anastesi hirsprung

31
Hirschsprung Disease HIRSCHSPRUNG DISEASE I.Pendahuluan Pada tahun 1886 Hischsprung mengemukakan 2 kasus obstipasi sejak lahir yang dianggapnya disebabkan oleh dilatasi kolon. Kedua penderita itu meninggal. Dikatakannya pula bahwa keadaan tersebut merupakan kesatuan klinis tersendiri dan sejak itu disebut dengan penyakit Hirschsprung atau Megakolon kongenital. Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat tersebut penyakit ini dikenal dengan istilah Aganglionosis Congenital, yang mana pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, tidak ditemukan: Sel ganglion Auerbach dan Meissener Serabut saraf menebal Serabut saraf hipertrofik. Aganglionosis dimulai dari arah anus ke arah oral. Oleh karena itulah maka disebut penyakit ini dengan Aganglionosis Congenital. Apabila seorang bayi perutnya kembung dan disertai kesulitan BAB, maka janganlah buru-buru menyangka ia kena cacingan, masuk angin dan salah makan. Bisa jadi itu KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman 1

description

hirsprung

Transcript of anastesi hirsprung

Page 1: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

HIRSCHSPRUNG DISEASE

I.Pendahuluan

Pada tahun 1886 Hischsprung mengemukakan 2 kasus obstipasi sejak lahir

yang dianggapnya disebabkan oleh dilatasi kolon. Kedua penderita itu meninggal.

Dikatakannya pula bahwa keadaan tersebut merupakan kesatuan klinis tersendiri dan

sejak itu disebut dengan penyakit Hirschsprung atau Megakolon kongenital.

Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dinding usus yang

menyempit tidak ditemukan ganglion parasimpatis. Sejak saat tersebut penyakit ini

dikenal dengan istilah Aganglionosis Congenital, yang mana pada pemeriksaan

patologi anatomi dari penyakit ini, tidak ditemukan:

Sel ganglion Auerbach dan Meissener

Serabut saraf menebal

Serabut saraf hipertrofik.

Aganglionosis dimulai dari arah anus ke arah oral.

Oleh karena itulah maka disebut penyakit ini dengan Aganglionosis Congenital.

Apabila seorang bayi perutnya kembung dan disertai kesulitan BAB, maka

janganlah buru-buru menyangka ia kena cacingan, masuk angin dan salah makan.

Bisa jadi itu adalah suatu kelainan yang merupakan bawaan sejak lahir, jadi tidak bisa

dicegah(3,8).

II. Definisi

Adalah penyakit yang mengenai usus besar yang merupakan kelainan bawaan

akibat gangguan pasase usus tersering pada neonatus, kebanyakan terjadi pada bayi

aterem dengan berat lahir ≥3 kg, lebih banyak laki-laki dari pada perempuan.

Penyakit Hirschsprung merupakan penyakit obstruksi usus fungsional akibat

aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter

ani internus kearah proksimal, 70-80% berbatas didaerah rectosigmoid, 10% sampai

seluruh colon, dan sekitar 5% dapat mengenai seluruh usus sampai pylorus. Penyakit

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

1

Page 2: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

ini menyebabkan konstipasi, dimana pergerakan peristaltic usus sangat sulit.

Beberapa anak dengan HD tidak memiliki peristaltic sama sekali, sehingga ampas

makanan akan menyebabkan penyumbatan dalam usus. Hal ini dapat menyebabkan

masalah serius seperti infeksi, nekrose usus bahkan kematian.(4,5,6,)

III. Pembagian

Berdasarkan panjang segmen yang terkena, penyakit hirschsprung dapat

dibedakan menjadi 2 tipe yaitu:

1. Penyakit Hirschsprung segmen pendek.

Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid. Merupakan

70% dari penyakit Hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak

laki-laki dibanding anak perempuan.

2. Penyakit Hirschsprumg segmen panjang.

Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, malahan dapat

mengenai seluruh kolon atau sampai usus halus. Ditemukan sama banyak

pada anak laki-laki dan anak perempuan(1,3).

IV. Etiologi

HD berkembang sebelum anak lahir. Normalnya, sel saraf tumbuh diusus bayi

segera setelah bayi mulai tumbuh dalam kandungan. Sel saraf ini tumbuh dari atas

menuju kebawah yaitu menuju ke anus. Pada panderita HD, sel saraf ini berhenti

tumbuh sebelum mencapai usus bagian akhir. Tak ada satupun yang tahu mengapa sel

saraf ini berhenti untuk tumbuh.

Dalam beberapa kasus, HD adalah penyakit keturunan. Yang artinya ibu dan

ayahnya dapat menurunkannya keanak mereka. Jika seseorang mempunyai anak yang

menderita HD, maka pada anak yang selanjutnya dapat juga menderita penyakit yang

sama. Penyakit HD juga disertai dengan cacat bawaan lain termasuk Sindrom Down,

Sindrom Laurence-Moon-Bardet-biedl, dan Sindrom Waardenburg serta kelainan

kardiovaskuler.(5,6)

V. Patogenesa

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

2

Page 3: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Pada penyakit Hirschsprung terdapat absensi ganglion Meissener dan

ganglion Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani kearah

proksimal dengan panjang yang berfariasi. 70-80% terbatas didaerah

rektosigmoid, 10% sampai seluruh kolon dan sekitar 5% kurang dapat

mengenai seluruh usus sampai pylorus.

Usus besar yang sehat: yang

ditemukan sel saraf

disepanjang usus

Usus besar yang terkena

HD: sel sarafnya tidak

ditemukan pada bagian akhir

dari usus

Absensi ganglion Meissener dan Auerbach mengakibatkan usus yang

bersangkutan tidak bekerja normal. Peristaltik usus tidak mempunyai daya

dorong, tidak propulsive, sehingga usus bersangkutan tidak ikut dalam proses

evakuasi feses ataupun udara. Penampilan klinis penderita sebagai gangguan

pasase usus.

Penampilan makroskopik. Bagian usus yang tidak berganglion terlihat

spastic, lumen terlihat kecil. Usus dibagian proksimalnya, disebut daerah

transisi, terlihat mulai melebar dari bagian yang menyempit. Usus

diproksimalnya lagi lebih melebar lagi dan umumnya lagi mengecil kembali

mendekati kaliber usus normal.

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

3

Page 4: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Secara histology, tidak didapatkan pleksus Meisner dan Auerbach dan

ditemukan berkas-berkas saraf yang hipertropi dengan konsentrasi

asetilkolinesterase yang tinggi diantara lapisan-lapisan otot dan pada sub

mukosa. Gangguan ini dapat direproduksi pada binatang percobaan dengan

merusak reseptor endotelin-B.(2,4,5)

VI. Gejala klinis

Gejala HD Agaknya sedikit berbeda pada umur yang berbeda. Gejala HD

muncul pada bayi baru lahir, remaja dan dewasa.

Gejala pada bayi yang baru lahir

Bayi yang baru lahir dengan HD tidak mempunyai peristaltik yang pertama.

Bayi-bayi ini mengeluarkan cairan hijau setelah makan dan perut mereka

membesar. Ketidak nyamanan dari gas atau konstipasi membuat mereka

gelisah. Kadang-kadang, bayi dengan HD berkembang inferksi di usus

mereka.

Gejala pada waktu anak-anak

Kebanyakan anak dengan HD mempunyai masalah dengan konstipasi.

Beberapa dari mereka sering diare. Anak-anak dengan HD juga mempunyai

anemi, disebabkan karena darah hilang bersama ampas makanan. Juga

banyak anak-anak dengan HD tumbuh lebih lambat dari seharusnya.

Gejala pada waktu remaja dan dewasa

Seperti anak-anak, remaja dan dewasa dengan HD mempunyai konstipasi

sepanjang hidupnya. Mereka juga mempunyai anemia.

Jadi dapat disimpulkan bahwa gejala-gejala klinis penyakit Hirscprung dimulai

pada saat lahir yaitu berupa gangguan defekasi. Dapat pula timbul pada umur

beberapa minggu atau menarik perhatian orang tuanya setelah umur beberapa bulan.

Trias klasik, Gambarn klinik pada neonatus adalah:

1. Mekonium keluar terlambat yaitu lebih dari 24 jam pertama

2. Muntah hijau

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

4

Page 5: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

3. Perut membuncit seluruhnya

Adakalanya gejala obstipasi kronik ini diselingi oleh diare berat dengan feses yang

berbau dan berwarna has yang disebabkan oleh Enterokolitis. Adanya feses yang

menyemprot pada colok dubur yang merupakan tanda yang khas.(1,4,5,6)

VII. Pemeriksaan penunjang

Untuk mengetahui HD ini lebih pasti maka dilakukan pemeriksaan penunjang

yaitu:

a. Foto polos Abdomen

Akan terlihat tanda-tanda obstruksi usus letak rendah. Umumnya,

gambaran kolon sulit dibedakan dengan gambaran usus halus.

b. Foto dengan barium enema

Dengan pemeriksaan ini akan ditemukan:

1. Daerah transisi

2. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur disegmen yang

menyempit

3. Enterokolitis pada segmen yang melebar

4. Terdapat retensi barium setelah 24-48 jam

Pada pemeriksaan ini perlu diperhatikan panjang segmen yang terkena, yaitu

penting untuk menentukan tindakan pangobatan. Agar tidak mengaburkan hasil, 24

jam sebelum dilakukan foto barium enema tidak boleh dilakukan colok dubur

maupun pemasangan pipa rectal.

c. Manometri

Manometri anorektal mengukur tekanan spingter ani interna saat balon

dikembangkan direktum. Pada individu normal, penggembungan rectum

mengawali reflek penurunan tekanan spingter interna. Pada penderita

penyakit Hirschprung, tekanan gagal menurun, atau ada kenaikan tekanan

paradoks karena rectum dikembungkan. Pemeriksaan ini sulit dilakukan

pada neonatus. Respon normal pada evaluasi manometri ini menyingkirkan

diagnosa penyakit Hirschprung

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

5

Page 6: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

d. Biopsi

Pemeriksaan patologi anatomi dengan biopsy memiliki akurasi 100% jika

tidak ditemukan sel ganglion meisener disertai penebalan serabut saraf

dalam menegakkan diagnosa HD. Sedangkan ditemukannya sel ganglion,

meskipun immature, menyingkirkan diagnosa HD.(2,3,4,5,6)

VIII. Diagnosa.

Anamnesis perjalanan penyakit yang khas dan gambaran klinis perut

membuncit seluruhnya. Neonatus hampir selalu dengan berat badan normal, sangat

jarang premature. Datang ke rumah sakit dengan obstruksi usus, dengan tanda-tanda

keterlambatan evakuasi mekonium, distensi abdomen dan muntah hijau. Obstruksi

usus ini dapat mereda spontan, atau akibat colok dubur yang dilakukan pada waktu

pemeriksaan. Dikatakan mereda, neonatus dapat defekasi dengan keluar mekonium

bercampur udara, abdomen kempes dan tidak muntah lagi. Kemudian dalam beberapa

hari lagi neonatus menunjukan tanda-tanda obstruksi usus berulang. Selanjutnya

neonatus secara klinis menunjukkan gejala sebagai obstipasi khronik dengan disertai

abdomen yang buncit. Sering neonatus meninggal dengan penyulit seperti;

enterokolitis, dan sepsis.(1,2)

IX. Diferensial Diagnosa

Pada masa neonatus, harus dipikirkan ada kemungkinan atresia ileum atau

sumbatan annorektum oleh mekonium yang sangat padat (maconnium plug

syndrome). Penyakit ini hampir tidak pernah di jumpai di Indonesia. Sedangkan pada

masa bayi dan anak, obstipasi dapat disebabkan oleh obstipasi dietik, retardasi

mental, hipotiroid, dan resiko genetic.

Penyakit Hirschprung pada penderita yang lebih tua harus dibedakan dari

penyebab perut kembung lain dan konstipasi khronis. Riwayat menunjukkan

kesukaran mengeluarkan tinja yang semakin berat, yang mulai pada umur minggu-

minggu pertama. Masa tinja besar dapat diraba pada sisi kiri perut tetapi pada

pemeriksaan rectum biasanya tidak ada tinja. Tinja ini jika keluar mungkin akan

berupa butir-butir kecil, seperti pita, atau berkonsistensi cair. Tidak ada tinja yang

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

6

Page 7: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

besar dan yang berkonsistensi sepereti tanah pada penderita dengan konstipasi

fungsional.(1,2,5)

Tanda-tanda yang membedakan penyakit Hirschprung dan konstipasi fungsional.

Variabel Fungsional ( didapat ) Penyakit Hirschprung

Riwayat

-Mulai konstipasi

-Enkopresis

-Gagal tumbuh

-Enterokolitis

-Nyeri perut

-Setelah umur 2 tahun

-Lazim

-Tidak lazim

-Tidak

-Lazim

-Saat lahir

-Sangat jarang

-Mungkin

-Mungkin

-Lazim

Pemeriksaan

-Perut kembung

-Penambahan berat badan

jelek

-Tonus anus

-Pemeriksaan rectum

-Jarang

-Jarang

-Normal

-Tinja di ampula

-Lazim

-Lazim

-Normal

-Ampula kosong

Laboratorium

-Manometri anorektal

-Biopsi rectum

-Enema barium

-Rektum mengembang

karena relaksasi spingter

interna

-Normal

-Jumlah tinja banyak,tidak

ada daerah peralihan

-Tak ada sfingter atau

relaksasi paradok atau

tekanan naik

-Tak ada sel ganglion

pewarnaan

asetilkolinesterase

meningkat

-Daerah peralihan,

pengeluaran tertunda

(lebih dari 24 jam)

X. Penatalaksanaan

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

7

Page 8: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Bila diagnosis sudah ditegakkan, prinsip penanganannya adalah mengatasi

obstruksi, mencegah terjadinya enterokolitis, membuang segmen aganglionik, dan

mengembalikan kontinuitas usus. Pengobatan definitif adalah operasi. Sebelum

operasi definitif, dapat dilakukan pengobatan konservatif yaitu tindakan darurat untuk

menghilangkankan tanda-tanda obstruksi dengan cara memasang sonde lambung dan

anal-tube untuk mengeluarkan mekonium dan udara. Tindakan konservatif ini

sebenarnya akan mengaburkan gambaran pemeriksaan barium enema yang akan

dibuat kemudian.

Pilihan-pilihan operasi adalah melakukan prosedur definitif sesegera mungkin

atau melakukan colostomi sementara dan menunggu sampai bayi berumur 6-12 bulan

untuk melakukan operasi definitif. Ada 3 pilihan dasar operasi. Prosedur bedah

pertama yang berhasil, yang diuraikan oleh Swenson, adalah memotong segmen yang

tidak berganglion dan melakukan anastomosis usus besar proksimal yang normal

dengan rectum 1-2 cm diatas garis batas. Operasi ini secara teknis sulit dan mengarah

pada pengembangan 2 prosedur lain. Duhammel menguraikan prosedur untuk

menciptakan rectum baru, dengan menarik turun usus besar yang berinerfasi normal

kebelakang rectum yang tidak berganglion. Rektum baru yang dibuat dalam pada

prosedur ini mempunyai setengah aganglionik anterior dengan sensasi normal dan

setengah ganglionik posterior dengan propulsi normal. Prosedur “Endorektal Pull-

Through” yang diuraikan oleh Boley meliputi pengupasan mukosa rectum yang tidak

berganglion dan membawa kolon yang berinerfasi normal kelapisan otot yang

terkelupas tersebut, dengan demikian memintas usus yang abnormal dari sebelah

dalam.

Operasi definitif ini dapat dikerjakan satu tahap atau dua tahap kemudian bila

berat badan bayi sudah cukup (> 9 Kg). Pada waktu itu megakolon dapat surut,

mencapai kolon ukuran normal.

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

8

Page 9: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Ilustrasi dari langkah-langkah kerja operasi Pull-Through

Sebelum operasi: bagian yang sakit adalah bagian dari usus yang tidak bekerja

Langkah 1: Dokter memindahkan bagian yang sakit

Langkah 2: Dokter menjahit bagian yang sehat ke rektum atau anus

Sering Pull-Through dilakukan segera setelah diagnostik. Bagaimanapun juga anak-

anak yang sangat sakit membutuhkan pembedahan yang pertama yang disebut

ostomi. Operasi ini membantu anak-anak menjadi lebih sehat sebelum dilakukan Pull-

Through. Dalam melakukan ostomi, dokter membuang bagian yang sakit dari usus,

kemudian membuat lubang kecil diperut bayi. Lubang ini disebut Stoma. Dokter

menghubungkan bagian atas dari usus ke Stoma. Ampas makanan akan meninggalkan

tubuh dari Stoma, sedangkan bagian bawah usus akan sembuh.

Langkah 1: Dokter mengeluarkan sebagian besar dari penyakit dari usus.

Langkah 2: Dokter menyambung bagian sehat dari usus ke stoma( lubang pada perut).

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

9

Page 10: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Jika dokter memindahkan seluruh usus besar dan menghubungkan usus kecil

kestoma, opersinya disebut Illeostomi. Jika dokter meninggalkan sebagian dari usus

besar dan menghubungkannya dengan stoma, operasinya disebut colostomi.

Kemudian, dokter akan melakukan Pull-Through. Dokter akan melepaskan

hubungan usus dengan stoma dan menariknya sampai keatas anus. Stoma tidak

diperlukan lagi, jadi dokter akan menutupnya kembali atau menunggu sekitar 6

minggu untuk memastikan Pull-Through bekerja.(1,2,3,5,6)

XI. Komplikasi

Komplikasi penyakit hirschprung adalah:

Enterokolitis nekrotikan

Pneumatosis usus

Abses perikolon perforasi

Septikemia

Komplikasi pasca bedah antara lain:

Kebocoran anastomosis

Stenosis

Enterokolitis

Striktura

Prolaps

Abses perianal

Pengotoran tinja.(4,5)

XII. Prognosis

Prognosis penyakit hirchsprung Yang diterapi dengan bedah umumnya

hasilnya memuaskan. Sebagian besar penderita berhasil mengeluarkan tinja. Penyulit

pasca bedah seperti kebocoran anastomosis atau striktur anastomosis umumnya dapat

diatasi.

Anak-anak mendapatkan beberapa masalah setelah ostomi. Mereka harus

mempelajari bagaimana merawat stoma dan bagaimana mengganti kantong yang

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

10

Page 11: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

digunakan untuk membuang ampas makanan. Selain itu anak-anak juga khawatir

tentang perbedaan mereka dengan kawan-kawannya. Anak-anak harus lebih banyak

minum untuk menjaga tubuhnya agar tidak kekurangan air.Makanan yang berserat

tinggi dapat menolong mengurangi konstipasi dan diare.(1,5,6)

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

11

Page 12: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

DAFTAR PUSTAKA

1. Staf Pengajar Bagian Bedah FKUI, Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Cetakan

Pertama, Penerbit Binarupa Aksara, Jakarta, 1995 : 35-8.

2. Sjamsuhidajat R, Jong WD, Buku Ajar Ilmu Bedah, Cetakan I, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, !997 : 840-1.

3. Way LW, Large Intestine : a Lange Medical Book, Current Surgical

Diagnosis & Treatment, eds. Way LW, Tenth edition, Appleton & lange,

Connecticut, 2001 : 651-3.

4. Nobie BA, Bowel Obstruction, Small, URL

http://www.emedicine.com/surg/topic115.html,

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

12

Page 13: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

STATUS ORANG SAKIT

ANAMNESIS PRIBADI

Nama : Enjel Meliana

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Berat Badan : 48 kg

Tgl. Masuk RS : 27 September 2003

ANAMNESIS PENYAKIT

Keluhan Utama : Tidak bisa buang air besar

Telaah : Hal ini dialami os sejak ± 2 minggu yang lalu. OS merasa

perutnya kembung, nyeri perut (+), mules (+), mual (–),

muntah (–), sakit kepala (–), batuk (–).

RPT : OS pernah mengalami hal seperti ini pada masa balita.

RPO : Dulcolax dan minum jamu.

III. KEADAAN PRABEDAH

1. Status present

Sensorium : Compos mentis

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Frekuensi Nadi : 80 x/menit

Frekuensi Nafas : 24 x/menit

Temperatur : 37 ºC

2. Status Generalisata

Kepala

Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut

Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor ki=ka, konjungtiva

palb. inf. anemis (–)

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

13

Anemis : (–)

Ikterus : (–)

Dispnue : (–)

Oedema : (–)

Page 14: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Hidung : Tidak ada kelainan

Telinga : Tidak ada kelainan

Mulut : Mukosa bibir basah, warna merah muda, beslag (–)

Leher : Tidak ada kelainan

Toraks

Inspeksi : Simetris fusiforme

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : SP : vesikuler, ST : (–)

: HR: 80 x/menit, reguler, desah (–)

Abdomen

Inspeksi : Membesar/buncit

Palpasi : Distensi, Hepar/Lien sulit dinilai

Perkusi : Tympani

Auskultasi : Peristaltik usus (+)

Ekstremitas sup. dan inf. : Tidak ada kelainan

Genitalia : Laki-laki, t.a.k.

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hematologi

Hb : 11,4 gr %

Ht : 30 %

LED : 70 mm/jam I

Leukosit : 10.800 /mm3

KGD ad random : 112 mg%

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

14

Page 15: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Fungsi hati

Bilirubin total : 0,50 mg %

Bilirubin direx : 0,16 mg %

SGOT : 15 µ/ml

SGPT : 32 µ/ml

Fungsi ginjal

Ureum : 32 mg%

Kreatinin : 0,73 mg%

Uric acid : 3,3 mg%

Foto toraks

Kesimpulan : Dalam batas normal.

IV. KESIMPULAN

Keadaan pasien sebelum operasi :

B1 (breath)

Pernafasan : Spontan

Frekwensi pernafasan : 24 x/ menit

Lainnya : Dalam batas normal

B2 (blood)

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Frekwensi nada : 80 x /menit

Riwayat hipertansi : (–)

Perfusi perifer : Hangat, merah, kering

Hb : 11,4 gr %

B3 (brain)

Sensorium : Compos mentis

Refleks patologis : (–)

Parese /hemiparese : (–)

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

15

Page 16: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

B4 (bladder)

Urine : (+) normal

Ureum : 32 mg%

Kreatinin : 0,73 mg%

B5 (bowel)

Bab. : (–) normal

Mual & muntah : (–)

B6 (bone) : Tidak ada kelainan

V. DIAGNOSIS : Hirschprung’s Disease

VI. STATUS FISIK : ASA I Elektif

VII. RENCANA ANESTESI : General anestesi

PERSIAPAN PRA ANESTESI

1. Persiapan Pasien

Pasien puasa sejak pukul 01.00 – 09.00 WIB

Pemasangan infus dengan cairan Ringer laktat

2. Persiapan Alat

Meja operasi dan perangkat operasi

Mesin anestesi dan perangkat anestesi umum

Abocath No. 18, infus set, spuit

Duk steril

Suction set

ETT no. 7,5 mm, Cup (+)

Stetoskop

Kassa steril dan Plester

3. Obat-Obat yang Dipakai

Premedikasi :

- Pethidine : 50 mg 09.25 WIB

- Sulfat Atropin : 0,25 mg 09.25 WIB

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

16

Page 17: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Medikasi :

- Pentothal : 250 mg 09.30 WIB

- Succinyl Cholin : 60 mg 09.30 WIB

- Tracrium : 25 mg 09.35 WIB

- Pethidin : 50 mg 09.35 WIB

- Diazepam : 2,5 mg 10.00 WIB

- Sulfat Atropin : 0,25 mg 10.00 WIB

- Tracrium : 10 mg 10.20 WIB

- Tracrium : 10 mg 11.30 WIB

- Tracrium : 10 mg 11.45 WIB

- Diazepam : 2,5 mg 11.45 WIB

- Forgesic : 50 mg 12.30 WIB

Maintenance Anestesi

- N2O : O2 : 4 : 2 L/menit

- Enflurance : 0,5 – 2 vol%

PENATALAKSANAAN ANESTESI

1. Sebelum Induksi

Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi supine.

Infus RL terpasang di tangan kiri dan manset terpasang di lengan kanan.

Pengukuran tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas.

2. Saat Anestesi

Premedikasi diberikan Pethidine 50 mg & Sulfat atropin 0,25 mg iv.

Induksi dengan Pentothal 250 mg iv, diberikan secara perlahan.

Injeksi SC 60 mg iv sebagai short Acting Muscle Relaxant.

Lalu dipreoksigenasi selama 3 – 5 menit sebanyak 3 – 5 L.

Sesudah itu dipasang ETT dengan cepat beserta cuff atau balon yang ada di

ETT balon dipompa. hubungkan ETT dengan mesin anestesi dan langsung

kontrol pernafasan dengan flow meter (pastikan ETT pemasangannya benar

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

17

Page 18: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

dengan mendengarkan suara pernapasan di dadanya) dan injeksikan Tracrium

25 mg sebagai long acting muscle relaxant.

Pemberian N2O 4 L/menit, O2 2 L/menit dan Enflurance 0,6 vol% sebagai

maintenance anestesi.

3. Durante Operasi

Mempertahankan dan monitoring cairan infus

Memeriksa tekanan darah, nadi dan nafas setiap 15 menit

Maintenance N20 : 02 = 4 : 2 L/menit dan Enflurance 0,5 – 2 vol%

Mempertahankan relaksasi otot

Monitoring perdarahan

Monitoring sirkuit apakah ada kebocoran atau tidak.

Tabel Monitoring TD, HR, dan RR

Jam (WIB) TD (mmHg) HR (x/menit) RR (MK) (x/mnt)

09.30 130/90 80 20

09.45 130/90 92 20

10.00 130/90 88 20

10.15 120/90 100 20

10.30 120/80 100 20

10.45 110/80 92 20

11.00 130/90 88 20

11.15 120/90 100 20

11.30 130/90 92 20

11.45 110/90 100 20

12.00 120/90 88 20

12.15 120/90 92 20

12.30 120/90 100 20

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

18

Page 19: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

12.45 140/100 84 20

Rerata 123/89 92 20

PERHITUNGAN CAIRAN DURANTE OPERASI

Diagnosa Pasca Bedah : Post Laparatomy + Colonostomy a/i

Hirschprung’s Disease

Jenis Pembedahan : Laparatomy + Colonostomy

Jenis Anestesi : General Anestesi

Lama Anestesi : 09.25 – 12.50 WIB

Lama Operasi : ± 3 jam

Golongan Operasi : Besar (8 cc/kgBB/jam)

Berat Badan Pasien : 48 Kg

Lama Puasa : 8 jam

Cairan pengganti puasa

= 2 cc x BB x lama puasa

= 2 cc x 48 x 8 jam

= 768 cc

Kebutuhan cairan selama operasi

IWL = 0,5 x BB x lama operasi

= 0,5 x 48 x 3

= 72 cc

Perdarahan

Kassa = 20 x 5 cc = 100 cc

Suction = 200 cc

Total perdarahan = Kassa + Suction

= 100 + 200 cc = 300 cc

EBV = 70 x BB

= 70 x 48 kg

= 3.360 cc

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

19

Total PerdarahanEBV

Page 20: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Persentase perdarahan = x 100 %

= x 100% = 9 %

Oleh karena perdarahan 9 % dari EBV maka cukup diganti dengan cairan

kristaloid = 3 x jumlah darah yang hilang

= 3 x 300 cc

= 900 cc

Kateter = 270 cc

Kebutuhan cairan trauma jaringan

= 8 cc /kg BB

= 8 cc x 48

= 384 cc

Penguapan

= 8 cc x BB x lama operasi

= 8 cc x 48 x 3 jam

= 1.152 cc

Cairan Maintainaince

= 40 cc / kgBB / 24 jam

= 40 x 48 /24 jam

= 1.920 / 24 jam

Kebutuhan Cairan Durante operasi

= 50% (cairan pengganti puasa) pada jam pertama setelah

operasi + 50 % jam berikutnya + Pengganti perdarahan +

Kebutuhan cairan trauma jaringan + Penguapan + kateter

= 50% (768) + 50 % (768) + 900 + 384 + 1.152 + 270 cc

= 384 cc + 3.090 cc = 3474 cc

Balance cairan

a. Jumlah pemasukan

RL = 6 x 500 cc = 3.000 cc

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

20

300 . 3.360

Page 21: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

b. Jumlah kebutuhan cairan = 3.090 cc

Balance cairan = a – b

= 3.000 – 3.090 cc

= – 90 cc (kekurangan cairan)

Kebutuhan cairan 24 jam post operasi

= Cairan maintenance / 24 jam + kekurangan cairan

= 1.920 + 90 cc

= 2.010 cc/24 jam

Jumlah tetesan permenit

=

=

= 27,9 gtt/menit makro

= 28 gtt/menit

PENGOBATAN POST OPERASI

Puasa s/d peristaltik usus (+) normal

IVFD RL 28 gtt/menit makro

Injeksi Cefotaxim 1 gr/12 jam

Injeksi Gentamycin 80 mg/12 jam

Injeksi Novalgin 1 ampul/8 jam IV

Injeksi Transamin 1 ampul/8 jam

Injeksi Cimetidin 1 ampul/8 jam IV

KATA PENGANTAR

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

21

20 cc x banyak cairan24 jam x 60 menit

20 cc x 2.0101.440

Page 22: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, berkat rahmat dan

karuniaNya kami dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judul

“Hirschsprung Disease ”.

Tujuan penulisan ini adalah Sebagai salah satu syarat dalam kegiatan

Kepaniteraan Klinik Senior di SMF Anesthesiologi Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi

Medan. Dalam kesempatan ini penulis ingin menghaturkan banyak terima kasih

kepada Dr. Rina Manurung , Sp.An.Atas bimbingan dan arahannya selama penulis

mengikuti KKS di Bagian Anesthesiologi RSU. Pirngadi Medan.

Kami menyadari bahwa laporan kauss ini belumlah sempurna serta

terdapat berbagai kekurangan, kritik dan saran yang membangun sangat kami

harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Dan semoga laporan kasus ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2005

Penulis

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

22

Page 23: anastesi hirsprung

Hirschsprung Disease

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

PENDAHULUAN............................................................................................ 1

DEFINISI.......................................................................................................... 1

PEMBAGIAN................................................................................................... 2

ETIOLOGI........................................................................................................ 2

PATOGENESA................................................................................................ 3

GEJALA KLINIS............................................................................................. 4

PEMERIKSAAN PENUNJANG..................................................................... 5

DIAGNOSA..................................................................................................... 6

DIFFERENSIAL DIAGNOSA........................................................................ 6

PENATALAKSANAAN.................................................................................. 8

KOMPLIKASI.................................................................................................. 10

PROGNOSIS.................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12

STATUS ORANG SAKIT............................................................................... 13

KKS SMF Anasthesi RSUPM, 2005 Halaman

23