Perdarahan Kehamilan Muda

28
A. Perdarahan Kehamilan Muda 1. Abortus a. Pengertian Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu atau berat janin kurang dari 1000 gram. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. (Hadijanto, 2008) b. Tanda dan Gejala Gejala utama abortus adalah sakit perut, perdarahan yang diikuti dengan pengeluaran jaringan hasil konsepsi. Bentuk abortus dibagi menurut terjadinya (abortus spontan, abortus provokatus, (kriminalis, medisinalis)) dan menurut bentuk klinis (aboruts iminens, abortus insipiens, aborut inkompletus, abortus habitualis, abortus yang tertahan (missed abortion), abortus infeksiosus. c. Etiologi Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :

description

cxvdsgdsss

Transcript of Perdarahan Kehamilan Muda

Page 1: Perdarahan Kehamilan Muda

A. Perdarahan Kehamilan Muda

1. Abortus

a. Pengertian

Abortus adalah kegagalan kehamilan sebelum umur 28 minggu

atau berat janin kurang dari 1000 gram.

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi

sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

gram. (Hadijanto, 2008)

b. Tanda dan Gejala

Gejala utama abortus adalah sakit perut, perdarahan yang diikuti

dengan pengeluaran jaringan hasil konsepsi. Bentuk abortus dibagi

menurut terjadinya (abortus spontan, abortus provokatus, (kriminalis,

medisinalis)) dan menurut bentuk klinis (aboruts iminens, abortus

insipiens, aborut inkompletus, abortus habitualis, abortus yang tertahan

(missed abortion), abortus infeksiosus.

c. Etiologi

Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab

diantaranya :

1) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, kelainan inilah yang paling

umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur

kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan

ini antara lain : kelainan kromosom, genetik, lingkungan tempat

menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang

sempurna dan penghambat zat-zat yang berbahaya bagi janin

seperti radiasi, obat-obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.

2) Kelainan pada plasenta, kelainan ini bisa berupa gangguan

pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh

karena penyakit darah tinggi yang menahun.

Page 2: Perdarahan Kehamilan Muda

3) Faktor ibu seperti penyakit-penyakit kronis yang diderita oleh sang

ibu seperti radang paru-paru, tifus, anemia berat, keracunan dan

infeksi virus fotoplasma.

4) Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan

pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang

lekukannya kebelah mioma uferi, dan kelainan bawaan pada rahim.

d. Diagnosis

Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang

mengalami dua daripada seperti dibawah harus dipikirkan

kemungkinan terjadinya abortus:

1) Perdarahan pada vagina

2) Nyeri pada abdomen bawah

3) Riwayat amenora

e. Komplikasi

Komplikasi abortus meliputi perdarahan, kerusakan alat

genitalia, infeksi yang berakhir dengan infertilitas dan peningkatan

hamil ektopik.

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan umum:

1) Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam

pengobatan karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran

darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.

2) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin

dimulai 8 tetes permenti dan naikan sesuai kontraksi uterus.

3) Bila pasien syok karena perdarahan berikan infus ringer laktat dan

selekas mungkin tranfusi darah.

Page 3: Perdarahan Kehamilan Muda

2. Mola Hidatidosa

a. Pengertian

Mola hidatidosa adalah suatu massa atau pertumbuhan didalam

rahim yang terjadi pada awal kehamilan. Mola hidatidosa adalah

kehamilan abnormal, dimana seluruh villi koralisnya mengalami

perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan

edema vesicular dari villi khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai

fetus yang intek. Secara histologis, ditemukan proliferasi trofoblat

dengan berbagai ukuran dan tingkatan hyperplasia dan displasia. Villi

khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit

pembuluh darah.

b. Tanda dan Gejala

1) Amenorrheo dan tanda-tanda kehamilan

2) Perdarahan pervagiham dan bercak sampai perdarahan berat.

Merupakan gejala utama dari Mola Hidatidosa, sifat perdarahan

bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa bulan

sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.

3) Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai

dengan usia kehamilan.

4) Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun

ballottement.

c. Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui. Faktor-faktor yang

dapat menyebabkan antara lain :

1) Vaktor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi

terlambat dikeluarkan.

2) Keadaan sosial ekonomi yang rendah

3) Paritas tinggi

4) Kekurangan protein

Page 4: Perdarahan Kehamilan Muda

5) Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

d. Diagnosis

1) Klinis

a) Berdasarkan Anawinesis

b) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatannya

kekuningan yang disebut muka mola (mola face).

Palpasi :

Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan,

teraba lembek.

Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballottement dan

gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

e. Komplikasi

1) Perdarahan yang hebat sampai syok

2) Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

3) Infeksi sekunder

4) Perforasi karena tindakan atau keganasan

f. Penatalaksanaan

1) Evakuasi

a) Perbaiki keadaan umum

b) - Bila mola sudah keluar spontan dilakukan

kuret atau kuret isap.

- Bila kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan

12 jam kemudian dilakukan kuret

c) Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan

memperbaiki keadaan umum penderita

Page 5: Perdarahan Kehamilan Muda

d) 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan kedua

untuk membersihkan sisa-sia jaringan

e) Histeribfomi total dilakukan pad a mola resiko tinggi usia lebih

dari 30 tahun, paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat bear

yaitu setinggi pusat atau lebih.

Page 6: Perdarahan Kehamilan Muda

3. Kehamilan Ektopik Terganggung

a. Pengertian

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berlangsung

(bernidasi) diluar endometrium yang normal (kavum uteri). Kehamilan

ekstrauterin adalah kehamilan diluar batas uterus. Sedangkan

kehamilan heteropik adalah hamil intrauterine dan hamil ektopik yang

terjadi bersama-sama.

b. Etiologi

Penyebab terjadinya kehamilan ektopik adalah kegagalan fungsi

tuba (salpingitis kronis, endometriosis, tekanan tumor, tuba elongasi,

sehingga hasil konsepsi sudah siap nidasi dituba, infesi asenden ke

luco) atau perlekatan tuba sehingga saluran menyempit atau buntu

(infeksi menahun, endemetriosis).

c. Tanda dan Gejala

Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering

unilateral (abortus tuba), hebat dan akut (supture tuba), ada nyeri tekan

abdomen yang jelas dan menyebar, kavum Douglas menonjol dan

sensitive terhadap tekanan. Jika ada perdarahan intra-abdominal,

gejalanya sebagai berikut :

1) Sensitivitas tekanan pada abdomen bawah lebih jarang pada

abdomen bagian atas

2) Abdomen tegang

3) Mual

4) Nyeri bahu

5) Membran mukosa anemis

Jika terjadi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan

darah dibawah 100 mmHg, wajah tampak kurus dan bentuknya

menonjol terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas pucat, kuku

kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan kesadaran.

Page 7: Perdarahan Kehamilan Muda

d. Diagnosis

Diagnosis kehamilan ektopik diperoleh dari terdapatnya trias

kehamilan ektopik, terdapat kenaikan beta hCG (200 mlu/uter), dan

pada pemeriksaan fisik terdapat cairan bebas di kavum abdominalis

dengan manifestasinya, tekanan darah turun atau normal dengan nadi

meningkat, dapat terjadi syok, dan tanda cullen. Sedangkan pada

pemeriksaan dalam CD menonjol dan nyeri, serviks serta nyeri

goyang, nyeri pada tuba dengan hamil ektopik dan teraba tumor.

Diagnosis diferensial untuk keadaan ini meliputi penyakit radang

pelvis (pelvic inflamatory disease, PID). Perdarahan saat ovulasi,

komplikasi kista (torsi kista, perdarahan kista ovari. Infeksi kista ovarri

torsi mioma uteri bertangkai, dan apendisitis akut.

e. Komplikasi

Komplikasi yang terdapat terjadi yaitu :

1) Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik

terganggu telah lama berlangsung (4–6 minggu) terjadi perdarahan

ulang ini merupakan indikasi operasi

2) Infeksi

3) Sterilisasi

4) Pencegahan tuba palofi

5) Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya

embrio

Page 8: Perdarahan Kehamilan Muda

f. Penanganan

Penanganan terhadap kehamilan ektopik meliputi :

1) Non-bedah (tanpa operasi)

a) Observasi beta hCG (bila menurun berkasti kehamilan mati dan

di absorpsi.

b) Pengobatan dengan metotreksal pada kehamilan ektopik utuh

atau abdomen.

2) Tindakan operasi hamil ektopik

a) Salfingktomi

b) Salfingustomi

c) Histerogtomi

d) Laparotomi untuk mengeluarkan kehamilan abdominal

Tugas bidan menghadapi kehamilan ektopik adalah

a) menegakan diagnosa kehamilan

b) segera melakukan rujukan, tertolong dengan segera

c) saat melakukan rujuan sebaiknya dilakukan pemasangan infus

sebagai pengganti darah yang hilang. Bila mungkin ikuti atau antar

ke rumah sakit yang dapat memberi pertolongan operasi.

Dengan dilakukannya tindakan tersebut bidan dapat ikut

menurunkan morbiditas (kesakitan/dan motalitas (kematian) akibat

hamil ektopik).

Page 9: Perdarahan Kehamilan Muda

B. Perdarahan Kehamilan Lanjut

4. Solusio Plasenta

a. Pengertian

Solusio Plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh plasenta

dimana pada keadaan normal implantasinya diatas 22 minggu atau

sebelum lahirnya anak. (Fadlun. Asuhan Kebidanan Patologis, 2011).

Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin dilahirkan.

(Sarwono Prawirohardjo, 2000)

Solusi Plasenta terbagi atas :

1) Solusio plasenta ringan. Perdarahannya kurang dari 500 cc dengan

lepasnya plasenta kurang dari seperlima bagian. Perut ibu masih

lemas sehingga bagian janin mudah diraba. Tanda gawat janin

belum tampak dan terdapat perdarahan hitam per vagina.

2) Solusio plasenta sedang. Lepasnya plasenta antara seperempat

sampai dua pertiga bagian dengan perdarahan sekitar 1000 cc.

perut ibu mulai tegang dan bagian janin sulit diraba. Janin sudah

mengalami gawat janin berat sampai IUFD. Pemeriksaan dalam

menunjukkan gawat tegang. Tanda persalinan telah ada dan dapat

berlangsung cepat sekitar 2 jam.

3) Solusio plasenta berat. Lepasnya plasenta sudah melebihi dua

pertiga bagian. Perut nyeri dan tegang dan bagian janin sulit diraba,

perut seperti papan. Janin sudah mengalami gawat janin berat

sampai IUFD. Pemeriksaan dalam ditemukan ketuban tampak

terang. Darah dapat masuk otot rahim, uterus couvelaire yang

menyebabkan atoni uteri serta perdarahan pasca partus. Terdapat

gangguan pembekuan darah fibrinogen kurang dari 100–150 mg%.

pada saat ini gangguan ginjal sudah mulai tampak.

Page 10: Perdarahan Kehamilan Muda

b. Tanda dan Gejala

Gejala klinis solusio plasenta meliputi perdarahan yang disertai

rasa sakit bergantung pada jumlah darah retroplasenta, dapat

menimbulkan gangguan kardiovaskuler ibu, ketegangan perut ringan

sampai berat dan gangguan janin asfiksia ringan sampai IUFD. Dapat

juga terjadi gangguan pembekuan darah, gangguan organ vital

(jantung, ginjal dan hati).

c. Etiologi

1) Trauma langsung abdomen

2) Hipertensi ibu hamil

3) Umbiukus pendek atau lilitan tali pusat

4) Janin terlalu aktif sehingga plasenta dapat terlepas

5) Tekanan pada vena kava inferior

6) Preeklamsia / eklamsia

7) Tindakan versi luar

8) Tindakan memecah ketuban (Hamil biasa, pada hidramnion,

setelah anak pertama kali hamil ganda)

d. Diagnosis

Dasar diagnosis adalah dengan anamnesis untuk mengetahui

adanya trauma langsung atau perdarahan disertai rasa sakit. Selain itu,

dilakukan pemeriksaan fisik melalui palpasi (abdomen terhadap

ketegangan ringan sampai berat, bagian janin masih dapat diraba

sampai sulit ditentukan), denyut jantung janin (masih baik sampai

terjadi kematian interuterin). Pemeriksaan dalam (ketuban tegang

terdapat darah, dengan USG (plasenta lepas dari implantasinya).

Page 11: Perdarahan Kehamilan Muda

e. Komplikasi

1) Perdarahan

Karena couvelaire uteri, antonio uteri, perdarahan pascapartus

2) Gangguan pembekuan darah

Koagulasi intravascular, penurunan fibrinogen

3) Gangguan organ vital

Kegagalan ginjal akut, dekompensasio kordis, sesak napas, embaou

paru

4) Kematian ibu

Karena perdarahan yang tidak dapat diatasi, dekomponsasio kordis

mudah terjadi infeksi, gagal ginjal.

f. Penanganan

Tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kondisi ini adalah

menghindari gangguan pembekuan darah dengan tranfusi masif dan

pemberian fibrinogen jumlah cukup. Solusio plasenta ringan dan

sedang diupayakan melakukan siksio sesaria untuk menyelamatkan ibu

dan janinnya. Sedangkan untuk solusio plasenta berat dilakukan

persalinan dalam waktu 6 jam, menghindari perdarahan karena atonia

uteri. Bila terjadi gangguan konstruksi otot rahim dilakukan

histereklomi. Tindakan lainnya meliputi menghindari infeksi dengan

pemberian antibiotik.

Page 12: Perdarahan Kehamilan Muda

5. Plasenta Previa

a. Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen

bawah rahim demikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian

dari ostrum uteri internum. (Prawirohardjo, S. 2009: 495)

Plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi pada implantasi

plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh ostrum uteri internum

(Manuba, I. A. C. 2008)

b. Tanda dan Gejala

Gejala umum plasenta previa meliputi perdarahan tanpa rasa

sakit. Kondisi ini terjadi pada saat pembentukan segmen bawah rahim.

Sehingga terdapat pergeseran dinding rahim dengan plasenta yang

menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan yang dialami sedikit

tanpa menimbulkan gejala klinis atau banyak disertai gejala klinis pada

ibu dan janin. Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan

jumlah darah yang hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau

dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler

dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun,

anemia disertai bagian ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat

menimbulkan syok sampai kematian. Sedangkan gejala klinis janin

meliputi bagian terendah belum masuk PAP atau terdapat kelainan

letak, perdarahan yang mengganggu sirkulasi retorplasentase yang

menimbulkan aspiksia intrauterine sampai kematian janin.

Hemoglobin berkisar 5 gram % dapat menimbulkan kematian janin

serta ibunya.

c. Etiologi

1) Gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu perluasan

implantasi :

Multiparitas dengan jarak hamil pendek

Page 13: Perdarahan Kehamilan Muda

Beberapa kali menjalani seksio sesarea

Bekas dilatasi dan kuretase

Ibu dengan gizi rendah

Usia hamil pertama diatas usia 35 tahun

2) Pelebaran implantasi plasenta yang terjadi pada kehamilan ganda

yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi janin karena endometrium kurang subur.

d. Diagnosis

Dasar diagnosis gangguan ini meliputi : adanya perdarahan

tanpa rasa sakit; keadaan umum setelah perdarahan bergantung pada

keadaan umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya

perdarahan serta menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin. Perut

ibu lemas sehingga mudah mencoba bagian terendah; terdapat kelainan

letak atau bagian terendah belum masuk PAP.

Pemeriksaan tambahan meliputi double set up di meja operasi

dapat menentukan klasifikasi plasenta previa dengan memasukkan jari

ke ostium uteri internum atau meraba forniks, atau melakukan

pemeriksaan dengan ultrasonog.

e. Komplikasi

1) Kompllikais ibu (trias komplikasi)

Infeksi karena anemia

Robekan impalantasi plasenta di bagian belakang segmen bawah

rahim (dan greous plasenta previa)

Terjadi rupture uteri karena susunan jaringan rapuh dan sulit

diketahui

2) Komplikasi janin (trias komplikasi)

Prematuntas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi

Mudah infeksi karena anemia disertai daya tahan rendah

Asfiksia intrauterine sampai kematian

Page 14: Perdarahan Kehamilan Muda

f. Penatalaksanaan

Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat dilakukan

tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :

1) Pasang infus dengan cairan pengganti (chloret, laktat ringer,

glukosa ringer)

2) Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat

perdarahan bertambah banyak

3) Segera melakukan tindakan rujukan rumah sakit dengan fasilitas

yang cukup untuk tindakan operasi dan sebagainya.

Disamping itu bila terpaksa melakukan persalinan pada janin

dalam keadaan prematuritas maka diperlukan asuhan neonatus di unit

perawatan intensif. Dalam kasus yang sangat istimewa, misalnya

prematuritas, dan setelah dilakukan pemeriksaan dalam di kamar

operasi ternyata ditemukan plasenta previa marginalis, dapat dilakukan

terapi “memecah ketubah” untuk menghentikan perdarahan.

Tekanan bagian terendah janin akan menekan plasenta preva

sehingga perdarahan berhenti. Dalam hal ini seolah-olah janin

dikorbankan karena memang keadaannya sangat inperior sehingga

kehidupan dapat dipastikan tidak terlalu lama. Tujuannya untuk

menyelamatkan jiwa ibunya dan morbiditas serta mortalitas yang lebih

tinggi.

Page 15: Perdarahan Kehamilan Muda

6. Ruptur Uteri

a. Pengertian

Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim

akibat dilampauinya daya renggang miometrium. (Buku Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal)

Ruptur uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan

atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perineum visceral

(obstetric dan ginekologi).

b. Tanda dan Gejala

Gejala klinis ruptur uteri diketahui melalui anamnesis denga

keluhan seperti sesuatu yang putus dibagian bawah dan dapat diijuti

penurunan kesadaran sampai koma, keadaan umum meliputi tampak

sakit dan dehidrasi, kesadaran dapat menurun, tekandan darah

menurun, dan frekuensi nadi cepat, dan suhu tubuh tinggi. Pada palpasi

didapat perut meteorisme, sakit saat palpasi, tanda cairan bebas intra

abdomen, dan bagian anak mudah diraba di bawah kulit. Pada

pemeriksaan dalam didapat bagian terendah mudah didorong ke atas,

terdapat darah, dan mungkin teraba robekan uterus.

Etiologi

1) Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus

2) Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang

lama

3) Presentasi abnormal (terutama terjadi penipisan pada segmen

bawah uterus) (Helen, 2001).

c. Diagnosis

1) Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh

dukun atau bidan, partus sudah lama berlangsung

2) Pasien nampak gelisah, ketahukan, disertai perasaan nyeri di perut

Page 16: Perdarahan Kehamilan Muda

3) Pada setiap datangnya lus, pasien memegang perutnya dan

mengerang kesakitan, bahkan meminta supaya anaknya secepatnya

dikeluarkan

4) Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya

5) Ada tanda dehidrasi karena partus yang lama (prolonged laboura)

yaitu mulut kering, lidah kering dan halus badan panas (demam)

6) HIS lebih lama

d. Komplikasi

Komplikasi yang paling menakutkan dan dapat mengancam

hidup ibu dan janin adalah ruptura uteri. Pada jaringan parut dapat

dijumpai secara jelas atau tersembunyi secara antomis, ruptur uteri

dibagi menjadi ruptura uteri komplit (symptomatic rupture) dan

dehinsens (asymptomatic rupture). Pada ruptera uteri, terjadi

diskonunuitas dinding uterus berupa robekan hingga lapisan serosa

uterus dan membran khorioamnion. Sedangkan disebut dehisens bila

terjadi robekan jaringan parut uterus tanpa robekan laporan serosa

uterus, dan tidak terjadi perdarahan ketika ruptura uteri terjadi

histerekton transfusi darah massif, asfiksia neonatus. Kematian ibu dan

janin dapat terjadi tanda ruptura uteri yang paling sering terjadi adalah

pola denyut jantung janin tidak menjamin, dengan deselerasi

memanjang. Deselerasi lambat, variabel, brakikardi, atau denyut

jantung janin hilang sama sekali juga dapat terjadi.

e. Penatalaksanaan

Untuk mencegah timbulnya ruptura uteri pimpinan persalinan

harus dilakukan dengan cermat, khususnya pada persalinan dengan

kemungkinan distosia dan pad apersalinan wanita yang pernah

mengalam iseksio sesarea atau pembedahan lain pada uterus. Pada

persalinan dengan kemungkinan distosia perlu diamat-amati terjadinya

regangan segmen bawah uterus dan apabila tanda-tanda itu ditemukan.

Persalinan harus diselesaikan dengan segera, dengan cara yang paling

aman bagi ibu dan anak mengenai pencegahan ruptura uteri pada

Page 17: Perdarahan Kehamilan Muda

wanita yang pernah mengalami seksio sesarea. Dibeberapa negara

terdapat pendapat bahwa sekali seksio, seterusnya seksio. Pendirian ini

tidak dianut di Indonesia. Seorang wanita yang mengalami seksio

sesarea untuk sebagian yang hanya terdapat pada persalinan yang

memerlukan pembedahan itu untuk menyelesaikannya, diperbolehkan

untuk melahirkan pervaginam pada persalinan berikutnya, akan tetapi

ia harus bersalin di rumah sakit, supaya diawasi dengan baik. Kala II

tidak boleh berlangsung terlalu alam dan pemberian oksitosin tidak

dibenarkan. Ketentuan tidak perlu dilakukan seksio sesarea ulangan

pada wanita yang pernah mengalami seksio sesarea tidak berlaku untuk

seksio sesarea klasik.

Disini, berhubung adanya bahaya yang lebih besar akan timbul

ruptura uteri perlu dilakukan seksio sesarea. Malahan penderita

hendaknya dirawat 3 minggu sebelum jadwal persalinan. Dapat

dipertimbangkan pula untuk melakukan seksio sesarea sebelum

persalinan mulai, asal kehamilannya benar-benar lebih dari 37 minggu.

Apabila terjadi ruptura uteri, tindakan yang terbaik ialah laparotow.

Janin dikeluarkan dahulu dengan atau tanpa pembukaan uterus (hal

terakhir ini jika janin sudah tidak dalam uterus lagi), kemudian

dilakukan histerektomi, janin dilahirkan pervaginam, kecuali jika janin

masih terdapat seluruhnya dalam uterus dengan kepala sudah turun

jauh dalam jalan lahir dan ada keragu-raguan terhadap diagnosa uteri.

Dalam hal ini setelah janin dilahirkan, perlu diperiksa dengan satu

tangan dalam uterus apakah ada ruptura uteri. Pada umumnya pola

ruptura uteri tidak dilakukan penjahitan luka dalam usaha untuk

mempertahankan uterus. Hanya dalam keadaan yang sangat istimewa

hal itu dilakukan dua syarat dalam hal ini harus dipenuhi, yakni pinggir

luka harus rata seperti pada ruptura parut bekas seksio sesarea, dan

tidak ada tanda-tanda infeksi. Pengobatan untuk menangani syok dan

infeksi sangat penting dalam penanganan penderita dengan ruptura

uteri.