PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...

13
*Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang **Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA di KELAS VII-A SMP KATOLIK FRATERAN CELAKET 21 MALANG Yunita Selviana Tany*, Tri Hapsari Utami** Universitas Negeri Malang Email : [email protected]*, [email protected]** Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan penerapan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan hasil belajar di SMP Katolik Frateran Celaket 21 Malang. Proses pelaksanaan pembelajaran melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) orientasi siswa dalam menghadapi masalah, guru menetapkan suatu tindakan untuk mengurangi rasa ramai siswa ini. Selain, guru menegaskan kepada siswa untuk tidak membicarakan hal lain selain materi yang yang dibahas, guru juga menggunakan sistem pengurangan nilai kepada siswa yang ramai di kelas agar siswa merasa termotivasi untuk belajar, (2) pengorganisasian siswa dalam melakukan pengamatan atau studi, dengan adanya ketua kelompok dapat membantu dalam pengorganisasian siswa dalam kelompok (3) siswa melakukan penelahan dan investigasi, pada kegiatan kerja kelompok, guru ikut terjun dalam langsung (berkeliling) dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya untuk membimbing dengan cara memberi pertanyaan pancingan agar mereka mau memberikan pendapatnya. Untuk mendukung proses belajar di kelas, guru juga memberikan nilai tambahan jika ada siswa yang berani bertanya. (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, didukung guru dengan memberikan penghargaan bagi kelompok yang mau presentasi dan menjawab dengan benar. dan (5) melakukan analisa dan proses evaluasi terhadap pemecahan masalah, ketika ada penjelasan yang tidak dimengerti siswa dipersilahkan untuk bertanya, baik kepada teman yang lain atau guru. Sebagai tambahan motivasi untuk siswa, jika ada siswa yang bertanya maka akan mendapat tambahan nilai. Kata Kunci : Penerapan Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar Hudojo (2005) mengatakan peningkatan hasil belajar siswa tentunya tidak terlepas dari pengalaman belajar yang dialami oleh siswa sebagai suatu proses belajar. Proses belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan yang melibatkan pendidik dan para siswa di intitusi pendidikan yang melibatkan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Proses belajar akan berjalan sebagaimana mestinya jika siswa ikut aktif dalam belajar. Pemilihan pengalaman belajar mengarah pada bagaimana mengaktifkan siswa dalam mempelajari materi matematika. Pemilihan pengalaman belajar bagi siswa merupakan salah satu tugas guru sebagai fasilitator yang bertugas menyediakan lingkungan belajar bagi siswa. Ketidaksesuaian metode yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran akan berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini terjadi di sekolah-sekolah, salah satunya SMP Katolik Frateran Celaket 21 Malang, dari data perolehan nilai yang diberikan oleh salah seorang guru bidang studi matematika memperlihatkan bahwa persentase ketuntasan siswa hampir di setiap kelas kurang dari 70%. Data menunjukkan bahwa kelas VII-A yang terdiri dari 45 siswa, sekitar 64% (29 siswa dari 45 siswa) sudah tuntas belajar dengan nilai minimum 75 sedangkan 36% (16 siswa dari 45 siswa) sisanya tidak tuntas belajar.

Transcript of PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)...

*Mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

**Dosen Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

di KELAS VII-A SMP KATOLIK FRATERAN CELAKET 21 MALANG

Yunita Selviana Tany*, Tri Hapsari Utami**

Universitas Negeri Malang

Email : [email protected]*, [email protected]**

Abstrak: Penelitian ini mendeskripsikan penerapan pembelajaran dengan

pendekatan Problem Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan hasil

belajar di SMP Katolik Frateran Celaket 21 Malang. Proses pelaksanaan

pembelajaran melalui beberapa tahapan, yaitu: (1) orientasi siswa dalam menghadapi masalah, guru menetapkan suatu tindakan untuk mengurangi rasa

ramai siswa ini. Selain, guru menegaskan kepada siswa untuk tidak

membicarakan hal lain selain materi yang yang dibahas, guru juga menggunakan

sistem pengurangan nilai kepada siswa yang ramai di kelas agar siswa merasa

termotivasi untuk belajar, (2) pengorganisasian siswa dalam melakukan

pengamatan atau studi, dengan adanya ketua kelompok dapat membantu dalam

pengorganisasian siswa dalam kelompok (3) siswa melakukan penelahan dan

investigasi, pada kegiatan kerja kelompok, guru ikut terjun dalam langsung

(berkeliling) dari kelompok satu ke kelompok yang lainnya untuk membimbing

dengan cara memberi pertanyaan pancingan agar mereka mau memberikan

pendapatnya. Untuk mendukung proses belajar di kelas, guru juga memberikan

nilai tambahan jika ada siswa yang berani bertanya. (4) mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya, didukung guru dengan memberikan penghargaan

bagi kelompok yang mau presentasi dan menjawab dengan benar. dan (5)

melakukan analisa dan proses evaluasi terhadap pemecahan masalah, ketika ada

penjelasan yang tidak dimengerti siswa dipersilahkan untuk bertanya, baik

kepada teman yang lain atau guru. Sebagai tambahan motivasi untuk siswa, jika

ada siswa yang bertanya maka akan mendapat tambahan nilai.

Kata Kunci : Penerapan Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar

Hudojo (2005) mengatakan peningkatan hasil belajar siswa tentunya

tidak terlepas dari pengalaman belajar yang dialami oleh siswa sebagai suatu

proses belajar. Proses belajar adalah suatu proses mendapatkan pengetahuan yang

melibatkan pendidik dan para siswa di intitusi pendidikan yang melibatkan aspek

kognitif, psikomotorik, dan afektif. Proses belajar akan berjalan sebagaimana

mestinya jika siswa ikut aktif dalam belajar. Pemilihan pengalaman belajar

mengarah pada bagaimana mengaktifkan siswa dalam mempelajari materi

matematika.

Pemilihan pengalaman belajar bagi siswa merupakan salah satu tugas

guru sebagai fasilitator yang bertugas menyediakan lingkungan belajar bagi siswa.

Ketidaksesuaian metode yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran akan

berdampak pada hasil belajar siswa. Hal ini terjadi di sekolah-sekolah, salah

satunya SMP Katolik Frateran Celaket 21 Malang, dari data perolehan nilai yang

diberikan oleh salah seorang guru bidang studi matematika memperlihatkan

bahwa persentase ketuntasan siswa hampir di setiap kelas kurang dari 70%. Data

menunjukkan bahwa kelas VII-A yang terdiri dari 45 siswa, sekitar 64% (29 siswa

dari 45 siswa) sudah tuntas belajar dengan nilai minimum 75 sedangkan 36% (16

siswa dari 45 siswa) sisanya tidak tuntas belajar.

Semiawan, 1985 (dalam Syadzili,dkk: 2012 ), pengembangan pendekatan

keterampilan proses merupakan salah satu upaya yang penting untuk memperoleh

keberhasilan belajar yang optimal. Keberhasilan pembelajaran dalam arti

tercapainya standar kompetensi, sangat bergantung pada kemampuan guru

mengolah pembelajaran yang dapat menciptakan situasi yang memungkinkan

siswa belajar sehingga merupakan titik awal berhasilnya pembelajaran. Untuk

mencapai tujuan pembelajaran tersebut, banyak teori dan hasil penelitian para ahli

pendidikan yang menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran akan berhasil bila

siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu pendekatan

pembelajaran yang mengakomodasi pembelajaran aktif adalah pembelajaran

dengan pemberian tugas secara berkelompok. Problem Based Learning (PBL)

pada dasarnya merupakan pengembangan lebih lanjut dari pembelajaran

kelompok. Menurut Saryantono (2013), Problem Based Learning (PBL)

dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar efektif, perilaku

kerjasama dan menghargai keanekaragaman di masyarakat. Dalam pembelajaran,

guru harus dapat menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang

memiliki ciri demokrasi dan proses ilmiah. Problem Based Learning (PBL)

merupakan jawaban terhadap praktik pembelajaran kompetensi serta merespon

perkembangan dinamika sosial masyarakat. Dengan demikian, pendekatan

Problem Based Learning (PBL) memiliki karakteristik yang khas yaitu

menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks belajar bagi siswa untuk

belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif

untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi dengan situasi

berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar.

Menurut Santyasa (dalam Ghofur: 2013), Problem Based Learning (PBL)

merupakan suatu strategi atau pendekatan yang dirancang untuk membantu proses

belajar sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat pada pola pemecahan

masalah yakni mulai dari analisis, rencana, pemecahan, dan penilaian yang

melekat pada setiap tahap. Problem Based Learning (PBL) tidak disusun untuk

membantu guru dalam menyampaikan banyak informasi tetapi guru sebagai

penyaji masalah, pengaju pertanyaan, dan fasilitator.

Menurut Dasna (2007), PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran

karena: (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar

memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang

dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya

belajar tersebut ada pada konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin

bermakna dan dapat diperluas ketika siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi

di mana konsep diterapkan; (2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan

pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam

konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan

nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep

atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan

(3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif

siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat

mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Penelitian ini

berusaha mendeskripsikan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based

Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada penelitian ini

kehadiran peneliti sebagai instrumen utama. Peneliti sebagai perancang,

pelaksanaan, pengumpul data, penganalisis data, penafsir data sampai pelapor

hasil.

Siswa Kelas VII-A SMP Katolik Celaket 21 Malang sebagai sumber data

utama karena siswa tersebut yang akan melaksanakan proses dan juga

memperlihatkan perubahan yang terjadi akibat tindakan. Siswa Kelas VII-A SMP

Katolik Celaket 21 Malang, yang berjumlah 45 siswa yang terdiri atas 22 siswa

perempuan dan 23 siswa laki-laki. Peneliti sebagai guru juga berperan sebagai

sumber data utama. Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu data tentang

proses pembelajaran, data ini menjelaskan tentang pembelajaran dengan Problem

Based Learning (PBL) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara dan catatan

lapangan.

Data yang dianalisis adalah hasil belajar siswa. Adapun analisisnya

sebagai berikut:

Hasil belajar siswa

Pada penelitian ini, hasil belajar siswa dinilai melalui tes. Tes tersebut

dilakukan diakhir setiap siklus. Terdapat dua kategori hasil tes siswa tersebut :

1) Ketuntasan Individual merupakan penilaian yang dilihat dari masing –masing

individu. Hasil tes siswa secara individu dihitung menggunakan rumus

berikut :

Nilai = Total skor jawaban benar

Skor seluruh soal × 100

Bila hasil tes siswa mencapai 75 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal, maka

siswa dikatakan tuntas.

2) Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan klasikal merupakan penilaian yang dilihat dari jumlah siswa

yang ada pada suatu kelas. Ketuntasan klasikal dihitung menggunakan rumus

berikut :

κ = Total siswa yang mendapat nilai ≥ 75

Total seluruh siswa × 100 %

Keterangan : 𝜅 adalah persentase ketuntasan klasikal minimal

HASIL

SIKLUS I

Perencanaan

Pada tahap perencanaan, peneliti berdiskusi dengan guru mata pelajaran

matematika mengenai kegiatan yang akan dilakukan, menyusun RPP

pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL), Menyusun dan

merumuskan rancangan tindakan yang meliputi RPP dan perangkat pembelajaran

lainnya, soal tes akhir yang akan divalidasi oleh dosen ahli, instrumen penelitian

(lembar observasi, pedoman wawancara dan catatan lapangan).

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,

yaitu pada tanggal 11 April, dan 15 april 2013. Pelaksanaan pembelajaran dalam

setiap pertemuan disesuaikan dengan RPP pembelajaran dengan Problem Based

Learning (PBL). Pada pelaksanaannya, peneliti bertindak sebagai guru dengan

dibantu oleh 2 observer, yaitu 1 guru mata pelajaran matematika dan 1 teman

sejawat.

Observasi Hasil belajar siswa

Tes akhir siklus 1 diadakan pada hari Senin,15 April 2013 dikerjakan

dalam waktu 35 menit. Berikut hasil ketuntasan materi berdasarkan hasil tes 1. Tabel 1. Hasil Ketuntasan Materi Berdasarkan Nilai Tes 1

Nilai Tes I Banyak Siswa

Siswa yang tuntas (y ≥ 75) 31

Siswa yang belum tuntas (y < 75) 14

Ket. : y ≡ Nilai Tes I

Dari tabel 1, presentase ketuntasan siswa kelas VII-A dalam mengerjakan

tes 1 adalah 68,89 % dengan nilai rata-rata kelas 𝟕𝟑,𝟖. Persentase ini

menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai KKM kurang dari 75%,

sehingga pelaksanaan pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL) pada

siklus I dikatakan kurang berhasil.

Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes I diketahui bahwa masih banyak

kendala yang dihadapi dalam siklus I antaranya: refleksi siklus I digunakan untuk

menentukan apakah siklus I sudah berhasil atau belum sehingga dapat menjadi

acuan dalam siklus berikutnya. Berdasarkan paparan data yang diperoleh dari

hasil siklus I diketahui bahwa penerapan PBL dapat mendukung pembelajaran

matematika di sekolah. Walaupun demikian, faktanya siklus I dalam penelitian ini

belum memililiki kriteria keberhasilan yang diharapkan yaitu 𝟕𝟓% dari total

keseluruhan siswa.

SIKLUS II

Perencanaan

Tindakan siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Materi yang

dibahas sama dengan materi pada siklus I yaitu mengenai Luas dan keliling

segiempat. Tindakan yang direncanakan, yaitu menyusun RPP pembelajaran

dengan Problem Based Learning (PBL), Menyusun dan merumuskan rancangan

tindakan yang meliputi RPP dan perangkat pembelajaran lainnya, soal tes akhir

yangakan divalidasi oleh dosen ahli, instrumen penelitian (lembar observasi,

pedoman wawancara dan catatan lapangan).

Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan,

yaitu pada hari Selasa, tanggal 18 dan 29 April 2013. Pelaksanaan pembelajaran

dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan RPP yang menggunakan

pembelajaran dengan Problem Based Learning (PBL). Pada pelaksanaannya,

peneliti bertindak sebagai guru dengan dibantu oleh 2 observer, yaitu 1 guru mata

pelajaran matematika dan 1 teman sejawat.

Observasi Hasil Belajar Siswa

Tes akhir siklus II diadakan pada hari Senin, 29 April 2013 dikerjakan

dalam waktu 35 menit. Berikut hasil ketuntasan materi berdasarkan hasil tes II. Tabel 2. Hasil Ketuntasan Materi Berdasarkan Nilai Tes II

Nilai Tes II Banyak Siswa

Siswa yang tuntas (y ≥ 75) 36

Siswa yang belum tuntas (y < 75) 9

Ket. : y ≡ Nilai Tes II

Dari tabel 2, presentase ketuntasan siswa kelas VII-A dalam

mengerjakan tes II adalah 80,00 % dengan nilai rata-rata kelas 76,58. Berdasarkan hasil observasi siklus II diketahui bahwa kegiatan

pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa tergolong baik dan sesuai

dengan RPP. Kegiatan siswa yang baik ini terlihat dari semua siswa telah lebih

aktif berdiskusi bersama kelompoknya tanpa banyak bimbingan dari guru dan

siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru atau siswa lain jika belum

memahami materi. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan Problem

Based Learning (PBL) di kelas yang mendukung pelaksanaan pembelajaran

adalah yang digunakan pada siklus II.

Berikut adalah tabel Perbedaan Siklus I dan Siklus II berdasarkan tahapan

–tahapan PBL. Tabel 3. Perbedaan Siklus I dan Siklus II berdasarkan tahapan –tahapan PBL

Tahapan PBL Siklus I Siklus II

1. Orientasi Siswa Dalam

Menghadapi Masalah

Ketika beberapa siswa masih

ramai di dalam kelas saat kegiatan berlangsung

(membicarakan hal lain diluar

materi), guru hanya menegur siswa.

Guru menegaskan kepada siswa

untuk tidak membicarakan hal lain selain materi yang yang

dibahas dan menggunakan

sistem pengurangan nilai kepada siswa yang ramai di kelas agar

siswa sedikit merasa termotivasi

untuk belajar sehingga siswa

memperhatikan guru di depan kelas maupun LKS yang

diberikan guru.

2. Pengorganisasian Siswa Dalam Melakukan

Pengamatan Atau Studi

Ketika Pengorganisasian kelompok di kelas, guru hanya

membagi kelompok tanpa

memperhatikan waktu sehingga

banyak waktu yang terbuang.

Guru menyampaikan agar pada pertemuan selanjutnya agar

sebelum pelajaran di mulai

siswa sudah berkumpul dengan

kelompoknya masing –masing. agar dapat memaksimalkan

waktu belajar.

Tidak adanya ketua kelompok Adanya ketua kelompok

3. Siswa Melakukan Penelahan dan

Investigasi

Siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok, maupun

berdiskusi dalam pembelajaran

di kelas karena guru kurang menegaskan manfaat pentingnya

bekerja kelompok.

Selain itu, belum adanya sosialisasi tentang pembelajaran

dengan PBL.

Pada kegiatan kerja kelompok, guru selalu menekankan bahwa

penyelesaian LKS yang

diberikan harus diselesaikan secara berkelompok/berdiskusi.

Selain, itu selama proses kerja

kelompok berlangsung, guru ikut terjun dalam langsung

(berkeliling) dari kelompok satu

ke kelompok yang lainnya untuk

membimbing dengan cara

memberi pertanyaan pancingan

agar mereka mau memberikan pendapatnya.

Beberapa siswa yang kesulitan

masih malu bertanya pada guru. Sehingga mereka meminta

teman yang lain untuk

menanyakan hal yang sulit

tersebut pada guru. Guru hanya menjawab

pertanyaan siswa tanpa ada

usaha untuk membuat siswa yang malu tersebut untuk berani

bertanya.

Sebagai tambahan motivasi

untuk siswa, jika ada siswa yang bertanya maka akan mendapat

tambahan nilai

4. Mengembangkan dan

Mempresentasikan Hasil Karya

Siswa belum terbiasa

berpresentasi di depan kelas dan di depan teman –temannya.

Belum adanya pemberian

penghargaan atau sesuatu yang membuat siswa meningkatkan

keberaniannya untuk

berpresentasi di depan kelas.

Pada saat presentasi akan

dimulai, guru menawarkan kepada semua kelompok untuk

maju ke depan kelas. Kelompok

yang bersedia mempresentasikan hasil

kerjanya dan benar akan

diberikan penghargaan agar

siswa lebih semangat.

5. Melakukan Analisa dan

Proses Evaluasi

Terhadap Pemecahan Masalah

Beberapa siswa yang kesulitan

masih malu bertanya pada guru

atau pun menanggapi hasil pekerjaan temannya dalam

diskusi kelas. Sehingga mereka

meminta teman yang lain untuk

menanyakan hal yang sulit tersebut pada guru.

Guru hanya menjawab

pertanyaan siswa tanpa ada usaha untuk membuat siswa

yang malu tersebut untuk berani

bertanya ataupun menanggapi hasil pekerjaan temannya di

depan kelas.

Dari awal pembelajaran

(sebelum dilakukannya kerja

kelompok), guru menegaskan kepada siswa untuk bertanya

pada teman yang lain atau guru

ketika menemui kesulitan.

Sebagai tambahan motivasi untuk siswa, jika ada siswa yang

bertanya maka akan mendapat

tambahan nilai

PEMBAHASAN

Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

Penerapan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning

(PBL) mengalami hambatan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran

tersebut. Hai ini dikarenakan siswa masih merasa asing dengan pendekatan yang

diterapkan. Akan tetapi seiring berjalannya proses pembelajaran siswa mulai

beradaptasi sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

Masalah yang diberikan pada Problem Based Learning (PBL)

merupakan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata. Melalui permasalahan

yang diberikan, siswa akan berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga akan terdorong

untuk berpikir kritis dan menemukan informasi yang lebih banyak.

Pelaksanaan penelitian menerapkan Problem Based Learning (PBL) yang

terdiri dari 5 tahap menurut Arends (2007), yaitu sebagai berikut :

1. Orientasi Siswa Dalam Menghadapi Masalah

Pada tahapan ini, peneliti menjelaskan tentang materi yang dibahas,

kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, mengingat kembali materi –materi

yang berhubungan dengan materi yang sedang di bahas dengan melakukan tanya

jawab dengan siswa dan memberikan motivasi melalui masalah –masalah yang

ada di kehidupan sehari –hari yang berhubungan dengan materi pembelajaran

serta informasi bahwa kegiatan selanjutnya adalah berkelompok. Pada penelitian

ini, ketika guru menjelaskan masih banyak siswa yang gaduh sendiri dan sibuk

membicarakan hal lain diluar pelajaran. Pada siklus I, guru hanya menegur siswa

tanpa membuat siswa merasa termotivasi pada pembelajaran yang berlangsung.

Sedangkan pada siklus II, guru mulai menetapkan suatu tindakan untuk

mengurangi rasa gaduh siswa ini. Selain, guru menegaskan kepada siswa untuk

tidak membicarakan hal lain selain materi yang yang dibahas, guru juga

menggunakan sistem pengurangan nilai kepada siswa yang ramai di kelas agar

siswa sedikit merasa termotivasi untuk belajar sehingga siswa memperhatikan

guru di depan kelas maupun LKS yang diberikan guru.

2. Pengorganisasian Siswa Dalam Melakukan Pengamatan Atau Studi

Pada tahap ini, peneliti membagi siswa di kelas ke dalam 11 kelompok

yang beranggotakan 4 − 5 siswa. Setelah itu, siswa diharapkan berkumpul dengan

kelompoknya masing –masing, kemudian peneliti membagikan LKS untuk

didiskusikan dan diselesaikan secara berkelompok. Pada siklus I ketika

pengorganisasian kelompok di kelas, guru hanya membagi kelompok tanpa

memperhatikan waktu sehingga banyak waktu yang terbuang. Sedangkan pada

siklus II, agar memaksimalkan waktu guru menyampaikan agar pada pertemuan

selanjutnya agar sebelum pelajaran di mulai siswa sudah berkumpul dengan

kelompoknya masing –masing. Selain itu, dengan adanya ketua kelompok dapat

membantu dalam pengorganisasian siswa dalam kelompok.

3. Siswa melakukan penelahan dan investigasi

Pada tahap ini, peneliti membimbing siswa dalam mengerjakan LKS

dengan mendorong siswa untuk mengaitkan permasalahan yang dibahas dengan

pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Siswa diharapkan mengerjakan LKS

secara berkelompok sehingga tidak menggantungkan kepada salah satu anggota

kelompoknya. Hal ini dikarenakan pada nantinya setiap siswa akan diminta

memprsentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara acak. Sehingga terjadi

saling interaksi, bertukar pikiran dan kerja sama diantara siswa dalam kelompok

untuk mencari pemecahan masalah.

Ketika siklus I, siswa belum terbiasa belajar secara berkelompok,

maupun berdiskusi dalam pembelajaran di kelas karena guru kurang menegaskan

manfaat pentingnya bekerja kelompok dan belum adanya sosialisasi tentang

pembelajaran dengan PBL.Selain itu, beberapa siswa yang kesulitan masih malu

bertanya pada guru. Sehingga mereka meminta teman yang lain untuk

menanyakan hal yang sulit tersebut pada guru. Guru hanya menjawab pertanyaan

siswa tanpa ada usaha untuk membuat siswa yang malu tersebut untuk berani

bertanya. Sedangkan pada siklus II, pada kegiatan kerja kelompok, guru selalu

menekankan bahwa penyelesaian LKS yang diberikan harus diselesaikan secara

berkelompok/berdiskusi. Selain, itu selama proses kerja kelompok berlangsung,

guru ikut terjun dalam langsung (berkeliling) dari kelompok satu ke kelompok

yang lainnya untuk membimbing dengan cara memberi pertanyaan pancingan agar

mereka mau memberikan pendapatnya. Untuk mendukung proses belajar di kelas,

guru juga memberikan nilai tambahan jika ada siswa yang berani bertanya.

4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya

Pada tahap ini, peneliti meminta siswa untuk melaporkan hasil diskusi

kelompoknya melalui presentasi sebagai bukti bahwa siswa mampu

menyelesaikan masalah yang diberikan pada LKS. Pada siklus I, karena belum

adanya sosialisasi tentang pembelajaran yang dilakukan, siswa belum berani

berpresentasi di depan kelas dan di depan teman –temannya. Sedangkan pada

siklus II karena siswa sudah mempunyai pengalaman pada pembelajaran pada

siklus sebelumnya beberapa siswa sudah ada yang berani mengajukan diri untuk

presentasi di depan kelas. Hali ini, juga didukung guru dengan memberikan

penghargaan bagi kelompok yang mau presentasi dan menjawab dengan benar.

5. Melakukan analisa dan proses evaluasi terhadap pemecahan masalah

Pada tahap ini, peneliti bersama siswa mendiskusikan jawaban yang

tepat terhadap masalah yang diberikan pada LKS, selanjutnya peneliti membantu

siswa dalam membuat kesimpulan terhadap pembelajaran yang dilakukan. Pada

tahap penelitian ini, siswa melakukan refleksi mengenai apa yang diajarkan, misal

dalam hal ini tanya jawab dengan guru. Pada siklus I ini, Beberapa siswa yang

kesulitan masih malu bertanya pada guru ataupun menanggapi hasil pekerjaan

temannya dalam diskusi kelas ataupun individu. Sehingga mereka meminta teman

yang lain untuk menanyakan hal yang sulit tersebut pada guru. Guru hanya

menjawab pertanyaan siswa tanpa ada usaha untuk membuat siswa yang malu

tersebut untuk berani bertanya. Sedangkan pada siklus II, ketika ada penjelasan

yang tidak dimengerti siswa dipersilahkan untuk bertanya, dan guru

mempersilahkan siswa untuk bertanya pada teman yang lain atau guru. Sebagai

tambahan motivasi untuk siswa, jika ada siswa yang bertanya maka akan

mendapat tambahan nilai.

Hasil belajar merupakan puncak dari suatu proses belajar siswa yang

melibatkan evaluasi guru sebagai suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Pada

penelitian ini, hasil belajar ditinjau secara kuantitatif. Secara kuantitatif, hasil

belajar dapat diwujudkan dalam bentuk angka melalui tes tulis. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL),

hasil tes siswa siklus I pada materi luas dan keliling persegi, peresgi panjang dan

jajar genjang yang mendapat nilai di atas KKM sebanyak 31 siswa dari 45 siswa

dengan persentase ketuntasan 68,89 %. Persentase belajar secara klasikal tersebut

belum dapat dikatakan tuntas karena mencapai 75 %. Jadi, siklus berlanjut. Pada

siklus II ini dengan materi luas dan keliling belah ketupat, layang –layang, dan

trapesium. Persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 80 % karena 36 siswa

mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM.

Dari data yang didapat, menunjukkan bahwa dengan menggunakan

pendekatan Problem Based Learning (PBL) di kelas, terjadi peningkatan hasil

belajar yang terlihat dari nilai tes I ke nilai tes II. Peningkatan hasil belajar siswa

kelas VII-A dapat dilihat dari sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.

Peningkatan hasil belajar siswa tersebut terlihat melalui gambar berikut

Gambar 1. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A

Dalam gambar di atas, nampak jelas bahwa terjadinya suatu peningkatan

hasil sebelum dan sesudah tindakan dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Problem Based Learning (PBL). Nilai inisial tes tersebut menunjukkan bahwa

proses kegiatan pembelajaran sebelum tindakan dilakukan sedangkan tes I dan tes

II menunjukkan bahwa proses pembelajaran setelah tindakan dilakukan. Ada

peningkatan klasikal sebesar 4,89 % dari inisial tes ke tes 1 dan peningkatan

klasikal sebesar 11,11 % dari tes 1 ke tes 2. Dengan adanya kenaikan ini,

menunjukkan bahwa terjadi suatu peningkatan hasil belajar siswa kelas VII-A.

Berdasarkan uraian di atas, peningkatan hasil pada siswa kelas VII-A

terjadi pada siklus II. Hal ini disebabkan adanya tindakan tambahan dari guru

yang merangsang motivasi siswa untuk belajar. Dalam hal ini, beberapa tindakan

yang dilakukan guru adalah sebagai berikut : (1) pengurangan nilai ketika siswa

ramai, mengerjakan atau membicarakan hal lain di luar pembelajaran, (2) sebelum

pembelajaran dimulai siswa telah berkumpul dengan kelompok sehingga ada

pemaksimalan waktu, (3) dengan adanya ketua kelompok dapat membantu guru

untuk mengorganisasi diskusi kelompok, (4) guru lebih aktif memperhatikan

aktivitas siswa, (5) pemberian nilai tambahan ketika ada siswa yang berani

bertanya dan (6) pemberian penghargaan bagi kelompok yang berani presentasi di

depan kelas dan menjawab dengan benar.

KESIMPULAN dan SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penerapan Problem Based Learning (PBL) pada kelas VII-A yang

berhasil mencapai indikator keberhasilan, yaitu pada siklus II, dapat disimpulkan

bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning

(PBL) yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah :

Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII-A

68,89 %64 %

80 %

Inisial TesTes I

Tes II

1. Orientasi Siswa dalam Menghadapi Masalah

Pada tahap ini, peneliti menjelaskan tentang materi yang akan dibahas,

kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran, materi prasyarat dengan cara

mengingatkan siswa melalui tanya jawab, dan memberikan motivasi kepada

siswa dengan cara menceritakan masalah sehari – hari yang berhubungan dengan

konteks materi pembelajaran serta pemberian informasi bahwa kegiatan

berikutnya adalah berkelompok. Kemudian peneliti memberikan permasalahan

yang disajikan dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Pada penelitian ini,

ketika guru menjelaskan masih banyak siswa yang gaduh sendiri sehingga untuk

mengurangi rasa gaduh siswa ini guru menegaskan kepada siswa untuk tidak

membicarakan hal lain selain materi yang yang dibahas dan menggunakan sistem

pengurangan nilai kepada siswa yang ramai di kelas agar siswa sedikit merasa

termotivasi untuk belajar sehingga siswa memperhatikan guru di depan kelas

maupun LKS yang diberikan guru.

2. Pengorganisasian Siswa Dalam Melakukan Pengamatan Atau Studi

Pada tahap ini, peneliti membagi siswa di kelas ke dalam 11 kelompok

yang beranggotakan 4 − 5 siswa. Setelah itu, siswa diharapkan berkumpul dengan

kelompoknya masing –masing, kemudian peneliti membagikan LKS untuk

didiskusikan dan diselesaikan secara berkelompok. Agar memaksimalkan waktu

guru menyampaikan agar pada pertemuan selanjutnya agar sebelum pelajaran di

mulai siswa sudah berkumpul dengan kelompoknya masing –masing. Selain itu,

dengan adanya ketua kelompok dapat membantu dalam pengorganisasian siswa

dalam kelompok.

3. Siswa Melakukan Penelaah dan Investigasi

Pada tahap ini, peneliti membimbing siswa dalam menyelesaikan LKS

yang diberikan dengan cara meminta siswa mengaitkan permasalahan dengan

materi –materi yang pernah didapatkan sebelumnya. Peneliti juga menawarkan

bantuan jika siswa atau kelompoknya menemui kesulitan. Pada kegiatan kerja

kelompok, guru selalu menekankan bahwa penyelesaian LKS yang diberikan

harus diselesaikan secara berkelompok/berdiskusi. Selain, itu selama proses kerja

kelompok berlangsung, guru ikut terjun dalam langsung (berkeliling) dari

kelompok satu ke kelompok yang lainnya untuk membimbing dengan cara

memberi pertanyaan pancingan agar mereka mau memberikan pendapatnya

4. Mengembangkan dan Mempresentasikan Hasil Karya

Pada tahap ini, peneliti meminta beberapa siswa untuk mempresentasikan

hasil kerjanya di depan kelas. Peneliti juga meminta kelompok lain untuk

memberikan tanggapan kepada kelompok yang presentasi. Pada saat presentasi

akan dimulai, guru menawarkan kepada semua kelompok untuk maju ke depan

kelas. Kelompok yang bersedia mempresentasikan hasil kerjanya dan benar akan

diberikan penghargaan agar siswa lebih semangat.

5. Melakukan Analisa dan Proses Evaluasi Terhadap Pemecahan Masalah

Pada tahap ini, peneliti bersama dengan siswa membahas secara klasikal

hasil diskusi kelompok yang telah diselesaikan maupun dipresentasikan kemudian

membuat catatan kesimpulan dari pembahasan yang telah dibahas secara bersama

–sama. Ketika ada penjelasan yang tidak dimengerti siswa dipersilahkan untuk

bertanya, dan guru mempersilahkan siswa untuk bertanya pada teman yang lain

atau guru ketika menemui kesulitan. Sebagai tambahan motivasi untuk siswa, jika

ada siswa yang bertanya maka akan mendapat tambahan nilai.

Saran

1. Guru mata pelajaran matematika dapat menggunakan pembelajaran

dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) di kelas sebagai salah

satu alternatif strategi pembelajaran di sekolah.

2. Sebelum menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based

Learning (PBL) di kelas sebaiknya diperlukan sosialisasi mengenai

pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning (PBL) tersebut,

agar siswa memiliki gambaran mengenai pembelajaran yang dilakukan.

Daftar Rujukan

Arends, Richard. 2007. Learning to Teach Seventh Editions. New York: The MC

Graw-Hill Companies, Inc.

Arikunto, Suharsimi. 2006a. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2006b. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standart Nasional Pendidikan (BNSP). 2006. Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta: BNSP.

Dasna, I Wayan dan Sutrisno. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. [Online].

tersedia di http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-

berbasis-masalah/ diakses pada tanggal 15 Juli 2013

Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran

Matematika. Surabaya: Usaha Nasional.

Ghofur, Abd., 2010. Pembelajaran sastra berbasis masalah – problem based

learning pada pembelajaran puisi. [Online]. tersedia di

http://kampungtadris.wordpress.com/2010/01/09/ pembelajaran-sastra-

berbasis-masalah-problem-based-learning-pada-pembelajaran-puisi/

diakses pada tanggal 20 April 2013

Miles, Matthew B. and Huberman A. Michael (alih bahasa Tjetjep Rohendi

Rohidi). 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saryantono, Buang. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning (Pbl)

Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [online]. tersedia di

http://lenterastkippgribl.blogspot.com/2013/02/pengaruh-model-problem-

based-learning.html. diakses tanggal 20 April 2013.

Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran (Teori dan Praktek). Malang:

Elang Mas.

Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung:

JICA.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:

Kanisius.

Syadzili, As’ad Furqon, dkk. 2012. Makalah Penerapan Pendekatan

Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran Fisika Pada Konsep Arus

Listrik. [online]. tersedia di http://kumpulanmakalah474.blogspot.com/ di

akses tanggal 20 April 2013.

Wiyono, Bambang Budi. 2007. Metodologi Penelitian (Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan Action Research). Malang: FIP UM.

Artikel ilmiah oleh Yunita Selviana Tany ini

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing.

Malang, 2 Agustus 2013

Pembimbing

Dra. Tri Hapsari Utami, M.Pd,

NIP. 19660812 199103 2 001

Mahasiswa

Yunita Selviana Tany

NIM 209311423329