Penggolongan Obat ANTI
-
Upload
yovano-tiwow -
Category
Documents
-
view
40 -
download
2
description
Transcript of Penggolongan Obat ANTI
NAMA : YOVANO A. TIWOW
NIM : 2011 32 019
Penggolongan Obat ANTI VIRUS
Klasifikasi penggolongan obatantvirus adalah :
1. Antinonretovirus
- Antivirus untuk herpers
- Antivirus untuk influenza
- Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
- Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NRTI)
- Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NtRTI)
- NNRTI (non neokleoside reverse transcriptase inhibitor)
- Protease inhibitor (PI)
- Viral entry inhibitor.
GOLONGAN OBAT ANTI NONRETROVIRUS
1. ANTIVIRUS UNTUK HERPES
Virus hervers dihubungkan dengan spectrum luas penyakit-penyakit, yaitu bisul dingin,
essence valitis, dan infeksi genital, yang terakhir merupakan bahaya untuk bayi baru lahir
selama persalinan. Obat-obat yang efektif terhadap virus ini bekerja selama fase akut infeksi
virus dan tidak memberikan efek pada fase laten. Kecuali foskarnet, obat-obat tersebut adalah
analokpurin atau pirimidin yang menghambat sintesis virus DNA.
A. Asiklovir (Acifar, clinofir, clopres, herax, danovir, herpiclof, licovir, molavir, palovir, quavir,
scanovir, temiral, viralis, vircovir, vireth, virules, zoter, zovirax, zyrolax)
Asiklovir merupakan obat antivirus yang paling banyak digunakan karena efektif terhadap
virus hervers.
Mekanisme kerja : Asiklovir, suatu analog guanosin yang tidak mempunyai gugs glukosa,
mengalami monofosforilasi dalam sel oleh enzim yang di kode hervers virus, timidin kinase.
Karena itu, sel-sel yang di infeksi virus sangat rentan. Analok monofofat diubah ke bentuk di-
dan trifosfat oleh sel pejamu. Trifosfat asiklovir berpacu dengan deoksiguanosin trifosfat
(dGTP) sebagai suatu subsrat untuk DNA polymerase dan masuk ke dalam DNA virus yang
menyebabkan terminasi rantai DNA yang premature. Ikatan yan irrevelsibel dari template
primer yang mengandung aseklopir ke DNA polymerase melumpuhkan enzim. Zat ini kurang
efektif terhadap enzim penjamu.
Indikasi : infeksi HSV-1 dan HSV-2 baik local maupun sistemik (termasuk keratitis herpetic,
herpetic ensefalitis, herpes genitalia, herpes neonatal, dan herpes labialis.) dan infeksi
VZV(varisela dan herpes zoster). Karena kepekaan asiklovir terhadap VZV kurang
dibandingkan dengan HSV, dosis yang diperlukan untuk terapi kasus varisela dan zoster lebih
tinggi daripada terapi infeksi HSV.
4. Dosis : untuk herpes genital : 5Xsehari 200mg tablet, sedangkan untuk herpes zoster ialah
4x400mg sehari.penggunaan topical untuk keratitis herpetic adalah dalam bentuk krim
ophthalmic 3% dank rim 5% untuk herpes labialis. Untuk herpes ensefalitis, HSV berat lain
nya dan infeksi VZV digunakan asiklovir intravena 30mg/kgBB perhari.
B. Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus hidroksimetil
padaposisi 3’ rantai samping asikliknya.metabolisme dan mekanisme kerjanya sama dengan
asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada gansiklovir terdapat karbon 3’ dengan gugus
hidroksil, sehingga masih memunginkan adanya perpanjangan primer dengan template jadi
gansiklovir bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asklovir.
Mekanisme kerja : Gansiklovir diubah menjadi ansiklovir monofosfat oleh enzim
fospotranverase yang dihasilkan oleh sel yang terinveksi
sitomegalovirus.gansiklovirmonofospat merupakan sitrat fospotranverase yang lebih baik
dibandingkan dengan asiklovir. Aktu paruh eliminasi gangsiklovir ktrifospat sedikitnya 12
jam, sedangkan asiklovir hanya 1-2 jam.perbedaan inilah yang menjelaskan mengapa
gansiklovi lebih superior dibandingkan dengan asiklovir untuk terapi penyakit yang
disebabkan oleh sitomegalovirus.
Indikasi : Infeksi CMV, terutama CMV retinitis pada pasien immunocompromised ( misalnya
: AIDS ), baik untuk terapi atau pencegahan.
Sediaan dan Dosis : Untuk induksi diberikan IV 10 mg/kg per hari ( 2 X 5 mg/kg, setiap 12
jam) selama 14-21 hari,dilanjutkan dengan pemberian maintenance peroral 3000mg per hari (
3 X sehari 4 kapsul @ 250 mg ). Inplantsi intraocular ( intravitreal ) 4,5 mg gnsiklovir
sebagai terapi local CMV retinitis.
C. Famsiklovir
Suatu analog asiklik dari 2’ deoksiguanosin, merupakan prodruk yang dimetabolisme
menjadi siklovir aktif. Spectrum antivirus sama dengan gansiklovir tetapi wakyu ini disetujui
hanya untuk pengobatan herpes zoster akut. Obat efektif peroral.
Efek samping termasuk sakit kepala dan mual.penelitian pada hewan percobaan menujukan
peningkatan terjadinya adenokarsinoma mamae dan toksisitas testicular.
D. Foskarnet
Tidak seperti kebanyakan obat antivirus lainnya, foskarnet bukan analog purin atau pirimidin,
obat ini adalah fosfonoformat, suatu derivate pirofosfat. Meskipun aktivitas antivirus in vitro
cukup luas, disetujui hanya sebagai pengobatan retinitis sitomegalic pada pasien penderita
HIV dengan tanggap imun yang lemah terytama jika infeksi tersebut resisiten terhadap
gansiklovir. Foskarnet bekerja dengan menghamabat polimerese DNA & RNA secara
reversible, yang mengakhiri elongasi rantai.
Mutasi struktur polymerase menyebabkan resistensi virus. Foskarnet sukar diabsorpsi peroral
harus disuntikan intravena, dan perlu diberikan berulang untuk menghindari relaps jika
kadarnya turun. Tersebat merata di seluruh tubuh. Lebih dari 10% masuk matriks tulang yang
secara lambat dilepaskan. Obat asli dikeluarkan oleh glamerolus dan sekresi tubular masuk
urine.
Efek samping termasuk nefrotoksisitas,anemia,mual dan demam. Karena kelasi dengan
kation divalent, hipokalsemia,hipomagnesemia juga terjadi selain itu
hipokalemia,hipofospatemia,kejang, dan aretmia juga pernah dilaporkan.
E. Trifluridin
Trifluridin telah menggantikan obat terdahulu, idoksuridin, pada pengobatan topical
keratokonjungtivitis yang disebabkan virus herpes simpleks. Seperti idoksuridin, analog
pirimidin ini masuk dalam DNA virus dan menghentikan fungsinya.
2. ANTIVIRUS UNTUK INFLUENZA
Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk influenza tipe A & B,
virus sinsitial pernapasan (RSV).
A. Amantadin dan Rimantadin
Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi keduanya terbatas
hanya pada influenza A saja.
Mekanisme kerja : Amanatadin dan rimantadin merupakan antivirus yang bekerja pada
protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi oleh pH. Kanal M2
merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses uncoating. Hal ini menyebabkan
destabilisasi ikatan protein serta proses transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks
kanal ion M2 mengatur pH kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi.
Indikasi : Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A ( Amantadin juga diindikasi
untuk terapi penyakit Parkinson ).
Dosis : Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup untuk penggunaan
oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2 x 100 mg kapsul ). Rimantadin
diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x sehari 150 mg tablet ). Dosis amantadin harus
diturunkan pada pasien dengan insufisiensi renal, namun rimantadin hanya perlu diturunkan
pada pasien dengan klirens kreatinin ≤ 10 ml/menit.
B. Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )
Merupakan obat amtivirus dengan mekanisme kerja yang sam terhadap virus influenza A
dan B. Keduanya merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu analog asam N-asetilneuraminat
( reseptor permukaan sel virus influenza ), dan disain struktur keduanya didasarkan pada
struktur neuraminidase virion.
Mekanisme kerja : Asam N-asetilneuraminat merupakan komponen mukoprotein pada
sekresi respirasi, virus berikatan pada mucus, namun yang menyebabkan penetrasi virus ke
permukaan sel adalah aktivitas enzim neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase
mencegah terjadinya infeksi. Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang optimaldari
sel yang terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan intensitas infeksi. Hambatan
neuraminidase menurunkan kemungkinan berkembangnya influenza dan menurunkan tingkat
keparahan, jika penyakitnya berkembang.
Indikasi : Terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B.
Dosis : Zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari ( 2 x 5 mg, setiap 12
jam )selama 5 hari. Oseltamivir diberikan per oral dengan dosis 150 mg per hari ( 2 x 75 mg
kapsul, setiap 12 jam ) selama 15 hari. Terapi dengan zanamivir /oseltamivir dapat diberikan
seawal mungkin, dalam waktu 48 jam, setelah onset gejala.
C. Ribavirin
Ribavirin merupakan analog sintetik guanosin, efektif terhadap virus RNA dan DNA.
Mekanisme kerja : Ribavirin merupakan analog guanosin yang cincin purinnya tidak lengkap.
Setelah mengalami fosforilasi intrasel , ribavirin trifosfat mengganggu tahap awal transkripsi
virus, seperti proses capping dan elongasi mRNA serta menghambat sintesis
ribonukleoprotein.
Spektrum aktivitas : Virus DNA dan RNA, khusunya orthomyxovirus ( influenza A dan B ),
para myxovirus ( cacar air, respiratory syncytialvirus (RSV)
Indikasi : Terapi infeksi RSV pada bayi dengan resiko tinggi. Ribavirin digunakan dalam
kombinasi dengan interferon-α/ pegylated interferon – α untuk terapi infeksi hepatitis C.
Dosis : Per oral dalam dosis 800-1200 mg per hari untuk terapi infeksi HCV/ dalam bentuk
aerosol ( larutan 20 mg/ml ).
3. ANTIVIRUS UNTUK HBV DAN HCV
A. Lamivudin (HEPLAV)
Mekanisme kerja : Merupakan L-enantiomer analog deoksisitidin. Lamivudin dimetabolisme
di hepatositmenjadi bentuk triposfat yang aktif. Lamivudin bekerja dengan cara
menghentikan sintesis DNA, secara kompetitif menghambat polymerase virus. Lamivudin
tidak hanya aktif terhadao HBV wild-type saja, namun juga terhadap varian precorel core
promoter dan dapat mengatasi hiperresponsivitas sel T sitotoksik pada pasien yang terinfeksi
kronik.
Indikasi : Infeksi HBV ( wild-type dan precore variants).
Dosis : Per oral 100 mg per hari ( dewasa ), untuk anak-anak 1mg/kg yang bila perlu
ditingkatkan hingga 100mg/hari. Lama terapi yang dianjurkanadalah 1 tahun pada pasien
HBeAg (-) dan lebih dari 1 tahun pada pasien yang HBe(+).
B. Adefovir
Mekanisme kerja dan resistensi : adefovir merupakan analog nukleotida asiklik. Adefovir
telah memiliki satu gugus fosfat dan hanya membutuhkan satu langkah fosforilasi saja
sebelum obat menjadi aktif. Adefovir merupakan penghambat replikasi HBV sangat kuat
yang bekerja tidak hanya sebagai DNA chain terminator, namun juga meningkatkan aktivitas
sel NK dan menginduksi produksi interferon endogen.
Spektrum aktivitas : HBV, HIV, dan retrovirus lain. Adefovir juga aktif terhadap virus
herpes.
Indikasi : Adefovir terbukti efektif dalam terapi infeksi HBV yang resisten terhadap
lamivudin.
Dosis : Per oral dosis tinggal 10 mg per hari.
C. Entekavir
Mekanisme kerja dan resistensi : Entekavir merupakan analog deoksiguanosin yang memiliki
aktivitas anti-hepadnavirus yang kuat. Entekavir mengalami fosforilasi menjadi bentuk
trifosfat yang aktif, yang berperan sebagai kompetitorsubstrat natural (deoksiguanosin
trifosfat) serta menghambat HBV polymerase.
Spektrum aktivitas : Entekavir aktif terhadap CMV, HSV1 dan 2 serta HBV.
Indikasi : Infeksi HBV.
Dosis : Per oral 0,5 mg/hari dalam keadaan perut kosong, pada pasien yang gagal terapi
dengan lamivudin, pemberian entekavir ditingkatkan hingga 1 mg/hari.
D. Interferon
Merupakan glikoprotein yang terjadi alamiah jika ada perangsangan dan menggangugu
kemampuan virus menginfeksi sel. Meskipun interferon menghambat pertumbuhan berbagai
virus in vitro, aktivitas in vivo pada virus mengecewakan. Pada waktu ini, interferon
disintesis dengan teknologi DNA rekombinan. Setidaknya terdapat 3 jenis interferon; alfa,
beta, gama. Satu dari 15 jenis α-interferon, α-2b telah disetujui untuk pengobatan hepatitis B
dan C. Dan terhadap kanker seperti leukemia sel berambutdan sarcoma Kaposi.
Mekanisme kerja antivirus belum diketahui seluruhnya tetapi menyangkut induksi enzim sel
pejamu yang menghambat translasi RNA virus dan akhirnya menyebabkan degadrasi mRNA
dan tRNA virus. Interferon diberikan i.v dan masuk ke cairan sum-sum tulang
Efek samping : demam, alergi, depresi sum-sum tulang, gangguan kardiovaskular seperti
gagal jantung kongestif dan reaksi hipersensitif akut, gagal hati infiltrasi paru jarang.
GOLONGAN OBAT ANTIRETROVIRUS
1. NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NRTI )
Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral sebelum
bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini bekerja pada tahap awal
replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat terjadinya infeksi akut sel yang rentan,
tapi hanya sedikit berefek pada sel yang telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua
obat golongan NRTI harus mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang
termasuk komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan
steatosis.
A. Zidovudin
Mekanisme kerja : target zidovudin adalah enzim reverse transcriptase (RT) HIV. Zidovudin
bekerja dengan cara menghambat enzim reverse transcriptase virus, setelah gugus
asidotimidin (AZT) pada zidovudin mengalami fosforilasi. Gugus AZT 5’- mono fosfat akan
bergabung pada ujung 3’ rantai DNA virus dan menghambat reaksi reverse transcriptase.
Spektrum aktivitas : HIV(1&2)
indikasi : infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya(seperti lamivudin dan
abakafir)
Dosis : Zidovudin tersedia dalam bentuk kapsul 100 mg, tablet 300 mg dan sirup 5 mg /5ml
disi peroral 600 mg / hari
B. Didanosin
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
Indikasi : Infeksi HIV, terutama infeksi HIV tingkat lanjut, dalam kombinasi anti HIV
lainnya.
Dosis : tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosis tunngal atau terbagi.
C. Zalsitabin
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan
rantai DNA virus.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
Indikasi : Infeksi HIV, terutama pada pasien HIV dewasa tingkat lanjut yang tidak responsive
terhadap zidovudin dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (bukan zidanudin).
Dosis : Diberikan peroral 2,25 mg / hari(1 tablet 0,75 mg tiap 8 jam)
D. Stavudin
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukkan
rantai DNA virus.
Spektrum aktivitas : HIV tipe 1 dan 2
Indikasi : Infeksi HIV terutama HIV tingkat lanjut, dikombinasikan dengan antiHIV lainnya.
Dosis : Per oral 80 mg/hari (1 kapsul 40 mg, setiap 12 jam).
E. Lamivudin
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
Spektrum aktivitas : HIV ( tipe 1 dan 2 ) dan HBV.
Indikasi : Infeksi HIV dan HBV, untuk infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV
lainnya (seperti zidovudin,abakavir).
Dosis : Per oral 300 mg/ hari ( 1 tablet 150 mg, 2x sehari atau 1 tablet 300 mg 1x sehari ).
Untuk terapi HIV lamivudin, dapat dikombinasikan dengan zidovudin atau abakavir.
F. Emtrisitabin
Mekanisme kerja : Merupakan derivate 5-fluorinatedlamivudin. Obat ini diubah kebentuk
triposfat oleh ensim selular. Mekanisme kerja selanjutnya sama dengan lamivudin.
Indikasi : Infeksi HIV dan HBV.
Dosis : Per oral 1x sehari 200 mg kapsul.
G. Abakavir
Mekanisme kerja : bekerja pada HIV RT dengan cara menghentikan pembentukan rantai
DNA virus
Indikasi : Infeksi HIV.
Dosis : Per oral 600mg / hari ( 2 tablet 300 mg ).
2.NUCLEOTIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR ( NtRTI )
Tenofovir disoproksil fumarat merupakan nukleutida reverse transcriptase inhibitor pertama
yang ada untuk terapi infeksi HIV-1. Obat ini digunakan dalam kombinasi dengan obat anti
retrovirus lainnya. Tidak seperti NRTI yang harus melalui tiga tahap fosforilase intraselular
untuk menjadi bentuk aktif, NtRTi hanya membutuhkan dua tahap fosforilase saja.
Diharapkan berkurangnya satu tahap fosforilase obat dapat bekerja lebih cepat dan
konversinya menjadi bentuk aktif lebih sempurna.
Tenofovir Disoproksil
Mekanisme kerja : Bekerja pada HIV RT ( dan HBV RT ) dengan cara menghentikan
pembentukan rantai DNA virus.
Spektrum aktivitas : HIV ( tipe 1 dan 2 ), serta berbagai retrovirus lainnya dan HBV.
Indikasi : Infeksi HIV dalam kombinasi dengan evafirens, tidak boleh dikombinasi dengan
lamifudin dan abakafir.
Dosis : Per oral sehari 300 mg tablet.
3. NON- NUCLEOSIDE REVERSE TRANSCRIPTASE INHIBITOR (NNRTI)
Merupakan kelas obat yang menghambat aktivitas enzim revers transcriptase dengan cara
berikatan ditempat yang dekat dengan tempat aktif enzim dan menginduksi perubahan
konformasi pada situs akif ini. Semuasenyawa NNRTI dimetabolisme oleh sitokrom P450
sehingga cendrung untuk berinteraksi dengan obat lain.
A. Nevirapin
Mekanisme kerja : Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract HIV-1 RT.
Spektrum aktivitas : HIV ( tipe 1 ).
Indikasi : Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV,lainnya terutama NRTI.
Dosis : Per oral 200mg /hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200mg per hari ), kemudian
400mg / hari ( 2 x 200 mg tablet ).
B. Delavirdin
Mekanisme kerja : Sama dengan devirapin.
Spektrum aktivitas : HIV tipe 1.
Indikasi : Infeksi HIV-1, dikombinasi dengan anti HIV lainnya terutama NRTI.
Dosis : Per oral 1200mg / hari ( 2 tablet 200mg 3 x sehari ) dan tersedia dalam bentuk tablet
100mg.
C.Efavirenz
Mekanisme kerja : Sama dengan neviravin
Spektrum aktivitas : HIV 1
Indikasi : Infeksi HIV- 1, dalam kombinasi dengan antiHIV lainnya terutama NRTI dan
NtRTI.
Dosis : Peroral 600mg/hari (1Xsehari tablet 600mg), sebaiknya sebelum tidur untuk
mengurangi efek samping SSP nya.
4.PROTEASE INHIBITOR ( PI )
Semua PI bekerja dengan cara berikatan secara reversible dengan situs aktif HIV –
protease.HIV-protease sangat penting untuk infektivitas virus dan penglepasan poliprotein
virus. Hal ini menyebabkan terhambatnya penglepasan polipeptida prekusor virus oleh enzim
protease sehingga dapat menghambat maturasi virus, maka sel akan menghasilkan partikel
virus yang imatur dan tidak virulen.
A. Sakuinavir
Mekanisme kerja : Sakuinavir bekerja pada tahap transisi merupakan HIV protease
peptidomimetic inhibitor.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2)
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lain ( NRTI dan beberapa PI
seperti ritonavir).
Dosis : Per oral 3600mg / hari (6 kapsul 200mg soft kapsul 3 X sehari ) atau 1800mg / hari
(3 hard gel capsule 3 X sehari), diberikan bersama dengan makanan atau sampai dengan 2
jam setelah makan lengkap.
B. Ritonavir
Mekanisme kerja : Sama dengan sakuinavir.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2 )
Indikasi :Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya (NRTI dan PI seperti
sakuinavir ).
5. Dosis : Per oral 1200mg / hari (6 kapsul 100mg, 2 X sehari bersama dengan makanan )
C. Indinavir
Mekanisme kerja :Sama dengan sakuinavir.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2 )
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainya seperti NRTI.
Dosis : Peroral 2400mg / hari (2 kapsul 400mg setiap 8jam, dimakan dalam keadaan perut
kosong, ditambah dengan hidrasi(sedikitnya 1.5L air / hari). Obat ini tersedia dalam kapsul
100,200, 333,dan 400mg.
D. Nelfinavir
Mekanisme kerja : Sama dengan sakuinavir.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2 )
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainya seperti NRTI.
Dosis : Per oral 2250 mg / hari (3 tablet 250mg 3 X sehari) atau 2500mg / hari (5 tablet
250mg 2 X sehari )bersama dengan makanan.
E. Amprenavir
Mekanisme kerja : Sama dengan sakuinavir.
Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2 )
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis : Per oral 2400mg/ hari (8kapsul 150 mg 2 X sehari, diberikan bersama atau tanpa
makanan, tapi tidak boleh bersama dengan makanan.
F. Lopinavir
Mekanisme kerja : Sama dengan sakuanavir.
Spektrum aktivitas : HIV (tipe 1dan 2)
Indikasi : Infeksi HIV dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis : Per oral 1000mg / hari(3kapsul 166.6mg 2 X sehari, setiap kapsul mengandung
133.3mg lopinavir + 33.3mg ritonavir), diberikan bersamaan dengan makanan.
G. Atazanavir
Mekanisme Kerja : Sama dengan sakuinavir.
Spectrum Aktivitas : HIV tipe 1 dan 2.
Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan HIV lainnya seperti NRTI.
Dosis : Per oral 400 mg per hari (sekali sehari 2 kapsul 200 mg), diberikan bersama dengan
makanan.
5.VIRAL ENTRY INHIBITOR
Enfuvirtid merupakan obat pertama yang masuk ke dalam golongan VIRAL ENTRY
INHIBITOR. Obat ini bekarja dengan cara menghambat fusi virus ke sel. Selain enfuvitid ;
bisiklam saat ini sedang berada dalam study klinis. Obat ini bekerrja dengan cara
menghambat masukan HIV ke sel melalui reseptor CXCR4.
Enfurtid
Mekanisme kerja : Menghambat masuknya HIV-1 ke dalam sel dengan cara menghanbat fusi
virus ke membrane sel.
Indikasi :Terapi infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan antiHIV-lainnya.
Dosis : Enfurtid 90 mg (1ml) 2 kali ssehari diinjeksikan subkutan dengan lengan atas bagian
paha enterior atau abdomen.
OBAT ANTI RABIES : Verorab inj
DAFTAR PUSTAKA
- Farmakologi dan terapi ed.5 FKUI 2007 jakarta.
- Drs.Tan Hoan Tjay dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting ed. 6 depkes RI.
Jakarta.
- Mary J. Mycek, Ph.D. dkk. 1995. Ed. 2. Farmakologi Ulasan bergambar. Jakarta.