PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA...

13
Jurnal Ilmu Hukum ISSN 2302-0180 Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 13 Pages pp. 1- 13 1 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013 PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA PANTI ASUHAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN ANAK(Studi Penelitian di Kota Banda Aceh) Fuadi 1 , A. Hamid Sarong 2 , Suhaimi 2 1) Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Abstract:The main responsibilities of taking care of children are under their parents. However, if there is impossible for nuclear family who is not able to take this burden and not proper to the best interest of the child or the parents or the family are dead or they are not able to provide well necessary for them, or if they are able to do it but they ignore the burden of taking care of the child, the state is responsible to protect and guarantee the rights by putting them under guardian through the competent institution of the government or licenced non governmental organization. However, there is the fact that the fulfilment of the rights by the orphanage has not been proper yet to the rules on children rights. Generally, the guardianship is done not seriously and the orphanage does not accompany it wholly on the children put under it, hence the growing and personality of the child is not monitored well. The research shows that there is the fulfilment of the rights of children in orphanage institutions in Banda Aceh namely; Nirmala and Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) orphanages can be said that has been following the rules concerning it. Nevertheless, it is not complying with Islamic law. Based on Islamic law, the fulfilment of the rights in both orphanages only reaches a part from what Islamic law demands and a part of it has not been fulfilled, such as there are no teachers teaching Koran or Islamic teachers teaching and guiding permanently in the orphanage. A part from, there are also absence of some activities relating to belief enhancement for children such as routine Koran recital etc.While, from the rules side on the fulfilment of the rights in the orphanages in Banda Aceh might be said have been complied with the existing rules. Keywords: Rights Fulfilment, Orphanage Abstrak: Tanggung jawab utama pengasuhan anak dipikul oleh orang tua kandungnya. Tetapi apabila pengasuhan di dalam keluarga inti tidak dimungkinkan dan tidak sesuai dengan kepentingan terbaik anak atau dalam kondisi orang tua kandung dan keluarga inti si anak telah tiada atau keluarga tidak memberikan pengasuhan yang memadai sekalipun dengan dukungan yang sesuai, mengabaikan atau melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya, maka negara bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak anak dan menjamin pengasuhan alternatif yang sesuai melalui instansi pemerintah setempat yang berwenang atau melalui organisasi masyarakat yang diberi izin. Namun demikian dalam realitanya, pemenuhan hak-hak anak oleh pengelola panti asuhan belum sesuai dengan peraturan tentang hak-hak anak.Umumnya pengasuhan dilakukan sekedarnya saja dan tidak dilakukan pendampingan sepenuh waktu oleh pihak panti terhadap anak-anak asuh tersebut, sehingga tumbuh kembang dan pola kepribadian anak tidak terpantau dengan baik.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pemenuhan hak anak asuh di panti asuhan yang ada di Kota Banda Aceh yaitu Panti Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) dapat dikatakan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Tetapi dari segi aturan hukum Islam belum sepenuhnya sesuai. Menurut tinjauan hukum Islam, pemenuhan hak anak asuh pada Panti Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) Banda Aceh baru sebagian pelaksanaannya yang dapat dikatakan sudah sesuai dengan hukum Islam dan sebagiannya lagi masih belum sepenuhnya seperti aturan hukum Islam, seperti belum adanya guru mengaji atau guru belajar agama yang mengajar serta mendampingi secara permanen di panti asuhan. Selain itu, belum dilaksanakannya kegiatan-

Transcript of PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA...

Page 1: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum ISSN 2302-0180

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 13 Pages pp. 1- 13

1 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013

PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA PANTI

ASUHAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN

PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN

ANAK(Studi Penelitian di Kota Banda Aceh)

Fuadi1, A. Hamid Sarong

2, Suhaimi

2

1) Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala

Abstract:The main responsibilities of taking care of children are under their parents. However,

if there is impossible for nuclear family who is not able to take this burden and not proper to

the best interest of the child or the parents or the family are dead or they are not able to

provide well necessary for them, or if they are able to do it but they ignore the burden of taking

care of the child, the state is responsible to protect and guarantee the rights by putting them

under guardian through the competent institution of the government or licenced non

governmental organization. However, there is the fact that the fulfilment of the rights by the

orphanage has not been proper yet to the rules on children rights. Generally, the guardianship

is done not seriously and the orphanage does not accompany it wholly on the children put

under it, hence the growing and personality of the child is not monitored well. The research

shows that there is the fulfilment of the rights of children in orphanage institutions in Banda

Aceh namely; Nirmala and Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) orphanages can be

said that has been following the rules concerning it. Nevertheless, it is not complying with

Islamic law. Based on Islamic law, the fulfilment of the rights in both orphanages only

reaches a part from what Islamic law demands and a part of it has not been fulfilled, such

as there are no teachers teaching Koran or Islamic teachers teaching and guiding

permanently in the orphanage. A part from, there are also absence of some activities

relating to belief enhancement for children such as routine Koran recital etc.While, from the

rules side on the fulfilment of the rights in the orphanages in Banda Aceh might be said have

been complied with the existing rules.

Keywords: Rights Fulfilment, Orphanage

Abstrak: Tanggung jawab utama pengasuhan anak dipikul oleh orang tua kandungnya. Tetapi

apabila pengasuhan di dalam keluarga inti tidak dimungkinkan dan tidak sesuai dengan

kepentingan terbaik anak atau dalam kondisi orang tua kandung dan keluarga inti si anak telah

tiada atau keluarga tidak memberikan pengasuhan yang memadai sekalipun dengan dukungan

yang sesuai, mengabaikan atau melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya, maka negara

bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak anak dan menjamin pengasuhan alternatif yang

sesuai melalui instansi pemerintah setempat yang berwenang atau melalui organisasi

masyarakat yang diberi izin. Namun demikian dalam realitanya, pemenuhan hak-hak anak oleh

pengelola panti asuhan belum sesuai dengan peraturan tentang hak-hak anak.Umumnya

pengasuhan dilakukan sekedarnya saja dan tidak dilakukan pendampingan sepenuh waktu oleh

pihak panti terhadap anak-anak asuh tersebut, sehingga tumbuh kembang dan pola kepribadian

anak tidak terpantau dengan baik.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pemenuhan

hak anak asuh di panti asuhan yang ada di Kota Banda Aceh yaitu Panti Asuhan Nirmala dan

Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) dapat dikatakan sudah sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Tetapi dari segi

aturan hukum Islam belum sepenuhnya sesuai. Menurut tinjauan hukum Islam, pemenuhan hak

anak asuh pada Panti Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur

(BTRG) Banda Aceh baru sebagian pelaksanaannya yang dapat dikatakan sudah sesuai

dengan hukum Islam dan sebagiannya lagi masih belum sepenuhnya seperti aturan hukum

Islam, seperti belum adanya guru mengaji atau guru belajar agama yang mengajar serta

mendampingi secara permanen di panti asuhan. Selain itu, belum dilaksanakannya kegiatan-

Page 2: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 2

kegiatan yang bersifat sebagai penguatan akidah bagi anak-anak panti seperti pengajian rutin

dan lain sebagainya.Sedangkan dari sisi peraturan perundang-undangan terhadap pemenuhan

hak anak asuh pada panti asuhan yang ada di Kota Banda Aceh, dapat dikatakan sudah sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.

Kata Kunci: Pemenuhan Hak, Anak Asuh, Panti Asuhan

PENDAHULUAN

Anak merupakan titipan dari Allah SWT

dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda

yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh

orang tuanya.Sebagai amanah anak harus

diasuh dan dijaga sebaik mungkin oleh orang

tuanya, karena dalam diri anak melekat harkat,

martabat dan hak-hak sebagai manusia yang

harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan

berbangsa dan bernegara, anak adalah masa

depan bangsa dan generasi penerus cita-cita

bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup dan identitas dirinya

sebagai upaya perlindungan hukum. Negara

merupakan pihak yang paling harus mempunyai

perhatian khusus terhadap anak-anak yang

terlantar atau tidak mempunyai orang

tua/keluarga inti lagi, karena mereka adalah

titipan atau amanah UUD 1945 yang harus

dipelihara, dirawat, dibina, dididik atau

dipenuhi hak-haknya.

Sebagaimana telah dinyatakan di atas

bahwa tanggung jawab utama pengasuhan anak

dipikul oleh orang tua kandungnya. Tetapi

apabila pengasuhan di dalam keluarga inti tidak

dimungkinkan dan tidak sesuai dengan

kepentingan terbaik anak atau dalam kondisi

orang tua kandung dan keluarga inti si anak

telah tiada atau keluarga tidak memberikan

pengasuhan yang memadai sekalipun dengan

dukungan yang sesuai, mengabaikan atau

melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya,

maka negara bertanggung jawab untuk

melindungi hak-hak anak dan menjamin

pengasuhan alternatif yang sesuai melalui

instansi pemerintah setempat yang berwenang

atau melalui organisasi masyarakat yang diberi

izin.

Sehubungan dengan anak asuh yang

dipelihara oleh LKSA, maka tanggung jawab

negara adalah untuk menjamin supervisi

keselamatan, kesejahteraan diri, dan

perkembangan setiap anak yang ditempatkan

dalam pengasuhan alternatif dan melakukan

review secara teratur tentang ketepatan situasi

pengasuhan yang disediakan. Penempatan anak

dalam LKSA harus direview secara teratur

dengan tujuan utama untuk segera

mengembalikan anak pada keluarganya, atau ke

lingkungan terdekatnya (keluarga besar atau

kerabat).Apabila untuk kepentingan terbaik anak,

anak tidak dapat dikembalikan ke keluarga atau

kerabatnya, maka penempatan anak di LKSA

tetap merupakan solusi sementara sambil

mengupayakan solusi pengasuhan alternatif

berbasis keluarga pengganti.

Masalah pengasuhan anak dalam

pandangan Islam berhubungan dengan

pemenuhan hak asasi anak. Hak tersebut secara

umum meliputi hak anak sebelum dan sesudah

Page 3: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

3 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013

dilahirkan, hak dalam kesucian keturunan, hak

anak dalam menerima pemberian nama yang

baik, hak anak dalam menerima susuan, hak

anak dalam mendapat asuhan, perawatan

pemeliharaan, hak dalam memiliki harta benda

atau hak warisan demi kelangsungan hidup

anak yang bersangkutan serta hak anak dalam

bidang pendidikan dan pengajaran.

Panti Asuhan Nirmala dikelola oleh

Salmiah sebagai pimpinan panti.Panti Asuhan

Nirmala memiliki anak asuh dari tingkat

pendidikan SD sampai dengan SMK yang

semuanya berjumlah 116 anak asuh.Sedangkan

Panti Asuhan BTRG dipimpin oleh Tgk.

Murhaban Nafi.Panti ini juga merawat anak

asuh dari jenjang pendidikan SD sampai dengan

SMA dengan jumlah anak asuh keseluruhannya

sebanyak 70 orang.

.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Anak merupakan titipan dari Allah SWT

dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda

yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh

orang tuanya.Sebagai amanah anak harus

diasuh dan dijaga sebaik mungkin oleh orang

tuanya, karena dalam diri anak melekat harkat,

martabat dan hak-hak sebagai manusia yang

harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan

berbangsa dan bernegara, anak adalah masa

depan bangsa dan generasi penerus cita-cita

bangsa, sehingga setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup dan identitas dirinya

sebagai upaya perlindungan hukum. Negara

merupakan pihak yang paling harus mempunyai

perhatian khusus terhadap anak-anak yang

terlantar atau tidak mempunyai orang

tua/keluarga inti lagi, karena mereka adalah

titipan atau amanah UUD 1945 yang harus

dipelihara, dirawat, dibina, dididik atau

dipenuhi hak-haknya.

Sebagaimana telah dinyatakan di atas

bahwa tanggung jawab utama pengasuhan anak

dipikul oleh orang tua kandungnya. Tetapi

apabila pengasuhan di dalam keluarga inti tidak

dimungkinkan dan tidak sesuai dengan

kepentingan terbaik anak atau dalam kondisi

orang tua kandung dan keluarga inti si anak

telah tiada atau keluarga tidak memberikan

pengasuhan yang memadai sekalipun dengan

dukungan yang sesuai, mengabaikan atau

melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya,

maka negara bertanggung jawab untuk

melindungi hak-hak anak dan menjamin

pengasuhan alternatif yang sesuai melalui

instansi pemerintah setempat yang berwenang

atau melalui organisasi masyarakat yang diberi

izin.

Sehubungan dengan anak asuh yang

dipelihara oleh LKSA, maka tanggung jawab

negara adalah untuk menjamin supervisi

keselamatan, kesejahteraan diri, dan

perkembangan setiap anak yang ditempatkan

dalam pengasuhan alternatif dan melakukan

review secara teratur tentang ketepatan situasi

pengasuhan yang disediakan. Penempatan anak

dalam LKSA harus direview secara teratur

dengan tujuan utama untuk segera

mengembalikan anak pada keluarganya, atau ke

lingkungan terdekatnya (keluarga besar atau

kerabat).Apabila untuk kepentingan terbaik anak,

Page 4: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 4

anak tidak dapat dikembalikan ke keluarga atau

kerabatnya, maka penempatan anak di LKSA

tetap merupakan solusi sementara sambil

mengupayakan solusi pengasuhan alternatif

berbasis keluarga pengganti.

Masalah pengasuhan anak dalam

pandangan Islam berhubungan dengan

pemenuhan hak asasi anak. Hak tersebut secara

umum meliputi hak anak sebelum dan sesudah

dilahirkan, hak dalam kesucian keturunan, hak

anak dalam menerima pemberian nama yang

baik, hak anak dalam menerima susuan, hak

anak dalam mendapat asuhan, perawatan

pemeliharaan, hak dalam memiliki harta benda

atau hak warisan demi kelangsungan hidup

anak yang bersangkutan serta hak anak dalam

bidang pendidikan dan pengajaran.

Panti Asuhan Nirmala dikelola oleh

Salmiah sebagai pimpinan panti.Panti Asuhan

Nirmala memiliki anak asuh dari tingkat

pendidikan SD sampai dengan SMK yang

semuanya berjumlah 116 anak asuh.Sedangkan

Panti Asuhan BTRG dipimpin oleh Tgk.

Murhaban Nafi.Panti ini juga merawat anak

asuh dari jenjang pendidikan SD sampai dengan

SMA dengan jumlah anak asuh keseluruhannya

sebanyak 70 orang.

a) Dalam Undang-Undang Dasar 1945

Pengertian anak atau kedudukan anak yang

ditetapkan menurut Undang-Undang Dasar

1945 terdapat dalam Pasal 34. Pasal ini

mempunyai makna khusus terhadap pengertian

dan status anak dalam bidang politik, karena

menjadi dasar kedudukan anak, dalam kedua

pengertian ini, yaitu anak adalah subjek hukum

dari sistem hukum nasional yang harus

dilindungi, dipelihara dan dibina untuk

mencapai kesejahteraan. Pengertian anak

menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan

pengertian politik melahirkan atau

mendahulukan hak-hak yang harus diperoleh

anak dari masyarakat, bangsa dan negara atau

dengan kata yang tepat pemerintah dan

masyarakat lebih bertanggung jawab terhadap

masalah sosial yuridis dan politik yang ada

pada seorang anak.

b) Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun

1997 tentang Pengadilan Anak

Pasal 1 sub 1 Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

menyatakan bahwa, “anak adalah orang yang

dalam perkara anak nakal telah mencapai umur

18 tahun dan belum pernah kawin”.

c) Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun

1999 tentang Hak Asasi Manusia

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 39

Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, anak

adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun. Hal itu termasuk juga

anak yang masih dalam kandungan serta adanya

perlindungan terhadap anak untuk menjamin dan

melindungi anak serta hak-haknya agar dapat

hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi

secara optimal sesuai dengan harkat dan

martabat kemanusiaan serta mendapat

perlindungan dari kekerasan, diskriminasi dan

segala jenis eksploitasi.

Page 5: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

5 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013

d) Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak

Menurut Hukum Islam

Anak dalam pengertian bahasa sangat

banyak yaitu keturunan yang kedua, manusia

yang masih kecil, binatang yang masih kecil,

pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau

rumpun tumbuhan-tumbuhan yang besar, orang

yang termasuk dalam satu golongan pekerjaan

(keluarga dan sebagainya), bagian yang kecil

(pada suatu benda), yang lebih kecil dari pada

yang lain (Zakaria Ahmad Al-Barry1999:114).

Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah

Allah SWT dan tidak bisa dianggap sebagai

harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak

hati oleh orang tuanya.Sebagai amanah anak

harus dijaga sebaik mungkin oleh orang tua

yang mengasuhnya.Anak adalah manusia yang

memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa

dihilangkan dengan alasan apapun.

Peraturan Perundang-undangan yang

Berkaitan dengan Hak Anak

Indonesia telah memiliki beberapa

peraturan perundang-undangan yang

memberikan jaminan dan perlindungan

terhadap anak dan hak-hak anak sebagai berikut

(Mokh. Najih, September 2003-Februari,

2003:261):

1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasca

Amandemen

2. UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM

3. UU. No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak

4. UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan

Anak

5. Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 10

Tahun 2012 tentang Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Unit Pelaksana teknis Dinas

(UPTD) Panti Asuhan pada Dinas Sosial

dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh.

Hak-hak Anak dalam Hukum Positif dan

Hukum Islam Hukum Positif

Hak-hak anak dalam hukum positif atau

perundang-undangan Indonesia adalah

sebagaimana diatur dalam deklarasi tentang hak

anak-anak yang disahkan oleh Perserikatan

Bangsa-Bangsa, pada 20 November 1959,

antara lain menyatakan:

a. Anak-anak berhak mendapatkan

pendidikan wajib secara cuma-cuma

sekurang-kurangnya di tingkat sekolah

dasar.

b. Anak-anak harus dilindungi dari segala

bentuk penyia-nyiaan kekejaman dan

penindasan.

c. Anak-anak harus dilindungi dari perbuatan

yang mengarah ke dalam bentuk

diskriminasi rasial, agama maupun bentuk-

bentuk diskriminasi lainnya.

Hukum Islam

Kedudukan anak dalam pengertian Islam,

yaitu anak adalah titipan Allah kepada orang tua,

masyarakat, bangsa dan negara serta pewaris

dari ajaran Islam (wahyu Allah SWT) yang

kelak akan memakmurkan dunia sebagai

rahmatan lilãlamîn (Iman Jauhari, 2008:50).

Pemberian ini memberikan hak atau melahirkan

Page 6: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 6

hak anak yang harus diakui diyakini, dan

diamankan sebagai implementasi amalan yang

diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat,

bangsa dan negara.

Demikian ini adalah sebagai hak wali

bertasharruf atas tiap-tiap anak yang di bawah

perwaliannya. Hak-hak anak yang mutlak

dalam dimensi akidah dan pandangan

kehidupan agama Islam, terdiri dari:

a. Hak untuk melindungi anak ketika masih

berada dalam kandungan atau rahim

ibunya terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-

Baqarah ayat 233.

b. Hak untuk disusui selama dua tahun

terdapat dalam Al-Qur’an surat Luqman

ayat 14.

c. Hak untuk diberi pendidikan, ajaran,

pembinaan, tuntutan dan akhlak yang

benar terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-

Mujadilah ayat 11.

d. Hak untuk mewarisi harta kekayaan milik

kedua orang tuanya terdapat dalam Al-

Qur’an surat An-Nisa’ ayat 2, 6 dan 10.

e. Hak untuk mendapatkan nafkah dari orang

tuanya terdapat dalam surat Al-Qashash

ayat 12.

f. Hak untuk mempertahankan agama dan

aqidahnya, bila dipaksa untuk murtad oleh

pelaksana hadhanah terdapat dalam surat

Luqman ayat 51 (Iman Jauhari, 2008:21).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan pendekatan aspek yuridis

normatif dan yuridis sosiologis.Sumber data

primer diperoleh melalui penelitian lapangan

dengan menggunakan instrumen kuesioner dan

wawancara.Sifatnya lebih ditekankan pada

perkembangan pendapat dan opini yang

dikemukakan oleh responden terhadap

pemenuhan hak anak asuh di panti

asuhan.Penelitian ini dilakukan di panti asuhan

yang ada di Kota Banda Aceh yaitu di Panti

Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul

Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG).

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

kelayakan atau purposive sampling. Sedangkan

sumber data sekunder diperoleh melalui

penelitian kepustakaan yang meliputi bahan

hukum primer, sekunder dan tersier yang

berkaitan langsung Perlindungan

Anak.Pembahasan dibatasi hanya dengan

mengkaji hak-hak anak dan pemenuhan hak

anak di panti asuhan yang ada di Kota Banda

Aceh yang diwakili oleh dua panti asuhan

tersebut di atas.Penelitian ini bersifat deskriptif

analisis, maka data yang telah berhasil

dikumpulkan, baik melalui penelitian lapangan

maupun studi kepustakaan, diolah terlebih

dahulu sebelum dianalisis. Melalui proses

editing, data primer dan data sekunder dari hasil

penelitian diklasifikasikan dalam kategori-

kategori tertentu sesuai dengan jenis masing-

masing. Penganalisaan data akan digunakan

peraturan perundang-undangan dan teori-teori

hukum sebagai acuan utama. Selanjutnya akan

dilakukan upaya penafsiran dan prediksi hukum

terhadap data tersebut dalam rangka penilaian

terhadap permasalahan yang diteliti.

HASIL PEMBAHASAN

Page 7: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

7 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013

Pemenuhan Hak Anak Asuh pada Panti

Asuhan yang Ada di Kota Banda Aceh

Berdasarkan hasil penelitian dan

wawancara dengan Salmiah selaku pimpinan

panti, diperoleh keterangan bahwa pemenuhan

hak anak asuh di Panti Asuhan Nirmala sudah

sesuai dengan peraturan menteri sosial tentang

lembaga kesejahteraan sosial anak

(LKSA).Namun demikian pihak panti

menyadari bahwa pengasuhan yang diberikan

oleh pengasuh panti asuhan tidaklah mencukupi

dan sempurna seperti pengasuhan yang

didapatkan dari orang tua kandung

sendiri.Dalam masalah keuangan dan logistik,

pihak panti menyatakan tidak memiliki kendala

yang berarti, sebab segala kebutuhan yang

dibutuhkan oleh anak-anak panti seperti

kebutuhan sandang dan pangan sudah dipenuhi

oleh pemerintah melalui Dinas Sosial Kota

Banda Aceh. Menurut Salmiah, pemenuhan

terhadap hak-hak anak asuh dapat dikatakan

sudah terpenuhi dengan baik. Karena pihak

pengurus panti memperlakukan anak-anak yang

berada di panti asuhan tanpa membeda-bedakan

seperti pemberian uang jajan dan pemberian

asuhan terhadap anak-anak.

Pola pengasuhan anak di Panti Asuhan

Nirmala Lampineueng Banda Aceh dilakukan

sesuai dengan standar pengasuhan anak dalam

peraturan menteri agama tentang Standar

Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga

Kesejahteraan Sosial Anak.Di sini pihak

pengurus panti menyediakan fasilitas-fasilitas

serta hak-hak yang menjadi keharusan untuk

didapatkan oleh anak seperti hak mendapatkan

pengasuhan seperti di rumah dan hak untuk

mendapatkan pendidikan agama dan pendidikan

formal yang layak. Di Panti Asuhan Nirmala

juga anak-anak tinggal secara berasrama dan

mereka akan pulang ke kampung halaman

masing-masing ketika tiba masa libur sekolah

dan kembali lagi ke asrama ketika proses

pendidikan berjalan kembali. Hal ini

dikarenakan anak-anak yang tinggal dan diasuh

oleh panti asuhan nirmala adalah anak-anak

yang berasal dari Kota Banda Aceh dan Aceh

Besar.

Menurut Salmiah, anak-anak asuh baik

yang laki-laki dan perempuan semuanya diasuh

dengan pola Islami yaitu pengasuh

memposisikan dirinya sebagai orang tua dan

senantiasa memperhatikan hak-hak anak seperti

hak untuk mendapatkan kasih sayang, perhatian,

materi dan sebagainya.

Selanjutnya, mengenai pemenuhan hak

anak asuh di Panti Asuhan BTRG Banda Aceh,

maka berdasarkan hasil wawancara dengan

pimpinan Panti BTRG menyatakan bahwa

sebenarnya pemenuhan hak terhadap anak-anak

yang berada di panti yang dikelolanya masih

sangat kurang. Hal tersebut disebabkan panti

asuhan yang ia pimpin bukan milik pemerintah

dan subsidi dari pemerintah cuma cukup untuk

biaya jajan anak-anak asuh saja. Saat ini dari

segi pemberian jajan pun dirasakan masih

sangat kurang, bahkan dapat dikatakan belum

mencukupi.Tetapi jika dilihat dari segi

pendidikan, baik itu pendidikan formal dan

pendidikan nor formal bisa dikatakan hak yang

harus diterima oleh anak-anak yang tinggal di

Page 8: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 8

panti BTRG saat ini sudah sangat baik dan

terpenuhi.

Bentuk pola pengasuhan yang dijalankan

pada Panti Asuhan Baldatur Taibatun wa

Rabbul Ghafur (BTRG) diberikan seperti pola

pengasuhan anak-anak di dayah terpadu, yaitu

semua anak-anak tinggal di asrama dan

mengikuti semua proses pendidikan formal

pada pagi hari di SD, SMP dan SMA.

Kemudian kembali ke panti asuhan untuk

makan siang dan istirahat sampai dengan waktu

shalat Ashar dan setelah shalat Magrib anak-

anak di panti asuhan BTRG akan mengikuti

pengajian kitab-kitab Arab dan kitab yang

menggunakan bahasa Jawi (Arab Melayu)

sampai dengan jam 9 malam. Setelah jam 9

malam anak-anak diwajibkan untuk mengulang

pelajaran yang telah diterima pada pagi hari di

sekolah yang dituntun oleh kakak kelas.

Sampai saat ini, Panti Asuhan Baldatur

Taibatun wa Rabbul Ghafur (BTRG)

menerapkan pola asuh Islami dalam mengasuh

anak-anak. Pimpinan panti dan para pengasuh

serta guru menerapkan pola hidup pesantren bagi

anak-anak asuh yang tinggal di panti asuhan

BTRG Ceurih ini.Cara hidup di pesantren yang

diterapkan di sini adalah tentang kewajiban

seorang santri seperti wajib mengikuti pengajian,

shalat berjamaah setiap waktu kecuali waktu

zhuhur karena jadwal pulang sekolah anak-anak

tidak serentak.Kemudian gotong royong untuk

kebersihan panti adalah suautu kewajiban. Untuk

meninggkatkan nilai keislaman, pada malam hari

dilakukan pengajian Al-Qur’an dan pengajian

kitab-kitab, baik itu kitab Arab maupun kitab

Jawi yang diajarkan oleh 4 orang ustad yang

terdiri dari 2 ustad laki-laki dan 2 ustad wanita

yang tinggal disekitar panti asuhan. Terkadang

bila ustad tidak datang, maka Tgk. Marhaban

Nafi langsung menggantikan posisi mereka

untuk memimpin pengajian, baik itu Al-Qur’an

maupun kitab-kitab. Dalam mengelola panti, Tgk.

Marhaban Nafi juga didampingi oleh istrinya

yang membantu dalam hal memberikan

pengasuhan terhadap anak-anak untuk membaca

kitab-kitab, karena istrinya berasal dari pesantren

Seulimuem Aceh Besar dan Tgk. Marhaban Nafi

berasal dari MUDI Mesra Samalanga.

Mengenai pendidikan yang diberikan

terhadap anak-anak asuh di Panti Asuhan

BTRG terdiri dari pendidikan akhlak, tauhid,

fiqh sedangkan untuk pendidikan formal

diberikan melalui pendidikan di sekolah-

sekolah. Setiap hari anak-anak berangkat

sekolah di antar dengan menggunakan bus

sekolah milik yayasan, tetapi waktu

penjemputan menggunakan jadwal pulang

sekolah, bagi yang pulang sekolah telah atau

lebih awal dikarenakan ada kegiatan guru di

sekolah maka mereka akan pulang sendiri tanpa

dijemput. Pendidikan agama dan pendidikan

formal diberikan seimbang terhadap anak-anak

yang tinggal di panti asuhan ini.

Dalam pelaksanaan pengasuhan anak asuh

di panti asuhan, maka bagi anak yang bandel

atau suka melanggar aturan atau tidak disiplin

diberikan sanksi sebagaimana anak-anak santri

di dayah atau pesantren pada

umumnya.Misalnya keluar dari panti asuhan

tanpa meminta izin atau melapor serta tidak ikut

Page 9: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

9 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013

shalat berjamaah dan lain sebagainya. Untuk

jenis hukuman sendiri mulai dari cukur rambut

sampai dengan diwajibkan menghafal ayat-ayat

Al-Qur’an yang disetorkan hafalan setelah

shalat magrib kepada pimpinan panti.

Tinjauan Hukum Islam dan Peraturan

Perundang-Undangan terhadap Pemenuhan

Hak Anak Asuh pada Panti Asuhan yang Ada

di Kota Banda Aceh

Pemenuhan hak anak asuh pada panti

asuhan yang ada di Kota Banda Aceh yaitu pada

Panti Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan

Baldatur Taibatun wa Rabbul Ghafur (BTRG),

berdasarkan hasil penelitian sebagiannya dapat

dikatakan telah sesuai dengan aturan hukum

Islam. Karena pada dasarnya dalam aturan

Islam tidak terdapat pembahasan khusus

mengenai keberadaan atau kedudukan panti

asuhan sebagai sebuah lembaga yang

menangani anak yatim dan anak terlantar.

Dalam Islam, pengasuhan anak yatim menjadi

tanggung jawab wali dari pihak keluarganya

yang dianggap pantas dan layak memelihara

anak tersebut dan juga harta bendanya karena ia

masih di bawah umur, sehingga membutuhkan

pengawasan dari wali (Bahder Johan Nasution

dan Sri Warjiyati, 1977:43-44).

Pada saat berakhirnya perwalian, wali

berkewajiban menyerahkan seluruh harta

benda si anak berikut catatan pengeluaran

yang dibuktikan dengan pembukuan yang

ditutup tiap-tiap tahun.Dalam hal terjadi

perselisihan mengenai harta benda si anak

antara di wali dengan si anak tersebut tidak

digunakan untuk kepentingan si anak, wali

wajib mengganti semua kerugian yang timbul

(Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati,

1977:46).

Menurut Jawad Mughniyah, pengasuhan

anak sama sekali tidak berhubungan dengan

perwalian terhadap anak, baik yang

menyangkut dengan perkawinan maupun yang

menyangkut dengan hartanya. Pengasuhan

semata-mata tentang perkara anak dalam arti

mendidik dan memelihara. Kendati demikian,

bukan berarti tidak ada kaitan antara

pengasuhan anak dan perwalian. Dalam kasus

seorang anak yang tidak lagi memiliki orang tua,

atau memiliki orang tua namun dipandang tidak

cakap untuk merawat anak, maka keberadaan

perwalian menjadi sebuah keniscayaan atau

keharusan (Jawad Mughniyah, 1994:133-134).

Pada hakikatnya, mengurus anak yatim

atau terlantar merupakan kewajiban bagi umat

manusia, karena setiap manusia adalah

mempunyai hak yang sama. Sehubungan

dengan masalah pemenuhan anak asuh yang

berada di panti asuhan yang ada di Kota Banda

Aceh, jika ditinjau dari sudut pandang hukum

Islam dan peraturan perundang-undangan, maka

terdapat dua dasar yang berkaitan dengan

hakikat pendirian panti asuhan tersebut, yaitu

dasar religius dan dasar yuridis.

1. Dasar religius

Dalam ajarannya, Islam sangat

memperhatikan fakir miskin dan anak yatim,

sehingga dalam Al-Qur'an dan hadis banyak

disebutkan anjuran untuk menyantuni anak-

anak yatim dan fakir miskin, karena dengan

demikian akan terbina suatu masyarakat yang

kuat, saling tolong menolong, kasih mengasihi

Page 10: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 10

serta penuh persaudaraan.

Selanjutnya dalam surat Ad-Dhuha ayat

9 Allah berfirman yang artinya: ”Sebab itu,

terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku

sewenang-wenang”. Firman Allah lagi dalam

surat An-Nisa’ ayat 10 yang

artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang

memakan harta anak yatim secara zalim,

Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh

perutnya dan mereka akan masuk ke dalam

api yang menyala-nyala (neraka)”. Dua ayat

di atas menjelaskan tentang larangan dan

ancaman bagi yang memakan harta,

menghardik, memukul dan menganiaya anak

yatim, karena beban yang mereka tanggung

(pikul) setelah orang tuanya meninggal

sangatlah besar sehingga tidak boleh

menambah beban mereka.

Disebutkan juga dalam hadis Rasulullah

yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal, At-

Tirmidzi dan Ibnu Maajah, yang

artinya: ”Barang siapa yang meletakkan

tangannya sebagai lambang kasih sayang,

niscaya dicatat satu kebaikan baginya dari

setiap rambut yang diusap tangannya” (Imam

Ahmad bin Hambal, t.t.:250).

Adapun anjuran mengusap kepala anak

yatim dalam hadits ini merupakan lambang

kasih sayang dan perhatian umat muslim, baik

dalam bentuk material, pendidikan serta dalam

pengasuh untuk mewujudkan kesejahteraan

sosial bagi anak yatim. Nabi SAW bersabda

sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi

yang artinya: ”Siapa yang menjamin anak yatim

kaum Muslimin atau mengajaknya makan dan

minum sampai puas, Allah memastikan surga

baginya kecuali ia berbuat suatu dosa yang

tidak terampuni” (Imam At-Tirmidzi, t.t.:282).

Kemudian hadits Rasul SAW

sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim yang

artinya: ”Dari Abu Hurairah RA. Berkata:

Rasulullah SAW bersabda: pengasuh anak

yatim, baik kemenakannya sendiri atau anak

orang lain, dengan saya di surga seperti ini,

sambil menunjuk dua jari telunjuk dan jari

tengah" (Imam Muslim, t.t.:221).

Dengan artian pengasuhan anak yatim

dengan kasih sayang, maka terjamin mendapat

rahmat dari Allah dan syafaat dari Nabi

Muhammad SAW.Dan masih banyak lagi

perintah Allah dan petunjuk Nabi untuk

memelihara dan menjamin anak yatim.Hal

tersebut menjadi kewajiban bagi kaum kerabat

dan yang ada hubungan darah. Dalam keadaan

mereka fakir dan lemah ekonomi, maka negara

wajib menyediakan dan menjamin

pendidikannya serta mengurusnya, sehingga

dengan begitu anak yatim akan terhindar dari

keterlantaran dan ketidakpedulian, dengan

menempatkan mereka dalam sebuah tempat

terorganisir yang dinamakan panti asuhan.

2. Dasar yuridis

Di Indonesia masalah anak-anak terlantar

diatur oleh negara.Sebagaimana dalam

menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan

sosial negara kita mempunyai landasan yang

kuat, yakni landasan ideal Pancasila yang mana

tertera pada sila k-2:" Keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia". Sedangkan landasan

Konstitusionalnya adalah UUD 45 yang antara

lain disebutkan dalam pasal 27:2:" Tiap-tiap

warga negara berhak atas pekerjaan dan

penghidupan yang layak bagi manusia". Serta

Page 11: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

11 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013

pasal 34 " Fakir miskin dan anak terlantar

dipelihara oleh negara".

Berdasarkan pada hal itu, maka jelaslah

bahwa anak-anak yatim tergolong anak yatim,

dan anak yatim berhak memperoleh jaminan

yang memenuhi kebutuhannya baik dari segi

sandang, pangan maupun pendidikan. Dalam

UU No 4 Tuhan 1979 Pasal 4 ayat (1)

merupakan penjelasan dari UUD 1945 Pasal 34

mengatakan: "Anak-anak yang tidak

mempunyai orang tua berhak memperoleh

asuhan negara atau badan/ orang-orang".

Selanjutnya pada Pasal 5 ayat 1 UU No 4 Tahun

1979 dinyatakan pula bahwa: "Anak-anak yang

tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh

bantuan agar dalam lingkungan keluarganya

dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar”.

Pemenuhan hak anak asuh di panti asuhan

bukanlah hanya pemenuhan dari segi sandang,

pangan dan papan saja, tetapi juga mencakup

pemberian pendidikan dan pembinaan yang

berguna untuk kehidupan anak-anak asuh

tersebut kelak setelah ia dewasa dan bergaul

dalam masyarakat. Hal-hal yang diajarkan

pengasuh di panti asuhan kepada anak asuh

menyangkut kehidupan sehari-hari, antara lain

masalah sopan santun kedisiplinan, pekerjaan

rumah sehari-hari, penanaman nilai-nilai

keagamaan.

Sopan santun yang diajarkan oleh

pengasuh di panti asuhan kepada anak

diharapkan memberikan dampak yang positif

bagi perkembangan anak. Sopan santun yang

diterapkan di panti asuhan dan ponpes,

mengacu pada norma yang ada di masyarakat

itu sendiri, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang

dianggap baik dan dilakukan oleh banyak orang.

Sehingga sejak kecil anak diajarkan sopan

santun agar dapat membawa dirinya dalam

berinteraksi dengan orang lain. Misalnya ketika

seorang bertingkah laku yang dianggap tidak

sopan, orang akan mengatakan dengan sebutan

“tidak baik, tidak sepatutnya”. Pengasuh di

panti asuhan akan berusaha menanamkan

sopan santun sesuai dengan yang dilakukan

masyarakat pada umumnya. Dalam

kehidupan sehari-hari sopan santun yang

diterapkan di panti asuhan dan pondok

pesantren antara lain: sopan santun dalam

hal makan, juga mengajarkan sopan santun

ketika sedang ada tamu dan ketika bertamu. Hal

yang tidak kalah pentingnya dalam sopan

santun adalah mengenai bahasa yang

digunakan. Misalnya ketika berbicara dengan

orang yang lebih tua atau cara pemilihan

bahasa ketika mereka berinteraksi dengan

teman sebaya. Sebab bahasa merupakan alat

komunikasi dengan orang lain.

Pengasuh mendapatkan kewenangan untuk

mengasuh dan mendidik anak/santri dengan

caranya. Tujuan dari sosialisasi ini adalah agar

anak dan santri mandiri, dan bisa diterima oleh

lingkungan sosialnya. Pengasuh memberikan

pewarisan pengetahuan kebudayaan yang

dianggapnya baik dan yang berlaku di

masyarakat pada umumnya.

Pengasuh telah berusaha untuk

mewariskan pengetahuan kebudayaan kepada

anak maupun santri, yang mana anak maupun

santri tersebut diharapkan bisa mengamalkan

apa yang telah diajarkan, memegang teguh

prinsip-prinsip kesopanan yang akan

dibawanya berinteraksi dengan lingkungannya

yang lebih luas dan untuk jangka waktu

Page 12: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 12

yang panjang.

Setiap pengasuh mempunyai

pertimbangan tersendiri dalam menentukan

pola belajar anak dan santrinya, dan berusaha

untuk memberikan sesuai dengan batas

kemampuan pengasuh. Ketika pengasuh

merasa tidak mampu membantu, anak atau

santri diperbolehkan untuk mencari bantuan

kepada yang lebih mampu dan bisa. Selain

disiplin sepulang sekolah dan belajar,

disiplin yang diterapkan adalah disiplin waktu

makan, disiplin tidur, disiplin bangun tidur,

disiplin beribadah dan disiplin membantu

pengasuh.

Setiap orang tua (dalam hal ini adalah

pengasuh) menginginkan agar anaknya menjadi

anak yang patuh kepada orang tua, bertingkah

laku sesuai dengan norma, beragama,

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Penanaman nilai keagamaan kepada anak

sejak kecil merupakan landasan untuk masa

yang akan datang. Penanaman agama dapat

dilakukan di panti asuhan, secara formal seperti

di sekolah, pondok pesantren/madrasah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pemenuhan hak anak asuh di panti asuhan

yang ada di Kota Banda Aceh yaitu Panti

Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul

Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) dapat

dikatakan sudah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh

pemerintah. Tetapi dari segi aturan hukum

Islam belum sepenuhnya sesuai.

Menurut tinjauan hukum Islam,

pemenuhan hak anak asuh pada Panti Asuhan

Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul

Warabbul Ghafur (BTRG) Banda Aceh baru

sebagian pelaksanaannya yang dapat dikatakan

sudah sesuai dengan hukum Islam dan

sebagiannya lagi masih belum sepenuhnya

seperti aturan hukum Islam, seperti belum

adanya guru mengaji atau guru belajar agama

yang mengajar serta mendampingi secara

permanen di panti asuhan. Selain itu, belum

dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang

bersifat sebagai penguatan akidah bagi anak-

anak panti seperti pengajian rutin dan lain

sebagainya.Sedangkan dari sisi peraturan

perundang-undangan terhadap pemenuhan hak

anak asuh pada panti asuhan yang ada di Kota

Banda Aceh, dapat dikatakan sudah sesuai

dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.

Saran

Disarankan kepada Panti Asuhan Nirmala

dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul

Ghafur (BTRG) Banda Aceh agar dapat

mendatangkan guru mengaji atau guru agama

yang sifatnya menetap di panti asuhan untuk

dapat mengajarkan anak-anak panti asuhan

belajar mengaji dan belajar ilmu agama sebagai

bagian dari penguatan akidah anak.

Alangkah baiknya jika panti asuhan yang

ada di Kota Banda Aceh yang merupakan panti

asuhan yang menerapkan syariat Islam yang

berbeda dengan panti asuhan lainnya, dalam

pengambilan atau seleksi penerimaan anak asuh

perlu diupayakan kebijakan yang

memungkinkan rekrutmen anak asuh dengan

mengedepankan orientasi pendidikan yang

berdasarkan akhlakul karimah.

Page 13: PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA …prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmih/images/Jurnal/2.2013/2.1.8.2013/1... · PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN ... seperti belum adanya guru

Jurnal Ilmu Hukum

Pascasarjana Universitas Syiah Kuala

13 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdul, A.D., 1992.Ensiklopedi Hukum Islam.

Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.

Abdul, W.K., 1990.Ilmu Ushul al-Fiqh. Maktabah

al-Dakwah al-Islamiyah Shabab al-Azhar.

Cairo.

Bahder, J.N., dan Sri Warjiyati, 1997.Hukum Perdata

Islam. Bandung: Mandar Maju.

Bismar, S., 1886.Hukum dan Hak-hak Anak. Jakarta:

Rajawali.

Burhan, A., 2001.Metode Penelitian Hukum.

Jakarta:Rineka Cipta.

Hamka, 1988. Tafsir al-Azhar.Juzu’ XXI-XXII,.

Jakarta: Pustaka Panji Mas.

Imam At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi.Juz 4. Darul

Fikr.Beirut Lebanon, t.t.

Imam Muslim.Shahih Muslim.Darul Fikr.Beirut

Lebanon, t.t.

International Committee of the Red Cross,

1994.Chilren and War,CRC Special

Brochure, Geneva.

Irma, S.S., 1990. Aspek Hukum Perlindungan Anak.

Jakarta: Bumi Aksara.

Jawad, M., 1994.Fikih Lima Mazhab. Jakarta: Basrie

Perss.

John, G., 2001.Children are from Heaven. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Maulana, H.W., 2000.Pengantar Advokasi dan

Hukum Perlindungan Anak. Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Mokhammad, N.,Perlindungan Hak Asasi Anak

dalam Hukum Indonesia. dalam Jurnal

Legality. Vol. 11 No. 2 September 2003-

Februari, 2003.