Perioral Dermatitis

16
BAB I PENDAHULUAN Perioral dermatitis adalah bentuk lesi kulit yang tampak sebagai papuloeritema dan pustule yang timbul disekitar mulut. Perioral dermatitis sering tampak seperti akne vulgaris, rosacea dan dermatitis seboroik. Penyebab perioral dermatitis hingga kini masih belum diketahui dengan jelas, namun terdapat beberapa faktor penting yang telah diketahui berhubungan erat dengan timbulnya perioral dermatitis antara lain organisme patogenik infeksius, faktor hormonal, penggunaan obat-obatan steroid topikal dan paparan zat kimia seperti pasta gigi yang mengandung fluor. 6,7 Perioral dermatitis pertama kali didefinisikan pada sekitar akhir 1950-1960. Pada era tersebut penggunaan pasta gigi berfluoride dan kortikosteroid topical mulai tersedia dan digunakan secara luas. Pada saat itu banyak dokter meresepkan obat kortikosteroid topical kuat yang digunakan pada kulit wajah sedangkan efek samping dari obat tersebut belum diketahui. Perioral dermatitis sering terjadi pada dua kelompok usia antara lain anak-anak berusia 6 bulan sampai 16 tahun baik laki-laki maupun perempuan dan wanita berusia 17 tahun sampai 45 tahun. Dalam sebuah studi didapatkan bahwa 71 dari 73 pasien telah menggunakan kortikosteroid dengan fluorin sebelum timbulnya onset perioral dermatitis. Dalam studi 1

Transcript of Perioral Dermatitis

Page 1: Perioral Dermatitis

BAB I

PENDAHULUAN

Perioral dermatitis adalah bentuk lesi kulit yang tampak sebagai papuloeritema dan

pustule yang timbul disekitar mulut. Perioral dermatitis sering tampak seperti akne vulgaris,

rosacea dan dermatitis seboroik. Penyebab perioral dermatitis hingga kini masih belum

diketahui dengan jelas, namun terdapat beberapa faktor penting yang telah diketahui

berhubungan erat dengan timbulnya perioral dermatitis antara lain organisme patogenik

infeksius, faktor hormonal, penggunaan obat-obatan steroid topikal dan paparan zat kimia

seperti pasta gigi yang mengandung fluor.6,7

Perioral dermatitis pertama kali didefinisikan pada sekitar akhir 1950-1960. Pada era

tersebut penggunaan pasta gigi berfluoride dan kortikosteroid topical mulai tersedia dan

digunakan secara luas. Pada saat itu banyak dokter meresepkan obat kortikosteroid topical

kuat yang digunakan pada kulit wajah sedangkan efek samping dari obat tersebut belum

diketahui. Perioral dermatitis sering terjadi pada dua kelompok usia antara lain anak-anak

berusia 6 bulan sampai 16 tahun baik laki-laki maupun perempuan dan wanita berusia 17

tahun sampai 45 tahun. Dalam sebuah studi didapatkan bahwa 71 dari 73 pasien telah

menggunakan kortikosteroid dengan fluorin sebelum timbulnya onset perioral dermatitis.

Dalam studi lainnya pada anak-anak maupun dewasa juga didapatkan adanya riwayat

penggunaan kortikosteroid topical sebanyak 72% dari total kasus perioral dermatitis.

Adanya kandungan fluoride juga diketahui mempunyai keterlibatan dalam timbulnya

perioral dermatitis. Dalam suatu penelitian yang melibatkan 65 pasien penderita perioral

dermatitis dimana kesemuanya merupakan pengguna pasta gigi berfluoride dilakukan

penggantian dengan pasta gigi tanpa fluoride dan hasilnya setengah dari jumlah pasien

tersebut mengalami perbaikan. Definisi perioral dermatitis kini diperluas menjadi perioficial

dermatitis seiring banyaknya juga lesi kulit pada area perinasal dan periorbital.7

1

Page 2: Perioral Dermatitis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi 1,5,7

Perioral dermatitis adalah bentuk inflamasi kulit yang tampak sebagai papuloeritema,

vesikel dan pustule yang timbul terlokalisasi disekitar mulut, hidung ataupun mata. Perioral

dermatitis sering tampak seperti akne vulgaris, rosacea dan dermatitis seboroik.

2. Epidemiologi 5,7

Perioral dermatitis sering terjadi pada dua kelompok usia antara lain anak-anak

berusia 6 bulan sampai 16 tahun baik laki-laki maupun perempuan dan wanita berusia 17

tahun sampai 45 tahun.

Perioral dermatitis pertama kali didefinisikan pada sekitar akhir 1950-1960. Pada era

tersebut penggunaan pasta gigi berfluoride dan kortikosteroid topical mulai tersedia dan

digunakan secara luas. Pada saat itu banyak dokter meresepkan obat kortikosteroid topical

kuat yang digunakan pada kulit wajah sedangkan efek samping dari obat tersebut belum

diketahui.7

3. Klasifikasi 9,11

Berdasarkan penyebabnya, perioral dermatitis secara garis besar dapat dibedakan

menjadi perioral dermatitis yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid topical

yang merupakan subtype dari CIRD (Corticosteroid-Induced Rosacea-Like Dermatitis)

maupun yang tidak berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid topical (Idhiopathic

Perioral Dermatitis). CIRD mempunyai tiga subtype yang dibagi berdasarkan lokasi anatomi

antara lain perioral, centrofacial dan diffuse.

Perioral dermatitis yang merupakan subtype dari CIRD merupakan yang paling

sering terjadi pada dewasa dan anak-anak. Pada beberapa kasus juga terjadi pada perinasal

dan periocular. Pada subtype centrofacial terjadi pada pipi bagian dalam, kelopak mata

bagian dalam, hidung dan dahi. Pada subtype diffuse terjadi pada seluruh wajah dan

seringkali meluas sampai ke leher.

2

Page 3: Perioral Dermatitis

Idhiopathic Perioral Dermatitis biasanya lebih sering terjadi pada pasien wanita

berusia 20-45 tahun meskipun dapat juga terjadi pada pria. Idhiopathic Perioral Dermatitis

juga terjadi pada anak-anak tanpa ada dominansi gender. Terdapat varian lainnya dari

Idhiopathic Perioral Dermatitis yaitu Granulomatous Periorificial Dermatitis atau facial

Afro-Caribbean Childhood Eruption (FACE). Granulomatous Periorificial Dermatitis paling

sering terjadi pada anak-anak ras Afrika-Amerika dan mungkin juga berhubungan dengan

penggunaan kortikosteroid topical. Idhiopatic perioral dermatitis dapat dipengaruhi oleh

penggunaan pasta gigi berfluorin, pemakaian kosmetik dan pelembab, stress emosional, dan

agen mikrobiologi.

Gambar 1. Idhiopathic Perioral Dermatitis pada pasien Afrika-Amerika,

tidak ada pemakaian kortikosteroid topical 9

Granulomatous Periorificial Dermatitis lebih sering terjadi pada anak-anak

prepubertas. Pada pasien dengan Granulomatous Periorificial Dermatitis terdapat lesi erupsi

papular yang biasanya berukuran 1-3 mm terdapat di sekitar mulut, hidung dan mata. Pada

pemeriksaan histopatology menunjukkan pola granulomatus, terdapat infiltrat

granulomatosa perifolikular yang terdiri dari sel makrofag epitel, limfosit dan giant sel.

Granulomatous Periorificial Dermatitis merupakan self-limited dan tidak terlalu

membutuhkan terapi khusus.

3

Page 4: Perioral Dermatitis

Gambar 2. Granulomatous Periorificial Dermatitis 11

4. Etiologi 4,5,6,7,9,10

Penyebab perioral dermatitis hingga kini masih belum diketahui dengan jelas, namun

terdapat beberapa faktor penting yang telah diketahui berhubungan erat dengan timbulnya

perioral dermatitis antara lain organisme patogenik infeksius, faktor hormonal, penggunaan

obat-obatan steroid topikal dan paparan zat kimia seperti pasta gigi yang mengandung fluor.

Penggunaan kortikosteroid topical pada kulit wajah merupakan penyebab tersering

timbulnya perioral dermatitis. Dalam sebuah studi didapatkan bahwa 71 dari 73 pasien telah

menggunakan kortikosteroid dengan fluorin sebelum timbulnya onset perioral dermatitis.

Dalam studi lainnya pada anak-anak maupun dewasa juga didapatkan adanya riwayat

penggunaan kortikosteroid topical sebanyak 72% dari total kasus perioral dermatitis. Dalam

sebuah studi terhadap anak-anak penderita asma yang mendapatkan terapi steroid inhaler

juga mengalami perioral dermatitis. Penggunaan kortikosteroid oral juga telah diketahui

berhubungan dengan timbulnya perioral dermatitis meskipun lebih sering menimbulkan

akne steroid.

Beberapa spesies mikroorganisme telah diketahui berhubungan dengan timbulnya

perioral dermatitis meskipun belum ada bukti kuat yang menyatakan mereka sebagai agen

penyebab. Dimungkinkan penggunaan kortikosteroid topical dapat mengubah bakteri

menjadi pathogen. Dalam penelitian lain didapatkan bahwa adanya kutu Demodex

folliculorum berhubungan dengan perioral dermatitis. Namun hal ini juga berhubungan

dengan adanya penggunaan kortikosteroid pada pasien tersebut sehingga kemungkinan

4

Page 5: Perioral Dermatitis

hanya sebagai factor sekunder penyebab perioral dermatitis tersebut. Dalam sebuah studi

lainnya ditemukan bahwa tidak ada perbedaan jumlah mikroorganisme yang ditemukan

antara kulit wajah yang mendapatkan terapi steroid topical dan yang mendapatkan krim

placebo.

Adanya riwayat atopi juga diperkirakan berhubungan dengan timbulnya perioral

dermatitis. Dalam sebuah studi diidentifikasi sebanyak 19 dari 20 pasien penderita perioral

dermatitis juga mengalami dermatitis atopi. Dalam studi selanjutnya juga didapatkan 14%

kasus perioral dermatitis pada anak pernah mengalami dermatitis atopi serta 55%

diantaranya memiliki riwayat atopi pada keluarganya, juga terdapat kemungkinan bahwa

pasien menjadi lebih suka menggunakan kortikosteroid untuk setiap kondisi yang tidak

berhubungan dengan atopi sekalipun sehingga kemudian menyebabkan perioral dermatitis.

Kosmetik, pelembab dan produk topical wajah lainnya juga berhubungan dengan

timbulnya perioral dermatitis. Pasien pengguna kosmetik, pelembab, krim malam sangat

mungkin untuk menderita perioral dermatitis disbanding pasien bukan pengguna bahan

tersebut. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa jumlah kasus perioral dermatitis lebih

banyak terjadi pada wanita. Namun saat ini belum diketahui secara pasti zat dalam kosmetik

tersebut yang menjadi predisposisi perioral dermatitis.

Adanya kandungan fluoride juga diketahui mempunyai keterlibatan dalam timbulnya

perioral dermatitis. Diantaranya penggunaan steroid dengan fluoride dan pasta gigi yang

mengandung fluoride. Dalam suatu penelitian yang melibatkan 65 pasien penderita perioral

dermatitis dimana kesemuanya merupakan pengguna pasta gigi berfluoride dilakukan

penggantian dengan pasta gigi tanpa fluoride dan hasilnya setengah dari jumlah pasien

tersebut mengalami perbaikan.

5. Patogenesis 9

Pada CIRD dengan subtype perioral dermatitis terdapat perubahan pada struktur

epidermis, penurunan kerja enzim yang berhubungan dengan sintesis lipid pada epidermis,

penurunan jumlah lapisan seluler epidermis dan pengurangan sel keratinosit. Terjadi

penipisan stratum korneum dan granular epidermis dan terjadi peningkatan Transepidermal

Water Loss (TEWL). Terjadinya peningkatan TEWL menandakan adanya penurunan barier

5

Page 6: Perioral Dermatitis

permeabilitas epidermis sehingga kulit cenderung mudah teriritasi oleh bahan kontaktan

seperti produk kosmetik maupun obat-obat topical.

6. Gambaran Klinis 1,2,3,7

Perioral dermatitis tampak sebagai papuloeritematous kecil, vesikel dan pustule yang

timbul terlokalisasi disekitar mulut dan pada beberapa kasus lesi juga timbul pada perinasal,

glabella dan periocular.

Gambar 3. Perioral Dermatitis2

Gambar 4. Perioral Dermatitis1

7. Diagnosis7

6

Page 7: Perioral Dermatitis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan histopathology

biasanya jarang dibutuhkan. Test Patch dapat digunakan untuk mengetahui adanya

dermatitis kontak akibat pasta gigi dan bahan kosmetik.

8. Diagnosis Banding 1,7

Diagnosis banding perioral dermatitis antara lain :

1. Dermatitis kontak alergi

2. Dermatitis atopi

3. Dermatitis seborrheic

4. Rosacea

5. Akne vulgaris

Gambaran khas perioral dermatitis biasanya dapat dibedakan dengan lesi inflamasi

pada wajah lainnya seperti rosacea, dermatitis kontak, akne dan dermatitis seboroik. Pasien

dengan rosacea biasanya memiliki gambaran telangiektasis dan kemerah-merahan pada

muka dengan penyebaran yang lebih luas mengenai kedua pipi, hidung dan dahi. Dermatitis

kontak tampak sebagai lesi kemerahan, bersisik dan krusta yang timbul di sekitar mulut

akibat alergi terhadap kosmetik bibir, makanan, kawat gigi dan alat musik. Lesi tampak

seperti pruritus bukan papula dengan batas yang tegas. Dermatitis kontak juga seringkali

mengenai area kulit lainnya dan dapat didiagnosa dengan test patch. Akne vulgaris dan

dermatitis seboroik tidak mempunyai lokasi dan pola yang sama dengan perioral dermatitis.

Keduanya tersebar lebih luas dan dapat mengenai badan termasuk muka. Akne vulgaris

tampak sebagai komedo dan dermatitis seboroik tampak bersisik.

9. Penatalaksanaan 1,3,4,5,6,7

Jika pasien menggunakan steroid, maka langkah pertama pengobatan adalah segera

hentikan pemakaian steroid. Pasien harus diperingatkan untuk tidak menggunakan steroid

karena akan menyebabkan perioral dermatitis. Edukasi pasien untuk menghentikan

pemakaian krim pelembab, krim malam, make up serta pasta gigi berfluoride.

Pengobatan dapat diberikan topical dan sistemik. Untuk pengobatan sistemik pada

pasien dewasa diberikan antibiotic oral antara lain: tetracycline 250-500 mg 2x/hari

7

Page 8: Perioral Dermatitis

merupakan antibiotic yang paling efektif untuk perioral dermatitis namun kontraindikasi

untuk ibu hamil dan anak-anak dibawah 8 tahun sehingga dapat diberikan antibiotic oral

lainnya yaitu minocycline 100mg/hari atau doxycycline 100 mg/hari, untuk terapi yang

efektif diberikan selama 3-4 minggu sampai didapatkan respon, kemudian dapat diberikan

setengah dosis jika lesi sudah berkurang. Untuk anak-anak dapat diberikan eritromisin 250

mg 2-3x/hari. Untuk pengobatan topical diberikan metronidazole cream 0,75% 2x/hari atau

1% 1x/hari. Eritromisin 1,5%-2% dapat dikombinasikan dengan steroid lemah hydrocortison

krim.

10. Prognosis7

Tanpa pengobatan, perioral dermatitis dapat berlangsung lama hingga menahun.

Pengobatan dengan antibiotic topical maupun oral yang tepat dapat memberikan hasil dalam

6 sampai 10 minggu. Perioral dermatitis dapat sembuh tanpa pengobatan dengan

menghindari penggunaan kortikosteroid, pelembab, make up dan pasta gigi berfluoride.

8

Page 9: Perioral Dermatitis

BAB III

KESIMPULAN

Perioral dermatitis adalah bentuk inflamasi kulit yang tampak sebagai papuloeritema,

vesikel dan pustule yang timbul terlokalisasi disekitar mulut, hidung ataupun mata.

Diagnosis perioral dermatitis dapat dipertimbangkan pada pasien seperti wanita muda dan

anak-anak yang tidak berespon terhadap terapi untuk rosacea, dermatitis seboroik ataupun

akne vulgaris yang telah diduga sebelumnya.

Penyebab perioral dermatitis hingga kini masih belum diketahui dengan jelas, namun

terdapat beberapa faktor penting yang telah diketahui berhubungan erat dengan timbulnya

perioral dermatitis antara lain organisme patogenik infeksius, faktor hormonal, penggunaan

obat-obatan steroid topikal dan paparan zat kimia seperti pasta gigi yang mengandung fluor.

Oleh karena itu penting sekali bagi pasien untuk menghentikan penggunaan kortikosteroid

topical, kosmetika wajah maupun pasta gigi berfluoride. Tetracyclin oral dan eritromisin

merupakan terapi yang paling efektif untuk perioral dermatitis.

9

Page 10: Perioral Dermatitis

DAFTAR PUSTAKA

1. Wolff K, Johnson RA. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.

Edisi ke-6. USA: McGrraw-Hill. 2009.

2. Zaidi Z, Lanigan SW. Dermatology In Clinical Practice. London: Springer. 2010.

3. Berman K. Dermatitis Perioral. MedlinePlus.

Available at http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/2395.htm

4. Boeck K, etc. Perioral dermatitis in children--clinical presentation, pathogenesis-related

factors and response to topical metronidazole. PubMed. 1997;195(3): 235-238.

Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/portal/utils/pageresolver.fcgi?

recordid=1335094934431151

5. Latessa R, Babaoff M. Erythematous rash on face. The Journal of Family Practice.

2010;59(10): 585-588.

6. Nguyen V, Eichenfield LF. Periorificial dermatitis in children and adolescents.

PubMed. 2006;55(5):781-5.

Available at http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17052482

7. Reilly KEH, McCarthy LH. Toothpaste Allergy With Intractable Perioral Rash in a 10-

year old Boy. Journal of the American Board of Family Medicine. 2000;13(1). Available

at http://www.medscape.com/viewarticle/405760

8. Vanderweil SG, Levin NA. Perioral Dermatitis: It's Not Every Rash that Occurs Around

the Mouth. Dermatology Nursing. 2009;21(6): 317-320.

Available at http://www.medscape.com/viewarticle/719639

9. Del Rosso JQ. Management of Papulopustular Rosacea and Perioral Dermatitis with

Emphasis on Iatrogenic Causation or Exacerbation of Inflammatory Facial Dermatoses.

The Journal of Clinical Aesthethic of Dermatology. 2011:4(8).

10. Pallotta S, etc. Unilateral Demodicidosis. European Journal of Dermatology.

1998;8(3):191-192. Available at

http://www.jle.com/fr/revues/medecine/ejd/e-docs/00/01/88/B6/article.phtml

10

Page 11: Perioral Dermatitis

11. Kim YJ, etc. Childhood Granulomatous Perioficial Dermatitis. Ann Dermatol.

2011;23(3):386-388.

11