PENANGANAN HOLISTIK PADA PENDERITA ISPA.docx

download PENANGANAN HOLISTIK PADA PENDERITA  ISPA.docx

of 6

Transcript of PENANGANAN HOLISTIK PADA PENDERITA ISPA.docx

PENANGANAN HOLISTIK PADA PENDERITA ISPA(Sebuah bentuk Penolakan terhadap paham reduksionisme, deterministik dan obyektivisme)

ISPA; Sebuah Pengantar

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada anak balita, merupakan salah satu penyebab utama kematian anak balita di dunia (52,3%), yang pada umumnya disertai dengan undernutrition sebagai suatu masalah gizi yang masih sangat prevalent di berbagai belahan negara di dunia. Paling sering yang menjadi penyebab kematian adalah kombinasi antara intake makanan yang tidak cukup dan penyakit. Penyakit dapat berefek terhadap asupan makanan (mengalami anoreksia), dan intake makanan yang tidak cukup dapat menyebabkan penyakit melalui kontaminasi (Caulfild, E.L, 2004).WHO memperkirakan jumlah kematian ISPA setiap tahun sekitar 2,1 juta (20% dari seluruh kematian anak). Selain itu, WHO juga memperkirakan insiden pneumonia di negara berkembang dengan angka kematian bayi di atas 40 per seribu kelahiran hidup adalah 15%-20% per tahun pada golongan usia balita. Hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang, dan insiden penyakit ISPA secara substansial lebih tinggi terjadi pada anak balita dinegara berkembang. (Rudan I, dkk, 2004).Berdasarkan The World Health Report (2005) mengenai angka kematian balita di Asia Tenggara per 1000 kelahiran hidup menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai angka yang lebih tinggi (46%) dibandingkan dengan Filipina (36%), Thailand (26%), Malaysia (7%) dan Singapura (3%). (HSP, 2006). Sehingga dengan demikian salah satu yang menjadi sasaran pembangunan kesehatan di Indonesia adalah menurunkan angka kematian balita yang dewasa ini cukup tinggi. (Azwar, A, 2004)Di Indonesia, pembunuh utama kematian bayi serta balita adalah penyakit ISPA. Sebagian besar kematian tersebut dipicu oleh ISPA bagian bawah (pneumonia). Pervalensi ISPA di Indonesia berdasarkan pada Surkesnas (Survei Kesehatan Nasional) 2001, nampaknya masih sangat tinggi yaitu sekitar 38,7% terjadi pada anak umur di bawah satu tahun, sedangkan umur 14 tahun sebesar 42,2%. Laporan hasil SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi ISPA tertinggi ditemukan pada anak yang berumur 6-23 bulan sebanyak 8%. (Dinkes Sul-sel. 2005).Prevalensi ISPA berdasarkan proporsi kematian ISPA pada kelompok umur yakni pada bayi 27,6%, sedangkan pada usia balita 22,8%. Berdasarkan survey morbiditas ISPA 2004 ditemukan insidens balita batuk-batuk dengan nafas cepat sebesar 5,12% (PPMLP Depkes RI, 2004).Menurut Sazawal, S (1998), terdapat berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada umumnya dan pneumonia pada khususnya, yakni status gizi, karakteristik keluarga, dan keterpaparan lingkungan. Lanjut dikatakan bahwa peningkatan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), berat dan kematian ISPA berhubungan dengan malnutrisi. Mekanisme terjadinya hal tersebut adalah karena menurunnya imunitas selluler pada anak malnutrisi (Kumart S, 2004).Pada saat infeksi, terjadi kehilangan yang meningkat berbagai jenis zat gizi, seperti nitrogen, mineral intrasel (kalium, magnesium, zink, fosfor dan belerang), serta vitamin (vitamin A, C, dan B2). (Pudjiadi, 1990). Penyakit dan malnutrisi merupakan dua hal yang saling bersinergi. Terjadinya suatu penyakit, khususnya penyakit infeksi dapat memperburuk kehilangan berbagai zat gizi, sehingga dapat memperberat kerusakan mekanisme pertahanan tubuh. Beberapa penyakit termasuk ISPA berhubungan dengan kehilangan nafsu makan (loss of appetite), sebagai akibat dari gangguan cita rasa, yang berdampak terhadap penurunan intake makanan (anoreksia), yang akhirnya dapat terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada seorang yang mengalami infeksi dapat meningkatkan risiko dan beratnya infeksi. ISPA dapat menyebabkan kehilangan berbagai zat gizi dari dalam tubuh sebagai akibat dari terjadinya peningkatan katabolisme dan kerusakan mukosa. Sehingga akan berdampak terhadap berat/lama penyembuhan anak dari ISPA, sekalipun telah memperoleh terapi antibiotic.Dalam penanganan ISPA jangan sampai menjadi lebih berat dan menuju kesembuhan kita tidak hanya melihat semata-mata dilakukan penanganan secara medikamentosa atau sekedar mencari causa karena infeksinya. Diperlukan panganan secara holistik dan berkesinambungan.

Penanganan Medis dari model Newtonian menuju Quantum Dalam dunia kedokteran sudah jamak seorang dokter melakukan tindakan medis dengan, kadang, melihat bagian tubuh terpisah secara umum. Ketika orang datang dengan jantung, maka kadang jantungnya saja yang diperiksa, datang dengan keluhan sesak nafas, maka yang dicari penyebabnya dari paru-paru, datang dengan keluhan sakit mata, mata fokus penyembuhannya hanya pada mata. Sehingga tidak sedikit banyak pasien berobat dengan banyak dokter karena banyaknya keluhan yang timbul. Di sini manusia tidak dilihat sebagai sebuah satu keutuhan yang saling melengkapi. Inilah model penanganan medis dengan masih bertumpu pada model newtonian.John Locke, pelopor demokrasi liberal abad 18 dengan apik menyontohkan kasus di atas dengan melihat fenomena tatanan masyarakat. Dia menganggap bahwa manusia sama dengan atom, dimana merupakan individu yang merupakan unit dasar suatu masyarakat. Sehingga dia beranggapan bahwa bangunan masyarakat yang utuh atau menyeluruh hanyalah khayalan. Hak dan kebutuhan individual-lah yang paling penting. Inilah faham Individualistik. Faham indivdualistik kelak melahirkan faham materialistic, mekanistik dan sekuleristik. Faham John Locke juga diperkuat oleh pandangan Sigmeund Freud yang mengatakan Kita semua terisolasi dalam batasan ego yang tidak dapat ditembus. Anda adalah obyek bagi saya dan saya adalah obyek bagi anda. Kita tak dapat saling mengenal secara utuh Cinta dan keintiman itu mustahil Mencintai saudara atau tetangga seperti mencintai diri sendiri adalah omong kosong. Maka seorang dokter dalam menanganani pasien jika masih menganut seperti di atas dia telah menempatkan pasiennya sebagai obyek, dan di bawah kekuasaannya. Sebagai antitesa dari Newtonian, sekarang dikenal model quantum yang merupakan pencitraan dari model penangan secara holistik. Pandangan ini melihat bahwa tubuh manusia mempunyai berbagai organ sistem dan setiap satu berinteraksi atau berkomunikasi dengan yang lain. Ketidakcakapan atau kegagalan sejenis organ sistem akan mempengaruhi organ sistem lain. Prinsip atau pandangan ini berbeda dengan yang dianut oleh budaya model pengobatan modern, di mana dikatakan pada kebanyakan keadaan mereka menganggap tubuh hanya terdiri dari mesin-mesin wujud secara individu. Model Newtonian memahami tubuh manusia dimana setiap sistem mempunyai pengaruh terhadap sistem lain tetapi ketika menangani keadaan kesehatan atau penyakit, mereka hanya menumpukan pada simtom. Dari perspektif kesehatan holistik setiap penyakit yang timbul akan berefek disequilibrium pada organ sistem tubuh. Penyakit-penyakit tersebut juga boleh wujud muncul serentak. Contohnya sering seseorang mengalami demam dalam setahun, bersamaan muncul sakit kepala, arthritis. Sering sakit mata, batuk, perut berangin, sukar buang air besar berselang seli dengan diarea.Penangan holistik dalam dunia medis adalah bagaimana melihat keutuhan dan sinergi dari semua organ yang terlibat. Kasus ISPA tidak hanya bisa dilihat dari segi causanya seorang anak terserang ISPA karena bakteri yang menyebabkan infeksi. Harus dilihat juga bagaimana keadaan lingkungan sekitar rumahnya, sanitasi hygiene rumah penderita, juga asupan gizinya. Yang tidak kalah pentingnya, bagaimana kondisi sosial, budaya dan agama. Dalam hal ini asuhan perawatan anak yang menderita ISPA juga turut memberi andil yang besar. Seorang anak yang diberi kasih sayang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan dan diikuti asupan gizi yang baik akan cukup menghindari anak dari bahaya penyakit. Selain itu kondisi rumah dimana dia tumbuh dan tempat bermain harus juga diperhatikan dengan seksama. Jika semua ini diperhatikan dengan baik, seorang anak akan mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang secara natural akan memberi kehidupan yang lebih baik.Penyakit-penyakit yang wujud hari ini disebabkan oleh tangan-tangan manusia. Mereka mengundang penyakit datang sendiri ke dalam tubuh dengan mencetus ketidakseimbangan fungsi organ sistem dan biokmia. Selain itu faktor individu yang kurang mendapatkan pengasuhan dan adanya kepekaan kasih sayang sehingga dapat menimbulkan apatis, resah, tidak sabar, rewel. Jika kondisi ini dibiarkan maka kemungkinan penyakit lain bisa datang mendampingi ISPA atau bahkan akan menimbulkan komplikasi. Sehingga timbullah anoreksi, diare, dan lainnya. Maka dengan penangan yang holistic, pasien ISPA dapat disembuhkan tidak hanya semata pemberian antibiotic, tetapi juga ditunjang aspek-aspek lainnya, terutama melihat kondisi lingkungan sosialnya dan pemenuhan kasih sayang kepada anak yang bisa mempengaruhi daya tahan tubuhnya bisa meningkat. Selain itu terapi nutrisi (intake makanan) secara holistik bukan sekadar melibatkan makanan untuk tujuan pemeliharaan dan meredakan penyakit. Nutrien bukan sekadar zat-zat yang dimakan seperti makanan-makanan sehat dan organik. Nutrisi holistik melibatkan pengambilan berbagai bentuk makanan yang mempengaruhi perasaan, emosi, tubuh dan kerohanian. Inilah yang diharapkan agar penyembuhan bisa baik dan tidak kembali lagi menderita.

Pengobatan HolistikHolistik artinya memperhitungkan berbagai faktor secara menyeluruh, bukan hanya melihat sebagian (partial) saja. Pengobatan holistik berarti adalah salah satu disiplin ilmu yang mandiri dan merupakan gabungan dari berbagai macam pengobatan termasuk didalamnya sistem pengobatan barat (konvensional) dan sistem pengobatan timur (eastern medicine) yang bisa dipertanggungjawabkan secara medis dan science karena mengobati tubuh secara menyeluruh dengan mengembalikan keseimbangan kerja organ tubuh secara optimal yang melibatkan keseimbangan kerja fisik, perasaan, mental, dan emosional dengan mengutamakan makanan atau diet sebagai obat utama. Konsep kesehatan holistik mencakup keseluruhan usaha preventif serta promotif yang sudah banyak ditinggalkan oleh pelayanan kesehatan di Indonesia pada umumnya, selain tentunya yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Konsep Kesehatan Holistik lebih menekankan pada usaha melenyapkan penyebab penyakit bukan gejalanya, dan mengembalikan berjalan normalnya fungsi tubuh yang memiliki mekanisme pertahanan tubuh yang sempurna serta self-repairing system (sistem yang memungkinkan tubuh memperbaiki dirinya sendiri). Pola makan yang sehat (diet) adalah salah satu dasar pengobatan holistik.Pengobatan holistik dalam penanganan ISPA merujuk American Holistic Medical Association (AHMA). Kelompok AHMA memberikan patokan dalam 10 Prinsip Pelayanan Kesehatan Holistik dalam menangani penderita ISPA yang dapat diimplementasikan sebagai berikut :

1. Kesehatan optimal. Penanganan ISPA secara holistic dengan mengoptimalkan mencapai kondisi tertinggi, dimana kondisi fisik harus lebih dahulu diperbaiki dan disusul lingkungan, mental, emosi, sosial, dan spiritual. Karena penanganan ISPA tidak hanya mengandalkan obat semata, tetapi juga terintegrasi dengan adanya dukungan lingkungan sehingga terciptakan kondisi sehat dan terbebas dari penyakit.2. Kasih sayang sebagai kekuatan pengobatan. Pasien ISPA selain memberi treatmen medikamentosa juga memberi perhatian dengan kasih sayang, lemah lembut, memberi perhatian yang baik. sehingga menjadi jalan pengobatan pelengkap dan mendukung penyembuhan yang cepat.3. Memandang manusia seutuhnya. Seorang penderita ISPA harus dilihat secara utuh. Yang sakit bukan hanya saluran pernapasannya, tetapi juga hatinya yang butuh perhatian. Hati dapat menjadi penguat dan dapat meningkatkan antibody. Badan yang sakit seringkali memiliki keterkaitan dengan jiwa dan rohani. Disinilah kesehatan holistik memandang kehidupan manusia sebagai kesatuan dari badan, pikiran, jiwa, dan sistem.4. Pencegahan dan pengobatan. Dengan holistic yang menghadirkan seluruh dimensi hidup (fisik, psikis dan rohani) dapat mengurangi beban penderita dengan meminimalkan keluhan dan keparahan penyakit. Selain itu juga merubah faktor resiko, meningkatkan daya tahan tubuh pasien sehingga selanjutnya dapat tercapai kondisi kesehatan optimal.5. Kekuatan penyembuhan yang dibawa sejak lahir. Semua manusia memiliki kekuatan penyembuhan di dalam tubuh, pikiran, dan jiwanya. Pendekatan holistic dapat membangkitkan dan menolong pasien ISPA untuk mempergunakan kekuatan fisik, psikis dan rohani dalam proses penyembuhannya.6. Sistem kesehatan yang terintegrasi. Pengobatan holistic dalam menangani ISPA harus menggabungkan semua unsur pengobatan, baik konvensional maupun komplementer. 7. Memusatkan perhatian pada hubungan. Penderita ISPA bukanlah pasien, tetapi klien atau mitra yang butuh untuk diobati. Dia bukan obyek tetapi subyek yang harus diperlakukan dengan baik sesuai hak-haknya sebagai manusia yang sakit. Ada hak otonominya anak yang menderita ISPA, sehingga harus selalu dijunjung dan dihargai.8. Personal. Tingkat personal penderita ISPA menjadi perhatian dalam penanganan holistic untuk memenuhi kebutuhannya sehingga dia dapat cepat sembuh dengan memberikan perhatian dari berbagai unsur. Perhatian di sini tidak hanya pemenuhan jasmaninya (dalam hal pengobatan infeksinya) tetapi juga pemenuhan psikis dan rohaninya.9. Mengajarkan. Penanganan kesehatan holistik pada penderita ISPA harus terus-menerus diupayakan untuk mengajak individu melaksanakan prinsip pengobatan holistik yang nantinya akan berpengaruh hidupnya dalam proses penyembuhannya.10. Kesempatan. semua pengalaman hidup dari penderita ISPA harus menjadi pelajaran terutama bagi praktisi kesehatan. ISPA tidak hanya melulu ditangani secara klinis, tetapi juga melibatkan berbagai unsure dalam hidup masyarakat. Oleh karena itu masalah kesehatan bukan hanya menjadi urusan orang kesehatan, tetapi semua orang yang membutuhkan kesehatanSebagai kesimpulan adalah dalam penanganan suatu penyakit khususnya ISPA, diperlukan penanganan yang komperhensif dan holistik. Untuk itu kita perlu melakukan pendekatan personal bukan hanya kepada penderita saja, tetapi juga kepada keluarganya atau bahkan orang-orang dekatnya. Begitu pula halnya dalam melakukan terapi kita tidak bisa bekerja sendiri, diperlukan kerjasama lintas disiplin ilmu untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada penderita, sehingga pengobatan yang dilakukan mendapat hasil yang maksimal pula. T u g a s: Filsafat IlmuD o s e n: Prof. dr. A. Husni Tanra, Sp.An (K), Ph.D

PENANGANAN HOLISTIK PADA PENDERITA ISPA(Sebuah bentuk Penolakan terhadap Paham Reduksionisme, Deterministik dan Obyektivisme)

YUSRIANIP0 2 003 13 407

PROGRAM S3 KEDOKTERAN PASCA SARJANAUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2013 1