PERSEPSI GURU TENTANG BUDAYA SEKOLAH PADA...

download PERSEPSI GURU TENTANG BUDAYA SEKOLAH PADA …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_SKRIPSI/1_IKA_PURNAMA... · persepsi guru tentang budaya sekolah pada sma negeri di kabupaten

If you can't read please download the document

Transcript of PERSEPSI GURU TENTANG BUDAYA SEKOLAH PADA...

  • PERSEPSI GURU TENTANG BUDAYA SEKOLAH

    PADA SMA NEGERI DI KABUPATEN LIMA

    PULUH KOTA

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu persyaratan guna memperoleh

    Gelar Sarjana Pendidikan

    IKA PURNAMA SARI

    17178/2010

    ADMINISTRASI PENDIDIKAN

    FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    2014

  • MY PRESENT

    Lembaran-lembaran kertas putih ini pun pada akhirnya terisi oleh tinta-tinta yang beragam yang melukiskan kisah perjalanan di setiap langkah kakiku. Terkadang duri-duri halus terserakkan olehku pada setiap orang di jalanan yang kutemui ketika aku meraba-raba mencari seberkas cahaya di kegelapan. Ribuan penyesalan dan rasa maaf mungkin tak akan mampu menghilangkan bekas luka yang pernah tertorehkan. Apa dayaku, aku hanya insan yang masih mencari makna kehidupan sementara dan kehidupan kekal ini. Namun, aku selalu berharap pada-NYA agar setiap orang yang bertemu, membantu, dan mendoakanku selalu berhati ikhlas, berlapang dada, dan mendapat permata indah di kehidupan saat ini dan selanjutnya. I couldnt express this feeling. I just wanna say Alhamdulillah for everythings I have had and passed. Many obstacles I pass stair by stair. Not knowing weather cold or hot, I just run as fast as I can. Domo arigatou for my parents, family, my special, all of my lecturers, Mrs. Ice, Mr. Hadiyanto Hadisumarto, Mrs. Lusi, for the adjudicators Mr. Sufyarma, Mr. Yuskal, and Mrs. Ermita, Mr. Yulianto, Mr. Nasir, and domo arigatou for Mr. Aldri Frinaldi yang gaul, thanks for you gift, I love books.. And also domo arigatou for all of my friends wherever you are, in Parabek when I was junior school, vocational school no. 2 of Bukittinggi, in Education Administration, IMMAPSI, HMJ AP, MPM UNP, WP2SOSPOL, all of UKM UNP, All of HMJ in FIP, all of my friends in organization around UNP, and All of UNP faculty.. Thanks for my seniors too, also my juniors.. Domo arigatou for SMKN I Basos teachers, principle, staff, my instructure, and all of my students there. And also for all of people in my village Guguak Randah Kec. IV Koto, Koto Tuo, Kab. Agam, Domo arigatou for all people in SMAN I Pangkalan, Suliki, and Lareh Sago Halaban, Dinas Pendidikan Lima Puluh Kota District, ETC. Pokoknya all of people who help, pray, motivate, and support me for all my way and my steps to reach this finishing line in my new beginning life. And very special thanks for Allah SWT, I do believe what ever I have had and passed is caused of His fate in my life. Domo arigatou for all of people that I cannot mention their name one by one. Domo arigatou.. )

  • SURAT PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya tulis saya

    sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat kerya atau pendapat yang

    ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan tata

    penulisan karya ilmiah yang lazim.

    Padang, April 2014

    Yang menyatakan,

    Ika Purnama Sari

  • i

    ABSTRACT

    Tittle : Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah pada SMA

    Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota

    Writer : Ika Purnama Sari

    Student No. / Year : 17178/2010

    Departement : Administration of Education

    Pembimbing : 1. Prof. Hj. Nurhizrah Gistituati, M.Ed, Ed.D

    2. Dr. Hadiyanto, M.Ed

    The research is caused of writer observation that the school still less of

    trust, cooperation, and responsibility as culture value which is held faithly by all

    of people together in the school to reach the schools purpose. The purpose of this

    research is to know and describe about school culture of Senior High School in

    Lima Kota District through the values which is held faithly together and it is done

    by doing trust, cooperation, and responsibility values. The research question is

    how the teachers perception about school culture of Senior High School in Lima

    Puluh Kota District with indicator: trust, cooperation, and responsibility.

    The kind of this research is descriptive quantity. The population of this

    research is all of teachers of Senior High School in Lima Puluh Kota District

    which is totaled 484 people. The sampling technique is Stratified

    Disproportionate Random Sampling, the sample total of this research is 83

    people. Then, the instrument of this research is the quesionare which is made in

    Likert scale model. Before doing the research, the quesionare has been tested the

    validation, and its reliabilation. The data is analized by mean pattern.

    The result of this research is shown that: (1) The school cuture of Senior

    High School in Lima Puluh Kota District in trust aspect is very good, with the

    score is 3,24. (2) The school cuture of Senior High School in Lima Puluh Kota

    District in cooperation aspect is good with the score is 3,00. (3) The school cuture

    of Senior High School in Lima Puluh Kota District in responsibility aspect is very

    good, with the score is 3,22. So that, in generally school cuture of Senior High

    School in Lima Puluh Kota District is very good, with the average score is 3,15. It

    means the school culture of Senior High School in Lima Puluh Kota District has

    been implemented very well. Hopefully to strengthen this condition they have to

    do effort to increase the commitment in culture implementation as the values are

    held faithly together continiously. And in this case, there is limitation of the writer

    why the fact in the field is different from the result of this research because of

    many limitation factors of writer which are discussed in this scription.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Segala

    puji dan syukur penulis ucapkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

    dan hidayah-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    Skripsi ini disusun merupakan bagian dari persyaratan untuk

    menyelesaikan Studi Program Sarjana (S1) Jurusan Administrasi Pendidikan

    Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Dalam menyelesaikan

    skripsi ini, penulis telah menerima bantuan dan semangat dari berbagai pihak

    tertentu, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis sepantasnya

    menyampaikan terima kasih dan penghormatan yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Rektor Universitas Negeri Padang.

    2. Pimpinan dan Pegawai Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.

    3. Pimpinan Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Negeri Padang.

    4. Ibu Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed, Ed.D dan Bapak Dr. Hadiyanto, M.Ed

    selaku pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

    dengan penuh kasih sayang sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

    5. Bapak Bupati, Kepala Kesbangpol, dan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten

    Lima Puluh Kota yang telah memberikan izin penelitian sehingga penelitian

    ini dapat terlaksana dengan baik.

    6. Kepala Sekolah dan guru-guru di SMA Negeri I Pangkalan Koto Baru, Suliki,

    Lareh Sago Halaban, dan seluruh masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota

    yang telah memberikan bantuan, mengizinkan dan bersedia memberi data

    yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Bapak/Ibu Staf Pengajar dan Karyawan Jurusan Administrasi Pendidikan.

    8. Pimpinan perpustakaan beserta karyawan dan karyawati perpustakaan

    Fakultas Ilmu Pendidikan dan perpustakaan Universitas Negeri Padang.

    9. Tidak lupa kepada teman-teman seperjuangan Angkatan 2010, yang selalu

    memberikan bantuan dan semangat baik secara moril maupun spiritual kepada

    penulis.

  • iii

    10. Terisitimewa buat Ayahanda, dan Ibunda yang telah mengasuh, mendidik dan

    membimbing penulis dengan penuh kasih sayang, dukungan moril, materil,

    dan doa, serta buat abang, adik-adik, dan sanak famili penulis yang selalu

    memberikan dukungan dan motivasi untuk penulis.

    Kepada semua pihak yang telah ikut membantu, tiada kata yang dapat

    penulis persembahkan selain doa kepada Allah SWT semoga bantuan, bimbingan

    dan arahan serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa moril

    maupun materil dapat bernilai ibadah di sisi Allah SWT. Amiin.

    Tak ada gading yang tak retak, tak ada mawar yang tak berduri, tak ada

    manusia yang sempurna. Oleh sebab itu, penulis mohon maaf atas segala

    kekurangan, dan segala sesuatu yang tidak pada tempatnya ketika penulis

    menyelesaikan skripsi ini.

    Padang, April 2014

    Penulis

    IKA PURNAMA SARI

    17178/2010

  • iv

    DAFTAR ISI

    ABSTRACT .................................................................................................................. I

    KATA PENGANTAR ................................................................................................ II

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. IV

    DAFTAR TABEL ..................................................................................................... VI

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... VII

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... VIII

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

    A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1

    B. Identifikasi Masalah ............................................................................................ 5

    C. Pembatasan Masalah ........................................................................................... 5

    D. Perumusan Masalah ............................................................................................. 7

    E. Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 7

    F. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 7

    G. Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 8

    BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 9

    A. LANDASAN TEORI................................................................................................. 9

    1. Pengertian Persepsi .......................................................................................... 9

    2. Pengertian Budaya ......................................................................................... 10

    3. Pengertian Budaya Sekolah ........................................................................... 13

    4. Fungsi Budaya Sekolah ................................................................................. 18

    5. Pentingnya Budaya Sekolah .......................................................................... 19

    6. Tingkatan Budaya Sekolah ............................................................................ 26

    7. Indikator Budaya Sekolah .............................................................................. 28

    8. Budaya Sekolah yang Efektif ........................................................................ 36

    B. KERANGKA KONSEPTUAL................................................................................... 38

    BAB III METHODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 39

  • v

    A. Desain Penelitian ............................................................................................... 39

    B. Definisi Operasional Penelitian ......................................................................... 39

    C. Populasi Dan Sampel ......................................................................................... 40

    D. Variabel Penelitian ............................................................................................ 45

    E. Jenis Dan Sumber Data ..................................................................................... 45

    F. Intrumen Penelitian ........................................................................................... 45

    G. Teknik Analisis Data ......................................................................................... 48

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 51

    A. Deskripsi Data ................................................................................................... 51

    B. Pembahasan ....................................................................................................... 60

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 64

    A. Kesimpulan ........................................................................................................ 64

    B. Saran .................................................................................................................. 65

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 68

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1 Indikator Budaya Organisasi Menurut Para Ahli ...................................... 29

    Tabel 2 Populasi Penelitian .................................................................................... 41

    Tabel 3 Strata Sampel Penelitian ........................................................................... 44

    Tabel 4 Proporsi Sampel Penelitian ....................................................................... 44

    Tabel 5 Alokasi Proporsi Sampel ........................................................................... 44

    Tabel 6 Kisi-Kisi Angket Penelitian ...................................................................... 46

    Tabel 7 Daftar Skor Jawaban Setiap Pertanyaan Berdasarkan Sifatnya ................ 49

    Tabel 8 Skor Rata-Rata Budaya Sekolah Sma Negeri Dengan Indikator

    Kepercayaan Di Kabupaten Lima Puluh Kota .......................................... 51

    Tabel 9 Skor Rata-Rata Budaya Sekolah Sma Negeri Dengan Indikator Kerja

    Sama Di Kabupaten Lima Puluh Kota ...................................................... 55

    Tabel 10 Skor Rata-Rata Budaya Sekolah Sma Negeri Dengan Indikator Tanggung

    Jawab Di Kabupaten Lima Puluh Kota ..................................................... 57

    Tabel 11 Rekapitulasi Skor Rata-Rata Budaya Sekolah .......................................... 59

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Tingkatan Budaya Organisasi ................................................................... 26

    Gambar 2. Kerangka Konseptual Budaya Sekolah Pada SMA Negeri Di Kabupaten

    Lima Puluh Kota ....................................................................................... 38

  • viii

    DAFTAR LAMPIRAN

    1. Kisi-kisi Angket ............................................................................................ 70

    2. Pengantar Angket Penelitian ......................................................................... 71

    3. Petunjuk Pengisian Angket .......................................................................... 72

    4. Angket Penelitian ......................................................................................... 73

    5. Analisis Hasil Uji Coba Angket Penelitian .................................................. 78

    6. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 80

    7. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian ............................................................... 84

    8. Surat Izin Penelitian ..................................................................................... 85

    9. Surat Rekomendasi Penelitian ...................................................................... 87

    10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ............................................. 89

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Undang-Undang Sisdiknas no. 20 Tahun 2003 memberi pengertian

    bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

    suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

    mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

    keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

    keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

    Kemudian, tujuan pendidikan itu sendiri tertera dalam pembukaan undang-

    undang yaitu untuk mencerdasakan kehidupan bangsa.

    Pengertian dan tujuan pendidikan tersebut dikembangkan dalam

    sebuah lembaga pendidikan yaitu salah satunya sekolah. Sekolah merupakan

    wahana seseorang untuk mengembangkan ilmu dan mendapatkan berbagai

    pengalaman yang baru. Dalam arti lain sekolah adalah tempat menimba ilmu

    pengetahuan agar menjadi orang yang berpendidikan, dan berwawasan. Jadi,

    sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk

    meningkatkan kualitas pendidikan bangsa ini sesuai dengan rumusan undang-

    undang sisdiknas no. 20 tahun 2003.

    Suatu sekolah terdiri dari beberapa unsur yang membentuk sekolah

    tersebut, yaitu pendidik, staf kependidikan, peserta didik, sarana prasarana,

    nilai dan budaya yang membangun jati diri sekolah. Wahana pendidikan

    seperti sekolah yang telah digambarkan tersebut memiliki unsur budaya yang

  • 2

    akan membangun dan mengarahkan sebuah sekolah. Hal ini berarti unsur

    budaya dalam sebuah sekolah memiliki arti penting untuk kemajuan sekolah.

    Kemajuan sekolah ini dapat berupa prestasi, tingkat kedisiplinan sekolah,

    hubungan internal dan eksternal sekolah, kebiasaan-kebiasaan yang

    diterapkan, dan nilai-nilai yang ditanamkan bersama di sekolah tersebut.

    Budaya yang disebutkan di atas memiliki makna sebagai suatu

    instrumen yang ditanamkan dalam menjalankan sekolah atau organisasi oleh

    SDM. Pengertian budaya Ditinjau secara etimologis, jamak dari budaya

    adalah kebudayaan yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu Budhayah yang

    merupakan bentuk jamak dari budi yang berarti akal atau segala sesuatu yang

    berhubungan dengan akal fikiran manusia. Demikian juga istilah yang artinya

    sama yaitu keluar dari bahasa latin, colere yang berarti mengerjakan atau

    mengolah. Sehingga budaya atau kultur disini dapat diartikan sebagai segala

    tindakan manusia untuk mengolah atau mengerjakan sesuatu. (http://

    manajemenpendidikansilam.blogspot.com/2012/04/budaya-organisasisekolah-

    yang-efektif.html).

    Pengertian budaya jika dikaitkan dengan sekolah dapat dimaknai

    bahwa budaya sekolah merupakan segala tindakan yang dilakukan stake

    holder yang ada di sekolah dalam rangka mengolah atau mengerjakan suatu

    aktivitas demi mencapai tujuan, visi, dan misi yang dicita-citakan di sekolah.

    Budaya sekolah ini termasuk hal yang penting dalam pelaksanaan

    kegiatan di sekolah. Memakai pakaian seragam sekolah merupakan salah satu

  • 3

    wujud budaya yang diterapkan di sekolah. Kebiasaan untuk datang ke sekolah

    tepat waktu merupakan suatu bentuk budaya yang diterapkan di sekolah.

    Ketika di sekolah tidak menerapkan kebiasaan-kebiasaan baik seperti

    membiasakan datang tepat waktu dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

    maka salah satu tujuan dari pendidikan yaitu membentuk diri yang memiliki

    akhlak mulia dan cerdas akan sulit terwujud.

    Menurut Firestone dan Louis dalam Gistituati (2010: 23) penelitian

    tentang budaya sekolah masih jarang. Meskipun banyak penelitian tentang

    budaya organisasi yang dilakukan di perusahaan-perusahaan dan hasilnya

    kemudian digunakan untuk meramal tentang budaya sekolah, tetapi masih

    sedikit para peneliti pendidikan yang telah men-tes hasil-hasil penelitian di

    perusahaan-perusahaan tersebut secara langsung di sekolah.

    Padahal, jika dilihat secara lebih detail terdapat perbedaan budaya

    yang diterapkan dalam sekolah dan perusahaan, meski sama-sama memiliki

    andil yang cukup besar dalam mencapai tujuan dan meningkatkan prestasi,

    akan tetapi di perusahaan yang menerapkan budaya rata-rata adalah orang-

    orang yang sudah matang. Sedangkan, di sebuah sekolah disamping ada orang

    yang sudah matang, terdapat juga orang atau anak yang masih belum matang

    yang menerapkan dan mengamalkan budaya di sekolah mereka. Lingkungan

    sekolah merupakan lingkungan budaya pendidikan. Sementara itu,

    Lingkungan perusahaan atau kantor adalah lingkungan kerja.

  • 4

    Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki Sembilan SMA Negeri. Pada

    SMA Negeri tersebut terdapat hal-hal yang menggambarkan beberapa

    permasalahan budaya berdasarkan pengamatan peneliti dari 23 Desember

    2013 sampai 1 Februari 2014 secara informal terkait dengan budaya sekolah

    jika dipandang budaya pada tataran nilai-nilai yang dipegang teguh oleh

    sivitas sekolah terlihat dalam fenomena: (1) guru mengeluh karena terlambat

    mendapatkan informasi tentang kebijakan yang dibuat kepala sekolah, (2)

    ketika melaksanakan suatu kegiatan ada guru yang saling menyalahkan

    tentang suatu kekurangan, (3) guru lebih senang bekerja sendiri-sendiri dalam

    menyelesaikan tugasnya, (4) beberapa guru tidak mau memahami sikap kepala

    sekolah dan selalu bertentangan, (5) beberapa guru menganggap prestasi dan

    pencapaian pribadi lebih penting dari pada kerja dalam tim untuk

    menyelesaikan tugas pada sebuah kegiatan, (6) guru honor tidak begitu diajak

    dalam pergaulan sehari-hari di sekolah, dan (7) jarang guru yang bersedia

    meluangkan waktu untuk menambah waktu belajar di luar jam biasa untuk

    mengulang pelajaran yang akan di remedi.

    Beberapa hal yang dikemukakan di atas merupakan wujud

    permasalahan dari budaya sekolah yang menggambarkan hambatan bagi

    SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota untuk dapat menjadikan atau

    membangun sekolah yang baik, berprestasi, dan memegang teguh nilai-nilai

    yang diyakini bersama karena berasal dari sekolah yang memiliki budaya yang

    mendukung. Bagaimana budaya yang membentuk sekolah pada SMA Negeri

    di Kabupaten Lima Puluh Kota ini? hal ini perlu dijawab melalui penelitian

  • 5

    ini. Oleh sebab itu, berdasarkan paparan di atas, maka peneliti berfikir untuk

    melakukan penelitian tentang Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah pada

    SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,

    dapat diidentifikasi beberapa masalah terkait budaya sekolah pada SMA

    Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota, yaitu:

    1. Kurangnya keterbukaan di sekolah.

    2. Kurangnya sikap saling mempercayai di sekolah.

    3. Kurangnya kerja sama guru dalam menyelesaikan tugas di sekolah.

    4. Kurangnya keakraban di antara guru dan kepala sekolah dalam mencapai

    tujuan di sekolah.

    5. Kurangnya kerja tim antara guru dalam menyelesaikan tugas dan

    tanggungjawab di sekolah.

    6. Kurangnya sikap kesetaraan dalam pergaulan guru di sekolah.

    7. Kurangnya kesadaran guru dalam melaksanakan tanggung jawabnya

    sebagai pendidik di sekolah.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah terlihat banyaknya faktor yang dapat

    mempengaruhi budaya sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh

    Kota ini. Teori Z organisasi Ouchi dalam Gistituati (2010: 9) bahwa nilai-nilai

    budaya meliputi keakraban, kepercayaan, kerjasama, dan egalitarian

    (kesetaraan). Kemudian, pendapat Hoy dan Miskel dalam Gistituati (2010:8)

  • 6

    yang menyatakan lima budaya pada suatu sekolah yaitu keterbukaan,

    kepercayaan, kerjasama, keakraban, dan kerja tim (team work).

    Pandangan Hofstede dalam Siagian (2004: 72-80) tentang budaya

    sebagai suatu nilai terdiri dari tanggungjawab, kekuasaan, & pengelakan

    ketidakpastian. Kemudian, dalam kaca mata Ndraha (2005: 103) kepercayaan,

    tanggungjawab, dan kepuasaan. Selanjutnya, pandangan Robbins dalam

    Komariah (2010: 108) indikator budaya berdasarkan nilai yang terkandung

    dalam karakteristik budaya yaitu tanggungjawab, kebebasan, kerja sama,

    agresif, inovatif, integratif, motivatif, dan toleransi.

    Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, tidak melenceng dan

    menghemat waktu serta dana maka faktor yang mempengaruhi budaya

    sekolah yang akan diteliti adalah tentang kepercayaan, kerja sama, dan

    tanggungjawab. Selanjutnya berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut

    peneliti membatasi masalah budaya sekolah pada SMA Negeri di kabupaten

    Lima Puluh Kota sebagai berikut:

    1. Kurangnya sikap saling mempercayai antar warga sekolah dalam

    mewujudkan visi dan misi sekolah.

    2. Kurangnya kerjasama yang baik antara sesama guru, kepala sekolah, dan

    warga sekolah lainnya.

    3. Kurangnya tanggungjawab guru di sekolah.

  • 7

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan

    masalah sebagai berikut, yaitu bagaimanakah budaya sekolah ditinjau dari

    persepsi guru pada SMA Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota?

    E. Pertanyaan Penelitian

    Berdasarkan perumusan masalah di atas, peneliti dapat merumuskan

    pertanyaan penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh

    Kota dilihat dari aspek kepercayaan?

    2. Bagaimanakah budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh

    Kota dilihat dari aspek kerjasama?

    3. Bagaimanakah budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh

    Kota dilihat dari aspek tanggung jawab?

    F. Tujuan Penelitian

    Penelitian tentang budaya sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten

    Lima Puluh Kota ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

    1. budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat

    dari aspek kepercayaan

    2. budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat

    dari aspek kerja sama

    3. budaya sekolah di SMA Negeri se-Kabupaten Lima Puluh Kota dilihat

    dari aspek tanggung jawab

  • 8

    G. Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini berguna untuk:

    1. Guru sebagai pertimbangan untuk membangun kepercayaan, kerja sama,

    dan tanggungjawab di sekolah dan siswa agar sekolah dapat membentuk

    budaya sekolah yang baik dan efektif.

    2. Pemangku kebijakan pendidikan seperti Kepala sekolah, dan Dinas

    Pendidikan Kabupaten Lima Puluh kota sebagai sumber pemikiran dalam

    mengelola dan mengembangkan unsur budaya di dunia pendidikan,

    khususnya sekolah.

    3. Pengawas sebagai informasi, masukan dan pertimbangan dalam

    melaksanakan fungsi pengawasan sekolah.

    4. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota sebagai bacaan, referensi,

    rencana anggaran, dan pertimbangan terhadap kebijakan pendidikan

    Kabupaten Lima Puluh Kota.

    5. Pembaca dan peneliti selanjutnya sebagai bahan rujukan dalam melakukan

    penelitian berikutnya.

  • 9

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Landasan Teori

    1. Pengertian Persepsi

    Persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan

    (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui

    beberapa hal melalui panca indera. Lebih jauh juga dapat dikemukakan

    bahwa persepsi seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

    a. Ciri-ciri khusus dari objek stimulus, yang terdiri dari nilai objek

    tersebut bagi orang yang mempersepsikannya, seberapa jauh objek

    tersebut merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi seseorang,

    familiritas dan pengenalan sesorang tentang objek tersebut.

    b. Faktor-faktor pribadi termasuk didalamnya ciri khas individu, seperti

    taraf kepercayaan, minat, dan lain sebagainya.

    c. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon yang lain dapat

    memberikan arah satu laku kompromi.

    d. Faktor-faktor perbedaan latar belakang cultural.

    Jadi, persepsi adalah pendapat langsung, pandangan atau penilaian

    terhadap lingkungan dan praktek-praktek pendidikan yang dialami oleh

    guru terhadap lingkungannya sebagai subjek didik yang didasari oleh

    pemikiran dan harapan, serta penilaian yang dipengaruhi oleh faktor ciri

    khas dari objek stimuli, faktor pribadi, faktor pengaruh kelompok, dan

    faktor perbedaan latar belakang kultur dari individu yang

  • 10

    mempersepsikannya dan selanjutnya akan mempengaruhi tingkah laku

    tersebut.

    2. Pengertian Budaya

    Pengertian budaya sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam

    Daryanto (2013: 215) adalah pikiran, adat istiadat, sesuatu yang sudah

    berkembang, sesuatu yang menjadi kebiasaan yang sukar diubah. Dalam

    pemakaian sehari-hari orang biasanya mensinonimkan pengertian budaya

    dengan tradisi. Tradisi ini diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan

    kebiasaan dari masyarakat yang nampak dari perilaku sehari-hari yang

    menjadi kebiasaan dari kelompok dalam masyarakat tersebut.

    Dalam suatu organisasi (termasuk lembaga pendidikan) budaya

    diartikan sebagai berikut: pertama, tindakan yaitu keyakinan dan tujuan

    yang dianut bersama yang dimiliki oleh anggota organisasi yang potensial

    membentuk perilaku mereka dan bertahan lama meskipun sudah terjadi

    pergantian anggota. Dalam lembaga pendidikan misalnya budaya ini

    berupa saling menyapa, saling menghargai, toleransi, dan lain sebagainya.

    Kedua, norma perilaku yaitu cara berperilaku yang sudah lazim digunakan

    dalam sebuah organisasi yang bertahan lama karena semua anggotanya

    mewariskan perilaku tersebut kepada anggota baru. Dalam lembaga

    pendidikan, perilaku ini antara lain berupa semangat untuk selalu giat

    belajar, selalu menjaga kebersihan, bertutur sapa santun, dan berbagai

    perilaku mulia lainnya.

  • 11

    Budaya menurut Sashkin & Kiser dalam Usman (2010: 586) ialah

    kepercayaan dan nilai yang dianut orang-orang di dalam suatu organisasi.

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Komariah (2010:96)

    mengemukakan dua pandangan tentang budaya bahwa pertama, budaya

    adalah hasil penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan,

    kesenian, dan adat istiadat. Kedua dengan menggunakan pendekatan

    antropologi bahwa budaya adalah keseluruhan pengetahuan manusia

    sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta

    pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.

    Kemudian, menurut Farid dan Philip dalam Komariah (2010: 96-

    97) budaya adalah norma dan perilaku yang disepakati oleh sekelompok

    orang untuk bertahan hidup dan berada bersama. Budaya menurut

    Soekanto dalam Komariah (2010: 97) adalah sesuatu yang dipelajari dari

    pola-pola perikelakuan yang normatif yang mencakup pola-pola berpikir,

    merasakan, dan bertindak.

    Senada dengan pendapat di atas, Taylor dalam Komariah (2010: 97)

    mengungkapkan bahwa culture or civilization taken in its wide

    ethnographic sense, is that complex whole which includes knowledge,

    belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits

    acquired by man as member of society atau sebagai keseluruhan yang

    kompleks yang terdiri atas ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,

    hukum, adat istiadat, dan kemampuan lainnya, juga kebiasaan yang

    diperoleh seseorang sebagai anggota sosial masyarakat.

  • 12

    Sementara itu, secara lebih formal Kotter dan Heskett dalam

    Komariah (2010: 97) mendefinisikan budaya sebagai totalitas perilaku,

    kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya

    serta pemikiran manusia yang mendirikan suatu masyarakat atau produk

    yang ditransmisikan bersama. Dan Owen mengatakan bahwa budaya

    merupakan filsafat-filsafat, ideology-ideologi, nilai-nilai, asumsi-asumsi,

    keyakinan-keyakinan, harapan-harapan, sikap-sikap, dan norma-norma

    bersama yang mengikat/ mempersatukan komunitas (The shared

    philosophies, ideologies, values, assumptions, beliefs, expectations,

    attitudes, and norm that knit a community together).

    Pengertian budaya ini juga diasumsikan oleh Hofstede dalam Sujudi

    (2011: 259) yang menjadikan budaya sebagai sebuah program mental

    (mental programming), dimana secara psikologis seseorang yang

    berkembang dalam sebuah budaya menjadi terprogram sesuai dengan

    budaya tersebut. Dengan kata lain budaya merupakan perangkat lunak dari

    pikiran (software of the mind).

    Jadi, pengertian budaya dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu

    yaitu pikiran, adat istiadat, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, norma

    perilaku, pengetahuan, kemampuan kesenian, asumsi-asumsi, harapan-

    harapan, tindakan-tindakan, pola pikir, ideologi-ideologi, sikap-sikap,

    moral, hukum, tujuan yang dianut bersama, hal-hal yang sudah

    berkembang, dan menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang mengikat/

  • 13

    mempersatukan perangkat lunak dari pikiran setiap individu yang ada

    dalam sebuah perkumpulan atau tempat demi mencapai tujuan bersama.

    3. Pengertian Budaya Sekolah

    Budaya sekolah pada dasarnya sama dengan budaya organisasi.

    Secara umum sebenarnya budaya sekolah atau budaya organisasi tidak

    berbeda dengan budaya masyarakat yang sudah dikenal selama ini.

    Perbedaan pokok terletak pada lingkupnya, sehingga kekhususan budaya

    sekolah berakar dari lingkupnya, dalam hal ini lebih sempit dan lebih

    spesifik.

    Sebelum kita mengetahui makna budaya sekolah, terlebih dahulu

    kita perlu memahami arti sekolah. Sekolah merupakan salah satu contoh

    dari sebuah organisasi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

    sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta

    tempat memberi dan menerima pelajaran menurut tingkatannya, ada

    dasar, lanjutan, dan tinggi; menurut jurusannya, ada dagang, guru, teknik,

    pertanian, dan sebagainya. Sejalan dengan pengertian di atas yang dikutip

    secara online (http://tuanmat.tripod.com/ budayasek.html) yaitu sekolah

    merupakan sebuah institusi sosial yang memainkan peranan yang amat

    penting dalam merubah kehidupan masyarakat. Sekolah adalah pengubah

    minda dan sekolah adalah penentu kepada budaya dan pembangunan

    sebuah negara.

    http://tuanmat.tripod.com/%20budayasek.html

  • 14

    Kemudian, sekolah sebagai sebuah organisasi jika dikaitkan

    dengan budaya, yaitu budaya organisasi maka definisinya menurut Heris

    (http://herisllubers. blogspot.com/2013/06/pengertian- dan- fungsi -

    budaya-organisasi.html) adalah sebuah sistem makna bersama yang

    dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari

    organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah

    sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi.

    Pengertian ini senada dengan pendapat Mc Namara dalam Sudrajat

    (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/27/budaya-organisasi-di-

    sekolah/), yang mengemukakan bahwa:

    dilihat dari sisi input, budaya organisasi mencakup

    umpan balik (feed back) dari masyarakat, profesi, hukum,

    kompetisi dan sebagainya. Sedangkan dilihat dari proses,

    budaya organisasi mengacu kepada asumsi, nilai dan

    norma, misalnya nilai tentang : uang, waktu, manusia,

    fasilitas dan ruang. Sementara dilihat dari out put,

    berhubungan dengan pengaruh budaya organisasi terhadap

    perilaku organisasi, teknologi, strategi, image, produk dan

    sebagainya.

    Dilihat dari sisi kejelasan dan ketahanannya terhadap perubahan,

    John P. Kotter dan James L. Heskett dalam Sudrajat (http:

    //akhmadsudrajat. wordpress. com /2008/01/27/ budaya- organisasi- di-

    sekolah/) memilah budaya organisasi menjadi ke dalam dua tingkatan yang

    berbeda. Dikemukakannya, bahwa pada tingkatan yang lebih dalam dan

    kurang terlihat, nilai-nilai yang dianut bersama oleh orang dalam

  • 15

    kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu bahkan meskipun

    anggota kelompok sudah berubah.

    Senada dengan pendapat di atas, budaya organisasi menurut Schein

    dalam Hasri (2004: 5-6) adalah pola asumsi dasar yang telah ditemukan

    suatu kelompok, ditentukan, dan dikembangkan melalui proses belajar

    untuk menghadapi proses belajar untuk menghadapi persoalan

    penyesuaian (adaptasi) kelompok eksternal dan integrasi kelompok

    internal.

    Sementara itu menurut Gardner dalam Hasri (2004: 6) memberi

    pengertian budaya organisasi sebagai kekuatan yang tidak kelihatan

    (intangible) dibalik sesuatu yang dapat dilihat (tangible) dari sebuah

    organisasi.

    Budaya organisasi ini juga didefinisikan oleh Luthans dalam

    Wahab (2011: 212), yaitu norma-norma dan nilai-nilai yang mengarahkan

    perilaku anggota organisasi. Hal ini senada dengan Sarplin dalam Wahab

    (2011: 212) yang mendefinisikan budaya organisasi sebagai suatu sistem

    nilai, kepercayaan, dan kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling

    berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk menghasilkan norma-

    norma perilaku organisasi. Dan menurut Wahab (2011: 212) budaya

    organisasi merupakan pola keyakinan dan nilai-nilai (values) organisasi

    yang dipahami, dijiwai, dan di praktikkan oleh organisasi sehingga pola

  • 16

    tersebut memberikan arti tersendiri dan menjadi dasar aturan berperilaku

    dalam organisasi.

    Sedangkan menurut Ouchi dalam Gistituati (2010: 3) budaya

    organisasi adalah simbol-simbol, upacara-upacara, dan dongeng-dongeng

    yang memberi arti dan yang mendasari nilai-nilai dan keyakinan organisasi

    beserta para anggotanya. Dan budaya organisasi jika dilihat dari sudut

    pandang Siagian (2009: 187) adalah adanya persepsi yang sama di

    kalangan seluruh anggota organisasi tentang makna hakiki kehidupan

    bersama.

    Kemudian, pandangan Sembiring (2012: 39) budaya organisasi ini

    merupakan

    karakteristik organisasi, bukan individu anggotanya, jika

    organisasi disamakan dengan manusia, maka budaya

    organisasi merupakan personalitas atau kepribadian

    organisasi. Akan tetapi budaya organisasi membentuk

    perilaku organisasi anggotanya. Bahkan tidak jarang

    perilaku anggota organisasi sebagai individu.

    Melihat pengertian budaya organisasi di atas dapat dikorelasikan

    dalam pengertian budaya sekolah yaitu segala sesuatu yang membangun

    sekolah dalam mencapai tujuan sekolah dengan segala sumber daya yang

    ada dan menerapkan kebiasaan-kebiasaan tertentu yang bernilai moral di

    dalam lingkungan ataupun di luar lingkungan sekolah.

    Pendapat tentang definisi budaya sekolah di atas didukung oleh

    teori yang dikemukakan Philips dalam Komariah (2010: 101) menyatakan

  • 17

    bahwa budaya sekolah adalah the beliefs, attitudes, and behaviours which

    characterize a school. Sedangkan menurut Deal dan Peterson dalam

    Komariah (2010: 101) menyatakan bahwa budaya sekolah adalah Deep

    patterns of values, beliefs, and traditions that have formed over the course

    of schools history.

    Kemudian, dalam pandangan Stolp dan Smith dalam Komariah

    (2010: 102) mendefinisikan budaya sekolah sebagai berikut:

    school culture can be defined as the historically

    transmitted patterns of meaning that includes the norms,

    values, beliefs, ceremonies, rituals, traditions, and myths

    understood, maybe in varying degrees, by members of the

    school community. This system of meaning often shapes

    what people think and how they act.

    Menurut Muhaimin (2011: 48) budaya sekolah/madrasah

    merupakan sesuatu yang dibangun dari hasil pertemuan antara nilai-nilai

    (values) yang dianut oleh kepala sekolah/madrasah sebagai pemimpin

    dengan nilai-nilai yang dianut oleh guru-guru dan para karyawan yang ada

    dalam sekolah/madrasah tersebut.

    Jadi, secara menyeluruh budaya sekolah merupakan sebuah sistem

    makna bersama yang berupa keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan,

    norma perilaku, nilai-nilai, seremoni/ upacara-upacara, tingkah laku,

    simbol-simbol, dongeng-dongeng, pikiran, pengetahuan, kemampuan,

    kesenian, asumsi-asumsi, harapan-harapan, tindakan-tindakan, pola pikir,

    ideologi-ideologi, sikap-sikap, moral, hukum/ aturan, dan segala hal yang

    sudah berkembang, dan menjadi kebiasaan yang sukar diubah yang

  • 18

    mengikat/ mempersatukan perangkat lunak dari pikiran setiap individu

    (siswa, guru, pegawai, kepala sekolah, dan lain-lain) yang ada di

    lingkungan sekolah demi mencapai tujuan bersama yang telah dirumuskan

    sekolah tersebut.

    4. Fungsi Budaya Sekolah

    Menurut Daft dalam Gistituati (2010: 13) ada dua fungsi budaya

    yaitu sebagai alat pemersatu orang-orang yang ada di dalam organisasi,

    dan sebagai alat bantu bagi organisasi untuk beradaptasi dengan

    lingkungan eksternal.

    Kemudian, menurut Robbins dalam Gistituati (2010: 14) budaya

    dalam sebuah organisasi yaitu di sekolah berfungsi sebagai pembeda atau

    yang menjadi ciri khas sekolah, sebagai pemuncul rasa identitas bersama,

    sebagai fasilitator pengembangan komitmen kelompok, sebagai peningkat

    stabilitas sekolah, sebagai alat pemersatu, dan standar tingkah laku yang

    sesuai.

    Sementara itu, fungsi budaya organisasi (sekolah) menurut Ndraha

    dalam Sembiring (2012: 65) yaitu sebagai identitas, citra, pengikat,

    sumber, kekuatan penggerak, kemampuan membentuk nilai tambah, pola

    perilaku, warisan, substitusi formalisasi, mekanisme adaptasi, dan sebagai

    proses.

    Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi budaya

    sekolah yaitu sebagai:

  • 19

    a. Alat pemersatu orang-orang yang ada di dalam organisasi, dan

    sebagai alat bantu bagi organisasi untuk beradaptasi dengan

    lingkungan eksternal.

    b. Pembeda atau yang menjadi ciri khas sekolah.

    c. Sebagai pemuncul rasa identitas bersama.

    d. Sebagai fasilitator pengembangan komitmen kelompok.

    e. Sebagai peningkat stabilitas sekolah.

    f. Sebagai standar tingkah laku yang sesuai.

    g. Sebagai citra yang membangun sekolah.

    h. Sebagai sumber kemampuan membentuk nilai tambah.

    i. Sebagai kekuatan penggerak.

    j. Sebagai pola perilaku dan proses.

    k. Sebagai warisan sekolah.

    l. Sebagai substitusi formalisasi.

    m. Sebagai mekanisme adaptasi.

    Empat belas fungsi budaya tersebut akan membentuk sekolah

    dengan baik dan jika fungsi tersebut dapat terjalankan dengan maksimal

    maka, budaya sebagai nilai dimana kepercayaan, kerjasama, dan

    tanggungjawab akan terbentuk dengan baik dan menghasilkan budaya

    sekolah yang baik.

    5. Pentingnya Budaya Sekolah

    Jika kita bayangkan sekolah tanpa penerapan budaya hal itu

    sangat tidak mungkin karena manusia selalu melahirkan budaya

  • 20

    dimanapun ia berada, baik budaya yang teratur, maupun tidak teratur, baik

    budaya yang formal, maupun tidak formal, baik budaya yang sehat

    maupun budaya yang tidak sehat. Semua ini tergantung bagaiamana sudut

    pandang manusia yang di dalamnya membawa arah budaya sesuai dengan

    kehendak, dan pikirannya.

    Dengan adanya budaya sekolah, warga sekolah akan mampu

    mengerjakan suatu usaha yang terprogram sesuai dengan nilai-nilai yang

    ditanamkan dalam visi bersama untuk dapat mewujudkan cita-cita yang

    akan dicapai oleh sekolah.

    Pernyataan di atas di dukung oleh pendapat Ouchi dalam

    Gistituati (2010: 7) yang menganalogikan kesuksesan budaya dalam

    sebuah perusahaan asal Jepang dan Amerika. Perusahaan-perusahaan

    Jepang dan Amerika menjadikan budaya organisasi sebagai salah satu

    kunci mencapai kesuksesan mereka. Ouchi percaya bahwa kesuksesan dan

    keefektifan perusahaan, baik di Jepang maupun di Amerika adalah

    disebabkan oleh berfungsinya budaya organisasi, yaitu berfungsinya nilai-

    nilai tentang keakraban, kepercayaan, kebersamaan, kerjasama, dan

    kesetaraan (equality) yang dimiliki dan dipegang bersama oleh orang-

    orang yang ada di dalam perusahaan tersebut. Keberhasilan organisasi

    bukanlah hanya semata-mata karena memiliki teknologi yang canggih,

    tetapi juga bagaimana organisasi tersebut mengelola orang-orang.

  • 21

    Ouchi memberikan label pada nilai-nilai dalam pembahasan di

    atas dengan nama Theory Z Culture. Teori Z ini memiliki sejumlah

    perangkat yang dapat mempromosikan budaya yang jelas. Adanya

    kemungkinan para karyawan untuk bisa bekerja lama (long term

    employment) pada organisasi tersebut menghasilkan rasa aman dan

    komitmen karyawan terhadap organisasi, dan para anggota organisasi

    menjadi modal organisasi.

    Proses promosi yang lebih lambat memberikan kesempatan

    kepada karyawan untuk memperluas pengalaman dan alur karir yang

    bermacam-macam, sebagaimana para karyawan menampilkan perbedaan

    fungsi dan menempati peran yang berbeda. Keadaan ini efektif

    menghasilkan keterampilan yang spesifik dan mempercepat

    pengembangan karir.

    Kemudian, partisipasi dalam pembuatan keputusan menuntut

    adanya kerjasama dan timkerja, serta nilai-nilai yang secara terbuka

    dikomunikasikan dan dikuatkan. Tanggung jawab individu dalam

    pembuatan keputusan kelompok menuntut adanya rasa saling

    mempercayai dan saling mendukung. Terakhir perhatian terhadap individu

    secara menyeluruh adalah bagian yang natural dari hubungan kerja, yang

    cenderung informal, dan menekankan pada pentingnya peran bersama

    daripada peran sendiri-sendiri. Pandangan yang menyeluruh (wholistic)

    tentang manusia ini memungkinkan terwujudnya rasa sejajar satu sama

    lain (egalitarian).

  • 22

    Dalam analogi yang dikemukakan oleh Ouchi dalam sebuah

    perusahaan juga dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa antara

    organisasi kerja dan organisasi pendidikan seperti sekolah dapat kita

    samakan persepsi tentang kesuksesan budaya dalam membentuk sistem

    nilai yang dipercayai bersama, karena antara perusahaan dan sekolah

    kedua-duanya merupakan bentuk dari sebuah organisasi yang terdiri dari

    beragam insan yang membangun organisasi tersebut baik dari dalam

    maupun dari luar organisasi, hanya saja bedanya di perusahaan tidaklah

    mengelola siswa-siswa yang akan belajar, tetapi sama-sama mengharapkan

    pencapaian tujuan organisasi dengan baik.

    Sekolah merupakan contoh dari sebuah organisasi, dan dalam

    sebuah organisasi terbentuk budaya yang akan membangun dan

    mengembangkan sekolah sesuai tujuan, visi, dan misi yang telah

    dirumuskan maka budaya sekolah dapat tergambar dalam rumusan visi dan

    misi sekolah tersebut.

    Budaya sekolah merupakan elemen yang penting dalam sebuah

    sekolah dan dipengaruhi oleh nilai dan kepercayaan yang menjadi asas dan

    visi sekolah. Selain itu, struktur dan sistem sekolah membolehkan sekolah

    memilih cara bagaimana ia menjalankan visi. Visi sekolah terdapat dalam

    pernyataan dasar sekolah yang timbul daripada nilai dan kepercayaan

    sekolah. Visi dan misi sangat penting di dalam sebuah sekolah, hal ini

    merupakan tujuan sebuah sekolah.

  • 23

    Visi dan misi mempunyai ciri-ciri yang tersendiri dalam

    membentuk wawasan sekolah dan merupakan pedoman setiap warga

    sekolah untuk mencapainya. Oleh sebab itu, nilai dan visi merupakan

    pengaruh yang penting dalam membentuk budaya sekolah dan tanggung

    jawab warga sekolah untuk mencapainya. Ini adalah karena nilai dan visi

    adalah cermin sebuah sekolah tersebut.

    Melihat penerapan budaya sekolah di atas, dapat disimpulkan

    bahwa budaya merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan

    cita-cita sekolah. Dalam hal ini sekolah atau sebuah organisasi perlu

    meningkatkan kepedulian, dan pengelolaan terhadap penanaman budaya

    yang akan merekonstruksikan bangunan kepercayaan dan nilai-nilai

    bersama, yang kemudian diterapkan secara bersama dengan maksimal dan

    dapat mencapai hasil yang gemilang.

    Kemudian, pendapat di atas didukung oleh pandangan Mulyasa

    (2012: 92-93) budaya sekolah erat kaitannya dengan iklim sekolah karena

    merupakan salah satu kebijakan yang harus diperhatikan Depdiknas dalam

    rangka peningkatan mutu pendidikan. Iklim dan budaya sekolah yang

    kondusif diharapkan dapat menunjang proses pembelajaran yang efektif,

    sehingga semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya peserta didik

    merasa nyaman belajar. Dengan demikian, akan tercipta pembelajaran

    yang efektif dan menyenangkan (joyfull instruction). Iklim dan budaya

    sekolah yang kondusif juga akan membangkitkan semangat belajar, dan

  • 24

    akan membangkitkan potensi-potensi peserta didik sehingga dapat

    berkembang secara optimal.

    Berikut ini adalah analisis mengapa iklim dan budaya sekolah itu

    penting:

    a. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

    berlangsung setiap saat, begitu cepatnya perkembangan tersebut

    sehingga sulit diikuti oleh mata telanjang. Hal tersebut tentu saja besar

    pengaruhnya terhadap pendidikan di sekolah, baik terhadap

    perencanaan, proses maupun hasil pendidikan. Bagaimana sekolah

    dikondisikan agar dapat mengikuti perkembangan dan perubahan

    tersebut. Hal ini jelas perlu adanya iklim sekolah yang kondusif, yang

    mampu mengimbangi perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

    b. Perkembangan penduduk yang cepat membutuhkan pelayanan

    pendidikan yang besar. Untuk itu, diperlukan biaya atau anggaran

    pendidikan yang besar pula. Di samping itu, perlu pula strategi yang

    tepat agar pendidikan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh warga

    Negara secara merata, baik kuantitas maupun kualitas. Dalam

    kerangka ini pula diperlukan iklim sekolah yang kondusif, yang

    mampu mendorong masyarakat untuk belajar.

    c. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal dasar

    sekaligus menjadi kunci keberhasilan pembangunan nasional jika

    sumber-sumber daya manusia atau tenaga kerja Indonesia dalam

    jumlah besar dapat ditingkatkan mutu dan pendayagunaannya. Dengan

  • 25

    begitu, dalam waktu yang relatif singkat perekonomian Indonesia akan

    tumbuh dan berkembang secara mantap dan memberikan tingkat

    pendapatan nasional yang relative tinggi. Hal tersebut merupakan

    tantangan bagi sekolah, bagaimana menghasilkan lulusan yang

    berkualitas, tidak saja mampu dan terampil melakukan pekerjaan,

    tetapi juga mempunyai inovasi dan kreativitas tinggi serta mempunyai

    daya pandang jauh ke depan. Untuk kepentingan tersebut, sekolah

    perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian, dan pembaruan-

    pembaruan.

    d. Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung begitu cepat

    telah menimbulkan berbagai pemikiran, bukan saja dalam dunia bisnis

    dan ekonomi, melainkan juga dalam dunia pendidikan. Untuk

    menghadapi tantangan masa depan sebagai akibat dari kemajuan dan

    perkembangan teknologi, sekolah harus mengantisipasi hubungan antar

    negara yang semakin erat, seakan tidak ada lagi batas.

    Berbagai uraian di atas tentang budaya sekolah dapat disimpulkan

    bahwa budaya yang diterapkan di sekolah sangatlah penting, karena

    dengan nilai sikap saling mempercayai di sekolah, maka akan timbul kerja

    sama yang baik di antara komponen SDM sekolah. Kemudian, kerja sama

    akan terbentuk dengan baik jika tiap-tiap individu sadar dan memiliki

    sikap tanggungjawab. Ketiga hal tersebut nantinya akan membentuk

    budaya sekolah sebagai suatu sistem nilai yang penting untuk dilaksanakan

    agar sekolah dapat mencapai tujuan sekolah dengan maksimal.

  • 26

    6. Tingkatan Budaya Sekolah

    Dalam melakukan penelitian tentang budaya dalam sebuah

    organisasi menurut Gistituati (2010: 13) akan lebih berharga mempelajari

    konsep budaya melalui level atau tingkatan budaya tersebut. Tingkatan

    budaya menurut Hoy dan Miskel dalam Gistituati (2010: 5) meliputi

    norma-norma, nilai-nilai, dan asumsi-asumsi dasar. Tingkatan ini dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 1. Tingkatan Budaya Organisasi

    Menurut Sembiring (2012: 48) asumsi dasar merupakan

    anggapan dasar yang ada pada setiap orang, kapan dan dimanapun ia

    berada. Asumsi dasar ini menjadi jaminan kepercayaan, persepsi-persepsi,

    pemikiran-pemikiran, dan perasaan-perasaan. Sedangkan, Dyer dalam

    Gistituati (2010: 10) menyatakan budaya pada level asumsi dasar sebagai

    dasar pikiran atau premis yang bersifat abstrak tentang hakikat manusia,

    hubungan antar manusia, kebenaran dan realitas, serta lingkungan. Jika

    abstrak Deep (dalam)

    konkrit Superficial

    (permukaan)

    Asumsi-asumsi- premis yang abstrak

    - Hakikat tentang manusia - Hakikat hubungan antar manusia - Hakikat antara kebenaran dan realitas - Hubungan dengan lingkungan

    Nilai-nilai- konsep-konsep tentang apa yang diinginkan

    - Keterbukaan (openness) - Kepercayaan (trust) - Kerja sama (cooperation) - Keakraban (intinicity) - Kerja Tim (team work)

    Norma-norma

    - Dukung teman sejawat - Jangan mengkritik kepala sekolah - Tangani masalah disiplin anda sendiri - Mau menyediakan waktu lebih untuk

    membantu murid-murid

    - Mencoba mengenal teman sejawat

  • 27

    sebuah organisasi atau sekolah mengembangkan asumsi-asumsi ini, maka

    dapat dikatakan sekolah tersebut memiliki budaya yang kuat.

    Dalam pandangan Komariah (2010: 107) nilai merupakan

    idealisasi cita-cita seseorang. Kemudian, nilai-nilai dalam pandangan

    Gistituati (2010: 6-9) merupakan konsep-konsep tentang apa yang

    diinginkan, atau apa yang harus dilakukan oleh orang-orang yang ada di

    dalam organisasi agar organisasi tersebut dapat mencapai tujuan dengan

    baik. Kemudian nilai-nilai juga didefinisikan sebagai karakter dasar dan

    memberikan organisasi rasa identitas. Dalam teori Z organisasi nilai-nilai

    meliputi keakraban, kepercayaan, kerjasama, kebersamaan/keakraban dan

    egalitarian (kesetaraan). Nilai-nilai inti dari budaya ini adalah nilai-nilai

    yang dominan yang diterima, dan menjadi milik bersama hamper oleh

    semua orang yang ada di dalam organisasi dan mempengaruhi setiap aspek

    kehidupan organisasi tersebut.

    Norma-norma organisasi menurut Gistituati (2010: 5)

    dikomunikasikan pada anggota organisasi melalui cerita dan upacara,

    sehingga memungkinkan untuk dilihat dan dijadikan contoh tentang apa

    yang dipegang teguh oleh organisasi. Norma ini meliputi:

    a. Cara orang berpakaian.

    b. Cara berbicara.

    c. Cara merespon terhadap atasan, konflik, dan tekanan.

  • 28

    d. Cara orang menyeimbangkan antara kepentingan individu dan

    organisasi.

    Ketiga tingkatan tersebut yang banyak diteliti oleh peneliti adalah

    pada level norma dan nilai. Pada level asumsi dasar sulit diteliti karena

    asumsi dasar sesuai dengan gambar di atas menunjukkan keabstrakan, hal

    ini terlihat karena level asumsi ini terlalu dalam maknanya dan sulit untuk

    diukur. Oleh sebab itu, peneliti ingin meneliti budaya pada level nilai-nilai.

    7. Indikator Budaya Sekolah

    Menurut pandangan Hofstede dalam Siagian (2004: 72-80)

    budaya sebagai suatu nilai terdiri dari tanggungjawab, kekuasaan, &

    pengelakan ketidakpastian. Kemudian, dalam kaca mata Ndraha (2005:

    103) kepercayaan, tanggungjawab, dan kepuasaan. Kemudian, pandangan

    Robbins dalam Komariah (2010: 108) indikator budaya berdasarkan nilai

    yang terkandung dalam karakteristik budaya yaitu tanggungjawab,

    kebebasan, kerja sama, agresif, inovatif, integratif, motivatif, dan toleransi.

    Selanjutnya, Indikator budaya menurut Sujudi (2011: 262) adalah

    bahwa budaya sebagai suatu nilai meliputi kerja sama, kesatuan, saling

    menghormati, integritas, kepercayaan, dan keterbukaan. Kemudian,

    pendapat Ouchi dalam Gistituati (2010: 7) bahwa kunci kesuksesan

    budaya organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yaitu karena

    berfungsinya nilai-nilai tentang keakraban, kepercayaan, kebersamaan,

    kerjasama, dan kesetaraan (equality). Selanjutnya, pendapat Hoy dan

    Miskel dalam Gistituati (2010: 6) yang menyatakan konsep budaya

  • 29

    sebagai suatu nilai adalah tentang hal-hal yang diinginkan yang berupa

    keterbukaan, kepercayaan, kerjasama, keakraban, dan kerjatim (team

    work).

    Berikut ini tabel indikator budaya sekolah dari berbagai pendapat

    ahli:

    Tabel 1.

    Indikator Budaya Organisasi menurut Para Ahli

    No. Budaya Sebagai

    Nilai

    Robbins Hoy &

    Miskel

    Ouchi Sujudi Ndraha Hofstede Jumlah

    1. Keterbukaan V V 2

    2. Kepercayaan V V V V 4

    3. Kerja sama V V V V 4

    4. Keakraban V V 2

    5. Kerja Tim V 1

    6. Kesetaraan V 1

    7. Tanggungjawab V V V 3

    Berdasarkan beberapa pandangan budaya sebagai suatu nilai di

    sekolah yang telah dipaparkan sebelumnya dan berdasarkan tabel di atas,

    maka peneliti mengambil tiga indikator yang lebih dominan untuk diteliti

    yaitu:

    a. Kepercayaan

    Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada

    orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan

    merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan

    konteks sosialnya. Ketika seseorang mengambil suatu keputusan, ia

    akan lebih memilih keputusan berdasarkan pilihan dari orang- orang

    yang lebih dapat ia percaya dari pada yang kurang dipercayai

  • 30

    (Moorman:http://satyaariyono.wordpress.com/2012/06/24/kepercayaan

    /). Kepercayaan dalam penelitian ini berarti sikap saling mempercayai

    antara warga di sekolah. Misalnya antara guru dan kepala sekolah,

    guru pada siswa, dan lain-lain.

    Menurut Ba dan Pavlou (http://satyaariyono.wordpress. com

    /2012/06/24/ kepercayaan/) mendefinisikan kepercayaan sebagai

    penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan

    transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan

    yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan dalam kaca mata Prasetya

    (2000: 103) adalah pengetahuan yang diterima dari orang lain atas

    kewibawaannya.

    Selanjutnya kepercayaan menurut pendapat Sujarawa (2005:

    137-139) berasal dari kata percaya artinya mengakui atau meyakini

    akan kebenaran. Kepercayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang

    berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan tentang kebenaran.

    Dasar kepercayaan adalah kebenaran yang meliputi kepercayaan pada

    diri sendiri, pada orang lain, pemerintah/ Negara, dan kepada Tuhan.

    Dalam pembahasan budaya sekolah ini kepercayaan dikaitkan pada

    kepercayaan terhadap orang lain yaitu antar sesama guru, atau antara

    guru dan kepala sekolah. Menurut sujarwa indikator kepercayaan ini

    meliputi orang lain itu benar, dapat dipercaya, menepati janji, dan

    benar-benar mengetahui.

  • 31

    Kemudian, menurut pendapat Robbins dalam Usman (2010:

    481) kepercayaan ialah harapan positif yang dibangun oleh integritas

    (integrity), kompetensi (competence), konsistensi (concistency),

    kesetiaan (loyalty), dan keterbukaan (openness).

    Jadi, kepercayaan dapat disimpulkan sebagai suatu penilaian,

    kondisi mental, kemauan, dan harapan positif sesorang untuk

    melaksanakan suatu keputusan yang dibangun oleh integritas,

    kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan. Dalam hal ini

    dapat dikatakan bahwa kepercayaan dipengaruhi oleh integritas,

    kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan antara unsur SDM

    yang ada di sekolah. Integritas adalah sifat-sifat jujur dan bermoral.

    Integritas adalah persatuan yang ada di dalam sekolah. Dengan

    adanya persatuan ini akan membantu terwujudnya kepercayaan di

    sekolah. Guru-guru yang bekerja di sekolah akan memandang bahwa

    suatu pekerjaan akan dapat terselesaikan jika guru-guru tersebut

    bersatu dan memiliki rasa persatuan dalam mencapai tujuan sekolah.

    Dengan adanya integritas ini akan dapat memicu timbulnya

    kepercayaan antara satu dan lainnya. Begitu juga dengan kepala

    sekolah, kepala sekolah juga memiliki rasa satu dengan guru-guru

    dalam mencapai tujuan sekolah tersebut.

    Kompetensi ialah sifat, pengetahuan, dan kemampuan pribadi

    seseorang yang relevan dalam menjalankan tugasnya secara efektif (

  • 32

    Chung & Megginson), menurut Harris dalam Usman (2010: 481-483)

    kompetensi meliputi seluruh aspek penampilan kerja, keterampilan

    kerja, pengelolaan tugas yang berbeda, tanggungjawab, dan bekerja

    sama. Kompetensi meliputi kepribadian, manajerial, entrepreneurship,

    supervisi, sosial, andministrasi, dan teknis dalam melaksanakan tugas

    pokok, dan fungsinya.

    Konsistensi ialah sifat kokoh atau teguh (persistent) pada

    pendirian, meskipun berbagai ancaman menghadang. Konsisten dapat

    diramalkan tingkah lakunya, tidak mudah berubah perilakunya,

    ucapan, dan janjinya dapat dipercaya, serta cocok antara kata dan

    perbuatannya. Orang yang tidak konsisten akan dapat mengurangi atau

    menghilangkan kepercayaan.

    Kesetiaan adalah keinginan untuk selalu melindungi,

    menyelamatkan, mematuhi, atau taat pada apa yang disuruh/ diminta

    dan penuh pengabdian. Keterbukaan ialah keadaan dimana setiap

    orang yang terkait dengan pendidikan dapat mengetahui proses dan

    hasil pengambilan keputusan dan kebijakan sekolah. Keterbukaan

    sama dengan polos, apa adanya, tidak bohong, tidak curang, jujur, dan

    terbuka terhadap public tentang apa yang dikerjakan oleh sekolah.

    Selain itu menurut Wibowo (2008: 418) kepercayaan juga

    dibangun dengan saling menghargai di antara staf. Dalam hal ini

    berarti bahwa sikap saling mempercayai atau kepercayaan yang ada di

  • 33

    sekolah akan terbentuk karena adanya sikap dan perilaku saling

    menghargai antar individu di sekolah, misalnya antar sesama guru,

    antara guru dan kepala sekolah, antara guru dan siswanya, dan antara

    staf kependidikan dan guru. Seorang kepala sekolah yang menaruh

    kepercayaan pada guru tidak akan menegur guru tersebut di depan

    orang ramai, karena hal seperti ini dapat mengurangi respect guru

    terhadap kepala sekolah, dan akhirnya sikap untuk saling menghargai

    itu menjadi sulit untuk didapatkan di sekolah. Oleh sebab itu, untuk

    menjaga sikap yang saling menghargai, hendaknya kepala sekolah

    tidak menegur guru di depan orang lain atau bahkan di depan siswa.

    b. Kerja Sama

    Kerjasama merupakan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh

    individu tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih

    dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan. Menurut

    Madhi (2001: 53) kerja sama dibangun atas dua dasar yaitu adanya

    saling memahami, dan kritikan yang membangun. Dengan adanya

    sikap yang tertanam dalam pola pikir guru dan seluruh warga sekolah,

    maka sekolah akan dapat kerja sama dengan baik untuk mencapai

    tujuan sekolah dengan lebih baik. Selanjutnya dalam kerja sama di

    sekolah perlu adanya kritikan yang membangun karena dalam kerja

    sama adalah tidak bekerja sendiri-sendiri, dan tiap individu memiliki

  • 34

    kemampuan dan kekurangan yang berbeda-beda, dengan kritikan yang

    membangun kekurangan dari tiap individu akan teratasi.

    Menurut Riduwan (2012: 278) kerjasama yang baik akan

    tergambar jika ada komunikasi yang kondusif yang mengarah kepada

    pemenuhan kebutuhan antara kedua belah pihak yang bekerjasama.

    Hal ini berarti di sekolah yang memiliki budaya yang kuat akan

    memiliki kerjasama antara kepala sekolah dan guru, kemudian antara

    sesama guru melakukan komunikasi yang kondusif yang mengarah

    kepada pemenuhan kebutuhan antara kedua belah pihak dan

    mewujudkan pencapaian tujuan sekolah dengan maksimal. Hal ini

    dapat dibuktikan dengan tidak ada guru yang menyelesaikan tugas

    dalam sebuah program sendiri-sendiri, tetapi saling membantu,

    berbagi, dan melengkapi.

    Kerjasama dapat meliputi kerjasama antara guru, kerjasama

    antara guru dan kepala sekolah, kerja sama antara guru dengan siswa,

    kerja sama antara staf kependidikan, kerja sama antara semua warga

    sekolah tersebut dalam mencapai tujuan sekolah yang telah

    dirumuskan dengan maksimal.

    Jadi, hal-hal yang menggambarkan kerjasama dalam sebuah

    sekolah menjadi suatu nilai yang membentuk budaya sekolah tersebut

    adalah adanya sikap saling memahami, kritikan yang membangun,

    komunikasi yang kondusif, dan saling membantu.

  • 35

    c. Tanggung Jawab

    Tanggung jawab menurut Prasetya (2000: 79) adalah kesadaran

    manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun

    yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai

    perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Orang yang bertanggung

    jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang

    menjadi tanggung jawabnya. Indikator tanggungjawab menurut

    Sujarwa (2005: 108) yaitu kewajiban, jujur pada diri sendiri dan orang

    lain, rela berkorban demi kepentingan orang lain/ bersama.

    Seseorang yang bertanggung jawab adalah orang yang

    menyelesaikan pekerjaan yang dibebani kepadanya/ kewajibannya.

    Tanggung jawab dapat dilihat dari caranya menyelesaikan

    pekerjaannya tersebut, serta jika terjadi kesalahan mereka akan

    menanggung resiko yang setara dengan kesalahan yang mereka

    lakukan. Dalam hal ini warga sekolah yang berperilaku tanggung

    jawab akan menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan maksimal,

    dan menyelesaikan tugas sampai selesai.

    Perilaku tanggung jawab dalam lingkungan sekolah sangat

    penting dalam mewujudkan tujuan sekolah. Guru yang memiliki

    perilaku bertanggung jawab akan tergambar pada dirinya sendiri yaitu

    guru-guru jujur pada diri sendiri dan orang lain, maksudnya adalah

    guru-guru jujur atas apa yang telah ia lakukan, dan mengatakan

  • 36

    kebenaran atas tiap tindakan, dan tugas yang telah ia laksanakan.

    Misalnya, berkaitan dengan jam mengajar, guru jujur berapa jam ia

    mengajar, dan berkata apa adanya tentang tugas yang ia laksanakan di

    kelas kepada orang lain seperti kepala sekolah. Hal ini mencerminkan

    guru tersebut membudayakan perilaku yang bertanggung jawab.

    Selanjutnya, rela berkorban demi kepentingan orang

    lain/bersama. Artinya dalam hal ini guru-guru mau mendahulukan

    kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Dengan kata lain

    guru, kepala sekolah, dan warga sekolah mampu memandang secara

    menyeluruh, yaitu tidak egois untuk mendahulukan kepentingan

    pribadi di atas kepentingan bersama di sekolah.

    Membudayakan perilaku yang bertanggung jawab dalam

    melaksanakan tugas sangatlah penting bagi seorang guru dalam

    bekerja, karena tanpa adanya tanggung jawab maka semua pekerjaan

    tidak dapat dilaksanakan dan diberikan kepercayaan oleh kepala

    sekolah, serta tujuan sekolah yang dirumuskan akan sulit terwujud.

    Jadi tanggung jawab dapat digambarkan melalui pelaksanaan

    kewajiban, jujur pada diri sendiri dan orang lain, mendahulukan

    kepentingan bersama, dan berani menanggung resiko/ konsekuensi.

    8. Budaya Sekolah yang Efektif

    Sebelum mengetahui bagaimana budaya sekolah yang efektif, kita

    perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan sekolah yang efektif,

  • 37

    menurut Komariah (2010: 121) sekolah efektif ini adalah sekolah yang

    mempertunjukkan standar tinggi pada prestasi akademis dan mempunyai

    suatu kultur/ budaya yang berorientasi tujuan, ditandai dengan adanya

    rumusan visi yang ditetapkan dan dipromosikan bersama antara anggota

    school-administration, fakultas, dan para siswa.

    Selanjutnya, budaya sekolah yang diharapkan tumbuh pada sekolah

    efektif adalah yang mampu memberikan karakteristik utama pada

    perlakuan sekolah terhadap peserta didik agar dapat mencintai pelajaran

    sehingga mereka memiliki dorongan instrinsik untuk terus belajar. Dengan

    kata lain budaya sekolah efektif seharusnya mengembangkan learning

    organization yang diarahkan pada pembentukan perilaku positif pada

    siswa. Jadi, Budaya sekolah efektif merupakan nilai-nilai, kepercayaan,

    dan tindakan sebagai hasil kesepakatan bersama yang melahirkan

    komitmen seluruh personel untuk melaksanakannya secara konsekuen dan

    konsisten (Komariah 2010: 102).

    Nilai-nilai budaya sekolah efektif di atas merupakan hal yang

    menjadi pedoman dalam membentuk budaya sekolah efektif. Budaya

    sekolah yang efektif ini seluruhnya merujuk pada kebutuhan belajar siswa,

    karena sasaran sekolah adalah mencetak lulusan yang berkualitas demi

    mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan nasional. Dengan kata lain

    budaya sekolah yang efektif akan dapat membantu mencapai tujuan

    sekolah yang telah dirumuskan dengan baik.

  • 38

    B. Kerangka Konseptual

    Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir dalam

    menggambarkan yang akan diteliti. Tujuannya adalah untuk memudahkan

    peneliti dalam melakukan penelitian, sebab kerangka konseptual disusun

    berdasarkan kerangka teoritis. Secara konseptual budaya sekolah pada SMA

    Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota diteliti berdasarkan nilai yang

    terbentuk di sekolah dengan indikator kepercayaan, kerjasama, dan

    tanggungjawab. Untuk lebih memperjelas dapat dilihat gambaran kerangka

    konseptual pada halaman berikut ini.

    A.

    Gambar 2. Kerangka Konseptual Budaya Sekolah pada SMA Negeri di

    Kabupaten Lima Puluh Kota

    Budaya

    sekolah

    Pencapaian

    tujuan

    sekolah

    1. Kepercayaan

    2. Kerjasama

    3. Tanggung jawab

  • 39

    BAB III

    METHODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif.

    Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan

    secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

    tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Pendapat di atas

    didukung oleh pandangan Suryabrata (2012:75) bahwa penelitian deskriptif

    (descriptive research) ini bertujuan untuk membuat pencandraan secara

    sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau

    daerah tertentu.

    B. Definisi Operasional Penelitian

    Varibel dalam penelitian ini adalah budaya sekolah. Budaya sekolah yang

    dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu sistem makna bersama yang berupa

    perilaku dan nilai-nilai yang dipegang teguh secara bersama oleh setiap individu

    (kepala sekolah, guru, staf kependidikan, dan siswa) yang menjadi karakteristik

    sekolah dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi mencapai tujuan sekolah.

    Adapun indikator dan sub indikator budaya sekolah sebagai berikut:

    1. Kepercayaan adalah bagaimana guru memegang teguh sikap untuk saling

    mempercayai pada rekan, kepala sekolah dan siswa dalam menjalankan

    aktivitas pendidikan di sekolah. Sub indikatornya adalah:

  • 40

    a. Integritas

    b. Kompetensi

    c. Konsistensi

    d. Kesetiaan

    e. Keterbukaan

    f. Saling menghargai

    2. Kerjasama adalah bagaimana guru memegang teguh nilai-nilai kerjasama

    dalam menajalankan tugasnya. Sub indikatornya adalah:

    a. Saling memahami

    b. Kritikan yang membangun

    c. Komunikasi yang efektif

    3. Tanggung jawab adalah bagaimana guru memegang teguh nilai

    tanggungjawab dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Sub indikatornya

    adalah:

    a. Melaksanakan kewajiban

    b. Jujur pada diri sendiri dan orang lain

    c. Rela berkorban demi kepentingan bersama

    C. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan dari individu/ orang/ subjek yang

    mempunyai informasi tentang objek penelitian. Populasi penelitian

  • 41

    merupakan semua individu yang dijadikan sumber penelitian untuk

    memperoleh informasi sesuai dengan tujuan penelitian. Populasi dalam

    penelitian ini adalah seluruh SMA Negeri yang ada di Kabupaten Lima Puluh

    Kota.

    Tabel. 2

    Populasi Penelitian

    No Nama sekolah Jumlah Guru

    1 SMAN I Kec. Guguak 70 orang

    2 SMAN I Kec. Suliki 64 orang

    3 SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 59 orang

    4 SMAN I Kec. Pangkalan Koto Baru 41 orang

    5 SMAN I Kec. Kapur IX 45 orang

    6 SMAN I Kec. Akabiluru 45 orang

    7 SMAN I Kec. Harau 60 orang

    8 SMAN I Kec. Payakumbuah 53 orang

    9 SMAN I Kec. Situjuah Limo Nagari 47 orang

    Jumlah 484 orang

    Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota

    2. Sampel

    Sampel adalah bagian/ wakil yang mencerminkan populasi yang

    diteliti, karena populasi dari penelitian ini cukup banyak, maka tidak semua

    populasi dari penelitian ini yang diteliti, dengan kata lain perlu dilakukan

    penarikan sampel untuk mewakili populasi yang ada.

  • 42

    Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah disproportionate

    stratified random sampling (sampling acak tak proporsional berdasarkan

    stratifikasi). Menurut Nasution (2012: 90) teknik ini merupakan teknik

    penentuan sampel dengan menggolongkan populasi menurut ciri tertentu

    (stratifikasi), kemudian hasil stratifikasi dicari tahu jumlah tiap golongan, dan

    proporsi sub kategorinya diambil secara acak dan tidak didasarkan atas

    proporsi yang sebenarnya dalam populasi karena subkategori tertentu

    terlampau sedikit jumlah sampelnya.

    Populasi dari penelitian ini yang telah dijelaskan pada poin

    sebelumnya yaitu guru-guru pada sembilan sekolah. Dengan pertimbangan

    objek penelitian yaitu budaya sekolah, maka peneliti ingin meneliti tiga

    sekolah sebagai sampel dari Sembilan sekolah dengan dasar pertimbangan

    pengukuran budaya yang lebih jelas dengan pandangan guru yang berada di

    kategori sekolah berdasarkan hasil Ujian Nasional, akan terlihat perbedaan

    bagaimana budaya menciptakan kesuksesan untuk pencapaian tujuan sekolah

    tersebut. Kemudian keefektifan biaya, energi, dan waktu dalam melaksanakan

    penelitian ini juga menjadi pertimbangan mengapa mengambil tiga sekolah

    dari sembilan sekolah.

    Tiga sekolah yang dipilih sebagai sampel yaitu SMA yang memiliki

    kategori hasil Ujian Nasional (rata-rata tinggi, sedang, dan rendah).

    Berdasarkan rata-rata nilai Ujian Nasional yaitu rata-rata tinggi, sedang dan

  • 43

    rendah. Berdasarkan tiga kategori tersebut dilihat dari hasil ujian nasional

    2013 SMA di Kabupaten Lima Puluh Kota yang menduduki kategori rata-rata

    prestasi UN dengan kategori tinggi rata-rata yaitu SMAN I Kecamatan Suliki

    dengan rata-rata nilai UN 6.39, kategori sedang rata-rata adalah SMAN I

    Kecamatan Lareh Sago Halaban dengan rata-rata nilai UN 6.24, kategori

    rendah rata-rata yaitu SMAN I Kecamatan Pangkalan Koto Baru dengan rata-

    rata nilai UN 6.01. (sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota).

    a. Identifikasi Strata

    Sesuai pendapat Nasution, sampel penelitian distratakan terlebih

    dahulu yaitu berdasarkan golongan guru (golongan III, dan IV). Strata ini

    akan dipertimbangkan dalam mengambil sampel dengan alasan karena

    pandangan, pola pikir, tingkah laku, dan kebiasaan yang dilakukan oleh guru

    yang berbeda golongan dalam melaksanakan tugas di sekolah akan berbeda.

    Dengan kata lain, budaya sekolah diteliti berdasarkan strata tersebut karena

    hal tersebut akan memperjelas kekuatan, dan keefektifan budaya sekolah

    dalam mewujudkan tujuan sekolah.

    b. Jumlah tiap Kategori

    Jumlah sampel yang terpilih digambarkan sebagai mana tercantum

    pada Tabel 3 berikut ini:

  • 44

    Tabel 3.

    Strata Sampel Penelitian

    No Nama Sekolah

    Jenis kelamin/ golongan

    Jumlah P LK

    III IV Honor III IV honor

    1. SMAN I Kec. Suliki 9 25 5 6 16 3 64

    2. SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 7 22 10 4 14 2 59

    3. SMAN I Pangkalan Koto Baru 9 10 9 4 5 4 41

    Jumlah 25 62 24 14 35 9 164 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota

    c. Menentukan Proporsi Sampel

    Kemudian berdasarkan pendapat Nasution yang telah dijelaskan

    sebelumnya, tahapan selanjutnya setelah membuat strata sampel adalah

    menentukan proporsi sampel tidak berdasarkan proporsi sebenarnya dalam

    populasi, tetapi sampel diambil berdasarkan jumlah merata agar dapat lebih

    mewakili populasi penelitian, sebagaimana tercantum pada Tabel 4 di bawah

    ini:

    Tabel 4.

    Proporsi Sampel Penelitian

    No Nama Sekolah Jumlah Guru Proporsi sampel Sampel

    1 SMAN I Kec. Suliki 64 50% 32

    2 SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 59 50% 29.5= 30

    3 SMAN I Kec. Pangkalan Koto Baru 41 50% 20.5= 21 Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota

    Tabel 5.

    Alokasi Proporsi Sampel

    No. Nama Sekolah

    Jenis Kelamin/Golongan

    Jumlah Perempuan Laki-laki

    III IV Honor III IV Honor

    1 SMAN I Kec. Suliki 5 8 5 5 6 3 32

  • 45

    2 SMAN I Kec. Lareh Sago Halaban 5 8 5 4 6 2 30

    3 SMAN I Kec. Pangkalan Koto Baru 3 5 3 3 4 3 21 Jumlah 13 21 13 12 16 8 83

    D. Variabel Penelitian

    Variabel penelitian ini terdiri atas satu variabel, yaitu budaya sekolah

    dengan indikator kepercayaan, kerja sama dan tanggungjawab.

    E. Jenis dan Sumber Data

    1. Jenis Data

    Jenis data penelitian ini adalah primer yaitu data yang lansung

    dikumpulkan oleh peneliti dari sumber datanya. Data primer diperoleh dari

    guru. Data diperoleh melalui penyebaran angket dan diukur dengan model

    skala Likert.

    2. Sumber Data

    Sumber data penelitian adalah guru di tiga SMA Negeri Kabupaten

    Lima Puluh Kota yang terpilih berdasarkan sampel penelitian yang menjadi

    responden dalam penelitian ini.

    F. Intrumen Penelitian

    Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh

    peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini, instrumen

    yang digunakan yaitu angket atau kuisioner yang disebarkan kepada guru SMA

  • 46

    Negeri di Kabupaten Lima Puluh Kota. Adapun langkah-langkah penyusunan

    angket adalah:

    1. Menentukan variabel yang akan diteliti dan indikator penelitiannya.

    2. Membuat kisi-kisi berdasarkan indikator penelitian. Sebagaimana

    tercantum pada Tabel 6 di bawah ini:

    Tabel 6.

    Kisi-Kisi Angket Penelitian

    Variabel Indikator Sub Indikator No. Item

    KS Guru

    Budaya

    Sekolah

    Kepercayaan - Integritas - Kompetensi - Konsistensi - Kesetiaan - Keterbukaan - Saling menghargai

    1-2

    5-9

    15-16

    20-21

    24-25 29-30

    3-4

    10-14

    17-19

    22-23

    26-28

    31-33

    Kerja sama - Saling memahami - Kritikan yang membangun - komunikasi yang kondusif

    34-35

    39-40

    43-45

    36-38

    41-42

    46-48

    Tanggung

    jawab

    - melaksanakan kewajiban - jujur pada diri sendiri & orang lain - rela berkorban demi kepentingan

    bersama

    49-50

    55-58

    61-62

    51-54

    59-60

    63-65

    3. Menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan indikator yang sudah

    ditetapkan.

    4. Mengkonsultasikan dengan pembimbing item-item yang dibuat.

  • 47

    5. Melakukan uji coba angket kepada orang di luar sampel untuk mengetahui

    validitas dan reliabilitas angket.

    a. Uji validitas

    Untuk mengetahui validitas dari butir pernyataan, dilakukan

    analisis butir secara keseluruhan dengan menggunakan rumus korelasi

    tata jenjang (Arikunto, 2000:428 ) yaitu :

    Keterangan :

    : validasi yang dicari

    : jumlah beda

    N : jumlah sampel penelitian

    Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan Rho = 0,889 dan

    Rho Tabel taraf kepercayaan 95% dengan N = 30 adalah 0,361. Jadi r

    hitung > r table (0,889 > 0,361). Ini menandakan bahwa angket penelitian

    adalah valid.

    b. Uji reliabilitas

    Sedangkan untuk mencari reliabilitas angket menggunakan

    rumus Alpha yang dikemukakan oleh Arikunto (2000: 236) yaitu :

    Keterangan :

  • 48

    : Reliabilitas yang dicari

    k : Banyaknya butir soal

    : jumlah varians yang dicari

    : varians total

    Hasil perhitungan reliabilitas / r hasil =0,94 sedangkan r tabel

    dengan N=30 pada taraf kepercayaan 95% =0,361, karena 0,94 >

    0,361, dan pada taraf kepercayaan 99%=0,463, karena 0,94> 0,463

    maka angket tentang Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah adalah

    reliabel pada taraf kepercayaan 95% dan 99%.

    G. Pengumpulan Data

    Prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut:

    1. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mengurus surat izin

    penelitian mulai dari tingkat Jurusan, Fakultas sampai kepada Kesbangpol,

    dan Dinas Pendidikan Kabupaten Lima Puluh Kota.

    2. Setelah itu melakukan kunjungan ke SMA Negeri I Suliki, Lareh Sago

    Halaban, dan Pangkalan Koto Baru untuk meminta kesediaan dan

    rekomendasi kepala sekolah untuk mengumpulkan data penelitian.

    3. Menyebarkan angket penelitian dengan cara memberikan dan meminta

    kesediaan guru-guru untuk mengisi angket tersebut, kemudian

    mengumpulkan angket tersebut untuk dianalisa.

  • 49

    H. Teknik Analisis Data

    Variabel-variabel dalam kuesioner diukur menggunakan model skala

    Likert, yang berguna untuk menyatakan besarnya persetujuan responden

    terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Pernyataan dalam angket terdiri

    dari empat kategori, dan pernyataan angket bersifat positif dan negatif, seperti

    yang terlihat pada Tabel 7 berikut:

    Tabel 7.

    Daftar Skor Jawaban setiap Pertanyaan Berdasarkan sifatnya

    Pertanyaan Sikap Sifat Pertanyaan

    Positif Negatif

    Sangat tidak setuju (STS) 1 4

    Tidak setuju (TS) 2 3

    Setuju (S) 3 2

    Sangat setuju (SS) 4 1

    Arikunto (2010: 284) berpendapat bahwa skala yang digunakan boleh

    terdiri dari 4 kategori. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kelemahan dengan

    menggunakan lima alternatif jawaban karena responden cenderung memilih

    alternatif yang berada di tengah.

    Adapun prosedur analisis data dapat dikemukakan sebagai berikut:

    1. Verifikasi data, yaitu mengecek kebenaran dan kelengkapan skala

    penelitian yang telah diisi.

    2. Memeberikan skor masing-masing alternatif jawaban. Skor masing-

    masing untuk pernyataan positif adalah Sangat setuju (SS) dengan skor 4,

  • 50

    Setuju ( S) dengan skor 3, Tidak Setuju (TS) 2, dan Sangat Tidak Setuju

    (STS) dengan skor 1.

    3. Mengelompokkan butir pernyataan berdasarkan indikator.

    4. Mentabulasi skor ke dalam tabel persiapan.

    5. Menghitung rata-rata dengan menggunakan rumus Mean setiap item

    dalam angket dengan menggunakan rumus yang dikemukan Arikunto

    (2003:266)

    M =

    Keterangan:

    M = Skor rata-rata (mean)

    = Jumlah perkalian frekuensi jawaban dengan skor

    N = Sampel / jumlah responden

    Menentukan tingkat kekuatan budaya sekolah yang dipegang teguh oleh

    guru-guru SMA Negeri di kabupaten Lima Puluh Kota dengan menggunakan

    kriteria bergradasi 1-4 yang dikemukakan Arikunto (2010: 285) dengan perincian

    sebagai berikut:

    Skala Klasifikasi

    3,1 - 4 Sangat baik

    2,1 - 3 Baik

    1,1 - 2 Kurang baik

    0 - 1 Tidak baik

  • 51

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    B. Deskripsi Data

    Pada bab ini diuraikan deskripsi data hasil penelitian dan pembahasan tentang

    Persepsi Guru tentang Budaya Sekolah pada SMA Negeri di Kabupaten Lima

    Puluh Kota dengan indikator kepercayaan, kerja sama, dan tanggung jawab.

    Deskripsi data untuk masing-masing indikator tersebut dapat dilihat pada

    bagian berikut, dan dilanjutkan dengan pembahasan.

    1. Indikator Kepercayaan

    Hasil pengolahan data penelitian tentang budaya sekolah pada SMA

    Negeri dengan indikator kepercayaan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat

    dilihat pada Tabel 8 berikut ini.

    Tabel 8.

    Skor Rata-rata Budaya Sekolah SMA Negeri dengan Indikator Kepercayaan

    di Kabupaten Lima Puluh Kota

    No. Kepercayaan STS TS S SS Jumlah

    F F(1) F F(2) F F(3) F F(4) N Fx Mean

    1 Kepala sekolah

    senantiasa mengunjungi

    guru-guru untuk

    mewujudkan rasa persatuan

    - - 9 18 53 159 21 84 83 261 3,15

    2 Kepala sekolah selalu mengajak guru untuk

    memikirkan tujuan

    sekolah

    - - 11 22 43 129 29 116 83 267 3,22

    3 Guru selalu memandang

    bahwa suatu pekerjaan

    dapat terselesaikan jika ada rasa persatuan

    - - 9 18 46 138 28 112 83 268 3,23

    4 Guru senantiasa bersilaturrahmi dengan

    guru yang lain untuk

    - - 3 6 49 147 40 160 83 313 3,77

  • 52

    No. Kepercayaan STS TS S SS Jumlah

    F F(1) F F(2) F F(3) F F(4) N Fx Mean

    menimbulkan persatuan

    5 Kepala sekolah

    senantiasa menjadi

    teladan yang baik untuk guru

    - - 2 4 37 111 43 172 83 287 3,46

    6 Kepala sekolah selalu menindaklanjuti hasil

    supervisi akademik

    terhadap guru

    - - 10 20 51 153 21