pemeriksaan fisik
-
Upload
siskamarsiska -
Category
Documents
-
view
91 -
download
0
Transcript of pemeriksaan fisik
1. B2 (Blood)
Pemeriksaan fisik B2 (Blood) atau pemeriksaan system kardiovaskuler merupakan
pengkjajian yang berfokus untuk mengklarifikasi hasil yang di dapat dari anamnesis keluhan
dan masalah klien. Dalam mengkaji B21 atau blood ini, perawat perlu mengenal secara
anatomis posisi jantung pada permukaan rongga dada.
Secara imaginer keadaan anatomi jantung meliputi hal-hal berikut ini :
1. Inspeksi
Pemeriksaan inspeksi bertujuan untuk menentukan bentuk precordium dan denyut pada aspek
jantung,denyut nadi pada dada dan denyut vena.
Pemeriksaan dinding dada dilakukan pada 6 daerah di bawah ini :
1. Daerah aorta: Ruang intercostals kedua pada sternum kanan.
2. Daerah pulmonal : Ruang intercostals kedua pada sternum kiri
3. Titik Erb : ruang intercostals ketiga pada sternum kiri
4. Daerah tricuspid atau ventrikel kanan: ruang intercostals 4 dan 5 pada sternum kiri.
5. Daerah apeks atau ventrikel kiri : ruang intercostals kelima pada sternum kiri
6. Daerah epigastrik : di bawah processus Xifoideus.
Parut
Mula-mula lakukan inspeksi tentang adanya parut.operasi jantung sebelumnya akan
menimbulkan bekas parut pada dinding dada. Posisi parut dapat member p[etunjuk mengenai
lesi katup yang telah di operasi. Kebanyakan pembedahan katup memerlukan by pass kardio
pulmunal. Untuk itu,dilakukan sternotomi medial (irisan pada bagian medial sternum).jenis
parut ini kadang-kadang tersembunyi dibawah bulu dada yang sangat lebat. Jenis parut ini
tidak spesifik, karena dapat juga merupakan bekas operasi by pass pada artery coronaria.
Akan tetapi,parut torakotomi sinistra atau bahkan dekstra yang mungkin tersembunyi
dibawah payudara penduler biasanya menunjukkan valvotomi mitral tertutup sebelumnya.
Pada operasi ini katup mitral yang mengalamin stenosis di buka melalui insisi yang di buat
pada appendage atrium kiri. Operasi by pass kardio pulmunal tidak di perlukan. Pentingnya
pemeriksaan parut ini adalah untuk menunjukkan adanya penyakit katup mitral.
Kelainan Tulang
Kelainan tulang seperti pektus ekskafatum atau(funnel chest) atau kifoskoliosis
(kyphos=membungkuk,skolios= melengkung) kurvatura kolumna vertebralis dapat di
temukan. Kelainan tulang seperti ini dapat merupakan bagian dari sindrom marfan yang dapat
menyebabkan distorsi posisi jantung dan pembuluh-pembulkuh dareah besar di rongga dada.
Dengan demiklian posisi apeks berubah defornitas dada yang berat dapat menggangu fungsi
paru dan menyebabkan hipertensi pulmonal.
Kelainan Operatik
Kelainan operatic lainnya yang tidak boleh terlewatkan jika hanya untuk menutup rasa
malu, adalah kotak pacu jantung. Kotak ini biasanya terletak dibawah otot lpektoralis kanan
atau kiri dan dengan mudah di palpasi serta di buat dari bahan metaltik.
Denyut Apeks
Posisi yang normal adalah pada sela intercostals kiri kelima berjarak 1 cm medial dari
garis midklavicula. Denyut ini disebabkan terutama karena terjadi recoil apeks jantung ketika
daerah di semburkan pada waktu systole. Mungkin dapat juga terlihat pulsasi lainnya,
misalnya pada arteri pulmonalis pada kasus hipertensi puklmonal.
Pelebaran Vena Dada
Misal pada penyumbatan Vena cava superior karena tumor mediastinum,
pembengkakkan kelenjar limfe mediastinum,dan aneurisma aorta. Denyut nadi di dada atau
punggung : pada koartasio aorta. Penonjolaqn nada setempat yang berdenyut : aneurisma
aorta,neuplasma yang kaya pembuluh darah atau limfosar.
Denyut Apeks Jantung
Bergeser kearah lateral; bila jantung membesar,tumor paru,dan fibrosis paru.
Bentuk Prekordium
Penilaian bentuk prekardium me;liputi hal-hal berikut ini :
1. Normal bila kedua belah dada simetris
2. Bila cekung atau cembung sesisi,berarti ada penyakit jantung atau paru sesisi.
3. Cekung.
4. Pada perikarditis menahun,fibrosis/atelektasis paru,skoliosis,dan kifospoliosis
akibat beban yang menekan dinding dada.
5. Cembung atau menonjol
6. Pada pembesaran jantung : efusi perikard;efusi pleura,tumor paru,tumor
mediastinum,serta skoliosis atau kifoskoliosis. Penonjolan akibat efusi pleura atau
perikard merupakan penonjolan daerah intercostals. Penonjolan akibat kelainan
jantung menahun atau bawaan merupakan penonjolan iga.
Denyut Vena
Vena di dada dan punggung tidak tampak denyutannya . sesuatu yang yterlihat
berdenyut hanya vena jugularis interna dan eksterna.
Denyut di Apeks Jantung ( Ictus Cordis)
Pemeriksaan dilakukan dengan posisi klien berbaring atau duduk denagn sedikit
membungkuk. Pada umumnya denyut tampak didaerah apeks.
1. Normal pada orang dewasa : terletak diruang sela iga keempat kiri 2-3cm dari garis
midklavikularis. Daerah yang berdenyut seluas kuku ibu jari.
2. Normal pada anak : terletak di ruang sela iga keempat kiri. Bila denyut jantung berada
di belakang tulang iga payudara,dinding toraks tebal, emfisema dan efusi
perikard,maka denyut tersebut tidak terlihat
3. Denyut apeks tergeser kesamping kiri pada keadaan patologis,misalnya : penyakit
jantung,skoliosis/kifoskoliosis,efusi pleura,Pneumotoraks,tumor mediastinum,serta
abdomen membuncit.
2. Palpasi
Tujuannya antara lain mendeteksi kelainan yang tampak pada pemeriksaan inspeksi.
Teknik melakukan palpasi adalah sebagai berikut :
1. Mula-mula dengan telapak tangan kemudian disusul dengan ujungp-ujung jari pada
awal beri tekanan ringan saja kemudian tekan sedikit keras.
2. Pemeriksaan berdiri di kanan klien,semula klien duduk kemudian berbaring telentang
telapak tangan,pemeriksa diprekordium dan memeriksa denyut apeks.
3. Selanjutnya tangan di tekan lebih keras untuk menilai kekuatan denyutan apeks.
4. Setelah itu palpasi dengan ujung jari telunjuk dan tengah. Palpasi daerah prekordial di
samping sternum menilai denyutan,tarikan dan getaran.
Urutan palpasi adalah sebagai berikut :
1. Teliti denyutan dan getaran (Thrill) di prekardium
2. Teliti pergerakan trakea
Palpasi denyut apeks adalah sebagai berikut :
1. Normal disela iga kelima (2-3cm medial garis midklavikularis). Bisa tidak teraba
karena kegemukan,dinding toraks tebal emfisema dan lain-lain.
2. Meningkat bila curah jantung besar,misalnya pada insufisiensi aorta atau mitral
3. Sedikit meningkat pada hipertensi
Impuls prekordial lainnya dapat teraba pada penyakit jantung. Impuls parasternal dapat teraba
bila pangkal telapak tangan diletakkan tepat pada bagian kiri dari sternum dengan jari-jari
akian terangkat sedikit dari dada. Pada kasus-kasus pembesaran ventrikel kanan atau
pembesaran atrium kikiri yang berat ,dimana ventrikel kanan terdorong ke anterior,maka
pangkal telapak tangan terdorong keatas setiap kali dystole. Palapasi dengan jari-jari tangan
pada daerah pulmonal dapat mengungkapkan adanya ketukan penutupan katup pulmonal
yang teraba pada kasus-kasus hipertensi pulmonal.
Thrill
Aliran darah turbolen yang menimbulkan murm,ur jantung pada auskultasi kadang-
kadang dapat teraba.murmur yang teraba ini di sebut thrill. Prekordium harus di palpasi
secara sistematis untuk menentukan adanya thrill dengan telapak tangan.
Getaran (thrill) dapat teraba pada lokasi berikut ini :
1. Bising jantung yang keras akan teraba sebagai getaran pada palpasi.
2. Likasi di sela iga kedua kiri sternum, misalnya pada stenosi pulmonal.
3. Lokasi di sela iga keempat kiri sternum,misalnya pada defect septal ventricular.
4. Lokasi di sela iga kedua kanan sternum (bassis) misalnya pada stenosis aorta
5. Lokasi di apeks. Apabila terjadi saat dystole maka di sebut stenosis mitral jika hal;
tersebut terjadi saat systole maka disebut insufisiensi mitral.
6. Getaran tersebut lebih muda di raba bila klien membungkuk kedepan,dengan nafas
ditahan waktru ekspirasi, kecuali getaran MS yang lebih muda teraba bila klien
berbaring pada sisi kiri.
7. Murmur bilka sangat keras dapat di palpasi dan teraba oleh tangan pemeriksa sebagai
sensasi “mendengkur”
8. Thrill juga dapat di palpasi diats pembuluh darah bila ada obstruksi aliranb darah
yang bermakna dan akan terjadi di atas arterui karotis bila ada penyempitan (stenosis)
katup aorta.
Tekan Vena Jugularis
Jika pengkajian denyut nadi karotis memberikan informasi mengenai keadaan aorta dan
fungsi ventrikel kiri ,maka tekanan vena jugularis JVP menginformasikan mengenai fungsi
atrium dan ventrikel kanan.
Pengaturan posisi klien dan pencahayaan ruang pemeriksaan penting untuk melakukan
pemeriksaan ini agar mendapatkan hasil yang memuaskan.
1. Klien harus berbaring dengan posisi kepala bersudut 30o terhadap bidang
horizontal(diganjal dengan bantal) dan dalam keadaan ruangan yang cukup terang.
2. Vena jugularis interna medial dari otot sternomastoid,sedangkan vena jugularis
eksterna terletak disisi lateralnya. Walaupun vena jugularis eksterna lebih muda
terlihat tetapi mudah terkena kompresi pada waktu meninggalkan rongga dada ,karena
perjalanannya yang berkelok-kelok oleh karena itu jangan pernah percaya pada hasil
pemeriksaan vena jugularis untuk menilai posisi atau bentuk gelombang dari JVP.
Vena jugularis interna lebih dapat dipercaya
3. Pulsasi yang terjadi menunjukkan gerakan-gerakan puncak dari kolom darah yang
meluas sampai atrium kanan. Kolom darah tersebut dapat di gunakan sebagai
manometer dan memungkinkan kita mengamati perubahan-perubahan tekanan di
dalam atrium kanan.
4. Angulus sterna dianggap sebagai titik 0. Pulsasi-pulsasi pada vena jugularis interna
dapat terlihat diatas bidang ini bila posisi klien 300 dan dapat diukur dalam ukuran
cm.
5. Pada kebanyakan orang,pusat atrium kanan terletak 5cm dibawah titik 0 ini.
6. Bila klien berbaring dengan sudut 300,maka angolus sternal juga kira-kira segaris
dengan dasar leher. Ini menjadi titk 0. Untuik menilai ketinggian kolom darah dalam
vena jugularis.
7. Pulsasi vena jugularis dibedakan dari denyut karotis dengan cara berikut ini.
a) Tidak adanya pulsasi yang dapat teraba
b) Bentuk gelombang yang kompleks,biasanya terlihat sebanyak 2 kali kedipan
pada setiap siklus jantung.
c) Gerakan sesuai pernafasan,dalam keadaan normal JVP menurun pada
inspirasi
d) Obliterasi dan pengisian berasal dari atas setelah tekanan ringan pada dasar
leher.
Jika vena jugularis interna sulit dicari,dapat dicatat denyit vena jugularis eksterna. Vena
ini lebih supervisial dan terlihat trepat diatas klavikula sebelah otot sternokleidomastoideus
dan biasanya mengalami distensi jika klien berbaring dengan posisi supine pada tempat tidur
atau meja pemeriksaan. Ketika kepala klien dinaikkan, distensi vena ini akan
menghilang.vena ini normalnya tidak akan kelitan bila kepala meja lebih dari 300.
Sifat. Penilaian JVP sulit dilakukan meskipun oleh klinisis yang berpengalaman :
1. Setiap kondisi yang pengisian ventrikel kanannya terbatas,misalnya pada perikarditis
konstriktif,tamponade jantung atau infark ventrikel kanan dapat menyebabkan
peningkatan tekanan vena yang lebih jelas pada inspirasi bila aliran balik vena ke
jantung meningkat.
2. Kenaikan JVP pada inspirasi ini disebut fonda kussmaul,merupakan kebalikan dari
keadaan normal.
3. Tanda i8ni paling baik diperiksa pada klien yang duduk tegak 900. Dan bernafas
tenang melalui tenang melalui muluyt.
4. Tekanan yang mendesak hepar juga dapat meningkatkan aliran titik vena kedalam
atrium kanan. JVP dapat meningkat setelah manufer ini di lakukan. Reflex
hepatojugular ini terjadi jika terdapat gagal ventrikel kanan.
3. Perkusi
Pemeriksaan perkusi pada jantung biasanya menurun peranannya sesudah ada foto
rongen toraks akan tetapi tetap bermanfaat untuk menentukan adanya
kardiomegali,efusiperikardium dan aneurisma aorta yang menunjukkan daerah redup jantung
melebar. Daerah redup jantung mengecil pada emfisema.
1. Auskultasi
Auskultasi jantung menggunakan alat stetoskop duplek, yang memiliki dua corong
yang dapat dipakai bergantian. Corong pertama berbentuk kerucut (bell)yang sangat baik
untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi (apeks). Corong yang kedua berbentuk
lingkaran (diafragma) yang sangat baik untuk mendengarkan bunyi dengan nada rendah
Pada saat kedua atrium kontraksi, darah dialirkan kedua artikel di sebelah kanan
melewati katup trikuspid, sedangkan disebelah kiri melewati katup mitral. Selanjutnya kedua
ventrikel berkontraksi dan darah dipindahkan dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis,
sedangkan dari ventrikel kiri menuju aorta. Permulaan kontraksi ventrikel (sistolik) terjadi
saat katup mitral dan trikuspid menutup, kedua katup ini terbuka selama atrium berkontraksi.
Permulaan relaksasi ventrikel (diastol) terjadi saat katup aorta dan pulmonal menutup
sedangkan selama ventrikel berkontraksi tetap terbuka. Arteri karotis berdenyut segera
setelah sistolik ventrikel, kemudian disusun oleh denyut arteri radialis. Oleh karena itu,
denyut arteri karotis dijadikan sebagai pegangan untuk menentukan sistolik ventrikel.
1. Katup semilunar pulmonal terdengar lebih jelas pada persambungan iga ke-3 kiri
dengan sternum.
2. Katup semilunar aorta terdengar lebih jelas pada sternum, lebih rendah dan lebih
medial daripada katup pulmonal.
3. Katup mitral terdengar lebih jelas pada sternum, dekat batas atas sendi antara iga ke -
4 dengan sternum.
4. Katup trikuspid terdengar lebih jelas pada sternum arah menyilang sternum, sesuai
garis penghubung proyeksi katup mitral dengan sendi antara sternum dengan iga
kanan ke-5. Bila ada kelainan jantung, maka proyeksi katup berpindah. Misalnya pada
stenosis mitral, maka katup mitral bergerak ke kiri bawah.
Prinsip Auskultasi
Sebelumnya kita harus mengetahui bahwa stetoskop terdiri atas dua bagian yaitu Bel
dan diafragma. Kualitas stetoskop yang baik mempunyai dua saluran terpisah yang
menghubungkan bagian kepala stetoskop ke masing-masing bagian telinga.
Untuk auskultasi yang akurat, pengalaman mendengarkan bunyi-bunyi yang normal
adalah sangat penting. Ini hanya dapat diperoleh dengan latihan yang terus menerus.
Auskultasi bunyi jantung yang normal menunjukan adanya dua bunyi yang dsebut bunyi
jantung pertama dan kedua. Penjelasan asal usul bunyi-bunyi ini berubah dari tahun ketahun.
Bunyi-bunyi tersebut mungkin berhubungan dari getaran-getaran dari penutupan katup
jantung bersama-sama dengan perubahan aliran darah yang cepat dan tegangan dalam
struktur jantung yang terjadi ketika katup-katup menutup.
a. Bagian bell: digunakan untuk mendengarkan suara yang nadanya rendah.
Misalnya bunyi jantung 3, bunyi jantung 4, dan bising middiastol
mitral/triskupid. Tempelkan dengan penekanan yang ringan saja pada dinding
dada.
b. Digfragma : merupakan kepala yang bermembran, digunakan untuk
mendengarkan suara yang nadanya tinggi. Misalnya bunyi jantung 1 dan 2, OS
(ofening Snap), bunyi ejeksi (ejection sound),pericardial friktion rub, bising
sidtolik, dan awal diastolik.
Teknik
Bagian bell dirancang sebagai rongga resonansi, terutama efesien untuk memperkuat bunyi-
bunyi yang bernada rendah, seperti murmur distolik pada stenosis mitral atau bunyi jantung
ke-3.
1. Bagian stetoskop ini harus di tempelkan dengan ringan pada dinding dada, sebab
penempelan yang terlalu kuat akan merengggangkan kulit dibawah permukaan bell
stetoskop hingga membentuk diafragma.
2. Selanjutnya dengarkan pada daerah mitral dengan permukaan diafragma, stetoskop,
bagian ini merupakan bagian yang paling baik mereproduksi bunyi-bu nyi yang
bernada tinggi, seperti murmur sistolik pada inkompetensi mitral atau bunyi jantung
ke empat.
3. Lalu letakan stetoskop pada daerah trikuspid, (sela iga ke-2 kiri) dan daerah aorta
(sela iga ke-2 kanan) dengarkan dengan seksama pada setiap posisi dengan
permukaan bell dan diafragma.
A. Bunyi jantung 1 (BJ 1=S2=P2). Bunyi jantung pertama mempunyai dua komponen:
penutupan katup mitral dan trikuspid. Penutupan katup mitral tejadi lebih awal sedikit
dari pada trikuspid, tetapi biasanya hanya satu bunyi yang terdengar. Bunyi jantung
pertama menunjukan awal dari sistol ventrikel.
B. Bunyi jantung 2 (BJ 2=S2=P2). Bunyi jantung ke-2, yang nadanya sedikit lebih
rendah daripada bunyi jantung pertama menandai adanya akhir dari sistol yang
ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal. Pada keadaan normal, karena
tekanan dalam sirkulasi pulmonal lebih rendah daripada suirkulasi aorta, maka
penutupan katup pulmonal lebih lambat dari penutupan katup aorta.
Komponen-komponen ini biasanya terpisah saat terjadi, sehingga dapat
terdengar splitting dari bunyi jantung kedua. Oleh karena komponen pulmonal bunyi
jantung ke-2 tidak dapat terdengar diseluruh prekordium, maka spiliting dari bunyi
jantung ke-2 paling bagus terdengar pada daerah pulmonal dan sepanjang tepi sternal
kiri.
Bunyi jantung ke-2 menandai permulaan diastol yang biasanya lebih lama
daripda sistol. Kesulitan dapat timbul untuk menentukan bunyi jantung mana, palfasi
denyut arteri karotis akn menunjukan timing dari sistol dan memungkinkan bunyi-
bunyi jantung menjadi lebih mudah dibedakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pemeriksaan jantung adalah sebagai berikut:
1. Mengenai bunyi jantung
a. Apakah BJ 1 lebih keras daripada BJ 2?
b. Apakah BJ 2 melemah atau hampir tidak terdengar?
c. Apakah BJ 1 dan BJ 2 masing-masing merupakan satu suara atau terpisah?
d. Apakah komponen-komponen BJ 1 dan BJ 2 itu?
e. Apakah selama fase sistolik dan diastolik tersapat bunyi jantung tambahan?
Bagaimana kualitas BJ tambahan itu?
2. Mengenai bising jantung
a. Di daerah mana bising itu terdengar paling jelas dan paling keras?
b. Penjalarannya kearah mana dan sampai daerah mana bising menjalar?
c. Bagaimana hubungan bising dengan BJ 1 dan BJ 2?
d. Apakah terdengar pada fase sistolik ataukah fase diastolik?
e. Perlu juga di tentukan apakah terdengar pada awal, pertengahan, atau akhir
fase-fase tersebut?
f. Bagaimana kekuatan (intensitas) bising?
Umumnya bising digolongkan di dalam 6 derajat yaitu sebagai berikut:
1. 1/6-bising lemah sekali.
2. 2/6-bising lemah.
3. 3/6-bising agak keras.
4. 4/6-bising cukup keras (thrill).
5. 5/6-bising keras.
6. 6/6-bising sangat keras (stetoskop belum menempel didada bising sudah
terdengar).
g. Tentukan kualitas bising
1. Apakah bising itu tinggi atau rendah bunyinya?
2. Apakah kasar atau halus?
3. Apakah seperti tiupan angin atau bergemuruh?
3. Cara mengatur sikap klien saat di auskultasi sangat penting, karena dengan perubahan
posisi, bising yang lemah bisa menjadi lebih keras/terdengar jelas terdengar.
4. Bising di apeks lebih lebih mudah terdengar bila klien berbaring, dan miring ke kiri.
Bising di aorta lebih mudah di dengar bila klien duduk dan agak membungkuk ke
depan.
5. Terpisahnya komponen BJ 1 dan BJ 2 dapat lebih jelas terdengar bila klien menahan
nafas pada inspirasi dan ekspirasi. Dengan menekan karotis beberapa detik,kecepatan
nadi diperlambat, sehingga kadang-kadang irama tripel dapat di kenali yang pada
takikardia mungkin tidak terdengar.
Bunyi jantung dibangkitkan oleh katup berikut ini:
Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Tricuspid: disternum dekat sendi di sternum sela iga ke 5 kanan.
Aorta: pada sendi antara sternum sela iga ke 2 kanan/apeks
Pulmonal: pada sela oga ke 2 kiri dekat tepi sternum
a. Bunyi gallop
Pada fisologi normal, periode sistolik dan diastolic tidak terdengar berbunyi namun
pada keadaan patologis pada ventrikel dapat timbul bunyi pada sistolik dan diastolic
yang dinamakan gallop. Bunyi gallop yang terjadi selama pengisian ventrikel dinamakan
suara ke-3 (s3), yang merupakan temuan normal pada anak dan dewasa muda. Suara ini
terdengar pada klien yang mengalami penyakit miokardium, penderita gagal jantung
kongestif, dan yang ventrikelnya gagal menyemburkan semua darah selama sistolik.
Bunyi gallop yang terdengar pada saat kontraksi atrium dinamakan suara jantung ke-
4, (s4). S4 sering terdengar bila ventrikel membesar atau hipertropi sehingga ada tahanan
pengisian. Meskipun jarang, ke-4 suara jantung dapat terdengar dalam satu siklus
jantung, sehingga dinamakan irama kuadrupel.
1. dr. Susiana Candrawati ; BAGIAN FISIOLOGI PPD UNSED; PEMERIKSAAN
FISIK SISTEM KARDIOVASKULER.
2. Asuhan Keperawatan dengan Sistem Kardivaskuler ; Prof. Elly.
Difusi
Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada
kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi dari tekanan tinggi
ke tekanan rendah. Salah satu ukuran difusi adalah tekanan parsial. Difusi terjadi melalui
membran respirasi yang merupakan dinding alveolus yang sangat tipis dengan ketebalan rata-
rata 0,5 mikron. Di dalamnya terdapat jalinan kapiler yang sangat banyak dengan diameter 8
angstrom. Dalam paru2 terdapat sekitar 300 juta alveoli dan bila dibentangkan dindingnya
maka luasnya mencapai 70 m2 pada orang dewasa normal.
Saat difusi terjadi pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida secara simultan. Saat
inspirasi maka oksigen akan masuk ke dalam kapiler paru dan saat ekspirasi karbondioksida
akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Proses pertukaran gas
tersebut terjadi karena perbedaan tekanan parsial oksigen dan karbondioksida antara alveoli
dan kapiler paru.
Volume gas yang berdifusi melalui membran respirasi per menit untuk setiap perbedaan
tekanan sebesar 1 mmHg disebut dengan kapasitas difusi. Kapasitas difusi oksigen dalam
keadaan istirahat sekitar 230 ml/menit. Saat aktivitas meningkat maka kapasitas difusi ini juga
meningkat karena jumlah kapiler aktif meningkat disertai dDilatasi kapiler yang menyebabkan
luas permukaan membran difusi meningkat. Kapasitas difusi karbondioksida saat istirahat
adalah 400-450 ml/menit. Saat bekerja meningkat menjadi 1200-1500 ml/menit.
Difusi dipengaruhi oleh :
1. Ketebalan membran respirasi
2. Koefisien difusi
3. Luas permukaan membran respirasi*
4. Perbedaan tekanan parsial