KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN...

99
1 KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN MAEGERI ATLET KARATE DOJO SUNGAI LIMAU KABUPATEN PADANG PARIAMAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang Oleh: INDAH KAMALA SARI NIM : 02953 PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

Transcript of KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN...

  • 1

    KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN MAEGERI ATLET KARATE DOJO SUNGAI LIMAU

    KABUPATEN PADANG PARIAMAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan di Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Padang

    Oleh:

    INDAH KAMALA SARI NIM : 02953

    PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

  • 2

  • 3

  • 4

    ABSTRAK

    Indah Kamala Sari (2012) : Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelincahan Terhadap Kemampuan Maegeri Atlet Karate Dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman

    Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap fenomena yang terjadi dilapangan yaitu ternyata kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman masih kurang baik, hal itu juga dapat dilihat dengan minimnya prestasi yang diraih oleh para atlet. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi daya ledak otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman.

    Jenis penelitian adalah korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman yang berjumlah 30 orang, dimana atlet putri 8 orang dan atlet putra 30 orang. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel bersyarat. Untuk mendapatkan data penelitian digunakan tes vertikal jump untuk daya ledak otot tungkai, tes zig-zag run untuk kelincahan dan tes kemampuan maegeri untuk melihat kemampuan maegeri. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis korelasi sederhana dan ganda dengan taraf signifikan α = 0,05. Sedangkan untuk mencari kontribusi menggunakan rumus (r2x 100%).

    Hasil analisis data menunjukkan (1) Daya ledak otot tungkai berkontribusi sebesar 36.48% terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman, (2) Kelincahan berkontribusi sebesar 26.83% terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman, (3) Daya ledak otot tungkai dan kelincahan berkontribusi secara bersama-sama sebesar 39.69% terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman.

    Kata Kunci : Daya ledak otot tungkai, kelincahan, dan kemampuan maegeri

  • 5

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi dengan judul “Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Dan Kelincahan

    Terhadap Kemampuan Maegeri Atlet Karate Dojo Sngai Limau Kabupaten

    Padang Pariaman”. Skripsi ini ditulis dalam memenuhi salah satu syarat

    penyelesaian program Strata satu (SI) guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

    pada Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Padang.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan dan

    dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada

    kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih

    yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Drs. H. Arsil, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

    Padang.

    2. Drs. Maidarman, M.Pd Ketua Jurusan Kepelatihan Fakultas Ilmu Keolahragaan

    Universitas Negeri Padang.

    3. Prof. Dr. Eri Barlian, M.Si selaku pembimbing I dan bapak Drs. H. Alnedral,

    M.Pd, selaku pembimbing II yang penuh perhatian dan kesabaran dalam

    membimbing untuk menyelesaikan skripsi ini.

    i

  • 6

    4. Bapak-bapak dosen penguji, yaitu Drs. Maidarman, M.Pd, Padli S.Si M.Pd, Drs.

    Hermanzoni, M.Pd yang telah memberikan arahan, koreksi dan nasehatnya

    selama penyelesaian skripsi ini.

    5. Bapak dan ibu, kakak dan adik serta keluarga besar penulis, yang telah

    memberikan bantuan moril maupun materil dalam mengikuti perkuliahan dan

    penyelesaian skripsi ini.

    6. Seluruh rekan-rekan seperjuangan mahasiswa tahun 2008 Jurusan Kepelatihan

    Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.

    Semoga bantuan, bimbingan dan petunjuk yang Bapak/Ibu, dan Saudara

    berikan menjadi amal shaleh dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah

    SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

    untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun sehingga dapat

    menyempurnakan skripsi ini.

    Padang, April 2012

    Penulis

    ii

  • 7

    DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ABSTRAK KATA PENGANTAR ................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ......................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… . vi DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. vii BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 6 C. Pembatasan Masalah ................................................................. 7 D. Perumusan Masalah ................................................................... 7 E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7 F. Manfaat Hasil Penelitian ........................................................... 8

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori ......................................................................... 9 1. Hakekat Karate ................................................................... 9 2. Hakekat Maegeri ................................................................. 13 3. Hakekat Daya Ledak Otot Tungkai .................................... 19 4. Hakekat Kelincahan ............................................................. 24

    B. Kerangka Konseptual ............................................................... 28 C. Hipotesis ................................................................................... 32

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian ......................................................................... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 33 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 33 D. Defenisi Operasional ………………………………………… 34 E. Jenis dan Sumber Data ............................................................. 35 F. Prosedur Penelitian .................................................................... 35 G. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 36

    iii

  • 8

    H. Instrumen Penelitian ................................................................ . 36 I. Teknik Analisis Data ................................................................ 43

    BAB IV HASIL PENELITIAN

    A. Deskriptif Data ……………………………………………… . 45 B. Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………… 49 C. Pengujian Hipotesis …………………………………………. . 51 D. Pembahasan …………………………………………………. . 54

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan …………………………………………………. . 61 B. Saran ………………………………………………………… . 61

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    iv

  • 9

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Populasi Penelitian ...................................................................... 33

    Tabel 2. Sampel Penelitian ........................................................................ 34

    Tabel 3. Personalia Pelaksanaan Penganbilan Data Penelitian ................. 36

    Tabel 4. Norma Tes Vertical Jump ........................................................... 38

    Tabel 5. Norma Tes zig-zag run ................................................................ 40

    Tabel 6. Norma Tes Maegeri .................................................................... 43

    Tabel 7. Distribusi Frekuensi Daya Ledak Otot Tungkai ......................... 45

    Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kelincahan ................................................. 47

    Tabel 9. Distribusi Frekuensi Maegeri ...................................................... 48

    Tabel 10. Rangkuman Uji Normalitas ......................................................... 50

    Tabel 11. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Daya Ledak Otot Tungkai

    Terhadap Kemampuan Maegeri .................................................. 51

    Tabel 12. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kelincahan Terhadap

    Kemampuan Maegeri .................................................................. 52

    Table 13. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kontribusi Daya Ledak Otot

    Tungkai dan Kelincahan Secara Bersama-sama Terhadap

    Kemampuan Maegeri……………………………… .................. 53

    v

  • 10

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman Gambar 1. Teknik Tendangan Karate ........................................................... 16

    Gambar 2. Tes Vertical Jump ....................................................................... 37

    Gambar 3. Tes zig-zag run ............................................................................ 40

    Gambar 4. Histogram Daya Ledak Otot Tungkai ......................................... 46

    Gambar 5. Histogram Kelincahan ................................................................. 48

    Gambar 6. Histogram Kemampuan Maegeri ................................................ 49

    vi

  • 11

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1: Hasil Kemampuan Daya Ledak Otot Tungkai ................................... 63

    Lampiran 2: Data Hasil Penelitian .......................................................................... 64

    Lampiran 3: Analisis Uji Normalitas Daya Ledak Otot Tungkai ........................... 65

    Lampiran 4: Analisis Uji Normalitas Kelincahan ................................................... 67

    Lampiran 5: Analisis Uji Normalita Maegeri ......................................................... 69

    Lampiran 6: Perhitungan Dengan T Skore.............................................................. 71

    Lampiran 7: Tabel Korelasi Sederhana Dan Berganda ........................................... 72

    Lampiran 8: Pengujian Hipotesis ............................................................................ 73

    Lampiran 9: Pengujian Signifikan Korelasi Ganda ................................................ 75

    Lampiran 10: Nilai Kritis L Untuk Uji Liliefors ..................................................... 76

    Lampiran 11: Table Dari Harga Kritik Dari Product Moment ............................... 77

    Lampiran 12: Daftar Luas Dibawah Lengkungan Normal Standar Dari 0

    Ke Z .............................................................................................. 78

    Lampiran 13: Foto-Foto Pengambilan Data Penelitian ........................................... 80

    Lampiran 14: Surat Penelitian Dari FIK UNP ........................................................ 83

    Lampiran 15: Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian ...................................... 84

    Lampiran 16: Surat Keterangan Dari UPTD Balai Pengawasan Mutu

    Barang ........................................................................................... 85

    vii

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Istilah olahraga saat ini tidak asing lagi bagi masyarakat. Olahraga

    dapat diartikan sebagai kebutuhan yang merupakan suatu keinginan manusia

    yang ingin hidup sehat baik jasmani maupun rohaninya. Berolahraga dapat

    menjaga kondisi tubuh agar tetap bersemangat dalam mengerjakan aktifitas

    sehari-hari. Sejalan dengan itu dalam undang-undang sistem keolahragaan

    nasional dipaparkan:

    “Bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa melalui instrumen pembangunan nasional dibidang keolahragaan merupakan upaya meningkatkan kualitas hidup manusia indonesia secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur, sejahtera dan demokratis berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 (UU.RI No 3,2005)”

    Disahkannya undang-undang tentang sistem keolahragaan nasional

    maka dunia olahraga telah memiliki kekuatan hukum dalam mewujudkan

    tujuan keolahragaan nasional. Bagi seorang atlet, olahraga merupakan ajang

    untuk berkompetensi dalam meraih prestasi setinggi-tingginya. Untuk meraih

    prestasi tersebut diperlukan usaha melalui perencanaa dan pelaksanaan yang

    terarah, terkoordinir dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai.

    Dalam undang-undang sistem keolahragaan dijabarkan: “Olahraga

    prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahraga secara

    1

  • 2

    terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai

    prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

    (UU. RI No 3,2005).

    Sehubungan dengan itu olahraga karate yang merupakan olahraga

    prestasi hingga diresmikan menjadi olahraga yang diperhitungkan di kancah

    olahraga prestasi Indonesia maupun dunia. Sebagai salah satu olahraga

    prestasi, jelas bahwa olahraga karate harus dapat melakukan pembinaan dan

    pengembangan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan kepada atlet

    melalui kompetisi-kompetisi yang rutin demi tercapainya prestasi yang

    diharapkan. Melalui kompetisi-kompetisi rutin diadakan setiap tahunnya

    diharapkan akan muncul bibit atlet berbakat untuk dilakukan pembinaan lebih

    lanjut. Dalam kejuaraan-kejuaraan dunia para atlet karate terpilih Indonesia

    dapat mencetak juara dalam kelas-kelas yang dipertandingkan, hal ini

    membuktikan bahwa karate memang pantas untuk menjadi salah satu olahraga

    kebanggaan Indonesia, tidak hanya sebagai prestasi tetapi juga dapat

    dipergunakan sebagai penjagaan diri sendiri pada saat-saat genting.

    Dalam usaha untuk mencapai atau meningkatkan prestasi tersebut ada

    beberapa faktor yang harus diperhatikan seperti kondisi fisik, keterampilan

    teknik, pengetahuan taktik, dan mental. Begitu banyak faktor yang

    mempengaruhi seseorang untuk berprestasi dalam bidang olahraga, maka

    seorang atlet karate harus menguasai dan meningkatkan kemampuan dirinya

    akan faktor-faktor yang disebutkan di atas. Karena antara faktor-faktor

  • 3

    tersebut saling berhubungan satu sama lainnya maka seluruh komponen harus

    diterapkan secara seimbang dan mendapatkan porsi sesuai dengan kebutuhan.

    Sehubungan dengan itu, dalam olahraga karate terdapat berbagai

    teknik untuk dapat melaksanakan tugas gerakan yang di sesuaikan dengan

    prinsip-prinsip olahraga beladiri. Tendangan merupakan teknik yang sangat

    dominan dalam olahraga karate. Oleh karena itu tendangan merupakan

    keterampilan yang paling penting dalam olahraga karate di bandingkan teknik

    yang lainnya, dimana dalam pertandingan tendangan merupakan senjata

    utama dalam melakukan penyerangan dan pertahanan untuk mendapatkan

    poin kemenangan. Teknik tendangan dalam karate meliputi teknik tendangan

    dasar yaitu maegeri (tendangan depan), mawashi-geri, kekomi, ushiro geri.

    Maegeri ini berupa tendangan menyodok kearah muka, dada dan perut,

    dengan menggunakan ujung telapak kaki dengan jari dilentikkan.

    Semakin baik teknik tendangan seorang atlet karate akan nampak dari

    kemampuan tendanganya yaitu bentuk dan kualitas gerakan yang ditampilkan

    sehingga akan semakin mudah untuk mendapatkan poin kemenangan. Untuk

    mendapatkan keterampilan tendangan itu membutuhkan suatu aktifitas fisik

    dan motorik yang baik yaitu dalam proses latihan dengan berbagai prinsip-

    prinsipnya. Semakin sering atlet berlatih maka keterampilan yang dimilikinya

    juga akan semakin baik.

    Di lain pihak Singh dalam Bafirman (2008) mengemukakan tiga fase

    perolehan keterampilan olahraga, yaitu:

  • 4

    1) Fase koordinasi kasar adalah gerakan yang ditampilkan masih dalam bentuk kasar, sehingga bentuk suatu gerakan yang dipelajari membutuhkan tenaga yang besar dan penggunaannya kurang efesien.

    2) Fase koordinasi halus, yang menampakan bahwa koordinasi gerakan yang ditampilkan sudah baik dari koordinasi gerakan fase pertama, sehingga kelihatan tenega lebih sedikit dan gerakan yang ditampilkan pun lebih lancar dan tidak terputus-putus.

    3) Fase koordinasi penguasaan, fase ini memperlihatkan seluruh gerakan yang ditampilkan dapat dilakukan secara otomatis, sehingga gerakan yang dilakukan dapat disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan tanpa terlebih dahulu memikirkan urutan gerak yang akan dilakukan. Jelas bahwa untuk mendapatkan keterampilan tendangan yang baik

    dalam olahraga karate melalui tahapan-tahapan seperti yang disebutkan di atas

    dalam proses latihan. Dengan latihan yang rutin pastinya akan diperoleh

    keterampilan menendang yang baik, karena akan memperoleh pengalaman-

    pengalaman gerak dari banyaknya pengulangan gerakan akibatnya gerakan itu

    akan semakin meningkat kualitasnya dan tenaga yang digunakan juga semakin

    ekonomis. Untuk mencapai dari tujuan tendangan tersebut, khususnya

    maegeri. Kondisi fisik merupakan faktor penunjang dari kemampuan

    tendangan tersebut. Di dalam olahraga karate kondisi fisik merupakan salah

    satu persyaratan seorang atlet, bahkan dapat dikatakan dasar olahraga prestasi.

    Beberapa faktor kondisi fisik yang mempengaruhi kemampuan

    tendangan atlet karate diantaranya adalah daya ledak otot tungkai dan

    kelincahan. Menurut Suharno (1988) bahwa “kelincahan adalah kemampuan

    untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan arah yang

    dihadapi dan dikehendaki”. Menurut Philip dkk dalam Bafirman menyatakan

  • 5

    bahwa daya ledak adalah kemampuan untuk menggunakan tenaga yang kuat

    dan karena proses kerjanya an aerobik yang memerlukan waktu yang tercepat.

    Oleh sebab itu dalam cabang karate lebih dominan menggunakan tendangan

    maegeri maka daya ledak otot tungkai sangat mempengaruhi.

    Perguruan karate dojo Sungai Limau adalah salah satu perguruan yang

    ada di Kecamatan Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman yang sudah

    melaksanakan proses latihan yang terencana dan kontiniu, serta memiliki

    program latihan yang terencana, dari pengamatan awal penulis pada saat atlet

    karate dojo Sungai Limau melakukan latihan dan pertandingan kemampuan

    yang mereka kuasai kurang baik. Lemahnya kemampuan tendangan atlet

    karate dojo sungai limau adalah kurangnya kelincahan dan daya ledak dalam

    atau saat melakukan maegeri, hal ini terlihat ketika latihan atau saat

    pertandingan, atlet karate dojo Sungai Limau sulit mencari poin sebanyak-

    banyaknya, karena tendangan yang dilakukan saat pola menyerang dan

    bertahan kurang cepat sehingga mudah dihindari dan ditanggap atau disapu

    oleh lawan.

    Kurangnya kemampuan tendangan atlet dojo Sungai Limau membuat

    atlet tersebut sulit untuk mengatur tempo permainan, mencari kesempatan

    untuk mendapatkan poin, sehingga tujuan akhir dari pertandingan karate

    mencari poin sebanyak-banyanknya sulit tercapai sehingga kemenangan sulit

    didapat. Apabila hal ini terus dibiarkan akan berdampak buruk bagi atlet

    karate dojo Sungai Limau, sehingga dalam pencapaian prestasi akan sulit di

  • 6

    capai. Hal ini lah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian,

    dengan judul “Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelincahan Terhadap

    Kemampuan Maegeri Atlet Karate Dojo Sungai Limau Kabupaten Padang

    Pariaman”.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam

    penelitian ini dapat diidentifikasikan, di antaranya:

    1) Apakah teknik kuda-kuda memberikan kontribusi terhadap

    kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau?

    2) Apakah kekuatan memberikan kontribusi terhadap kemampuan

    maegeri atlet karate dojo Sungai Limau?

    3) Apakah posisi tubuh dan mental memberikan kontribusi terhadap

    kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau?

    4) Apakah kelenturan memberikan kontribusi terhadap kemampuan

    maegeri atlet karate dojo Sungai Limau?

    5) Apakah sarana dan prasarana memberikan kontribusi terhadap

    kemampuan maegeri atlet dojo Sungai Limau?

    6) Apakah taktik memberikan kontribusi terhadap kemampuan maegeri

    atlet karate dojo Sungai Limau?

    7) Apakah kelincahan memberikan kontribusi terhadap kemampuan

    maegeri atlet karate dojo Sungai Limau?

  • 7

    8) Apakah daya ledak otot tungkai memberikan kontribusi terhadap

    kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau?

    C. Pembatasan Masalah

    Menggingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kemampuan

    tendangan dalam olahraga karate, akan tetapi mengingat keterbatasan yang

    penulis miliki dan pengalaman penulis, maka penelitian ini dibatasi pada

    Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai dan Kelincahan Terhadap Kemampuan

    Maegeri Atlet Karate Dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman.

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

    pembatasan masalah di atas, maka penelitian ini dirumuskan:

    1) Apakah daya ledak otot tungkai memberikan kontribusi

    terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau

    Kabupaten Padang Pariaman?

    2) Apakah kelincahan memberikan kontribusi terhadap

    kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau

    Kabupaten Padang Pariaman?

    3) Apakah daya ledak otot tungkai dan kelincahan memberikan

    kontribusi terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo

    Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman?

    E. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

  • 8

    1) Seberapa besar kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap

    kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten

    Padang Pariaman.

    2) Seberapa besar kontribusi kelincahan terhadap kemampuan maegeri

    atlet karate dojo sungai limau kabupaten padang pariaman.

    3) Seberapa besar kontribusi daya ledak otot tungkai dan kelincahan

    terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau

    Kabupaten Padang Pariaman.

    F. Manfaat Penelitian

    a) Bagi peneliti

    Salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan di

    Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang

    b) Bagi pelatih

    Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan dan membuat

    program latihan.

    c) Institusi Pendidikan

    Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan

    mahasiswa.

    d) Bagi peneliti selanjutnya

    Dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya di masa yang akan

    datang.

  • 9

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    A. Landasan Teori

    1. Hakekat Olahraga Karate

    a. Pengertian Karate-Do

    Karate adalah seni bela diri yang berasal dari Jepang. Kata karate

    berasal dari bahasa Jepang yang disatukan dengan arti tangan kosong (empty

    hand) Kara artinya kosong, Te artinya tangan. Seni bela diri karate dibawa

    masuk ke Jepang melalui Okinawa. (Wahid, 2005 ) menyatakan bahwa :

    “Karate diandalkan sebagai sistem sebuah beladiri bagi pemakainya yang terdiri atas teknik tangkisan atau menggagalkan sebuah serangan dan menyerang balik lawan dengan memukul, menangkis, melempar dan menendang yang dikembangkan melalui organisasi, rasionalisasi sebagai tekinik-teknik yang terdiri dari : (1) Seni Gerakan Jasmani (Calisthecnics), (2) Sebagai Olahraga (Sports), (3) Sebagai Seni Beladiri (Self-Defence), dan karate sebagai beladiri dari timur.”A Dictionary of Martial Art 2005. Morris, (1978) mengemukakan bahwa, penemu karate pada abad ke-19

    adalah Matsumara Shukon (1797-1896) dia adalah seorang prajurit samurai

    dan pengawal raja Okinawa. Shukon mulanya meniru bentuk Cina Boxing

    dan menggabungkan dengan Bushido (ilmu perag orang Jepang), dan

    ditambah lagi dengan kitab-kitab ilmu perang dan latihan perang lainnya.

    Menurut Gichin Funakhosi karate mempunyai banyak arti yang lebih

    condong kepada hal yang bersifat filsafat. Istilah “kara” dalam karate bisa

    juga disamakan seperti cermin bersih yang tanpa cela yang mampu

    9

  • 10

    menampilkan bayangan benda yang dipantulkannya sebagai aslinya. Ini

    berarti orang yang belajar karate harus membersihkan dirinya dari keinginan

    dan fikiran jahat. Selanjutnya Gichin Funakhosi menjelaskan makna kata

    “kara” pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari

    seseorang. Walaupun demikian sifat ksatria tetap ternama dalam kerendahan

    hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu.

    Karate sesungguhnya merupakan seni beladiri tangan kosong dimana tangan

    dan kaki dilatih secara sistematis. Disamping itu karate merupakan sistem

    latihan yang dilatih dan dididik untuk menguasai semua gerakan tubuh seperti

    menangkis, menghindar, memukul, menendang dan mengatur keseimbangan.

    Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh World Karate

    Federation (WKF) merupakan badan yang ditunjuk oleh Iinternational

    Olympic Competition (IOC) untuk pengolahan peraturan-peraturan, baik

    peraturan pertandingan maupun mengenai teknik dan perwasitan. Adapun

    nomor-nomor yang dipertandingkan adalah nomor kata (jurus), dan nomor

    kumite (pertarungan/laga).

    Dalam pertandingan, sarana dan prasarana yang digunakan karateka

    pakaian yang disebut dengan Karate-gi atau berwarna putih terdiri atas jaket

    berlapis dua disebut uwagi dan celana panjang longgar yang disebut Zabon,

    serta ikat pinggang yang tebal dijahit rangkap dua disebut ogi. Ogi terdiri dari

    dua warna merah disebut aka dan biru disebut ao sebagai pembeda di atas

    arena antara karateka dan lawannya.

  • 11

    Arena pertandingan terdiri atas matras yang disebut tatami, berbentuk

    bujur sangkar dengan ketebalan minimal 7 cm, dan ukuran lapangan standar

    adalah 12x12 meter. Pertandingan dipimpin oleh empat orang wasit yang

    terdiri atas tiga orang juri (shushin) yang berada pada posisi sebelah selatan,

    dan fakushin dan shushin berada di atas tatami.

    Karate sebagai alat beladiri juga berfungsi sebagai olahraga prestasi,

    seni dan pendidikan. Karate sebagai olahraga prestasi adalah dengan

    dipertandingkannya karate di berbagai pertandingan olahraga, baik di tingkat

    regional, nasional, maupun internasional. Karate sebagai seni tercermin pada

    nomor kata (jurus) yang menuntut karateka manampilkan suatu rangkaian

    jurus dengan teknik yang benar dan mengandung nilai. Karate sebagai

    olahraga pendidikan tercermin pada proses pelatihannya yang menggunakan

    aktivitas jasmani sebagai sarana pembentukan watak dan kepribadian

    pelakunya.

    b. Teknik Karate

    Teknik karate terbagi menjadi tiga bagian utama : kihon (teknik

    dasar), kata (jurus) dan kumite (pertarungan).

    a. Kihon secara harfiah berarti dasar atau fondasi. Praktisi karate harus

    menguasai kihon dengan baik sebelum mempelajari kata dan kumite.

    Pelatih kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk

  • 12

    putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau sabuk hitam,

    siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

    b. Kata secara harfiah berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak

    hanya merupakan latihan fisik atau aerobik biasa. Tapi juga

    mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki

    ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda. Dalam kata ada yang

    dinamakan bunkai. Bunkai adalah aplikasi yang dapat digunakan dari

    gerakan-gerakan dasar kata. Setiap aliran memiliki perbedaan gerakan

    dan nama yang berbeda untuk tiap kata.

    c. Kumite sacara harfiah berarti “pertemuan tangan”. Kumite dilakukan

    oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi

    sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat

    pemula (sabuk kuning). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal

    dengan kumite shiai atau kumite pertandingan. Untuk aliran shotokan

    di Jepang. Kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai

    tingkat dan (sabuk hitam). Pratis diharuskan untuk dapat menjaga

    pukulan supaya tidak menciderai kawan bertanding.

    Bagian tubuh manusia dapat menjadi senjata di dalam karate, tiap

    bagian tubuh dapat dimanfaatkan untuk melakukan serangan, mengelak,

    dan membanting. Dalam cabang olahraga karate memiliki beberapa teknik

    dasar di antaranya yaitu pukulan, tangkisan, tendangan. Tanpa didukung

  • 13

    oleh kondisi fisik yang baik, mustahil seorang karateka mampu bertanding

    dan mengeluarkan teknik-teknik karate dalam pertandingan.

    2. Hakekat Maegeri

    a. Pengertian Maegeri

    Maegeri merupakan salah satu dari bentuk serangan dalam karate.

    Pengertian serangan adalah usaha pembelaan diri dengan menggunakan

    lengan (tangan) atau tungkai (kaki), untuk mengenai sasaran tertentu pada

    tubuh lawan (Hamdani 2003). Adapun serangan dapat dibagi jenisnya

    baerdasarkan alat yang digunakan. Untuk melakukan serangan, yang

    dikutip Hamdani yaitu : serangan lengan atau tangan yang lazim disebut

    dengan pukulan, dan serangan tungkai atau kaki disebut tendangan (Sari

    2003).

    Pada serangan tungkai berlaku pula bentuk lintasan sebagaimana

    serangan lengan. Dalam olahraga karate terdapat bermacam-macam

    serangan tungkai. Pada dasarnya berpangkal pada gerak dasar kaki itu

    sendiri. Serangan terdiri dari : serangan kaki, sapuan, kaitan dan memutar.

    Yang peneliti pusatkan dalam penelitian ini adalah serangan kaki.

    Secara umum serangan kaki atau tendangan. Sedangkan pada waktu

    melakukan teknik tendangan posisi dan lindasan gerakan kaki dapat

    melalui :

    1. Depan (maegeri)

    2. Memutar (mawashigeri)

  • 14

    3. Belakang (ushirogeri)

    4. Samping (yokogeri)

    Dalam penelitian ini akan mengambil salah satu teknik tendangan

    yaitu maegeri. Maegeri merupakan salah satu teknik serangan dalam

    pertandingan karate. Pengertian maegeri menurut para ahli adalah :

    Menurut Masutatzu Oyama dikutip oleh Sujoto (1995) maegeri adalah tendangan lurus kedepan, tendangan ini mempergunakan ujung telapak kaki. Dengan mempergunakan ujung telapak kaki alirkan tenaga dari pinggul bersama-sama dengan tenaga lecutan dari kaki, tendangan langsung kearah sasaran. Menurut Matsutatzu (1996)mengemukakan bahwa kira-kira 70% beladiri menggunakan teknik tendangan dan kekuatan tendangan kurang lebih lima kali lebih besar dari teknik pukulan.

    Didalam pertandingan karate sasaran yang tepat dan benar yaitu

    perut, dada, ulu hati, dan kepala. Pelaksanaan maegeri dilakukan dengan

    menggunakan ujung telapak kaki dengan jari kaki dilentikkan lurus

    kedepan.

    Teknik dalam pertandingan karate dapat diartikan sebagai cara

    memainkan atau menjalankan berbagai macam bentuk serangan dengan

    mudah, baik dan benar sesuai dengan peraturan-peraturan teknik yang

    berlaku untuk mencapai hasil yang optimal. Penguasaan teknik dasar

    karate seperti memukul, menendang, menagkis, menghindar dan

    menjatuhkan lawan, dalam pelaksanaanya memerlukan koordinasi yang

    baik antar gerakan-gerakan anggota tubuh sehingga terbentuk suatu hasil

    gerakan yang benar.

  • 15

    Teknik maegeri merupakan langkah dalam menyusun pola

    serangan lawan. Jika dianalisis teknik maegeri, maka bentuk kuda-kuda

    yang digunakan yaitu zenkutsu dachi, teknik kuda-kuda ini yakni kuda-

    kuda berat didepan, jarak antara kaki dengan kaki belakang sekitar dua

    pundak, lutut kaki depan dibengkokkan, sehingga dari pergelangan kaki

    hingga lutut tegak lurus, kaki depan ditegakakkan lurus berat badan

    ditunjang oleh kaki depan sekitar tujuh puluh persen. (Herman Kaus,

    1955).

    Dalam pertandingan penggunaan maegeri merupakan salah satu

    teknik tendangan yang paling mudah digunakan dan efektif. Dalam

    peraturan karate adalah angkat lutut sampai betis atau paha dan

    serangannya hanya dibolehkan dari leher kebawah sampai pusar. Selaian

    itu serangan tendangan atau tungkai disamping pengumpulan nilainya

    lebih besar juga kemampuan atau jangkauan serangan lebih jauh

    dibandingkan serangan lengan.

    Proses pelaksanaan maegeri menurut Hariadi (2003) terdiri dari 2

    tahap yaitu : pertama mengangkat lutut setinggi sasaran. Mengangkat lutut

    setinggi sasaran sebelum menendang, diperlukan untuk menjaga agar

    tenaga lecut yang bersumber pada lutut benar-benar efektif kerjanya. Jika

    lutut lebih rendah dari sasaran, akibatnya tendangan menjadi tidak

    bertenaga dan kecepatan menjadi berkurang. Kedua, julurkan tungkai

    bawah kedepan diikuti oleh dorongan pinggul searah tendangan. Kunci

  • lutut dan rasakan bawah kaki telah benar

    Kemudian tarik tungkai bawah dan kembali pada posisi semula.

    Perkenaan tendangan lurus adalah pada pangkal jari

    kaki penumpu menekuk sedikit serta memutar telapak

    atau searah dengan lintasan serangan, membuat sendi lutut menjadi rileks.

    Dengan demikian tekanan berat tubuh dapat ditampung sewajarnya oleh

    lutut, sehingga dapat menghind

    gambar dibawah ini :

    b. Faktor-fa

    Dalam hal manapun tinjuan dapat ampuh, maka fa

    mendasar berikut ini yang harus dipelajari dan diterapkan adalah:

    1. Jalur yang betul

    ut dan rasakan bawah kaki telah benar-benar berada dalam posisi lurus.

    Kemudian tarik tungkai bawah dan kembali pada posisi semula.

    Perkenaan tendangan lurus adalah pada pangkal jari-jari kaki. Lalu posisi

    kaki penumpu menekuk sedikit serta memutar telapak

    atau searah dengan lintasan serangan, membuat sendi lutut menjadi rileks.

    Dengan demikian tekanan berat tubuh dapat ditampung sewajarnya oleh

    lutut, sehingga dapat menghindari cedera. Untuk lebih jelasnya perhatikan

    gambar dibawah ini :

    Gambar 1. Teknik Maegeri

    Sumber : Apris Hamid, (2007)

    faktor yang Mempengaruhi Maegeri

    Dalam hal manapun tinjuan dapat ampuh, maka fa

    mendasar berikut ini yang harus dipelajari dan diterapkan adalah:

    Jalur yang betul

    16

    benar berada dalam posisi lurus.

    Kemudian tarik tungkai bawah dan kembali pada posisi semula.

    jari kaki. Lalu posisi

    kaki penumpu menekuk sedikit serta memutar telapak kaki kearah luar

    atau searah dengan lintasan serangan, membuat sendi lutut menjadi rileks.

    Dengan demikian tekanan berat tubuh dapat ditampung sewajarnya oleh

    Untuk lebih jelasnya perhatikan

    Dalam hal manapun tinjuan dapat ampuh, maka faktor-faktor yang

    mendasar berikut ini yang harus dipelajari dan diterapkan adalah:

  • 17

    Jarak terdekat adalah pada jalur garis lurus, dan inilah cara yang betul

    menendang. Pada waktu yang sama ketika mengangkat lutut sampai

    betis dan paha rapat, jari bengkok ke atas dan pergelangan kaki

    dikencangkan,dorong pinggul ke depan waktu melancarkan tendangan.

    2. Kecepatan

    Tanpa kecepatan yang tinggi, tendangan tidak akan dapat diharapkan

    memberikan hasil. Untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan

    secara maksimal tariklah kaki yang satu secepat mungkin, jadi lawan

    tidak mudah menjatuhkan atau disapu lawan.

    3. Konsentrasi tenaga

    Tendangan yang baik tergantung dari sikap pada waktu memulai

    gerakan, yakni dengan menghilangkan tenaga yang tidak perlu (paha

    dan lutut). Tendangan dengan lurus tetapi cepat, pusatkan tenaga pada

    saat benturan. Pemusatan tenaga harus benar-benar dikuasai.

    Berlatihlah dengan mengangakat lutut sampai paha, tahan dan biarkan

    pinggul mendorong ke depan dan lurus serta kendorkan otot paha

    secara berulang-ulang.

    Dalam melakukan tendangan, keseimbangan badan sangat

    penting, karena badan hanya ditumpu oleh satu kaki, lebih saat

    tendangan mengenai sasaran, ini akan sangat mempengaruhi

    keseimbangan. Untuk mengantisipasinya, kaki menumpu haruslah

  • 18

    kokoh berdiri dilantai, dan kencangkan pada pergelangan kaki,

    usahakan pergelangan kaki, lutut dan pinggul dari kaki yang menjaga

    keseimbangan badan.

    Agar dapat tenaga yang maksimal dari tendangan, jangan

    hanya menggunakan kaki saja, tetapi gunakan seluruh badan. Dengan

    menekan pinggul ke depan akan menambah tenaga tendangan. Tarik

    tendangan dengan cepat setelah mengenai sasaran agar lawan tidak

    sempat menangkapnya atau menyapu kaki menumpu, dan kembali ke

    posisi siap untuk menyerang kembali.

    Langak-langkah dalam melakukan maegeri menurut Apris

    Hamid, (2007):

    “Angkat lutut sampai betis dan paha rapat, jaga seluruh jari bengkok ke atas dan pergelangan kaki dikencangkan, lutut dijaga rileks, badan dijaga teta tegak, lancarkan tendangan ke depan, dorong pinggul ke depan waktu melancarkan tendangan, jaga pinggul pada posisi rendah untuk meningkatkan kestabilan, lutut dari kaki yang menunjang dijaga sedikit bengkok, tarik kembali kaki sesaat setelah mengenai sasaran”.

    Pengertian kemampuan adalah kecakapan atau potensi

    menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau

    praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan

    melalui tindakannya. Sesuai dengan pengertian di atas, seseorang

    dikatakan mampu melakukan teknik tendangan apabila dapat

    menguasai teknik dari hasil proses latihan dan praktek dan diterapkan

  • 19

    dalam bentuk tindakan pada saat bertanding dan latihan. Dalam

    beladiri karateka ada beberapa teknik yang harus kuasai diantaranya

    teknik pukulan, teknik tangkisan, teknik sabetan dan teknik tendangan.

    Teknik tendangan lebih banyak digunakan dari beberapa teknik

    yang lain karena dalam beladiri karateka 70% mengutamakan

    kelincahan kaki dan 25% kelincahan tangan, Apris Hamid (2007).

    Salah satu teknik yang sering dipakai dalam berbagai ivent

    pertandingan dan latihan adalah teknik maegeri. Teknik tendangan ini

    penguasaan tekniknya sangatlah penting sehingga dalam berbagai

    ivent, tendangan ini sangatlah efektif dilakukan untuk menghasilkan

    poin. Tendangan ini perlu dilatih dalam berbagai posisi. Perlu

    diperhatikan teknik maegeri ini harus dikuasai dengan kaki kiri dan

    kanan. Sasaran dalam melakukan tendangan ini adalah kepala dan

    perut. Jadi dalam melepaskan maegeri atlet tersebut harus mampu

    menguasai dan terampil dalam menempatkan teknik ini kesasaran

    yang diinginkan.

    3. Hakekat Daya Ledak Otot Tungkai

    a. Pengertian Daya Ledak

    Daya ledak merupakan salah satu dari komponen biomotorik yang

    penting dalam kegiatan olahraga. Karena daya ledak akan menentukan

    seberapa keras seseorang dapat memukul/menendang, seberapa jauh

  • 20

    melempar, seberapa tinggi melompat, seberapa cepat berlari dan

    sebagainya. Banyak cabang olahraga yang memerlukan daya ledak untuk

    dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Dalam beberapa cabang

    olahraga seperti: bola voli, beladiri karate, atletik, senam dan sebagainya

    merupakan kegiatan yang membutuhkan daya ledak yang benar-benar

    baik dalam pelaksanaanya.

    Menurut Annarino dalam Arsil (1999), “Daya ledak merupakan

    kekuatan dan kecepatan kontraksi otot secara dinamis, eksplosif dalam

    waktu yang cepat”. Jadi dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan

    pengeluaran otot secara maksimum. Daya ledak sangat berkaitan dengan

    daya (power). Menurut Annarino dalam Arsil (1999) “mengatakan bahwa

    daya (power) adalah berhubungan dengan kekuatan dan kecepatan

    konstraksi otot dinamik dan eksplosif dan melibatkan pengeluaran

    kekuatan otot maksimum dalam suatu durasi yang pendek”. Selain itu

    menurut Friedrich (1969) dan Bossey (1980) dalam Arsil (1999) “sama-

    sama mengemukakan bahwa power merupakan hasil dari kombinasi

    kekuatan dengan kecepatan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa power terdiri

    atas dua faktor yang saling berkaitan yaitu antara kekuatan otot

    berkontraksi dan kecepatan, Dapat dirumuskan sebagai berikut Kecepatan

    x Kekuatan = Power.

    Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa daya ledak adalah kemampuan mengarahkan kekuatan

  • 21

    dengan cepat dalam waktu yang singkat untuk memberikan momentum

    yang paling baik pada tubuh atau objek dalam suatu gerakan eksplosif

    yang utuh mencapai tujuan yang dikehendaki.

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Daya Ledak Otot Tungkai

    Seperti yang telah dijelaskan daya ledak ditentukan oleh unsur

    kekuatan dan kecepatan, namun ditinjau secara rinci perkembangan daya

    ledak dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Mark Month dalam

    Syafrudin (1996) “daya ledak tergantung pada kekuatan otot, kecepatan

    kontraksi yang terkait, serabut otot lambat dan cepat, besarnya beban yang

    kita gerakkan, kondisi otot intra dan inter, panjang otot waktu otot

    berkontraksi, sudut sendi”.

    Kemudian faktor lain yang mempengaruhi daya ledak

    dikemukakan oleh (Nossek dalam Bafirman, 2008) yaitu “kekuatan dan

    kecepatan kontraksi”. Kekuatan otot menggambarkan kontraksi maksimal

    yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot. Kekuatan didefinisikan

    oleh Fredrich dalam Syafrudin (1999) adalah “kemampuan dari suatu otot

    untuk bekerja menahan beban secara maksimal”. Ditinjau dari faktor

    fisiologis yang mempengaruhi kekuatan kontraksi otot adalah usia, jenis

    kelamin dan suhu otot.

    Disamping itu faktor yang mempengaruhi kekuatan otot sebagai

    unsur daya ledak adalah jenis serabut otot, luas otot rangka, jumlah cross

    bridge, sistem metabolisme energi, sudut sendi dan aspek psikologis.

  • 22

    Menurut Astrand dalam Bafirman, 2008), faktor yang mempengaruhi

    kecepatan adalah “kelenturan, tipe tubuh, usia dan jenis kelamin”. Bompa

    dalam Arsil (1999) “kecepatan adalah keturunan dan bakat bawaan, waktu

    reaksi kemampuan mengatasi tahanan luar, teknik, koordinasi dan

    semangat serta elastisitas otot”.

    c. Fungsi Daya Ledak Otot Tungkai dalam Maegeri

    Seorang karateka dapat menjadi menang mutlak / menang teknik,

    dengan sekali tendang tepat pada sasaran, mantap dan bertenaga hanya

    jika memiliki daya ledak yang bagus. Karena tendangan yang dilakukan

    itu selain cepat juga terdapat bobot serangan yang bagus, karena didasari

    oleh otot tugkai. Hampir semua otot-otot di tubuh karateka ditingkatkan

    daya ledaknya. Mulai dari otot tungkai, lengan, dada, punggung, perut

    sampai otot-otot pergelangan kaki dan tangan. Pada cabang olahraga

    karate daya ledak ledak otot tungkai digunakan saat melakukan teknik

    maegeri. Tendangan dan pukulan yang dilakukan pada pertandingan tanpa

    menggunakan daya ledak dan tidak masuk pada sasaran saat bertanding

    tidak ada nilainya. Sasaran yang dimaksud adalah bagian dada, perut, dan

    kepala.

    Beberapa orang ahli mengemukakan pendapatnya tentang daya

    ledak yang dikutip dalam Bafirman dkk (1999)

    Corbin (1980). Daya ledak adalah kemampuan untuk menampilkan atau mengeluarkan kekuatan secara eksplosif dengan cepat. Daya

  • 23

    ledak merupakan salah satu aspek kebugaran tubuh. Annarino (1976). Daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan otot secara dinamis, eksplosif, dalam waktu yang cepat. Susan (1982). Daya ledak tergantung dari kekuatan otot dan kecepatan tubuh. Here (1982), daya ledak yaitu kemampuan olahragawan untuk mengatasi tahanan dengan suatu kecepatan kontraksi tinggi. Kontraksi tinggi diartikan sebagai kemampuan otot yang kuat dan cepat dalam berkontraksi. Bompa (1990), daya ledak adalah hasil dari kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum.

    Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pada daya ledak

    terdapat dua komponen fisik yang bekerja secara bersamaan yaitu

    kekuatan dan kecepatan, sehingga otot yang bekerja mampu menampilkan

    gerakan yang kuat dan cepat. Seorang atlet yang hanya mempunyai

    kekuatan belum menjamin untuk mendapatkan prestasi yang baik. Prestasi

    yang baik harus ditunjang dengan latihan kecepatan sehingga dengan

    kekuatan dan kecepatan otot dapat menampilkan gerakan yang

    diharapkan.

    Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, pada hakekatnya

    daya ledak otot tungkai merupakan seluruh daya dan upaya atlet dalam

    kemampuan tubuhnya untuk memberikan kontribusi terhadap kemampuan

    maegeri. Melakukan kemampuan maegeri mengarahkan kekuatan dalam

    waktu yang singkat untuk memberikan objek momentum yang paling baik

    pada tubuh atau objek dalam satu gerakan explosif yang utuh mencapai

    tujuan yang dikehendaki.

  • 24

    4. Hakekat Kelincahan

    a. Pengertian Kelincahan

    Kelincahan adalah kemampuan untuk merubah posisi dan arah

    secepat mungkin sesuai dengan arah yang dihadapi dan dikehendaki.

    Kemampuan untuk merubah arah dan posisis tubuh dengan cepat dan tepat

    pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan

    kesadaran akan posisi tubuhnya (Harsono 1988). Harsuki (2003) juga

    mengatakan bahwa “kelincahkan adalah kemampuan untuk mengubah

    posisi tubuh dan arah gerak”. Kelincahan tidak hanya kemampuan untuk

    menggantikan arah gerak saja, tetapi juga terkait dengan kemampuan

    untuk mengubah posisi tubuh secara cepat. Dengan mampu mengubah

    posisi tubuh dengan cepat berarti mampu untuk melakukan gerakan

    lanjutan dengan cepat pula.

    Menurut Baley, James A. (1986) “kecepatan kontraksi otot

    tergantung dari daya lekat serabut-serabut otot dan kecepatan transmisi

    impuls saraf. Kedua hal ini merupakan pembawaan atau bersifat genetis,

    atlet tidak dapat merubahnya”. M. Sajoto (1995) mendefinisikan

    “kelincahan sebagai kemampuan untuk mengubah arah dari posisi di arena

    tertentu. Seseorang yang mampu mengubah arah berbeda dalam

    kecepatan tinggi dengan kokrdinasi gerak yang baik berarti kelincahannya

    cukup tinggi”. Sementara Bompa (2000) mengatakan “agility refers to

  • 25

    athletes’ ability to quickly and smoothly change directions, move with

    ease in the field, or take fake actions deceive their direct opponent”.

    Suharno (1985) mengatakan “kelincahan adalah kemampuan

    seseorang untuk merubah posisi dan arah secepat mungkin sesuai dengan

    situasi yang dihadapi dan dikehendaki. Pendapat ini mengemukakan

    kelincahan yang dimiliki merupakan hasil mengikuti latihan. Kelincahan

    merupakan modal dalam bergerak dengan cepat sesuai dengan situasi dan

    kondisi dari gerak yang akan dilakukan. Kelincahan merupakan dasar

    dalam mempelajari gerakan-gerakan yang baru. Krejci dan Peter (1976)

    mengemukakan “kelincahan merupakan sekelompok otot untuk bergerak

    dengan fungsi motorik tinggi yang segera bergantung dari masing-masing

    individu”.

    Pendapat di atas mengemukakan kelincahan adalah kemampuan

    seseorang untuk merubah arah dan posisinya yang dikehendaki dengan

    cepat dan tepat saat sedang bergerak tanpa kehilangan kesadaran dan

    keseimbangan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Pada saat

    tendangan maegeri, atlet harus bisa menjaga keseimbangan agar

    tendangan tidak mudah dijatuhkan lawan. Oleh sebab itu seorang atlet

    karate harus memilki kelincahan yang baik pada kemampuan tendangan

    maegeri. Karena dapat menguasai jalannya latihan atau saat bertanding.

  • 26

    b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelincahan

    Kelincahan akan dipengaruhi oleh beberapa komponen kondisi

    fisik lainnya seperti : kekuatan, keseimbangan, kelentukan dan koordinasi.

    Maksudnya adalah kombinasi dari komponen-komponen kondisi fisik

    yang saling terkait. Suharno (1993) menyatakan “faktor-faktor penentu

    baik atau tidaknya kelincahan adalah kecepatan reaksi, kemampuan

    berorientasi terhadap problem yang dihadapi, kemampuan mengatur

    keseimbangan dan kemampuan mengerem gerakan-gerakan motorik”.

    Pada cabang olahraga karate kelincahan yang baik dapat

    mempermudah penguasaan teknik bermain, efektif dan efisien didalam

    penggunaan tenaga pada kemampuan maegeri. Selain itu kelincahan

    mempermudah orientasi lingkungan dan gerakan serta gerak bermain saat

    maegeri dengan gerak tipu atau melakukan dengan gerakan yang tiba-tiba

    serta cepat dalam mengubah arah.

    Kelincahan dalam maegeri sering membantu atlet dalam mengatsi

    situasi yang sulit seperti saat diganggu oleh lawan. Mengingat banyaknya

    komponen-komponen yang ikut mempengaruhi kelincahan, maka dapat

    dikatakan bahwa kelincahan merupakan satu komponen yang sangat

    penting dalam olahraga karate. Adapun beberapa contoh latihan

    kelincahan antara lain adalah zig-zag run, shuttle run, squatthrust,

    boomerang, kavelop, halang rintang, heksagon dan lain sebagainya.

  • 27

    c. Fungsi Kelincahan dalam Maegeri

    Pada cabang olahraga karate, untuk menghasilkan kemampuan

    maegeri yang baik sangat dibutuhkan unsur kelincahan. Apabila seorang

    atlet memiliki kelincahan yang baik, maka dapat memberikan kontribusi

    maegeri dengan baik, karena dapat membantu pergerakan atlet secara

    efektif dan efisien di dalam pemberian tenaga, sehingga lawan sukar untuk

    membaca arah pergerakan serta kesulitan dalam mengantisipasi maegeri.

    Sebaliknya, apabila seseorang atlet tidak memiliki kelincahan yang baik

    sehingga pergerakan maegeri yang dilakukan akan mudah ditebak arahnya

    serta lawan akan mudah untuk menjatuhkan.

    Kelincahan yang dimiliki atlet dapat ditingkatkan melalui proses

    latihan. Salah satu bentuk latihan kelincahan dapat dilakukan dengan lari

    zig-zag. Latihan lari zig-zag dapat mempermudah orientasi lingkungan

    dan gerak bertanding. Melakukan gerak tipu dengan lari zig-zag lawan

    tidak dapat membaca arah pergerakan atlet. Dilakukan dengan pelan tetapi

    dengan gerakan yang tiba-tiba dan cepat dalam merubah arah. Oleh sebab

    itu kelincahan dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap

    kemampuan maegeri atlet karate.

    Berdasarkan pendapat para ahli di atas, pada hakekatnya

    kelincahan merupakan seluruh daya dan upaya atlet dalam bergerak

    mengerahkan seluruh kemampuan tubuhnya untuk memberikan kontribusi

    terhadap tendangan dalam situasi yang berbeda-beda dan arah yang

  • 28

    berubah-ubah secara cepat dengan waktu yang singkat tanpa kehilangan

    keseimbangan.

    Adapun secara garis besar metodenya, menurut Apris Hamid

    (2007) antara lain dengan cara :

    1. Berlatih mengatasi perubahan aksi dari kawan berlatih, mulai dari gerak yang lambat menjadi semakin cepat.

    2. Berusaha mengatasi perubahan situasi dengan cara bergerak secepat mungkin pada arah yang telah ditentukan sebelumnya.

    3. Berusaha mengatsi dengan cara setepat mungkin terhadap perubahab situasi yang ada.

    4. Berusaha mengatasi perubahan yang lebih sulit. 5. Berlatih mengatasi kesukaran yang diperkirakan seperti yang akan

    terjadi dalam pertandingan.

    Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kelincahan pada

    dasarnya adalah salah satu komponen kondisi fisik yang harus dimiliki

    oleh atlet karate. Seperti pada saat melakukan maegeri baik pada

    waktu menyerang maupun pada saat dalam bertahan dari serangan

    lawan. Selain itu juga dapat meningkatkan kualitas dari tendangan

    tersebut. Tanpa memiliki kelincahan seorang karateka tentu akan sulit

    mencapai prestasi maksimal.

    B. Kerangka Konseptual

    1. Kontribusi daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan maegeri atlet

    karate dojo sungai limau kabupaten padang pariaman

  • 29

    Berdasarkan pendapat ahli yang telah dipaparkan pada kajian teori di

    atas dapat dijelaskan bahwa daya ledak otot tungkai merupakan salah satu

    komponen kondisi fisik yang sangat diperlukan dalam hampir semua cabang

    olahraga. Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai dalam

    mengatasi beban dengan kontraksi yang tinggi dalam waktu yang singkat.

    Daya ledak otot tungkai juga merupakan gabungan dari kekuatan dan

    kecepatan untuk menghasilkan tenaga secara maksimal dalam waktu yang

    relative singkat.

    Dalam olahraga karate khususnya pada kemampuan maegeri, daya

    ledak otot tungkai merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat

    diperlukan dalam menghasilkan sebuah tendangan dalam usaha memperoleh

    nilai. Tanpa memiliki daya ledak otot tungkai yang baik seorang atlet karate

    akan mengalami kesulitan dalam menghasilkan tendangan kesasaran,

    sehingga seringkali tendangan yang dilakukan mudah diantisipasi oleh lawan.

    Sehingga dalam pertandingan sering mengalami kekalahan, yang akhirnya

    akan sulit menghasilkan prestasi yang baik.

    Maka dari itu, daya ledak otot tungkai harus dimiliki oleh atlet karate

    dalam menghasilkan maegeri yang baik dalam sebuah pertandingan untuk

    menciptakan prestasi yang diharapkan. Jadi dapat dikatakan bahwa terdapat

    kontribusi yang berarti antara daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan

    maegeri atlet karate.

  • 30

    2. Kontribusi kelincahan terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo

    sungai limau kabupaten padang pariaman

    Berdasarkan pendapat ahli yang telah dipaparkan pada kajian teori di

    atas dapat dijelaskan bahwa kelincahan merupakan kemampuan seseorang

    untuk merubah arah dan posisinya yang dikehendaki dengan cepat dan tepat

    saat sedang bergerak tanpa kehilangan kesadaran dan keseimbangan sesuai

    dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.

    Seorang atlet yang memiliki kelincahan yang baik, biasanya lebih

    mudah dan tepat mengambil awalan sebelum melakukan suatu tendangan ke

    lawan, sehingga maegeri yang dilakukan lebih terlihat cepat dan tepat. Atlet

    juga harus bisa menjaga keseimbangan agar tendangan tidak mudah

    dijatuhkan lawan.

    Maka dari itu, seorang atlet karate agar mampu menghasilkan maegeri

    yang baik, dia harus memiliki kelincahan yang baik pula. Dengan kata lain

    dapat dikatakan bahwa terdapat kontribusi yang berarti antara kelincahan

    terhadap kemampuan maegeri atlet karate.

    3. Kontribusi daya ledak otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan

    maegeri atlet karate dojo sungai limau kabupaten padang pariaman

    Daya ledak otot tungkai merupakan komponen kondisi fisik yang

    didalamnya terdapat gabungan antara kekuatan dan kecepatan. Sedangkan

    kelincahan adalah komponen kondisi fisik yang dapat menunjang kecepatan

    dan koordinasi gerak. Jadi keterkaitan satu dengan yang lainnya saling

  • 31

    mempengaruhi, terutama dalam menghasilkan maegeri atlet karate saat latihan

    atau pada saat pertandingan.

    Sehubungan dengan itu, jika seorang atlet karate memiliki daya ledak

    otot tungkai dan kelincahan yang baik tentunya akan memudahkan baginya

    untuk melakukan maegeri dalam menghadapi lawan saat pertandingan karate.

    Namun, Jika seorang atlet karate tidak memiliki kemampua daya ledak otot

    tungkai dan kelincahan yang baik secara bersama-sama tentu akan

    menyulitkannya dalam menghasilkan tendangan yang akurat, cepat dan tepat

    dalam menghadapi lawan.

    Penelitian ini ingin mengungkap kontribusi antara daya ledak otot

    tungkai dan kelincahan secara bersama-sama dengan kemampuan maegeri

    atlet karate dojo Sungai Limau. Untuk lebih jelasnya gambaran keterkaitan

    ketiga variabel tersebut di atas, dapat digambarkan kerangka konsep sebagai

    berikut:

    Variable Bebas Variabel Terikat

    Daya ledak otot tungkai

    Kelincahan

    Kemampuan Maegeri

  • 32

    C. Hipotesis

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang dikemukakan di

    atas, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

    1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara daya ledak otot tungkai terhadap

    kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang

    Pariaman.

    2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kelincahan terhadap kemampuan

    maegeri atlet karate dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman.

    3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara daya ledak otot tungkai dan

    kelincahan terhadap kemampuan maegeri atlet karate dojo Sungai Limau

    Kabupaten Padang Pariaman.

  • 33

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk melihat kontribusi antar

    ke dua variabel yang diteliti. Maka yang akan diteliti adalah kontribusi daya

    ledak otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan maegeri atlet karate

    dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman. Jenis penelitian ini bersifat

    korelasional.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    Adapun tempat penelitian ini dilakukan di dojo karate Sungai Limau.

    Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2012.

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

    yang diteliti (Suharsimi:2006). Populasi dalam penelitian ini adalah

    seluruh atlet Karate Dojo Sungai Limau yang tercatat resmi sebanyak 38

    orang dengan rincian 30 atlet putra dan 8 orang atlet putri, lama latihan

    lebih dari satu tahun. Rincian populasi dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 1 : Populasi Penelitian No Populasi Jumlah (orang) 1 Atlet Putra 30 2 Atlet Putri 8 3 Total 38

    33

  • 34

    2. Sampel

    Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,

    yaitu mengambil sampel atlet putra saja. Yusuf (2005) menyatakan bahwa

    “penentuan sampel secara purposive sampling dilandasi pada tujuan dan

    pertimbangan-pertimbangan tertentu terlebih dahulu. Dengan demikian

    pengambilan sampel ditentukan berdasarkan kemampuan antara atlet putra

    dan putri yang kekuatan dan kemapuannya berbeda. Perbandingan jumlah

    populasi dan sampel dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

    Tabel 2 : Populasi dan Sampel Penelitian

    Atlet Populasi Sampel (orang)

    Putra 30 30

    Putri 8 -

    D. Defenisi Operasional

    Untuk menghilangkan salah penafsiran maka didapat Definisi

    Operasinol secara sederhana tentang:

    1. Daya Ledak Otot Tungkai

    Daya ledak otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai dalam mengatasi

    beban dengan kontraksi yang tinggi dan dalam waktu yang singkat. Dalam

    penelitian daya ledak otot tungkai dimana dapat diukur dengan vertical

    jump.

  • 35

    2. Kelincahan

    Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk merubah arah dan

    posisinya yang dikehendaki dengan cepat dan tepat saat sedang bergerak

    tanpa kehilangan kesedaran dan keseimbangan sesuai dengan situasi dan

    kondisi yang dihadapi. Dalam penelitian ini kelincahan dapat diukur

    dengan zig-zag run dengan menggunakan waktu tercepat.

    3. Kemampuan Maegeri

    Maegeri adalah tendangan lurus kedepan, tendangan ini mempergunakan

    ujung telapak kaki atau saat melakukannya posisi kaki lurus dan badan

    dijaga tetap tegak.

    E. Jenis dan Sumber Data

    Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

    primer yang dibutuhkan diambil dari atlet karate dojo Sungai Limau

    Kabupaten Padang Pariaman berupa hasil tes daya ledak, tes kelincahan dan

    tes kemampuan maegeri. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pelatih

    karate dojo Sungai Limau.

    F. Prosedur Penelitian

    Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan langkah-

    langkah sistematis. Langkah-langkah tersebut terdiri dari langkah persiapan

    dan langkah pelaksanan.

    1. Langkah Persiapan

    a. Mendapatkan surat izin penelitian dari Dekan FIK

  • 36

    b. Menyiapkan tenaga pembantu, dan

    c. Menyiapkan format pengisian data

    2. Langkah Pelaksanaan Tes

    a. Melaksanaka tes terhadap sampel yang telah ditetapkan.

    b. Menyiapkan tes serta perlengkapan untuk melakukan tes Eksplosive

    Power otot tungkai, kelincahan dan kemampuan maegeri.

    c. Dalam melaksanakan tes dibantu oleh tenaga pembantu penelitian.

    Tabel 3. Personalia pelaksanaan pengambilan data penelitian

    No Nama Tugas

    1 Prof. Dr. Eri Barlian, M.Si Pembimbing/Pengarah

    2 Drs. H. Alnedral, M.Pd Pembimbing/Pengarah

    3 Firman tanjung, S.Pd Pelatih/Pengawas 4 Azhu Arman Pelatih/Pengawas 5 Davit Penghitung Skor 6 Risky Pencatat Skor

    d. Mengambil data langsung di dojo karate Sungai Limau.

    G. Teknik Pengumpulan Data

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi:

    1. Tes kemampuan daya ledak otot tungkai : Tes Vertical Jump

    2. Tes kelincahan : zig-zag run

    3. Tes kemampuan maegeri

    H. Instrumen Penelitian

    Berikut ini uraian pelaksanaan pengambilan data :

  • 37

    1. Tes daya ledak otot tungkai

    Tes untuk mengambil data daya ledak otot tungkai di namakan

    “Vertical Jump”.

    Tujuan : Untuk mengetahui kemampuan daya ledak otot tungkai atlet

    karate dojo Sungai Limau

    Alat yang digunakan

    a. Papan ukuran

    b. Kapur halus

    c. Formulir pencatat data dan alat tulis

    Gambar.2 Tes Vertical Jump (Lubis, 2004)

    Pelaksanaa tes :

    a. Testi berdiri menghadap kedinding dengan salah satu lengan

    diluruskan ke atas, lalu dicatat tinggi jangkauan dan raihan pertama

    b. Testi berdiri dengan bagian samping tubuhnya menghadap dinding,

    lalu testi mengambil sikap jongkok sehingga lututnya membentuk

    sudut berkisar 110º - 120º

  • 38

    c. Testi berusaha melompat ke atas (vertikal) setinggi mungkin, sambil

    mengayunkan kedua lengan ke atas

    d. Pada saat titik tertinggi dari lompatan itu, testi menyentuh ujung jari

    dari salah satu tangganya pada papan yang mengisi dan meraih tempat

    ukuran kemudian mendarat dengan kedua kaki, testi diberikan

    kesempatan 2x pengulangan

    Skor :

    Selisih yang terbesar antara tinggi jangkauan sesudah melompat dengan

    tinggi jangkaun sebelum melompat, dari dua kali pengulangan. Tinggi

    jangkauan diukur dalam satuan cm.

    Selanjutnya untuk mendapatkan hasil daya ledak otot tungkai dihitung

    berdasarkan unit formula (kg-m/sec) Nomogram Lewis dengan rumus :

    P= √4,9 . (weight). √D

    Ket :

    P= dayaledak otot tungkai

    W= berat badan

    D= jump reach score (selisih lompatan dan raihan)

    Tabel 4. Norma tes vertical jump N0 Norma tes Kategori

    1 701.1 - 772.4 Kurang Sekali

    2 772.5 - 843.6 Kurang

    3 843.7 – 986.2 Cukup

    4 986.3 – 1.057.5 Baik

  • 39

    5 1.057.6 – 1.128.7 Baik Sekali

    Sumber : Johnson & Nelson (2000)

    2. Tes Kelincahan

    Tes kelincahan (Nurhasan, 1984) digunakan dalam metode

    penelitian secara nasional yaitu melalui lari zig-zag.

    a. Tujuan : Untuk mengukur kelincahan

    b. Jenis kelamin : Laki-laki

    c. Realibilitas : 0,89

    d. Validitas : 0,78

    e. Perlengkapan : Tiang/tongkat kayu, bendera, stopwatch, kapur,

    pluit dan alat-alat tulis

    f. Pelaksanaan :

    a. Tester mempersiapkan alat-alat tes

    b. Tester memberikan informasi kepada testi

    c. Testi berdiri dibelakang garis start

    d. Tester memberikan aba-aba “ya”

    e. Testi segera lari secepat mungkin mengikuti arah panah

    sesuai dengan diagram batas finish dan pada saat itu pula tester

    menghidupkan stopwatch sebagai alat ukur pencatat waktu.

    g. Penilaian : Waktu terbaik dari 2 kali percobaan dengan dua kali

    putaran tiang kayu dari tes lari zig-zag di catat sebagai data penelitian.

  • 40

    h. Catatan : Apabila testi mengeraakkan tonggak, tidak sesuai pada

    diagram tester dianggap gagal dan pelaksanaan lari zug-zag diulang

    lagi.

    Agar lebih jelasnya bentuk pengukuran tes lari zig-zag dapat dilihat

    gambar dibawah ini :

    10 feet = 305 cm

    16 feet= 488 cm finish

    Gambar 3 : Tes kelincahan melalui tes zig-zag run Sumber : Nurhasan, (1948)

    Ket :

    O = Tiang / patok

    ----- = Arah lari

    Tabel 5. Norma tes zig-zag run N0 Norma tes Kategori

    1 > 17,7-17,2 detik Kurang sekali

    2 17,1-16,7 detik Kurag

    3 16,6-16,1 dtik Cukup

    4 16-15,6 detik Baik

    5 < 15,5 detik Baik sekali

    Sumber : Johnson (1986)

  • 41

    3. Tes Maegeri (Tendangan Depan)

    Untuk mengumpulkan data pada kemampuan tendangan ini maka

    digunakan tes melakukan maegeri (tendangan depan). Tes ini dilakukan

    dalam bentuk penampilan sesungguhnya atau dalam situasi bertanding.

    Tes keterampilan maegeri adalah tes standar, merupakan tes acuan kriteria

    yang tujuanya untuk menentukan keberhasilan atlet dalam mencapai

    tujuan program yang telah ditentukan sebelumnya oleh PB. FORKI

    Sumbar.

    Penampilan terhadap maegeri bersifat subjektif, yang

    dilakukan dengan analisa secara rasional melalui pengamatan terhadap

    kualitas gerakan. Untuk mendapatkan keterampilan maegeri dilakukan

    dengan jalan mengadakan tes menendang yang dinilai oleh tiga orang

    penilai (hakim) sekaligus pelatih Karate yang bersertifikat.

    a. Tujuan

    Untuk melihat kemampuan atlet dalam melakukan teknik maegeri

    dalam beladiri karate.

    b. Alat dan perlengkapan

    1) Stopwatch sesuai keperluan

    2) Formulir dan alat tulis

    3) Lapangan berukuran 10 X 10 meter

    4) Target (alat bantu untuk menendang)

    c. Pelaksanaan tes

  • 42

    Testi satu per satu ke depan atau ketengah lapangan dan salah

    satu orang untuk membantu memegang alat (target) yang akan

    ditendang. Testi melakukan maegeri selama 30 detik.

    d. Pencatat hasil

    Mencatat hasil tes dengan memperhatikan atau menghitung

    beberapa kali frekuensi testi melakukan tendangan selama 30 detik,

    setelah itu hasil tes di catat ke dalam formulir tes.

    Untuk mencapai maksimalnya suatu latihan tidak terlepas dari

    sarana dan prasarana. Sarana merupakan bentuk wadah yang dapat

    menunjang dalam memvariasikan bentuk-bentuk latihan agar latihan

    tidak membuat bosan dan jemu. Salah satu sarana/alat untuk latihan

    Maegeri adalah sandsak, beling/target, baik berukuran besar atau kecil.

    Hal ini perlu dijelaskan bahwa pengambilan data dari

    kemampuan maegeri selama 30 detik dikarenakan, analisis peneliti

    melihat kebutuhan bertanding bahwa dalam satu babak/ronde selama

    tiga menit berlangsung aktivitas serangan dengan mengamati secara

    teliti beberapa cuplikan video pertandingan maupun melihat secara

    langsung peristiwa pertandingan tersebut sehingga peneliti dapat

    melihat dan menghitung waktu serangan (maegeri) terjadi, maka

    didapat jumlah waktu antara 55-88 detik dalam satu babak

    pertandingan. Selama pertandingan karate yang berlangsung selama

  • 43

    satu ronde dengan waktu 3 menit, maka pertandingan karate termasuk

    dalam system anerobik asam laktat yang berlangsung selama 1-3

    menit, sehingga peneliti dapat menyimpulkan untuk tes kemampuan

    maegeri dalam olahraga karate selama 30 detik.

    Tabel 6. Norma tes tendangan maegeri N0 Norma tes Kategori

    1 9 – 13 Kurang sekali

    2 14 – 18 Kurag

    3 19 – 23 Cukup

    4 24 – 28 Baik

    5 29 – 33 Baik sekali

    Sumber : PB. Forki Sumbar (2008)

    I. Teknik Analisis Data

    Hipotesis 1 dan 2 diolah dengan menggunakan rumus Product Momen

    seperti yang dikemukakan oleh Adnan (2005) sebagai berikut :

    })(.}{)(.{

    ))((2222 YYNXXN

    YXXYNrxy

    ∑−∑∑−∑∑∑−∑=

    Keterangan :

    rxy = Koofesien korelasi antara gejala x dan y

    ∑xy = Jumlah produk x dan y

    X = Nilai variabel x

    Y = Nilai variabel y

    ∑X = Jumlah data x

  • 44

    ∑Y = Jumlah data y

    ∑X2 = Jumlah variabel x yang dikuadratkan

    ∑Y2 = Jumlah variabel y yang dikuadratkan

    N = Jumlah responden

    Hipotesis 3 dengan menggunakan rumus korelasi ganda seperti

    dikemukakan oleh Sudjana (1992) sebagai berikut:

    Ry.1.2 =12

    2

    122122

    1

    22.1.

    r

    rrryryr yy

    −+

    Keterangan:

    ry1 = Koefesien korelasi antara Y dan X1

    ry2 = Koefesien korelasi antara Y dan X2

    r12 = Koefesien korelasi antara X1 dan X2 Terhadap Y

    Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji

    persyaratan analisis, yaitu :

    1. Uji Normalitas

    2. Uji Independensi atau variabel bebas (Adnan, 2005)

    Untuk menghitung besarnya kontribusi daya ledak otot tungkai dan

    kelincahan terhadap kemampuan tendangan maegeri atlet karate

    ditentukan melalui koefisien determinasi dengan rumus :

    K = r2 x 100%

    (Sudjana, 2005)

    Keterangan :

    K = Koefisien Determinasi

    r = Koefisien Korelasi Sederhana

  • 45

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Deskriptif Data

    1. Daya ledak otot tungkai (X1)

    Berdasarkan hasil tes daya ledak otot tungkai yang dilakukan,

    diperoleh skor maksimum = 1057.4 dan skor minimum = 789.4 disamping itu

    diperoleh nilai mean (rata-rata) = 914.913 median = 912.5 modus = 3947.7

    dan Standar Deviasi = 71.276. Dengan demikian data berdistribusi normal.

    Karena selisih antara nilai mean (rata-rata) dengan nilai median tidak lebih

    dari satu standar deviasi. Agar lebih jelasnya data tes daya ledak otot tungkai

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 7. Distribusi frekuensi daya ledak otot tungkai (X1)

    No

    Kelas Interval

    Frekuensi

    Kategori Absolut (Fa) Relatif (%)

    1 701.1 - 772.4 0 0% Kurang sekali 2 772.5 - 843.6 6 20% Kurang 3 843.7 – 986.2 20 66.66% Cukup 4 986.3 – 1.057.5 4 13.33% Baik 5 1.057.6 – 1.128.7 0 0% Baik sekali

    Jumlah 30 100% Berdasarkan tabel di atas dari 30 orang sampel, 6 orang sampel

    persentasenya (20%) memiliki daya ledak otot tungkai berkisar 772.5 - 843.6

    tergolong kategori kurang, 20 orang sampel persentasenya (66.66%) memiliki

    daya ledak otot tungkai berkisar 843.7 – 986.2, 4 orang sampel persentasenya

    (13.33%) memiliki daya ledak otot tungkai berkisar antara 986.3 – 1.057,5.

    45

  • Sementara untuk yang berkisar antara

    1.057.6 – 1.128,7 (baik sekali)

    kemampuan daya ledak otot tungkai

    914.913 dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    dalam kategori

    dengan ktegori cukup.

    dibawah ini :

    Gambar 4 : Histogram daya ledak otot tungkai (X

    2. Kelincahan (X

    Berdasarkan hasil

    dan skor minimum 1

    16,494, median =

    demikian data berdistribusi normal. Karena seli

    0

    5

    10

    15

    20

    701,1

    Fre

    ku

    en

    si A

    bso

    lut

    Sementara untuk yang berkisar antara 701.1 - 772.4 (kurang

    1.128,7 (baik sekali) tidak ada. Jadi berdasarkan nilai rata

    daya ledak otot tungkai dari ke 30 sampel penelitian yaitu

    dapat disimpulkan bahwa kemampuan daya ledak otot tungkai

    dalam kategori cukup, karena nilai mean berada pada rintangan

    dengan ktegori cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram

    Gambar 4 : Histogram daya ledak otot tungkai (X

    (X2)

    Berdasarkan hasil kelincahan, diperoleh skor maksimum adalah

    dan skor minimum 17. Disamping itu diperoleh nilai mean (rata

    median = 16,58, modus = 17,2 dan Standar Deviasi =

    demikian data berdistribusi normal. Karena selisih nilai antara nilai mean

    701,1-772,4 772.5-843.6 843.7-986.2 986,3-1.057,5

    Kelas Interval

    46

    772.4 (kurang sekali) dan

    . Jadi berdasarkan nilai rata-rata

    dari ke 30 sampel penelitian yaitu

    daya ledak otot tungkai yaitu

    ena nilai mean berada pada rintangan 843.7 – 986.2

    Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada histogram

    Gambar 4 : Histogram daya ledak otot tungkai (X1)

    , diperoleh skor maksimum adalah 14,7

    Disamping itu diperoleh nilai mean (rata-rata) =

    dan Standar Deviasi = 0,861. Dengan

    sih nilai antara nilai mean

    1.057,6-

    1.128,7

  • 47

    (rata-rata) dengan nilai median tidak lebih dari satu standar deviasi. Agar

    lebih jelasnya deskripsi data kelincahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

    Tabel 8. Distribusi frekuensi kelincahan (X2)

    No

    Kelas Interval

    Frekuensi Kategori

    Absolut (Fa) Relatif (%)

    1 > 17,7-17,2 detik 9 30% Kurang sekali 2 17,1-16,7 detik 4 13,33% Kurang 3 16,6-16,1 dtik 8 26,67% Cukup 4 16-15,6 detik 4 13,33% Baik 5 < 15,5 detik 5 16,67% Baik sekali

    Jumlah 30 100%

    Berdasarkan tabel di atas dari 30 orang sampel, 9 orang (30%)

    memiliki kelincahan berkisar antara > 17,7-17,2 detik tergolong kategori

    kurang sekali, 4 orang (13,33%) berkisar antara 17,1-16,7 detik tergolong

    kategori kurang, 8 orang (26.67%) memiliki 16,6-16,1 detik tergolong

    kategori cukup, 4 orang (13.33%) memiliki 16-15,6 detik tergolong kategori

    baik, sementara untuk kategori baik sekali yaitu >15,5 detik 5 orang

    (16,67%). Jadi berdasarkan nilai rata-rata kemampuan kelincahan dari ke 30

    sampel penelitian yaitu 16,494 dapat disimpulkan bahwa kemampuan

    kelincahan yaitu dalam kategori cukup. Untuk lebih jelasnya cob perhatikan

    histogrm dibawah ini :

    lebih jelasnya, distribusi frekuensi kelincahan juga dapat di lihat pada

    histogram di bawah ini :

  • 3. Kemampuan

    Berdasarkan hasil tes

    = 25 dan skor minimum =

    20.16667, median =

    dengan demikian data berdistribusi normal. Karena selisih antara nilai mean

    (rata-rata) dengan nilai median tidak lebih dari satu standar deviasi. Agar

    lebih jelasnya hasil

    Tabel 9. Distribusi frekuensi

    No

    1

    2

    3

    4

    5

    Jumlah

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    >17,7-17,2

    Fre

    ku

    en

    si A

    bso

    lut

    Gambar 5 : Histogram kelincahan (X2)

    Kemampuan maegeri (Y)

    Berdasarkan hasil tes kemampuan maegeri, diperoleh skor maksimum

    dan skor minimum = 15. Disamping itu diperoleh nilai mean (rata

    , median = 20.5, dan modus = 15 dan Standar Deviasi = 3.415.

    dengan demikian data berdistribusi normal. Karena selisih antara nilai mean

    rata) dengan nilai median tidak lebih dari satu standar deviasi. Agar

    lebih jelasnya hasil kemampuan maegeri dapat dilihat pada tabel di bawah ini

    Tabel 9. Distribusi frekuensi kemampuan maegeri (Y)

    Kelas Interval

    Frekuensi Absolut

    (Fi) Relatif

    (%) 9 – 13 0 0% Kurag sekali14 – 18 10 33.33 19 – 23 11 36.67 24 – 28 6 20 29 – 33 0 0

    Jumlah 30 100%

    17,2 17,1-16,7 16,6-16,1 16-15,6

  • Berdasarkan tabel di atas dari

    (33.33%) memiliki

    kategori kurang

    maegeri 19-23

    memiliki kemampuan

    untuk kategori 9

    berdasarkan nilai rata

    yaitu 20.16667 dapat disimpulkan bahwa

    kategori cukup, karena nilai mean berada pada ketegori cukup yang berkisar

    antara 19-23. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan pada histogram dibawah

    ini :

    Gambar 6. Histogram Kemampuan

    B. Pengujian Persyaratan Analisis

    Uji Normalitas

    Pengujian normalitas masing

    dilakukan dengan uji

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    13-Sep

    Fre

    ku

    en

    si A

    bso

    lut

    Berdasarkan tabel di atas dari 30 orang sampel, 10 orang berpersentase

    %) memiliki kemampuan maegeri berkisar antara

    kategori kurang, 11 orang berpersentase (36.67%) memiliki

    23 tergolong kategori cukup, 6 orang sampel berpersentase (

    kemampuan maegeri 24-28 tergolong kategori

    untuk kategori 9-13 (kurang sekali) dan (29-33) baik sekali tidak ada. Jadi

    berdasarkan nilai rata-rata kemampuan maegeri dari ke 30 sampel penelitian

    yaitu 20.16667 dapat disimpulkan bahwa kemampuan maegeri

    kategori cukup, karena nilai mean berada pada ketegori cukup yang berkisar

    23. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan pada histogram dibawah

    Gambar 6. Histogram Kemampuan maegeri (Y)

    Pengujian Persyaratan Analisis

    Uji Normalitas

    Pengujian normalitas masing-masing distribusi frekuensi

    dilakukan dengan uji liliefors. Hasil pengujian normalitas distribusi skor

    Sep 14-18 19-23 24-28

    Kelas Interval

    49

    orang sampel, 10 orang berpersentase

    berkisar antara 14-18 tergolong

    %) memiliki kemampuan

    orang sampel berpersentase (20%)

    tergolong kategori baik, sementara

    33) baik sekali tidak ada. Jadi

    dari ke 30 sampel penelitian

    maegeri yaitu dalam

    kategori cukup, karena nilai mean berada pada ketegori cukup yang berkisar

    23. Untuk lebih jelasnya coba perhatikan pada histogram dibawah

    (Y)

    masing distribusi frekuensi

    Hasil pengujian normalitas distribusi skor

    29-33

  • 50

    daya ledak otot tungkai (X1), kelincahan (X2) dan kemampuan maegeri

    (Y) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 10. Rangkuman uji normalitas sebaran data dengan uji lilliefors

    No Variabel N Lo Ltab Distribusi

    1 Daya ledak otot tungkai (X1) 30 0.1228 0,1610 Normal

    2 Kelincahan (X2) 30 0.0918 0,1610 Normal

    3 Kemampuan maegeri (Y) 30 0.1221 0,1610 Normal

    Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian untuk Daya ledak

    otot tungkai (X1), skor Lo = 0,1319 dengan n = 30, sedangkan Ltab pada taraf

    pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0,1610 yang lebih besar dari Lo

    sehingga dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh dari daya ledak otot

    tungkai berdistribusi normal.

    Selanjutnya hasil tes kelincahan (X2), skor Lo = 0,0918 dengan n = 30,

    sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05 diperoleh 0,1610 yang

    lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa skor yang diperoleh

    dari kelincahan berdistribusi normal.

    Kemudian diperoleh kemampuan maegeri (Y), skor Lo = 0,1221

    dengan n = 30, sedangkan Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05

    diperoleh 0,1610 yang lebih besar dari Lo sehingga dapat disimpulkan bahwa

    skor yang diperoleh dari kemampuan maegeri berdistribusi normal.

    Berdasarkan uraian di atas ternyata semua variabel X1, X2 dan Y

    datanya tersebar secara normal, karena masing-masing variabel skor Lo nya

    kecil dari pada Ltab pada taraf pengujian signifikan α = 0,05. Hal ini berarti

    bahwa data masing-masing variabel penelitian ini normal.

  • 51

    C. Pengujian Hipotesis

    1. Hipotesis Satu

    Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah daya ledak

    otot tungkai (X1) terhadap kemampuan maegeri (Y). Untuk mengetahui

    kontribusi ini pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana. Rangkuman

    hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

    Tabel 11. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Daya Ledak Otot Tungkai (X1) Terhadap Kemampuan Maegeri (Y) Atlet Karate Dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman

    Korelasi Koefisien korelasi

    (r)

    Koefisien Determinasi (r2x 100%)

    Taraf Signifikan α

    = 0,05 Daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan maegeri

    0,604

    36.48

    0,463

    Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa koefisien

    korelasi antara daya ledak otot tungkai terhadap kemampuan maegeri adalah

    positif, hal ini terlihat bahwa dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh r

    hitung sebesar 0,48 dan r tabel dalam taraf α = 0,05 sebesar 0,463 dengan

    demikian r hitung > r tabel. Ini berarti terdapat hubungan yang berarti antara daya

    ledak otot tungkai dengan kemampuan maegeri.

    Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi daya ledak otot

    tungkai terhadap kemampuan maegeri adalah dengan mengkuadratkan nilai

    koefisien korelasi (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik

    yang dilakukan diperoleh nilai (R) = 36.48, berarti daya ledak otot tungkai

  • 52

    memberikan kontribusi terhadap kemampuan maegeri sebesar 36.48%. Oleh

    sebab itu hipotesis satu dalam penelitian ini diterima kebenarannya secara

    empiris.

    2. Hipotesis Dua

    Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini adalah kelincahan

    (X2) terhadap kemampuan maegeri (Y). Untuk mengetahui kontribusi tersebut,

    pertama sekali dilakukan analisis korelasi sederhana. Rangkuman hasil

    penghitungan dapat dilihat pada tabel 12 berikut ini:

    Tabel 12. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi kelincahan (X2) Terhadap Kemampuan Maegeri (Y) Atlet Karate Dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman

    Korelasi Koefisien korelasi

    (r)

    Koefisien Determinasi (r2x 100%)

    Taraf Signifikan α = 0,05

    Kelincahan terhadap kemampuan maegeri

    0.518

    26.83

    0,463

    Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukan bahwa koefisien korelasi

    antara kelincahan terhadap kemampuan maegeri adalah positif. hal ini terlihat

    bahwa dari analisis statistik yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,50 dan r

    tabel dalam taraf α = 0,05 sebesar 0,463 dengan demikian r hitung > r tabel. Ini

    berarti terdapat hubungan yang berarti antara kelincahan dengan kemampuan

    maegeri.

    Untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi koordinasi kelincahan

    terhadap kemampuan maegeri adalah dengan menguadratkan nilai koefisien

    korelasi (r) dan dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis statistik yang

    dilakukan diperoleh nilai (R) = 26.83, berarti kelincahan memberikan

  • 53

    kontribusi terhadap kemampuan maegeri 26.83%. Oleh sebab itu hipotesis dua

    dalam penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.

    3. Hipotesis Tiga

    Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah daya ledak

    otot tungkai (X1) dan kelincahan (X2) secara bersama-sama terhadap

    kemampuan maegeri (Y). Untuk mengetahui kontribusi tersebut akan

    dilakukan dengan analisis korelasi ganda. Rangkuman hasil penghitungan

    analisis koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 13 berikut :

    Tabel 13. Rangkuman Hasil Analisis Korelasi Kontribusi Daya LedakOtot Tungkai (X1) Dan kelincahan (X2) Secara Bersama-Sama Terhadap Kemampuan Maegeri (Y) Atlet Karate Dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman

    Korelasi Koefisien Korelasi

    (r)

    Koefisien Determinasi (r2x 100%)

    Taraf Signifikan α = 0,05

    Daya ledak otot tungkai dan kelincahan terhadap kemampuan maegeri

    0.630 39.69 0,463

    Hasil perhitungan tabel diatas menunjukan bahwa analisis korelasi ganda

    antara Daya ledak otot tungkai dan kelincahan secara bersama-sama terhadap

    kemampuan maegeri adalah positif. Hal ini terlihat bahwa dari analisis statistik

    yang dilakukan diperoleh r hitung sebesar 0,51 dan r tabel dalam taraf α = 0,05

    sebesar 0,463, dengan demikian r hitung > r tabel. Ini berarti terdapat hubungan

    yang berarti antara Daya ledak otot tungkai dan kelincahan secara bersama-

    sama terhadap kemampuan maegeri.

    Untuk mengetahui besarnya kontribusi Daya ledak otot tungkai dan

    kelincahan secara bersama-sama terhadap kemampuan maegeri atlet karate

  • 54

    dojo sungai limau padang pariaman adalah dengan menguadratkan nilai

    koefisien korelasi nilai (r) dikalikan seratus (r2x 100%), dari hasil analisis

    statistik yang dilakukan diperoleh nilai (R) = 39.69, berarti daya ledak otot

    tungkai dan kelincahan memberikan kontribusi secara bersama-sama terhadap

    kemampuan maegeri sebesar 39.69%. Oleh sebab itu hipotesis tiga dalam

    penelitian ini diterima kebenarannya secara empiris.

    D. Pembahasan

    1. Terdapat Kontribusi Daya Ledak Otot Tungkai Terhadap Kemampuan

    Maegeri Atlet Karate Dojo Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman

    Sebesar 36.48%

    Menurut Annarino dalam Arsil (1999), “Daya ledak merupakan

    kekuatan dan kecepatan kontraksi otot secara dinamis, eksplosif dalam waktu

    yang cepat”. Jadi dapat dikatakan bahwa hal ini merupakan pengeluaran otot

    secara maksi