Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

21
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem saraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap organ lainnya. Secara spesifik sistem saraf merupakan suatu sistem protektif dari rangsangan yang membahayakan, dapat menghantarkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya untuk menghasilkan respon tubuh dan sebagai sistem komunikasi untuk mengirimkan informasi ke otak. Pemeriksaan neurologik merupakan suatu proses yang dibutuhkan bagi tenaga kesehatan untuk mendiagnosa kondisi kesehatan neurologis pasien. Pemeriksaan ini membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan yang spesifik. Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit pasien dan kondisi fisiknya. Otak dan medula spinalis tidak dapat dilihat, diiperkusi, dipalpasi ataupun diauskultasi seperti sistem lainnya dalam tubuh. Agar pemeriksaan neurologis dapat memberikan informasi yang akurat, maka perlu di usahakan kerja sama yang baik antara pemeriksa dan pasien dan pasien diminta untuk kooperatif (Brunner, 2001). Pemeriksaan neurologis yang terdiri atas anamnesis, rangkuman gejala pasien, dan pembahasan mengenai keluhan yang terkait pada anggota keluarga pasien, akan memfokuskan pemikiran pemeriksa, mengarahkan pemeriksaan fisik dan menjadi kunci pemeriksaan diagnostik. Hubungan erat antara gejala neurologik dan gejala penyakit medis lainnya memerlukan evaluasi

Transcript of Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

Page 1: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

BAB 1. PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Sistem saraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh

terhadap organ lainnya. Secara spesifik sistem saraf merupakan suatu

sistem protektif dari rangsangan yang membahayakan, dapat

menghantarkan sinyal dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya untuk

menghasilkan respon tubuh dan sebagai sistem komunikasi untuk

mengirimkan informasi ke otak. Pemeriksaan neurologik merupakan

suatu proses yang dibutuhkan bagi tenaga kesehatan untuk

mendiagnosa kondisi kesehatan neurologis pasien. Pemeriksaan ini

membutuhkan ketelitian dan pengalaman, yang terdiri dari sejumlah

pemeriksaan yang spesifik.

Pemeriksaan neurologis dapat dilakukan dengan teliti dengan melihat

riwayat penyakit pasien dan kondisi fisiknya. Otak dan medula spinalis

tidak dapat dilihat, diiperkusi, dipalpasi ataupun diauskultasi seperti

sistem lainnya dalam tubuh. Agar pemeriksaan neurologis dapat

memberikan informasi yang akurat, maka perlu di usahakan kerja sama

yang baik antara pemeriksa dan pasien dan pasien diminta untuk

kooperatif (Brunner, 2001).

Pemeriksaan neurologis yang terdiri atas anamnesis, rangkuman gejala

pasien, dan pembahasan mengenai keluhan yang terkait pada anggota

keluarga pasien, akan memfokuskan pemikiran pemeriksa,

mengarahkan pemeriksaan fisik dan menjadi kunci pemeriksaan

diagnostik. Hubungan erat antara gejala neurologik dan gejala penyakit

medis lainnya memerlukan evaluasi medis yang lengkap dan akurat.

Pengaturan pemeriksaan neurologis sangat penting dalam mengikuti

suatu urutan pemeriksaan tertentu sehingga tenaga medis dapat

mengevaluasi informasi yang ada dan langsung memeriksa segmen

selanjutnya yang belum diperiksa (Price dan Wilson, 2006)

 

1.2  Tujuan

Page 2: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

1.2.1        Tujuan Umum

Tujuan Umum makalah ini adalah mengetahui macam-macam teknik

pemeriksaan fisik sistem neuro.

1.2.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui status kesehatan neurologis pasien

2. Sebagai alat untuk menegakkan diagnosa

3. Mengetahui berbagai teknik pemeriksaan fisik sistem persarafan

4. Mengetahui hasil normal dan abnormal pemeriksaan fisik

5. Mengetahui macam-macam pemeriksaan fisik pada sistem persarafan

 

1.3 Implikasi dalam keperawatan

Sistem persarafan merupakan suatu sistem pengontrol seluruh sistem

tubuh manusia sehingga perlu dilakukan pemeriksaan secara

menyeluruh dan teliti.Pemeriksaan fisik neurologi dilakukan secara

akurat oleh perawat sebagai upaya mengetahui fungsi fisiologis dan

patologis pasien, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan

secara tepat, cepat dan efisien. Pengamatan dapat diperoleh dari

respon pasien maupun perilaku pasien. Peran perawat memberikan

penyuluhan dan perubahan kebutuhan pasien sehingga diharapkan

dapat membantu mengurangi kesulitan gerak motorik halus maupun

sensorik.

Pemeriksaan secara tidak tepat dapat berdampak buruk pada pasien

sebab diagnosa yang dibuat berdasarkan pemeriksaan tersebut akan

menjadi fatal sehingga perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara cermat

untuk mengurangi kesalahan dalam pemeriksaan fisik.

 

 

 

 

 

 

Page 3: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

 

 

 

 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Pengertian sistem saraf

Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling

berhubungan, sangat khusus dan kompleks untuk mengkoordinasikan,

mengatur dan mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan

lingkungan sekitarnya. Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf (neoron) dan

sel-sel penyokong (neuroglia dan sel schawnn) yang saling berkaitan

dan terintegrasi satu sama lain (Price dam Wilson, 2006).

 

2.2 Pengertian pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis adalah suatu proses yang membutuhkan

ketelitian dan pengalaman yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada

fungsi yang sangat spesifik. Meskipun pemeriksaan neurologis sering

terbatas pada pemeriksaan yang sederhana, namun pemeriksaan ini

sangat penting dilakukan oleh pemeriksa, sehingga mampu melakukan

pemeriksaan neurologis dengan teliti  dengan melihat riwayat penyakit

dan keadaan fisik lainnya. Banyak fungsi neurologik paisen yang dapat

dikaji selama pengkajian riwayat dan pengkajian riwayat fisik rutin. Salah

satuya adalah mempelajari tentang pola bicara, status mental, gaya

berjalan, cara berdiri, kekuatan motorik,dan koordinasinya. Aktivitas

sederhana yang dapat memberikan informasi banyak bagi orang yang

melakukan pengkajian adalah saat berjabat tangan dengan pasien

(Smeltzer dan Bare, 2002).

 

 

 

 

Page 4: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

 

 

BAB 3. KAJIAN TEORI

 

Pemeriksaan fisik neuro terdiri dari beberapa tahapan yang dilakukan

berdasarkan dari pemeriksaan imobilitas sampai pemeriksaan mobilitas,,

antara lain.1. Pemeriksaan GCS

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang

terhadap rangsangan dari lingkungan. Perubahan tingkat kesadaran

dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam

lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena

berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam

rongga tulang kepala. Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan

adanya hemiparese serebral atau sistem aktivitas reticular mengalami

injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan peningkatan

angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian). Penurunan

tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran

dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia),

kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok), penyakit

metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis), dehidrasi,

asidosis, alkalosis, pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan,

hipertermia, hipotermia, peningkatan tekanan intrakranial (karena

perdarahan, stroke, tomor otak), infeksi (encephalitis), epilepsi.

Jenis-jenis tingkat kesadaran antara lain:1. Compos Mentis (conscious) yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..

2. Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.

3. Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

Page 5: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.

5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.

6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil

subjektif mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale).

GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka

mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran

dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami

cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran.1. Membuka mata (E)

Spontan                              : 4

Dengan diajak bicara          : 3

Rangsang nyeri                   : 2

Tidak ada respon                : 11. Respon verbal (V)

Terdapat kesadaran dan orientasi   : 5

Disorientasi waktu                          : 4

Berkata tanpa arti                           : 3

Hanya menegrang                           : 2

Tidak ada suara                              : 11. Respon motoik (M)

Sesuai perintah                               : 6

Lokalisir nyeri                                 : 5

Menghindari nyeri                          : 4

Fleksi abnormal                              : 3

Page 6: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

Ekstensi abnormal                          : 2

Tidak ada gerak                              : 1

Jika nilai GCS:

14-15          : cedera kepala ringan

9-13            : cedera kepala sedang

3-8              : cedera kepala berat

 1. Inspeksi

Pemeriksaan secara inspeksi dilakukan dengan menggunakan system

penglihatan pengamat yang memprioritaskan posisi tubuh bayi dan

anak. Posisi telungkup menjadi posisi yang digunakan saat menentukan

normal dan abnormal tubuh bayi. Posisi normal pada bayi yaitu saat

posisi telungkup, kepala dapat menyentuh meja, serta tangan bayi

menggenggam dengan posisi tungkai pada keadaan fleksi.

Beberapa pemeriksaan fisik secara inspeksi dapat diketahui posisi

abnormal pada bayi, yaitu :1. Frog Posture

Keadaan posisi tubuh bayi saat tangan bayi tampak lemas disamping

tubuhnya dengan posisi terbuka (tidak menggenggam).1. Hemiplegi

Suatu keadaan dimana salah satu sisi tubuh bayi fleksi dan yang lainnya

tampak ekstensi lemah.1. Hipototoni

Suatu keadaan dimana posisi bayi tertelungkup dengan posisi tangan

dan tungkai terletak lurus diatas meja. Kadangkala hal tersebut

menunjukkan bahwa bayi kemungkinan mengalami gangguan SSP

(system saraf pusat).

 1. Pemeriksaan bahasa dan bicara

Salah satu pemeriksaan yang perlu diperhatikan pada saat pasien

berbicara dan menangkap inti pembicaraan sebab hal ini menjadi fungsi

Page 7: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

hemisfer dominan. Hemisfer kiri adalah bagian yang dominan untuk

berbicara yang pada umumnya terjadi pada pengguna tangan kanan

dominan, sebagian juga pada orang kidal.

Beberapa gangguan bicara dapat menandakan adanya gangguan pada

system neuronya. Ada 3 jenis gangguan yang dapat dikategorikan

gangguan bicara, yaitu:1. Disartria adalah suatu gangguan yang menyerang system otot bicara

sehingga terjadi penurunan kemampuan artikulasi, enumerasi, dan irama bicara. Misalnya saat pasien diminta untuk menirukan kata “endokarditis” maka dapat diperkirakan pasien tidak dapat menirukan kata tersebut. Penurunan fungsi otot bicara tersebut dapat disebabkan oleh sklerosis amiotropik lateral, paralisis pseudobulbar, atau miastenia gravis.

2. Disfonia adalah suatu gangguan pada suara, atatu vokalisasi. Berbeda dengan disartia yang terdeteksi disebabkan oleh gangguan neuro, pada disfonia juga dapat disebabkan non-neurologis tetapi penyebab neurologisnya yaitu cedera saraf rekuren laringeus dan tumor otak. Karakteristik penderita disfonia adalah pasien diminta untuk mengucapkan kata “E” maka suara pasien terdengar parau dan kasar.

3. Afasia merupakan suatu istilah yang menyebutkan adanya hilangnya kemampuan untuk memahami, mengeluarkan dan menyatakan konsep bicara. Afasia dibagi menjadi 2 yaitu afasia motorik yang merupakan istilah hilangnya suatu konsep pemikiran seseorang yag tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata atau tulisan serta afasia sensorik merupakan hilangnya kemampuan untuk memahami suatu percakapan. Karakteristik penyebab afasia adalah adanya gangguan serebrovaskular yang mengenai arteria serebri media.

 1. Pemeriksaan status dan fungsi mental

Pada pemeriksaan ini lebih menunjukkan fungsi neuro bagian korteks

yang lebih tinggi termasuk memberikan suatu alas an pada setiap kasus

yang dialami, menggunakan abstraksi, membuat perencanaan, dan

memberi penilaian.

Page 8: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

Pemeriksaan status dan fungsi mental memiliki hubungan dengan

pemeriksaan bahasa sebab pemeriksaan bahasa merupakan modal

fungsi korteks. Perubahan perilaku seseorang berkaitan dengan

disfungsi otak organic, maka dari itu perawat perlu memeriksa riwayat

keluarga pasien untuk menentukan penyebab perilaku yang

berhubungan dengan status mental pasien.

Pemeriksaan mental pasien dapat dievaluasi dengan cara memeinta

pasien menyebutkan 6 digit nomor yang sebelumnya telah ditentukan

oleh pemeriksa serta pasien dapat diminta menyebutkan 6 macam

Negara yang berbeda. Hal tersebut dapat menentukan status dan fungsi

mental pasien.

 1. Pemeriksaan motorik

Evaluasi sistem motor pada anak usia sekolah dapat dilakukan secara

formal dan biasnya cukup pada otot proksimal dan distal anggota gerak

atas dan bawah. Uji kekuatan otot hanya dapat dilakukan pada anak

yang sudah dapat mengerjakan instruksi pemeriksa dan kooperatif.

Pada bayi dan anak yang tidak dapat kooperatif hanya dapat dinilai

kesan keseluruhannya saja.1. Respon traksi

Pada seorang bayi atau anak yang normal, sebelum duduk maka dia

terlebih dulu harus mempunyai kontrol terhadap fungsi otot-otot

lehernya. Sejak lahir sampai usia 2 bulan, kepala anak akan tertinggal

apabila kita mengangkat anak tersebut pada kedua tangannya dari

posisi tidur ke posisi duduk. Keadaan ini disebut dengan head leg. Salah

satu tes untuk mengetahui kontrol terhadap otot-otot leher dan kepala

adalah respon traksi.

Caranya:

Bayi ditidurkan pada posisi supinasi, kemudian pemeriksa memegang

kedua tangan bayi pada pergelangan tangan, secara perlahan-lahan

anak ditarik sampai pada posisi duduk. Kemudian dievaluasi

kemampuan bayi dalam mengontrol posisi leher dan kepalanya. Apabila

Page 9: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

kepala masih tertinggal di belakang pada saat bayi posisi duduk maka

head leg-nya positif (masih ada), tapi apabila bayi mampu mengangkat

kepalanya pada saat posisi duduk maka head leg-nya negatif

(menghilang). Head leg harus sudah menghilang setelah bayi berusia 3

bualn. Apabiala setelah 3 bulan masih didapat head leg yang positif,

maka harus dicurigai adanya kemungkinan hipotoni, kelainan SSP atau

prematurasi.1. Suspensi ventral

Tes suspensi ventral dapat mengetahui kontrol kepala, curvatura

thoraks, kontrol tangan dan kaki terhadap gravitasi.

Caranya:

Bayi ditidurkan pada posisi pronasi, kemudian telapak tangan pemeriksa

menyanggah badan bayi pada daerah dada. Pada bayi aterm dan

normal, posisi kepala akan jatuh ke bawah ± membentuk sudut 45° atau

kurang dari posisi horizontal, punggung lurus atau sedikit fleksi, tangan

fleksi pada siku dan sedikit ekstensi pada sendi bahu dan sedikit fleksi

pada sendi lutut. Dengan bertambahnya usia, posisi kepala terhadap

badan bayi akan semakin lurus (horizontal). Pada bayi hipotoni, leher

dan kepala bayi sangat lemas sehingga pada tes suspensi ventral akan

berbentuk seperti huruf “U” terbalik. Sedangkan pada bayi palsi serebral,

tes suspensi ventral akan menunjukkan posisi hiperekstensi.

Tonus otot yaitu retensi yang terdeteksi oleh pemeriksa saat

menggerakkan sendi secara pasif, tonus otot sering kali terganggu jika

terdapad gangguan sistem saraf. Otot dapat diamati untuk melihat

adanya tanda-tanda kelemahan, fasikulasi, atau kontraktur. Kekuatan

otot dapat diperiksa dengan membandingkan otot satu sisi dengan otot

sisi lainnya.

Perubahan fungsi motorik:Gangguan otot Tanda klinis Gangguan neurologisDistonia Posisi bagian-bagian tubuh

bertahan dengan keadaan abnormal dengan sedikit

Gangguan ekstrapiramidal, penyakit

Page 10: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

tahanan sewaktu delakukan gerakan pasif

wilson,neuropati venotiazin, infeksi virus pada otak

ParatoniaTahanan terhadap gerakan pasif pada seluruh gerakan

Penyakit lobus frontalis

Kekakuan deserebrasi

Ektensi dan pronasi lengan dan pronasi dari tungkai

Cedera otak berat di atas spons

HipotoniaPeningkatan macam gerak sendi Gangguan sereberal

Hemibalismus

Gerakan unilateral, mengenal bagian yang berlawanan dengan lesi, gerakan sendi proksimal yang kasar dan mengayun

Penyempitan pembuluh darah otak mengenai nukleus subtalamikus

Tremor Rimik involunterLesi pada jaras sereberal

 1. Pemeriksaan Tanda Meningeal

1. Kaku duduk

Posisikan tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang

sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan diusahakan

agar dagu mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan adanya

tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita dapatkan tahanan dan dagu tidak

dapat mencapai dada. Normalnya dagu pasien akan menempel di dada

dan tidak ada tahanan.1. Brudzinsky I

Letakkan satu tangan perawat di bawah kepala pasien dan tangan lain

di dada pasien untuk mencegah badan tidak terangkat kemudian kepala

pasien di fleksikan ke dada secara pasif. Brudzinsky akan positif bila

kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut1. Brudzinsky II

Tanda Brudzinsky II positif bila fleksi klien pada sendi panggul secra

pasif akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan

lutut.1. Tanda Kerniq

Page 11: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

Pasien diposisikan telentang, kemudian fleksikan tungkai atas agak

lurus lalu luruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Normalnya dapat

membentuk sudut 135 terhadap tungkai bawah.1. Pemeriksaan Refleks

1. Reflek superfisial, dengan cara menggores kulit abdomen dengan empat goresan yang membentuk segi empat dibawah xifoid.

2. Refleks tendon dalam dengan mengetuk menggunakan hammer pada tendon biseps, trisep, patela dan achiles dengan penilaian pada bisep (terjadi fleksi sendi siku), trisep (terjadi ekstensi sendi siku), patela (terjadi ekstensi sendi lutut )dan pada achiles (terjadi fleksi plantar kaki) apabila hiperfleks apabila hiporefleks apabila terjadi kelainan pada lower motor neuron.

3. Refleks patologis dapat menilai adanya refleks babinski dengan cara menggores permukaan plantar kaki dengan alat yang sedikit runcing, hasilnya positif apabila terjadi reaksi ekstensi ibu jari.

   Refleks Metode pengkajian Temuan yang lazim  Refleks tendon dalam

  Biseps

Fleksikan lengan bawah anak. Letakkan ibu jari perawat di atas ruang antekubiti dan ketuk dengan palu refleks.

Lengan bawah sedikit fleksi

  Triseps

Tekuk lengan anak pada siku sambil menopang lengan bawah. Ketuk tendon triseps di atas siku.

Lengan bawah sedikit ekstensi

  brakioradialis

Letakkan lengan dan tangan anak pada posisi relaks dengan telapak tangan di bawah. Ketuk radius 2,5 cm diatas pergelangan tangan.

;engan bawah flesi dan telapak tangan mengangkat keatas.

  Patella

Dudukan anak di atas meja atau pangkuan orang tua dengan tungkai fleksi dan tergantung. Ketuk tendon patela tepat di bawah tempurung lutut.

Tungkai bawah ekstensi

  Achiles Dudukan anak di atas meja atau pangkuan orang tua dengan

Plantar fleksi kaki  (menunjuk ke bawah)

Page 12: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

tungkai fleksi dan topang kaki dengan pelan ketuk tendon achiles

  Refleks superfisial

  Abdomen

Gores kulit ke arah umbilikus. Kaji refleks di empat kuadran. Refleks abdominal mungkin tidak dijumpai pada 6 bulan pertama.

Umbilikus bergerak ke arah stimulus

  kremasterik Gores paha bagian dalam atas

Testis tertarik ke dalam kanalis inguinalis

  Anus Rangsang kulit di area perianal

Terjadi kontraksi sfingter anus yang kuat.

 

Refleks bayi (automatisme)

Refleks DeskripsiMetode pengkajian Makna temuan

Berkedip

Di jumpai pada tahun pertama kehidupan

Sorotkan cahaya ke mata

Jika refleks ini tidak dijumpai maka menunjukan adanya kebutaan

Tanda babinski

Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi. Dijumpai sampai umur 2 tahun

Gores telapak kaki sepanjang tepi terluar, dimulai dari tumit

Pengembangan jari kaki dan ibu jari kaki dorsofleksi.

Merangkak

Bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki bila di letakkan pada abdomen

Letkakkan bayi tengkurap di atas permukaan yang rata

Ketidaksimetrisan gerakan menunjukan gangguan neurologi

Menari atau melangkah

Kaki bayi bergerak ke atas dan kebawah bila kaki sedikit disentuhkan ke permukaan yang keras.

Pegang bayi sehingga kakinya sedikit menyentuh permukaan yang keras

Refleks yang menetap melebihi 4-8 minggu merupakan keadaan abnormal

Page 13: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

Dijumpaiselama 4-8 minggu pertama

Ekstruksi

Lidah ekstensi ke arah luar bila di sentuh. Di jumpai dampai umur 4 bulan

Sentuh lidah dengan ujung spatel lidah

Ekstensi lidah yang persisten menunjukkan down syndrom.

Galant’s

Punggung bergerak ke arah samping bila di stimulasi

Gores punggung bayi sepanjang sisi tulang belakang dari bahu sampai ke bokong

Tidak adanya reflek menunjukan adanya gangguan

Moro’s

Lengan ekstensi, jari- jari mengembang, kepala terlempar ke belakang, tungkai sedikit ekstensi. Lengan kembali menggenggam. Tulang dan ekstremitas bawah ekstensi.

Ubah posisi bayi secara tiba-tiba atau pukul meja

Refleks menetap lebih dari 4 bulan menunjukan kerusakan otak. Menetap lebih dari 6 bulan sangat menunjukan kerusakan otak. Respon yang tidak simetris menunjukan hemiparesis, fraktur klavikula. Tidak adanya respon pada ekstremitas bawah menunjukan dislokasi pinggul kongenital atau cedera medula spinalis bagian bawah

Neck righting Bila bayi terlentang, bahu dan badan kemudian pelvis berotasi ke arah dimana bayi

Letakkan bayi dalam posisi telentang coba menarik perhatian bayi dari satu sisi

Tidak ada reflek/ reflek yang menetap lebih dari 10 bulan menunjukan gangguan pada

Page 14: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

berputar. Di jumpai selama 10 bulan pertama sistem syaraf pusat

Menggenggam

Jari-jari bayi melengkung di sekitar jari yang diletakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar.  Refleks ini menghilang pada umur 3-4 bulan

Letakkan jari di telapak tangan bayi dari sisi ulnar

Fleksi yang tidak simetris menunjukan paralisis. Reflek menggenggam yang menetap menunjukan gangguan srebral

Rooting

Bayi memutar pada pipi yang di gores. Refleks ini menghilang pada umur 3-4 bulan, tetapi bisa menetap hingga umur 12 bulan, khususnya selama tidur

Gores sudut mulut bayi atau garis tengah bibir

Tidak adanya refleks menunjukan gangguan neurologi yang berat

Kaget (startle)

Bayi mengekstensikan dan memfleksikan lengan dalam berespon terhadap suara yang keras. Tangan tetap rapat. Refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan

Bertepuk tangan dengan keras

Tidak adanya refleks menunjukan kerusakan pendengaran

Mengisap

Bayi mengisap dengan kuat dalam berespon terhadap stimulasi

Berikan botol atau dot

Refleks yang lemah atau tidak ada menunjukan keterlambatan perkembangan atau abnormalitas neurologi

Tonic neck Bayi melakukan Putar kepala Dinggap tidak

Page 15: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

perubahan posisi bila kepala di putar ke satu sisi. Lengan dan tungkai akstensi ke arah sisi putaran kepala dan fleksi pada sisi yang berlawanan. Normalnya refleks ini tidak terjadi setiap kali kepala di putar. Tampak pada usia kurang lebih 2 bulan dan menghilang pada umur 6 bulan

dengan cepat ke satu sisi

normal jika respon terjadi setiap kali kepala di putar. Jika menetap menunjukan kerusakan serebral mayor

       

 

 

 

Tambahan Kajian Kelompok :

1. Anamnese

Wawancara berfungsi untuk mengumpulkan data terkait kesehatan pasien.

Pengumpulan data ini bisa diperoleh dari pasien maupun dari pihak keluarga pasien.

Aspek-aspek yang dikaji antara lain:

Keluhan Utama

Hal-hal yang dapat di kaji yaitu nyeri, vertigo,masalah pengelihatan, penciuman,

menelan, sulit berbicara,gagguan eliminasi pernapasan, sirkulasi, suhu tubuh,

seksualitas, dan emosi. Pengumpulan data-data tersebut dapat menggunakan pola

PQRST.

1. Riwayat penyakit dahulu

Dalam mengumpulkan data tentang riwayat penyakit dahulu, perawat dapat

menanyakan apakah pasien pernah mengalami cedera kepala, stroke, pembedahan,

dan lain sebagainya.

1. Obat-obatan

Page 16: Pemeriksaan Fisik Saraf.docx

Perawat dapat menanyakan mengenai penggunaan obat-obatan yang dapat

mengganggu sistem syaraf

1. Riwayat kesehatan keluarga

Perawat dapat menanyakan mengenai adanya anggota yang menderita penyakit terkait

sistem persyarafan, hipertensi, atau stroke.

1. Pola pemeliharaan kesehatan

Perawat dapat mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari

pasien, pola rekreasi, gizi, pola pemecahan masalah.

1. Konsep diri

Perawat dapat mengkaji mengenai kemampuan pasien dalam merawat diri,

mewujudkan peranan yang diharapkan, memenuhi kebutuhan seksualnya.

1. Pertimbangan perkembangan

Aspek ini ditujukan terutama pada usia Lansia dan anak-anak. Pada pasien anak atau

bayi dapat ditanyakan kepada orang tua pasien mengenai adakah faktor risiko yang

dialami selama kehamilan, adakah keluarga yang memiliki gangguan persyarafan,

bagaimana perkembangan motorik dan kognitif anak, dan lain sebagainya.