1
FUNDAMENTAL HIRSPRUNG
Definisi
Penyakit Hirschsprung merupakan kelainan perkembangan sistem saraf enterik dan ditandai
oleh tidak adanya sel ganglion pada kolon distal sehingga menyebabkan obstruksi fungsional.
Sebagian kasus sekarang didiagnosis pada masa neonatus. Penyakit Hirschsprung sebaiknya
dipertimbangkan pada neonatus yang gagal mengeluarkan mekonium dalam 24-48 jam setelah
dilahirkan.
Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama
yaitu penyakit yang biasanya ditandai dengan adanya obstruksi usus besar akibat tidak adekuatn
ya motilitas dinding usus yang terjadi sebagai kelainan kongenital.
Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung pada tahun 1886. Zuelser dan Wilson, 1948
mengemukakan bahwa pada dinding usus yang menyempit tidak ditemukan
ganglion parasimpatis. Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan ke
abnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan(Betz, Cecily
& Sowden : 2000). Penyakit Hirsprung merupakan keadaan usus besar (mulai dari usus kearah
atas)yang tidak mempunyai persarafan (ganglion), maka terjadi kelumpuhan usus besar
dalammenjalankan fungsinya sehingga usus menjadi membesar (megakolon).Penyakit
Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus,tersering pada neonatus,
dan kebanyakan terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir ≤ 3Kg, lebih banyak laki – laki dari
pada perempuan (Ariff Mansjoer, dkk. 2000).Kadang, seseorang menderita konstipasi yang
begitu parah sehingga pergerakan usushanya terjadi beberapa hari sekali atau kadang hanya
sekali dalam seminggu. Tampaknya,ini menyebabkan sejumlah besar feses menumpuk di kolon,
kadang-kadang menyebabkandistensi kolon dengan diameter 3 sampai 4 inci. Kelainan seperti
inilah yang disebut dengan penyakit hirsprung atau megakolon.
2
Epidemiologi
Insidensi penyakit Hirschsprung tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000
kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juta dan tingkat
kelahiran35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakitHirsch
sprung. Menurut catatan Swenson, 81,1% dari 880 kasus yang diteliti adalah laki-
laki. Sedangkan Richardson dan Brown menemukan tendensi faktor keturunan pada penyakit ini
(ditemukan 57 kasus dalam 24 keluarga). Beberapa kelainan kongenital dapat
ditemukan bersamaan dengan penyakit Hirschsprung, namun hanya 2 kelainan yang memiliki
angka yang cukup signifikan yakni Down Syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya
saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter,
hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3kasus) (Swenson dkk, 1990).
Etiologi
Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalah:
1. aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari sfingter ani
internus ke arah proksimal, 70% terbatas di daerah rektosigmoid, 10% sampaiseluruh kolon
dan sekitarnya, 5% dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.
2. diduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak denganDown
syndrome.
3. kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi, kraniokaudal
pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.
3
Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Penyakit hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan 70% dari kasus penyakit
hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada anak laki- laki dibanding anak perempuan.
2) Penyakit hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
Ditemukan sama banyak baik laki – laki maupun perempuan.
Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan
tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir
selalu ada dalam rektum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah
keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi
pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon ( Betz,
Cecily & Sowden, 2002:197).Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk
kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal.Isi usus mendorong ke segmen
aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus
yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon
tersebut melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
4
Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam pertama setelah lahir.
Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi
abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi dengan Penyakit
Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai berikut. Obstruksi total saat lahir dengan
muntah, distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi
mekonium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan
entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam. Adanya feses yang menyemprot pas
pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi
distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2002 : 197)
5
1. Masa neonatal
a Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b Muntah berisi empedu
c Enggan minum
d Distensi abdomen
2. Masa bayi dan anak – anak
a Konstipasi
b Diare berulang
c Tinja seperti pita dan berbau busuk
d Distenssi abdomen
e Adanya masa difecal dapat dipalpasi
f Gagal tumbuh
g Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi
Komplikasi
a. Obstruksi usus
b. Konstipasi
c. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
d. EntrokolitiseStruktur anal dan inkontinensial (post operasi)(Betz cecily & sowden, 2002 :
197).
Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu gangguan elektrolit dan
perforasi usus apabila distensi tidak diatasi.
Menurut Mansjoer (2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit hirschprung adalah:
a. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi
berlebihan dindingnya.
b. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi
berlebihan dindingnya.
c. Abses peri kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi
berlebihan dindingnya.
d. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
e. Septikemia
6
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena iskemia kolon
akibat distensi berlebihan pada dinding usus.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:
a. Gawat pernafasan (akut)
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga mengganggu ekspansi
paru.
b. Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.
c. Stenosis striktura ani
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi dan relaksasi karena
ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun penyempitan.
Pemeriksaan Diagnostik
1.Foto abdomen
Pada bayi muda yang mengalami obstruksi, radiografi abdomen anteroposterior pada posisi
berdiri menunjukkan lengkung usus. Radiografi abdomen lateral pada posisi berdiri tidak
memperlihatkan adanya udara rectum, yang secara normal terlihat didaerah presakral.
2.Studi Kontras Barium
Pada kasus yang diduga penyakit hirschprung, sebaiknya dilakukan pemeriksaan barium enema
tanpa persiapan. Temuan diagnostic yang meliputi adanya perubahantajam pada ukuran
diameter potongan usus ganglionik dan aganglionik, kontraksi‘gigi gergaji (sawtooth)’ yang
irregular pada segmen aganglionik, lipatan transversa paralel pada kolon proksimal yang
mengalami dilatasi, dan kegagalan mengevakuasi barium. Diameter rectum lebih
sempit daripada diameter kolon sigmoid.
Pemeriksaan dengan barium enema, akan bisa ditemukan :
a. Daerah transisi
b. Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang menyempit
c. Entrokolitis pada segmen yang melebar
d. Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam (Darmawan K, 2004 : 17)
3.Manometri Anorektal
Distensi rectum dengan balon (manometri anorektal) digunakan untuk menentukankemampuan
sfingter internal untuk rileks, karena pada keadaan normal
7
anometrianorektal menyebabkan relaksasi sfingter ani interna, tetapi pada pasien dengan
penyakit Hirsprung terdapat peningkatan yang tajam.
4.Biopsi Rektal
Pemeriksaan ini memberikan diagnosa definitif dan digunakan untuk mendeteksi ketiadaan
ganglion. Biopsy rektal ini tidak adanya sel ganglion di dalam pleksus submukosa dan pleksus
mienterikus serta peningkatan aktivitas asetilkolinesterase pada serabut saraf dinding usus.
(Schwartz, 2004).
5.Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja yangmenyemprot. Peme
riksaan ini untuk mengetahui bau dari tinja, kotoran yangmenumpuk dan menyumbat pada usus
di bagian bawah dan akan terjadi pembusukan.
Penatalaksanaan Medis
1.Pembedahan
Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk
membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga
fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a. Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan
obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan
ukuran normalnya.
b. Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat berat anak mencapai
sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama(Betz Cecily & Sowden
2002 : 98). Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti Swenson,
Duhamel,Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling sering
dilakukan terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa
aganglionik telah diubah (Darmawan K 2004 : 37)
2.Konservatif
Pada neonatus dengan obstruksi usus dilakukan terapi konservatif melalui pemasangan sonde
lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
3.Tindakan bedah sementara
Kolostomi dikerjakan pada pasien neonatus, pasien anak dan dewasa yang terlambat didiagnosis
dan pasiendengan enterokolitisberat dan keadaan umum memburuk. Kolostomi dibuat di kolon
berganglion normal yang paling distal.
8
4.Terapi farmakologi
-Pada kasus stabil, penggunaan laksatif sebagian besar dan juga modifikasidiet dan wujud feses
adalah efektif
-Obat kortikosteroid dan obat anti-inflamatori digunakan dalam megakolontoksik. Tidak
memadatkan dan tidak menekan feses menggunakan tuba.
Stoma
Stoma adalah lubang buatan pada abdomen utnuk mengalirkan urine atau faeces keluar dari
tubuh.
Macam-macam Stoma :
1. Colostomy (Lubang buatan di usus besar)
2. Tracheostomy (Lubang buatan di tenggorok)
3. Urostomy (Lubang buatan di kandung kemih)
Perawatan Stoma
Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 sampai hari ke 6 pascaoperatif. Perawat
menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini. Perawatan kulit harus
diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan drainase kantung dan melaksanakan
irigasi. Menurut Brunner dan suddarth (2000), ada beberapa yang harus diperhatikan dalam
menangani kolostomi, antara lain;
1. Perawatan Kulit
Rabas efluen akan bervariasi sesuai dengan tipe ostomi. Pada kolostomi transversal, terdapat
feses lunak dan berlendir yang mengiritasi kulit. Pada kolostomi desenden atau kolostomi
sigmoid, feses agak padat dan sedikit mengiritasi kulit. Pasien dianjurkan melindungi kulit
9
peristoma dengan sering mencuci area tersebut menggunakan sabun ringan, memberikan
barrier kulit protektif di sekitar stoma, dan mengamankannya dengan meletakan kantung
drainase. Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab
serta lembut. Adanya kelebihan barrier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif
ringan untuk mengangkat residu enzim dari tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat
digunakan untuk menutupi stoma.
2. Memasang Kantung
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3
cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan terlebih dahulu. Barier kulit peristoma dipasang.
Kemudian kantung dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekanya di atas
stoma. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan.
3. Mengangkat Alat Drainase
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian sehingga
berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isinya. Pasien
dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan perlahan mendorong kulit
menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke atas dan menjauh dari stoma.
Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan mencegah adanya isi fekal yang tercecer
keluar.
4 Mengirigasi Kolostomi
Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses.
Sehingga pasien dapat menjalankan aktivitas sosial dan bisnis tanpa rasa takut terjadi drainase
fekal. Dengan mengirigasi stoma pada waktu yang teratur, terdapat sedikit gas dan retensi
cairan pengirigasi.
Prosedur Perawatan Stoma
1)Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2)Dekatkan alat-alat ke pasien
3)Pasang sampiran
4)Perawat cuci tangan
5)Pasang masker dan sarung tangan yang tidak steril
6)Atur posisi pasien sesuai dengan kebutuhan
7)Letakkan alas dibawah area stoma
8)Letakkan bengkok didekat pasien
9)Buka stoma bag lama (hati-hati jangan sampai menyentuh stoma) denganmenggunakan pinset
anatomis, buang stoma bag bekas kedalam kantong plastic/baskom.
10)Kaji lokasi, tipe, jumlah jahitan atau bau dari stoma
10
11)bersihkan stoma dengan sabun cair anti septik, mulai dari pusat luka kearahkeluar secara
berlahan-lahan karena luka setelah operasi terdapat sedikitedema
12)Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan mulai dari pusat luka kearahkeluar secara
berlahan-lahan
13)Buka sarung tangan, masukan kedalam bengkok.
14)Membuka set steril, menyiapkan larutan pencuci luka.15)Pasang sarung tangan steril
16)Bersihkan stoma dengan kassa desinfektan, mulai dari pusat luka kearah keluar secara
perlahan – lahan.
17)Tutup stoma dengan kassa.
18)Bentuk stoma bag sesuai ukuran stoma
19)Tutup stoma dengan stoma bag, kemudian plester dengan rapi
20)Buka sarung tangan, masukan kedalan bengkok.
21)Buka masker
22)Atur dan rapikan posisi pasien
23)Buka sampiran
24)Evaluasi keadaan pasien
25)Rapikan peralatan dan kembalikan ketempatnya dalam keadaan bersih,kering dan rapi
26)perawat cuci tangan
27)Dokumentasikan dalam catatan keperawatan
11
NURSING CARE HIRSPRUNG
TRIGGER
An. Karunia usia 7 hari dibawa ke RS karena perut kembung dan muntah. Dari hasil pengkajian
perawat ditemukan an. Karunia terlihat lemas, bibir kering, dan menangis terus, tidak dapat tidur
dengan nyenyak baik pagi, siang maupun malam. Tidur hanya sebentar-sebentar kemudian
menangis. Abdomen distensi dan anak selalu memuntahkan ASI dan formula yang diberikan, ibu
mengatakan sehari sebelum ke RS BB anak 3,3 kg (ditimbang di bidan) sekarang di RS BB An. Karunia
3,1 kg. TTV An.Karunia RR 42x/mnt, suhu 37,9C, N=130x/mnt. Riwayat kelahiran An. Karunia anak
pertama lahir normal, lahir di tolong bidan,BB lahir 3,6 kg, mekonium pertama keluar pada hari
ketiga setelah kelahiran. Melihat kondisi anaknya, ibu banyak bertanya tentang penyakit anaknya
dan penyembuhannya. Ibu juga mengatakan belum pernah di keluarganya mempunya penyakit
seperti ini. Jadi,ibu tidak tahu harus berbuat apa untuk anaknya.
I. PENGKAJIAN
IDENTITAS KLIEN :
1. Nama : An. Karunia
2. Umur : 7 hari
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Alamat :
7. Tanggal MRS : 28 Februari 2012
8. Tanggal pengkajian : 28 Februari 2012
9. Dx. Medis : Hisprung
10. Rencana terapi :
IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama : Ibu An. Kurnia
2. Umur :
3. Pekerjaan :
4. Hubungan dengan pasien : Ibu
5. Agama :
6. Alamat :
12
KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan klien kembung dan muntah.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
An. Karunia usia 7 hari dibawa ke RS karena perut kembung dan muntah. Dari hasil pengkajian
perawat ditemukan An. Karunia terlihat lemas, bibir kering, dan menangis terus, tidak dapat tidur
dengan nyenyak baik pagi, siang maupun malam. Tidur hanya sebentar-sebentar kemudian
menangis. Abdomen distensi dan anak selalu memuntahkan ASI dan formula yang diberikan, ibu
mengatakan sehari sebelum ke RS BB anak 3,3 kg (ditimbang di bidan) sekarang di RS BB An. Karunia
3,1 kg.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Penyakit yang pernah diderita dan pengobatan/tindakan yang dilakukan
• Pernah dirawat atau dioperasi, lamanya dirawat
• Penggunaan obat
• Alergi
• Status imunisasi
• Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung.
RIWAYAT KELAHIRAN
Riwayat kelahiran An. Karunia anak pertama lahir normal, lahir di tolong bidan,BB lahir 3,6 kg,
mekonium pertama keluar pada hari ketiga setelah kelahiran.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ibu klien mengatakan di keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti klien. (Tidak ada
keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya.)
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Melihat kondisi anaknya, ibu banyak bertanya tentang penyakit anaknya dan penyembuhannya. Ibu
juga mengatakan belum pernah di keluarganya mempunya penyakit seperti ini. Jadi,ibu tidak tahu
harus berbuat apa untuk anaknya.
RIWAYAT KESEHATAN LINGKUNGAN
Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan.
RIWAYAT TUBUH KEMBANG
Riwayat pertumbuhan :
Kenaikan berat badan
Pada usia 1- 3 tahun kenaikan berat badan normal sekitar 1,5-2,5 kg, rata-rata 2 kg
Kenaikan panjang badan
Pada usia 1- 3 tahun kenaikan panjang badan normal sekitar 6-10 cm, rata-rata 8 cm
13
Lingkar kepala
Lingkar kepala normal 12 cm, pada tahun kedua dan selanjutnya terjadi penambahan 2
cm/tahun
Gigi
Jumlah normal 14-16 cm
Riwayat perkembangan :
• Motorik kasar
Anak dapat berdiri dengan satu kaki minimal 2 detik
• Motorik halus
Anak menirukan membuat garis lurus pada kertas
• Bahasa
Anak dapat mengungkapkan keinginannya minimal dengan menggunakan 2 kata
• Bergaul dan mandiri
Anak dapat melepaskan pakaiannya sendiri
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Pola nutrisi (sebelum sakit)
Frekuensi makan :
Jumlah makan :
Alergi makanan :
Nafsu makan :
Adakah penurunan sensasi rasa :
Mual muntah :
BB : 3,3 kg
Kesulitan mengunyah :
Kesulitan menelan :
Upaya mengatasi masalah :
Pola Nutrisi saat sakit
Frekuensi makan :
Jumlah makan :
Alergi makanan :
Nafsu makan :
Adakah penurunan sensasi rasa :
Mual muntah : Selalu memuntahkan formula dan asi yang
diberikan.
BB : 3,1 kg
14
Kesulitan mengunyah :
Kesulitan menelan :
Upaya mengatasi masalah :
Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.
a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret
b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun
c. Peningkatan atau penurunan berat badan.
d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral.
Suriadi (2001:242)
Pola Eliminasi
Sebelum sakit
BAB
- Frekuensi :
- Konsistens :
- BAB terakhir :
- Penggunaan obat pencahar :
BAK
- Frekuensi :
- Bau :
- Warna :
Saat sakit
BAB
- Frekuensi :
- Konsistensi :
- BAB terakhir :
- Penggunaan obat pencahar :
Mekonium pertama keluar pada hari ketiga setelah kelahiran. Kaji adanya riwayat tinja seperti
pita dan bau busuk.
Adanya konstipasi, pengeluaran mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses
yang berbentuk pita dan berbau busuk.
BAK
- Frekuensi :
- Bau :
- Warna :
-Volume :
15
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : compos mentis GCS 456
TTV :
- TD :
- HR :
- BB : 3,1 kg
- T : 37,9 ◦ c
- RR : 42 x/menit
- Nadi: 130 x/menit
- TB :
a. Sistem kardiovaskuler.
Tidak ada kelainan.
b. Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan.
c. Sistem pencernaan.
Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar abdomen semakin besar seiring
dengan pertambahan besarnya distensi abdomen.
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih
besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik
akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
d. Sistem genitourinarius.
e. Sistem saraf.
Tidak ada kelainan.
f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.
g. Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan.
h. Sistem integumen.
Akral hangat.
i. Sistem pendengaran.
Tidak ada kelainan.
Observasi manifestasi penyakit hirschprung
a. Periode bayi baru lahir
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 -48 jam setelah
lahir
16
2. Menolak untuk minum air
3. Muntah berwarna empedu
4. Distensi abdomen
b. Masa bayi
1. Ketidakadekuatan penembahan berta badan
2. Konstipasi
3. Distensi abdomen
4. Episode diare dan muntah
5. Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya
enterokolitis : diare berdarah, letargi berat)
c. Masa kanak –kanak
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat dan seperti karbon
3. Distensi abdomen
4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan
pertumbuhan yang buruk
(Suriadi (2001:242))
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Radiasi : Foto polos abdomen yang akan ditemukan
gambaran obstruksi usus letak rendah
b) Biopsi rektal : menunjukan aganglionosis otot
rektum
c) Manometri anorectal : ada kenaikan tekanan
paradoks karena rektum dikembangkan / tekanan gagal menurun.
PENGELOMPOKAN DATA
DS:
- Ibu klien mengatakan perut kembung dan muntah
- Ibu klien mengatakan sehari sebelum ke RS BB anak 3,3 kg (ditimbang di bidan)
- Ibu klien mengatakan riwayat kelahiran An. Karunia anak pertama lahir normal, lahir di tolong
bidan, BB lahir 3,6 kg, mekonium pertama keluar pada hari ketiga setelah kelahiran.
DO:
- An. Kurnia berumur 7 hari
- Dari hasil pengkajian perawat ditemukan an. Karunia terlihat lemas, bibir kering, dan menangis
terus, tidak dapat tidur dengan nyenyak baik pagi, siang maupun malam.
- Tidur klien hanya sebentar-sebentar kemudian menangis.
17
- Abdomen klien distensi dan anak selalu memuntahkan ASI dan formula yang diberikan.
- TTV An.Karunia RR 42x/mnt, suhu 37,9C, N=130x/mnt. BB 3,1kg
- Ibu banyak bertanya tentang penyakit anaknya dan penyembuhannya. Ibu juga mengatakan
belum pernah di keluarganya mempunya penyakit seperti ini. Jadi,ibu tidak tahu harus berbuat
apa untuk anaknya.
ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DS :- Ibu klien mengatakan
perut kembung dan muntah
-Ibu klien mengatakan sehari
sebelum ke RS BB anak 3,3 kg
(ditimbang di bidan)
DO : -BB 3,1kg
-distensi abdomen
-klien selalu memuntahkan ASI
dan susu formula yang
diberikan
Absensi ganglion Meissner dan
Auerbach usus spastic dan
daya dorong tidak ada mual,
muntah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
DS : - ibu klien mengatakan
perut kembung dan muntah
DO : -distensi abdomen
-klien selalu memuntahkan ASI
dan susu formula yang
diberikan
-N = 130x/menit
-T = 37,9 oC
Absensi ganglion Meissner dan
Auerbach usus spastic dan
daya dorong tidak ada feses
lama dalam kolon dan
rectum(colon menebal dan
tertahan di bagian proksimal)
mega colon konstipasi
Konstipasi
DS : -
DO : Ibu banyak bertanya
tentang penyakit anaknya dan
penyembuhannya. Ibu juga
mengatakan belum pernah di
keluarganya mempunya
penyakit seperti ini. Jadi,ibu
Tidak tahu prognosis penyakit
gejala dan prosesnya kurang
pengetahuan
Defisiensi pengetahuan
18
tidak tahu harus berbuat apa
untuk anaknya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi b.d mekanis (penyakit Hirschprung)
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kehilangan cairan aktif (muntah)
3. Defisiensi pengetahuan b.d proses penyakit dan
pengobatannya
INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
Konstipasi b.d mekanis
(penyakit Hirschprung)
Tujuan : setelah
dilakukan perawatan 2 x
24 jam An. Kurnia dapat
melakukan eliminasi
dengan beberapa
adaptasi sampai fungsi
eliminasi secara normal
dan bisa dilakukan.
Kriteria Hasil :
-Pasien dapat
melakukan eliminasi
dengan beberapa
adapatasi
-Ada peningkatan pola
eliminasi yang lebih baik
Observasi tanda vital
dan bising usus setiap
2 jam sekali
Palpate abdomen for
hardness, distention,
and masses
Observasi
pengeluaran feses per
rektal – bentuk,
konsistensi, jumlah
Determine fluid intake
to note deficits
Evaluate medication
or drug usage
Discuss laxative and
enema use. Note signs
or reports of laxative
abuse or overuse of
stimulant laxatives.
Bising usus menggambarkan
aktivitas usus
indicating possible obstruction or re-
tention of stool.
Mengetahui kondisi usus melalui
feses
Most individuals do not drink
enough fluids, even when healthy,
reducing the speed at which stool
moves through the colon. Active
fluid loss through sweating,
vomiting, diarrhea, or bleeding can
greatly increase chances for consti-
pation.
for agents that could slow passage
of stool and cause or exacerbate
constipation (e.g., narcotic pain
relievers, antidepressants,
anticonvulsants, aluminum-
containing antacids, chemotherapy,
iron, contrast media, steroids).
This is most common among older
19
adults preoccupied with having daily
bowel movement.
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
kehilangan cairan aktif
(muntah)
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam
kebutuhan nutrisi tubuh
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
- tidak terjadi penurunan
berat badan lebih lanjut.
-terjadi peningkatan
berat badan
- terjadi peningkatan
nafsu makan
Ukur berat badan
anak tiap hari
Gunakan rute
alternatif pemberian
nutrisi ( seperti NGT
dan parenteral ) untuk
mengantisipasi pasien
yang sudah mulai
merasa mual dan
muntah
Auscultate for
presence and
character of bowel
sounds
Assess current weight,
compared to usual
weight, and norms for
age and body size.
Assist in treatments to
correct or control
underlying causative
factors
Administer
pharmaceutical agents
as indicated.
BB menggambarkan status gizi
pasien
Mengganti zat-zat makanan secara
cepat melalui parenteral
to determine ability and readiness of
intestinal tract to handle digestive
processes (e.g., hypermotility
accompanies vomiting or diarrhea,
while absence of bowel sounds may
indicate bowel obstruction).
to identify changes (e.g., sudden loss
related to medical illness vs. ongoing
chronic depression with anorexia
and weight loss; or toddler with
failure to meet growth expectations)
that affect choice of intervention
and helps clarify expectations.
to improve intake and utilization of
nutrients
Appetite stimulants, dietary
supplements; digestive drugs or
enzymes, vitamins and minerals
(e.g., iron), antacids,
anticholinergics, antiemetics, or
antidiarrheals, and so forth, may be
used to enhance intake, improve
digestion,and correct nutritional
deficiencies.
Defisiensi pengetahuan
b.d proses penyakit dan
pengobatannya
Tujuan : Setelah
Memastikan tingkat
pengetahuan, termasuk
kebutuhan antisipatif.
menentukan kemampuan,
Kebutuhan belajar dapat
mencakup banyak
hal (misalnya, penyebabpenyakit
dan proses, faktor yang
20
dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 10
menit klien akan mampu
mengungkapkan
pemahaman tentang
proses penyakit, serta
promosi dan
perlindungan kesehatan.
Kriteria Hasil :
- Klien akan dapat
berpartisipasi dalam
proses
pembelajaran.
- Menjaga dan
mempertahankan
kesehatan yang
optimal.
- Dapat
mengidentifikasi
tanda dan gejala
penyakit.
kesiapan, dan hambatan
klien dalam belajar.
kaji faktor personal
termasuk sosio ekonomi,
kepercayaan, usia, dll.
indentifikasi faktor
motivasi dalam individu
tersebut.
identifikasi informasi yg
penting untuk selalu
diingat sesuai dengan
tingkat umur dan
pendidikan klien.
berkontribusi terhadap gejala,
prosedur untuk kontrol gejala,
perubahan yang diperlukan
dalamgaya hidup, cara untuk
mencegah komplikasi). Klien mungki
n atau mungkin meminta
informasi atau
mungkin mengekspresikanpersepsi y
ang tidak akurat tentang status
kesehatan dan perilakuyang
dibutuhkan untuk
mengelola perawatan diri.
Klien mungkin tidak secara fisik,
emosional, atau mental mampusaat
ini dan mungkin perlu waktu untuk
bekerja melalui
danmengekspresikan emosi sebelum
belajar.
Faktor faktor tsb mempengaruhi
kemampuan dan keinginan untuk
belajar dan mengasimilasi informasi
baru, mengambil alih
situasi, menerima tanggung jawab
untuk perubahan.
Motivasi mungkin negative
(misalnya, merokok
menyebabkan kanker paru-paru) atau
positif (misalnya, klien ingin
mempromosikan kesehatan /
mencegahpenyakit). Menyediakan inf
ormasi yang dapat memberikan
gambaran spesifik untuk
situasi klien dan motivasi.
meningkatkan kemungkinan
informasi yang disampaikan akan
21
didengar dan mudah dipahami.
REFERENSI PUSTAKA
Schwartz, M. William. 2004. Pedoman Klinis Pediatri . Jakarta:EGC
Guyton & Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. (Ed 11). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).
Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Doengoes, E. Marilyn. Moorhouse, Mary Frances. Alice C. Murr. 2010. Nursing Diagnosis Manual
Edition 3. Philadelphia : F.A. Davis Company
Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi 2009- 2011/ editor, T. Healther Herdman ; alih
bahasa, Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar ; editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, -
Jakarta : EGC, 2010