumor. Pengangkatan tumor seringkali

sulit dilakukan karena tumor terbungkus dan menyusup ke dalam, sehingga setelah

pengangkatan tumor seringkali terjadi kekambuhan. 

Embolisasi (penyumbatan arteri dengan suatu bahan) bisa menyebabkan

terbentuknya jaringan parut pada tumor dan menghentikan perdarahan. 

Embolisasi dilakukan dengan cara menyuntikkan suatu zat ke dalam pembuluh

darah untuk menyumbat aliran darah yang melaluinya. Embolisasi efektif untuk

mengatasi perdarahan hidung dan tindakan ini bisa diikuti dengan pembedahan

untuk mengangkat tumor. 

Page 13: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Jika tumor telah menyebar ke rongga kranial dan tidak dapat diangkat melalui

pembedahan, kadang dilakukan terapi penyinaran. 

PAPILOMA JUVENIL 

Papiloma Juvenil adalah tumor jinak pada kotak suara (laring). 

Papiloma disebabkan oleh virus. 

Papiloma bisa ditemukan pada usia 1 tahun. 

Papiloma bisa menyebabkan suara serak, kadang cukup berat sehingga anak tidak

dapat berbicara dan bisa menyumbat saluran udara. 

Papiloma dapat dilihat dengan bantuan laringoskopi dan untuk memperkuat

diagnosis, dilakukan biopsi. 

Papiloma yang ditemukan pada beberapa tempat bisa tumbuh membesar sehingga

perlu dilakukan pembedahan untuk membuka tabung udara (trakea) agar anak bisa

bernafas. 

Untuk mengobati papiloma, biasanya dilakukan pembedahan maupun penguapan

dengan laser. 

Sering terjadi kekambuhan, tetapi papiloma biasanya menghilang dengan sendirinya

pada masa puber. 

PENDAHULUAN

            Papilloma inverted pertama kali  didokumentasikan oleh Ward pada tahun

1854 yang disebut Schnederian Papilloma. Tumor jinak ini diberi nama untuk

menghormati C. Victor Schneider yang pada tahun 1600 menjelaskan mukosa nasal

memproduksi cairan katar bukan menghasilkan cairan serebrospinal. Papilloma

inverted menggambarkan kelompok lesi tumor jinak yang berasal dari permukaan

mukosa traktus sinonasal. Papiloma inverted ini merupakan tumor jinak epitelial

yang paling banyak ditemukan pada rongga hidung.1,2

            Papiloma inverted sering ditemukan pada umur 50-70 tahun, tetapi papiloma

inverted juga pernah ditemukan pada anak usia 8 tahun. Sebagian besar ditemukan

Page 14: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

pada laki-laki. Papiloma inverted bersifat unilateral, tetapi bisa juga bilateral. Etiologi

papiloma inverted masih belum diketahui secara pasti, akan tetapi Human Papilloma

Virus  danEpstein-Barr Virus telah ditemukan dalam jaringan papiloma inverted.1

Papiloma merupakan tumor jinak epitelial yang paling sering ditemukan didaerah

sinonasal, lebih dari 10% neoplasma yang timbul pada daerah tersebut. Papiloma

terdiri atas tipe inverted, everted dan cylindric.3,7  

            Angka kekambuhan papiloma inverted cukup tinggi, dapat mencapai 74%

pada eksisi yang tidak adekuat. Kecenderungan untuk menjadi ganas dapat

mencapai angka 53%. Kedua faktor ini telah menjadi perdebatan bagaimana

melakukan penatalaksanaan pada tumor ini. Pendekatan yang paling bisa diterima

adalah melakukan eksisi secara total terhadap lesi papiloma inverted.1

Pendekatan eksisi secara eksternal dapat berupa maksilektomi medial, Rinotomi

lateral atau Midfacial degloving. Akhir-akhir ini pendekatan reseksi secara endoskopi

telah menjadi perhatian karena mempunyai komplikasi yang lebih rendah

dibandingkan pendekatan eksternal.4,5

KEKERAPAN

            Papiloma inverted jarang ditemukan, diperkirakan timbul hanya sekitar 10%

didaerah sinonasal. Variasi usia penderita antara 35-60 tahun. Rasio laki-laki dan

perempuan adalah 2:1 sampai 3:1. Sedangkan rasio antara timbulnya papiloma tipe

inverted, everted dan silindrik adalah 3:5:1. Literatur yang berkesinambungan yang

dilakukan oleh Bielamowicz dkk menjelaskan bahwa angka rata-rata penderita

berumur 53 tahun  dengan rasio umur 6 sampai 91 tahun. Menurut penelitian tempat

tersering timbulnya papiloma inverted adalah dinding lateral hidung dan jarang

dilaporkan timbul pada daerah vestibulum, septum, dasar nasofaring, sinus spenoid

dan sinus frontal.5

ETIOLOGI

            Penyebab pasti papiloma inverted belum diketahui. Beberapa teori telah

diajukan, meliputi alergi, inflamasi kronik dan karsinogen berhubungan dengan

pajanan serta infeksi virus papiloma.8,9

            Alergi merupakan penyebab yang sudah agak ditinggalkan, dikarenakan

pasien-pasien penderita papiloma inverted mempunyai riwayat alergi yang negatif,

selain itu papiloma sinonasal biasanya unilateral.8,9

Page 15: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

            Sinusitis paranasal sering ditemukan pada penderita papiloma inverted dan

ini disebabkan oleh obstruksi tumor dibanding dengan menyebabkan terbentuknya

tumor.8,9

            Faktor ekstrinsik yang berhubungan dengan polusi udara dan limbah industri

yang bersifat karsinogenik telah dipertimbangkan sebagai kemungkinan penyebab

timbulnya papiloma inverted.

            Beberapa virus telah lama dicurigai sebagai penyebab lesi-lesi neoplastik ini,

dikarenakan virus-virus tersebut telah diketahui mempunyai kecenderungan

membentuk papiloma-papiloma di berbagai organ tubuh. Virus Human Papiloma

(HPV) merupakan epiteliotropik virus yang berimplikasi pada kehamilan  dan lesi

malignansi pada traktus anogenital. HPV 11, HPV 6, HPV 16, dan HPV 18 telah

dapat diidentifikasi pada papiloma inverted. Beberapa penelitian dengan

menggunakan teknik hibridasi dan reaksi rantai polimerase memperlihatkan

bahwa  HPV 11 dan HPV 6 berhubungan dengan banyak kasus papiloma tipe

fusiform tetapi sangat jarang pada tipe silindrikal dan inverted.6,8,9

DIAGNOSIS DAN EVALUASI

            Gejala yang paling sering adalah sumbatan hidung unilateral (64-78%),

diikuti oleh sakit kepala, epistaksis, nyeri wajah, bengkak periorbita, rinore purulent,

sinusitis kronik, alergi, hiposmia, gangguan penglihatan dan meningitis. Beberapa

pasien dapat tanpa gejala. Gejala-gejala ini menyulitkan para klinisi untuk

membedakannya dengan proses inflamasi. Pemeriksaan endoskopik dan CT

Scan hidung dan sinus paranasal merupakan gold standar untuk evaluasi papiloma

inverted.1,6

            Konka media dan dinding medial sinus maksila merupakan tempat asal

tumbuhnya papiloma inverted tersering. Pada kasus-kasus jarang tumor ini dapat

terisolasi di sinus spenoid. Keterlibatan sinus-sinus paranasal dapat meningkatkan

angka rekurensi.1

            Papiloma sering terjadi unilateral. Terdapat 3 sifat karakteristik klinis dari

tumor tersebut yaitu : 1) cenderung timbul kembali. 2)  Tumor mempunyai kapasitas

destruksi pada jaringan dan struktur sekitarnya. 3). Tumor mempunyai

kecenderungan menjadi ganas.7

Page 16: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

            Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan massa polipoid unilateral yang

mengisi kavum nasi dan menyebabkan obstruksi. Secara makroskopis papiloma

inverted terlihat ireguler dan rapuh, jika disentuh mudah berdarah. Warna papiloma

merah keabu-abuan dan mengisi kavum nasi, meluas ke vestibulum juga ke

nasofaring. Septum sering terdesak kearah sisi kontralateral. Proptosis dan

pembengkakan muka kadang timbul sekunder akibat ekspansi lesi tumor.5,7

HISTOPATOLOGI

            Papiloma terbagi atas 3 subtipe histologi, yaitu : tipe inverted, tipe fungiform

(everted) dan tipe silindrikal. Pada papiloma inverted didapatkan pola pertumbuhan

endofitik yang hampir selalu ditemukan pada dinding lateral hidung, sedangkan pada

papiloma fungiform mempunyai pola pertumbuhan eksofitik yang sering ditemukan

pada septum nasi. Tipe silindrikal yang merupakan tipe terjarang disebut juga

dengan papiloma onkotik.5,7

            Papiloma inverted seringnya terlihat seperti polip, tetapi biasanya lebih keras

dan lebih mengandung komponen vaskular dibanding polip dengan tonjolan yang

jelas yang berbentuk granular seperti buah mulberi. Terdapat variasi warna papiloma

inverted dari merah, merah muda sampai pucat. Secara mikroskopik merupakan

perselubungan penebalan epitelial dengan invasi yang luas dari epitel yang

hiperplasti kedalam dasar dari stroma. Sifat invasi kedalam dasar stroma merupakan

dasar teori asal dari terbentuknya membran Schneiderian.7

Tumor mengisi ruang bawah mukosa yaitu daerah subepitelial dan terus membentuk

hubungan ke permukaan epitelial dan disebut pertumbuhan papiloma inverted.7

            Secara histologis gambaran tumor adalah inversi dari epitelial dari epitel

neoplastik kedalam  stroma dibawahnya, melebihi proliferasinya kearah luar. Epitel

neoplastik dapat berupa tipe respirator, transisional dan skuamosa dengan maturasi

dan mitosis minimal dan adanya atipia secara umum. Mikrokistik mengandung musin

adakalanya terperangkap dibawah permukaan dan terdapat suatu lapisan dasar

yang memisahkan epitel inverted dari stroma dibawahnya. Epitel neoplastik akan

berinvaginasi dan mengubah bentuk tulang, tetapi tidak menginvasinya jika tidak

terdapat keganasan.7

RADIOLOGI

Page 17: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

            Pemeriksaan radiologi preoperatif mempunyai peran penting pada

penatalaksanaan papiloma inverted untuk menentukan perluasan penyakit dan

keterlibatan struktur yang berdekatan.10,11

            Tomografi komputer potongan aksial dan koronal merupakan pilihan untuk

lesi intranasal. Dengan menggunakan tomografi komputer dapat dibedakan lesi

papilomatous dengan penebalan mukoperiosteal, atau polip. Sekitar 75% pasien

dengan papiloma menunjukkan tanda adanya berbagai macam derajat kerusakan

tulang. Terdapatnya tanda hanya kerusakan tulang saja pada tomografi komputer

bukan merupakan indikasi terjadinya perubahan kearah keganasan dari papiloma

inverted.10,11

            Identifikasi tempat asal papiloma inverted sangat penting untuk ekstirpasi

tumor secara komplit. Dengan mengevaluasi karakteristik fokal hiperostosis pada CT

Scanpasien papiloma inverted memungkinkan untuk mendeteksi perkiraan asal

tumor.11

            Destruksi tulang secara umum disebabkan tulang mengalami atrofi, karena

tekanan atau pseudoinvasi, melebihi infiltrasi sebenarnya dan tidak diinterpretasikan

sebagai tanda-tanda keganasan. Destruksi dinding medial maksila merupakan hal

yang paling umum ditemukan. Keterlibatan orbita biasanya melalui lamina

papirasea. Sklerosis tulang menggambarkan suatu reaksi hiperplastik dari sinusitis

kronik sering mengiringi tumor ini.10,11

            Gambaran pencitraan yang khas untuk papiloma inverted berdasarkan

tempat asal tumor, perubahan struktur dinding lateral hidung dan terutama bentuk

permukaan yang berlobus dan pada MRI berbentuk pola bergaris.11

PENATALAKSANAAN

            Terdapat berbagai macam penatalaksanaan pada lesi tumor jinak, mulai dari

terapi medikmentosa, radioterapi dan terapi operasi. Namun dianjurkan hanya terapi

pembedahan.11,15,16

1.      Terapi pembedahan

Para klinisi setuju pilihan terapi pada papiloma inverted adalah dengan

pembedahan, tetapi sampai saat ini belum didapatkan sebuah konsensus untuk

menentukan jenis  dan sejauh mana intervensi operasi yang terbaik. Terdapat tiga

Page 18: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

tujuan operasi papiloma inverted, yaitu 1. Dapat membuka dengan cukup sehingga

dapat mereseksi tumor keseluruhan. 2. Operasi menghasilkan lapangan pandang

yang baik sehingga memudahkan pengawasan pada kavitas pasca operasi. 3.

Meminimalisir deformitas kosmetik dan ketidakmampuan fungsional.

Luasnya jaringan yang terlibat, sifatnya yang lokal agresif dan eksisi yang tidak

lengkap berhubungan dengan tingginya tingkat rekurensi, oleh karena itu reseksi en

blocdengan rinotomi lateral menjadi pendekatan standar.15,16

Pendekatan bedah dalam reseksi papiloma inverted dapat dikategorikan sebagai

berikut :2,15,16

1.   Pendekatan endonasal nonendoskopik

2.   Pendekatan eksternal terbatas (contohnya Caldwell –Luc)

3.   Pendekatan eksternal radikal (contohnya maksilektomi medial via rinotomi lateral

atau pendekatan midfasial degloving)

4.   pendekatan endoskopik endonasal.

Gambar 2. midfasial degloving (nicholai et

al 2005)

Gambar 3. Rhinotomi lateral (nicholai et al-2005)

Krouse mengembangkan sistem staging  berdasarkan temuan radiologi dan

endoskopi preoperasi. Empat kelompok ini dimaksudkan untuk memprediksi

prognosis, pendekatan operasi dan perluasan tumor. Pembagiannya terdiri

dari :17,18

1.      Tumor terbatas pada satu sisi kavum nasi tanpa perluasan ke sinus paranasal.

Page 19: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

2.      Tumor melibatkan dinding medial sinus maksila, sinus etmoid dan/atau

komplek ostiomeatal

3.      Tumor meluas ke superior, inferior, posterior, anterior atau dinding lateral sinus

maksila, sinus frontal atau sinus spenoid

4.      Tumor perluasan ke ekstrasinonasal atau tumor berubah ganas.

            Sistem ini secara primer berdasarkan lokasi dan perluasan dari papiloma

inverted. Kategori ini sangat menolong pada perencanaan pendekatan bedah.

Papiloma inverted kelompok (1) dapat diangkat secara endoskopik tanpa reseksi

tulang. Papiloma inverted pada kelompok (2) pendekatan masih secara endoskopik

dengan mereseksi stuktur tulang. Pada pasien dengan keterlibatan sinus frontal atau

kelompok (3) endoskopi masih bisa dipakai jika visualisasi memungkinkan,

pendekatan maksilektomi medial bisa digunakan. Pada kelompok (4)

direkomendasikan open surgical untuk mendapatkan maksimal eksposur.17,18

2.      Radioterapi

Radioterapi masih dapat digunakan pada pengobatan lanjutan dan adanya

agresifitas biologikal papiloma inverted pada traktus sinonasal atau pada pasien

pasca operasi radikal dengan tingkat morbiditas yang berat. Tetapi terapi ini

umumnya tidak diindikasikan untuk pengobatan pada lesi papiloma yang jinak.

Radioterapi tidak efektif untuk pengobatan papiloma inverted, serta dapat

menyebabkan kemungkinan resiko perubahan kearah keganasan pada lesi jinak

yang lain. 

Manajemen endoskopi pada papiloma inverted

            Sejak diperkenalkan oleh Messerklinger, Stammberger dan Kennedy,

endoskopi telah banyak mengalami evolusi oleh para Rhinologist untuk melakukan

pendekatan bedah hidung dan sinus paranasal. Setelah lebih dari 20 tahun, saat

sekarang ini penggunaan endoskopi tidak hanya terbatas pada radang sinus

paranasal tetapi juga digunakan untuk terapi pada berbagai patologi sinonasal.19,20

            Dengan adanya endoskopik nasal, dengan pencahayaan yang kuat, resolusi

yang tinggi dan sudut visualisasi, bersamaan dengan kemajuan pada Tomografi

komputer dan pencitraan Magnetik Resonansi dapat menuntun kearah identifikasi

Page 20: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

yang akurat, penentuan lokasi yang baik, dan keberhasilan reseksi lesi

intranasal.21,22

            Pemeriksaan Tomografi komputer dan pencitraan Magnetik resonansi

perioperatif dapat menunjang akurasi penilaian perluasan lesi tumor, selain itu dapat

dengan jelas membedakan tumor dari opasifikasi sekunder dengan sinusitis

obstruksi. Reseksi endoskopik dapat meliputi spenoetmoidektomi total, meatotomi

yang luas, reseksi konka media dan visualisasi sinus frontal.23

            Keuntungan pendekatan secara endoskopik transnasal dibanding

maksilektomi medial adalah sangat kecil terbentuknya skar eksternal sehingga

deformitas kosmetik dapat ditiadakan, mengurangi waktu rawat di rumah sakit,

mengurangi kehilangan darah pada saat operasi dan perluasan dari tumor dapat

ditentukan dengan visualisasi secara langsung, sehingga menghasilkan reseksi

secara utuh yang lebih baik.19,23

            Manipulasi yang hati-hati terhadap massa tumor dapat menuntun operator

untuk menentukan asal tumor dari dinding lateral hidung. Setelah uncinektomi,

dinding medial sinus maksila dapat diidentifikasi. Jika mukosa antrum terlihat massa

tumor, konka inferior dilepaskan bersama dinding medial sinus maksila sampai ke

dasar hidung.Backbitting dan sitebitting dapat digunakan pada saat ini. Pada tahap

ini seluruh antrum maksila dapat divisualisasi secara lengkap.23,24

Apabila tumor telah meluas ke sinus etmoid dan spenoid, dapat dilakukan

etmoidektomi total dan spenoidektomi. Hal yang sama dilakukan pada sinus frontal

jika mukosanya juga ikut terlibat. Prosedur Caldwell-Luc kadang dibutuhkan untuk

mendapatkan akses keseluruh antrum maksila pada kasus yang melibatkan seluruh

mukosa sinus maksila.

Apabila pada CT Scan terlihat adanya area Hyperostosis, operator disarankan untuk

menggunakan bor diamond untuk menipiskan tulang di area ini.  Daerah

hyperostosis ini berhubungan dengan tempat berasal tumor. 24

Pendekatan maksilektomi medial secara endoskopi.

Pada endoskopi maksilektomi medial,  reseksi dilakukan pada seluruh dinding lateral

hidung. Campuran lidokain dan epinefrin disuntikkan pada daerah konka media,

dinding meatus inferior dan dinding meatus media dan garis nasomaksila untuk

hemostasis. Batas superior ditentukan setelah reseksi anterior dan posterior etmoid

ke batas sphenoid dan perlengketan konka media ke dinding lateral hidung

Page 21: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

dipisahkan. Arteri etmoid di ekspos untuk landmark reseksi yang meluas ke superior.

Pada kasus tumor yang meluas ke fovea atau ke orbita, arteri etmoid dipotong dan

dipisahkan.Konka media di eksisi dari perlengketannya di superior untuk

menghindari cedera lamina kribriformis. Insisi dibuat dari bagian anterior meatus

inferior ke dinding posterior sinus maksila. Batas anterior diperluas dari perlengketan

konka media ke batas anterior dari bagian anterior  meatus media termasuk konka

media, procesus unsinatus dan kanalis nasolakrimalis.

Dinding lateral dipisahkan ke medial dan diseksi diangkat dari sinus maksila sampai

ke arteri spenopalatina yang telah diligasi. Tumor kemudian di buang secara en bloc.

Mukosa etmoid posterior yang tersisa di buang untuk batas control. Reseksi dapat

dimodifikasi tergantung dari perluasan tumor.25

Gambar 4. Batas anatomi diseksi endoskopik maksilektomi medial. (sumber: Bailey,

Byron J. 2006)

KOMPLIKASI

            Komplikasi setelah pembedahan dengan pendekatan eksternal meliputi

perdarahan pasca operasi, edema periorbita, epifora, diplopia, infeksi dan

bocornyaliquor cerebrospinalis (LCS) segera setelah operasi.26

            Komplikasi rinotomi lateral meliputi epifora, dakriosistitis, blefaritis, edema

periorbita, diplopia dan bocornya LCS. Komplikasi lambat yang menetap meliputi

nyeri, fistula nasokutaneus, mukosel sinus frontal, luka parut dan kolaps hidung.26

            Komplikasi pendekatan endoskopik meliputi :26,27

Page 22: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

A.    Komplikasi mayor

1.      Kematian

2.      Perdarahan intrakranial

3.      Kebutaan

4.      Diplopia

5.      Meningitis

6.      Perdarahan masif

7.      Hematom orbita

8.      Kebocoran LCS

B.     Komplikasi minor

1.      Sinekia

2.      Emfisema orbita

3.      Nyeri gigi atau hipestesia

4.      Eksaserbasi asma

5.      Epifora

6.      Hiposmia/anosmia

7.      Penurunan visus

REKURENSI

            Rasio rekurensi dari lesi-lesi neoplastik ini sangat bervariasi dari 0-78%, hal

ini sangat tergantung pada jenis operasi yang dilakukan dan kesempurnaan reseksi.

Phillips dkk mendapatkan bahwa rasio rekurensi setelah dilakukan rinotomi lateral

dan maksilektomi medial lebih rendah dibanding setelah dilakukan eksisi transnasal

dengan operasi Caldwel-luc (35%) atau hanya dengan eksisi transnasal (58%).

Faktor multisentris juga diduga sebagai penyebab tingginya rasio rekurensi. Lawson

melaporkan kejadian rekurensi berhubungan secara langsung pada metode bedah

eksisi yang terbatas melalui polipektomi intranasal, turbinektomi, Caldwel-luc, atau

etmoidektomi eksternal dengan angka rekurensi 41-78%. Berbeda dengan rinotomi

lateral yang dihubungkan dengan maksilektomi medial menghasilkan angka

rekurensi 6-29%.9

ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILE

Page 23: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Angiofibroma nasofaring (angiofibroma nasopharynx/ nasopharyngeal angiofibroma)

adalah suatu tumor jinak nasofaring yang secara histologik jinak namun secara klinis

bersifat ganas karena mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya,

seperti ke sinus paranasalis, pipi, mata dan tengkorak, serta sangat mudah berdarah

yang sulit dihentikan. Jinak tetapi merupakan tumor pembuluh darah lokal yang

agresif dari anak atau remaja laki-laki, pernah juga dilaporkan pada perempuan

tetapi sangat jarang.

Itulah sebabnya tumor ini disebut juga angiofibroma nasofaring belia (“Juvenile

nasopharyngealangiofibroma”). Tetapi istilah juvenile ini kurang tepat karena

neoplasma ini terdapat juga pada pasien yang lebih tua.

Umumnya terdapat pada rentang usia 7 s/d 21 tahun dengan insidens terbanyak

antara usia 14-18 tahun4 dan jarang pada usia diatas 25 tahun2. Tumor ini

merupakan tumor jinak nasofaring terbanyak5 dan 0,05% dari seluruh tumor kepala

dan leher1,2. Dilaporkan insidennya antara 1 : 5.000 – 1 : 60.000 pada pasien THT.

Di RSUP. H. Adam Malik dari Januari 2001 – Nopember 2002 dijumpai 11 kasus

angiofibroma nasofaring.

Insiden dari angiofibroma tinggi dibeberapa bagian dari belahan dunia, seperti pada

Timur Tengah dan Amerika. Martin, Ehrlich dan Abels (1948) melaporkan rata-rata

setiap tahunnya dari satu atau dua pasien untuk 2000 pasien yang diobati pada

Head and Neck Service of The Memorial Hospital, New York. Di London, Harrison

(1976) mencatat status dari satu per 15000 pasien pada Royal National Throat,

Nose and Ear Hospital dimana satu kesimpulan bahwa lebih sedikit angiofibroma di

London dibanding di New York.

Walapun angiofibroma merupakan tumor jinak yang paling sering pada nasofaring,

tetapi jumlahnya kurang dari 0,05% dari tumor kepala dan leher. Sekarang ada

kesepakatan bersama bahwa ini semata-mata penyakit dari laki-laki dan umur rata-

rata yang terkena sekitar 14 tahun (Harrison, 1976). Jaraknya, bagaimanapun

bervariasi antara umur 7 dan 19 tahun (Martin, Ehrlich dan Abela, 1948).

Angiofibroma Nasofaring jarang pada pasien lebih dari 25 tahun.

Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai jenis teori banyak diajukan.

Page 24: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Diantaranya teori jaringan asal dan faktor ketidak-seimbangan hormonal. Secara

histopatologi tumor ini termasuk jinak tetapi secara klinis ganas karena bersifat

ekspansif dan mempunyai kemampuan mendestruksi tulang. Tumor yang kaya

pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringealis asenden atau

arteri maksilaris interna. 

I.2. Tujuan Penulisan

Mengetahui pengertian Angiofobroma, etiologi, anatomi, patologi, gejala klinis,

diagnostic, komplikasi, diagnose banding, terapi dan prognosis dari Juvenille

Nasofaring Angiofobroma. 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi

Juvenile nasopharyngeal angiofibroma (JNA) merupakan tumor jinak pembuluh

darah di nasofaring yang secara histologis jinak namun secara klinis bersifat ganas

karena berkemampuan merusak tulang dan meluas ke jaringan di sekitarnya,

misalnya: ke sinus paranasal, pipi, rongga mata atau tengkorak (cranial vault),

sangat mudah berdarah dan sulit dihentikan.

Sebutan lain untuk angiofibroma di dalam literatur antara lain: juvenile angiofibroma,

juvenile nasopharyngeal angiofibroma, JNA, nasal cavity tumor, nasal tumor, benign

nasal tumor, tumor hidung (nose tumor), nasopharyngeal tumor, angiofibroma

Page 25: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

nasofaring belia.

II.2. Anatomi

Ruang nasofaring yang relatif kecil terdiri dari atau mempunyai hubungan yang erat

dengan beberapa struktur yang secara klinis mempunyai arti penting.

1. Pada dinding posterior meluas ke arah kubah adalah jaringan adenoid.

2. Terdapat jaringan limfoid pada dinding faring lateral dan pada resessus faringeus,

yang dikenal sebagai fossa Rosenmuller.

3. Torus tubarius, refleksi mukosa faring di atas bagian kartilago saluran tuba

eustachii yang berbentuk bulat dan menjulang tampak sebagai tonjolan seperti ibu

jari ke dinding lateral nasofaring tepat diatas perlekatan palatum mole.

4. Koana pada posterior rongga hidung.

5. Foramina kranial, yang terletak berdekatan dan dapat terkena akibat perluasan

dari penyakit nasofaring, termasuk foramen jugularis yang dilalui oleh saraf kranial

glossofaringeus, vagus, dan spinal assesori.

6. Struktur pembuluh darah yang penting yang letaknya berdekatan termasuk sinus

petrosus inferior, vena jugularis interna, cabang-cabang meningeal dari oksiput dan

arteri faringea asendens, dan foramen hipoglossus yang dilalui saraf hipoglossus.

7. Tulang temporalis bagian petrosa dan foramen laserum yang terletak dekat

bagian lateral atap nasofaring.

8. Ostium dari sinus-sinus sfenoid.

Lokasi dari tumor masih menjadi perdebatan. Awalnya dikira muncul dari akar

nasofaring atau dinding anterior dari tulang sfenoid tetapi sekarang dipercaya

muncul dari bagian posterior dari kavum nasi dekat dengan tepi dari foramen

sphenopalatina. Dari sini tumor bertumbuh masuk kedalam kavum nasi, nasofaring

dan kedalam fossa pterygopalatina, berjalan dibelakang dinding posterior dari sinus

maksillaris dimana menekan kedepan dari pertumbuhan tumor.

II.3. Epidemiologi 

JNA banyak dialami terutama remaja putra berusia 14-18 tahun. Jika remaja putri

didiagnosis JNA, maka sebaiknya menjalani pemeriksaan kromosom atau diagnosis

JNA akan terus dipertanyakan. Umumnya JNA terjadi pada dekade kedua

kehidupan, tepatnya pada rentang usia 7-19 tahun. JNA jarang terjadi setelah usia

25 tahun.

Insiden JNA adalah 1 dari 5000-60.000 kasus THT dan dilaporkan 0,5% dari semua

tumor kepala dan leher. Dilaporkan insiden JNA banyak terjadi di Mesir dan India.

Page 26: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Insiden dari angiofibroma tinggi dibeberapa bagian dari belahan dunia, seperti pada

Timur Tengah dan Amerika. Martin, Ehrlich dan Abels (1948) melaporkan rata-rata

setiap tahunnya dari satu atau dua pasien untuk 2000 pasien yang diobati pada

Head and Neck Service of The Memorial Hospital, New York. Di London, Harrison

(1976) mencatat status dari satu per 15000 pasien pada Royal National Throat,

Nose and Ear Hospital dimana satu kesimpulan bahwa lebih sedikit angiofibroma di

London dibanding di New York.

II.4. Etiologi 

Penyebab pastinya belum dapat ditentukan. Namun teori yang paling dapat diterima

adalah bahwa JNA berasal dari sex steroid-stimulated hamartomatous tissue yang

terletak di turbinate cartilage. Pengaruh hormonal yang dikemukakan ini dapat

menjelaskan mengapa beberapa JNA jarang terjadi (ber-involute) setelah masa

remaja (puberty).

Teori lainnya yang diajukan adalah tumor berasal dari embryonal chondrocartilage

yang berada di occipital plate.

Selain itu, ada juga teori tentang respon desmoplastic dari nasopharyngeal

periosteum atau embryonic fibrocartilage antara basiocciput dan basisphenoid.

Teori tentang penyebab dari sel-sel paraganglionik nonkromafin dari cabang terminal

arteri maksilaris juga dipostulasikan.

Hasil analisis hibridisasi genomik komparatif dari tumor ini juga berhasil

mengungkapkan delesi kromosom 17, termasuk daerah untuk tumor suppressor

gene p53 sama seperti Her-2/neu oncogene.

Berbagai macam teori banyak dikemukakan. Salah satu diantaranya adalah teori

jaringan asal, yaitu pendapat bahwa tempat perlekatan spesifik angiofibroma adalah

di dinding posterolateral atap rongga hidung. 

Faktor hormonaldikemukakan sebagai penyebabnya. Banyak bukti memperlihatkan

secara langsung adanya reseptor seks-hormon, seperti reseptor androgen (RA),

reseptor estrogen (RE), dan reseptor progesteron (RP), pada tumor ini. Bukti ini

secara langsung memperlihatkan bahwa reseptor seks-hormon muncul pada

angiofibroma dengan menggunakan teknik sensitive immunocytochemical dan

mencatat populasi sel yang mana memperlihatkan reseptor tersebut. 24

angiofibroma nasofaring diperoleh dari jaringan penyimpanan, dan studi

imunositokimia menunjukkan dengan antibodi pada RA, RP, dan RE. Stromal positif

Page 27: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

dan nukleus endotelial immunostaining, menunjukkan adanya RA pada 75% dari 24

kasus, 8,3% positif andibodi RP dan negatif dengan antibodi dengan RE. Hasil

menetapkan bukti langsung pertama adanya antibodi dari reseptor androgen pada

angiofibroma.

Penelitian lain menunjukkan adanya faktor pertumbuhan yang memediasi proliferasi

agresif sel stromal dan angiogenesis. Transforming Growth Factor-1 (TGF-1) atau

faktor pertumbuhan pengubah-1 adalah polipeptida yang disekresikan dalam bentuk

inaktif, dipecah untuk menghasilkan bentuk aktif, dan kemudian tidak diaktifkan

dalam jaringan. TGF-1 mengaktifkan proliferasi fibroblas dan dikenal sebagai induksi

angiogenesis. TGF-1 aktif diidentifikasi pada sel nukleus stromal dan sitoplasma dan

pada endotelium kapiler pada semua spesimen angiofibroma nasofaring juvenile.

II.5. Patofisiologi

Menurut Mansfield E (2006), asal mula JNA terletak di sepanjang dinding posterior-

lateral di atap nasofaring, biasanya di daerah margin superior foramen sfenopalatina

dan aspek posterior dari middle turbinate. Histologi janin mengkonfirmasikan luasnya

area jaringan endotel di daerah ini.

Bukannya menyerbu jaringan disekitarnya, namun tumor ini berpindah dan berubah

menyandarkan diri pada tekanan sel-sel yang telah mati (necrosis) untuk merusak

dan menekan melalui perbatasan yang banyak tulangnya.

Pada 10-20% kasus, terjadi perluasan intrakranial. Menurut Tewfik TL (2007), tumor

mulai tumbuh di dekat foramen sfenopalatina. Tumor-tumor yang besar seringkali

memiliki dua lobus (bilobed) atau dumbbell-shaped, dengan satu bagian tumor

mengisi nasofaring dan bagian yang lainnya meluas ke fossa pterigopalatina.

Pertumbuhan anterior terjadi pada membran mukosa nasofaring, memindahkannya

ke anterior dan inferior menuju ke ruang postnasal. Pada akhirnya, rongga hidung

terisi pada satu sisinya, dan septumnya berdeviasi (”bengkok”) ke sisi lainnya.

Pertumbuhan superior langsung menuju sinus sfenoid, yang dapat juga terjadi erosi

(eroded). Cekungan sinus (cavernous sinus) dapat “diserbu” atau diinvasi juga jika

tumor berkembang lebih lanjut.

Penyebaran lateral langsung menuju fossa pterigopalatina, mendesak dinding

posterior sinus maksila. Lalu, fossa infratemporal dimasuki atau diinvasi.

Adakalanya, bagian sfenoid yang lebih besar (the greater wing of the sphenoid)

dapat ter-erosi, membuka middle fossa dura. Terjadi proptosis dan atrofi nervus

optikus jika fissura orbita didesak oleh tumor.

Page 28: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Kejadian angiofibroma ekstranasofaring sangatlah jarang dan cenderung terjadi

pada pasien yang lebih tua, terutama pada wanita, namun tumor jenis ini lebih

sedikit melibatkan pembuluh darah (less vascular) dan kurang agresif (less

aggressive) jika dibandingkan dengan JNA.

Secara makroskopik, angiofibroma nampak sebagai keras, berlobulasi membengkak

agak lembut, menyesuaikan dengan peningkatan umur. Warnanya bervariasi dari

merah muda sampai putih. Bagian yang terlihat di nasofaring dan karena itu

dibungkus oleh membran mukous tetap berwarna merah muda, sedangkan bagian

yang keluar ke daerah yang berdekatan ekstrafaringeal sering berwarna putih atau

abu-abu. Secara histologik, angiofibroma kebanyakan terdiri dari jaringan fibrosa

padat menyisipkan dengan pembuluh darah dari ukuran bervariasi dan konfigurasi.

Pembuluh darah biasanya mudah pecah dan dilapisi oleh lapisan tunggal dari

endotelium. Karena dindingnya hanya dari lapisan elastik dan lapisan otot halus,

pembuluh darah ini tidak dapat mengalami vasokonstriksi ketika terjadi trauma,

menyebabkan perdarahan yang berlimpah.

Tumor yang berlangsung lama, cenderung kearah penekanan perlahan dari

sinusoid, jadi batas endotelial sel terdorong saling berlawanan arah seperti kabel,

sementara lainnya terjadi trombosis intravaskular. Komponen fibrosa biasanya padat

dan seluler. Sel stromal, yang melambangkan fibroblas dan atau miofibroblas,

mengelilingi pada nukleus stellata dan kadang-kadang, nekleolus prominent. Mitosis

tidak ada. Mikroskop elektron memperlihatkan karakteristik dari granula kromatin

padat terdistribusi dalam nukleus dari fibroblas.

Angiofibroma nasofaring adalah tumor jinak tetapi invasif lokal dan merusak struktur

sekitarnya. Dapat meluas kedalam :

a. Cavum nasi menyebabkan obstruksi nasi, epistaksis dan pengeluaran cairan

hidung.

b. Sinus-sinus paranasalis. Sinus maksillaris, sfenoidales dan ethmoidales semua

dapat diserang.

c. Fossa pterygomaksillaris, fossa infratemporalis dan pipi.

d. Orbita memberikan gejala prodtosis dan deformitas ”face-frog”. Masuk melalui

fissura orbitalis inferior dan juga merusak apeks dari orbita. Dapat juga masuk ke

orbita melalui fissura orbitalis superior.

e. Cavum kranial. Fossa kranialis media yang paling sering.

Ada 2 jalan masuknya :

Page 29: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

i. Dengan pengrusakan lantai fossa kranialis media anterior ke foramen lacerum.

Tumor berada dilateral dari arteri karotis dan sinus kavernosus.

ii. Melalui sinus sfenoid, kedalam sella. Tumor berada dimedial dari arteri karotikus.

II.6. Gejala Klinik 

Gejala

1. Obstruksi nasal (80-90%) dan ingus (rhinorrhea). Ini merupakan gejala yang

paling sering, terutama pada permulaan penyakit.

2. Sering mimisen (epistaxis) atau keluar cairan dari hidung yang berwarna darah

(blood-tinged nasal discharge). Mimisen, yang berkisar 45-60% ini, biasanya satu

sisi (unilateral) dan berulang (recurrent).

3. Sakit kepala (25%), khususnya jika sinus paranasal terhalang.

4. Pembengkakan di wajah (facial swelling), kejadiannya sekitar 10-18%.

5. Tuli konduktif (conductive hearing loss) dari obstruksi tuba eustachius.

6. Melihat dobel (diplopia), yang terjadi sekunder terhadap erosi menuju ke rongga

kranial dan tekanan pada kiasma optik.

7. Gejala lainnya yang bisa juga terjadi misalnya: keluar ingus satu sisi (unilateral

rhinorrhea), tidak dapat membau (anosmia), berkurangnya sensitivitas terhadap bau

(hyposmia), recurrent otitis media, nyeri mata (eye pain), tuli (deafness), nyeri telinga

(otalgia), pembengkakan langit-langit mulut (swelling of the palate), kelainan bentuk

pipi (deformity of the cheek), dan rhinolalia.

Tanda 

1. Tampak massa merah keabu-abuan yang terlihat jelas di faring nasal posterior;

nonencapsulated dan seringkali berlobus (lobulated); dapat tidak bertangkai (sessile)

atau bertangkai (pedunculated). Angka kejadian massa di hidung (nasal mass) ini

mencapai 80%.

2. Mata menonjol (proptosis), langit-langit mulut yang membengkak (a bulging

palate), terdapat massa mukosa pipi intraoral (an intraoral buccal mucosa mass),

massa di pipi (cheek mass), atau pembengkakan zygoma (umumnya disertai

dengan perluasan setempat). Angka kejadian massa di rongga mata (orbital mass)

ini sekitar 15%, sedangkan angka kejadian untuk mata menonjol (proptosis) sekitar

10-15%.

3. Tanda lainnya termasuk: otitis serosa karena terhalangnya tuba eustachius,

pembengkakan zygomaticus, dan trismus (kejang otot rahang) yang merupakan

tanda bahwa tumor telah menyebar ke fossa infratemporal. Juga terdapat penurunan

Page 30: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

penglihatan yang dikarenakan optic nerve tenting, namun hal ini jarang terjadi.

II.7. Diagnosis

Penemuan Histologis 

Pada pemeriksaan histologis, ditemukan jaringan serabut yang telah

dewasa/matang (mature fibrous tissue) yang mengandung bermacam-macam

pembuluh darah yang berdinding tipis. Pembuluh-pembuluh darah ini dilapisi dengan

endothelium, namun mereka kekurangan elemen-elemen otot yang dapat

berkontraksi secara normal. Inilah yang dapat menjelaskan tentang kecenderungan

terjadi perdarahan.

Laboratorium

Anemia yang kronis merupakan keadaan yang sering ditemukan pada keadaan ini.

Biopsi

Kebanyakan kasus dari angiofibroma nasofaring juvenile tidak dianjurkan untuk

biopsi sebelum reseksi defenitif. Walaupun didapatkan gambaran radiologis yang

klasik, bagaimanapun, tidak ada tanda absolut dari angiofibroma. Jika tumor atipikal

atau jika gambaran klinik tidak biasa, seharusnya dipertimbangkan untuk biopsi

sebelum tumor direseksi. Bila diperlukan, biopsi dari kasus yang dicurigai

angiofibroma dapat dilakukan di ruang operasi.

Pemeriksaan Radiologis

FOTO SINAR-X

Pada foto sinar-X tumor nampak sebagai massa jaringan lunak dalam nasofaring.

Holman dan Miller menggambarkan karakteristik dari tumor ini pada foto lateral,

yang tergantung pada lokasi tipikal dalam alur pterygomaksillaris. Ini dikenal sebagai

“tanda antral” dan terdiri dari tulang Memperlihatkan perluasan ke sinus sfenoid,

erosi dari sayap sfenoid yang besar, atau invasif dari pterygomaksillaris dan fossa

infratemporal biasanya terlihat.

MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING)

Diindikasikan untuk menggambarkan dan menjelaskan batas dari tumor, terutama

pada kasus-kasus dari keterlibatan intrakranial.

ANGIOGRAFI

Dengan angiografi terlihat gambaran vaskuler yang banyak (ramai). Pada Angiografi

ini terlihat lesi vaskuler yang terutama disuplai oleh cabang dari arteri maxillaris

interna. Angiografi terutama dilakukan pada kasus dengan kecurigaan adanya

penyebaran intrakranial atau pada pasien dimana pada penanganan sebelumnya

Page 31: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

gagal.

II.8. Stadium

Sebagai neoplasma dari nasofaring, stadium tumor berdasarkan pada daerah yang

terlibat adalah penting untuk evaluasi individu dan pengobatannya. Different Staging

System mengeluarkan untuk angiofibroma nasofaring, Chandler dan kawan-kawan

merekomendasikan berdasarkan sistem stadium pada usulan sistem untuk kanker

nasofaring oleh AJC :

• Stadium I : Tumor di nasofaring.

• Stadium II : Tumor meluas ke rongga hidung dan atau sinus sfenoid.

• Stadium III : Tumor meluas kedalam antrum, sinus ethmoid, fossa

pterygomaksillaris, fossa infratemporalis. Orbita dan atau pipi.

• Stadium IV : Tumor meluas ke rongga intrakranial.

Klasifikasi Menurut Sessions 

• Stadium IA – Tumor terbatas di nares posterior dan atau ruang nasofaring.

• Stadium IB – Tumor meliputi nares posterior dan atau ruang nasofaring dengan

keterlibatan sedikitnya satu sinus paranasal.

• Stadium IIA – Tumor sedikit meluas ke lateral menuju pterygomaxillary fossa.

• Stadium IIB – Tumor memenuhi pterygomaxillary fossa dengan atau tanpa erosi

superior dari tulang-tulang orbita.

• Stadium IIIA – Tumor mengerosi dasar tengkorak (yakni: middle cranial

fossa/pterygoid base); perluasan intrakranial minimal.

• Stadium IIIB – Tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke

sinus kavernosus.

Klasifikasi Menurut Fisch 

• Stadium I – Tumor terbatas di rongga hidung dan nasofaring tanpa kerusakan

tulang.

• Stadium II – Tumor menginvasi fossa pterigomaksilaris, sinus paranasal dengan

kerusakan tulang.

• Stadium III – Tumor menginvasi fossa infratemporal, orbita dan atau regio

parasellar; sisanya di lateral sinus kavernosus.

• Stadium IV – Tumors menginvasi sinus kavernosus, regio kiasma optik, dan atau

fossa pituitari.

II.9. Diagnosis Banding

1. Penyebab lain dari obstruksi nasal, (seperti polip nasal, polip antrokoanal,

Page 32: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

teratoma, encephalocele, dermoids, inverting papilloma, rhabdomyosarcoma,

karsinoma sel skumous).

2. Penyebab lain dari epistaksis, sistemik atau lokal.

3. Penyebab lain dari proptosis atau pembengkakan orbita.

4. Granuloma piogenik (pyogenic granuloma).

5. Polip koanal (choanal polyp).

6. Polip angiomatosa (angiomatous polyp).

7. Kista nasofaringeal (nasopharyngeal cyst).

8. Kordoma (chordoma).

9. Karsinoma (carcinoma).

10. Penyebab lain dari nasal obstruction, (seperti: nasal polyps, antrochoanal polyp,

teratoma, encephalocele, dermoids, inverting papilloma, rhabdomyosarcoma,

squamous cell carcinoma)

11. Penyebab lain dari mimisen (epistaxis), baik sistemik maupun lokal.

12. Penyebab lain dari proptosis atau pembengkakan rongga mata (orbital

swellings).

II.10. Penatalaksanaan

A. Terapi Medis 

• HORMONAL

Penghambat reseptor testosteron flutamide dilaporkan mengurangi tumor stadium I

dan II sampai 44%. Walaupun mereduksi tumor dengan hormon, jalan ini tidak

digunakan secara rutin.

• Flutamide hormonal, suatu nonsteroidal androgen blocker atau testosterone

receptor blocker, efektif untuk mengurangi ukuran tumor pada stadium I dan II

hingga 44%.

• Terapi hormonal dengan diethylstilbestrol (5 mg PO tid untuk 6 minggu) sebelum

eksisi dapat mengurangi vascularity JNA namun terkait dengan efek samping

memiliki sifat kewanitaan (feminizing side effects).

• Doxorubicin dan dacarbazine disiapkan jika JNA berulang atau kambuh.

• Schuon, et.al. (2006) melaporkan analisis immunohistochemical dari mekanisme

pertumbuhan JNA. Mereka berkesimpulan bahwa pertumbuhan dan vaskularisasi

JNA dikendalikan oleh faktor-faktor yang dibebaskan dari stromal fibroblasts. Oleh

karena itu, dihambatnya faktor-faktor ini dapat bermanfaat untuk terapi JNA yang

tidak dapat dioperasi (inoperable).

Page 33: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

• RADIOTERAPI

Beberapa pusat melaporkan rata-rata menyembuhkan 80% dengan terapi radiasi.

Bagaimanapun, menganggap hubungan efek potensial dari radiasi membuat terapi

radiasi modalitas yang tidak berguna dalam banyak kasus. Radioterapi stereotaktik

(seperti sinar Gamma) mengirim sedikit dosis dari radiasi ke jaringan sekitarnya.

Bagaimanapun, kebanyakan penulis menyiapkan radioterapi untuk penyakit

intrakranial atau kasus rekuren.

• Beberapa center telah melaporkan rata-rata kesembuhan 80% dengan terapi

radiasi.

• Radioterapi stereotactic (yakni: pisau Gamma) mengirimkan dosis radiasi yang

lebih rendah ke jaringan di sekitarnya. Para ahli telah menyediakan radioterapi untuk

penyakit intrakranial atau kasus yang berulang.

• Radioterapi three-dimensional conformal untuk JNA yang luas (extensive) atau

penyebaran hingga intrakranial memberikan suatu alternatif yang baik untuk

radioterapi konvensional berkaitan dengan pengendalian penyakit dan morbiditas

akibat radiasi (radiation morbidity).

• External beam irradiation, paling sering digunakan untuk penyakit intrakranial yang

tidak dapat dibedah (unresectable), atau kambuhan (recurrent). Digunakan dosis

yang bervariasi dari 30-46 Gy. Sisa tumor seringkali muncul dua tahun setelah

terapi. Perhatian utama termasuk kulit sekunder, tulang, jaringan lunak, keganasan

tiroid, dan hambatan perkembangan tulang wajah.

• EMBOLISASI

Embolisasi pada pembuluh darah tumor mengakibatkan tumor menjadi jaringan

parut dan menghentikan perdarahan. Embolisasi dilakukan dengan memasukkan

suatu zat dalam pembuluh darah untuk membendung aliran darah. Dengan

embolisasi saja cukup untuk menghentikan perdarahan hidung, atau dapat diikuti

dengan pembedahan untuk mengangkat tumor.

B. Terapi Pembedahan 

• Beberapa pendekatan yang digunakan tergantung dari lokasi dan perluasan JNA.

• Rute rinotomi lateral, transpalatal, transmaksila, atau sphenoethmoidal digunakan

untuk tumor-tumor yang kecil (Klasifikasi Fisch stadium I atau II).

Page 34: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

• Pendekatan fossa infratemporal digunakan ketika tumor telah meluas ke lateral.

• Pendekatan midfacial degloving, dengan atau tanpa osteotomi LeFort,

memperbaiki akses posterior terhadap tumor.

• Pendekatan translokasi wajah dikombinasikan dengan insisi Weber-Ferguson dan

perluasan koronal untuk kraniotomi frontotemporal dengan midface osteotomies

untuk jalan masuk.

• Pendekatan extended anterior subcranial memudahkan pemotongan tumor

sekaligus (en bloc), dekompresi saraf mata, dan pembukaan sinus kavernosus.

• Intranasal endoscopic surgery dipersiapkan untuk tumor yang terbatas pada

rongga hidung dan sinus paranasal.

II.11. Komplikasi

Komplikasi tidak dapat dipisahkan dengan perluasan intrakranial (penyakit stadium

IV), perdarahan yang tak terkontrol dan kematian, iatrogenic injury terhadap struktur

vital, dan transfusi perioperative.

Komplikasi lainnya meliputi: perdarahan yang banyak (excessive bleeding).

Transformasi keganasan (malignant transformation). Kebutaan sementara (transient

blindness) sebagai hasil embolisasi, namun ini jarang terjadi. Osteoradionecrosis

dan atau kebutaan karena kerusakan saraf mata dapat terjadi dengan radioterapi.

Mati rasa di pipi (anesthesia of the cheek) sering terjadi dengan insisi Weber-

Ferguson.

II.12. Prognosis

Berbagai faktor risiko yang berkaitan dengan berulangnya JNA adalah: keberadaan

tumor di fossa pterigoideus dan basisphenoid, erosi clivus, perluasan intrakranial,

suplai makanan dari arteri karotid interna, usia muda, dan ada tidaknya sisa tumor.

Embolisasi preoperative menurunkan angka morbiditas dan kekambuhan

(recurrence). Rata-rata kesembuhan untuk pembedahan primer mendekati 100%

dengan reseksi lengkap dari JNA ekstrakranial dan 70% dengan tumor intrakranial.

Rerata kesembuhan 90% berhubungan dengan pembedahan kedua jika terjadi

kekambuhan.

Meskipun tidak bersifat seperti kanker, angiofibroma dapat terus menyebar. Dapat

hilang sendiri. Terdapat angka rekurensi yang cukup tinggi setelah operasi, sekitar

Page 35: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

6-24 %.

BAB III

KESIMPULAN

Juvenile nasopharyngeal angiofibroma (JNA) merupakan tumor jinak pembuluh

darah di nasofaring yang secara histologis jinak namun secara klinis bersifat ganas

karena berkemampuan merusak tulang dan meluas ke jaringan di sekitarnya,

misalnya: ke sinus paranasal, pipi, rongga mata atau tengkorak (cranial vault),

sangat mudah berdarah dan sulit dihentikan.

Tumor ini disebut juga angiofibroma nasofaring belia (“Juvenile

nasopharyngealangiofibroma”). Tetapi istilah juvenile ini kurang tepat karena

neoplasma ini terdapat juga pada pasien yang lebih tua.

Umumnya terdapat pada rentang usia 7 s/d 21 tahun dengan insidens terbanyak

antara usia 14-18 tahun4 dan jarang pada usia diatas 25 tahun. Tumor ini

merupakan tumor jinak nasofaring terbanyak5 dan 0,05% dari seluruh tumor kepala

dan leher. 

Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai jenis teori banyak diajukan.

Diantaranya teori jaringan asal dan faktor ketidak-seimbangan hormonal. Secara

histopatologi tumor ini termasuk jinak tetapi secara klinis ganas karena bersifat

ekspansif dan mempunyai kemampuan mendestruksi tulang. Tumor yang kaya

pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringealis asenden atau

arteri maksilaris interna. 

Berbagai faktor risiko yang berkaitan dengan berulangnya JNA adalah: keberadaan

Page 36: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

tumor di fossa pterigoideus dan basisphenoid, erosi clivus, perluasan intrakranial,

suplai makanan dari arteri karotid interna, usia muda, dan ada tidaknya sisa tumor.

BAB I

PENDAHULUAN

            Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam

sel yang melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak

dan ada yang bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus

adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma.

Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis

yang paling sering terjadi pada kanker kerongkongan adalahsquamous sel

carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor tersebut sekitar 95% tumor yang

ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.1

            Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah

yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari

tepi selatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia

Tengah, Afganistan, Siberia, dan Mongolia.1,2

            Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang

disebabkan oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang

seperti Afrika Selatan dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi

diberbagai negara, banyak ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong,

Skandinavia, dan Iran. Di negara-negara barat seperti Amerika dan Inggris jarang

ditemukan karsinoma esofagus. Dilaporkan di China insiden karsinoma esofagus

19,6/100.000 pada laki-laki dan 9,8/100.000 pada wanita, bahkan pada propinsi

Hunan, Shanxi dan Hebey insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di

Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada

wanita.1,3

           

                       

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi dan Fisiologi Esofagus

1.      Anatomi

Page 37: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

            Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang

menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari

perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan

dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5

cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis),

setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang

lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di

samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk

ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia

lambung, panjang berkisar 2-4 cm.4

1.      Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai

suprasternal notch

2.      Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)

3.      Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction

4.      Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esofagus.

            Otot esofagus 1/3 atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat

dengan  otot-otot faring, sedangkan 2/3 bawah adalah otot polos (otot sirkular dan

otot longitudinal). Esofagus menyempit pada tiga tempat :

1.      Bersifat sfingter (sfingter faringoesofageal), setinggi tulang rawan krikoid pada

batas antara faring dan esofagus (peralihan otot serat lintang -otot polos)

2.      Di rongga dada bagian tengah akibat tertekan langsung aort,a dan bronkus

utama kiri, tidak bersifat sfingter

3.      Di hiatus esofagus diafragma yaitu tempat hiatus esofagus berakhir di kardia

lambung, murni bersifat sfingter (sfingter gastroesofageal).

            Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior

ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis

inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas

esofagus yang berada di leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea

inferior beberapa cabang dari arteri bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta.

Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut mendapat darah dari a. phrenica

inferior sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.34

            Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di

esofagus bagian atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui

vena esofagus ke v. azigos dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava

Page 38: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

superior. Di esofagus bagian bawah, semua pembuluh vena masuk ke dalam vena

koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga terjadi hubungan langsung antara

sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian bawah melalui vena

lambung tersebut.

            Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di dalam mukosa, submukosa,

lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial, pembuluh ini berjalan

seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke kelenjar di leher

sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus, seperti

pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.

            Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat

saraf parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa

gabungan saraf simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh

n. laringeus rekuren yang berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus

rekurens kiri mempersarafi esofagus thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan

berjalinan dengan serabut simpatis membentuk pleksus esofagus. Persarafan

simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis, n. splanikus mayor,

pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.3,4

            Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:

Dinding esofagus terdiri dari 4 lapisan, yaitu :

1.      Mukosa

Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas,

dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang

sangat asam

2.      Sub Mukosa

Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat

mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari

cedera akibat zat kimia.

3.      Muskularis

Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian

bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara

otot rangka dan otot polos.

Page 39: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

4.      lapisan bagian luar (Serosa)

Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-

struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel

tumor lebih cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah

operasi lebih besar.

B. Fisiologi

            Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke

lambung. Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan

masuknya udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas

esofagus, sfingter atas normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot

krikofaringeus.

            Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung

oleh gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya

bolus makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari

gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerakperistaltik

primer adalah gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik

pada faring yang menyebar ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan

kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan waktu 8-9 detik untuk mendorong

makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi oleh adanya makanan

dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih ada makanan pada

esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi

gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah

semua makanan meninggalkan esofagus. Esofagus dipisahkan dari rongga mulut

oleh sfingter esofagus proksimal atau sfingter atas esofagus (upper esopaheal

spinchter/ UES), dan dipisahkan dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau

sfingter bawah esofagus (lower esophageal spinchter/ LES). Sfingter esofagus

proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh n. vagus. Tonus dari otot ini

dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post ganglion n. vagus yang

menghasilkan asetilkolin.3,4

            Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara

esofagus dan lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak

berbeda dengan esofagus tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam

keadaan normal sfingter selalu konstriksi.

Page 40: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu : 

Faseoral, yang mencetuskan proses menelan

Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang telah dikunyah dan bercampur

dengan liur akan membentuk bolus makananàmelalui dorsum lidah ke orofaring

akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m. levator veli palatini mengakibatkan

rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole dan bagian atas dinding

posterior faring (Passavant’s ridge) terangkatà penutupan nasofaring akibat

kontraksi m. levator veli palatineà kontraksi m. Palatoglosusàismus fausium

tertutupàkontraksi m. palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke

rongga mulut.

Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya

makanan dari faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh

kontraksi m.stilofaring, m. salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus

laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika

ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.

ariepiglotika dan m. aritenoid obligesàpenghentian aliran udara ke laring karena

refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke

sal.nafasàmeluncur ke arah esofagus. 

Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari

esofagus ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealàrelaksasi m.

krikofaringà introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam

esofagus. àsfingter berkontraksi > tonus introitus esofagus saat istirahat,àrefluks

dapat dihindari. Akhir fase esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika

dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal.

Selanjutnya setelah bolus makanan lewat, maka sfingter ini akan menutup kembali.

II.2 Tumor Esofagus

           Tubuh manusia mengandung ratusan juta sel hidup. Sel-sel tersebut

normalnya tumbuh, memperbanyak diri, dan mati sesuai dengan siklusnya.

Esofagus, seperti jaringan tubuh lainnya, juga terdiri dari se-sel hidup. Pada awal

kehidupan, sel sel esofagus membelah lebih cepat sebagai suatu bagian dalam

proses pertumbuhan. Setelah seseorang menginjak fase dewasa, sebagian besar

sel hanya akan membelah diri untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak atau

mati.2

Page 41: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

            Kanker dimulai saat sel yang menjadi bagian dalam tubuh tumbuh dan

berkembang di luar kendali. Ada banyak jenis kanker, tetapi semua kanker awalnya

terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal dari sel-sel tubuh. Pertumbuhan sel

kanker berbeda dengan pertumbuhan sel normal lainnya. Sebagai pengganti sel

yang sebelumnya telah rusak atau mati, sel kanker tumbuh dan terus tumbuh

bahkan membentuk sel baru yang abnormal. Sel kanker juga dapat menyerang

jaringan lain, sesuatu hal dimana sel normal tidak dapat melakukannya. Saat sel

membelah, sel tersebut dikontrol oleh suatu gen yang terdapat di masing-masing

sel, inilah yang dikenal dengan nama DNA. Di sel yang normal, ketika DNA

mengalami kerusakan maka sel akan memperbaiki kerusakan tersebut. akan tetapi

pada sel kanker, kerusakan DNA tidak diperbaiki oleh sel, dan sel tersebut bahkan

tidak mati. Sebagai gantinya sel akan terus tumbuh menghasilkan jutaan, dan

bahkan milyaran sel yang sama seperti dirinya.1,2

            Tidak semua tumor adalah kanker. Tumor yang bukan kanker disebut tumor

jinak. Tumor jinak dapat menjadi masalah jika tumor tersebut tumbuh semakin besar

dan menekan organ atau jaringan tubuh yang sehat. Akan tetapi tumor jinak tidak

dapat tumbuh dan menginvasi jaringan lain. Karena tumor jinak tidak dapat

berinvasi, maka tumor tersebut tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Tumor

jenis ini tidak mengancam kehidupan.

II.3 Definisi

            Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat

ganas (kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan

berkembang dari lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis

ini biasanya tanpa gejala  dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini

sering tercatat hanya sebagai temuan insidentil selama radiografi rutin atau

endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor

yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Karena

tumorberasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh

submukosa yang utuh dan mukosa, sehingga sulit

untuk dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan tumor yang bersifat ganas

sering dikenal dengan kanker esofagus.1,5           

            Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng

yg melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa)

Page 42: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

dan tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut

hampir 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.5

II.4 Klasifikasi Tumor

Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu, 

Tumor epitel

Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor jenis ini

merupakan tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus. Tumor epitel dibagi

menjadi squamous cell carcinoma dan adenokarsinoma.5

2.      Tumor metastase

3.      Limfoma

Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus

4.      Sarcoma

Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.

            Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi

menjadi epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan

adenokarsinoma. Squamous cell carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus.

Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian kanker esofagus di Amerika Serikat. Kanker

yang terjadi di sel kelenjar disebut adenokarsinoma. Jenis sel ini bukanlah sel yang

biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan dalam esofagus. Sebelum menjadi

adenokarsinoma, sel glandular menggantikan posisi sel squamous, dan inilah yang

sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker tipe ini sering terjadi di bagian

yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat terbanyak kejadian

adenokarsinoma.5

II.5 Epidemiologi

            Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian karena

kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika

Selatan dan Cina. Di amerika pada tahun 2000, angka kejadian kasus baru

mencapai angka 12.300 sedangkan angka kematian mencapai 12.100. dalam 25

tahun terakhir ini, terjadi peningkatan kejadian adenokarsinoma esofagus distal yang

cukup signifikan.1,3, 6

            Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah

yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari

Page 43: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

tepi selatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia

Tengah, Afganistan, Siberia, dan Mongolia. Selain itu kanker esofagus banyak

terdapat di Finlandia, Islandia, Afrika Tenggara, dan Perancis Barat Laut. Di Amerika

Utara dan Eropa Barat, Kanker esofagus lebih sering terjadi pada orang kulit hitam

dibandingkan dengan orang kulit putih. Squamous Cell carcinomaadalah jenis

kanker yang sering terjadi pada orang kulit hitam, sedangkan adenokarsinoma

sering terjadi pada orang kulit putih. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki beresiko

terkena kanker esophagus 3 hingga 4 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita.

Hal ini terutama dikaitkan dengan tingginya konsumsi alkohol dan rokok pada pria.

Berdasarkan tingkatan usia, usia  lebih dari 65 tahun memiliki resiko paling tinggi

untuk menderita kanker esofagus. Sekitar 15% penderita didiagnosa menderita

kenker esofagus pada usia kurang dari 55 tahun.1,2,5

II.6 Faktor Resiko

            Penyebab kanker esofagus belum  diketahui dengan pasti akan tetapi para

peneliti percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat

menyebabkan kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian

dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang

berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s

esophagus dan akhalasia dapat memicu terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko

yang dapat mempertinggi kejadian kanker esofagus diantaranya adalah :

1.      Merokok dan konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus. Alkohol

dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus. Orang yang

merokok 1 bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk menderita

adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok

2.      Obesitas

Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan tekanan

intra abdomen dan refluk esofagus.

3.       

      Gastro esophageal reflux disease (GERD)    

Page 44: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk menderita

adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko bergantung

pada seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 % kejadian kanker

esofagus dikaitkan dengan kejadian GERD.

2.       

      Barrett’s esophagus

Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam jangka

waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada dinding

esofagus. Hal ini dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi esofagus

menjadi nhilang dan digantikan oleh sel glandular. Sel glandular ini biasanya terlihat

seperti sel yang melapisi dinding lambung dan usus halus, dan lebih resisten

terhadap asam lambung. Kondisi ini dinamakan Barrett’s esophagus. Sekitar 10 %

orang dengan gejala GERD menderita Barrett’s esophagus. Semakin lama

seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko untuk menderita Barrett’s

esophagus. Kebanyakan orang yang menderita Barrett’s esophagus memiliki gejala

dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki resiko 30 hingga 125 kali lebih besar

untuk menyebabkan terjadinya kanker esofagus dibandingkan dengan orang

normal.  Hal ini dikarenakan sel glandular pada Barrett’s esophagus menjadi

abnormal hingga menjadi displasia, kondisi prekanker.7

4.      Diet

Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayura,

berkaitan dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan dan

sayur-sayuran mengandung banyak vitamin dan mineral yang membantu dalam

mencegah terjadinya kanker. Sekitar 15 5 kanker esofagus dikaitkan dengan

rendahnya asupan buah-buahan dan sayuran. Makan makanan yang sedikit

mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran dapat meningkatkan kejadian kanker

esofagus. 

5.      Akhalasia

Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan baik.

Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan dan

cenderung berkumpul di esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi dengan

melakukan dilatasi. Orang dengan akhalasia memiliki resiko untuk mengalami

Page 45: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

kanker esofagus 15 kali lebih besar dibandingkan dengan orang normal. Sekitar 6% 

(1 dari 20 orang) dari semua kasus akhalasia berkembang menjadi kanker

squamous cell carcinoma. Pada umumnya, kanker terjadi sekitar 17 tahun setelah

pasien didiagnosa akhalasia.

6.      Bakteri lambung

Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung,

termasuk ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini

dapat diobati dengan antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam lambung.

Orang yang mendapat terapi H.Pylori beresiko untuk mengalami kanker esofagus

dibandingkan dengan orang yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini dikarenakan

infeksi H.Pylori, menyebabkan lambung memproduksi sedikit asam lambung.

rendahnya kadar asam lambung berdampak apad rendahnya refluks ke esofagus.

Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di lambung, tetapi di lain pihak hal

ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.

II.7 Manifestasi Klinis

            Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien

mencari bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi

ulseratif esofagus tahap lanjut.

1.      Disfagia

Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan oleh

penderita seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada. Ketika

menelan menjadi sulit, maka penderita biasanya mengganti makanan dan kebiasan

makannya secara tidak sadar. Penderita makan dengann jumlah gigitan yang lebih

sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. seiring dengan

pertumbuhann kaknker yang semakin besar, penderita mulai makan makanan yang

lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih mudah masuk melewati

esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti mengkonsumsi makanan padat dan

mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker tetap terus tumbuh,

bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esophagus. Untuk membantu

makanan melewati esophagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan

menghasilkan saliva luarkan Hal ini juga yang menyebabkan orang yang menderita

kanker esofagus sering mengeluh mengeluh banyak mengeluarkan mukus atau

saliva.1,5,8

Page 46: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

2.      Merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan.

3.      Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan

akhirnya cegukan.

Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar di dada.

gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan dengan organ lain,

seperti jantung, sehingga sering kali orang tidak menyadari kalau gejala tersebut

adalah salah satu gejala yang sering dikeluhkan pada penderita kanker  esofagus.

4.      Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat

kelaparan

Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami

penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga penderita

mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain

dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan meningkatnya proses metabolisme

kanker yang diderita oleh pasien.1

Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu

tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada

mukosa dan menghasilkan pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan

terjadi dalam jumlah yang banyak, maka feses juga bisa berubah menjadi warna

hitam tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.

5.      Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan

menelan dan anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening

daerah supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali.

II. 8 Staging Kanker Esofagus

The American Joint Committee on Cancer Staging 1987 membagi stadium tumor

berdasarkan TNM sistem. T adalah tumor primer, N adalah pembesaran kelenjar

limfe regional dan M adalah metastasis jauh. TNM sistem dapat ditegakkan dari hasil

pemeriksaan klinis, esofagoskopi dan CT scan.9

TUMOR PRIMER  (T)

TX Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 Tidak ada bukti ada tumor primer 

Tis Carcinoma in situ

Page 47: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

T1 Invasi ke lamina propia atau submukosa

T2 Invasi ke tunika muskularis propia :

T3 Invasi ke tunika adventitia.

T4 Invasi ke struktur sekitar.

REGIONAL LYMPH NODES (N)

NX Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai

N0 Tidak ada metastasis jauh

N1 Ada metastasis ke KGB regional

METASTASE (M)

MX Metastasis tak dapat dinilai

M0 Tak ada metastasis jauh

M1 Ada metastasis jauh

KLASIFIKASI METASTASE

Tumor pada bgaian bawah esophagus

M1a Metastasis di limfa nodus celiac

M1b Metastasis jauh lainnya

Tumor pada bagian tengah esophagus

M1a Not applicable

M1b Nonregional lymph nodes and/or other distant metastasis

Tumor pada bagian atas esophagus

M1a Metastase ke nodus servikal

M1b Metastase ke tempat lain

STAGE GROUPING

Stage 0 Tis N0 M0

Stage I T1 N0 M0

Stage IIA T2 N0 M0

Page 48: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

T3 N0 M0

Stage IIB T1 N1 M0

T2 N1 M0

Stage IIIA T1 N2 M0

T3 N1 M0

 Stage IIIB T4 Any N M0

Stage IV Any T Any N M1

Stage IVA Any T Any N M1a

Stage IVB Any T Any N M1b

II. 9 Penegakan Diagnostik

Evaluasi Diagnostik

Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan

penunjang termasuk didalamnya imaging studies dan endoskopi.

1.      Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat

gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin

yang mengalami peningkatan.

2.      Imaging studies

a.       Barium swallow

Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding

esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus

dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada

permukaan dinding esofagus.

Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia.

Bahkan sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes

barium tidak dapat digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah

bermetastase.9,10

b.      CT Scan

CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT

Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT

Page 49: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat

membantu dalam menentukan apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik

untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien diminta untuk minum

cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus  dapat terlihat jelas sehingga

tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.

3.      Endoskopi

a.       Upper Endoscopy

Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker

esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang

dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di

sekitar kanker yang tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil

kemudian dikirim ke laboratorium, dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan

apakah jaringan tersebut merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika

kanker esophagus menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut dengan

bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat

melaluinya.9,10

b.      Endoscopic ultrasound

Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk melihat

gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk menentukan

ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar ke

jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan.

   

Gambar 1. Endoskopi 

4.      Bronkoskopi dan mediastinokopi

Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan

atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu

dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi

Page 50: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

digunakan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur

mediastinal lain.

II.10 Penatalaksanaan

            Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada karsinoma esofagus,

perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium tumor.

Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan jasmani

yang teliti, dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan

dengan esofagografi memakai suspensi barium, foto dada, CT Scan dada dan

abdomen. Pada kasus-kasus tertentu perlu dilakukan bronkoskopi, mediastinoskopi,

atau sidik tulang.11

            Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus.

Pilihannya adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari

ketiga jenis pilihan. Sebagai contoh, terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan

sebelum atau setelah operasi. Pilihan terapi bergantung pada beberpah hal,

diantaranya :

        Lokasi kanker di dalam kerongkongan

        Apakah kanker telah menyerang struktur disekitarnya

        Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ tubuh

lainnya

        gejala dan kondisi kesehatan secara umum

a. Operasi

            Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung

terutama di mana kanker itu berada. Untuk pembedahan harus ditentukan apakah

dapat dioperasi atau tidak berdasarkan keadaan umum pasien secara klinis, tidak

adanya fiksasi tumor  ke jaringan sekitar, atau tidak adanya metastasis ke organ

lain. Pembedahan dapat dikombuinasikan dengan terapi lain seperti kemoterapi dan

radioterapi. Pada stadium dini, di mana besar tumor  kurang dari 2 cm, dilakukan

pembedahan enbloc esophagectomy. Penderita akan merasakan nyeri pada masa

awal setelah operasi. Namun obat-obatan akan membantu dalam mengurangi rasa

sakit tersebut. Efek samping yang ditimbulkan dari tindakan pembedahan

diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi termasuk pneumoni, pandarahan

setelah pembedahan dan gangguan pernafasan.1,3,11

Page 51: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

Esofagektomi

Merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat semua bagian dari esofagus,

termasuk sebagaian kecil dari lambung. Saat esofagus diangkat maka limfa nodus

yang berada dekat dengan esophagus juga terangkat. Bagian atas esofagus sering

dihubungkan dengan bagian lambung yang tersisa, bagian lambung tersebut ditarik

ke arah dada atau leher menjadi bagian baru dari esofagus.  Banyaknya esofagus

yang diangkat, bergantung pada staging tumor dan lokasi tumor berada. Jika tumor

terletak  di bagian distal esofagus, maka bagian esofagus yang diangkat bisa

mencapai 8 hingga 10 cm dari normal esofagus.4,11

Beberapa metode esofagektomi:

        McKeown’s operation

Pendekatan 3 lapangan operasi, meliputi laparotomi, thorakotomi dan Insisi servikal,

dibuat anastomosis antara lambung keesofagus di servikal.

        Ivor Lewis operation

Pendekatan 2 lapangan operasi, meliputi laparotomi dan thorakotomi, dilakukan

anastomosis antara lambung dengan oesophagus di thoraks.

        Laparoscopy-assisted esophagectomy

Hampir sama dengan transhiatal approach tetapi menggunakan laparoscopic

instruments untuk mobilisasi esophagus intra thoracic.

        Open esophagectomy

Esophagus dapat diangkat dengan melakukan insisi melalui abdomen dan torak,

yang dikenal dengan nama esofagektomi transtorakal. Jika insisi dilakukan melalui

abdomen dan leher disebut esofagektomi transhiatal.

        Minimally invasive esophagectomy

Esophagus dapat diangkat melalui insisi yang kecil, tindakan ini disebut dengan

esofagektomi invasif minimal. Ahli bedah menggunakan sejenis teleskop yang tipis 

melalui insisi. Alat ini akan mempermudah ahli bedah untuk melihat esofagus selam

operasi.

Efek samping tindakan pembedahan

Page 52: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

            Seperti operasi lainnya, tindakan pembedahan pada esofagus juga memiliki

beberapa resiko. Serangan jantung atau pembentukan bekuan darah di paru dan di

otak dapat terjadi selama proses pembedahan. Komplikasi paru-paru, seperti

pneumoni, kebocoran pada tempat penyambungan esofagus dan lambung, mual

dan muntah, meningkatnya resiko infeksi, striktur esofagus dapat terjadi sebagai

akibat dari tindakan pembedahan

b. Terapi Radiasi

            Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi

untuk membunuh sel-sel kanker. Sinar tersebut hanya mempengaruhi sel-sel

kanker, tidak untuk sel-sel disekitarnya. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum

atau setelah operasi. Bahkan dapat digunakan sebagai terapi tunggal, pengganti

operasi. Terapi radiasi biasanya dikombinasi dengan kemoterapi untuk mengobati

kanker kerongkongan. Ada dua jenis terapi radiasi dalam pengobatan kanker

kerongkongan.1,3,11

        Terapi radiasi eksternal: radiasi berasal dari sebuah mesin besar di luar tubuh.

The machine aims radiation at your cancer. Mesin ini bertujuan radiasi pada kanker

Anda. Perawatan biasanya 5 hari seminggu selama beberapa minggu.

        Terapi radiasi internal (brachytherapy): radiasi jenis ini menggunakan

semprotan anestesi untuk daerah kerongkongan sehingga pasien merasa lebih

nyaman sepanjang terapi. Sebuah tabung/selang ditempatkan ke dalam

kerongkongan. Zat radiasi akan keluar melalui tabung tersebut. ketika tabung

diangkat, zat radioaktif juga akan hilang bersamaan dengan keluarnya tabung,

sehingga tidak meninggalkan sisa di dalam tubuh. Untuk jenis terapi radiasi ini,

biasanya pengobatan tidak dilakukan secara kombinasi dengan terapi lainnya.

            Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi.

Terapi radiasi eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat

menyebabkan radang tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping

lainnya yaitu mual dan muntah. Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi

dapat menjadi merah, kering, dan nyeri.

            Terapi radiasi dapat menyebabkan masalah dalam proses menelan.

Misalnya, kadang-kadang terapi radiasi dapat melukai esofagus dan menyebabkan

kesulitan dalam menelan. Atau, radiasi juga dapat menyebabkan esofagus menjadi

sempit. Oleh karena itu, Sebelum terapi biasanya sebuah tabung plastik dimasukkan

ke dalam esofagus untuk menjaga agar esofagus tetap terbuka.

Page 53: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

c. Kemoterapi

            Kebanyakan orang dengan kanker kerongkongan mendapatkan kemoterapi.

Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat-obat

untuk kanker kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena).

Kemoterapi biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa

perawatan diikuti oleh masa istirahat.11

Regimen yang sering digunakan untuk kemoterapi adalah

        5-Fluorouracil 

        5-Fluorouracil + Cisplatin 

        ECF (Epirubicin + Cisplatin + 5-Fluorouracil) 

        IFL (Irinotecan + 5-Fluorouracil + Leucovorin) 

        TIC (Paclitaxel + Ifosphamide + Carboplatin) 

            Efek samping tergantung terutama pada obat yang diberikan dan berapa

banyak dosis yang digunakan. Kemoterapi dapat membunuh sel kanker dengan

cepat, akan tetapi obat tersebut juga dapat membahayakan sel-sel normal yang ada

di dalam tubuh yang membelah dengan cepat seperti :

Sel darah: saat kemoterapi menurunkan kadar sel darah yang sehat, maka

seseorang dapat lebih mudah untuk mendapatkan infeksi, mudah memar atau

berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.

Sel-sel pada akar rambut: Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok.

Sel yang melapisi saluran pencernaan: Kemoterapi dapat menyebabkan kurang

nafsu makan , mual dan muntah, diare, atau mulut dan bibir luka .

            Efek samping lainnya yaitu ruam pada kulit, nyeri pada sendi, rasa baal atau

mati rasa pada tangan dan kaki, gangguan pendengaran dan pembengkakan kaki.

d. Terapi paliatif

Pada stadium lanjut dilakukan tindakan paliatif agar pasien dapat menikmati

makanan peroral

        Dilatasi mekanik

Dilatasi mekaniuk digunakan ketika tindakan pembedahan dan radioterapi bersifat

kontraindikasi. Teknik dilatasi ini menggunkan balon dilatators yang dimasukkan ke

esofagus dengan bantuan endoskopi. Karena resiko perforasi esofagus cukup tinggi

Page 54: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

pada tindakan ini, maka dilatasi mekanik harus dilakukan secara perlahan dan hati-

hati.1,11

        Terapi Yag Laser

Terapi ini cukup efektif untuk mengobati obstruksi yang disebabkan oleh tumor

esofagus. Massa tumor dapat dihancurkan dengan menggunakan laser sehingga

lumen bebas dari massa.

II. 11 Prognosis

            Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki

prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar

limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat

bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8

penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun.1,5,9

BAB III

KESIMPULAN

            Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang

menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Fungsi

dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke lambung. Jika

terdapat gangguan pada daerah ini, maka semua proses tubuh yang melibatkan

esofagus termasuk proses menelan akan mengalami gangguan.

            Esofagus, seperti jaringan tubuh lainnya, juga terdiri dari se-sel hidup. Pada

awal kehidupan, sel sel esofagus membelah lebih cepat sebagai suatu bagian dalam

proses pertumbuhan. Setelah seseorang menginjak fase dewasa, sebagian besar

sel hanya akan membelah diri untuk menggantikan sel-sel yang telah rusak atau

mati. Jika sel-sel mulai membelah, tumbuh abnormal dan berkembang secara tidak

terkendali maka sel inilah yang dikatakan sel tumor atau kanker. Sel kanker juga

dapat menyerang jaringan lain, sesuatu hal dimana sel normal tidak dapat

melakukannya.

            Tidak semua tumor adalah kanker. Tumor yang bukan kanker disebut tumor

jinak. Tumor jinak dapat menjadi masalah jika tumor tersebut tumbuh semakin besar

dan menekan organ atau jaringan tubuh yang sehat. Akan tetapi tumor jinak tidak

dapat tumbuh dan menginvasi jaringan lain. Karena tumor jinak tidak dapat

Page 55: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

berinvasi, maka tumor tersebut tidak dapat menyebar ke bagian tubuh lain. Tumor

jenis ini tidak mengancam kehidupan.

            Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat

ganas (kanker). Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah

tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan

tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esophagus, terdiri dari

epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma. Dari kedua

tumor tersebut hampir 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat

ganas (kanker).

            Penyebab kanker esofagus belum  diketahui dengan pasti akan tetapi para

peneliti percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat

menyebabkan kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian

dalam esofagus, akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang

berlangsung lama pada dinding esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s

esophagus dan akhalasia dapat memicu terjadinya kanker.

            Kanker esofagus ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang dialami pasien,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan penunjang lainnya. Dari gejala

klinis, hal yang paling sering menjadi keluhan pasien adalah disfagia (sulit menelan),

merasakan benjolan pada tenggorokan dan rasa nyeri saat menelan. nyeri pada

dada, regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya

cegukan serta perdarahan. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus

karena gangguan menelan dan anoreksia. Jika telah lanjut, terdapat pembesaran

kelenjar getah bening daerah supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali. Pada

pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan

faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang

mengalami peningkatan. Dari pemeriksaan penunjang lainnya seperti bubur barium,

dapat terlihat gambaran yang khas pada sebagian besar kasus di mana akan terlihat

tumor dengan permukaan yang erosif dan kasar pada bagian esofagus yang

terkena. Pemeriksaan endoskopi dan biopsi sangat penting untuk mendiagnosis

karsinoma esofagus, terutama untuk membedakan antara karsinoma epidermal dan

adenokarsinoma. Paling tidak diperlukan beberapa biopsi, oleh karena terjadi

penyebaran ke submukosa dan adanya kecenderungan tertutupnya karsinoma

epidermal oleh sel epitel skuamus yang normal.

Page 56: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

            Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus.

Akan tetapi, sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada karsinoma

esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium

tumor berdasarkan TNM sistem. T adalah tumor primer, N adalah pembesaran

kelenjar limfe regional dan M adalah metastasis jauh. Pilihan terapi yang dapat

digunakan adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari

ketiga jenis pilihan.

            Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung

terutama di mana kanker itu berada. Pembedahan dapat dikombuinasikan dengan

terapi lain seperti kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium dini, di mana

besartumor  kurang dari 2 cm, dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy. Efek

samping yang ditimbulkan dari tindakan pembedahan diantaranya adalah serangan

jantung atau pembentukan bekuan darah di paru dan di otak dapat terjadi selama

proses pembedahan. Komplikasi paru-paru, seperti pneumoni, kebocoran pada

tempat penyambungan esofagus dan lambung, mual dan muntah, meningkatnya

resiko infeksi, striktur esofagus dapat terjadi sebagai akibat dari tindakan

pembedahan.

            Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi

untuk membunuh sel-sel kanker. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum atau

setelah operasi. Terapi radiasi biasanya dikombinasi dengan kemoterapi untuk

mengobati kanker kerongkongan. Ada dua jenis terapi radiasi dalam pengobatan

kanker kerongkongan, yaitu terapi radiasi eksternal dan terapi radiasi internal. Efek

samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi. Terapi radiasi

eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat menyebabkan

radang tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping lainnya yaitu

mual dan muntah. Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi dapat menjadi

merah, kering, dan nyeri.            Kemoterapi menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Kemoterapi biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa perawatan diikuti oleh masa istirahat. Regimen yang sering digunakan untuk kemoterapi adalah 5-Fluorouracil , 5-Fluorouracil + Cisplatin ,ECF (Epirubicin + Cisplatin + 5-Fluorouracil) , IFL (Irinotecan + 5-Fluorouracil + Leucovorin)  dan TIC (Paclitaxel + Ifosphamide + Carboplatin) . Efek samping dari kemoterapi, diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah, kurang nafsu makan , mual dan muntah, diare,

Page 57: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

atau mulut dan bibir luka, ruam pada kulit, nyeri pada sendi, rasa baal atau mati rasa pada tangan dan kaki, gangguan pendengaran dan pembengkakan kaki.

            Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki prognosis yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar limfa nodus. Jika tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat bertahan hidup selama 5 tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan hingga 5 tahun

Tumor telinga

Pengertian

                Tumor telinga disebut juga tumor glomus jugularis yang merupakan kumpulan dari jaringan ganglonik dalam tulang temporalis yang berhubungan dengan jugular bulb.

2. Etiologi

                ada beberapa penyebab dari tumor glomus, tergantung macamnya :

a. Kondroma

Tumor ini berasal dari sisa notohcordal dan secara dominan ditemukan berhubungan dengan tulang aksila yang bersifat ganas. Tumor ini jarang terjadi.

b. Kondrosarkoma

                Kondrosarkoma dari sisa kartilaginosa pada foramen laserum. Kondrosarkoma bersifat ganas dan dapat menimbulkan gejala erosi tulang yang menimbulkan tekanan pada telinga dalam.

c. Manigoima 

                Tumor ini merupakan tumor yang berasal dari tulang temporalis yang terdapat pada telinga tengah

3. Patologi

                Pada pemeriksaan histologi glomus jugulare menunjukan suatu kemiripan dengan glomus jugulare normal. Secara sitologi tumor tersebut tidak terlalu aktif  dengan hanya sedikit badan mitosis, dan tumor ini biasanya memiliki kapsulafibrosa yang tipis. Tumor tersebut juga dapat menjadi invasire dan mengakibatkan kerusakan dari tulang dan nervus fascialis didaerah sekitarnya. Tumor ini juga menunjukan  kecenderungan untuk melakukan penyebaran secara infiltrative melalui sistem udara dari sel mastoid ( Makek dkk ; 1990 )  

Page 58: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

3. Klasifikasi

                Ada tiga macam tumor glomus jugulare :

1.       Kondroma

                Kondroma merupakan tumor yang jarang terjadi, tumor ini berasal dari sisa notohcordal dan secara dominan ditemukan berhubungan dengan tulang aksila yang bersifat ganas. Gejala ini yang timbul karena tekanan dari telinga tengah atau nervus kranialis dan rasa nyeri merupakan gejala utama pada tumor ini.

2.       Kondrosarkoma

       Kondrosarkoma dari apeks perosa mungkin berasal dari sisa kartilaginosa pada foramen laserum. Kondrosarkoma bersifat ganas dan dapat menimbulkan gejala erosi tulang yang menimbulkan tekanan pada telinga dalam atau nervus carnial. Deferensiasi secara histolik dibandingkan dengan kondroma sangat penting karena biasanya tumor ini memiliki prognosis yang lebih tinggi. Tetapi dengan reseksi luas dilanjutkan radiasi post operative. Angka kehidupan 5 tahun adalah 70%.

3.       Manigioma

                Manigioma merupakan tumor intra carnial jinak yang paling sering ditemukan dan diduga berasal dari Vili Arahnoid. Tumor ini merupakan tumor yang berasal dari tulang temporalis yang terdapat pada telinga tengah.Tumor Epitelium

Satu-satunya tumor epitelium jinak yang ditemukan pada telinga tengah ialah Adenoma dan dikeluarkan dengan kombinasi standar dari pendekatan secara mastoidektomi dengan pemeliharaan pendengaran.

Tumor ganas yang paling sering adalah Skuamous sel-karsinoma. Terapi ini adalah dengan kombinasi dari radioterapi dengan radiasi radikal. Tumor epithelial ganas lainnya adalah adenokarsinoma dan karsinoma adenoid kistik. Keduanya relatif radio resisten dan radikal operasi memberikan kemungkinan angka kesembuhan yang paling baik.

Ada empat tingkatan dari penyebaran glomus jugularis dalam hubungannya dengan klinis:

1)       Jenis Kelamin

                Glomus tumor lebih dominan terjadi pada wanita dari pada pria dengan perbandingan 6:1. glomus tumor juga terjadi pada usia pertengahan. Walaupun timbulnya angka kejadian sangat jarang tetapi tingkatan kejadian terlihat meningkat pada pasien yang keluarganya menderita  tumor glumor dengan pola herediter.

2)       Aktivitas Endokrin

Page 59: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

                Tumor glomus biasanya dianggap sebagai  non-chomaffin paraganglioma yang tidak memiliki fungsi endokrin tetapi hal ini dapat menunjukan adanya laporan peningkatan keaktifan dari tumor ( Duke dkk;1964)/

3)       Pusat Tumor

                Glomus tumor terkadang timbul pada kedua telinga kiri dan kanan/berkonjugasi dengan paraganglioma lainnya. Badan karotis sendiri sering menjadi tempat bagi kedua tumor tersebut.

4)       Metastase

        Tumor glomus jugulare secara umum dianggap sebagai tumor yang memiliki tingkat keganasan yang rendah,sebagian besar menyebabkan masalah,karena letaknya secara anatomi sangat kompleks dan terletak pada basal tulang tengkorak.

4. Gejala

        Gejala yang ditimbulkan glomus jugulare awalnya yang biasa sering terjadi adalah Tinnitus yang berdenyut dan tuli konduktif. Gejala awal ini biasanya mengikuti perkembangan telinga tengah dan lebih sering diabaikan. Adanya suatu masa berwarna kemerahan ( the rising sun behind the drum ) pada pemeriksaaan rutin biasanya jarang ditemukan. Pada 30% kasus didapatkan adanya kelumpuhan otot-otot wajah, hal ini timbul karena akibat perkembangan dari nervus pada foramen ( lubang ) jugularis.Sedangkan gejala yang jarang timbul otalgia dan perdarahan.

5. Penatalaksanaan

a)       Terapi tumor glomus dibagi menjadi :

1.       Tidak ada terapi secara aktif dan observasi secara berkelanjutan

2.       Radioterapi

3.       Operasi reseksi

4.       Operasi reseksi dengan perencanaan radioterapi adjuvant.

b)       Tanpa pengobatan

                                Tumor glomus tergolong tumor yang memiliki tingkat perkembangan yang lambat dan sejarah perkembangan yang panjang. Biasanya tumor ini terjadi pada usia pertengahan dimana kesehatan orang tersebut pada umumnya baik. Pengobatan terutama diindikasikan untuk melihat harapan hidup pasien.

Page 60: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

         c)  Operatif

                       Tujuan utama pembedahan adalah reseksi sacara total dari tumor bila memungkinkan dan hal ini ideal dapat dilakukan tanpa meningkatkan kerusakan neurologis dari pasien.

Teknik operatif Ò spector, maisel dan ogura lebih memilih irradiasi preoperative yang mengurangi vaskularisasi dapat memudahkan pembedahan tumor. Ahli bedah lebih sering menggunakan preoperative embolisasi. Tumor glomus timpanicus yang sangat kecil dapat dilakukan pengangkatan dengan timpanotomi sederhana bila semua batas divisualisasikan.

6. Diagnosa

       Diagnosa yang dapat ditegakan berdasarkan jenis tumornya :

1. Kondroma

                Terapi yang dapat dilakukan adalah reseksi yang luas, namun kadang hal ini sulit dilakukan bahkan oleh ahli bedah berpengalaman sekalipun oleh karena itu diperlukan postoperative radioterapi dengan menggunakan I123 brady therapi maupun radiasi Stereotaktik.

Prognosis tumor tergantung pada tipe histologi dari tumor tersebut. Angka kehidupan rata-rata pasien dengan kondroid kondroma berkisar 16 tahun.

2. Kondrosarkoma

       Deferensiasi secara histolik dibandingkan dengan kondroma sangat penting karena biasanya tumor ini memiliki prognosis yang lebih tinggi. Tetapi dengan reseksi luas dilanjutkan radiasi post operative. Angka kehidupan 5 tahun adalah 70%.

3. Manigioma

                Tumor ini biasanyarelaif menggunakan radio resisten dan radikal operasi memberikan kemungkinan angka kesembuhan yang paling baik.

Tumor telinga

Tumor Telinga

DIPOSKAN OLEH -DIMAZT PRABOWO-DI 5/03/2011 11:14:00 PM 1 KOMENTAR

Tumor telinga paling banyak ditemukan di daun telinga dengan jenis karsinoma sel skuamosa.

Page 61: Polip Hidung Dan Pengobatan Medis Polip Hidung

A. Etiologi

Diduga akibat radiasi sinar ultraviolet matahari atau iritasi kronik.

B. Manifestasi Klinis

Nodul yang melekat erat dengan erosi pada permukaan tumor dan pembentukan ulkus ditutupi krusta super isial yang keras dengan pinggir yang tidak rata. Rasa nyeri telinga tidak terlalu hebat, kecuali bila telah mengenai tulang rawan di bawahnya.

Pada liang telinga atau telinga tengah tampak bersamaan infeksi kronik telinga. Permukaan merah, kadang tampak sebagai jaringan granulasi atau polip. Nyeri telinga sangat hebat bila membuka mulut, mengunyah, dan menguap. Kelenjar limfe retroaurikular dan preaurikular membesar.

C. Pemeriksaan Penunjang

Tomografi komputer untuk menunjukkan perluasan tumor. Biopsi jaringan atau jarum halus untuk mengetahui diagnosis pasti.

D. Komplikasi

Penyebaran ke organ vital sekitarnya.

E. Penatalaksanaan

Operasi dengan eksisi luas, bila perlu diseksi leher radikal. Radiasi pascaoperasi sebanyak 6.000 rad. Kemoterapi dengan obat kombinasi metotreksat, sisplatin, dan 5-fluorourasil