Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

25
PPRESENTASI KASUS ANESTESI UMUM PADA PASIEN PENYAKIT HIRSCPRUNG Pembimbing : Dr. H. Sabur Nugraha, Sp. An Dr. Ucu Nurhadiat, Sp. An Disusun oleh : Nurfira Fatimah – 030.07.195 Thio F. Marcheline Sipahutar – 030.07.257 KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG PERIODE 14 MEI – 15 JUNI 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

description

anestesi

Transcript of Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Page 1: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

PPRESENTASI KASUS

ANESTESI UMUM PADA PASIEN PENYAKIT HIRSCPRUNG

Pembimbing :

Dr. H. Sabur Nugraha, Sp. An

Dr. Ucu Nurhadiat, Sp. An

Disusun oleh :

Nurfira Fatimah – 030.07.195

Thio F. Marcheline Sipahutar – 030.07.257

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARAWANG

PERIODE 14 MEI – 15 JUNI 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA 2012

Page 2: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

BAB I

ILUSTRASI KASUS

A. IDENTITAS

No. Catatan medis : 419999

Nama : Heru Setiawan

Umur : 8 bulan

Alamat : cikulu, pangkalan

Agama : Islam

Suku : Sunda

Tanggal masuk ruangan : 19 May 2012

B. PEMERIKSAAN PREOPERASI

I. Anamnesis

a. Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal

22 mei 2012 pada jam 09.00

b. Keluhan utama : ibu pasien mengatakan os tidak BAB sejak 2 hari setelah

lahir

c. Riwayat penyakit sekarang

Seorang ibu membawa anaknya berumur 8 bulan untuk dilakukan operasi

lanjutan pasca operasi kolostomi pada 6 bulan yang lalu. Sebelum di operasi

os tidak BAB sejak 2 hari setelah lahir, selain itu os juga muntah berwarna

kekuningan. Demam, gelisah tidak dirasakan oleh ibu os. beberapa hari

kemudian, ibu os mengatakan perut os terasa keras dan kembung. Os sempat

dibawa ke RS. Dewi Sri, tetapi pihak rs mengatakan os harus dilakukan

operasi. Kemudian ibu os membawa ke RSUD karawang, dan dokter

mengatakan os harus dilakukan operasi pembuatan usus sementara.

Kemudian tanggal 19 mei os masuk RSUD karawang untuk dilakukan operasi

lanjutan.

d. Riwayat penyakit dahulu

Page 3: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Os tidak mempunyai sakit bawaan, hepatitis, asma, sakit paru-paru, jantung,

dll. Os mempunyai riwayat Op 6 bulan yang lalu dengan anestesi umum.

Tidak ada riwayat alergi

e. Riwayat penyakit keluarga

Dikeluarga tidak aad yang seperti ini

f. Riwayat kelahiran

Os lahir secara normal, ditolong oleh bidan di rumah. Saat hamil, ibu os rajin

kontrol ke dokter.

g. Riwayat vaksin

Riwayat vaksinasi os lengkap sejak lahir.

II. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Status gizi: TB : -

BB : 8,6 kg

BMI : gizi baik

Tanda vital

Tekanan darah : -

Nadi : 110 x/menit

Suhu : 36,8o C

Pernafasan : 30 x/menit

a. Status generalis

Kepala : normocephali

Mata : konjunctiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Mulut : mukosa bibir dan mulut tampak kering

Leher : jantung: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru: SN vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : buncit, supel, kaku, keras, timpani, hepar-lien tidak

dinilai, NT (-), defanse muskular (-), bising usus (+)

Page 4: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Ekstremitas : akral hangat ++/++, oedem --/--, turgor kulit baik

b. Status lokalis (regio abdomen)

Inspeksi : buncit, sudah dilakukan kolostomi yang tertutup

balutan, rembesan darah (-)

Palpasi : supel, turgor baik, NT (-)

Perkusi : timpani

Auskultasi : bising usus (+)

III. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 21/5/2012

Hematologi

Hb : 15,8 g%

Ht : 48%

Trombosit: 312.000

Leukosit : 8600

Serologi

HbsAg : -

Gol. Darah: 0

Rhesus : +

Pemeriksaan hasil patologi anatomi tanggal 30 mei 2012:

Tidak tampak sel ganglion pada colon

IV. Diagnosis kerja

Hirsprung disease

V. Tatalaksana

Pro op definitif (hirsprung disease)

VI. SIO

Konsultasi dokter spesialis anestesi, dokter menyetujui tindakan dilakukan

operasi pada tanggal 22 mei 2012 dengan saran pasien puasa 3-4 jam sebelum

operasi.

VII. Perencanaan anestesi

Page 5: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Pasien direncanakan untuk anestesi umum.

VIII. Kesimpulan

ASA I

C. PEMERIKSAAN INTRAOPERASI

I. Status anestesi

a. Diagnosis pre operasi: hirsprung disease

b. Jenis operasi : pro operatif definitif

c. Teknik anestesi : anestesi umum

d. Status fisik : ASA I

II. Keadaan selama pembedahan

a. Lama operasi : 2 jam 20 menit (09.50- 11.10)

b. Lama anestesi : 2 jam 30 menit (09.50- 11.20)

c. Jenis anestesi : anestesi umum dengan teknik intubasi ETT no. 4

d. Posisi : supine

e. Infus : ringer laktat tangan kanan

f. Premedikasi : -

g. Induksi : propofol 20 mg, fentanyl 10mg, notrixum 5 mg

h. Medikasi : fentanyl 15 μg

i. Cairan masuk : 500 mL NaCl, RL 500 mL, 500 mL widahes

j. Cairan keluar : 350 mL perdarahan

III. Monitoring saat operasi

Jam Tindakan Nadi (x/menit)

09.50 - pasien masuk ke kamar operasi dan dipindahkan ke meja

operasi

- pemasangan monitoring nadi, saturasi oksigen.

- infus RL terpasang pada tangan kanan dan Widahes pada

tangan kiri

98

SPO2 = 95%

10.05 - premedikasi – 104

Page 6: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

- induksi propofol 20 mg, fentanyl 10 μg, notrixum 5 mg SPO2 = 98%

TD = 110/75

10.10 - medikasi fentanyl 15 μg

- melakukan pemasangan ETT no.4 dengan pack untuk fiksasi

- pemberian Oksigen 2L/menit.

- Isoflurane 0,7 vol %

104

SPO2 = 98%

TD = 110/75

10.20 - dilakukan asepsis dan antisepsis lapangan operasi

- operasi dimulai

125

SPO2 = 98%

TD = 107/59

10.35 -pasien masih dalam keadaan dioperasi 110

SPO2 = 99%

TD = 110/70

11.05 -penggantian cairan infus NaCl pada tangan kanan 121

SPO2 = 100%

TD = 113/65

11.50 -operasi selesai 108

SPO2 = 98%

TD = 100/55

12.05 -dilakukan tindakan ekstubasi, pemberian N2O dan Isoflurane

di hentikan, pemberian oksigenmurni 6 L/menit

110

SPO2 = 98%

TD = 100/55

12.10 -pasien dipindahkan ke ruang RR, oksigen dilepas 113

SPO2 = 100%

TD = 100/55

IV. Keadaan setelah pembedahan

Nadi : 113x/menit, Saturasi O2 =10 %

Penilaian Pemulihan Kesadaran ( Berdasarkan Skor Aldrete)

Nilai 2 1 0

Page 7: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Kesadaran Sadar, orientasi baik Dapat dibangunkan Tak dapat

dibangunkan

Warna Merah muda (pink),

tanpa O2. Saturasi

O2 > 92 %

Pucat atau kehitaman

perlu O2 agar

saturasi O2 agar

Saturasi O2 > 90 %

Sianosis dengan O2,

Saturasi O2 tetap

<90%

Aktivitas 4 ekstremitas

bergerak

2 ekstremitas

bergerak

Tidak ada

ekstremitas bergerak

Respirasi Dapat napas dalam,

Batuk

Napas dangkal, sesak

napas

Apnu atau obstruksi

Kardiovaskular TD berubah 20% Berubah 20-30% Berubah > 50%

Page 8: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANESTESI UMUM

A. Definisi

Anestesia umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya

kesadaran dan bersifat pulih kembali (reversibel). Komponen anasthesia yang ideal terdiri

dari :

1. Hipnotik

2. Analgesia

3. Relaksasi otot

Keadaan anestesi biasanya disebut anestesi umum, ditandai oleh tahap tidak sadar

induksi, yang selama itu rangsang operasi hanya menimbulkan respon refleks autonom. Jadi

pasien tidak boleh memberikan gerak volunter, tetap perubahan kecepatan pernapasan dan

kardiovaskular dapat dilihat.

Keadaan anestesi berbeda dengan keadaan analgesia, yang didefinisikan sebagai tidak

adanya nyeri. Keadaan ini dapat ditimbulkan oleh agen narkotika yang dapat menghilangkan

nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar. Sebaliknya, barbiturate dan penenang tidak

menghilangkan nyeri sampai pasien sama sekali tidak sadar.

Banyak teori telah dikemukakakan, tetapi sampai sekarang belum ada keterangan

yang memuaskan bagaimana kerja obat anestesika. Ditinjau dari vaskularisasi, jaringan

terbagi atas :

1. Kaya pembuluh darah, contoh : otak dan organ lainnya, misalnya jantung, ginjal, hati,

dsb.

2. Miskin pembuluh darah, contoh jaringan lemak, tulang, dsb.

Obat anestesika yang masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar ke

jaringan. Yang pertama terpengaruh oleh obat anestesika ialah jaringan yang kaya

akan pembuluh darah seperti otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang,

hilangnya rasa sakit, dsb.

Page 9: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

B. Teknik Anestesi Umum

Teknik anestesi umum di dunia kedokteran dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

1. Parenteral

Obat anestesi masuk ke dalam darah dengan cara suntikan IV atau IM. Untuk

selanjutnya dibawa darah ke otak dan menimbulkan keadaan narkose.

Obat anestesi yang sering digunakan adalah :

a. Pentothal

Dipergunakan dalam larutan 2,5% atau 5% dengan dosis permulaan 4-6mg/kgBB dan

selanjutnya dapat ditambah sampai 1 gram.

Penggunaan :

1. Untuk induksi, selanjtnta diteruskan dengan inhalasi.

2. Operasi-operasi yang singkat seperti : curretage, reposisi, insisi abses.

Cara Pemberian :

Larutan 2,5% dimasukkan IV pelan-pelan 4-8cc sampai penderita tidur, pernpasan

lambat dan dalam. Apabila penderita dicubit tidak bereaksi, operasi dapat dimulai.

Selanjutnya suntikan dapat ditambah secukupnya apabila perlu sampai 1 gram/

Komplikasi :

1. Lokal : ditempat suntikan, apabila keluar dari pembuluh darah sakit sekali,

merah dan bengkak. Tindakan : infiltrasi dengan anestesi likal dan kompres.

2. Menekan pusat pernafasan : kecepatan menyuntik harus hati-hati jangan

sampai pernafasan berhenti.

3. Menekan jantung : tekanan darah turun sampai nadi tak teraba.

4. Larynx Spasme : diberi O2 murni, bila diberi succinyl choline IV 25-50 mg

untuk melemaskan spasme sambil dibuat pernafasan buatan.

Kontraindikasi :

a. Anak-anak dibawah 4 tahun

b. Shock, anemia, uremia dan penderita-penderita yang lemah

c. Gangguan pernafasan : asthma, sesak nafas, infeksi mulut dan saluran nafas

d. Penyakit jantung

e. Penyakit hati

f. Penderita yang terlalu gemuk sehingga sukar untuk menemukan vena yang baik.

Page 10: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

b. Ketalar (Ketamine)

Diberikan IV atau IM berbentuk larutan 10mg/cc

Dosis IV 1-3 mg/kgBB

Dosis IM 8-13 mg/kgBB

1-3 menit setelah penyuntikan operasi dapat dimulai.

Komplikasi :

Menekan pusat pernafasan, tetapi lebih kurang daripada pentothal.

Merangsang jantung : tekanan darah naik.

Sekresi kelenjar ludah dan saluran pernafasan bertambah

Penggunaan :

Operasi-operasi yang singkat

Untuk indikasi penderita tekanan darah rendah

Kontraindikasi :

Penyakit jantung, kelainan pembuluh darah otak dan hipertensi.

Catatan :

Oleh karena komplikasi utama dari anestesi secara parenteral adalah menekan pusat

pernafasan, maka kita harus siap dengan peralatan dan tindakan pernafasan buatan terutama

bila ada sianosis.

2.Perrectal

Obat anestesi diserap lewat mukosa rektum kedalam darah dan selanjutnya sampai ke

otak. Dipergunakan untuk tindakan diagnostik (kateterisasi jantung, rontgen foto,

pemeriksaan mata, telinga, oesophagoscopi, penyinaran, dsb) terutama pada bayi-bayi dan

anak kecil. Juga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak-anak.

Syaratnya adalah :

Rectum benar-benar kosong

Tidak ada infeksi di dalam rektum

Lama narkose 20-30 menit. Obat-obat yang digunakan :

Pentothal 10% dosis 40mg/kgBB

Page 11: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Tribromentothal (avertin) 80mg/kgBB

3.Inhalasi

Obat anestesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru-paru, masuk ke darah

sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose.

Obat-obat yang dipakai :

a. Induksi halotan

Induksi halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2, induksi dimulai

dengan aliran O2 > 4 liter/menit atau campuran N2O : O2 = 3 : 1. Aliran > 4 liter/menit. Kalau

pasien batuk, konsentrasi halotan diturunkan, untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan

lagi sampai konsentrasi yang diperlukan.

b. Induksi Sevofluran

Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk walaupun langsung

diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol %. Seperti dengan halotan, konsentrasi

dipertahankan sesuai kebutuhan.

c. Induksi dengan Enfluran (ethran), Isofluran (foran, aeran) atau Desfluran

Jarang dilakukan karena pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama.

2. HIRSPRUNG DISEASE

A. Definisi

Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan perkembangan sistem saraf enterik dan

ditandai oleh tidak adanya sel ganglion pada kolon distal sehingga menyebabkan

obstruksi fungsional. Sebagian kasus sekarang didiagnosis pada masa neonatus.

Penyakit Hirschsprung sebaiknya dipertimbangkan pada neonatus yang gagal

mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah dilahirkan.

B. Epidemiologi

Penyakit Hirschsprung terjadi pada 1 dari setiap 5.000 bayi yang lahir dan ini

berhubungan  pada 1 sampai dengan 4 dari obstruksi usus pada bayi baru lahir.

Referensi lain mengatakan  bahwa penyakit ini terjadi pada 1 dari 1500 hingga 7000

bayi baru lahir.

Page 12: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

C. Gejala dan tanda

Gejala dan tanda dapat bermacam-macam berdasarkan keparahan dari kondisi.

Kadang-kadang mereka muncul segera setelah bayi lahir. Pada saat yang lain

mereka mungkin saja tidak tampak sampai bayi tumbuh menjadi remaja ataupun

dewasa. Pada kelahiran baru, tanda dapat mencakup:

Kegagalan dalam mengeluarkan mekonium dalam hari pertama atau kedua

kelahiran

Muntah, mencakup muntahan hijau yang disebut bile- cairan pencernaan

yang diproduksi di empedu

Konstipasi

Perut kembung

Diare dehidrasi

Pada anak-anak yang lebih tua, tanda dapat mencakup:

Perut yang buncit

Letargi

Masalah dalam penyerapan nutrisi, yang mengarah penurunan berat badan,

diare atau kedua nya dan penundaan atau pertubuhan yang lambat.

Infeksi colon, khususnya anak baru lahir atau yang masih sangat muda, yang

dapat mencakup enterokolitis, infeksi serius dengan diare, demam, dan

muntah dan kadang-kadang dilatasi kolon yang berbahaya.

D. Diagnosis

Pemeriksaan yang digunakan untuk membantu diagnosis penyakit hirsprung dapat

mencakup

1. Foto polos abdomen (BNO)

Foto polos abdomen dapat memperlihatkan loop distensi usus dengan

penumpukan udara di daerah rektum. Pemeriksaan radiologi merupakan

pemeriksaan yang penting pada penyakit Hirschsprung. Pada foto polos abdomen

dapat dijumpai gambaran obstruksi usus letak rendah, meski pada bayi sulit untuk

membedakan usus halus dan usus besar.

2. Barium enema

Page 13: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Tampak daerah penyempitan dibagian rektum ke proksimal yang

panjangnya bervariasi

Terdapat daerah transisi, terlihat di proksimal daerah penyempitan ke

arah daerah dilatasi

Terdapat daerah pelebaran lumen di proksimal daerah transisi

3. Anal manometri

Sebuah balon kecil ditiupkan pada rektum. Ano-rektal manometri mengukur

tekanan dari otot sfingter anal dan seberapa baik seorang dapat merasakan

perbedaan sensasi dari rektum yang penuh. Pada anak-anak yang memiliki

penyakit Hirschsprung otot pada rektum tidak relaksasi secara normal. Selama

tes, pasien diminta untuk memeras, santai, dan mendorong. Tekanan otot

spinkter anal diukur selama aktivitas. Saat memeras, seseorang mengencangkan

otot spinkter seperti mencegah sesuatu keluar. Mendorong, seseorang seolah

mencoba seperti pergerakan usus. Tes ini biasanya berhasil pada anak-anak yang

kooperatif dan dewasa.

4. Biopsi rektum

Ini merupakan tes paling akurat untuk penyakit Hirschsprung. Dokter

mengambil bagian sangat kecil dari rektum untuk dilihat di bawah mikroskop.

Anak-anak dengan penyakit Hirschsprung akan tidak memiliki sel-sel ganglion

pada sampel yang diambil. Pada biopsi hisap, jaringan dikeluarkan dari kolon

dengan menggunakan alat penghisap. Karena tidak melibatkan pemotongan

jaringan kolon maka tidak diperlukan anestesi. Jika biopsi menunjukkan adanya

ganglion, penyakit Hirschsprung tidak terbukti. Jika tidak terdapat sel-sel

ganglion pada jaringan contoh, biopsi full-thickness biopsi diperlukan untuk

mengkonfirmasi penyakit Hirschsprung. Pada biopsi full-thickness lebih banyak

jaringan dari lapisan yang lebih dalam dikeluarkan secara bedah untuk kemudian

diperiksai di bawah mikroskop. Tidak adanya sel-sel ganglion menunjukkan

penyakit Hirschsprung.

E. Tata laksana

Page 14: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Pengobatan penyakit Hirschsprung menyangkut operasi pemindahan bagian abnormal

dari kolon. Ada dua langkah untuk mencapai tujuan ini.

Tingkat pertama biasanya kolostomi. Ketika kolostomi dimunculkan, usus besar

dipotong dan lubang dibuat melalui abdomen. Ini membiarkan isi dari usus

untuk mengisi kantong.

Kemudian, ketika berat badan, usia, dan kondisi anak telah tepat, dilakukan

prosedur “pull-through”

Prosedur “pull-through” memperbaiki kolon dengan menghubungkan bagian

yang berfungsi dari usus ke anus. Prosedur “pull-through” merupakan metode tipikal

untuk mengobati Hirschsprung pada pasien muda. Swenson menghasilkan prosedur

asli, tapi prosedur “pull-through” telah sering kali dimodifikasi. Sawin, seorang ahli

dalam operasi “pull through”, mencatat bahwa “meskipun ada sekitar lima perbedaan

prosedur pull-through,mereka semua lebih atau kurang efektif dalam mengobati

kelainan.”

F. Komplikasi

Setelah operasi, kebanyakan anak-anak melepasakan  feses secara normal. Beberapa

dapat mengalami diare, tetapi setelah beberapa waktu feses akan menjadi lebih

padat. “toilet training” dapat mengambil waktu lama karena beberapa anak-anak

memiliki kesulitan mengkoordinasikan otot-otot yang digunakan untuk melepaskan

feses. Ini meningkat pada kebanyakan anak-anak seiring waktu. Konstipasi dapat

berlanjut pada beberapa anak-anak, meskipun laksatif seharusnya membantu. Makan

makanan tinggi serat juga dapat membantu pada diare dan konstipasi.

Anak juga berada pada resiko peningkatan enterokolitis dalam kolon atau usus halus

setelah operasi. Waspadalah pada gejala dan tanda dari enterocolitis, dan hubungi

dokter segera bila salah satu dari ini terjadi:

Demam

Perut kembung

Muntah

Diare

Perdarahan dari rektum

G. Prognosis

Page 15: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

 Akibat yang dihasilkan setelah perbaikan penyakit Hirschsprung secara definitif

adalah sulit untuk ditentukan karena terjadi konflik pada laporan dalam literatur.

Beberapa peneliti melaporkan tingkat kepuasan tinggi, sementara yang lain

melaporkan kejadian yang signifikan dalam konstipasi dan inkontinensia. Kurang

lebih 1% dari pasien dengan penyakit Hirschsprung membutuhkan kolostomi

permanen untuk memperbaiki inkontinensia. Umumnya, lebih dari 90% pasien

dengan penyakit Hirschsprung memiliki hasil memuaskan.

BAB III

ANALISA KASUS

Page 16: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Seorang pasien anak laki-laki berusia 8 bulan datang ke IGD RSUD Karawang

dibawa oleh ibunya dengan keluhan tidak bisa BAB sejak 2 hari setelah lahir. selain itu os

juga muntah berwarna kekuningan. Demam, gelisah tidak dirasakan oleh ibu os. beberapa

hari kemudian, ibu os mengatakan perut os terasa keras dan kembung. Os sempat dibawa ke

RS. Dewi Sri, tetapi pihak rs mengatakan os harus dilakukan operasi. Kemudian ibu os

membawa ke RSUD karawang, dan dokter mengatakan os harus dilakukan operasi

pembuatan usus sementara. Kemudian tanggal 19 mei os masuk RSUD karawang untuk

dilakukan operasi lanjutan.

Pasien dianjurkan untuk menjalani operasi, ijin operasi didapatkan dari pasien dan

disetujui oleh dokter spesialis anestesi. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang, disimpulkan bahwa pasien termasuk ASA I. Menjelang operasi, pasien tampak

sehat, nadi teraba cepat, suhunya normal.

Operasi dilakukan pada tanggal 22 mei 2012 pukul 09.50 sedangkan anestesi dimulai

pada pukul 09.55 di RSUD Karawang. Pasien diberikan obat induksi yaitu Propofol 20 mg,

notrixum 5 mg. kemudian obat medikasi selama berjalannya operasi yaitu fentanil 15 μg,

serta diberikan anestesi inhalasi dengan pemasangan pipa ETT no.4, berupa campuran N2O

2L/menit dan O2 2L/menit serta Isoflurane 0,7 vol%. Anestesi dilakukan secara umum

dengan suntikan secara intravena dan inhalasi sesuai indikasinya.

Pada medikasi diberikan Propofol yang merupakan derivat fenol yang banyak

digunakan sebagai anestes intravena. Dosis sedasinya 2-3 mg/kgBB, sedangkan pada anak

dibawah 8 tahun diberikan dosis ≥2,5 mg/kgBB. Sebaiknya menyuntikkan obat anestesi ini

pada vena besar karena dapat menimbulkan nyeri. Ketamin diberikan dengan dosis 1-2

mg/kgBB. Noveron merupakan golongan muscle relaxan (pelumpuh otot) non depolarisasi,

yaitu Rocuronium bromide kerja sedang (intermediate acting), pelumpuh otot non-

depolarisasi berikatan dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tak menyebabkan

depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin menempatinya, sehinga asetilkolin tidak dapat

bekerja.

Isoflurane merupakan halogenasi eter, mempunyai efek terhadap depresi jantung dan

curah jantung minimal. Isoflurane sering dipakai pada anestesi inhalasi dikarenakan sifat

toksisitasnya yang rendah dan onset kerja cepat serta pasien cepat sadar.

Page 17: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

Pada pasien, cairan diberikan sebanyak 1500 mL selama operasi, dengan

rincian ± 1000mL Ringer Laktat dan ± 500mL Widahes. Sedngkan menurut perhitungan,

cairan diberikan sebanyak :

Pemberian cairan

Kebutuhan cairan basal (BB = 8,6 kg)

4 x 8,6 kg = 34,4 cc

Kebutuhan cairan intraoperasi (operasi besar)

8 x 8,6 kg = 68,8 cc

Kebutuhan cairan saat puasa (4 jam)

4 x 34,4 cc = 137,6 cc

Pemberian cairan pada jam pertama operasi

Kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 50% x kebutuhan cairan puasa

34,4 + 51,6 + 68,8 = 154,8

Pemberian cairan pada jam kedua operasi

Kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 25% x kebutuhan cairan puasa

34,4 + 51,6 + 34,4 = 120,4

Pemberian cairan pada jam ketiga operasi

Kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 25% x kebutuhan cairan puasa

34,4 + 51,6 + 34,4 = 120,4

Kebutuhan cairan selama operasi : (2jam 20 menit)

154,8 + 120,8 + (1/3 x 120,4) = 315,7 cc

Cairan yang masuk selama operasi (2 jam 20 menit) = 1000cc NaCl + 500 cc widahes

Allowed Blood Loss

20% x EBV = 20% x ( 80 x 8,6 kg) = 137,6

Berdasarkan nilai Ht

Ht pasien – Ht target x EBV

Ht pasien

48 – (3 x 15,8) x (80 x 8,6) = 8,6 cc

Page 18: Case Anestesi Umum- Hirsprung Done

48

Jumlah darah yang keluar

- Darah di kassa besar 1 buah = 50 mL

- Darah di kassa sedang 5 buah = 50 mL

- Jumlah darah di tabung suction ± 250 mL

- Total darah yang keluar 350 mL

Pada pasien perlu dilakukan transfusi darah untuk menggantikan jumlah perdarahan yang

keluar, karena kehilangan darah pada pasien melebihi EBL

Wholeblood: 6 x BB x ΔHb*

6 x 8,6 x (14-12) = 103,2 darah yang ahrus diberikan pada pasien sebanyak

100 mL

*Hb terakhir pasien setelah operasi adalah 12 g%