PJBL HIRSPRUNG(4)

28
1 FUNDAMENTAL HIRSPRUNG Definisi Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan perkembangan sistem saraf enterik dan ditandai oleh tidak adanya sel ganglion pada kolon distal sehingga menyebabkan obstruksi fungsional. Sebagian kasus sekarang didiagnosis pada masa neonatus. Penyakit Hirschsprung sebaiknya dipertimbangkan pada neonatus yang gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah dilahirkan. Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitu penyakit yang biasanya ditandai dengan adanya obstruksi usu s besar akibat tidak adekuatnya motilitas dinding usus yang terjadi sebagai kelainan kongenital. Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung pada tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948 mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan ke abnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan(Betz, Cecily & Sowden : 2000). Penyakit Hirsprung merupakan keadaan usus besar (mulai dari usus kearah atas)yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar dalammenjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).Penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus,tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat

description

Hisprung

Transcript of PJBL HIRSPRUNG(4)

Page 1: PJBL HIRSPRUNG(4)

1

FUNDAMENTAL HIRSPRUNG

Definisi

Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan perkembangan sistem saraf enterik dan ditandai

oleh tidak adanya sel ganglion pada kolon distal sehingga menyebabkan obstruksi fungsional.

Sebagian kasus sekarang didiagnosis pada masa neonatus. Penyakit Hirschsprung sebaiknya

dipertimbangkan pada neonatus yang gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah

dilahirkan.

Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama

yaitu penyakit yang biasanya ditandai dengan adanya obstruksi usus besar akibat tidak adekuatn

ya motilitas dinding usus yang terjadi sebagai kelainan kongenital.

Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung pada tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948

mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan

ganglion parasimpatis. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel

ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan ke

abnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan(Betz, Cecily

& Sowden : 2000). Penyakit Hirsprung merupakan keadaan usus besar (mulai dari usus kearah

atas)yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar

dalammenjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).Penyakit

Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus,tersering pada neonatus,

dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir ≤ 3Kg, lebih banyak laki – laki dari

pada perempuan (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).Kadang, seseorang menderita konstipasi yang

begitu parah sehingga pergerakan usushanya terjadi beberapa hari sekali atau kadang hanya

sekali dalam seminggu. Tampaknya,ini menyebabkan sejumlah besar feses menumpuk di kolon,

kadang-kadang menyebabkandistensi kolon dengan diameter 3 sampai 4 inci. Kelainan seperti

inilah yang disebut dengan penyakit hirsprung atau megakolon.

Page 2: PJBL HIRSPRUNG(4)

2

Epidemiologi

Insidensi penyakit Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000

kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat

kelahiran35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakitHirsch

sprung. Menurut catatan Swenson, 81,1% dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-

laki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini

(ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat

ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki

angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya

saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter,

hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3kasus) (Swenson dkk, 1990).

Etiologi

Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah:

1. aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari sfingter ani

internus ke arah proksimal, 70% terbatas di daerah rektosigmoid, 10% sampaiseluruh kolon

dan sekitarnya, 5% dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.

2. diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak denganDown

syndrome.

3. kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kraniokaudal

pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

Page 3: PJBL HIRSPRUNG(4)

3

Klasifikasi

Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1) Penyakit hirschprung segmen pendek

Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus penyakit

hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki- laki dibanding anak perempuan.

2) Penyakit hirschprung segmen panjang

Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.

Ditemukan sama banyak baik laki – laki maupun perempuan.

Patofisiologi

Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan

tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir

selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan

keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya

evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah

keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi

pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz,

Cecily & Sowden, 2002:197).Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk

kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.Isi usus mendorong ke segmen

aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus

yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon

tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).

Page 4: PJBL HIRSPRUNG(4)

4

Manifestasi Klinis

Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir.

Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi

abdomen. (Nelson, 2000 : 317).

Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit

Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan

muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi

mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi

selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan

entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas

pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi

distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).

Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2002 : 197)

Page 5: PJBL HIRSPRUNG(4)

5

1. Masa neonatal

a Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir

b Muntah berisi empedu

c Enggan minum

d Distensi abdomen

2. Masa bayi dan anak – anak

a Konstipasi

b Diare berulang

c Tinja seperti pita dan berbau busuk

d Distenssi abdomen

e Adanya masa difecal dapat dipalpasi

f Gagal tumbuh

g Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi

Komplikasi

a. Obstruksi usus

b. Konstipasi

c. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit

d. EntrokolitiseStruktur anal dan inkontinensial (post operasi)(Betz cecily & sowden, 2002 :

197).

Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu gangguan elektrolit dan

perforasi usus apabila distensi tidak diatasi.

Menurut Mansjoer (2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:

a. Pneumatosis usus

Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi

berlebihan dindingnya.

b. Enterokolitis nekrotiokans

Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi

berlebihan dindingnya.

c. Abses peri kolon

Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi

berlebihan dindingnya.

d. Perforasi

Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.

e. Septikemia

Page 6: PJBL HIRSPRUNG(4)

6

Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena iskemia kolon

akibat distensi berlebihan pada dinding usus.

Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:

a. Gawat pernafasan (akut)

Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga mengganggu ekspansi

paru.

b. Enterokolitis (akut)

Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.

c. Stenosis striktura ani

Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi dan relaksasi karena

ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun penyempitan.

Pemeriksaan Diagnostik

1.Foto abdomen

Pada bayi muda yang mengalami obstruksi, radiografi abdomen anteroposterior pada posisi

berdiri menunjukkan lengkung usus. Radiografi abdomen lateral pada posisi berdiri tidak

memperlihatkan adanya udara rectum, yang secara normal terlihat didaerah presakral.

2.Studi Kontras Barium

Pada kasus yang diduga penyakit hirschprung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan barium enema

tanpa persiapan. Temuan diagnostic yang meliputi adanya perubahantajam pada ukuran

diameter potongan usus ganglionik dan aganglionik, kontraksi‘gigi gergaji (sawtooth)’ yang

irregular pada segmen aganglionik, lipatan transversa paralel pada kolon proksimal yang

mengalami dilatasi, dan kegagalan mengevakuasi barium. Diameter rectum lebih

sempit daripada diameter kolon sigmoid.

Pemeriksaan dengan barium enema, akan bisa ditemukan :

a. Daerah transisi

b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit

c. Entrokolitis pada segmen yang melebar

d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam (Darmawan K, 2004 : 17)

3.Manometri Anorektal

Distensi rectum dengan balon (manometri anorektal) digunakan untuk menentukankemampuan

sfingter internal untuk rileks, karena pada keadaan normal

Page 7: PJBL HIRSPRUNG(4)

7

anometrianorektal menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, tetapi pada pasien dengan

penyakit Hirsprung terdapat peningkatan yang tajam.

4.Biopsi Rektal

Pemeriksaan ini memberikan diagnosa definitif dan digunakan untuk mendeteksi ketiadaan

ganglion. Biopsy rektal ini tidak adanya sel ganglion di dalam pleksus submukosa dan pleksus

mienterikus serta peningkatan aktivitas asetilkolinesterase pada serabut saraf dinding usus.

(Schwartz, 2004).

5.Pemeriksaan colok anus

Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yangmenyemprot. Peme

riksaan ini untuk mengetahui bau dari tinja, kotoran yangmenumpuk dan menyumbat pada usus

di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.

Penatalaksanaan Medis

1.Pembedahan

Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk

membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga

fungsi spinkter ani internal.

Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :

a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan

obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan

ukuran normalnya.

b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai

sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama(Betz Cecily & Sowden

2002 : 98). Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,

Duhamel,Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering

dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa

aganglionik telah diubah (Darmawan K 2004 : 37)

2.Konservatif

Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde

lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.

3.Tindakan bedah sementara

Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis

dan pasiendengan enterokolitisberat dan keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon

berganglion normal yang paling distal.

Page 8: PJBL HIRSPRUNG(4)

8

4.Terapi farmakologi

-Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasidiet dan wujud feses

adalah efektif

-Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolontoksik. Tidak

memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba.

Stoma

Stoma adalah lubang buatan pada abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces keluar dari

tubuh.

Macam-macam Stoma :

1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)

2. Tracheostomy (Lubang buatan di tenggorok)

3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)

Perawatan Stoma

Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 6 pascaoperatif. Perawat

menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini. Perawatan kulit harus

diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan melaksanakan

irigasi. Menurut Brunner dan suddarth (2000), ada beberapa yang harus diperhatikan dalam

menangani kolostomi, antara lain;

1. Perawatan Kulit

Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal, terdapat

feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi

sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan melindungi kulit

Page 9: PJBL HIRSPRUNG(4)

9

peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan

barrier kulit protektif di sekitar stoma, dan mengamankannya dengan meletakan kantung

drainase. Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab

serta lembut. Adanya kelebihan barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif

ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat

digunakan untuk menutupi stoma.

2. Memasang Kantung

Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3

cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan terlebih dahulu. Barier kulit peristoma dipasang.

Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekanya di atas

stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan.

3. Mengangkat Alat Drainase

Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian sehingga

berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isinya. Pasien

dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan mendorong kulit

menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan menjauh dari stoma.

Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer

keluar.

4 Mengirigasi Kolostomi

Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses.

Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut terjadi drainase

fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi

cairan pengirigasi.

Prosedur Perawatan Stoma

1)Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

2)Dekatkan alat-alat ke pasien

3)Pasang sampiran

4)Perawat cuci tangan

5)Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril

6)Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan

7)Letakkan alas dibawah area stoma

8)Letakkan bengkok didekat pasien

9)Buka stoma bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma) denganmenggunakan pinset

anatomis, buang stoma bag bekas kedalam kantong plastic/baskom.

10)Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma

Page 10: PJBL HIRSPRUNG(4)

10

11)bersihkan stoma dengan sabun cair anti septik, mulai dari pusat luka kearahkeluar secara

berlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikitedema

12)Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan mulai dari pusat luka kearahkeluar secara

berlahan-lahan

13)Buka sarung tangan, masukan kedalam bengkok.

14)Membuka set steril, menyiapkan larutan pencuci luka.15)Pasang sarung tangan steril

16)Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan, mulai dari pusat luka kearah keluar secara

perlahan – lahan.

17)Tutup stoma dengan kassa.

18)Bentuk stoma bag sesuai ukuran stoma

19)Tutup stoma dengan stoma bag, kemudian plester dengan rapi

20)Buka sarung tangan, masukan kedalan bengkok.

21)Buka masker

22)Atur dan rapikan posisi pasien

23)Buka sampiran

24)Evaluasi keadaan pasien

25)Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,kering dan rapi

26)perawat cuci tangan

27)Dokumentasikan dalam catatan keperawatan

Page 11: PJBL HIRSPRUNG(4)

11

NURSING CARE HIRSPRUNG

TRIGGER

An. Karunia usia 7 hari dibawa ke RS karena perut kembung dan muntah. Dari hasil pengkajian

perawat ditemukan an. Karunia terlihat lemas, bibir kering, dan menangis terus, tidak dapat tidur

dengan nyenyak baik pagi, siang maupun malam. Tidur hanya sebentar-sebentar kemudian

menangis. Abdomen distensi dan anak selalu memuntahkan ASI dan formula yang diberikan, ibu

mengatakan sehari sebelum ke RS BB anak 3,3 kg (ditimbang di bidan) sekarang di RS BB An. Karunia

3,1 kg. TTV An.Karunia RR 42x/mnt, suhu 37,9C, N=130x/mnt. Riwayat kelahiran An. Karunia anak

pertama lahir normal, lahir di tolong bidan,BB lahir 3,6 kg, mekonium pertama keluar pada hari

ketiga setelah kelahiran. Melihat kondisi anaknya, ibu banyak bertanya tentang penyakit anaknya

dan penyembuhannya. Ibu juga mengatakan belum pernah di keluarganya mempunya penyakit

seperti ini. Jadi,ibu tidak tahu harus berbuat apa untuk anaknya.

I. PENGKAJIAN

IDENTITAS KLIEN :

1. Nama : An. Karunia

2. Umur : 7 hari

3. Jenis Kelamin : Laki-laki

4. Agama :

5. Pendidikan :

6. Alamat :

7. Tanggal MRS : 28 Februari 2012

8. Tanggal pengkajian : 28 Februari 2012

9. Dx. Medis : Hisprung

10. Rencana terapi :

IDENTITAS ORANG TUA

1. Nama : Ibu An. Kurnia

2. Umur :

3. Pekerjaan :

4. Hubungan dengan pasien : Ibu

5. Agama :

6. Alamat :

Page 12: PJBL HIRSPRUNG(4)

12

KELUHAN UTAMA

Ibu mengatakan klien kembung dan muntah.

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

An. Karunia usia 7 hari dibawa ke RS karena perut kembung dan muntah. Dari hasil pengkajian

perawat ditemukan An. Karunia terlihat lemas, bibir kering, dan menangis terus, tidak dapat tidur

dengan nyenyak baik pagi, siang maupun malam. Tidur hanya sebentar-sebentar kemudian

menangis. Abdomen distensi dan anak selalu memuntahkan ASI dan formula yang diberikan, ibu

mengatakan sehari sebelum ke RS BB anak 3,3 kg (ditimbang di bidan) sekarang di RS BB An. Karunia

3,1 kg.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Penyakit yang pernah diderita dan pengobatan/tindakan yang dilakukan

• Pernah dirawat atau dioperasi, lamanya dirawat

• Penggunaan obat

• Alergi

• Status imunisasi

• Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.

RIWAYAT KELAHIRAN

Riwayat kelahiran An. Karunia anak pertama lahir normal, lahir di tolong bidan,BB lahir 3,6 kg,

mekonium pertama keluar pada hari ketiga setelah kelahiran.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ibu klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien. (Tidak ada

keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.)

RIWAYAT PSIKOSOSIAL

Melihat kondisi anaknya, ibu banyak bertanya tentang penyakit anaknya dan penyembuhannya. Ibu

juga mengatakan belum pernah di keluarganya mempunya penyakit seperti ini. Jadi,ibu tidak tahu

harus berbuat apa untuk anaknya.

RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN

Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.

RIWAYAT TUBUH KEMBANG

Riwayat pertumbuhan :

Kenaikan berat badan

Pada usia 1- 3 tahun kenaikan berat badan normal sekitar 1,5-2,5 kg, rata-rata 2 kg

Kenaikan panjang badan

Pada usia 1- 3 tahun kenaikan panjang badan normal sekitar 6-10 cm, rata-rata 8 cm

Page 13: PJBL HIRSPRUNG(4)

13

Lingkar kepala

Lingkar kepala normal 12 cm, pada tahun kedua dan selanjutnya terjadi penambahan 2

cm/tahun

Gigi

Jumlah normal 14-16 cm

Riwayat perkembangan :

• Motorik kasar

Anak dapat berdiri dengan satu kaki minimal 2 detik

• Motorik halus

Anak menirukan membuat garis lurus pada kertas

• Bahasa

Anak dapat mengungkapkan keinginannya minimal dengan menggunakan 2 kata

• Bergaul dan mandiri

Anak dapat melepaskan pakaiannya sendiri

POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

Pola nutrisi (sebelum sakit)

Frekuensi makan :

Jumlah makan :

Alergi makanan :

Nafsu makan :

Adakah penurunan sensasi rasa :

Mual muntah :

BB : 3,3 kg

Kesulitan mengunyah :

Kesulitan menelan :

Upaya mengatasi masalah :

Pola Nutrisi saat sakit

Frekuensi makan :

Jumlah makan :

Alergi makanan :

Nafsu makan :

Adakah penurunan sensasi rasa :

Mual muntah : Selalu memuntahkan formula dan asi yang

diberikan.

BB : 3,1 kg

Page 14: PJBL HIRSPRUNG(4)

14

Kesulitan mengunyah :

Kesulitan menelan :

Upaya mengatasi masalah :

Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.

a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret

b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun

c. Peningkatan atau penurunan berat badan.

d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral.

Suriadi (2001:242)

Pola Eliminasi

Sebelum sakit

BAB

- Frekuensi :

- Konsistens :

- BAB terakhir :

- Penggunaan obat pencahar :

BAK

- Frekuensi :

- Bau :

- Warna :

Saat sakit

BAB

- Frekuensi :

- Konsistensi :

- BAB terakhir :

- Penggunaan obat pencahar :

Mekonium pertama keluar pada hari ketiga setelah kelahiran. Kaji adanya riwayat tinja seperti

pita dan bau busuk.

Adanya konstipasi, pengeluaran mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses

yang berbentuk pita dan berbau busuk.

BAK

- Frekuensi :

- Bau :

- Warna :

-Volume :

Page 15: PJBL HIRSPRUNG(4)

15

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : compos mentis GCS 456

TTV :

- TD :

- HR :

- BB : 3,1 kg

- T : 37,9 ◦ c

- RR : 42 x/menit

- Nadi: 130 x/menit

- TB :

a. Sistem kardiovaskuler.

Tidak ada kelainan.

b. Sistem pernapasan.

Sesak napas, distres pernapasan.

c. Sistem pencernaan.

Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar abdomen semakin besar seiring

dengan pertambahan besarnya distensi abdomen.

Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih

besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik

akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.

d. Sistem genitourinarius.

e. Sistem saraf.

Tidak ada kelainan.

f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Gangguan rasa nyaman.

g. Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan.

h. Sistem integumen.

Akral hangat.

i. Sistem pendengaran.

Tidak ada kelainan.

Observasi manifestasi penyakit hirschprung

a. Periode bayi baru lahir

1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 -48 jam setelah

lahir

Page 16: PJBL HIRSPRUNG(4)

16

2. Menolak untuk minum air

3. Muntah berwarna empedu

4. Distensi abdomen

b. Masa bayi

1. Ketidakadekuatan penembahan berta badan

2. Konstipasi

3. Distensi abdomen

4. Episode diare dan muntah

5. Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya

enterokolitis : diare berdarah, letargi berat)

c. Masa kanak –kanak

1. Konstipasi

2. Feses berbau menyengat dan seperti karbon

3. Distensi abdomen

4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan

pertumbuhan yang buruk

(Suriadi (2001:242))

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Radiasi : Foto polos abdomen yang akan ditemukan

gambaran obstruksi usus letak rendah

b) Biopsi rektal : menunjukan aganglionosis otot

rektum

c) Manometri anorectal : ada kenaikan tekanan

paradoks karena rektum dikembangkan / tekanan gagal menurun.

PENGELOMPOKAN DATA

DS:

- Ibu klien mengatakan perut kembung dan muntah

- Ibu klien mengatakan sehari sebelum ke RS BB anak 3,3 kg (ditimbang di bidan)

- Ibu klien mengatakan riwayat kelahiran An. Karunia anak pertama lahir normal, lahir di tolong

bidan, BB lahir 3,6 kg, mekonium pertama keluar pada hari ketiga setelah kelahiran.

DO:

- An. Kurnia berumur 7 hari

- Dari hasil pengkajian perawat ditemukan an. Karunia terlihat lemas, bibir kering, dan menangis

terus, tidak dapat tidur dengan nyenyak baik pagi, siang maupun malam.

- Tidur klien hanya sebentar-sebentar kemudian menangis.

Page 17: PJBL HIRSPRUNG(4)

17

- Abdomen klien distensi dan anak selalu memuntahkan ASI dan formula yang diberikan.

- TTV An.Karunia RR 42x/mnt, suhu 37,9C, N=130x/mnt. BB 3,1kg

- Ibu banyak bertanya tentang penyakit anaknya dan penyembuhannya. Ibu juga mengatakan

belum pernah di keluarganya mempunya penyakit seperti ini. Jadi,ibu tidak tahu harus berbuat

apa untuk anaknya.

ANALISIS DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

DS :- Ibu klien mengatakan

perut kembung dan muntah

-Ibu klien mengatakan sehari

sebelum ke RS BB anak 3,3 kg

(ditimbang di bidan)

DO : -BB 3,1kg

-distensi abdomen

-klien selalu memuntahkan ASI

dan susu formula yang

diberikan

Absensi ganglion Meissner dan

Auerbach usus spastic dan

daya dorong tidak ada mual,

muntah nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

DS : - ibu klien mengatakan

perut kembung dan muntah

DO : -distensi abdomen

-klien selalu memuntahkan ASI

dan susu formula yang

diberikan

-N = 130x/menit

-T = 37,9 oC

Absensi ganglion Meissner dan

Auerbach usus spastic dan

daya dorong tidak ada feses

lama dalam kolon dan

rectum(colon menebal dan

tertahan di bagian proksimal)

mega colon konstipasi

Konstipasi

DS : -

DO : Ibu banyak bertanya

tentang penyakit anaknya dan

penyembuhannya. Ibu juga

mengatakan belum pernah di

keluarganya mempunya

penyakit seperti ini. Jadi,ibu

Tidak tahu prognosis penyakit

gejala dan prosesnya kurang

pengetahuan

Defisiensi pengetahuan

Page 18: PJBL HIRSPRUNG(4)

18

tidak tahu harus berbuat apa

untuk anaknya.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Konstipasi b.d mekanis (penyakit Hirschprung)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

kehilangan cairan aktif (muntah)

3. Defisiensi pengetahuan b.d proses penyakit dan

pengobatannya

INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL

Konstipasi b.d mekanis

(penyakit Hirschprung)

Tujuan : setelah

dilakukan perawatan 2 x

24 jam An. Kurnia dapat

melakukan eliminasi

dengan beberapa

adaptasi sampai fungsi

eliminasi secara normal

dan bisa dilakukan.

Kriteria Hasil :

-Pasien dapat

melakukan eliminasi

dengan beberapa

adapatasi

-Ada peningkatan pola

eliminasi yang lebih baik

Observasi tanda vital

dan bising usus setiap

2 jam sekali

Palpate abdomen for

hardness, distention,

and masses

Observasi

pengeluaran feses per

rektal – bentuk,

konsistensi, jumlah

Determine fluid intake

to note deficits

Evaluate medication

or drug usage

Discuss laxative and

enema use. Note signs

or reports of laxative

abuse or overuse of

stimulant laxatives.

Bising usus menggambarkan

aktivitas usus

indicating possible obstruction or re-

tention of stool.

Mengetahui kondisi usus melalui

feses

Most individuals do not drink

enough fluids, even when healthy,

reducing the speed at which stool

moves through the colon. Active

fluid loss through sweating,

vomiting, diarrhea, or bleeding can

greatly increase chances for consti-

pation.

for agents that could slow passage

of stool and cause or exacerbate

constipation (e.g., narcotic pain

relievers, antidepressants,

anticonvulsants, aluminum-

containing antacids, chemotherapy,

iron, contrast media, steroids).

This is most common among older

Page 19: PJBL HIRSPRUNG(4)

19

adults preoccupied with having daily

bowel movement.

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d

kehilangan cairan aktif

(muntah)

Tujuan : Setelah

dilakukan tindakan

keperawatan 3 x 24 jam

kebutuhan nutrisi tubuh

terpenuhi.

Kriteria Hasil :

- tidak terjadi penurunan

berat badan lebih lanjut.

-terjadi peningkatan

berat badan

- terjadi peningkatan

nafsu makan

Ukur berat badan

anak tiap hari

Gunakan rute

alternatif pemberian

nutrisi ( seperti NGT

dan parenteral ) untuk

mengantisipasi pasien

yang sudah mulai

merasa mual dan

muntah

Auscultate for

presence and

character of bowel

sounds

Assess current weight,

compared to usual

weight, and norms for

age and body size.

Assist in treatments to

correct or control

underlying causative

factors

Administer

pharmaceutical agents

as indicated.

BB menggambarkan status gizi

pasien

Mengganti zat-zat makanan secara

cepat melalui parenteral

to determine ability and readiness of

intestinal tract to handle digestive

processes (e.g., hypermotility

accompanies vomiting or diarrhea,

while absence of bowel sounds may

indicate bowel obstruction).

to identify changes (e.g., sudden loss

related to medical illness vs. ongoing

chronic depression with anorexia

and weight loss; or toddler with

failure to meet growth expectations)

that affect choice of intervention

and helps clarify expectations.

to improve intake and utilization of

nutrients

Appetite stimulants, dietary

supplements; digestive drugs or

enzymes, vitamins and minerals

(e.g., iron), antacids,

anticholinergics, antiemetics, or

antidiarrheals, and so forth, may be

used to enhance intake, improve

digestion,and correct nutritional

deficiencies.

Defisiensi pengetahuan

b.d proses penyakit dan

pengobatannya

Tujuan : Setelah

Memastikan tingkat

pengetahuan, termasuk

kebutuhan antisipatif.

menentukan kemampuan,

Kebutuhan belajar dapat

mencakup banyak

hal (misalnya, penyebabpenyakit

dan proses, faktor yang

Page 20: PJBL HIRSPRUNG(4)

20

dilakukan tindakan

keperawatan 3 x 10

menit klien akan mampu

mengungkapkan

pemahaman tentang

proses penyakit, serta

promosi dan

perlindungan kesehatan.

Kriteria Hasil :

- Klien akan dapat

berpartisipasi dalam

proses

pembelajaran.

- Menjaga dan

mempertahankan

kesehatan yang

optimal.

- Dapat

mengidentifikasi

tanda dan gejala

penyakit.

kesiapan, dan hambatan

klien dalam belajar.

kaji faktor personal

termasuk sosio ekonomi,

kepercayaan, usia, dll.

indentifikasi faktor

motivasi dalam individu

tersebut.

identifikasi informasi yg

penting untuk selalu

diingat sesuai dengan

tingkat umur dan

pendidikan klien.

berkontribusi terhadap gejala,

prosedur untuk kontrol gejala,

perubahan yang diperlukan

dalamgaya hidup, cara untuk

mencegah komplikasi). Klien mungki

n atau mungkin meminta

informasi atau

mungkin mengekspresikanpersepsi y

ang tidak akurat tentang status

kesehatan dan perilakuyang

dibutuhkan untuk

mengelola perawatan diri.

Klien mungkin tidak secara fisik,

emosional, atau mental mampusaat

ini dan mungkin perlu waktu untuk

bekerja melalui

danmengekspresikan emosi sebelum

belajar.

Faktor faktor tsb mempengaruhi

kemampuan dan keinginan untuk

belajar dan mengasimilasi informasi

baru, mengambil alih

situasi, menerima tanggung jawab

untuk perubahan.

Motivasi mungkin negative

(misalnya, merokok

menyebabkan kanker paru-paru) atau

positif (misalnya, klien ingin

mempromosikan kesehatan /

mencegahpenyakit). Menyediakan inf

ormasi yang dapat memberikan

gambaran spesifik untuk

situasi klien dan motivasi.

meningkatkan kemungkinan

informasi yang disampaikan akan

Page 21: PJBL HIRSPRUNG(4)

21

didengar dan mudah dipahami.

REFERENSI PUSTAKA

Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri . Jakarta:EGC

Guyton & Hall. 2007. Buku   Ajar   Fisiologi   Kedokteran. (Ed 11). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

(EGC).

Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Doengoes, E. Marilyn. Moorhouse, Mary Frances. Alice C. Murr. 2010. Nursing Diagnosis Manual

Edition 3. Philadelphia : F.A. Davis Company

Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009- 2011/ editor, T. Healther Herdman ; alih

bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, -

Jakarta : EGC, 2010