Pneumonia Radiologi

download Pneumonia Radiologi

of 35

description

.,.. . ...

Transcript of Pneumonia Radiologi

PENDAHULUAN

Infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) menimbulkan angka kesakitan dan kematian yang tinggl serta kerugian produttivitas keda. ISNBA dapat di jumpai dalam berbagai bentuk, tersering adalah dalam bentuk Pneumonia. Pneumonia ini dapat terjadi secara primer atau merupakan taHap lanjutan manifestasi ISNBA lainnya misalnya sebagai perluasan bronkiektasis yang terinfeksi.Pneumonia sebenarnya bukanlah suatu penyakit baru. American lung associaton misalnya menyebutkan hingga tatrun 1936 pneumonia menjadi penyebab kematian nomor satu di Amerika. Penggunaan antibotik membuat penyakit ini dapat di kontrol, beberapa tahun kemudian pneumonia kembali menjadi penyebab kematian utama dikarenakan munculnya organisme nosokomial yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme- organisme baru seperti legionella, bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya tahan tubuhnya, karena adanya penyakit seperti AIDS, dan juga dikarenakan adanya kombinasi pneurnonia dan influenza.Pneumonia juga merupakan masalah kesehatan didunia karena angka kematiannya tinggi, tidak hanya di negara berkembang, tetapi juga di negara- negara maju seperti Amerika serikat, Kanada dan di negara-negara Eropa. Di Indonesia sendiri pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit - penyakit kardiovaskular dan tuberkulosis. Faktor sosial-ekonomi yang rendah mempertinggi angka morbiditas dan mortalitas.

DEFINISI

Pneumonia merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, bronkiolus terminalis bagt* distal yang mencakup bronkiolus respiratorius dan alveoli, peradangan ini menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat, disebut Pneumonia atau Pneumonitis. Namun istilah pneumonitis seringkali digunakan untuk menyatakan peradangan paru non spesifik yang etiologrnya belum di ketahui, sedangkan istilah pneumonia digunakan untuk peradangan paru yang sudah diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan histologis terdapat pneumonitis atau reaksi inflamasi berupa alveolitis dan pengumpulan eksudat yang ditimbulkan oleh berbagai penyebab dan berlangsung dalam jangka waktu yang bervariasi. Bila proses infeksi dapat teratasi dengan baik maka akan terjadi perbaikan struktur paru ke arah normal, namun pada pneumonia nekrotikans yang disebakan antara lain oleh Stapylococus atau kuman gram negatif maka akan terbentuk jaringan parut atau fibrosis.

Secara klinis, diagnosis pneumonia didasarkan atas tanda-tanda kelainan fisis dan adanya gambaran konsolidasi pada foto thorax. Namun diagnosis lengkap haruslah mencakup diagnosis etiologi dan anatomi. Pendekatan diagnosis ini harus di dasarkan kepada pengertian patogenesis penyakit hingga diagnosis yang dibuat mencakup bentuk manifestasi, beratnya proses penyakit dan etiologi pneumonia. Cara ini akan mengarahkan dengan baik kepada terapi empiris dan pemilihan antibiotik yang paling sesuai terhadap mikroorganisme penyebabnya.

Di tinjau dari insidensinya penyakit saluran napas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatan yang tinggi di seluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran pemapasan yang terjadi di masyarakat (pneumonia komunitas/PK) atau di dalam rumah sakit (pneumonia nosokomial/PN). Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran napas bawah akut di parenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15-20%. Pneumonia nosokomial di ICU lebih sering dari pada PN diruangan umum yaitu 42% : 13%, dan sebagian besar yaitu sejumlah 47% terjadi pada pasien yang menggunakan alat bantu mekanik. Kelompok pasien ini merupakan bagian terbesar dari pasien yang meninggal di ICU akibat PN.

ETIOLOGI

Etiologi pneumonia yang tersering adalah bakteri. Cara penularan berkaitan dengan jenis bakteri, misalnya infeksi melalui droptet sering di sebabkan Streptococus pneumonia, melalui selang infus oleh Stapylococtts Aureus, sedangkan pemakaian ventilator oleh P.aeruginosa dan Enterobacter. Akibat perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat sehingga menimbulkan perubahan karakteristik kuman, terjadilah peningkatan patogenitas jenis kuman, terutama S.aereus, B.catanhalism, Haemophilus influenza, dan Enterobacter. Juga dijumpai adanya berbagai bakteri enteric gram negatif. Respons yang ditimbulkan juga bergantung pada agen penyebabnya. Sfieptococus, Pneumococus adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia bakteri, baik yang didapat dari masyarakat (kira-kira 75% dari semua kasus) maupun dari rumah sakit.

Pneumonia oleh virus sering terjadi pada anak-anak, tetapi kasus pada anak-anak hanya sebesar 10%. Gejala atau tanda yang khas pada pneumonia jenis ini adalah sakit kepala, demam, nyeri otot menyeluruh, letih luar biasa, dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini ringan, tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit, dan tidak menyebabkan kerusakan paru yang menetap. Penyebab tersering adalah virus influenza tipe A, B dan adenovirus.

Pneumonia juga dapat di sebabkan oleh protozoa parasit. Pnemocystis carinii adalah penyebab dari PCP (pneumonia P.carinii). PCP yang berulang menyerang lebih dari separuh penderita AIDS dan sering meirjadi penyebab kematian kelompok ini. PCP merupakan infeksi oportunistik dan dapat juga terjadi pada pejamu dengan gangguan imunitas seperti pasien yang mendapat terapi imunosupresif untuk pengobatan kanker atau transplantasi organ.

Pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi dibedakan menjadi tiga sindrom berdasarkan sifat bahan yang diaspirasi, tanda dan gejala serta patofisiologinya. Aspirasi mikroorganisme patologik yang berkoloni pada orofaring adalah cara infeksi yang menyebabkan pneumonia bakteri. Kebanyakan individu mengaspirasi sedikit sekret orofaringeal selama tidur, dan sekret tersebut akan dibersihkan secara normal tanpa gejala sisa melalui mekanisme pertahanan secara normal. Sindrom aspirasi tipe kedua yang disebut sindrom Mendelson berkaitan dengan regurgitasi dan aspirasi isi asam lambung. Jenis sindrom ketiga aspirasi berkaiatan dengan bahan yang diaspirasi (biasanya makanan) atau cairan bukan asam (misal tenggelam) menyebabkan obstruksi mekanik.

Fungus juga menyebabkan pneumonia, walaupun tidak sesering bakteri, misalnya histoplasmosis, koksidiomikosis, dan blastomikosis. Spora fungus ini di temukan dalam tanah dan terinhalasi. Spora yang masuk ke dalam bagian paru-paru yang lebih dalam difagositosis dan dapat menimbulkan alergi. Sesudah timbul alergi, terjadi reaksi peradangan yang disertai pembentukan tuberkel, jaringan parut pekapuran, dan bahkan pembentukan kavitas. Hal ini seringkali disalah tafsirkan sebagai tuberkulosis, sehingga dibutuhkan pembiakan jamur di jaringan paru. Pneumonia oleh fungus tidak jarang menjadi komplikasi dari tahap akhir penyakit-penyakit terminal seperti kanker atau leukimia. Candida albicans merupakan jamur yang sering ditemukan pada sputum orang sehat dapat juga menyerang jaringan paru. Infeksi oleh candida disebut Candidiasis.

FAKTOR RESIKO

Adapun faktor-faktor resiko pneumonia yakni :

Usia diatas 65 tahun Aspirasi sekret orofaringeal Infeksi pernapasan oleh virus Sakit yang parah yang menyebabkan imunodefisiensi seperti ( diabetes mellitus) Penyakit pernapsan kronik (COPD, asma kistik fibrosis) Kanker( terutama kanker paru ) Trakeostomi ataupemakaian endotrakeal Bedah abdominal atau toraks Fraktur tulang iga Pengobatan dengan imunosupresif AIDS Riwayat merokok Alkoholisme Malnutrisi

PATOGENESIS

Patogenesis pneumonia mencakup interaksi antara mikroorganisme penyebab yang masuk melalui berbagai jalan, dengan daya tahan tubuh pasien, mikroorganisme penyebab pneumonia memiliki tiga bentuk transmisi primer :1. Aspirasi sekret yang berisi mikroorganisme patogen yang telah berkolonisasi di orofaring.2. Inhalasi aerosol yang infeksius3. Penyebaran hematoge'n dari bagian ekstrapulmonar Asprasi dan inhalasi agen-agen infeksius adalah dua cara tersering yang menyebabkan pneumonia, sementara penyebaran secara hematogen lebih jarang terjadi. Pada saluran nafas bagan bawah, kuman menghadapi daya tahan tubuh berupa sistem pertahanan mukosilier, daya tahan selular makrofag alveolar, limfosit bronkial, dan netrofil. Juga daya tahan humoral igA dan igG dari sekresi bronkial.Terjadinya pneumonia tergantung kepada virulensi MO, tingkatan kemudahan dan luasnya daerah paru yang terkena serta penurunan daya tahan tubuh. Pneumonia dapat terjadi pada orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang mengganggu daya tahan tubuh.Respon yang di timbulkan juga bergantung dari agen penyebabnya. Streptococus pneumonla (pneumococus), adalah penyebab yang paling sering dari pneumonia bakteri, baik yang didapat di masyarakat maupun dari semua kasus rumah sakit. Di antara semua pneumonia bakteri, pneumonia pneumokokus merupakan yang paling banyak diselidiki. Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mukus atau saliva. Lobus bagian bawah paling sering terkena karena efek gravitasi. Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon khas yang terdiri dari 4 tahap berurutan1. kongesti (4 sampai 12 jam pertama): eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor.2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya): paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar) karena sel-sel darah merah, fibrin, dan leukosit PMN mengisi alveoli.3. Hepatisasi kelabu (3 sampai 8 hari) : paru tampak kelabu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang. 4. Resolusi (7 sanrpai 11 hari) : eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali pada struktur semula.Awitan pneumonia pneumokokus bersifat mendadak disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat terdengar di atas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan fibrin dalam alveolus dan dapat pula dalam permukaan pleura. Hampir selalu terdapat hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat pirau darah melalui daerah paru yang tak mengalami ventilasi dan konsilodasi. Untuk membantu dalam menegakkan diagnosis dan mengikuti perjalanan pneumonia dapat dilakukan radiogram dada, hitung leukosit dan pemeriksaan sputum terdiri dari pemeriksaan dengan mata telanjang dan mikroskopik serta biakan. Pneumonia diharapkan sembuh setelah terapi mencapai 2-3 minggu. Bila lebih lama perlu di curigai adanya infeksi kronik oleh bakteri anaerob atau non bakteri seperti oleh jamur, mikobacterium atau parasit. Karena itu perlu penyelidikan lebih lanjut terhadap MO penyebab pneumonia Pada umumnya pasien dengan gangguan imunitas yang berat mempunyai prognosis yang lebih buruk dan kemungkinan rekurensi yang lebih besar.

GAMBARAN KLINIS DAN KLASIFIKASI

Gambaran klinis dan klasifikasi pneumonia didasarkan pada faktor lingkungan pasien, keadaan pasien dan mikroorganisme, atau mengaitkannya dengan data-data klinis, epdemiologi dan pemeriksaan penunjang.

-Klasifikasi tradisional berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas:1. Pneumonia tipikal yang bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris klasik. Gambaran radiologisnya berupa opasitas lobus atau lobaris yang disebabkan oleh kuman tipikal terutama S.pneumonia, K.pneumonia, atau H.Influenza2. Pneumonia Atipikal, ditandai oleh gangguan respirasi yang lambat dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang difus. Penyebabnya adalah Mycoplasma pneumonia, virus Legionella pneumophila dan Clamidia psittae. Klasifikasi ini sudah tidak digunakan lagi karena ditemukan bahwa gambaran radiologis atau laboratorium saling tumpang tindih dan tidak mencakup pneumonia gambaran yang khas. -Klasifikasi secara radiologis sesuai dengan lokasi anatomisnya:1. Pneumonia alveolar. Misalnya Pneumonia pneumococal. Eksudat pada alveolar memberi gambaran konsolidasi homogen pada perifer yang terbentang menuju hilus dan cenderung memotong garis segmental. air-bronkogram biasanya di temukan pada pneumonia jenis ini.2. Pneumonia lobular (bronkopneumonia) sering ditemukan pada pneumonia yang disebabkan oleh infeksi stapilococus pada paru, terlihat gambaran konsolidasi berdensitas tinggi pada satu segmen atau lobus atau bercak yang mengikut sertakan alveoli yang tersebar3. Pneumonia interstisial yang dapat ditemukan pada infeksi virus dan mycoplasma. Terjadi edema dinding bronkioli dan juga edema jaringan interstisial peribronkial, kadang-kadang alveoli terisi eksudat.4. Pneumonia campuran, merupakan gabungan ketiganya.

-Klasifkasi berdasarkan inangnya dan lingkungan. Klasifikasi ini sering dipakai karena membantu pelaksanaan pneumonia secara empirik. Klasifikasi ini terbagi atas:1. Pneumonia komunitas bersifat sporadik dan endemik menyerang tua dan muda.2. Pneumonia nosokomial didahului dengan riwayat perawatan dirumatl sakit.3. Pneumonia rekure,ns terjadi berulang kali berdasarkan penyakit paru kronik.4. Pneumonia aspirasi biasanya pada penderita alkoholik dan usia tua.5. Pneumonia pada gangguan pada umum, pasien transplantasi,onkologi, AIDS. Dari beberapa bagian diatas, hanya pneumonia komunitas dan nosokomial yang lazim dipakai. Mengingat gambaran pneumonia nosokomial yang khas berbeda dtri pneumonia komunitas, maka diagnosis pneumonia jenis ini menggunakan kriteria Centre for Disease and Preventoin, USA.

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberiterapi yaitu dengan cara mencakup bentuk luas penyakit, tingkat berat penyakit, dan perkiraan jenis kuman penyakit, sering sekali bentuk pneumonia mirip, sekalipun mikroorganisme penyebabnya berbeda. Oleh sebab itu, diagnosis pneumonia didasarkan kepada riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti dan pemeriksaan penunjang yang baik selain itu juga diagnosis klinis pneumonia bergantung kepada penemuan kelainan fisis atau bukti radiologis yang menunjukan konsolidasi. Adapun pemeriksaannya meliputi

1. Pemeriksaan anamnesis : ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan dengan faktor infeksi, dalam hal ini yang perlu digali adalah evaluasi faktor pasien/presdiposisi, Iokasi infeksi, usia pasien dan awitan.

2. Pemeriksaan fisik presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan kilinis. Perhatikan gejala klinis yang mengarah pada tipe kuman penyebabnya dan tingkat beratnya penyakit: Awitan akut misalnya S.pneurnonia, Streptococus sp, Stapilococcus. Pneumonia virus ditandai dengan gejala seperti myalgia, malaise, batuk kering dan non-produktif Sputum, contohnya red currant jelly, cirikhas dari pneumonia klebsiella.

3. Pemeriksaan laboratorium : umurnnya leukositosis menandai adanya infeksi bakteri; leukosit normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau pada infeksi yang berat sehingga tidak terjadi respons leukosit, orang tua atau lemah. Leukositopenia menunujukan depresi imunitas, misalnya neutropenia pada infeksi kuman gram negatif atau s.aureus pada pasien dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.

4. Pemeriksaan bakteriologis : bahan berasal dari spufum, darah, aspirasi nasotrakea/transtrakeal, aspirasi jarum transtorakal, torakosintesis, bronkoskopi, atau biopsi, untuk tujuan terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus gram, Burri Gin, Quellung test dan Z.Nielsen. kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan pemeriksaan utama praterapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi selanjutnya.

5. Pemeriksaan khusus : titer antibodi terhadap virus, legionella dan mikoplasma. Nilai diagnostik bila titer tinggi atau ada kenaikan titer 4 kali. Analisis gas darah dilakukan untuk menilai tingakat hipoksia dan kebutuhan oksigen.

6. Pemeriksaan radiologis : pemeriksaan radiologis lengakap akan dibatras pada bab berikutnya.

GAMBARAN RADIOLOGI PNEUMONIA

Suatu penilaian terhadap foto toraks memerlukan pengetatruan yang mendalam tentang anatomi normal toraks. Dalam keadaan normal pun, setiap orang memiliki anatomi yang berbeda-beda, sedangkan batas antara orang normal maupun sakit sedikit samar. Sehingga perlu dimiliki pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk batas-batas normal.

TORAKS NORMAL

Gambaran toraks orang dewasa maupun anak kecil akan memperlihatkan gambaran tulang-tulang toraks (termasuk tulang rusuk), diafragma, jantung, paru-paru, klavikula, skapula dan jaringan lunak dinding toraks. Toraks terbagi dua oleh mediatinum di tengah-tengah. Di sebelah kiri dan kanan mediastinum terdapat paru-paru yang berisi udara yang karenanya memberikan gambaran relatif radiolusen (hitam) bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding toraks dan bagian atas abdomen, yang relatif radioopak (putih). Pada anak kecil perlu diingat masih terdapatnya Thymus di daerah mediastinum, yang akan hilang saat beranjak dewasa.

PNEUMONIA

Infeksi paru (Pneumonia) dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan beberapa protozoa. Gambaran pneumonia akan terjadi peningkatan densitas dalam bagian paru yang terkena. Paru yang memberi gambaran lusen, akan tampak lebih opak karena adanya proses peradangan yang menggantikan udara. Gambaran opak yang diberikan pun berbeda-beda, tergantung bentuk infeksi dan distribusinya. Salah satu gambaran khas pneumonia adanya air bronkogram, yakni terperangkapnya udara dalan bronkus karena tiadanya pertukaran udara pada alveolus. Namun, gambaran ini tidak muncul disemua pneumonia.

Gambaran Radiologis

Berdasarkan letak anatomis dibagi menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia) dan pneumonia interstitialis (bronkiolitis).

1. AIR SPACE PNEUMONIA/PNEUMONIA LOBARIS Gambaran Radiologis pada foto thorax pada perryakit pNeumonia antara lain:

Perselubungan paru Lobus kanan atas. Batasnya tegas, walaupun pada mulanya kurangjelar Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelectasis dimana paru mengecil. Tidak tampak deviasi trachea / septum / flssure / seperti pada atelektasis.

Sumber: www.medcyclopedia.com Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura. Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang paling akhir terkena. Pada masa resolusi sering tampk Air Bronchogram Sign.

Air space pneumonia lobaris/ pneumonia lobaris sering dikenal juga dengan pneumonia pneumococcus karena seiring waktu infeksi dapat menyebar dan melibatkan seluruh lobus, sering juga menempati satu lobus penuh/konsolidasi pada seluruh lobus dimulai dalam ruang distal dan menyebar melalui pori-pori.

Sumber: www.radiologi-thorax-ekspertise.com

Sinuses dan diafragma normal, cor tidak membesar Pulmo: Hilus kanan tertutup bayangan jantung, hilus kiri kabur Corak bronkovaskuler normal Tampak perselubungan opak inhomogen berbatas tegas di lapang atas paru kanan dengan air bronchogram Kesan:Tidak tampak kardiomegali Pneumonia lobaris

Gambar. Pneumonia lobaris foto AP tampak perselubungan pada lobus kanan paru.

Sumber: www.emedicine.medscape.com

Gambar. Pneumonia lobaris foto PA dan lateral (kanan) tampak perselubungan pada lobus kanan paru.

Sumber: www.emedicine.medscape.com

Kesan: tampak perselubungan pneumonia lobus tengah paru kanan

2. BRONKHOPNEUMONIA/PNEUMONIA LOBARIS

Gambar. Pneumonia (kanan), broncopneumonia (kiri)

Sumber: www.wikipedia.com

Kesan: tampak adanya perselubungan diparu kanan, corakan bronkovaskuler yang meningkat.

Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area berbercak. Bronkopneumonia adalah proses multi fokal yang dimulai pada bronkiolus terminalis dan respiratorius dan cenderung menyebar secara segmental. dapat juga disebut pneumonia lobularis dan menghasilkan konsolidasi yang tidak homogen. Pada foto thoraks tampak infiltrat peribronkhial yang semiopak dan tidak homogen didaerah hillus yang menyebabkan batas jantung menghilang, penyebab paling sering oleh S.aureus dan organisme gram negatif.

3. PNEUMONIA INTERSTITIAL

Umumnya jenis pneumonia intersisial ini disebabkan oleh virus. infeksi oleh virus berawal dari permukaan dengan terjadinya kerusakan silia sel goblet dan kelenjar mukus bronkioli sehingga dinding brokioli menjadi edematous. juga terjadi edema jaringan interstisial peribronkial, kadang alveolus terisi cairan.

Kesan: pada foto thoraks PA, tampak adanya perselubungan inhomogen pada kedua lapangan paru, silhoute sign (+), densitas corakan bronkovaskuler meningkat, bercakan bercakan infi ltrat (+), bronkogram (+).

4. PNEUMONIAL BACTERIAL

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

Sering pada orang muda, paling sering terjadi pada semua umur, konsolidasi bentuk lobar, sering berada dibasal paru, tetapi juga sering diseluruh bagian paru, gambaran volume paru normal, air bronkogram +, edema diseptum interlobular menyebabkan garis septum.

STAPHYTOCOCCUS AUREUS

Disebabkan pemakaian narkoba gambarannya ada nodul bulat yang tersebar selama beberapa hari. Terkadang kavitas dapat ditemukan pada pemeriksaan keadaan lanjutpada pneumonia yang muncul adalah gambaran brokopneumonia dengan bercak-bercak konsolidasi banyak kadang terdapat kavitas juga.

KLEBSIELLA PNEUMONIA

Terdapat pada laki-laki yang sudah tua dengan kondisi kesehatan yang lemah,gambarannya adalah lobar pneumonia yang sering pada bagian kanan dan bagian lobus atas paru, volume dari paru yang terinfeksi dapat dipertahankan atau dapat sedikit meningkat yang disebabkan oleh fissure yang menonjol,bisa terdapat kavitas.

MICOPTASMA PNEUMONIA

Gambaran nodular dan reticular (seperti jala) yang diikuti dengan bayangan konsolidasi, dapat terjadi pada pembagian paru atau perlobus paru dan biasanya unilateral. kavitas dan efusi pleura sangat jarang didapat.

VIRAL PNEUMONIA

Dimulai dari distal bronkus dan bronkioulus sebagai proses penghancuran intertstitial. Gambarannya sangat bervariasi:

Bayangan pada peribronchial, bayangan retikulonodular, bercak-bercak konsolidasi atau kosolidasi luas.

INFLUENZA VIRUS

Gambaran radiologi:adanya bercak bercak konsolidasi

HERPEZ VARICEIA ZOOSTER

Pada fase akut didapatkan penyebaran bayangan nodular yang luas sampai berdiameter 1 cm, didukung dan ditemukan kemerahan pada kulit.

PEMERIKSAAN RADIOLOGI LAINNYA :CT SCAN

Dalam beberapa kasus CT scan dapat mendeteksi pneumonia yang tidak terlihat pada foto toraks. Terkadang pada foto thoraks bisa terjadi kesalahpahaman apakah ini jaringan parut pada paru atau gagal jantung kongesti. Kedua kelaioan di atas dapat memberikan gambaran menyerupai pneumonia di foto thoraks.

Dalam beberapa kasus ct-scan dapat mendeteksi pneumonia yang tidak terlihat pada foto thorak.

lndikasi Pemeriksaan:

Tumor, massa Aneurisma Abses Lesi pada hilus atau mediastinal

www.emedicine.medscape.com

Lobar Pneumonia RML Sagital CT Scan

MRI ( MAGNETIC RESONANCE IMAGING )

Magnetic Resonance Imaging Angiography thoraxSumber: www.radiographics.rsna.org

DIAGNOSIS BANDING

1. Efusi pleura : memberi gambaran yang mirip dengan pneumonia, tanpa air-bronkogram. Terdapat penambahan volume sehingga terjadi pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sehat. Rongga toraks membesar. Pada efusi pleura sebagian akan tampak meniscus sign, tanda khas pada efusi pleura. Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer iarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak

2. Atelektasis : memberi gambaran yang mirip dengan pneumoni4\a tanpa air-bronkagram. Namun terdapat penarikan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sakit karena adanya pengurangan volume. Interkostal space menjadi lebih sempit dan pengecilan dari seluruh atau sebagian paru-paru yang sakit. sehingga akan tampak toraks asimetris.

TERAPI

Pada prinsipnya terapi utama pneumonia adalah pemberian antibiotic tertentu terhadap kuman tertentu. Pada pasien rawat inap antibiotik harus diberikan dalam 8 jarn pertama di rawat di RS. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih antibiotik, yakni faktor pasien, antibiotik, dan farmakologis. Berikut adalah tabel empirik antibiotik awal untuk pneumonia bakteri.

Pasien dengan riwayat kebiasaan merokok, alkohol, dan dengan umur lebih dari 60 tahun sadari infeksi H.lnfluenza dengan tambahan sefalosporin generasi kedua:a.Cefurazine (ceftin) 500 mg b.Cefpodoxime (vantin) 200mg c.Augmentin 500 mg d.SeptraJika pasien memerlukan hospitalisasi, gunakan antibiotik yang sama dengan Sefalosporin generasi kedua dan ketiga seperti, Ceftriaron (Rocepin 2mg IV), atau Cefuroxime 1,5 mg IV setiap 8 jam.

SPESIFIK TERAPI

-Pneumococus : Penisitin G IV 600.000 1,2 million units setiap 4 jam. Jika ada resistensi penisilin sebaiknya gunakan IV Rocepin dengan Vancomicin (l gm IV setiap 12 jam). Generasi Quinolon baru seperti levofloxanin atau tovofloxacin mempunyai aktivitas melawan PCN resisten Pneumococus dan dapat digunakan .Ciprofloxaxin sebaiknya tidak di gunakan.-H. Inffuenza : Cefuroxime oral atau IV.-S. Aureus : Oxacilin atau Nafcilin 2 gm IV setiap 6 jam atau Vancomycin 1 gram setiap 12 jam IV -Legionella : Eritromicin 1 gram IV setiap 6 jam dengan atau tanpa Azitromicin 500 mg IV -PCP: Septra atau Klindamicin 600 mg di tambah Primaqune atau Dapson 100 mg dengan Trimetropim 20 mg/kg

KESIMPULAN

Pemeriksaan radiologi toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Kemajuan pesat selama dasawarsa terkhir dalam teknik pemeriksaan radiologik toraks dan pengetahuan untuk menilai suatu keharusan rutin. Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini dianggap tidak lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik. Koordinasi antara pemeriksaan klinis, laboratorium dan radiologi akan dapat menunjang penegakan diagnosis yang tepat.Gambaran khas pada pneumonia adalah adanya air-bronkogram. Namun tidak semua pneumonia membedakan antara pneumonia atelektasis, dan efusi pleura dilihat adanya penarikan, atau pendorongan jantung, trakea dan mediastinum ke arah yang sakit atau sehat, jadi dalam penegakkan pneumonia sangat dipertukan gambaran radiologis untuk penegakan diagnosis disamping pemeriksaan laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostilc Balai Penerbit FK UI. Jakarta 2005.2. Forrest, John V. Yang Penting pada Radiologi Thoraks. Widya Medika. Jakarta 1990. 3.Burgener, X'rancis A, dan Kormano, Martti. Differential Diagnosis in Conventional Radiology. Thieme.Strafton, Inc. New York 19854. Dahlan,Zul.Buku Ajar ilmu penyakit dalam.Ed 4 vol ll.Jakarta.2007.5. Paul and Juhl. Essential of Radiologic Imagiog, 5th edition. J.B. Lippincott Company. Philadelpia6. Persatuan Ahli Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid II, Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK UI. Jakarta 2001. 7. Price, Sylvia A, Wilson, Loraine M. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, buku II, Edisi Keempat Penerbit Buku Kedokderan, EGC. 1995. 8. Dahhn, Zul. Pandangan Baru Pneumonia Atipik dan Terapinya. Cermin Dunia Kedokteran, Masalah Saluran Nafas, vol. 128. Jakarta 2000.9. www.medicinenet.com10. www.e-radiography.net