PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI...

69
PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KABUPATEN DHARMASRAYA SKRIPSI Diajukan Kepada Tim Penguji Jurusan Pendidikan Olahraga Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: RIO HENDRA NIM. 06651 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013

Transcript of PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI...

Page 1: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI

KABUPATEN DHARMASRAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Tim Penguji Jurusan Pendidikan Olahraga Sebagai Salah

Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

RIO HENDRA

NIM. 06651

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2013

Page 2: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH
Page 3: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH
Page 4: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

i

ABSTRAK

Rio Hendra, 06651: Penerapan Ke Profesionalan Guru Penjasorkes Di

Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten

Dharmasraya

Penelitian ini berawal dari belum berjalannya pembelajaran penjasorkes di

Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Dharmasraya sebagaimana

mestinya, sehingga tingkat pencapaian hasil belajar siswa belum sesuai

sebagaimana yang dharapkan. Faktor – faktor yang diduga sebagai penyebabnya

anatara lain kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

penerapan ke profesionalan guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran penjasorkes yang dilakukan oleh guru di SMPN Kabupaten

Dharmasraya.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu mengungkap

dan menerangkan penerapan ke profesionalan guru dalam perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran penjasorkes yang dilakukan oleh guru di

SMPN Kabupaten Dharmasraya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

guru penjasorkes di SMPN Kabupaten Dharmasraya yang berjumlah 30 orang.

Teknik sampel yang digunakan yaitu total sampling yang berjumlah 30 orang.

Alat pengumpulan data adalah angket dengan mengunakan model skala Gutman

dengan kategori jawaban „ya‟ dan „tidak‟.. Selanjutnya data diolah dan dianalisis

dengan teknik statistik deskriptif.

Hasil analisis data guru penjasorkes di SMPN Kabupaten Dharmasraya

antara lain : (1) Tingkat capaian penerapan ke profesionalan guru penjasorkes di

Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Dharmasraya dari segi

merencanakan proses pembelajaran berada pada klasifikasi terlaksana dengan

kurang baik, dengan 63,6% responden menyatakan merencanakan proses

pembelajaran terlaksana dan 36,4% responden menyatakan merencanakan proses

pembelajaran tidak terlaksana. (2) Tingkat capaian penerapan ke profesionalan

guru penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Dharmasraya

dari segi melaksanakan proses pembelajaran berada pada klasifikasi terlaksana

dengan kurang baik, dengan 57,7% responden menyatakan melaksanakan proses

pembelajaran terlaksana dan 42,3% responden menyatakan melaksanakan proses

pembelajaran tidak terlaksana. (3) Tingkat capaian penerapan ke profesionalan

guru penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Dharmasraya

dari segi mengevaluasi proses pembelajaran berada pada klasifikasi terlaksana

dengan kurang baik, dengan 58,1% responden menyatakan mengevaluasi proses

pembelajaran terlaksana dan 41,9% responden menyatakan mengevaluasi proses

pembelajaran tidak terlaksana.

Page 5: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

ii

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah

memberi rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

ini. Penulisan Skripsi adalah sebagai salah satu syarat utama kelulusan di Jurusan

Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang

(FIK UNP). Skripsi ini diberi judul “Penerapan Ke Profesionalan Guru

Penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten

Dharmasraya”.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari masih banyak

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca demi kesempurnaan. Dalam pelaksanaan penyusunan

Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik moril

maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu melalui ini penulis menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Drs. Arsil, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Padang

2. Drs. Yulifri, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga Universitas

Negeri Padang

3. Bapak Dr. Zalfendi, M.kes selaku Pembimbing I dan Nurul Ihsan,S. Pd, M.Pd

selaku Pembimbing II.

4. Drs. Yulifri, M.Pd ,M.P, Drs. Hariswandi Nur, M. Pd, Dra. Darni, M.Pd

selaku tim Penguji.

Page 6: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

iii

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Padang

6. Khususnya kakek dan nenek Ridwan dan Nurjaniyang telah memberikan

dorongan dan do‟a sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa, terutama jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNP

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

membantu, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal dan Skripsi ini

bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Januari 2013

Penulis

Rio Hendra

Page 7: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................... 4

D. Perumusan Masalah................................................................. 5

E. Tujuan Penelitian..................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian................................................................... 5

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Teori............................................................................. 7

1. Guru Penjasorkes Yang Profesional .................................. 7

2. Perencanaan proses pembelajaran ..................................... 9

3. Pelaksanaan proses pembelajaran ..................................... 19

4. Mengevaluasi proses pembelajaran ................................... 24

B. Kerangka Konseptual .............................................................. 25

C. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 27

C. Populasi dan Sampel ............................................................... 27

Page 8: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

v

D. Data ......................................................................................... 29

E. Teknik Analisis Data ............................................................... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Vertifikasi Data ....................................................................... 33

B. Analisis Deskriptif .................................................................. 33

C. Pembahasan ............................................................................. 36

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 42

B. Saran ....................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 45

LAMPIRAN .................................................................................................... 47

Page 9: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

vi

Daftar Gambar

Gambar Halaman

1. Kerangka Konseptual ................................................................................. 26

2. Grafik Batang Tentang Merencanakan Proses Pembelajaran .................... 34

3. Grafik Batang Tentang Melaksanakan Proses Pembelajaran..................... 35

4. Grafik Batang Tentang Mengevaluasi Proses Pembelajaran ..................... 36

Page 10: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

vii

Daftar Tabel

Tabel Halaman

1. Distribusi populasi penelitian ................................................................... 28

2. Kisi – kisi Kuesioner ................................................................................. 31

3. Deskriptif Merencanakan Proses Pembelajaran ....................................... 33

4. Deskriptif Melaksanakan Proses Pembelajaran ....................................... 34

5. Deskriptif Mengevaluasi Proses Pembelajaran ........................................ 35

Page 11: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

viii

Daftar Lampiran

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Angket Penelitian ....................................................................... 47

2. Angket ....................................................................................................... 48

3. Tabel Skor Merencanakan Proses Pembelajaran ...................................... 51

4. Tabel Skor Melaksanakan Proses Pembelajaran ....................................... 53

5. Tabel Skor Mengevaluasi Proses Pembelajaran ....................................... 55

6. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 56

Page 12: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 menyatakan bahwa tujuan nasional adalah melindungi segenap bangsa

dan seluruh tupah dara indonesia dan untuk memajukan kesejateraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan seluruh tumpah dara indonesia dan dan

memajukan kesejateraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

melaksanakaan ketertipan dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,

dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, pendidikan

merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pasal 31 Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa:

“(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan; (2)

Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan; (3) Pemerintah

mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem pendidikan

nasional, yang menigkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

dengan undang-undang (4) Negara memprioritaskan enggaran

pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari angaran pendapatan dan

belanja negara serta dari anggaran pendapatan daerah untuk

memenuhi kebutuhan penyelengaraan pendidikan nasional; dan

Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan

menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan peradabaan serta kesejateraan umat manusia”.

Salah satu amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 tersebut diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang sitem Pendidikan Nasional, yang memiliki visi

Page 13: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

2

terwujudnya sistem pendidikan pranata sosial yang kuat berwibawa untuk

memberdayakan semua warga negara indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman

yang selalu berubah.

Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa indonesia pada masa

yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin

ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut

dihasilkan melalui penyelengaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu,

guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis. Pasal 39

ayat 2 Undang-Undang 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan “ bahwa pendidikan merupakan tenaga profesional. Kedudukan

guru sebagai tenaga profesional mempunyai visi terwujudnya penyelengaraan

pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi

hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang

bermutu”.

(Wirakartakusumah,1998). Untuk mencapai terselengaranya

pendidikan bermutu, dikenal dengan perlunya paradigma baru

pendidikan yang difokuskan pada otonomi, akuntasbilitas, akreditasi

dan evaluasi. Keempat pilar ini diharapkan pada akhirnya mampu

menghasilkan pendidikan bermutu.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu bagian dari pendidikan

nasional yang mengutamakan aktivitas fisik/jasmani siswa. penerapan

pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah berdasarkan kurikulum

pendidikan nasional. Proses pembelajaran pendidikan jasmani dilaksanakan

dalam bentuk praktek dengan waktu 2 x 45 menit disetiap pertemuan. Proses

Page 14: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

3

pembelajaran di mulai dari pemanasan, penyajian materi dan diakhiri dengan

pendinginan. Dalam memberikan pembelajaran pendidikan jasmani

dibutuhkan variasi supaya siswa tidak merasa bosan dan jenuh.Guru harus

mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model pembelajaran yang

aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang dapat mengairahkan

motivasi belajar peserta didik. guru harus menguasai berbagai macam strategi

dan pendekatan serta model pembelajaran sehingga proses belajar mengajar

berlansung dalam suasana kondusif dan menyenagkan.

Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara singkat

dengan masing-masing kepala sekolah dan peserta didik , ternyata guru

penjasorkes Di Sekolah Menengah Pertama Kab. Dharmasraya. kurangnya

pengetahuan dan pemahaman guru penjasorkes dalam menyajikan materi

pelajaran yang mengakibatkan rendahnya motivasi siswa untuk mengikuti

pembelajaran penjasorkes. Modifikasi kurang dilakukan guru penjasorkes,

mengingat keterbatasan sarana dan pransarana pembelajaran yang dimiliki

oleh sekolah. Hal ini di sebabkan kurangnya perhatian dari dari pihak sekolah.

Selain itu guru penjasorkes dalam memberikan materi pembelajaran disetiap

pertemuan tidak berdasarkan kurikulum, silabus dan proses perencanan dan

proses pelaksanan pembelajaran. Sehingga terabaikan proses pembelajaran

yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,

di perlukan perubahan paradigma (pola pikir) guru, dari pola pikir tradisional

menuju pola pikir professional. Atas dasar itulah, peneliti sangat tertarik untuk

Page 15: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

4

mengetahui lebih jauh mengenai “Penerapan Ke Profesionalan Guru

Penjasorkes Di Sekolah Menengah Pertama Kab. Dharmasraya”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, ada beberapa factor yang

mempengaruhi Penerapan Ke Profesionalan Guru Pejasorkes di Sekolah

Menengah Pertama Negeri Kab.Dharmasraya yang dapat diidentifikasikan

sebagai berikut:

1. Perencanaan proses pembelajaran

2. Pelaksanakan proses pembelajaran

3. Dukungan dari pihak sekolah

4. Sarana dan pransarana dalam pembelajaran

5. Melakukan interaksi dengan peserta didik

6. Kemampuan dan keterampilan guru dalam memodifikasi pembelajaran

7. Terampil dalam Menggunakan Metode-Metode Mengajar

8. Motivasi siswa

9. Menilai hasil dan mengevaluasi pembelajaran

C. Pembatasan Masalah

Dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dana dan tenaga dan

waktu yang tersedia, maka penelitian ini dibatasi pada masalah.

1. Perencanaan proses pembelajaran

2. Pelaksanaan proses pembelajaran

3. Menilai dan mengevaluasi pembelajaran

Page 16: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

5

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah yang akan

diteliti adalah:

1. Bagaimana Guru Penjasorkes dalam perencanaan proses pembelajaran

Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Pertama Kab. Dharmasraya.

2. Bagaimana Guru Penjasorkes dalam pelaksananaan proses pembelajaraan

di Sekolah Menengah Pertama Kab. Dharmasraya.

3. Bagaimana Guru Penjasorkes mengevaluasi proses belajar mengajar di

Sekolah Menengah Pendidikan Jasmani Kab. Dharmasraya.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Ke Profesionalan

Guru dalam:

1. Merencanakan proses pembelajaran

2. Melaksanakan proses pembelajaran

3. Menilai dan mengevaluasi pembelajaran

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

1. Guru, sebagai pedoman untuk meningkatkan kemampuan mengajar

pelajaran penjasorkes.

2. Peneliti sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan

(SPd)

Page 17: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

6

3. Pemerintah Daerah Kab. Dharmasraya, guna menyikapi bagaimana

Penerapan Ke Profesionalan Guru Penjasorkes dalam melaksanakan

pengajaran.

4. Untuk pihak sekolah, khususnya kepala sekolah Sekolah Menengah

Pertama Negeri Kab.Dharmasraya dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran penjasorkes.

5. Peneliti lainya, sebagai bahan masukan untuk penelitian lebih lanjut

terhadap mata pelajaran penjasorkes.

Page 18: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

7

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Kajian Teori

1. Guru Penjasorkes Yang Profesional

Guru profesional harus mampu mengembangkan persiapan mengajar

yang baik, logis dan sistematis; karena di samping untuk melaksanakan

pembelajaran, persiapan tersebut mengemban ” profesional acountability “

sehingga guru dapat mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya.

Persiapan mengajar yang dikembangkan guru memiliki makna yang cukup

mendalam bukan hanya kegiatan rutinitas untuk memenuhi kelengkapan

administratif, tetapi merupakan cermin dari pandangan, sikap dan

keyakinan profesional guru mengenai apa yang terbaik untuk persiapan

mengajar yang matang sebelum melaksanakan pembelajaran, baik

persiapan tertulis maupun tidak tertulis.

Untuk menjadi guru penjasorkes yang profesional seorang guru

dituntut mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya (toserve the

common good) disertai dengan dedikasi kesejahteraan insani (human

welfare), yang berarti mengutamakan nilai kemanusiaan dari pada nilai

material. Untuk konteks Indonesia, dewasa ini telah dirumuskan syarat

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Guru. Pada Undang-Undang

Page 19: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

8

tersebut disebutkan bahwa kompetensi guru harus memenuhi persyaratan

tertentu antara lain harus memiliki kompetensi pokok yaitu:

a. Kompetensi Kepribadian

Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah

yang berupa kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan

berwibawah serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi

kepribadian ini mencakup kemantapan pribadi dan akhlak mulia,

kedewasaan dan kearifan, serta keteladanan dan kewibawaan.

Kompetensi ini biasa diukur dengan alat ukur portofolio guru / calon

guru, teskepribadian/potensi.

b. Kompetensi Pedagogik

Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah

yang mencakup selain pemahaman dan pengembangan potensi peserta

didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta system

evaluasi pembelajaran, juga harus menguasai ilmu pendidikan.

Kompetensi ini diukur dengan performance test atau episode

sterstruktur dalam Praktek PengalamanLapangan (PPL), dancase based

test yang dilakukan secara tertulis.

c. Kompetensi Profesionalan

Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik di

sekolah yang berupa penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam. Dalam hal ini mencakup penguasaan materi keilmuan,

penguasaan kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus

Page 20: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

9

pembelajaraan bidang studi, dan wawasan etika dan pengembangan

profesi. Kompetensi ini diukur dengan tertulis baik multiple choice

maupun essay.

d. Kompetensi sosial.

Adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah

untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan

peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar. Dalam hal ini berarti guru pendidikan jasmani harus

memiliki standar kompetensi minimal yang baik sesuai SKGP yang

ada. Merujuk pada konsep yang dianut oleh Depdiknas selain SKGP

yang ada.

2. Perencanaan proses pembelajaran

Commbs Philips dalam Harnjanto (1997:6), mengemukakan

perencanaan pengajaran dalam arti luas adalah “suatu penerapan yang

rasional dari analisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan

tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien sesuai dengan

kebutuhan tujuan para peserta didik dan masyarakat”. Perencanaan

pengajaran di indonesia merupakan suatu proses penyusunan alternatif

kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka

pencapaian tujuan pembangunan pendidikan Nasional dengan

mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang sosial,

ekonomi, budaya dan kebutuhan pembagunan secara menyeluruh terhadap

Pendidikan Nasional. Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana

Page 21: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

10

yang mengambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan

dijabarkan dalam silabus. Lingkup rencana pembelajaran paling luas

mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indikator atau

beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.

Persiapan di sini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan

mental, situasi emosional yang ingin dibagun, lingkungan belajar yang

produktif, termasuk menyakinkan pembelajaran untuk mau terlibat secara

penuh. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan silabus

mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai

persamaan. Silabus membuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk

menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus

adakalah beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga

perkiraan waktunya belum tau pasti beberapa pertemuan yang akan

dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah

penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap

pertemuan. Di dalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan

oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan

selanjutnya setelah pertemuan selesai. Perencanaan pembelajaran oleh

Guru yang tertuang dalam RPP tidak dapat lepas dari silabus yang di

siapkan untuk setiap semester dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga

penulis juga akan membahas tentang silabus yang dimaksud sesuai dengan

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007.

Page 22: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

11

a. Silabus

Berdasarkan pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian

maka silabus dan penilaian dapat disusun melalui tahap-tahap yaitu :

1) Identitas Mata Pelajaran

Silabus yang dibuat perlu di identifikasih mengenai identitas

sekolah, identitas mata pelajaran, kelas dan semester.

2) Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan kompetensi yang harus

dilakukan dan harus di miliki siswa setelah lulus dalam mata

pelajaran tertentu. Standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan

jasmani terdiri 6 aspek (enam), aspek, (1) aktivitas pengembangan

(2) aktivitas permainan (3) aktivitas senam (4) aktivitas

pengembangan (5) akuantik dan (6) pendidikan luar sekolah.

( Standar kompetensi,2004 )

3) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan kompetensi minimal yang harus

dapat dilakukan siswa untuk standar kompetensi tertentu.

Kompetensi dasar ini dilakukan siswa sesuai standar kompetensi

yang diharapkan dan berada pada satu aspek pembelajaran.

4) Materi Pembelajaran

Materi Pembelajaran merupakan pokok bahasan dan sub

pokok bahasan suatu kemampuan dasar. Materi pokok dijabarkan

Page 23: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

12

untuk memudahkan siswa sehingga siswa memperoleh kompetensi

yang diharapkan.

5) Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan fisik maupun

mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar.

Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk menguasai

kompetensi dasar yang telah ditentukan. Pembelajaran yang

diberikan dengan metode yang bervariasi sehingga siswa dapat

menguasai materi yang disajikan, pembelajaran ini juga membuat

kecakapan hidup yang harus dimiliki siswa sehingga siswa dapat

mengali informasi, mengelolah informasih dan komunikasih

tulisan.

6) Indikator Pencapain Kompetensi

Indikator merupakan karakteristik, tanda-tanda yang harus

dapat dilakukan siswa untuk menunjukan bahwa siswa telah

memiliki kemampuan dasar tertentu maka siswa telah sampai pada

indikator pencapaian.

7) Penilaian

Sistem penilaian merupakan metode yang digunakan untuk

menetukan mutu unjuk kerja individu yang berdasarkan fakta-fakta

sehingga memperoleh hasil pengukuran. Untuk mendapatkan hasil

pengukuran yang valid maka ada ada jenis tagihan yang diajukan

kepada siswa berupa kuis, ulangan harian, tugas individu, laporan

Page 24: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

13

pratikum dan berbagai jenis kegiatan lain yang dilakukan siswa

untuk menunjukan hasil belanjanya.

8) Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa

mempelajari satu materi pelajaran, alokasi waktu yang dapat

ditentukan dengan memperhatikan tingkat kesukaran materi,

cakupan materi, frekuensi penggunaan materi baik didalam maupun

di luar kelas serta tingkat pentingnya meteri yang dipelajari.

9) Sumber Belajar

Sumber yang digunakan berarti rujukan, refrensi atau literatur

baik dalam menyusun silabus maupun mengajar. Sedangkan bahan

dan alat-alat yang diperlukan dalam pratikum atau proses

pembelajaran lainya, dapat divariasikan sesuai dengan kompetensi

dasar, materi serta pengalaman belajar mata pelajaranya.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Prinsip-prinsip rencana pelaksanaan pembelajaran menurut

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses terdiri

dari:

1) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,

semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema

pelajaran, jumlah pertemuan.

Page 25: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

14

2) Standar Kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan

minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, sikap, dan keterlampilan yang diharapkan dicapai

pada setiap kelas dan semester pada suatu mata pelajaran.

3) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus

dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai

rujukan penyusun indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4) Indikator Pencapain Kompotensi

Indikator kompetensi adalah prilaku yang dapat diukur dan

diobservasi untuk menunjukan ketercapaian kompetensi dasar

tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. indikator

pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata

kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup

pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran mengambarkan proses dan hasil belajar

yang diharapkan diccapai oleh peserta didik sesuai dengan

kompetensi dasar.

Page 26: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

15

6) Materi ajar

Materi ajar membuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur

yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan

rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7) Alokasi Waktu

Alokasih waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk

pencapain KD dan beban belajar.

8) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan

suasan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah

ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan

setuasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap

indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata

pelajaran. pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk

peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

9) Kegiatan Pembelajaran

a) Pendahuluan

Pendahulaun merupakan kegiatan awal dalam suatu

pertemuan pembelajaran yang ditunjukan untuk membangkitkan

motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dala kegiatan

pendahuluan, guru: (1) menyiapkan peserta didik secara psikis

Page 27: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

16

dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (2) mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; (3)

menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai; dan (4) menyampaikan cakupan materi dan

penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

b) Inti

Kegiatan inti merupakan proses untuk mencapai KD.

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, krearivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.

kegiatan ini dilakukan secar sistematis dan sistematik melalui

proses ekspolarasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Dalam kegiatan eksplorasi, guru: (1) melibatkan peserta

didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau

tema materi yang akan dipelajaridengan menerapkan prinsip

dalam alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

(2) mengunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain; (3) memfasilitasi

terjadinya interaksi antara peserta didik dengan guru,

lingkungan, dan sumber beajar lainya; (4) melibatkan peserta

Page 28: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

17

didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran; dan (5)

memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilabortorium,

studio, atau lapangan.

Dengan kegiatan elaborasi, guru: (1) membiasakan peserta

didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas

tertentu yang bermakna; (2) memfasilitasi peserta didik melalui

pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan

gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis; (3) memberi

kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan

masalah, dan bertidak tanpa rasa takut; (4) memfasilitasi peserta

didik dalam pembelajaran kooperatif dan kalaboratif; (5)

memfasilitasi peserta didik berkompetensi secara sehat untuk

menigkatkan prestasi belajar; (6) memfasilitasi peserta didik

membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun

tertulis, secara individual maupun kelompok; (7) memfasilitasi

peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun

kelompok; (8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,

festival, serta produk yang dihasilkan; dan (9) memfasilitasi

peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan

kebanggan dan rasa percaya diri peserta didik.

Dalam kegiatan konfirmasi, guru: (1) memberikan umpan

balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan isyarat,

maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik; (2)

Page 29: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

18

memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber: (3) memfasilitasi peserta

didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar

yang telah dilakukan; dan (4) memfasilitasi peserta didik untuk

memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai

kompetensi dasar: (a) berfungsi sebagai narasumber dan

fasilator menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi

kesulitan, dengan mengunakan bahasa yang baku dan benar; (b)

membantu menyelesaikan masalah; (c) memberi acuan agar

peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; (d)

memberi informasi untuk berksplorasi lebih jauh; dan (e)

memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang

berpartisipasi aktif.

c) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam

bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi,

umpan balik, dan tindak lanjut. Dalam kegiatan penutup, guru:

(1) bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman

atau kesimpulan pelajaran; (2) melakukan penilaian atau refleksi

terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan

terprogram; dan (3) memberikan umpan balik terhadap proses

dan hasil pembelajaran; (4) merencanakan kegiatan tindak lanjut

Page 30: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

19

dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,

layanan konseling dan memberikan tugas baik tugas individual

maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan

(5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

10) Penilian Hasil Belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses hasil belajar dan

hasil belajar disesuiakan dengan indikator pencapaian kompetensi

dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11) Sumber Belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi

dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan

indikator.

3. Pelaksanaan proses pembelajaran

Pembelajaran berbasis kompetensi hendaknya dilaksanakan

berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi

dasar pada umumnya. Oleh karena itu prinsip-prinsip dan prosedur

pembelajaran berbasis kompetensi sudah seharusnya dijadikan sebagai

salah satu acuan dan dipahami oleh para guru, fasilatator, kepala sekolah,

pengawas sekolah dan tenaga kependidikan lain di sekolah. Aspek-aspek

yang perlu dilihat dalam pelaksanaan pembelajaran, bagaimana siswa

berkerjasama dan mampu menerima pelajaran yang diberikan guru, guru

sangat berperan penting dalam keberhasilan siswa mengikuti pembelajaran

Page 31: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

20

yang disajikan. Melalui metode-metode yang diterapkan dan dibutuhkan

bila serta keterampilan guru untuk memberikan penjelasan baik secara

verbal maupun nonverbal. Dan jika memungkinkan guru juga dapat

`mengunakan gambar atau media elektronik untuk memudahkan siswa

dalam menerima pelajaran yang diberikan. Mulyasa (2003:56)

menjelaskan bahwa : “Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran

adalah metode deduktif atau metode perintah dan tugas yaitu dengan

demonstrasi, menjelaskan gerakan dan sebagainya. Sehingga siswa mampu

menerapkan dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan pembelajaraan

sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai”.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.

Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti

dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran;

2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang

akan dicapai;

4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan

sesuai silabus.

Page 32: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

21

b. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti

menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi,

elaborasi dan konfirmasi.

1) Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam

tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan

menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari

aneka sumber;

b) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media

pembelajaran, dan sumber belajar lain;

c) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara

d) Peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar

lainnya;

e) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan

pembelajaran;

Page 33: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

22

f) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di

laboratorium, studio, atau lapangan.

2) Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang

beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;

b) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi,

dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan

maupun tertulis;

c) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,

menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

d) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan

kolaboratif;

e) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk

meningkatkan prestasi belajar;

f) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang

dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun

kelompok;

g) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja

individual maupun kelompok;

h) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,

festival, serta produk yang dihasilkan;

Page 34: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

23

i) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang

menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

3) Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

a) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk

lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan

peserta didik,

b) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

peserta didik melalui berbagai sumber,

c) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

d) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang

bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

e) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengar

menggunakan bahasa yang baku dan benar;

f) Membantu menyelesaikan masalah;

g) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan

hasil eksplorasi;

h) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

i) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktif.

Page 35: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

24

c. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat

rangkuman/simpulan pelajaran;

2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi,

5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

6) Program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas

baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar

peserta didik.

4. Mengevaluasi proses pembelajaran

Evaluasi adalah kegiatan indentifikasi untuk melihat apakah suatu

program yang telah direncankan telah tecapai atau belum, berharga atau

tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisisen pelaksanaanya.

Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value juggement). Dalam

bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum

baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja

guru. Pengukuran (measurement) adalah proses pembverian angka atau

usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan pencapaian

karakteristik oleh peserta didik.

Page 36: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

25

Penilaian (asessment) adalah penerapan berbagai cara dan pengunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana

hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian

kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik

apa hasil atau prestasi seorang peserta didik. Hasil penilaian menjawab

dapat berupa nilai kualitatif (berupa angka). Pengukur berhubungan

dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuatitatif tersebut.

Evaluasi atau penilain merupakan tugas lanjutan dari guru untuk

menilai apakah tujuan , kemajuan dalam menerima pelajaran dari hasil

belajar di kelas telah dicapai oleh siswa. penilain yang dilakukan guru

pendidikan jasmani dilihat dalam menguji siswa dalam melaksanakan

gerakan-gerakan yang telah dipelajarinya, dan bagaimana siswa

mengembangkan gerakan tersebut. Penilain ini diambil dengan

mengunakan laporan hasil pengamatan guru disetiap akhir pelajaran.

Dengan adanya lembar pengamatan tersebut, maka memudahkan guru

dalam memberikan penilaian yang objektif karena dari hasil pengamatan

tersebutlah nilai yang diperoleh siswa dijadikan sebagai patokan

keberhasilan siswa.

B. Kerangka Konseptual

Pelaksanaan pembelajaran penjasorkes di sekolah terdiri dari

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Faktor-faktor ini sangat menentukan

berhasilnya pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di

sekolah sehingga tujuan dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

Page 37: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

26

dapat tercapai sesuia dengan harapan oleh pemerintah dan masyarakat.

Komponen-komponen tersebut akan menjadi variabel dalam penelitian ini

secarah menyeluruh dan mendalam.

Antara komponen-komponen ini dapat digambarkan sebuah kerangka

tentang Ke Profesionalan Guru Penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama

kab. Dharmasraya kerangka tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 1: Kerangka Konseptual

C. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yaitu :

1. Sejauh mana perencanaan penjasorkes di sekolah menengah pertama kab.

Dharmasraya ?

2. Sejauah mana pelaksanaan pembelajaran penjasorkes di sekolah menegah

pertama kab. Dharmasraya?

3. Sejauh mana evaluasi penjasorkes di sekolah menengah pertama

menengah kab. Dharmasraya?

Penerapan ke profesionalan

guru penjasorkes

Perencanaan proses

pembelajaran

Pelaksanaan proses

pembelajaran

Mengevaluasi pembelajaran

Page 38: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah deskriptif, maksudnya penelitian ini tertuju pada

pengungkapan suatu keadaan sebagaiman adanya sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Arikunto Suharsimi (1997:291) yang mengatakan

bahwa” penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk

mengumpulkan informasi mengenai status genjala menurut apadanya pada

saat penelitian dilakukan” Penelitian ini akan mendeskripsikan, mengungkap

dan menapsirkan data yang berhubungan dengan Penerapan Ke

Profesionalan Guru Penjasorkes di SMP Negeri Kabupaten Dharmasraya.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diambil di SekolahMenengah Pertama Negeri Kab.

Dharmasraya.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh data atau objek, individu, pristiwa yang

menjadi perhatian peneliti suatu ruang lingkup dan waktu yang dan waktu

yang kita tentukan. Secara rinci nawami dalam saferi (2002: 35)

menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan obek peneliti yang terdiri

dari manusia, banda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, genjala-genjala,

nilai tes atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang dimiliki

Page 39: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

28

karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini yang

akan menjadi populasi adalah guru penjas di SMP Negeri Kabupaten

Dharmasraya. Untuk lebih jelas mengenai populasi dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1

Distribusi populasi penelitian

No Nama Sekolah Jumlah Guru Penjasorkes

1 SMPN 1 Pulau punjung 2

2 SMPN 2 Pulau punjung 2

3 SMPN 1 Sitiung 2

4 SMPN 2 Sitiung 2

5 SMPN 1 Koto Baru 2

6 SMPN 2 Koto Baru 2

7 SMPN 3 Koto Baru 2

8 SMPN 1 Koto Salak 2

9 SMPN 2 Koto Salak 2

10 SMPN 1 Padang Laweh 2

11 SMPN 1 Tiumang 2

12 SMPN 1 Koto Besar 2

13 SMPN 2 Koto Besar 1

14 SMPN 3 Koto Besar 1

15 SMPN 1 Sungai Rumbai 2

16 SMPN 2 Sungai Rumbai 2

Jumlah 30

Berdasarkan urain dan tabel diatas, pupolasi dalam penelitian ini

adalah 16 sekolah dan 30 Guru Penjasorkes di SMP Negeri Kabupaten

Dharmasraya.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi atau yang mewakili

populasi sekaligus mengambarkan populasi itu sendiri. Sugiono

(2006:118) mengemukakan bahwa :

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, maka penenliti dapat

Page 40: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

29

mengunakan sampel yang diambil dari populasi. Apa yang

dipelajaridari sampel, kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk

populasi, untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-

betul repsentatif”.

Menurut pendapat sutrisno (19993:321) : “jika populasi kurang dari

100, lebih baik semua populasinya dijadikan sampel, selanjutnya jika

populasinya lebih dari 100 maka sampelnya minimal 10-25%. Berdasarkan

pendapat diatas maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu seluruh

jumlah populasi yang ada yaitu 30 orang. Dengan demikian maka teknik

pengambilan sampel adalah secara Total Sampling.

D. Data

1. Jenis Data

Jenis data yang akan diambil pada penelitian ini, yaitu:

a. Data primer, yaitu data tentang Perencanaan pembelajaran, Pelaksanaan

Pembelajaran,evaluasi. Data ini di peroleh melalui sebuah kuesioner

(penyebaran angket).

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini yaitu :

a. Kepala sekolah SMPN Di Kabupaten Dharmasraya.

b. Guru Penjasorkes SMPN Kab. Dharmasraya

3. Alat Pengumpul Data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah:

Page 41: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

30

a. Angket/kuesioner

Instrumen dalam penelitian ini adalah angket/kuesioner, angket

yang diberikan adalah angket terbuka, berupa daftar pertanyaan tentang,

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi

pembelajaran yang diisi oleh guru penjasorkes di Sekolah Menengah

Pertama kab. Dharmasraya.

Bentuk pertanyaan bersifat mengungkap tentang perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah

Menegah Pertama Kab. Dharmasraya, penyusunan angket mengunakan

skala Gutman langkah-langkah yang digunakan dalam pengambilan

data sebagai berikut :

1) Penyusunan Kisi-kisi Angket/Mengidentifikasi Variabel

Sebelum angket diberikan terlebih dahulu di buat kisi-kisi yang

berisi indikator variable yang telah ditentukan, indikator ini disusun

berdasarkan kajiaan teori yang telah diuraikan sebelumnya.(Arikunto

2002).

Page 42: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

31

Tabel 2.

Kisi – kisi Kuesioner

Variabel Indikator Sub indikator

No item

Jumlah

Positif Negativ

e

Penerapan ke

profesionalan

guru

penjasorkes

1. Merencanakan

proses

pembelajaran

2. Melaksanakan

proses

pembelajaran

3. Mengevaluasi

proses

pembelajaran

- Pengembangan

silabus

- Pengembangan

RPP

- Kegiatan awal

- Inti

- Penutup

- Evaluasi hasil

- Tes

- pengamatan

- Psikomotor

- Afektif

- Kognitif

1,3,4,6,8,

10,12.

14,17,18,

20,22,25,

26,28,29.

30,31,33,

35.

2,5,7,9,1

1,13.

15,16,19

,21,23,2

4,27.

32,34,36

13

16

7

Total 36

2) Penyusunan Angket

Sehubungan dengan hal tersebut skala pengukuran yang dipakai

adalah skala Likert. Pertanyaan yang disediakan atas 2 alternatif

jawaban Yaitu YA Dan TIDAK.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data berhasil dikumpulkan dan disusun menurut kelompok-

kelompok masing-masing, kemudian mengunakan teknik distribusi frekuensi

atau statistik deskriptif dengan rumus :

p =

x 100%

Keterangan:

P = persentase hasil yang dioeroleh

Page 43: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

32

F = frekeensi dari masing-masing jawaban

N = jumlah responden

(Sudjana 1982;225)

Untuk menyimpulkan kajian masing-masing indikator digunakan kriteria

pembanding berikut :

90% - 100% Sangat Baik

80% - 89% Baik

65% - 79% Cukup

55% - 64% Kurang Baik

0% - 54% Tidak Baik

Page 44: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Vertifikasi Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diverifikasi terlebih dahulu.

Hal ini dimaksudkan untuk memeriksa kelengkapan data dari masing - masing

instrumen yang diberikan pada responden. Berdasarkan hasil verifikasi dari

jumlah sampel pada penelitian ini, maka sebanyak 30 orang sampel yang

diberikan angket.

B. Deskriptif Data

Deskriptif data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk melihat

karakteristik distribusi data dari variabel pertanyaan yang meliputi aspek:

1. Merencanakan Proses Pembelajaran

Dari analisis data yang dilakukan terhadap 30 orang guru dengan

jumlah pertanyaan 36 butir ternyata yang menjawab “ya” sebanyak 248

atau dipersentasekan menjadi 63,6%. Maka dalam merencanakan proses

pembelajaran guru penjasorkes SMPN Kab. Dharmasraya termasuk

ketegori kurang baik dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3

Deskriptif Merencanakan Proses Pembelajaran

No Kategori

Jawaban

Total Jumlah

Skor Jawaban

Peresentase

(%)

Tingkat capaian

(%)

1 Ya 248 63,6 63,6

2 Tidak 142 36,4

Jumlah 390 100

Page 45: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

34

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 2.

Grafik Batang Tentang Merencanakan Proses Pembelajaran

2. Melaksanakan Proses Pembelajaran

Dari analisis data yang dilakukan terhadap 30 orang guru dengan

jumlah pertanyaan 36 butir ternyata yang menjawab “ya” sebanyak 277

atau dipersentasekan menjadi 57,7%. Maka dalam melaksanakan proses

pembelajaran guru penjasorkes SMPN Kab. Dharmasraya termasuk

ketegori kurang baik dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4

Deskriptif Melaksanakan Proses Pembelajaran

No Kategori

Jawaban

Total Jumlah

Skor Jawaban

Peresentase

(%)

Tingkat capaian

(%)

1 Ya 277 57,7 57,7

2 Tidak 203 42,3

Jumlah 480 100

63.6

36.4

0

10

20

30

40

50

60

70

Ya Tidak

Page 46: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

35

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 3.

Grafik Batang Tentang Melaksanakan Proses Pembelajaran

3. Mengevaluasi Proses Pembelajaran

Dari analisis data yang dilakukan terhadap 30 orang guru dengan

jumlah pertanyaan 36 butir ternyata yang menjawab “ya” sebanyak 122

atau dipersentasekan menjadi 58,1%. Maka dalam mengevaluasi proses

pembelajaran guru penjasorkes SMPN Kab. Dharmasraya termasuk

ketegori kurang baik dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5

Deskriptif Mengevaluasi Proses Pembelajaran

No Kategori

Jawaban

Total Jumlah

Skor Jawaban

Peresentase

(%)

Tingkat capaian

(%)

1 Ya 122 58,1 58,1

2 Tidak 88 41,9

Jumlah 210 100

57.7

42.3

0

10

20

30

40

50

60

70

Ya Tidak

Page 47: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

36

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Gambar 4.

Grafik Batang Tentang Mengevaluasi Proses Pembelajaran

C. Pembahasan

Berdasarkan analisis Deskriptif yang telah dilakukan, maka pada bagian

ini akan dilakukan pembahasan terhadap hasil temuan penelitian.

1. Merencanakan Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data mengenai merencanakan

proses pembelajaran dengan 30 orang responden dan kriteria interpretasi

skor yang diperoleh berada pada klasifikasi terlaksana dengan kurang baik.

Hal ini diketahui karena didapatkan frekuensi jawaban “ya” sebanyak 248

atau dipersentasekan menjadi 63,6% dan “tidak” sebanyak 142 atau

dipersentasekan menjadi 36,4%. Dilihat dari persentase jawaban yang

belum begitu tinggi karena masih banyak responden yang memberikan

jawaban tidak yaitu 36,4%, dapat dikatakan dalam merencanakan proses

58.1

41.9

0

10

20

30

40

50

60

70

Ya Tidak

Page 48: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

37

pembelajaran belum terlaksana dengan baik. Hal ini terjadi karena kurang

kreatifnya para guru untuk mengembangkan silabus dan RPP. Guru

sebagai tenaga pengajar memiliki peranan yang sangat penting untuk

terlaksananya pembelajaran yang kondusif, guru harus mampu

merencanakan pembelajaran dengan sebaik mungkin agar tujuan

pembelajaran bisa tercapai dengan optimal.

Perencanaan pengajaran di indonesia merupakan suatu proses

penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan

dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan

Nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di

bidang sosial, ekonomi, budaya dan kebutuhan pembagunan secara

menyeluruh terhadap Pendidikan Nasional. Rencana pelaksanaan

pembelajaran adalah rencana yang mengambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar

yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup

rencana pembelajaran paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang

terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali

pertemuan atau lebih.

Persiapan di sini dapat diartikan persiapan tertulis maupun persiapan

mental, situasi emosional yang ingin dibagun, lingkungan belajar yang

produktif, termasuk menyakinkan pembelajaran untuk mau terlibat secara

penuh. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan silabus

mempunyai perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai

Page 49: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

38

persamaan. Silabus membuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk

menuntaskan suatu kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus

adakalah beberapa kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga

perkiraan waktunya belum tau pasti beberapa pertemuan yang akan

dilakukan. Sementara itu, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah

penggalan-penggalan kegiatan yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap

pertemuan. Di dalamnya harus terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan

oleh guru untuk mencapai ketuntasan kompetensi serta tindakan

selanjutnya setelah pertemuan selesai. Perencanaan pembelajaran oleh

Guru yang tertuang dalam RPP tidak dapat lepas dari silabus yang di

siapkan untuk setiap semester dalam kegiatan belajar mengajar.

2. Melaksanakan Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data mengenai pelaksanaan

proses pembelajaran dengan 30 orang responden dan kriteria interpretasi

skor yang diperoleh berada pada klasifikasi terlaksana dengan kurang baik.

Hal ini diketahui karena didapatkan frekuensi jawaban “ya” sebanyak 277

atau dipersentasekan menjadi 57,7% dan “tidak” sebanyak 203 atau

dipersentasekan menjadi 42,3%. Dilihat dari persentase jawaban yang

belum begitu tinggi karena masih banyak responden yang memberikan

jawaban tidak yaitu 42,3%, dapat dikatakan proses pembelajaran

penjasorkes belum terlaksana dengan baik. Hal ini menandakan bahwa

tujuan pembelajaran belum bisa dicapai dengan optimal, dengan kata lain

berarti pembelajaran tidak terlaksana sebagaimana mestinya. Pembelajaran

Page 50: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

39

yang tidak terlaksana secara kondusif merupakan kegagalan guru dalam

menyelenggarakan pembelajaran, sehinnga tujuan pembelajaran tidak

tercapai dengan maksimal, hal ini di gambarkan dari presentase jawaban

„tidak‟ dari responden yang cukup tinggi yaitu 42,3 % dan ini bukanlah hal

yang baik dalam pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran berbasis kompetensi hendaknya dilaksanakan

berdasarkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta kompetensi

dasar pada umumnya. Oleh karena itu prinsip-prinsip dan prosedur

pembelajaran berbasis kompetensi sudah seharusnya dijadikan sebagai

salah satu acuan dan dipahami oleh para guru, fasilatator, kepala sekolah,

pengawas sekolah dan tenaga kependidikan lain di sekolah. Aspek-aspek

yang perlu dilihat dalam pelaksanaan pembelajaran, bagaimana siswa

berkerjasama dan mampu menerima pelajaran yang diberikan guru, guru

sangat berperan penting dalam keberhasilan siswa mengikuti pembelajaran

yang disajikan. Melalui metode-metode yang diterapkan dan dibutuhkan

bila serta keterampilan guru untuk memberikan penjelasan baik secara

verbal maupun nonverbal. Dan jika memungkinkan guru juga dapat

`mengunakan gambar atau media elektronik untuk memudahkan siswa

dalam menerima pelajaran yang diberikan. Mulyasa (2003:56)

menjelaskan bahwa : “Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran

adalah metode deduktif atau metode perintah dan tugas yaitu dengan

demonstrasi, menjelaskan gerakan dan sebagainya. Sehingga siswa mampu

Page 51: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

40

menerapkan dalam pelaksanaan dalam pelaksanaan pembelajaraan

sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai”

3. Mengevaluasi Proses Pembelajaran

Berdasarkan hasil analisis deskriptif data mengenai mengevaluasi

proses pembelajaran dengan 30 orang responden dan kriteria interpretasi

skor yang diperoleh berada pada klasifikasi terlaksana dengan kurang baik.

Hal ini diketahui karena didapatkan frekuensi jawaban “ya” sebanyak 122

atau dipersentasekan menjadi 58,1% dan “tidak” sebanyak 88 atau

dipersentasekan menjadi 41,9%. Dilihat dari persentase jawaban yang

belum begitu tingi karena masih banyak responden yang memberikan

jawaban tidak yaitu 41,9%, dapat dikatakan dalam mengevaluasi proses

pembelajaran guru belum melaksanakannya dengan baik. Proses

pengevaluasian proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya oleh guru, sesuai dengan metode penilaian yang ada. Merujuk

pada hasil sebaran angket yang telah dilakukan, terlihat bahwa 41,9% atau

hampir setengah dari jumlah responden yang tidak melakukan proses

pengevalusian dengan baik. Praktek seperti ini sangat tidak baik jika terus

dilakukan, maka sebagai guru seharusnya menambah pengetahuannya

tentang cara-cara pemberian nilai yang baik dan benar.

Evaluasi adalah kegiatan indentifikasi untuk melihat apakah suatu

program yang telah direncankan telah tecapai atau belum, berharga atau

tidak, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisisen pelaksanaanya.

Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value juggement). Dalam

Page 52: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

41

bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum

baru, suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja

guru. Pengukuran (measurement) adalah proses pembverian angka atau

usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan pencapaian

karakteristik oleh peserta didik.

Penilaian (asessment) adalah penerapan berbagai cara dan pengunaan

beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana

hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian

kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik

apa hasil atau prestasi seorang peserta didik. Hasil penilaian menjawab

dapat berupa nilai kualitatif (berupa angka). Pengukur berhubungan

dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuatitatif tersebut.

Evaluasi atau penilain merupakan tugas lanjutan dari guru untuk menilai

apakah tujuan , kemajuan dalam menerima pelajaran dari hasil belajar di kelas

telah dicapai oleh siswa. penilain yang dilakukan guru pendidikan jasmani dilihat

dalam menguji siswa dalam melaksanakan gerakan-gerakan yang telah

dipelajarinya, dan bagaimana siswa mengembangkan gerakan tersebut. Penilain

ini diambil dengan mengunakan laporan hasil pengamatan guru disetiap akhir

pelajaran. Dengan adanya lembar pengamatan tersebut, maka memudahkan

guru dalam memberikan penilaian yang objektif karena dari hasil pengamatan

tersebutlah nilai yang diperoleh siswa dijadikan sebagai patokan keberhasilan

siswa.

Page 53: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penerapan ke

profesionalan guru penjasorkes di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Kabupaten Dharmasraya dapat diambil kesimpulan seperti berikut :

1. Tingkat capaian penerapan ke profesionalan guru penjasorkes di Sekolah

Menengah Pertama Negeri Kabupaten Dharmasraya dari segi

merencanakan proses pembelajaran berada pada klasifikasi terlaksana

dengan kurang baik, dengan 63,6% responden menyatakan

merencanakan proses pembelajaran terlaksana dan 36,4% responden

menyatakan merencanakan proses pembelajaran tidak terlaksana.

2. Tingkat capaian penerapan ke profesionalan guru penjasorkes di Sekolah

Menengah Pertama Negeri Kabupaten Dharmasraya dari segi

melaksanakan proses pembelajaran berada pada klasifikasi terlaksana

dengan kurang baik, dengan 57,7% responden menyatakan melaksanakan

proses pembelajaran terlaksana dan 42,3% responden menyatakan

melaksanakan proses pembelajaran tidak terlaksana.

3. Tingkat capaian penerapan ke profesionalan guru penjasorkes di Sekolah

Menengah Pertama Negeri Kabupaten Dharmasraya dari segi

mengevaluasi proses pembelajaran berada pada klasifikasi terlaksana

dengan kurang baik, dengan 58,1% responden menyatakan mengevaluasi

Page 54: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

43

proses pembelajaran terlaksana dan 41,9% responden menyatakan

mengevaluasi proses pembelajaran tidak terlaksana.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka penulis memberikan

saran sebagai berikut :

1. Guru Penjasorkes di SMPN Kabupaten Dharmasrayaagar terus dapat

mengembangkan pengetahuan dalam hal modifikasi dalam kegiatan

pembelajaran Penjasorkes, karena itu akan menambah tingkat motivasi

siswa.

2. Kepala Sekolah diSMPN Kabupaten Dharmasraya, dalam rangka

meningkatkan kompetensi siswa dan peningkatan hasil belajar siswa,

diharapkan dapat memberikan dukungan, baik itu dalam penyediaan

sarana dan prasarana, maupun dukungan moril.

3. Siswa di SMPN kabupaten Dharmasrayaagar dapat mempertahankan

tingkat motivasi terhadap pembelajaran Penjasorkes, karena itu akan

membantu dalam pencapaian Penjas itu sendiri, yang salah satunya

adalah pencapaian tingkat kebugaran jasmani.

4. Kepada Dinas Pendidikan agar memberikan dukungan baik secara moril

dan materil, yaitu dalam penyediaan sarana dan prasarana, demi

kelancaran proses belajar mengajar Penjasorkes di SMPN Kabupaten

Dharmasraya.

Page 55: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

44

5. Semua pihak terkait, orang tua dan masyarakat, diharapkan dapat

bekerjasama, sebagai motivator dalam rangka peningkatan moivasi, dan

peningkatan kualitas modifikasi dalam pembelajaran Penjasokes.

Page 56: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

45

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1989.Menajemen penelitian. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 1989. Metoda Statistik. Bandung. Tarsito

Suwirman (2006) Dasar-Dasar Penelitian. Fik UNP

Depdiknas (2008) Peraturan Mendiknas. Jakarta, Depdiknas

Palaning, Dio (2006) Pelaksanaan Pembelajaran Penjas Pada Siswa SMAN I

Sijunjung, Padang, UNP (Skripsi)

Zalfendi dan Hendri Neldi (2011) Perencanaan dan Telaah Kurikulum Dalam

Pembelajaran Penjasorkes. Padang.

Zalfendi, Hendri dan Willadi Rasyid (2011) Strategi Pembelajaran. Padang,

Sukabina Press.

BSNP (2008) Pedoman Penyusunan KTSP. Jakarta, Depdiknas.

Lutan, Rusli DKK (2002) Pendidikan Kebugaran Jasmani : Orientasi

Pembinaan Sepanjang Hayat. Jakarta, Depdiknas

(2006). Panduan Pengembangan Sialbus Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga, dan Kesehatan, Jakarta : Depdikanas, Derektorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan

Pertama.

Wirakartakusumah, 1998 Pengertian Mutu Dalam Pendidikan, lokalkarya MMT

IPB, Kampus Dermaga Bogor 26 maret

Depdiknas(2006) Tentang Standar Isi. jakarta Depdiknas

Salinan. Paraturan Menteri Pendidikan Rupublik Indonesia Nomor 41 Tahun

2007. Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan

Menengah

(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :CV.Eko Jaya.

(2006).Undang-Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 Tentang Guru

dan Dosen. Jakarta : Sinar Grafika

Page 57: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

46

LAMPIRAN

Lampiran 1

Kisi-kisi Angket Penelitian

Variabel Indikator Sub indikator No item

Jumlah Positif Negatif

Penerapan

keprofesionalan

guru

penjasorkes

4. Merencanakan

proses

pembelajaran

5. Melaksanakan

proses

pembelajaran

6. Mengevaluasi

proses

pembelajaran

- Pengembangan

silabus

- Pengembangan

RPP

- Kegiatan awal

- Inti

- Penutup

- Evaluasi hasil

- Tes

- pengamatan

- Psikomotor

- Afektif

- Kognitif

1,3,4,

6,8,10

,12.

14,17,

18,20,

22,25,

26,28,

29.

30,31,

33,35.

2,5,7,9,

11,13.

15,16,1

9,21,23

,24,27.

32,34,3

6.

13

16

7

Total 36

Page 58: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

47

Lampiran 2

ANGKET

PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KAB. DHARMAS RAYA

Petunjuk Pengisian Angket:

1. Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan pendapatmu dan berilah tanda

() pada kolom yang tersedia “Ya atau Tidak”.

2. Setiap jawaban yang kamu berikan dijamin kerahasiaannya.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Komponen silabus : 1) Identitas mata pelajaran 2)SK 3)

KD 4) materi pembelajaran 5) kegiatan pembelajaran 6)

indikator, 7) penilaian 8) alokasi waktu 9) sumber belajar,

Apakah bapak/ibu ada membuat ke Sembilan komponen

silabus tersebut ?

2 Apakah bapak/ibu dalam merancang silabus kadang-

kadang membuat komponen di atas kurang dari Sembilan

komponen?

3 Apakah dalam menulis komponen standar kompotensi dan

kompetensi dasar bapak/ibu selalu merujuk KTSP ?

4 Komponen RPP : 1) Identitas mata pelajaran 2) SK 3) KD

4) indikator 5) tujuan pembelajaran 6) materi ajar 7)

alokasi waktu 8) metode pembelajaran 9) kegiatan

pembelajaran 10) penilaian 11) sumber belajar, apakah

bapak/ibu selalu membuat sebelas komponen RPP

tersebut?

5 Kadang-kadang bapak/ibu hanya membuat delapan atau

Sembilan komponen saja ?

6 Apakah dalam merancang RPP bapak/ibu selalu membuat

untuk satu kali tatap muka saja ?

7 Apakah dalam merancang RPP bapak/ibu selalu membuat

untuk beberapa kali tatap muka ?

8 Dalam merancang indikator pencapaian kompetensi apakah

bapak/ibu selalu menuliskan tiga indikator yaitu :

psikomotor, kognitif dan afektif ?

9 Dalam merancang indikator kompetensi apakah bapak/ibu

hanya menuliskan dua indikator saja ?

10 Dalam membuat RPP khususnya komponen materi ajar

apakah bapak/ibu menuliskan materi yang bersifat fakta,

konsep, prinsip dan prosedur ?

Page 59: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

48

11 Apakah bapak/ibu kurang memahami istilah fakta, konsep,

prinsip dan prosedur untuk materi ajar ?

12 Apakah bapak/ibu dalam merancang RPP menuliskan lebih

dari empat metode belajar ?

13 Apakah bapak/ibu dalam merancang RPP menuliskan

kurang dari empat metode belajar ?

14 Apakah bapak/ibu di awal tahap pembukaan pelajaran

selalu melakukan 1. Melakukan pertanyaan-pertanyaan

tentang materi yang akan di pelajari 2. Menjelaskan garis

besar materi 3. menjelaskan KD 4. Memimpin

pemanasan.?

15 Berdasarkan pertanyaan no 14 di atas bapak/ibu kadang-

kadang melakukan kurang dari empat kegiatan diatas ?

16 Apakah dalam memberikan pemanasan bapak/ibu sering

memberikan permainan yang sama, untuk KD yang

berbeda ?

17 Dalam memberikan pemanasan bapak/ibu memberikan

permainan kecil yang bervariasi dalam KD yang berbeda ?

18 Kegiatan inti : 1) Eksplorasi 2) Elaborasi 3) Konfirmasi.

Apakah bapak/ibu ada membuat tiga komponen inti ini di

setiap pembelajaran ?

19 Kadang-kadang bapak/ibu membuat komponen di atas

kurang dari tiga ?

20 Apakah bapak/ibu dalam setiap pembelajaran menyiapkan

LKS ?

21 Bapak/ibu hanya membuat LKS untuk materi tertentu saja?

22 Apakah bapak/ibu pada setiap kegiatan inti membuat

rancangan waktunya ?

23 Apakah bapak/ibu hanya memperkirakan waktu pada

kegiatan inti ?

24 Apakah bapak/ibu tidak memperhatikan aktif peserta didik

dalam proses pembelajaran ?

25 Adakah dalam kesulitan pembelajaran peserta didik

melakukan kerja sama dalam bentuk kelompok melakukan

gerakan ?

26 Apakah peserta didik tidak berani melakukan suatu

kegiatan gerakan jika mengalami kesulitan ?

27 Apakah bapak/ibu ada melibatkan peserta didik mengambil

kesimpulan pelajaran yang telah selesai di laksanakan ?

28 Apakah bapak/ibu ada menyampaikan materi pelajaran

untuk pertemuan berikutnya ?

29 Apakah bapak/ibu mengevaluasi hasil belajar untuk

mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik ?

Page 60: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

49

30 Bapak/ibu melakukan evaluasi materi pembelajaran pada

waktu tertentu saja ?

31 Adakah bapak/ibu mencantumkan ranah psikomotor,

kognitif dan afektif di dalam melakukan evaluasi ?

32 Kadang-kadang bapak/ibu hanya menilai dari aspek

psikomotor saja ?

33 Apakah bapak/ibu ada melakukan tes dari ketiga aspek

ranah di atas ?

34 Bapak/ibu hanya melakukan tes terhadap aspek ranah

afektif saja ?

35 Apakah bapak/ibu ada memberikan remedial kepada

peserta didik yang belum bisa dan memberikan pengayaan

kepada peserta didik yang telah bisa ?

36 Dari pertanyaan no 35 bapak/ibu hanya memberikan

pengayaan saja kepada peserta didik ?

Page 61: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

50

Lampiran 3

Tabel Skor Merencanakan Proses Pembelajaran

No Pertanyaan Ya Tidak

Skor Tingkat

Pencapaian F % F %

1 Komponen silabus : 1)

Identitas mata pelajaran

2)SK 3) KD 4) materi

pembelajaran 5) kegiatan

pembelajaran 6) indikator,

7) penilaian 8) alokasi

waktu 9) sumber belajar,

Apakah bapak/ibu ada

membuat ke Sembilan

komponen silabus tersebut ?

30 100 0 0 30 100

2 Apakah bapak/ibu dalam

merancang silabus kadang-

kadang membuat komponen

di atas kurang dari Sembilan

komponen?

0 0 30 100 0 0

3 Apakah dalam menulis

komponen standar

kompotensi dan kompetensi

dasar bapak/ibu selalu

merujuk KTSP ?

30 100 0 0 30 100

4 Komponen RPP : 1)

Identitas mata pelajaran 2)

SK 3) KD 4) indikator 5)

tujuan pembelajaran 6)

materi ajar 7) alokasi waktu

8) metode pembelajaran 9)

kegiatan pembelajaran 10)

penilaian 11) sumber

belajar, apakah bapak/ibu

selalu membuat sebelas

komponen RPP tersebut?

30 100 0 0 30 100

5 Kadang-kadang bapak/ibu

hanya membuat delapan

atau Sembilan komponen

saja ?

5 16,7 25 83,3 5 16,7

6 Apakah dalam merancang

RPP bapak/ibu selalu

membuat untuk satu kali

tatap muka saja ?

30 100 0 0 30 100

7 Apakah dalam merancang

RPP bapak/ibu selalu 2 6,67 28 93,3 2 6,67

Page 62: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

51

membuat untuk beberapa

kali tatap muka ?

8 Dalam merancang indikator

pencapaian kompetensi

apakah bapak/ibu selalu

menuliskan tiga indikator

yaitu : psikomotor, kognitif

dan afektif ?

30 100 0 0 30 100

9 Dalam merancang indikator

kompetensi apakah

bapak/ibu hanya menuliskan

dua indikator saja ?

0 0 30 100 0 0

10 Dalam membuat RPP

khususnya komponen materi

ajar apakah bapak/ibu

menuliskan materi yang

bersifat fakta, konsep,

prinsip dan prosedur ?

30 100 0 0 30 100

11 Apakah bapak/ibu kurang

memahami istilah fakta,

konsep, prinsip dan

prosedur untuk materi ajar ?

27 90 3 10 27 90

12 Apakah bapak/ibu dalam

merancang RPP menuliskan

lebih dari empat metode

belajar ?

4 13,3 26 86,7 4 13,3

13 Apakah bapak/ibu dalam

merancang RPP menuliskan

kurang dari empat metode

belajar ?

30 100 0 0 30 100

JUMLAH 248 63,6 142 36,4 248 63,6

Page 63: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

52

Lampiran 4

Tabel Skor Melaksanakan Proses Pembelajaran

No Pertanyaan Ya Tidak

Skor Tingkat

Pencapaian F % F %

14 Apakah bapak/ibu di awal

tahap pembukaan

pelajaran selalu melakukan

1. Melakukan pertanyaan-

pertanyaan tentang materi

yang akan di pelajari 2.

Menjelaskan garis besar

materi 3. menjelaskan KD

4. Memimpin pemanasan.?

30 100 0 0 30 100

15 Berdasarkan pertanyaan no

14 di atas bapak/ibu

kadang-kadang melakukan

kurang dari empat kegiatan

diatas ?

26 86,7 4 13,3 26 86,7

16 Apakah dalam

memberikan pemanasan

bapak/ibu sering

memberikan permainan

yang sama, untuk KD

yang berbeda ?

8 26,7 22 73,3 8 26,7

17 Dalam memberikan

pemanasan bapak/ibu

memberikan permainan

kecil yang bervariasi

dalam KD yang berbeda ?

22 73,3 8 26,7 22 73,3

18 Kegiatan inti : 1)

Eksplorasi 2) Elaborasi 3)

Konfirmasi. Apakah

bapak/ibu ada membuat

tiga komponen inti ini di

setiap pembelajaran ?

30 100 0 0 30 100

19 Kadang-kadang bapak/ibu

membuat komponen di

atas kurang dari tiga ?

0 0 30 100 0 0

20 Apakah bapak/ibu dalam

setiap pembelajaran

menyiapkan LKS ?

0 0 30 100 0 0

21 Bapak/ibu hanya membuat

LKS untuk materi tertentu

saja?

13 43,3 17 56,7 13 43,3

22 Apakah bapak/ibu pada 30 100 0 0 30 100

Page 64: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

53

setiap kegiatan inti

membuat rancangan

waktunya ?

23 Apakah bapak/ibu hanya

memperkirakan waktu

pada kegiatan inti ?

0 0 30 100 0 0

24 Apakah bapak/ibu tidak

memperhatikan aktif

peserta didik dalam proses

pembelajaran ?

0 0 30 100 0 0

25 Adakah dalam kesulitan

pembelajaran peserta didik

melakukan kerja sama

dalam bentuk kelompok

melakukan gerakan ?

27 90 3 10 27 90

26 Apakah peserta didik tidak

berani melakukan suatu

kegiatan gerakan jika

mengalami kesulitan ?

25 83,3 5 16,7 25 83,3

27 Apakah bapak/ibu ada

melibatkan peserta didik

mengambil kesimpulan

pelajaran yang telah

selesai di laksanakan ?

30 100 0 0 30 100

28 Apakah bapak/ibu ada

menyampaikan materi

pelajaran untuk pertemuan

berikutnya ?

6 20 24 80 6 20

29 Apakah bapak/ibu

mengevaluasi hasil belajar

untuk mengukur tingkat

pencapaian kompetensi

peserta didik ?

30 100 0 0 30 100

JUMLAH 277 57,7 203 42,3 277 57,7

Page 65: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

54

Lampiran 5

Tabel Skor Mengevaluasi Proses Pembelajaran

No Pertanyaan Ya Tidak

Skor Tingkat

Pencapaian F % F %

30 Bapak/ibu melakukan

evaluasi materi

pembelajaran pada waktu

tertentu saja ?

30 100 0 0 30 100

31 Adakah bapak/ibu

mencantumkan ranah

psikomotor, kognitif dan

afektif di dalam

melakukan evaluasi ?

29 96,7 1 3,33 29 96,7

32 Kadang-kadang bapak/ibu

hanya menilai dari aspek

psikomotor saja ?

2 6,67 28 93,3 2 6,67

33 Apakah bapak/ibu ada

melakukan tes dari ketiga

aspek ranah di atas ?

29 96,7 1 3,33 29 96,7

34 Bapak/ibu hanya

melakukan tes terhadap

aspek ranah afektif saja ?

0 0 30 100 0 0

35 Apakah bapak/ibu ada

memberikan remedial

kepada peserta didik yang

belum bisa dan

memberikan pengayaan

kepada peserta didik yang

telah bisa ?

30 100 0 0 30 100

36 Dari pertanyaan no 35

bapak/ibu hanya

memberikan pengayaan

saja kepada peserta didik ?

2 6,67 28 93,3 2 6,67

JUMLAH 122 58,1 88 41,9 122 58,1

Page 66: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

55

Lampiran 6

Dokumentasi Penelitian

Page 67: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

56

Page 68: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

57

Page 69: PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_RIO_HENDRA... · PENERAPAN KE PROFESIONALAN GURU PENJASORKES DI SEKOLAH MENENGAH

58