PERSEPSI GURU TENTANG BUDAYA SEKOLAH PADA...
Transcript of PERSEPSI GURU TENTANG BUDAYA SEKOLAH PADA...
-
PERSEPSI GURU TENTANG BUDAYA SEKOLAH
PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN LIMA
PULUH KOTA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
IKA PURNAMA SARI
17178/2010
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
-
MY PRESENT
Lembaran-lembaran kertas putih ini pun pada akhirnya terisi oleh tinta-tinta yang beragam yang melukiskan kisah perjalanan di setiap langkah kakiku. Terkadang duri-duri halus terserakkan olehku pada setiap orang di jalanan yang kutemui ketika aku meraba-raba mencari seberkas cahaya di kegelapan. Ribuan penyesalan dan rasa maaf mungkin tak akan mampu menghilangkan bekas luka yang pernah tertorehkan. Apa dayaku, aku hanya insan yang masih mencari makna kehidupan sementara dan kehidupan kekal ini. Namun, aku selalu berharap pada-NYA agar setiap orang yang bertemu, membantu, dan mendoakanku selalu berhati ikhlas, berlapang dada, dan mendapat permata indah di kehidupan saat ini dan selanjutnya. I couldnt express this feeling. I just wanna say Alhamdulillah for everythings I have had and passed. Many obstacles I pass stair by stair. Not knowing weather cold or hot, I just run as fast as I can. Domo arigatou for my parents, family, my special, all of my lecturers, Mrs. Ice, Mr. Hadiyanto Hadisumarto, Mrs. Lusi, for the adjudicators Mr. Sufyarma, Mr. Yuskal, and Mrs. Ermita, Mr. Yulianto, Mr. Nasir, and domo arigatou for Mr. Aldri Frinaldi yang gaul, thanks for you gift, I love books.. And also domo arigatou for all of my friends wherever you are, in Parabek when I was junior school, vocational school no. 2 of Bukittinggi, in Education Administration, IMMAPSI, HMJ AP, MPM UNP, WP2SOSPOL, all of UKM UNP, All of HMJ in FIP, all of my friends in organization around UNP, and All of UNP faculty.. Thanks for my seniors too, also my juniors.. Domo arigatou for SMKN I Basos teachers, principle, staff, my instructure, and all of my students there. And also for all of people in my village Guguak Randah Kec. IV Koto, Koto Tuo, Kab. Agam, Domo arigatou for all people in SMAN I Pangkalan, Suliki, and Lareh Sago Halaban, Dinas Pendidikan Lima Puluh Kota District, ETC. Pokoknya all of people who help, pray, motivate, and support me for all my way and my steps to reach this finishing line in my new beginning life. And very special thanks for Allah SWT, I do believe what ever I have had and passed is caused of His fate in my life. Domo arigatou for all of people that I cannot mention their name one by one. Domo arigatou.. )
-
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya tulis saya
sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat kerya atau pendapat yang
ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata
penulisan karya ilmiah yang lazim.
Padang, April 2014
Yang menyatakan,
Ika Purnama Sari
-
i
ABSTRACT
Tittle : Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah pada SMA
Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota
Writer : Ika Purnama Sari
Student No. / Year : 17178/2010
Departement : Administration of Education
Pembimbing : 1. Prof. Hj. Nurhizrah Gistituati, M.Ed, Ed.D
2. Dr. Hadiyanto, M.Ed
The research is caused of writer observation that the school still less of
trust, cooperation, and responsibility as culture value which is held faithly by all
of people together in the school to reach the schools purpose. The purpose of this
research is to know and describe about school culture of Senior High School in
Lima Kota District through the values which is held faithly together and it is done
by doing trust, cooperation, and responsibility values. The research question is
how the teachers perception about school culture of Senior High School in Lima
Puluh Kota District with indicator: trust, cooperation, and responsibility.
The kind of this research is descriptive quantity. The population of this
research is all of teachers of Senior High School in Lima Puluh Kota District
which is totaled 484 people. The sampling technique is Stratified
Disproportionate Random Sampling, the sample total of this research is 83
people. Then, the instrument of this research is the quesionare which is made in
Likert scale model. Before doing the research, the quesionare has been tested the
validation, and its reliabilation. The data is analized by mean pattern.
The result of this research is shown that: (1) The school cuture of Senior
High School in Lima Puluh Kota District in trust aspect is very good, with the
score is 3,24. (2) The school cuture of Senior High School in Lima Puluh Kota
District in cooperation aspect is good with the score is 3,00. (3) The school cuture
of Senior High School in Lima Puluh Kota District in responsibility aspect is very
good, with the score is 3,22. So that, in generally school cuture of Senior High
School in Lima Puluh Kota District is very good, with the average score is 3,15. It
means the school culture of Senior High School in Lima Puluh Kota District has
been implemented very well. Hopefully to strengthen this condition they have to
do effort to increase the commitment in culture implementation as the values are
held faithly together continiously. And in this case, there is limitation of the writer
why the fact in the field is different from the result of this research because of
many limitation factors of writer which are discussed in this scription.
-
ii
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Segala
puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun merupakan bagian dari persyaratan untuk
menyelesaikan Studi Program Sarjana (S1) Jurusan Administrasi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Dalam menyelesaikan
skripsi ini, penulis telah menerima bantuan dan semangat dari berbagai pihak
tertentu, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis sepantasnya
menyampaikan terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Padang.
2. Pimpinan dan Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
3. Pimpinan Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Padang.
4. Ibu Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed, Ed.D dan Bapak Dr. Hadiyanto, M.Ed
selaku pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis
dengan penuh kasih sayang sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Bapak Bupati, Kepala Kesbangpol, dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Lima Puluh Kota yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian
ini dapat terlaksana dengan baik.
6. Kepala Sekolah dan guru-guru di SMA Negeri I Pangkalan Koto Baru, Suliki,
Lareh Sago Halaban, dan seluruh masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota
yang telah memberikan bantuan, mengizinkan dan bersedia memberi data
yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Staf Pengajar dan Karyawan Jurusan Administrasi Pendidikan.
8. Pimpinan perpustakaan beserta karyawan dan karyawati perpustakaan
Fakultas Ilmu Pendidikan dan perpustakaan Universitas Negeri Padang.
9. Tidak lupa kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2010, yang selalu
memberikan bantuan dan semangat baik secara moril maupun spiritual kepada
penulis.
-
iii
10. Terisitimewa buat Ayahanda, dan Ibunda yang telah mengasuh, mendidik dan
membimbing penulis dengan penuh kasih sayang, dukungan moril, materil,
dan doa, serta buat abang, adik-adik, dan sanak famili penulis yang selalu
memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.
Kepada semua pihak yang telah ikut membantu, tiada kata yang dapat
penulis persembahkan selain doa kepada Allah SWT semoga bantuan, bimbingan
dan arahan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa moril
maupun materil dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Amiin.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, tak ada
manusia yang sempurna. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf atas segala
kekurangan, dan segala sesuatu yang tidak pada tempatnya ketika penulis
menyelesaikan skripsi ini.
Padang, April 2014
Penulis
IKA PURNAMA SARI
17178/2010
-
iv
DAFTAR ISI
ABSTRACT .................................................................................................................. I
KATA PENGANTAR ................................................................................................ II
DAFTAR ISI .............................................................................................................. IV
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... VI
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... VII
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... VIII
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 5
D. Perumusan Masalah ............................................................................................. 7
E. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 7
F. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7
G. Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 9
A. LANDASAN TEORI................................................................................................. 9
1. Pengertian Persepsi .......................................................................................... 9
2. Pengertian Budaya ......................................................................................... 10
3. Pengertian Budaya Sekolah ........................................................................... 13
4. Fungsi Budaya Sekolah ................................................................................. 18
5. Pentingnya Budaya Sekolah .......................................................................... 19
6. Tingkatan Budaya Sekolah ............................................................................ 26
7. Indikator Budaya Sekolah .............................................................................. 28
8. Budaya Sekolah yang Efektif ........................................................................ 36
B. KERANGKA KONSEPTUAL................................................................................... 38
BAB III METHODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 39
-
v
A. Desain Penelitian ............................................................................................... 39
B. Definisi Operasional Penelitian ......................................................................... 39
C. Populasi Dan Sampel ......................................................................................... 40
D. Variabel Penelitian ............................................................................................ 45
E. Jenis Dan Sumber Data ..................................................................................... 45
F. Intrumen Penelitian ........................................................................................... 45
G. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 51
A. Deskripsi Data ................................................................................................... 51
B. Pembahasan ....................................................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 64
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 64
B. Saran .................................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 68
-
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Indikator Budaya Organisasi Menurut Para Ahli ...................................... 29
Tabel 2 Populasi Penelitian .................................................................................... 41
Tabel 3 Strata Sampel Penelitian ........................................................................... 44
Tabel 4 Proporsi Sampel Penelitian ....................................................................... 44
Tabel 5 Alokasi Proporsi Sampel ........................................................................... 44
Tabel 6 Kisi-Kisi Angket Penelitian ...................................................................... 46
Tabel 7 Daftar Skor Jawaban Setiap Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya ................ 49
Tabel 8 Skor Rata-Rata Budaya Sekolah Sma Negeri Dengan Indikator
Kepercayaan Di Kabupaten Lima Puluh Kota .......................................... 51
Tabel 9 Skor Rata-Rata Budaya Sekolah Sma Negeri Dengan Indikator Kerja
Sama Di Kabupaten Lima Puluh Kota ...................................................... 55
Tabel 10 Skor Rata-Rata Budaya Sekolah Sma Negeri Dengan Indikator Tanggung
Jawab Di Kabupaten Lima Puluh Kota ..................................................... 57
Tabel 11 Rekapitulasi Skor Rata-Rata Budaya Sekolah .......................................... 59
-
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tingkatan Budaya Organisasi ................................................................... 26
Gambar 2. Kerangka Konseptual Budaya Sekolah Pada SMA Negeri Di Kabupaten
Lima Puluh Kota ....................................................................................... 38
-
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kisi-kisi Angket ............................................................................................ 70
2. Pengantar Angket Penelitian ......................................................................... 71
3. Petunjuk Pengisian Angket .......................................................................... 72
4. Angket Penelitian ......................................................................................... 73
5. Analisis Hasil Uji Coba Angket Penelitian .................................................. 78
6. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 80
7. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ............................................................... 84
8. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 85
9. Surat Rekomendasi Penelitian ...................................................................... 87
10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................................. 89
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sisdiknas no. 20 Tahun 2003 memberi pengertian
bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Kemudian, tujuan pendidikan itu sendiri tertera dalam pembukaan undang-
undang yaitu untuk mencerdasakan kehidupan bangsa.
Pengertian dan tujuan pendidikan tersebut dikembangkan dalam
sebuah lembaga pendidikan yaitu salah satunya sekolah. Sekolah merupakan
wahana seseorang untuk mengembangkan ilmu dan mendapatkan berbagai
pengalaman yang baru. Dalam arti lain sekolah adalah tempat menimba ilmu
pengetahuan agar menjadi orang yang berpendidikan, dan berwawasan. Jadi,
sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini sesuai dengan rumusan undang-
undang sisdiknas no. 20 tahun 2003.
Suatu sekolah terdiri dari beberapa unsur yang membentuk sekolah
tersebut, yaitu pendidik, staf kependidikan, peserta didik, sarana prasarana,
nilai dan budaya yang membangun jati diri sekolah. Wahana pendidikan
seperti sekolah yang telah digambarkan tersebut memiliki unsur budaya yang
-
2
akan membangun dan mengarahkan sebuah sekolah. Hal ini berarti unsur
budaya dalam sebuah sekolah memiliki arti penting untuk kemajuan sekolah.
Kemajuan sekolah ini dapat berupa prestasi, tingkat kedisiplinan sekolah,
hubungan internal dan eksternal sekolah, kebiasaan-kebiasaan yang
diterapkan, dan nilai-nilai yang ditanamkan bersama di sekolah tersebut.
Budaya yang disebutkan di atas memiliki makna sebagai suatu
instrumen yang ditanamkan dalam menjalankan sekolah atau organisasi oleh
SDM. Pengertian budaya Ditinjau secara etimologis, jamak dari budaya
adalah kebudayaan yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu Budhayah yang
merupakan bentuk jamak dari budi yang berarti akal atau segala sesuatu yang
berhubungan dengan akal fikiran manusia. Demikian juga istilah yang artinya
sama yaitu keluar dari bahasa latin, colere yang berarti mengerjakan atau
mengolah. Sehingga budaya atau kultur disini dapat diartikan sebagai segala
tindakan manusia untuk mengolah atau mengerjakan sesuatu. (http://
manajemenpendidikansilam.blogspot.com/2012/04/budaya-organisasisekolah-
yang-efektif.html).
Pengertian budaya jika dikaitkan dengan sekolah dapat dimaknai
bahwa budaya sekolah merupakan segala tindakan yang dilakukan stake
holder yang ada di sekolah dalam rangka mengolah atau mengerjakan suatu
aktivitas demi mencapai tujuan, visi, dan misi yang dicita-citakan di sekolah.
Budaya sekolah ini termasuk hal yang penting dalam pelaksanaan
kegiatan di sekolah. Memakai pakaian seragam sekolah merupakan salah satu
-
3
wujud budaya yang diterapkan di sekolah. Kebiasaan untuk datang ke sekolah
tepat waktu merupakan suatu bentuk budaya yang diterapkan di sekolah.
Ketika di sekolah tidak menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik seperti
membiasakan datang tepat waktu dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,
maka salah satu tujuan dari pendidikan yaitu membentuk diri yang memiliki
akhlak mulia dan cerdas akan sulit terwujud.
Menurut Firestone dan Louis dalam Gistituati (2010: 23) penelitian
tentang budaya sekolah masih jarang. Meskipun banyak penelitian tentang
budaya organisasi yang dilakukan di perusahaan-perusahaan dan hasilnya
kemudian digunakan untuk meramal tentang budaya sekolah, tetapi masih
sedikit para peneliti pendidikan yang telah men-tes hasil-hasil penelitian di
perusahaan-perusahaan tersebut secara langsung di sekolah.
Padahal, jika dilihat secara lebih detail terdapat perbedaan budaya
yang diterapkan dalam sekolah dan perusahaan, meski sama-sama memiliki
andil yang cukup besar dalam mencapai tujuan dan meningkatkan prestasi,
akan tetapi di perusahaan yang menerapkan budaya rata-rata adalah orang-
orang yang sudah matang. Sedangkan, di sebuah sekolah disamping ada orang
yang sudah matang, terdapat juga orang atau anak yang masih belum matang
yang menerapkan dan mengamalkan budaya di sekolah mereka. Lingkungan
sekolah merupakan lingkungan budaya pendidikan. Sementara itu,
Lingkungan perusahaan atau kantor adalah lingkungan kerja.
-
4
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki Sembilan SMA Negeri. Pada
SMA Negeri tersebut terdapat hal-hal yang menggambarkan beberapa
permasalahan budaya berdasarkan pengamatan peneliti dari 23 Desember
2013 sampai 1 Februari 2014 secara informal terkait dengan budaya sekolah
jika dipandang budaya pada tataran nilai-nilai yang dipegang teguh oleh
sivitas sekolah terlihat dalam fenomena: (1) guru mengeluh karena terlambat
mendapatkan informasi tentang kebijakan yang dibuat kepala sekolah, (2)
ketika melaksanakan suatu kegiatan ada guru yang saling menyalahkan
tentang suatu kekurangan, (3) guru lebih senang bekerja sendiri-sendiri dalam
menyelesaikan tugasnya, (4) beberapa guru tidak mau memahami sikap kepala
sekolah dan selalu bertentangan, (5) beberapa guru menganggap prestasi dan
pencapaian pribadi lebih penting dari pada kerja dalam tim untuk
menyelesaikan tugas pada sebuah kegiatan, (6) guru honor tidak begitu diajak
dalam pergaulan sehari-hari di sekolah, dan (7) jarang guru yang bersedia
meluangkan waktu untuk menambah waktu belajar di luar jam biasa untuk
mengulang pelajaran yang akan di remedi.
Beberapa hal yang dikemukakan di atas merupakan wujud
permasalahan dari budaya sekolah yang menggambarkan hambatan bagi
SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk dapat menjadikan atau
membangun sekolah yang baik, berprestasi, dan memegang teguh nilai-nilai
yang diyakini bersama karena berasal dari sekolah yang memiliki budaya yang
mendukung. Bagaimana budaya yang membentuk sekolah pada SMA Negeri
di Kabupaten Lima Puluh Kota ini? hal ini perlu dijawab melalui penelitian
-
5
ini. Oleh sebab itu, berdasarkan paparan di atas, maka peneliti berfikir untuk
melakukan penelitian tentang Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah pada
SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
dapat diidentifikasi beberapa masalah terkait budaya sekolah pada SMA
Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota, yaitu:
1. Kurangnya keterbukaan di sekolah.
2. Kurangnya sikap saling mempercayai di sekolah.
3. Kurangnya kerja sama guru dalam menyelesaikan tugas di sekolah.
4. Kurangnya keakraban di antara guru dan kepala sekolah dalam mencapai
tujuan di sekolah.
5. Kurangnya kerja tim antara guru dalam menyelesaikan tugas dan
tanggungjawab di sekolah.
6. Kurangnya sikap kesetaraan dalam pergaulan guru di sekolah.
7. Kurangnya kesadaran guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya
sebagai pendidik di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah terlihat banyaknya faktor yang dapat
mempengaruhi budaya sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh
Kota ini. Teori Z organisasi Ouchi dalam Gistituati (2010: 9) bahwa nilai-nilai
budaya meliputi keakraban, kepercayaan, kerjasama, dan egalitarian
(kesetaraan). Kemudian, pendapat Hoy dan Miskel dalam Gistituati (2010:8)
-
6
yang menyatakan lima budaya pada suatu sekolah yaitu keterbukaan,
kepercayaan, kerjasama, keakraban, dan kerja tim (team work).
Pandangan Hofstede dalam Siagian (2004: 72-80) tentang budaya
sebagai suatu nilai terdiri dari tanggungjawab, kekuasaan, & pengelakan
ketidakpastian. Kemudian, dalam kaca mata Ndraha (2005: 103) kepercayaan,
tanggungjawab, dan kepuasaan. Selanjutnya, pandangan Robbins dalam
Komariah (2010: 108) indikator budaya berdasarkan nilai yang terkandung
dalam karakteristik budaya yaitu tanggungjawab, kebebasan, kerja sama,
agresif, inovatif, integratif, motivatif, dan toleransi.
Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, tidak melenceng dan
menghemat waktu serta dana maka faktor yang mempengaruhi budaya
sekolah yang akan diteliti adalah tentang kepercayaan, kerja sama, dan
tanggungjawab. Selanjutnya berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut
peneliti membatasi masalah budaya sekolah pada SMA Negeri di kabupaten
Lima Puluh Kota sebagai berikut:
1. Kurangnya sikap saling mempercayai antar warga sekolah dalam
mewujudkan visi dan misi sekolah.
2. Kurangnya kerjasama yang baik antara sesama guru, kepala sekolah, dan
warga sekolah lainnya.
3. Kurangnya tanggungjawab guru di sekolah.
-
7
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut, yaitu bagaimanakah budaya sekolah ditinjau dari
persepsi guru pada SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota?
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh
Kota dilihat dari aspek kepercayaan?
2. Bagaimanakah budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh
Kota dilihat dari aspek kerjasama?
3. Bagaimanakah budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh
Kota dilihat dari aspek tanggung jawab?
F. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang budaya sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten
Lima Puluh Kota ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat
dari aspek kepercayaan
2. budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat
dari aspek kerja sama
3. budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat
dari aspek tanggung jawab
-
8
G. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk:
1. Guru sebagai pertimbangan untuk membangun kepercayaan, kerja sama,
dan tanggungjawab di sekolah dan siswa agar sekolah dapat membentuk
budaya sekolah yang baik dan efektif.
2. Pemangku kebijakan pendidikan seperti Kepala sekolah, dan Dinas
Pendidikan Kabupaten Lima Puluh kota sebagai sumber pemikiran dalam
mengelola dan mengembangkan unsur budaya di dunia pendidikan,
khususnya sekolah.
3. Pengawas sebagai informasi, masukan dan pertimbangan dalam
melaksanakan fungsi pengawasan sekolah.
4. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai bacaan, referensi,
rencana anggaran, dan pertimbangan terhadap kebijakan pendidikan
Kabupaten Lima Puluh Kota.
5. Pembaca dan peneliti selanjutnya sebagai bahan rujukan dalam melakukan
penelitian berikutnya.
-
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pengertian Persepsi
Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca indera. Lebih jauh juga dapat dikemukakan
bahwa persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
a. Ciri-ciri khusus dari objek stimulus, yang terdiri dari nilai objek
tersebut bagi orang yang mempersepsikannya, seberapa jauh objek
tersebut merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi seseorang,
familiritas dan pengenalan sesorang tentang objek tersebut.
b. Faktor-faktor pribadi termasuk didalamnya ciri khas individu, seperti
taraf kepercayaan, minat, dan lain sebagainya.
c. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon yang lain dapat
memberikan arah satu laku kompromi.
d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang cultural.
Jadi, persepsi adalah pendapat langsung, pandangan atau penilaian
terhadap lingkungan dan praktek-praktek pendidikan yang dialami oleh
guru terhadap lingkungannya sebagai subjek didik yang didasari oleh
pemikiran dan harapan, serta penilaian yang dipengaruhi oleh faktor ciri
khas dari objek stimuli, faktor pribadi, faktor pengaruh kelompok, dan
faktor perbedaan latar belakang kultur dari individu yang
-
10
mempersepsikannya dan selanjutnya akan mempengaruhi tingkah laku
tersebut.
2. Pengertian Budaya
Pengertian budaya sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam
Daryanto (2013: 215) adalah pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah
berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam
pemakaian sehari-hari orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya
dengan tradisi. Tradisi ini diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan
kebiasaan dari masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari yang
menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut.
Dalam suatu organisasi (termasuk lembaga pendidikan) budaya
diartikan sebagai berikut: pertama, tindakan yaitu keyakinan dan tujuan
yang dianut bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial
membentuk perilaku mereka dan bertahan lama meskipun sudah terjadi
pergantian anggota. Dalam lembaga pendidikan misalnya budaya ini
berupa saling menyapa, saling menghargai, toleransi, dan lain sebagainya.
Kedua, norma perilaku yaitu cara berperilaku yang sudah lazim digunakan
dalam sebuah organisasi yang bertahan lama karena semua anggotanya
mewariskan perilaku tersebut kepada anggota baru. Dalam lembaga
pendidikan, perilaku ini antara lain berupa semangat untuk selalu giat
belajar, selalu menjaga kebersihan, bertutur sapa santun, dan berbagai
perilaku mulia lainnya.
-
11
Budaya menurut Sashkin & Kiser dalam Usman (2010: 586) ialah
kepercayaan dan nilai yang dianut orang-orang di dalam suatu organisasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Komariah (2010:96)
mengemukakan dua pandangan tentang budaya bahwa pertama, budaya
adalah hasil penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,
kesenian, dan adat istiadat. Kedua dengan menggunakan pendekatan
antropologi bahwa budaya adalah keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Kemudian, menurut Farid dan Philip dalam Komariah (2010: 96-
97) budaya adalah norma dan perilaku yang disepakati oleh sekelompok
orang untuk bertahan hidup dan berada bersama. Budaya menurut
Soekanto dalam Komariah (2010: 97) adalah sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perikelakuan yang normatif yang mencakup pola-pola berpikir,
merasakan, dan bertindak.
Senada dengan pendapat di atas, Taylor dalam Komariah (2010: 97)
mengungkapkan bahwa culture or civilization taken in its wide
ethnographic sense, is that complex whole which includes knowledge,
belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits
acquired by man as member of society atau sebagai keseluruhan yang
kompleks yang terdiri atas ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya, juga kebiasaan yang
diperoleh seseorang sebagai anggota sosial masyarakat.
-
12
Sementara itu, secara lebih formal Kotter dan Heskett dalam
Komariah (2010: 97) mendefinisikan budaya sebagai totalitas perilaku,
kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya
serta pemikiran manusia yang mendirikan suatu masyarakat atau produk
yang ditransmisikan bersama. Dan Owen mengatakan bahwa budaya
merupakan filsafat-filsafat, ideology-ideologi, nilai-nilai, asumsi-asumsi,
keyakinan-keyakinan, harapan-harapan, sikap-sikap, dan norma-norma
bersama yang mengikat/ mempersatukan komunitas (The shared
philosophies, ideologies, values, assumptions, beliefs, expectations,
attitudes, and norm that knit a community together).
Pengertian budaya ini juga diasumsikan oleh Hofstede dalam Sujudi
(2011: 259) yang menjadikan budaya sebagai sebuah program mental
(mental programming), dimana secara psikologis seseorang yang
berkembang dalam sebuah budaya menjadi terprogram sesuai dengan
budaya tersebut. Dengan kata lain budaya merupakan perangkat lunak dari
pikiran (software of the mind).
Jadi, pengertian budaya dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu
yaitu pikiran, adat istiadat, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, norma
perilaku, pengetahuan, kemampuan kesenian, asumsi-asumsi, harapan-
harapan, tindakan-tindakan, pola pikir, ideologi-ideologi, sikap-sikap,
moral, hukum, tujuan yang dianut bersama, hal-hal yang sudah
berkembang, dan menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang mengikat/
-
13
mempersatukan perangkat lunak dari pikiran setiap individu yang ada
dalam sebuah perkumpulan atau tempat demi mencapai tujuan bersama.
3. Pengertian Budaya Sekolah
Budaya sekolah pada dasarnya sama dengan budaya organisasi.
Secara umum sebenarnya budaya sekolah atau budaya organisasi tidak
berbeda dengan budaya masyarakat yang sudah dikenal selama ini.
Perbedaan pokok terletak pada lingkupnya, sehingga kekhususan budaya
sekolah berakar dari lingkupnya, dalam hal ini lebih sempit dan lebih
spesifik.
Sebelum kita mengetahui makna budaya sekolah, terlebih dahulu
kita perlu memahami arti sekolah. Sekolah merupakan salah satu contoh
dari sebuah organisasi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta
tempat memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatannya, ada
dasar, lanjutan, dan tinggi; menurut jurusannya, ada dagang, guru, teknik,
pertanian, dan sebagainya. Sejalan dengan pengertian di atas yang dikutip
secara online (http://tuanmat.tripod.com/ budayasek.html) yaitu sekolah
merupakan sebuah institusi sosial yang memainkan peranan yang amat
penting dalam merubah kehidupan masyarakat. Sekolah adalah pengubah
minda dan sekolah adalah penentu kepada budaya dan pembangunan
sebuah negara.
http://tuanmat.tripod.com/%20budayasek.html
-
14
Kemudian, sekolah sebagai sebuah organisasi jika dikaitkan
dengan budaya, yaitu budaya organisasi maka definisinya menurut Heris
(http://herisllubers. blogspot.com/2013/06/pengertian- dan- fungsi -
budaya-organisasi.html) adalah sebuah sistem makna bersama yang
dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari
organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah
sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.
Pengertian ini senada dengan pendapat Mc Namara dalam Sudrajat
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budaya-organisasi-di-
sekolah/), yang mengemukakan bahwa:
dilihat dari sisi input, budaya organisasi mencakup
umpan balik (feed back) dari masyarakat, profesi, hukum,
kompetisi dan sebagainya. Sedangkan dilihat dari proses,
budaya organisasi mengacu kepada asumsi, nilai dan
norma, misalnya nilai tentang : uang, waktu, manusia,
fasilitas dan ruang. Sementara dilihat dari out put,
berhubungan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap
perilaku organisasi, teknologi, strategi, image, produk dan
sebagainya.
Dilihat dari sisi kejelasan dan ketahanannya terhadap perubahan,
John P. Kotter dan James L. Heskett dalam Sudrajat (http:
//akhmadsudrajat. wordpress. com /2008/01/27/ budaya- organisasi- di-
sekolah/) memilah budaya organisasi menjadi ke dalam dua tingkatan yang
berbeda. Dikemukakannya, bahwa pada tingkatan yang lebih dalam dan
kurang terlihat, nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam
-
15
kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun
anggota kelompok sudah berubah.
Senada dengan pendapat di atas, budaya organisasi menurut Schein
dalam Hasri (2004: 5-6) adalah pola asumsi dasar yang telah ditemukan
suatu kelompok, ditentukan, dan dikembangkan melalui proses belajar
untuk menghadapi proses belajar untuk menghadapi persoalan
penyesuaian (adaptasi) kelompok eksternal dan integrasi kelompok
internal.
Sementara itu menurut Gardner dalam Hasri (2004: 6) memberi
pengertian budaya organisasi sebagai kekuatan yang tidak kelihatan
(intangible) dibalik sesuatu yang dapat dilihat (tangible) dari sebuah
organisasi.
Budaya organisasi ini juga didefinisikan oleh Luthans dalam
Wahab (2011: 212), yaitu norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan
perilaku anggota organisasi. Hal ini senada dengan Sarplin dalam Wahab
(2011: 212) yang mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem
nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling
berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-
norma perilaku organisasi. Dan menurut Wahab (2011: 212) budaya
organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai (values) organisasi
yang dipahami, dijiwai, dan di praktikkan oleh organisasi sehingga pola
-
16
tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku
dalam organisasi.
Sedangkan menurut Ouchi dalam Gistituati (2010: 3) budaya
organisasi adalah simbol-simbol, upacara-upacara, dan dongeng-dongeng
yang memberi arti dan yang mendasari nilai-nilai dan keyakinan organisasi
beserta para anggotanya. Dan budaya organisasi jika dilihat dari sudut
pandang Siagian (2009: 187) adalah adanya persepsi yang sama di
kalangan seluruh anggota organisasi tentang makna hakiki kehidupan
bersama.
Kemudian, pandangan Sembiring (2012: 39) budaya organisasi ini
merupakan
karakteristik organisasi, bukan individu anggotanya, jika
organisasi disamakan dengan manusia, maka budaya
organisasi merupakan personalitas atau kepribadian
organisasi. Akan tetapi budaya organisasi membentuk
perilaku organisasi anggotanya. Bahkan tidak jarang
perilaku anggota organisasi sebagai individu.
Melihat pengertian budaya organisasi di atas dapat dikorelasikan
dalam pengertian budaya sekolah yaitu segala sesuatu yang membangun
sekolah dalam mencapai tujuan sekolah dengan segala sumber daya yang
ada dan menerapkan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang bernilai moral di
dalam lingkungan ataupun di luar lingkungan sekolah.
Pendapat tentang definisi budaya sekolah di atas didukung oleh
teori yang dikemukakan Philips dalam Komariah (2010: 101) menyatakan
-
17
bahwa budaya sekolah adalah the beliefs, attitudes, and behaviours which
characterize a school. Sedangkan menurut Deal dan Peterson dalam
Komariah (2010: 101) menyatakan bahwa budaya sekolah adalah Deep
patterns of values, beliefs, and traditions that have formed over the course
of schools history.
Kemudian, dalam pandangan Stolp dan Smith dalam Komariah
(2010: 102) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berikut:
school culture can be defined as the historically
transmitted patterns of meaning that includes the norms,
values, beliefs, ceremonies, rituals, traditions, and myths
understood, maybe in varying degrees, by members of the
school community. This system of meaning often shapes
what people think and how they act.
Menurut Muhaimin (2011: 48) budaya sekolah/madrasah
merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai
(values) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin
dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada
dalam sekolah/madrasah tersebut.
Jadi, secara menyeluruh budaya sekolah merupakan sebuah sistem
makna bersama yang berupa keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan,
norma perilaku, nilai-nilai, seremoni/ upacara-upacara, tingkah laku,
simbol-simbol, dongeng-dongeng, pikiran, pengetahuan, kemampuan,
kesenian, asumsi-asumsi, harapan-harapan, tindakan-tindakan, pola pikir,
ideologi-ideologi, sikap-sikap, moral, hukum/ aturan, dan segala hal yang
sudah berkembang, dan menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang
-
18
mengikat/ mempersatukan perangkat lunak dari pikiran setiap individu
(siswa, guru, pegawai, kepala sekolah, dan lain-lain) yang ada di
lingkungan sekolah demi mencapai tujuan bersama yang telah dirumuskan
sekolah tersebut.
4. Fungsi Budaya Sekolah
Menurut Daft dalam Gistituati (2010: 13) ada dua fungsi budaya
yaitu sebagai alat pemersatu orang-orang yang ada di dalam organisasi,
dan sebagai alat bantu bagi organisasi untuk beradaptasi dengan
lingkungan eksternal.
Kemudian, menurut Robbins dalam Gistituati (2010: 14) budaya
dalam sebuah organisasi yaitu di sekolah berfungsi sebagai pembeda atau
yang menjadi ciri khas sekolah, sebagai pemuncul rasa identitas bersama,
sebagai fasilitator pengembangan komitmen kelompok, sebagai peningkat
stabilitas sekolah, sebagai alat pemersatu, dan standar tingkah laku yang
sesuai.
Sementara itu, fungsi budaya organisasi (sekolah) menurut Ndraha
dalam Sembiring (2012: 65) yaitu sebagai identitas, citra, pengikat,
sumber, kekuatan penggerak, kemampuan membentuk nilai tambah, pola
perilaku, warisan, substitusi formalisasi, mekanisme adaptasi, dan sebagai
proses.
Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya
sekolah yaitu sebagai:
-
19
a. Alat pemersatu orang-orang yang ada di dalam organisasi, dan
sebagai alat bantu bagi organisasi untuk beradaptasi dengan
lingkungan eksternal.
b. Pembeda atau yang menjadi ciri khas sekolah.
c. Sebagai pemuncul rasa identitas bersama.
d. Sebagai fasilitator pengembangan komitmen kelompok.
e. Sebagai peningkat stabilitas sekolah.
f. Sebagai standar tingkah laku yang sesuai.
g. Sebagai citra yang membangun sekolah.
h. Sebagai sumber kemampuan membentuk nilai tambah.
i. Sebagai kekuatan penggerak.
j. Sebagai pola perilaku dan proses.
k. Sebagai warisan sekolah.
l. Sebagai substitusi formalisasi.
m. Sebagai mekanisme adaptasi.
Empat belas fungsi budaya tersebut akan membentuk sekolah
dengan baik dan jika fungsi tersebut dapat terjalankan dengan maksimal
maka, budaya sebagai nilai dimana kepercayaan, kerjasama, dan
tanggungjawab akan terbentuk dengan baik dan menghasilkan budaya
sekolah yang baik.
5. Pentingnya Budaya Sekolah
Jika kita bayangkan sekolah tanpa penerapan budaya hal itu
sangat tidak mungkin karena manusia selalu melahirkan budaya
-
20
dimanapun ia berada, baik budaya yang teratur, maupun tidak teratur, baik
budaya yang formal, maupun tidak formal, baik budaya yang sehat
maupun budaya yang tidak sehat. Semua ini tergantung bagaiamana sudut
pandang manusia yang di dalamnya membawa arah budaya sesuai dengan
kehendak, dan pikirannya.
Dengan adanya budaya sekolah, warga sekolah akan mampu
mengerjakan suatu usaha yang terprogram sesuai dengan nilai-nilai yang
ditanamkan dalam visi bersama untuk dapat mewujudkan cita-cita yang
akan dicapai oleh sekolah.
Pernyataan di atas di dukung oleh pendapat Ouchi dalam
Gistituati (2010: 7) yang menganalogikan kesuksesan budaya dalam
sebuah perusahaan asal Jepang dan Amerika. Perusahaan-perusahaan
Jepang dan Amerika menjadikan budaya organisasi sebagai salah satu
kunci mencapai kesuksesan mereka. Ouchi percaya bahwa kesuksesan dan
keefektifan perusahaan, baik di Jepang maupun di Amerika adalah
disebabkan oleh berfungsinya budaya organisasi, yaitu berfungsinya nilai-
nilai tentang keakraban, kepercayaan, kebersamaan, kerjasama, dan
kesetaraan (equality) yang dimiliki dan dipegang bersama oleh orang-
orang yang ada di dalam perusahaan tersebut. Keberhasilan organisasi
bukanlah hanya semata-mata karena memiliki teknologi yang canggih,
tetapi juga bagaimana organisasi tersebut mengelola orang-orang.
-
21
Ouchi memberikan label pada nilai-nilai dalam pembahasan di
atas dengan nama Theory Z Culture. Teori Z ini memiliki sejumlah
perangkat yang dapat mempromosikan budaya yang jelas. Adanya
kemungkinan para karyawan untuk bisa bekerja lama (long term
employment) pada organisasi tersebut menghasilkan rasa aman dan
komitmen karyawan terhadap organisasi, dan para anggota organisasi
menjadi modal organisasi.
Proses promosi yang lebih lambat memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk memperluas pengalaman dan alur karir yang
bermacam-macam, sebagaimana para karyawan menampilkan perbedaan
fungsi dan menempati peran yang berbeda. Keadaan ini efektif
menghasilkan keterampilan yang spesifik dan mempercepat
pengembangan karir.
Kemudian, partisipasi dalam pembuatan keputusan menuntut
adanya kerjasama dan timkerja, serta nilai-nilai yang secara terbuka
dikomunikasikan dan dikuatkan. Tanggung jawab individu dalam
pembuatan keputusan kelompok menuntut adanya rasa saling
mempercayai dan saling mendukung. Terakhir perhatian terhadap individu
secara menyeluruh adalah bagian yang natural dari hubungan kerja, yang
cenderung informal, dan menekankan pada pentingnya peran bersama
daripada peran sendiri-sendiri. Pandangan yang menyeluruh (wholistic)
tentang manusia ini memungkinkan terwujudnya rasa sejajar satu sama
lain (egalitarian).
-
22
Dalam analogi yang dikemukakan oleh Ouchi dalam sebuah
perusahaan juga dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa antara
organisasi kerja dan organisasi pendidikan seperti sekolah dapat kita
samakan persepsi tentang kesuksesan budaya dalam membentuk sistem
nilai yang dipercayai bersama, karena antara perusahaan dan sekolah
kedua-duanya merupakan bentuk dari sebuah organisasi yang terdiri dari
beragam insan yang membangun organisasi tersebut baik dari dalam
maupun dari luar organisasi, hanya saja bedanya di perusahaan tidaklah
mengelola siswa-siswa yang akan belajar, tetapi sama-sama mengharapkan
pencapaian tujuan organisasi dengan baik.
Sekolah merupakan contoh dari sebuah organisasi, dan dalam
sebuah organisasi terbentuk budaya yang akan membangun dan
mengembangkan sekolah sesuai tujuan, visi, dan misi yang telah
dirumuskan maka budaya sekolah dapat tergambar dalam rumusan visi dan
misi sekolah tersebut.
Budaya sekolah merupakan elemen yang penting dalam sebuah
sekolah dan dipengaruhi oleh nilai dan kepercayaan yang menjadi asas dan
visi sekolah. Selain itu, struktur dan sistem sekolah membolehkan sekolah
memilih cara bagaimana ia menjalankan visi. Visi sekolah terdapat dalam
pernyataan dasar sekolah yang timbul daripada nilai dan kepercayaan
sekolah. Visi dan misi sangat penting di dalam sebuah sekolah, hal ini
merupakan tujuan sebuah sekolah.
-
23
Visi dan misi mempunyai ciri-ciri yang tersendiri dalam
membentuk wawasan sekolah dan merupakan pedoman setiap warga
sekolah untuk mencapainya. Oleh sebab itu, nilai dan visi merupakan
pengaruh yang penting dalam membentuk budaya sekolah dan tanggung
jawab warga sekolah untuk mencapainya. Ini adalah karena nilai dan visi
adalah cermin sebuah sekolah tersebut.
Melihat penerapan budaya sekolah di atas, dapat disimpulkan
bahwa budaya merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan
cita-cita sekolah. Dalam hal ini sekolah atau sebuah organisasi perlu
meningkatkan kepedulian, dan pengelolaan terhadap penanaman budaya
yang akan merekonstruksikan bangunan kepercayaan dan nilai-nilai
bersama, yang kemudian diterapkan secara bersama dengan maksimal dan
dapat mencapai hasil yang gemilang.
Kemudian, pendapat di atas didukung oleh pandangan Mulyasa
(2012: 92-93) budaya sekolah erat kaitannya dengan iklim sekolah karena
merupakan salah satu kebijakan yang harus diperhatikan Depdiknas dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan. Iklim dan budaya sekolah yang
kondusif diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif,
sehingga semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya peserta didik
merasa nyaman belajar. Dengan demikian, akan tercipta pembelajaran
yang efektif dan menyenangkan (joyfull instruction). Iklim dan budaya
sekolah yang kondusif juga akan membangkitkan semangat belajar, dan
-
24
akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat
berkembang secara optimal.
Berikut ini adalah analisis mengapa iklim dan budaya sekolah itu
penting:
a. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
berlangsung setiap saat, begitu cepatnya perkembangan tersebut
sehingga sulit diikuti oleh mata telanjang. Hal tersebut tentu saja besar
pengaruhnya terhadap pendidikan di sekolah, baik terhadap
perencanaan, proses maupun hasil pendidikan. Bagaimana sekolah
dikondisikan agar dapat mengikuti perkembangan dan perubahan
tersebut. Hal ini jelas perlu adanya iklim sekolah yang kondusif, yang
mampu mengimbangi perkembangan dan kebutuhan masyarakat.
b. Perkembangan penduduk yang cepat membutuhkan pelayanan
pendidikan yang besar. Untuk itu, diperlukan biaya atau anggaran
pendidikan yang besar pula. Di samping itu, perlu pula strategi yang
tepat agar pendidikan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh warga
Negara secara merata, baik kuantitas maupun kualitas. Dalam
kerangka ini pula diperlukan iklim sekolah yang kondusif, yang
mampu mendorong masyarakat untuk belajar.
c. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar
sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika
sumber-sumber daya manusia atau tenaga kerja Indonesia dalam
jumlah besar dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaannya. Dengan
-
25
begitu, dalam waktu yang relatif singkat perekonomian Indonesia akan
tumbuh dan berkembang secara mantap dan memberikan tingkat
pendapatan nasional yang relative tinggi. Hal tersebut merupakan
tantangan bagi sekolah, bagaimana menghasilkan lulusan yang
berkualitas, tidak saja mampu dan terampil melakukan pekerjaan,
tetapi juga mempunyai inovasi dan kreativitas tinggi serta mempunyai
daya pandang jauh ke depan. Untuk kepentingan tersebut, sekolah
perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian, dan pembaruan-
pembaruan.
d. Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung begitu cepat
telah menimbulkan berbagai pemikiran, bukan saja dalam dunia bisnis
dan ekonomi, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Untuk
menghadapi tantangan masa depan sebagai akibat dari kemajuan dan
perkembangan teknologi, sekolah harus mengantisipasi hubungan antar
negara yang semakin erat, seakan tidak ada lagi batas.
Berbagai uraian di atas tentang budaya sekolah dapat disimpulkan
bahwa budaya yang diterapkan di sekolah sangatlah penting, karena
dengan nilai sikap saling mempercayai di sekolah, maka akan timbul kerja
sama yang baik di antara komponen SDM sekolah. Kemudian, kerja sama
akan terbentuk dengan baik jika tiap-tiap individu sadar dan memiliki
sikap tanggungjawab. Ketiga hal tersebut nantinya akan membentuk
budaya sekolah sebagai suatu sistem nilai yang penting untuk dilaksanakan
agar sekolah dapat mencapai tujuan sekolah dengan maksimal.
-
26
6. Tingkatan Budaya Sekolah
Dalam melakukan penelitian tentang budaya dalam sebuah
organisasi menurut Gistituati (2010: 13) akan lebih berharga mempelajari
konsep budaya melalui level atau tingkatan budaya tersebut. Tingkatan
budaya menurut Hoy dan Miskel dalam Gistituati (2010: 5) meliputi
norma-norma, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi dasar. Tingkatan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Tingkatan Budaya Organisasi
Menurut Sembiring (2012: 48) asumsi dasar merupakan
anggapan dasar yang ada pada setiap orang, kapan dan dimanapun ia
berada. Asumsi dasar ini menjadi jaminan kepercayaan, persepsi-persepsi,
pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan. Sedangkan, Dyer dalam
Gistituati (2010: 10) menyatakan budaya pada level asumsi dasar sebagai
dasar pikiran atau premis yang bersifat abstrak tentang hakikat manusia,
hubungan antar manusia, kebenaran dan realitas, serta lingkungan. Jika
abstrak Deep (dalam)
konkrit Superficial
(permukaan)
Asumsi-asumsi- premis yang abstrak
- Hakikat tentang manusia - Hakikat hubungan antar manusia - Hakikat antara kebenaran dan realitas - Hubungan dengan lingkungan
Nilai-nilai- konsep-konsep tentang apa yang diinginkan
- Keterbukaan (openness) - Kepercayaan (trust) - Kerja sama (cooperation) - Keakraban (intinicity) - Kerja Tim (team work)
Norma-norma
- Dukung teman sejawat - Jangan mengkritik kepala sekolah - Tangani masalah disiplin anda sendiri - Mau menyediakan waktu lebih untuk
membantu murid-murid
- Mencoba mengenal teman sejawat
-
27
sebuah organisasi atau sekolah mengembangkan asumsi-asumsi ini, maka
dapat dikatakan sekolah tersebut memiliki budaya yang kuat.
Dalam pandangan Komariah (2010: 107) nilai merupakan
idealisasi cita-cita seseorang. Kemudian, nilai-nilai dalam pandangan
Gistituati (2010: 6-9) merupakan konsep-konsep tentang apa yang
diinginkan, atau apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang ada di
dalam organisasi agar organisasi tersebut dapat mencapai tujuan dengan
baik. Kemudian nilai-nilai juga didefinisikan sebagai karakter dasar dan
memberikan organisasi rasa identitas. Dalam teori Z organisasi nilai-nilai
meliputi keakraban, kepercayaan, kerjasama, kebersamaan/keakraban dan
egalitarian (kesetaraan). Nilai-nilai inti dari budaya ini adalah nilai-nilai
yang dominan yang diterima, dan menjadi milik bersama hamper oleh
semua orang yang ada di dalam organisasi dan mempengaruhi setiap aspek
kehidupan organisasi tersebut.
Norma-norma organisasi menurut Gistituati (2010: 5)
dikomunikasikan pada anggota organisasi melalui cerita dan upacara,
sehingga memungkinkan untuk dilihat dan dijadikan contoh tentang apa
yang dipegang teguh oleh organisasi. Norma ini meliputi:
a. Cara orang berpakaian.
b. Cara berbicara.
c. Cara merespon terhadap atasan, konflik, dan tekanan.
-
28
d. Cara orang menyeimbangkan antara kepentingan individu dan
organisasi.
Ketiga tingkatan tersebut yang banyak diteliti oleh peneliti adalah
pada level norma dan nilai. Pada level asumsi dasar sulit diteliti karena
asumsi dasar sesuai dengan gambar di atas menunjukkan keabstrakan, hal
ini terlihat karena level asumsi ini terlalu dalam maknanya dan sulit untuk
diukur. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti budaya pada level nilai-nilai.
7. Indikator Budaya Sekolah
Menurut pandangan Hofstede dalam Siagian (2004: 72-80)
budaya sebagai suatu nilai terdiri dari tanggungjawab, kekuasaan, &
pengelakan ketidakpastian. Kemudian, dalam kaca mata Ndraha (2005:
103) kepercayaan, tanggungjawab, dan kepuasaan. Kemudian, pandangan
Robbins dalam Komariah (2010: 108) indikator budaya berdasarkan nilai
yang terkandung dalam karakteristik budaya yaitu tanggungjawab,
kebebasan, kerja sama, agresif, inovatif, integratif, motivatif, dan toleransi.
Selanjutnya, Indikator budaya menurut Sujudi (2011: 262) adalah
bahwa budaya sebagai suatu nilai meliputi kerja sama, kesatuan, saling
menghormati, integritas, kepercayaan, dan keterbukaan. Kemudian,
pendapat Ouchi dalam Gistituati (2010: 7) bahwa kunci kesuksesan
budaya organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yaitu karena
berfungsinya nilai-nilai tentang keakraban, kepercayaan, kebersamaan,
kerjasama, dan kesetaraan (equality). Selanjutnya, pendapat Hoy dan
Miskel dalam Gistituati (2010: 6) yang menyatakan konsep budaya
-
29
sebagai suatu nilai adalah tentang hal-hal yang diinginkan yang berupa
keterbukaan, kepercayaan, kerjasama, keakraban, dan kerjatim (team
work).
Berikut ini tabel indikator budaya sekolah dari berbagai pendapat
ahli:
Tabel 1.
Indikator Budaya Organisasi menurut Para Ahli
No. Budaya Sebagai
Nilai
Robbins Hoy &
Miskel
Ouchi Sujudi Ndraha Hofstede Jumlah
1. Keterbukaan V V 2
2. Kepercayaan V V V V 4
3. Kerja sama V V V V 4
4. Keakraban V V 2
5. Kerja Tim V 1
6. Kesetaraan V 1
7. Tanggungjawab V V V 3
Berdasarkan beberapa pandangan budaya sebagai suatu nilai di
sekolah yang telah dipaparkan sebelumnya dan berdasarkan tabel di atas,
maka peneliti mengambil tiga indikator yang lebih dominan untuk diteliti
yaitu:
a. Kepercayaan
Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada
orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan
konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia
akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang
yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai
-
30
(Moorman:http://satyaariyono.wordpress.com/2012/06/24/kepercayaan
/). Kepercayaan dalam penelitian ini berarti sikap saling mempercayai
antara warga di sekolah. Misalnya antara guru dan kepala sekolah,
guru pada siswa, dan lain-lain.
Menurut Ba dan Pavlou (http://satyaariyono.wordpress. com
/2012/06/24/ kepercayaan/) mendefinisikan kepercayaan sebagai
penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan
transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan
yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan dalam kaca mata Prasetya
(2000: 103) adalah pengetahuan yang diterima dari orang lain atas
kewibawaannya.
Selanjutnya kepercayaan menurut pendapat Sujarawa (2005:
137-139) berasal dari kata percaya artinya mengakui atau meyakini
akan kebenaran. Kepercayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang
berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan tentang kebenaran.
Dasar kepercayaan adalah kebenaran yang meliputi kepercayaan pada
diri sendiri, pada orang lain, pemerintah/ Negara, dan kepada Tuhan.
Dalam pembahasan budaya sekolah ini kepercayaan dikaitkan pada
kepercayaan terhadap orang lain yaitu antar sesama guru, atau antara
guru dan kepala sekolah. Menurut sujarwa indikator kepercayaan ini
meliputi orang lain itu benar, dapat dipercaya, menepati janji, dan
benar-benar mengetahui.
-
31
Kemudian, menurut pendapat Robbins dalam Usman (2010:
481) kepercayaan ialah harapan positif yang dibangun oleh integritas
(integrity), kompetensi (competence), konsistensi (concistency),
kesetiaan (loyalty), dan keterbukaan (openness).
Jadi, kepercayaan dapat disimpulkan sebagai suatu penilaian,
kondisi mental, kemauan, dan harapan positif sesorang untuk
melaksanakan suatu keputusan yang dibangun oleh integritas,
kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan. Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa kepercayaan dipengaruhi oleh integritas,
kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan antara unsur SDM
yang ada di sekolah. Integritas adalah sifat-sifat jujur dan bermoral.
Integritas adalah persatuan yang ada di dalam sekolah. Dengan
adanya persatuan ini akan membantu terwujudnya kepercayaan di
sekolah. Guru-guru yang bekerja di sekolah akan memandang bahwa
suatu pekerjaan akan dapat terselesaikan jika guru-guru tersebut
bersatu dan memiliki rasa persatuan dalam mencapai tujuan sekolah.
Dengan adanya integritas ini akan dapat memicu timbulnya
kepercayaan antara satu dan lainnya. Begitu juga dengan kepala
sekolah, kepala sekolah juga memiliki rasa satu dengan guru-guru
dalam mencapai tujuan sekolah tersebut.
Kompetensi ialah sifat, pengetahuan, dan kemampuan pribadi
seseorang yang relevan dalam menjalankan tugasnya secara efektif (
-
32
Chung & Megginson), menurut Harris dalam Usman (2010: 481-483)
kompetensi meliputi seluruh aspek penampilan kerja, keterampilan
kerja, pengelolaan tugas yang berbeda, tanggungjawab, dan bekerja
sama. Kompetensi meliputi kepribadian, manajerial, entrepreneurship,
supervisi, sosial, andministrasi, dan teknis dalam melaksanakan tugas
pokok, dan fungsinya.
Konsistensi ialah sifat kokoh atau teguh (persistent) pada
pendirian, meskipun berbagai ancaman menghadang. Konsisten dapat
diramalkan tingkah lakunya, tidak mudah berubah perilakunya,
ucapan, dan janjinya dapat dipercaya, serta cocok antara kata dan
perbuatannya. Orang yang tidak konsisten akan dapat mengurangi atau
menghilangkan kepercayaan.
Kesetiaan adalah keinginan untuk selalu melindungi,
menyelamatkan, mematuhi, atau taat pada apa yang disuruh/ diminta
dan penuh pengabdian. Keterbukaan ialah keadaan dimana setiap
orang yang terkait dengan pendidikan dapat mengetahui proses dan
hasil pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah. Keterbukaan
sama dengan polos, apa adanya, tidak bohong, tidak curang, jujur, dan
terbuka terhadap public tentang apa yang dikerjakan oleh sekolah.
Selain itu menurut Wibowo (2008: 418) kepercayaan juga
dibangun dengan saling menghargai di antara staf. Dalam hal ini
berarti bahwa sikap saling mempercayai atau kepercayaan yang ada di
-
33
sekolah akan terbentuk karena adanya sikap dan perilaku saling
menghargai antar individu di sekolah, misalnya antar sesama guru,
antara guru dan kepala sekolah, antara guru dan siswanya, dan antara
staf kependidikan dan guru. Seorang kepala sekolah yang menaruh
kepercayaan pada guru tidak akan menegur guru tersebut di depan
orang ramai, karena hal seperti ini dapat mengurangi respect guru
terhadap kepala sekolah, dan akhirnya sikap untuk saling menghargai
itu menjadi sulit untuk didapatkan di sekolah. Oleh sebab itu, untuk
menjaga sikap yang saling menghargai, hendaknya kepala sekolah
tidak menegur guru di depan orang lain atau bahkan di depan siswa.
b. Kerja Sama
Kerjasama merupakan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh
individu tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih
dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan. Menurut
Madhi (2001: 53) kerja sama dibangun atas dua dasar yaitu adanya
saling memahami, dan kritikan yang membangun. Dengan adanya
sikap yang tertanam dalam pola pikir guru dan seluruh warga sekolah,
maka sekolah akan dapat kerja sama dengan baik untuk mencapai
tujuan sekolah dengan lebih baik. Selanjutnya dalam kerja sama di
sekolah perlu adanya kritikan yang membangun karena dalam kerja
sama adalah tidak bekerja sendiri-sendiri, dan tiap individu memiliki
-
34
kemampuan dan kekurangan yang berbeda-beda, dengan kritikan yang
membangun kekurangan dari tiap individu akan teratasi.
Menurut Riduwan (2012: 278) kerjasama yang baik akan
tergambar jika ada komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada
pemenuhan kebutuhan antara kedua belah pihak yang bekerjasama.
Hal ini berarti di sekolah yang memiliki budaya yang kuat akan
memiliki kerjasama antara kepala sekolah dan guru, kemudian antara
sesama guru melakukan komunikasi yang kondusif yang mengarah
kepada pemenuhan kebutuhan antara kedua belah pihak dan
mewujudkan pencapaian tujuan sekolah dengan maksimal. Hal ini
dapat dibuktikan dengan tidak ada guru yang menyelesaikan tugas
dalam sebuah program sendiri-sendiri, tetapi saling membantu,
berbagi, dan melengkapi.
Kerjasama dapat meliputi kerjasama antara guru, kerjasama
antara guru dan kepala sekolah, kerja sama antara guru dengan siswa,
kerja sama antara staf kependidikan, kerja sama antara semua warga
sekolah tersebut dalam mencapai tujuan sekolah yang telah
dirumuskan dengan maksimal.
Jadi, hal-hal yang menggambarkan kerjasama dalam sebuah
sekolah menjadi suatu nilai yang membentuk budaya sekolah tersebut
adalah adanya sikap saling memahami, kritikan yang membangun,
komunikasi yang kondusif, dan saling membantu.
-
35
c. Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut Prasetya (2000: 79) adalah kesadaran
manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun
yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Orang yang bertanggung
jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang
menjadi tanggung jawabnya. Indikator tanggungjawab menurut
Sujarwa (2005: 108) yaitu kewajiban, jujur pada diri sendiri dan orang
lain, rela berkorban demi kepentingan orang lain/ bersama.
Seseorang yang bertanggung jawab adalah orang yang
menyelesaikan pekerjaan yang dibebani kepadanya/ kewajibannya.
Tanggung jawab dapat dilihat dari caranya menyelesaikan
pekerjaannya tersebut, serta jika terjadi kesalahan mereka akan
menanggung resiko yang setara dengan kesalahan yang mereka
lakukan. Dalam hal ini warga sekolah yang berperilaku tanggung
jawab akan menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan maksimal,
dan menyelesaikan tugas sampai selesai.
Perilaku tanggung jawab dalam lingkungan sekolah sangat
penting dalam mewujudkan tujuan sekolah. Guru yang memiliki
perilaku bertanggung jawab akan tergambar pada dirinya sendiri yaitu
guru-guru jujur pada diri sendiri dan orang lain, maksudnya adalah
guru-guru jujur atas apa yang telah ia lakukan, dan mengatakan
-
36
kebenaran atas tiap tindakan, dan tugas yang telah ia laksanakan.
Misalnya, berkaitan dengan jam mengajar, guru jujur berapa jam ia
mengajar, dan berkata apa adanya tentang tugas yang ia laksanakan di
kelas kepada orang lain seperti kepala sekolah. Hal ini mencerminkan
guru tersebut membudayakan perilaku yang bertanggung jawab.
Selanjutnya, rela berkorban demi kepentingan orang
lain/bersama. Artinya dalam hal ini guru-guru mau mendahulukan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dengan kata lain
guru, kepala sekolah, dan warga sekolah mampu memandang secara
menyeluruh, yaitu tidak egois untuk mendahulukan kepentingan
pribadi di atas kepentingan bersama di sekolah.
Membudayakan perilaku yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas sangatlah penting bagi seorang guru dalam
bekerja, karena tanpa adanya tanggung jawab maka semua pekerjaan
tidak dapat dilaksanakan dan diberikan kepercayaan oleh kepala
sekolah, serta tujuan sekolah yang dirumuskan akan sulit terwujud.
Jadi tanggung jawab dapat digambarkan melalui pelaksanaan
kewajiban, jujur pada diri sendiri dan orang lain, mendahulukan
kepentingan bersama, dan berani menanggung resiko/ konsekuensi.
8. Budaya Sekolah yang Efektif
Sebelum mengetahui bagaimana budaya sekolah yang efektif, kita
perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan sekolah yang efektif,
-
37
menurut Komariah (2010: 121) sekolah efektif ini adalah sekolah yang
mempertunjukkan standar tinggi pada prestasi akademis dan mempunyai
suatu kultur/ budaya yang berorientasi tujuan, ditandai dengan adanya
rumusan visi yang ditetapkan dan dipromosikan bersama antara anggota
school-administration, fakultas, dan para siswa.
Selanjutnya, budaya sekolah yang diharapkan tumbuh pada sekolah
efektif adalah yang mampu memberikan karakteristik utama pada
perlakuan sekolah terhadap peserta didik agar dapat mencintai pelajaran
sehingga mereka memiliki dorongan instrinsik untuk terus belajar. Dengan
kata lain budaya sekolah efektif seharusnya mengembangkan learning
organization yang diarahkan pada pembentukan perilaku positif pada
siswa. Jadi, Budaya sekolah efektif merupakan nilai-nilai, kepercayaan,
dan tindakan sebagai hasil kesepakatan bersama yang melahirkan
komitmen seluruh personel untuk melaksanakannya secara konsekuen dan
konsisten (Komariah 2010: 102).
Nilai-nilai budaya sekolah efektif di atas merupakan hal yang
menjadi pedoman dalam membentuk budaya sekolah efektif. Budaya
sekolah yang efektif ini seluruhnya merujuk pada kebutuhan belajar siswa,
karena sasaran sekolah adalah mencetak lulusan yang berkualitas demi
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan nasional. Dengan kata lain
budaya sekolah yang efektif akan dapat membantu mencapai tujuan
sekolah yang telah dirumuskan dengan baik.
-
38
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir dalam
menggambarkan yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan penelitian, sebab kerangka konseptual disusun
berdasarkan kerangka teoritis. Secara konseptual budaya sekolah pada SMA
Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota diteliti berdasarkan nilai yang
terbentuk di sekolah dengan indikator kepercayaan, kerjasama, dan
tanggungjawab. Untuk lebih memperjelas dapat dilihat gambaran kerangka
konseptual pada halaman berikut ini.
A.
Gambar 2. Kerangka Konseptual Budaya Sekolah pada SMA Negeri di
Kabupaten Lima Puluh Kota
Budaya
sekolah
Pencapaian
tujuan
sekolah
1. Kepercayaan
2. Kerjasama
3. Tanggung jawab
-
39
BAB III
METHODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi
tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Pendapat di atas
didukung oleh pandangan Suryabrata (2012:75) bahwa penelitian deskriptif
(descriptive research) ini bertujuan untuk membuat pencandraan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu.
B. Definisi Operasional Penelitian
Varibel dalam penelitian ini adalah budaya sekolah. Budaya sekolah yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu sistem makna bersama yang berupa
perilaku dan nilai-nilai yang dipegang teguh secara bersama oleh setiap individu
(kepala sekolah, guru, staf kependidikan, dan siswa) yang menjadi karakteristik
sekolah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi mencapai tujuan sekolah.
Adapun indikator dan sub indikator budaya sekolah sebagai berikut:
1. Kepercayaan adalah bagaimana guru memegang teguh sikap untuk saling
mempercayai pada rekan, kepala sekolah dan siswa dalam menjalankan
aktivitas pendidikan di sekolah. Sub indikatornya adalah:
-
40
a. Integritas
b. Kompetensi
c. Konsistensi
d. Kesetiaan
e. Keterbukaan
f. Saling menghargai
2. Kerjasama adalah bagaimana guru memegang teguh nilai-nilai kerjasama
dalam menajalankan tugasnya. Sub indikatornya adalah:
a. Saling memahami
b. Kritikan yang membangun
c. Komunikasi yang efektif
3. Tanggung jawab adalah bagaimana guru memegang teguh nilai
tanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Sub indikatornya
adalah:
a. Melaksanakan kewajiban
b. Jujur pada diri sendiri dan orang lain
c. Rela berkorban demi kepentingan bersama
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari individu/ orang/ subjek yang
mempunyai informasi tentang objek penelitian. Populasi penelitian
-
41
merupakan semua individu yang dijadikan sumber penelitian untuk
memperoleh informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lima Puluh
Kota.
Tabel. 2
Populasi Penelitian
No Nama sekolah Jumlah Guru
1 SMAN I Kec. Guguak 70 orang
2 SMAN I Kec. Suliki 64 orang
3 SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 59 orang
4 SMAN I Kec. Pangkalan Koto Baru 41 orang
5 SMAN I Kec. Kapur IX 45 orang
6 SMAN I Kec. Akabiluru 45 orang
7 SMAN I Kec. Harau 60 orang
8 SMAN I Kec. Payakumbuah 53 orang
9 SMAN I Kec. Situjuah Limo Nagari 47 orang
Jumlah 484 orang
Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota
2. Sampel
Sampel adalah bagian/ wakil yang mencerminkan populasi yang
diteliti, karena populasi dari penelitian ini cukup banyak, maka tidak semua
populasi dari penelitian ini yang diteliti, dengan kata lain perlu dilakukan
penarikan sampel untuk mewakili populasi yang ada.
-
42
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah disproportionate
stratified random sampling (sampling acak tak proporsional berdasarkan
stratifikasi). Menurut Nasution (2012: 90) teknik ini merupakan teknik
penentuan sampel dengan menggolongkan populasi menurut ciri tertentu
(stratifikasi), kemudian hasil stratifikasi dicari tahu jumlah tiap golongan, dan
proporsi sub kategorinya diambil secara acak dan tidak didasarkan atas
proporsi yang sebenarnya dalam populasi karena subkategori tertentu
terlampau sedikit jumlah sampelnya.
Populasi dari penelitian ini yang telah dijelaskan pada poin
sebelumnya yaitu guru-guru pada sembilan sekolah. Dengan pertimbangan
objek penelitian yaitu budaya sekolah, maka peneliti ingin meneliti tiga
sekolah sebagai sampel dari Sembilan sekolah dengan dasar pertimbangan
pengukuran budaya yang lebih jelas dengan pandangan guru yang berada di
kategori sekolah berdasarkan hasil Ujian Nasional, akan terlihat perbedaan
bagaimana budaya menciptakan kesuksesan untuk pencapaian tujuan sekolah
tersebut. Kemudian keefektifan biaya, energi, dan waktu dalam melaksanakan
penelitian ini juga menjadi pertimbangan mengapa mengambil tiga sekolah
dari sembilan sekolah.
Tiga sekolah yang dipilih sebagai sampel yaitu SMA yang memiliki
kategori hasil Ujian Nasional (rata-rata tinggi, sedang, dan rendah).
Berdasarkan rata-rata nilai Ujian Nasional yaitu rata-rata tinggi, sedang dan
-
43
rendah. Berdasarkan tiga kategori tersebut dilihat dari hasil ujian nasional
2013 SMA di Kabupaten Lima Puluh Kota yang menduduki kategori rata-rata
prestasi UN dengan kategori tinggi rata-rata yaitu SMAN I Kecamatan Suliki
dengan rata-rata nilai UN 6.39, kategori sedang rata-rata adalah SMAN I
Kecamatan Lareh Sago Halaban dengan rata-rata nilai UN 6.24, kategori
rendah rata-rata yaitu SMAN I Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan rata-
rata nilai UN 6.01. (sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota).
a. Identifikasi Strata
Sesuai pendapat Nasution, sampel penelitian distratakan terlebih
dahulu yaitu berdasarkan golongan guru (golongan III, dan IV). Strata ini
akan dipertimbangkan dalam mengambil sampel dengan alasan karena
pandangan, pola pikir, tingkah laku, dan kebiasaan yang dilakukan oleh guru
yang berbeda golongan dalam melaksanakan tugas di sekolah akan berbeda.
Dengan kata lain, budaya sekolah diteliti berdasarkan strata tersebut karena
hal tersebut akan memperjelas kekuatan, dan keefektifan budaya sekolah
dalam mewujudkan tujuan sekolah.
b. Jumlah tiap Kategori
Jumlah sampel yang terpilih digambarkan sebagai mana tercantum
pada Tabel 3 berikut ini:
-
44
Tabel 3.
Strata Sampel Penelitian
No Nama Sekolah
Jenis kelamin/ golongan
Jumlah P LK
III IV Honor III IV honor
1. SMAN I Kec. Suliki 9 25 5 6 16 3 64
2. SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 7 22 10 4 14 2 59
3. SMAN I Pangkalan Koto Baru 9 10 9 4 5 4 41
Jumlah 25 62 24 14 35 9 164 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota
c. Menentukan Proporsi Sampel
Kemudian berdasarkan pendapat Nasution yang telah dijelaskan
sebelumnya, tahapan selanjutnya setelah membuat strata sampel adalah
menentukan proporsi sampel tidak berdasarkan proporsi sebenarnya dalam
populasi, tetapi sampel diambil berdasarkan jumlah merata agar dapat lebih
mewakili populasi penelitian, sebagaimana tercantum pada Tabel 4 di bawah
ini:
Tabel 4.
Proporsi Sampel Penelitian
No Nama Sekolah Jumlah Guru Proporsi sampel Sampel
1 SMAN I Kec. Suliki 64 50% 32
2 SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 59 50% 29.5= 30
3 SMAN I Kec. Pangkalan Koto Baru 41 50% 20.5= 21 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota
Tabel 5.
Alokasi Proporsi Sampel
No. Nama Sekolah
Jenis Kelamin/Golongan
Jumlah Perempuan Laki-laki
III IV Honor III IV Honor
1 SMAN I Kec. Suliki 5 8 5 5 6 3 32
-
45
2 SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 5 8 5 4 6 2 30
3 SMAN I Kec. Pangkalan Koto Baru 3 5 3 3 4 3 21 Jumlah 13 21 13 12 16 8 83
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri atas satu variabel, yaitu budaya sekolah
dengan indikator kepercayaan, kerja sama dan tanggungjawab.
E. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data penelitian ini adalah primer yaitu data yang lansung
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber datanya. Data primer diperoleh dari
guru. Data diperoleh melalui penyebaran angket dan diukur dengan model
skala Likert.
2. Sumber Data
Sumber data penelitian adalah guru di tiga SMA Negeri Kabupaten
Lima Puluh Kota yang terpilih berdasarkan sampel penelitian yang menjadi
responden dalam penelitian ini.
F. Intrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen
yang digunakan yaitu angket atau kuisioner yang disebarkan kepada guru SMA
-
46
Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun langkah-langkah penyusunan
angket adalah:
1. Menentukan variabel yang akan diteliti dan indikator penelitiannya.
2. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator penelitian. Sebagaimana
tercantum pada Tabel 6 di bawah ini:
Tabel 6.
Kisi-Kisi Angket Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator No. Item
KS Guru
Budaya
Sekolah
Kepercayaan - Integritas - Kompetensi - Konsistensi - Kesetiaan - Keterbukaan - Saling menghargai
1-2
5-9
15-16
20-21
24-25 29-30
3-4
10-14
17-19
22-23
26-28
31-33
Kerja sama - Saling memahami - Kritikan yang membangun - komunikasi yang kondusif
34-35
39-40
43-45
36-38
41-42
46-48
Tanggung
jawab
- melaksanakan kewajiban - jujur pada diri sendiri & orang lain - rela berkorban demi kepentingan
bersama
49-50
55-58
61-62
51-54
59-60
63-65
3. Menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan indikator yang sudah
ditetapkan.
4. Mengkonsultasikan dengan pembimbing item-item yang dibuat.
-
47
5. Melakukan uji coba angket kepada orang di luar sampel untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas angket.
a. Uji validitas
Untuk mengetahui validitas dari butir pernyataan, dilakukan
analisis butir secara keseluruhan dengan menggunakan rumus korelasi
tata jenjang (Arikunto, 2000:428 ) yaitu :
Keterangan :
: validasi yang dicari
: jumlah beda
N : jumlah sampel penelitian
Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan Rho = 0,889 dan
Rho Tabel taraf kepercayaan 95% dengan N = 30 adalah 0,361. Jadi r
hitung > r table (0,889 > 0,361). Ini menandakan bahwa angket penelitian
adalah valid.
b. Uji reliabilitas
Sedangkan untuk mencari reliabilitas angket menggunakan
rumus Alpha yang dikemukakan oleh Arikunto (2000: 236) yaitu :
Keterangan :
-
48
: Reliabilitas yang dicari
k : Banyaknya butir soal
: jumlah varians yang dicari
: varians total
Hasil perhitungan reliabilitas / r hasil =0,94 sedangkan r tabel
dengan N=30 pada taraf kepercayaan 95% =0,361, karena 0,94 >
0,361, dan pada taraf kepercayaan 99%=0,463, karena 0,94> 0,463
maka angket tentang Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah adalah
reliabel pada taraf kepercayaan 95% dan 99%.
G. Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengurus surat izin
penelitian mulai dari tingkat Jurusan, Fakultas sampai kepada Kesbangpol,
dan Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota.
2. Setelah itu melakukan kunjungan ke SMA Negeri I Suliki, Lareh Sago
Halaban, dan Pangkalan Koto Baru untuk meminta kesediaan dan
rekomendasi kepala sekolah untuk mengumpulkan data penelitian.
3. Menyebarkan angket penelitian dengan cara memberikan dan meminta
kesediaan guru-guru untuk mengisi angket tersebut, kemudian
mengumpulkan angket tersebut untuk dianalisa.
-
49
H. Teknik Analisis Data
Variabel-variabel dalam kuesioner diukur menggunakan model skala
Likert, yang berguna untuk menyatakan besarnya persetujuan responden
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pernyataan dalam angket terdiri
dari empat kategori, dan pernyataan angket bersifat positif dan negatif, seperti
yang terlihat pada Tabel 7 berikut:
Tabel 7.
Daftar Skor Jawaban setiap Pertanyaan Berdasarkan sifatnya
Pertanyaan Sikap Sifat Pertanyaan
Positif Negatif
Sangat tidak setuju (STS) 1 4
Tidak setuju (TS) 2 3
Setuju (S) 3 2
Sangat setuju (SS) 4 1
Arikunto (2010: 284) berpendapat bahwa skala yang digunakan boleh
terdiri dari 4 kategori. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kelemahan dengan
menggunakan lima alternatif jawaban karena responden cenderung memilih
alternatif yang berada di tengah.
Adapun prosedur analisis data dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Verifikasi data, yaitu mengecek kebenaran dan kelengkapan skala
penelitian yang telah diisi.
2. Memeberikan skor masing-masing alternatif jawaban. Skor masing-
masing untuk pernyataan positif adalah Sangat setuju (SS) dengan skor 4,
-
50
Setuju ( S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) 2, dan Sangat Tidak Setuju
(STS) dengan skor 1.
3. Mengelompokkan butir pernyataan berdasarkan indikator.
4. Mentabulasi skor ke dalam tabel persiapan.
5. Menghitung rata-rata dengan menggunakan rumus Mean setiap item
dalam angket dengan menggunakan rumus yang dikemukan Arikunto
(2003:266)
M =
Keterangan:
M = Skor rata-rata (mean)
= Jumlah perkalian frekuensi jawaban dengan skor
N = Sampel / jumlah responden
Menentukan tingkat kekuatan budaya sekolah yang dipegang teguh oleh
guru-guru SMA Negeri di kabupaten Lima Puluh Kota dengan menggunakan
kriteria bergradasi 1-4 yang dikemukakan Arikunto (2010: 285) dengan perincian
sebagai berikut:
Skala Klasifikasi
3,1 - 4 Sangat baik
2,1 - 3 Baik
1,1 - 2 Kurang baik
0 - 1 Tidak baik
-
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
B. Deskripsi Data
Pada bab ini diuraikan deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan tentang
Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Lima
Puluh Kota dengan indikator kepercayaan, kerja sama, dan tanggung jawab.
Deskripsi data untuk masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada
bagian berikut, dan dilanjutkan dengan pembahasan.
1. Indikator Kepercayaan
Hasil pengolahan data penelitian tentang budaya sekolah pada SMA
Negeri dengan indikator kepercayaan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat
dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8.
Skor Rata-rata Budaya Sekolah SMA Negeri dengan Indikator Kepercayaan
di Kabupaten Lima Puluh Kota
No. Kepercayaan STS TS S SS Jumlah
F F(1) F F(2) F F(3) F F(4) N Fx Mean
1 Kepala sekolah
senantiasa mengunjungi
guru-guru untuk
mewujudkan rasa persatuan
- - 9 18 53 159 21 84 83 261 3,15
2 Kepala sekolah selalu mengajak guru untuk
memikirkan tujuan
sekolah
- - 11 22 43 129 29 116 83 267 3,22
3 Guru selalu memandang
bahwa suatu pekerjaan
dapat terselesaikan jika ada rasa persatuan
- - 9 18 46 138 28 112 83 268 3,23
4 Guru senantiasa bersilaturrahmi dengan
guru yang lain untuk
- - 3 6 49 147 40 160 83 313 3,77
-
52
No. Kepercayaan STS TS S SS Jumlah
F F(1) F F(2) F F(3) F F(4) N Fx Mean
menimbulkan persatuan
5 Kepala sekolah
senantiasa menjadi
teladan yang baik untuk guru
- - 2 4 37 111 43 172 83 287 3,46
6 Kepala sekolah selalu menindaklanjuti hasil
supervisi akademik
terhadap guru
- - 10 20 51 153 21