anastesi aniesss

33
BAB I STATUS PASIEN 1.1 Identitas Pasien : Nama : Ny. HERLINA MARLENI Umur : 31 TAHUN Alamat : JL. CAKRA K 45 NO 110 SERANG Kelamin : PEREMPUAN Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA Status : DINAS Tanggal MRS : 27 MARET 2012 No. CM : 29.25.78 ANAMNESA Keluhan utama : Nyeri di dada kiri Keluhan penyakit sekarang : Pasien datang ke RSPAD dengan keluhan utama nyeri dada sebelah kiri sejak lima bulan lalu. Nyeri tersebut hilang timbul, tidak menjalar, tidak ada waktu tertentu. Saat ini pasien tidak sedang demam, batuk dan pilek, pasien tidak memiliki gigi palsu. Pada tanggal 27 maret 2012 pasien datang ke RSPAD Gatot subroto dan diopname dan direncanakan operasi tanggal 28 maret 2012. Riwayat penyakit dahulu : Hipertensi : disangkal Diabetes mellitus : disangkal Asma : disangkal 1

Transcript of anastesi aniesss

Page 1: anastesi aniesss

BAB I

STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien :

Nama : Ny. HERLINA MARLENI Umur : 31 TAHUN Alamat : JL. CAKRA K 45 NO 110 SERANG Kelamin : PEREMPUAN Pekerjaan : IBU RUMAH TANGGA Status : DINAS Tanggal MRS : 27 MARET 2012 No. CM : 29.25.78

ANAMNESA

Keluhan utama : Nyeri di dada kiri

Keluhan penyakit sekarang : Pasien datang ke RSPAD dengan keluhan utama nyeri dada sebelah kiri sejak lima bulan lalu. Nyeri tersebut hilang timbul, tidak menjalar, tidak ada waktu tertentu. Saat ini pasien tidak sedang demam, batuk dan pilek, pasien tidak memiliki gigi palsu. Pada tanggal 27 maret 2012 pasien datang ke RSPAD Gatot subroto dan diopname dan direncanakan operasi tanggal 28 maret 2012.

Riwayat penyakit dahulu :Hipertensi : disangkalDiabetes mellitus : disangkalAsma : disangkalAlergi obat : disangkalPenyakit jantung : disangkal

Riwayat operasi : Fibroadenoma mamae Dextra dan sinistra tahun 2008

Riwayat anestesi : anestesi umum

1

Page 2: anastesi aniesss

Riwayat penyakit keluarga :Riwayat hipertensi, alergi obat, diabetes mellitus, asma, penyakit jantung, penyakit hati pada keluarga disangkal.

Riwayat kebiasaan :Merokok : disangkal Alcohol : disangkalMorfin : disangkalMinum jamu-jamuan : disangkal

1.2 PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Tampak sakit ringanKesadaran : Compos mentisVital sign : 110/80Nadi : 72x/menitRespirasi rate : 18x/menit, regularSuhu : 36,5 celcius Berat badan : 47Tinggi badan : 156Kepala : normocephalMata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, refleks cahaya langsung +/+ normal, refleks cahaya tidak langsung +/+Telinga : Normotia, liang telinga lapang +/+ normalHidung : Tidak ada deviasi septum, discharge -/-Gilut : Oral higiene baik, bibir tidak kering, lidah bersih, Mallapati ILeher : Trakea terletak di tengah, pembesaran KGB (-)

Thorax

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V midclavicula sinistra.

Perkusi : Batas-batas jantung dalam keadaan normal

Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)

2

Page 3: anastesi aniesss

Paru

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis

Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri

Perkusi : Sonor dikedua lapang

Auskultasi : Suara nafas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Datar, tidak ada jaringan parut

Palpasi : Supel, tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekanPerkusi : Timpani

Auskultasi : Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hepar-lien tidak teraba

Vertebrae : Tidak ada tanda peradangan, tidak ada kelainan bentuk pada tulang belakang

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

1.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil lab tanggal 14 maret 2012

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukanHematologi Hemoglobin 14,7 12-16 g/dLHematokrit 45 37-47 %Eritrosit 4,8 4.3-6.0 Juta/uLLeokosit 7000 4800-10800/uLTrombosit 478000 150000-400000MCV 100 80-96 flMCH 32 27-32 pgMCHC 35 32-36 g/dLBleeding time 1’15’’ 1-3 MenitCloting time 4’15’’ 1-6 MenitKIMIASGPT ( ALT ) 27 <40 U/lSGOT ( AST ) 16 <35 U/LUreum 19 20 – 50 mg/dLCreatinin 0,9 0,7 – 1,2

3

Page 4: anastesi aniesss

Glukosa sewaktu 89 70 -125 mg/dL

Foto rontgen :Sinus diagframa dan cor normalKedua hilus normalTak tampak proses spesifikasi aktif di kedua paruTak tampak infiltrasi di paru-paruKesan Cor dan pulmo dalam batas normal

USG :Kutis, subkutis normalStruktur jaringan fibroadiposa kedua mamae dalam batas normalPada mamae dektra di deep jam 11; 3,5 cm dari papilla mamae tampak lesi gipoechoic, batas tegas, ukuran 15,6 x 10,2 x 3,9 mmPada mamae sinistra tak tampak lesi fokal Tak tampak pembesaran KGB axial dektra dan sinistraKesan : lesi pada deep jam 11 ; 3,5 cm dari papilla mamae dektra suspek fibroadenoma mamaeMamae sinistra dalam batas normal

1.4 DIAGNOSIS BEDAH : Fibroadenoma mamae dektra 1.5 RENCANA TEKNIK PEMBEDAHAN : Eksisi1.6 DIAGNOSIS ANESTSI : ASA I1.7 RENCANA TEKNIK ANESTESI : Anesthesia umum dengan endotrakeal tube1.8 KESIMPULAN : Pasien perempuan, usia 31 tahun dengan status fisik ASA I ( pasien sehat

organik, fisiologik, psikiatrik, dan biokimia ) dengan diagnose fibroadenoma dektra,yang akan menjalani pembedahan dengan anestesi umum

4

Page 5: anastesi aniesss

LAPORAN ANESTESI

A. Pre operasi

Persiapan pasien

1. Informed consent : informasikan pasien mengenai tindakan medis yang akan dilakukan kepada pasien, pelaksanaannya, hasil dan resiko tindakan yang akan dilakukan.

2. Penandatanganan surat persetujuan operasi oleh pasien sendiri atau oleh keluarga pasien yang merupakan bukti tertulis dari pasien sendiri atau keluarga yang menunjukkan persetujuan akan tindakan medis yang akan dilakukan.

3. Pasien dipuasakan pukul 24.00 WIB tanggal 28 maret 2012 dengan tujuan untuk mengosongkan lambung pasien sebelum pembedahan untuk menghindari kemungkinan terjadinya muntah dan aspirasi isi lambung selama induksi yang akan membahayakan pasien

4. Anamnesis singkat sebelum dilakukan tindakan operasi yang meliputi : berat badan, tinggi badan, usia, riwayat alergi obat serta makanan, riwayat asma, riwayat penyakit hipertensi, riwayat penyakit diabetes mellitus, riwayat penyakit jantung, riwayat pembedahan sebelumnya, ada tidaknya gigi palsu atau gigi goyang. Riwayat fisik : tanda-tanda vital dan pemeriksaan status generalis.

5. Pengosongan kandung kemih.6. Pembersihan tubuh pasien dari benda-benda yang dapat menganggu kelancaran proses anestesi

dan operasi7. Memakai pakaian operasi yang telah tersedia diruangan persiapan8. Dikamar operasi pasien diposisikan terlentang lalu dipasang infus

Persiapan alat

1. Mesin anestesi dengan system aliran gasnya2. Alat bantu nafas : laringoskop, pipa jalan nafas, alat isap, pipa endotrakea, guedel3. Kanul nasal4. Infuse set dan cairan infuse5. Kassa dan plester

5

Page 6: anastesi aniesss

Persiapan obat1. Untuk obat anestesi umum : midazolam fentanil Propofol Rocuronium bromide

2. Untuk obat emergency : Sulfas atropine prostigmin Lidokain Nalokson Epinefrin Ephedrine

3. Obat lain : isofluran, tramadol, ethiperon, cefotaxim

B.Pelaksanaan anestesi

PELAKSANAAN OPERASI

Pukul 10.30 :

Pasien dimasukan ke kamar operasi, dibaringkan di atas meja operasi Pasien dipasang infuse cairan Ringer Laktat 500 ml Pasang alat pantau yang diperlukan Monitoring tanda vital : TD : 110/60 mmHg, nadi 60 x/menit Saturasi oksigen 100 %

Pukul 10.45 :

Pukul 10.45 diberikan obat premedikasi dengan midazolam 2,5 mg iv Pukul 10.46 diberikan obat analgetik dengan fentanil 100 mcg iv Pukul 10.47 dilakukan induksi dengan propofol 100 mg iv

Setelah kesadaran pasien menurun, reflex bulu mata telah hilang maka dilanjutkan pemberian relaksan melalui intravena yaitu rocuronium bromide 50 mg untuk fasilitasi intubasi.

6

Page 7: anastesi aniesss

Diberiakan nafas buatan melalui sungkup muka dengan oksigen 100% selama 2-3 menit. Pernafasan pasien dibantu dengan ambu bag secara periodic sampai otot rahang telah relaksasi dan dapat dilakukan intubasi.

Kedalaman anestesi dinilai dari tanda-tanda bola mata ( bola mata menetap ) nadi tidak cepat. Jika stadium anestesi sudah cukup dalam, rahang sudah lemas, masukkan laringoskop dan lakukan pemasangan ETT.

Memulai intubasi tangan kiri memengang laringoskop dan tangan kanan mempertahankan posisi mulut pasien dalam keadaan terbuka, posisikan kepala dalam keadaan ektensi. Gunakan laringoskop dan masukan ke dalam mulut dari sudut mulut sebelah kanan, kemudian geser lidah ke kiri dan cari epiglottis. Setelah epiglottis dan daerah sekitar plica vokalis terlihat, maka masukkan ETT No 7 lalu kembangkan balon dalam posisi yang benar didalam trakea dan tidak masuk terlalu dalam. Setelah ETT masuk, untuk memastikan pipa endotrakea terpasang dengan benar dengarkan suara nafas dengan stetoskop bahwa paru kanan dan kiri sama dan dinding dada kanan dan kiri bergerak simetris pada setiap inspirasi biasa. Lalu guedel dipasang, setelah posisi dan kedalaman ETT sudah tepat fiksasi dengan plester dan dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi untuk mengendalikan nafas pasien secara manual, kemudian nafas dikendalikan dengan memompa ambuback pada hitungan ke lima di beri satu kali bantuan nafas sampai timbul nafas spontan.

Menutup kedua kelopak mata dengan plester dengan tujuan agar tidak terbuka dan kornea tidak kering.

Pemberian rumatan anestesi. Pada pasien ini diberikan maintenance inhalasi yaitu O2 + N20 + Isofluran = 2 : 2 : 1- 2 %. TD 100 / 70 mmHg, nadi : 70 x/menit

Pukul 10.50 Operasi dimulai

TD 100/ 70 Nadi : 70 x/menit

Pukul 11.00 Diberikan obat analgetik ( tramadol 100 mg ), antiemetik ( etiperon 10 mg ) dan antibiotik cefotaxim 1 gram TD 110 / 70 mmHg, nadi 80 x/menit

Pukul 11.15Operasi selesai TD : 108/ 70 mmHg

7

Page 8: anastesi aniesss

Diberikan obat reverse 1: 1untuk menghentikan efek pelumpuh otot dan membuat pasien sadar lebih cepat. Lalu diberi oksigen murni selama 5 menit

Pukul 11.30 TD : 130 / 80 mmHg nadi 60 x/menit Lender dikeluarkan dengan suction lalu pasien diberi oksigen 5 liter/menit selama 5 menit.

Nafas sudah spontan dan adekuat. Lalu ekstubasi melepaskan guedel, pipa endotrakea, elektroda, dan tensi. Infuse di hrntikan sejenak, pasien di pindahkan ke brankar, untuk dibawa ke ruang pemulihan.

. Pukul 11.55 Tiba di ruang Recovery Room TD 110/63 nadi 80 x/menit

B. Pos operasiTiba di ruang Recovery Room : 11.55 TD : 110/63NADI : 80x/menitScore aldrette :Kesadaran : 2 Warna kulit : 2 Aktifitas : 2 Respirasi : 2Tekanan darah : 2

Pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANESTESI UMUM

8

Page 9: anastesi aniesss

Anestesi umum adalah pembiusan total dimana pasien menjadi tidak sadar dan tidak merasakan apa-apa, obat-obat bius pada umumnya akan menyebabkan pasien tidak sadar, menghilangnya rasa nyeri dan melemasnya otot-otot yang bersifat sementara.

Trias anestesi :

Sedative Analgesik Relaksan

Premedikasi Premediksi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anesthesia diantaranya :

Meredakan kecemasan dan ketakutan Mempelancar induksi anesthesia Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus Meminimalkan jumlah obat anestetik Menciptakan amnesia Mengurangi isi cairan lambung Mengurangi reflex yang membahayakan

OBAT PREMEDIKASI

OBAT GOLONGAN SEDATIVE/TRANKUILIZER

Obat golongan sedative adalah obat-obat yang berkhasiat anti cemas dan menimbulkan rasa kantuk.

9

Page 10: anastesi aniesss

Tujuan pemberian obat golongan ini adalah untuk memberikan suasana nyaman bagi pasien prabedah, bebas dari rasa cemas dan takut, sehingga pasien menjadi tidak peduli dengan lingkungannya.

Untuk keperluan ini, obat golonga sedative yang sering digunakan adalah :1. Deri vate fenothiazin2. Derivate benzodiazepine3. Derivate butirofenon 4. Derivate barbiturate5. Antihistamin

Derivate benzodiazepineDerivate benzodiazepine yang banyak digunakan untuk premedikasi adalah diazepam dan midazolam. Derivate yang lain adalah : klordiazepoksid, nitrazepam dan oksazepam.Khasiat farmakologi Terhadap saraf pusat dan medulla spinalis.Mempunyai khasiat sedasi dan anti cemas yang bekerja pada sistem limbic dan pada ARAS serta bisa menimbulkan amnesia antero grad. Sebagai obat anti kejang yang bekerja pada kornu anterior medulla spinalis dan hubungan saraf otot. Pada dosis kecil bersifat sedative, sedangkan dosis tinggi sebagai hipnotik. Terhadap respirasi Pada dosis kecil ( 0,2 mg/kgbb ) yang diberikan secara intravena, menimbulkan depresi ringan yang tidak serius. Bila dikombinasikan dengan narkotik menimbulkan depresi nafas yang lebih berat.Terhadap cardiovaskulerPada dosis kecil, pengaruhnya kecil sekali pada kontraksi maupun denyut jantung, akan tetapi pada dosis besar menimbulkan hipotensi yang disebabkan oleh efek dilatasi pembuluh darah.

Terhadap saraf ototMenimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat supra spinal dan spinal, sehingga sering digunakan pada pasien yang menderita kekakuan otot rangka seperti pada tetanus.

Penggunaan klinis10

Page 11: anastesi aniesss

Dalam praktik anesthesia obat ini digunakan sebagai :

1. Premedikasi, diberikan intramuscular dengan dosis 0,2 mg/kgBB atau peroral dengan dosis 5-10 mg.

2. Induksi, diberikanintravena dengan dosis 0,2-0,6 mg/kgBB.3. Sedasi pada analgesia regional, diberikan intravena4. Menghilangkan halusinasi pada pemberian ketamin.

Pengunaan lainnya, adalah :

1. Antikejang pada kasus-kasus epilepsy, tetanus dan eklamsi2. Sedasi pada pasien rawat inap 3. Sedasi pada tindakan kardioversi atau endoskopi.

Pada pemberian intramuscular atau intravena, obat ini tidak bias dicampur dengan obat lain karena bias terjadi presipitasi.

Kemasan

Kemasan injeksi berbentuk larutan emulsi dalam ampul 2 ml yang mengandung 10 mg, berwarna kuning, sukar larut dalam air dan bersifat asam. Kemasan oral dalam bentuk tablet 2 dan 5 mg, disamping itu ada kemasan supositoria yang diberikan pada anak-anak. Sedangkan midaolam yang ada dipasaran adalah hanya dalam bentuk larutan tidak berwarna, mudah larut dalam air dan kemasan dalam ampul ( 3 dan 5 ml ) yang mengandung 5 mg/ml.

OBAT GOLONGAN ANTIKHOLINERGIK

Obat golongan antikholinergik adalah obat – obatan yang berkhasiat menekan/menghambat aktifitas kholinergik atau parasimpatis.

Tujuan utama pemberian obat golongan antikhonergik untuk premedikasi adalah :

11

Page 12: anastesi aniesss

1. Mengurangi sekresi kelenjar : saliva,saluran cerna dan saluran nafas.2. Mencegah spasme laring dan bronkus.3. Mencegah bradikardi 4. Mengurangi motilitas usus5. Melawan efek depresi narkotik terhadap pusat nafas.

Obat golonga antikholonergik yang digunakan dalam praktik anesthesia adalah preparat ALKALOID BELLADONA, yang turunnya adalah :

1. Sulfas atropine2. Skopolin

ATROPIN SULFATPenggunaan :Pengobatan dari bradikardia, terapi tambahan pada pengobatan bronkospasme dan tukak lambung.

Dosis : 0,01- mg/kgBB ivEliminasi : Hati, dan ginjal

FARMAKOLOGI Atropin secara kompetisi mengantagonis aksi asetilkolin pada reseptor muskarinik. Menurunkan sekresi saliva, bronkus, dan lambung dan mereklaksasi otot polos bronkus. Tonus dan motilitas gastrointestinal berkurang. Tekanan sfingter esophagus bagian bawah berkurang dan tekanan intraokuler meningkat.

FARMAKOKINETIKAwitan aksi : IV 45-60 detik, inhalasi 3-5 menitEfek puncak : IV 2 Menit, inhalasi 1-2 jamLama aksi : IV/IMitif : blockade vagal, 1-2 jamIntraksi : Efek antikolinergik aditif dengan antihistamin, fenotiazin, anti depresiEfek samping : Kardiovaskuler : takikardia, palpitasiPulmoner : depresi pernafasan SSP : Kebingungan, halusinasi, kegugupanGI : Refluks gastroesofagus

12

Page 13: anastesi aniesss

Golongan obat analgetik narkotik atau opioid

Berdasarkan stuktur kimia, analgesic narkotik atau opioid dibedakan menjadi 3 kelompok :1. Alkaloid opium ( natural ) : morfin dan kodein,2. Derivate semisintetik : diasetilmorfin (heroin), hidromorfin,oksimorfon, hidrokodon

dan oksokodon.3. Derivate sintetik

3.1 fenilpiperidine : petidin, fentanil, sulfentanil3.2 benzmorfans : pentazosin, fenazosin dan siklazosin3.3 morfinans : lavonol3.4 propionanilides : metadon3.5 tramadol

sebagai analgetik, opioid bekerja secara sentral pada reseptor-reseptor opioid yang diketahui ada 4 reseptor, yaitu :

1. Reseptor MuMorfin bekerja secara agonis pada reseptor ini. Stimulasi pada reseptor ini akan menimbulkan analgesia, rasa segar, euphoria dan depresi respirasi.

2. Reseptor kappa Stimulasi reseptor ini menimbulkan analgesia, sedasi dan anesthesia. Morfin bekerja pada reseptor ini.

3. Reseptor sigma Stimulasi reseptor ini menimbulkan perasaan disforia, halusinasi, pupil midriasi dan stimulasi respirasi.

4. Reseptoe deltaPada manusia peran reseptor ini belum diketahui dengan jelas.Diduga memperkuat reseptor Mu.

FENTANIL • Penggunaan : analgesia, anestesia • Dosis :• analgesia : iv/im 25-100 mg/kg• Eliminasi : hati• Efek farmakologi :• SSP : Pusing, pengelihatan kabur, kejang

13

Page 14: anastesi aniesss

• Respirasi : Depresi pusat nafas, APNE• Cardiovaskuler : hipotensi, bradikardia • GI : Mual, spasme traktus biliaris

PROPOFOL

Merupakan derivate fenol dengan nama kimia di-iso profilfenol yang banyak di pakai sebagai obat anestesi intravena. Obat ini relative baru dan lebih dikenal dengan nama dagang DIRIVAN.Pertama kali dipergunakan dalam praktik anestesi pada tahun 1977 sebagai obat induksi. Sekarang sudah ada beberapa merek antara lain safol, fresofol, trivam, recofol.

Sifat fisik dan kimia serta kemasanBerupa cairan berwarna putih seperti susu, tidak larut dalam air dan bersifat asam. Dikemas dalam bentuk ampul, berisi 20 ml/ampul, yang mengandung 10 mg/ml.

Efek farmakologinya.

TERHADAP SUSUNAN SARAF PUSAT

Sebagai obat induksi, mulai kerjanya cepat. Penurunan kesadaran segera terjadi setelah pemberian obat ini secara intravena. Pada pemberian dosis induksi ( 2 mg/kgBB ), pemulihan berlangsung cepat, pasien akan bangun setelah 4-5 menit tanpa disertai efek samping seperti misalnya : mual-muntah, sakit kepala, dan lain-lainnya.Khasiat farmakologinya adalah hipnotik murni, tidak mempunyai efek analgetik maupun relaksasi otot. Walaupun terjadi penurunan tonus otot rangka, hal ini disebabkan karena efek sentralnya.

TERHADAP SISTEM RESPIRASIMenimbulkan depresi respirasi yang beratnya sesuai dengan dosis yang diberikan. Pada bebeapa pasien, bisa disertai dengan henti nafas sesaat. Dibandingkan dengan tiopenton, kejadian henti nafas lebih sering terjadi pada pemberian diprivan ini.

TERHADAP SISTEM CARDIOVASKULER14

Page 15: anastesi aniesss

Depresi pada system cardiovascular yang ditimbulkan sesuai dengan dosis yang diberikan. Tekanan darah turun yang segera diikuti dengan kompensasi peningkatan denyut nadi.

TERHADAP SISTEM ORGAN LAIN-LAINTidak menimbulkan depresi sintesa hormone steroid adrenal dan tidak menimbulkan pelepasan histamine, baik pada tempat suntikan maupun sistemik.PENGGUNAAN KLINIK DAN DOSIS

1. Induksi anesthesia, dosis 2,0 - 2,5 mg/kgBB. Pada lansia dan bayi dosis ini harus disesuaikan.

2. Suplemen anesthesia umum dan analgesia regional3. Anesthesia tunggal pada prosedur singkat, misalnya : reposisi4. Sedasi di Unit Terapi Intensif.

OBAT PELUMPUH OTOT DAN ANTAGONISNYA

OBAT-OBAT PELUMPUH OTOT

Obat pelumpuh otot dibagi menjadi 2 golongan :

1. Non depolarisasi1.1 Derivat Bensiliso-kuinolinium, misalnya :tubokurarin, metokurin, atrakurium, doksakuriun, san mivakurium.1.2 Steroid, misalnya pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium dan rokuronium.1.3 Eter-fenotik, misalnya gallamin.1.4 Nortoksiferin, misalnya alkuronium

Penggunaan klinik1.1 Untuk fasilitasi intubasi endotrakea1.2 Membuat relaksasi lapangan operasi1.3 Menghilangkan spasme laring dan reflex jalan nafas1.4 Memudahkan nafas kendali.1.5 Mencegah nafas kendali.

2. Depolarisasi, misalnya : suksinilkholin.Penggunaanya

2.1 Untuk fasilitasi intubasi pipa endotrakea.15

Page 16: anastesi aniesss

2.2 Relaksasi otot pada reposisi fraktur tertutupp atau dislokasi sendi.2.3 Menghilangkan spasme laring2.4 Relaksasi lapangan operasi terutama pada operasi yang berlangsung singkat.

Pengunaannya harus hati-hati pada pasien yang menderita gangguan fungsi hati, luka bakar, hiperkalemi.

Berdasarkan lama kerja pelumpuh otot Non Depolarisasi dibagi menjadi kerja panjang, sedang dan pendek.

Durasi / Nama Dosis awal Mg/kgBB

Dosispemeliharaan

Efek samping

Panjang d – tubokurarin pankuronium metakurin pipekuronium doksakurium alkurium

1.

0,40 – 0,600,80 – 0,120,20 – 0,410,05 – 0,120,02 – 0,080,15 – 0,30

0,10

0,15 – 0,20

0.05

0,01 – 0,15

0,005 – 0,010

0,05

30 – 6030 -6040 – 6040 – 6045- 6040 - 60

Histamin+hipotesi, naturalVagolitik takikarditensi ↑Histamine hipotesiHemodinamik stabil IdemVagolitik takikardi

Sedang atrakurium vekuronium rokuronium Cisatrakurium

0,5 – 0,6

0,1 -0,2

0,6 -1,0

0,15 – 0,20

0,10,015 - 0,020,10 – 0,150,02

20 -4525 – 4530 – 6030 - 45

Aman Aman AmanIsomer atrakurium

16

Page 17: anastesi aniesss

Singkat Mivakurium Ropakurium

0,20 – 0,251,5 – 2,0

0,050,3 – 0,5 10 – 15

15 - 30

Histamin + Hipotensi

Pilihan Obat Pelumpuh Otot

Gangguan fungsi ginjal : atrakurium dan vekuronium Gangguan fungsi hati : atrakurium Miastenia gravis : kalau perlu dosis 1/10 atrakurium Bedah singkat : atrakurium, rokuronium, mivakurium Kasus obstetri : semua dapat digunakan kecuali galamin

Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot pada saat operasi

Cegukan Dinding perut kaku Ada tahanan pada inflasi par

ROKURONIUM BROMIDA• Awtan aksi :45-90 detik • Efek puncak : 1-3 menit • Lama aksi : 15 – 150 menit • Efek samping • Cardiovasculer : takikardia, aritmia • Respirasi : hipoventilasi, apne, bronkospasme, • Dermatologik : ruam, edem pada tempat suntikan

Antagonis Obat Pelumpuh Otot non Depolarisasi

Pemulihan tonus otot rangka akibat pengaruh obat pelumpuh otot non depolarisasibisa berlangsung secara sepontan setelah masa kerja obat berakhir. Namun untuk mempercepat pemulihannya perlu diberikan obat antagonisnya yaitu golongan obat

17

Page 18: anastesi aniesss

antikolin esterase. Salah satu obat yang termasuk golongan yang popular obat yg di gunakna adalah neostigmin metilsufat atau prostigmin

Neostigmin Metil sulfat atau Prostigmin

Merupakan obat antikolinesterase yang berkhasiat menghambat kerja enzim kolinesterase untuk menghidrolisis asetiikolin, sehingga terjadi akumulasi asetilikolin pada hubungan saraf otot atau pada ujung saraf kolinergik.

Akumulasi asertikolin pada hubungan saraf otot akan meningkatkan kemampuan asetikolin untuk berkompentensi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi sehingga hantaran saraf otot kembali berlangsung normal dan tonus otot pulih kembali. Di pihak lain, Akumulasi asertikolin pada ujung saraf kolinergik menyebabkan peningkatan aktivitas saraf kolinergik baik nikotinik maupun muskrinik.

Peningkatan aktivitas kolinergik tersebut akan menibulkan tanggapan pada beberapa organ, antara lain akan terjadi bradikardia, hiperperistaltik dan spasme saluran cerna, peningkatan sekresi kelenjar saluran cerna, saluran nafas dan kelenjar keringat : spasme bronkus, miosis, dan kontraksi saluran kemih. Hampir sebagian besar efek peningkatan aktivitas kolinergik ini dapat dinetralisir oleh obat antikholinergik ( sulfas atropine ), sehingga dalam setiap penggunaannya untuk memulihkan efek obat pelumpuh obat non depolarisasi, neostigmin harus diberikan bersama-sama dengan sulfas atropine, dalam satu spuit atau diberikan terpisah.

Penggunaan klinik prostigmin

1. Untuk memulihkan tonus otot setelah pemakain obat pelumpuh otot non depolarisasi

2. Untuk memulihkan peristaltic usus akibat manipulasi pembedahan atau paralitik ileus

3. Digunakan sebagai obat pilihan pada miastenia gravis

Dosis dan cara pemberiannya

18

Page 19: anastesi aniesss

Untuk memulihkan tonus otot akibat pengaruh akibat pengaruh obat pelumpuh otot, neostigmin diberikan secara bertahap mulai dengan dosis 0,5 mg intravena, selanjutnya dapat diulang sampai dosis total 5 mg. neostigmin diberikan bersama-sama dengan sulfas atropine dengan dosis 1-1,5 mg. Pada keadaan tertentu misalnya : takikardi atau demam, pemberian sulfas atropine dipisahkan dan diberikan setelah prostigmin.

Kemasan Prostigmin yang digunakan dalam anesthesia, dikemas dalam ampul berisi 0,5 mg/ml tidak berwarna dan larut dalam air.

OBAT-OBAT ANESTESIA UMUM INHALASI

Obat anestesia umum inhalasi ada 2 macam, yaitu :

1. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa cairan yang mudah menguap, yaitu :

1.1 Derivat halogen hidrokarbon Halotan Trikhloroetilin Chloroform

1.2 Derivat eter Dietil eter Metoksifluran Enfluran Isofluran

2. Obat anestesia umum inhalasi yang berupa gas :2.1 Nitrous oksida2.2 Siklopropan

ISOFLURAN

Merupakan halogenasi eter, dikemas dalam bentuk cairan, tidak berwarna, tidak eksplosif, tidak mengandung zat pengawet dan relatif tidak larut dalam darah tapi cukup iritatif terhadap jalan nafs sehingga pada saat induksi

19

Page 20: anastesi aniesss

inhalasi sering menimbulkan batuk dan tahan nafas. Proses induksinya dan pemulihannya relatif cepat dibandingkan dengan obat-obat anestesia inhalasi yang ada pada saat ini tapi masih lebih lambat dibandingkan dengan Sevofluran.

Efek farmakologi

Terhadap sistem saraf pusat

Efek depresinya pada SSP sesuai dengan dosis yang diberikan. Isoflurane tidak menimbulkan kelainan EEG seperti yang ditimbulkan oleh Enflurane. Pada dosis anestesia tidak menimbulkan vasodilatasi dan perubahan sirkualasi serebral serta mekanisme autoregulasi aliran darah otak tetap stabil. Kelebihan lain yang dimiliki oleh isoflurane adalah penurunan konsumi oksigen otak. Sehingga dengan demikian isoflurane merupakan obat pilihan untuk anestesia pada kraniotomi, karena tidak berpengaruh pada tekanan intracranial, mempunyai efek proteksi serebral dan efek metaboliknya yang menguntungkan pada teknik hipotensi kendali.

Terhadap sistem kardiovaskularEfek depresinya pada otot jantung dan pembuluh darah lebih ringan disbanding dengan obat anestesia volatile yang lain. Tekanan darah dan denyut nadi relatif stabil selama anestesia. Dengan demikian merupakan obat pilihan untuk anestesia pasien yang menderita kelainan kardiovaskuler.Terhadap sistem respirasi Dapat menimbulkan depresi pernafasan yang derajatnya sebanding dengan dosis yang diberikan.Terhadap otot rangka Menurunkan tonus otot skelet melalui mekanisme depresi pusat motoris pada serebrum, sehingga dengan demikian berpotensiasi dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi. Walaupun demikian masih diperlukan obat pelumpuh otot untuk mendapatkan keadaan relaksasi otot yang optimal terutama pada operasi laparotomi.Terhadap ginjalalMenurunkan aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun sehingga produksi urin berkurang, akan tetapi masih dalam batas normal.BiotransformasiHampir seluruhnya dikeluarkan untuk melalui udara ekspirasi, hanya 0,2 % dimetabolisme dalam tubuh. Konsentarsi metabolitnya sangat rendah, tidak cukup untuk menimbulkan gangguan fungsi ginjal.

20

Page 21: anastesi aniesss

Penggunaan klinikDigunakan sebagai komponen hipnotik dalam pemeliharaan anestesia umum, analgesic ringan dan relaksasi otot ringan.

Dosis1. Untuk induksi, konsentrasi yang diberikan pada udara inspirasi adalah 2,0 – 3,0 % bersama-samadengan N2O.

2. Untuk pemeliharan dengan pola nafas spontan, konsentrasinya berkisar antara 1,0 - 2,5 %, sedangkan untuk nafas kendali, berkisar anatara 0,5 – 1,0 %.

Keuntungan dan kelebihan

1. Keuntungan adalah : induksi cepat dan lancer, tapi cukup iritatif terhadap mukosa jalan nafas, pemulihannya lebih cepet dibandingakan dengan halotan dan enfluran, tidak menimbulkan menggigil pasca anestesia dan tidak mudah meledak atau terbakar. Penilaian terhadap pemakaian isoflurane saat ini adalah bahwa isoflurane tidak menimbulkan goncangan terhadap fungsi cardiovaskuler, tidak mengubah sensitivitas otot jantung terhadap katekolamin, sangat sedikit yang mengalami pemecahan dalam tubuh dan tidak menimbulakan efek eksitasi SSP.

2. Kelemahannya adalah : batas keamanan sempit ( mudah terjadi kelebihan dosis ) : analgesia dan relaksasinya kurang sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain.

NITROUS OKSIDA ( N2O )Kemasan dan sifat fisikN20 dibuat cara memanaskan amonium nitrat dalam retor ( sejenis labu ) dari besi sampai suhu mencapai 240 0 C. Gas yang dihasilkan ditampung, dipurifikasi dan dekompresi ke dalam silider metal warna biru pada tekanan 51 atm – 750 lb. per. Sq. in.N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau harum manis, tidak mudah terbakar terbakar dan tidak mudah meledak tetapi membantu proses kebakaran akibat gas lain. Mempunyai berat molekul 44, tekanan kristid 71,7 atm, suhu kritis 36,5 0 C, berat jenis 1,5 ( udara 1 ).Absorpsi, distribusi dan eliminasi.Absorpis N2O bertahap : pada 5 menit pertama absorsinya mencapai saturasi 100 % dicapai setelah 5 jam. Pada tingkat saturasi 100 % tidak ada lagi absorpsi dari alveoli dan dalam darah. Pada keadaan ini konsentrasi N2O dalam darah sebanyak 47 ml N20 dalam 100 ml darah.Di dalam darah, N20 tidak terikat dengan hemoglobin tetapi larut dalam plasma dengan kelarutan 15 kali lebih besar dari kelarutan oksigen. N2O

21

Page 22: anastesi aniesss

mampu berdifusi ke dalam semua rongga-rongga dalam tubuh, sehingga bisa menimbulkan hipoksia-difusi apabila diberikan tanpa kombinasi dengan oksigen, oleh karena itu setiap mempergunakan N2O harus selalu dikombinasikan dengan oksigen.Terhadap sistem saraf pusatBerkhasiat analgesia dan tidak mempunyai khasiat hipnotik. Efeknya terhadap tekanan intracranial sangat kecil bila dibandingkan dengan obat anestesia yang lain. Terhadap susunan saraf otonom, N20 merangsang reseptor alfa saraf simpatis, tetapi tahanan perifer pembuluh darah tidak mengalami perubahan.Terhadap sistem organ yang lain Dilaporkan pada pemakaian jangka lama secara terus menerus lebih dari 24 jam bisa menimbulkan depresi pada fungsi hematopoitik. Anemia megaloblastik sebagai salah satu efek samping pada pemakaian N2O jangka lama. Efek samping

N2O akan meningkatkan efek depresi nafas dari obat tiopenton terutama setelah diberikan premedikasi narkotik.

Kehilangan pendengaran pasca anestESIA , hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan solubilitas antara N2O dan N2 sehingga terjadi perubahan tekanan pada rongga telinga tengah.

Pemakainan jangkan panjang menimbulkan depresi sumsum tulang sehingga menimbulkan anemia aplastik.

Hipoksia difusi pasca anestesia. Hal ini terjadi sebagai akibat dari sifat difusinya yang luas sehingga proses evaluasinya terlambat. Oleh karena itu pada akhir anestesia, oksigenasinya harus diperhatikan.

Penggunaan klinikN2O digunakan sebagai obat dasar dari anestesia umum inhalasi dan selalu dikombinasikan dengan oksigen perbandingan antara N2O : O2 = 70 : 30 ( Untuk pasien normal ), 60 : 40 ( untuk pasien yang memerlukan tunjangan oksigen lebih banyak ) atau 50 : 50 ( untuk pasien yang berisiko tinggi ). Oleh karena N20 hanya berkhasiat analgesia lemah, maka dalam penggunaannya selalu dikombinasikan dengan obat lain yang berkhasiat sesuai dengan target “trias anestesia “ yang ingin dicapai.

Inhalasi pipa endotrakea nafas spontan

Teknik memberi anesthesia umum dengan bantuan mekanik22

Page 23: anastesi aniesss

TA nafas spontan dengan sungkup muka TA nafas spontan dengan pipa endotrakeal TA dengan pipa endotrakeal dan nafas kendali

Indikasi TA nafas spontan dengan pipa endotrakeal Pada operasi di daerah kepala-leher dengan posisi terlentang, berlangsung singkat dan tidak memerlukan relaksasi otot maksimal.

Kontra indikasi TA nafas spontan dengan pipa endotrakeal

Teknik ini tidak dianjurkan pada operasi intracranial, torakotomi, laparotomi, operasi dengan posisi khusus dan operasi yang berlangsung lama.

Terapi cairanKebutuhan cairan basal ;4x 10 ml/kgBB/jam = 402x 10 ml/kgBB/jam = 20Ix 27 kg = 27

87 ml/jamStress operasi = 6 x 47 = 282ccPuasa = 9x 87 = 783 ccI . 87+ 282+391 = 760 ccII . 87 +282+ 195 = 564 cc Cairan yang diberikan selama operasi :RL I : 500 mlRL II : 200 mlCairan yang keluar selama operasi :Darah 50 ml

Kesimpulan

23

Page 24: anastesi aniesss

Sebelum melakukan pembedahan elektif, pasien harus disiapakan supaya berada dalam keadaan bugar. Oleh karena itu, pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktutetapi sebaliknya pada operasi cito penundaan yang tidak perlu harus dihindari. Paasien tergolong dalam ASA I berdasarkan status fisik. Hal ini dikarenakan paasien tidak mempunyai kelainan organic, biokimia, fisiologi, dan psikiatrik.

Pada operasi ini, digunakan anestesi umum dengan pemasangan ETT nafas spontan supaya memastikan bahwa jalan nafas yang selalu berada dalam kondisi terbuka dan mendapatkan ventilasi yang adekuat selama operasi, serta mencegah terjadinya aspirasi atau reguritasi yang dapat menjadi penyulit selama operasi. Teknik anesthesia ini dapat juga digunakan untuk operasi dengan durasi yang singkat dan pada kondisi-kondisi yang sulit mempertahankan jalan nafas bebas dengan sungkup muka.

DAFTAR PUSTAKA.

1. Petunjuk praktis Anestesiologi. edisi 4.Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta :2009

2. Mangku, Gde; Senapathi, Tjokorda. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reaminasi. 2009. PT

Indeks. Jakarta

3. Bantuan Hidup Jantung Lanjut. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia

(PERKI):2008

4. Farmakologi dan Terapi . edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapetik Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta:2007

5. Buku saku obat-obatan anetesia, Ed.2 Buku kedoktrean EGC. Jakarta.

24

Page 25: anastesi aniesss

25