PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA...
Transcript of PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA...
Jurnal Ilmu Hukum ISSN 2302-0180
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 13 Pages pp. 1- 13
1 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
PEMENUHAN HAK ANAK ASUH OLEH PENGELOLA PANTI
ASUHAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN
PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN
ANAK(Studi Penelitian di Kota Banda Aceh)
Fuadi1, A. Hamid Sarong
2, Suhaimi
2
1) Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2) Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala
Abstract:The main responsibilities of taking care of children are under their parents. However,
if there is impossible for nuclear family who is not able to take this burden and not proper to
the best interest of the child or the parents or the family are dead or they are not able to
provide well necessary for them, or if they are able to do it but they ignore the burden of taking
care of the child, the state is responsible to protect and guarantee the rights by putting them
under guardian through the competent institution of the government or licenced non
governmental organization. However, there is the fact that the fulfilment of the rights by the
orphanage has not been proper yet to the rules on children rights. Generally, the guardianship
is done not seriously and the orphanage does not accompany it wholly on the children put
under it, hence the growing and personality of the child is not monitored well. The research
shows that there is the fulfilment of the rights of children in orphanage institutions in Banda
Aceh namely; Nirmala and Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) orphanages can be
said that has been following the rules concerning it. Nevertheless, it is not complying with
Islamic law. Based on Islamic law, the fulfilment of the rights in both orphanages only
reaches a part from what Islamic law demands and a part of it has not been fulfilled, such
as there are no teachers teaching Koran or Islamic teachers teaching and guiding
permanently in the orphanage. A part from, there are also absence of some activities
relating to belief enhancement for children such as routine Koran recital etc.While, from the
rules side on the fulfilment of the rights in the orphanages in Banda Aceh might be said have
been complied with the existing rules.
Keywords: Rights Fulfilment, Orphanage
Abstrak: Tanggung jawab utama pengasuhan anak dipikul oleh orang tua kandungnya. Tetapi
apabila pengasuhan di dalam keluarga inti tidak dimungkinkan dan tidak sesuai dengan
kepentingan terbaik anak atau dalam kondisi orang tua kandung dan keluarga inti si anak telah
tiada atau keluarga tidak memberikan pengasuhan yang memadai sekalipun dengan dukungan
yang sesuai, mengabaikan atau melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya, maka negara
bertanggung jawab untuk melindungi hak-hak anak dan menjamin pengasuhan alternatif yang
sesuai melalui instansi pemerintah setempat yang berwenang atau melalui organisasi
masyarakat yang diberi izin. Namun demikian dalam realitanya, pemenuhan hak-hak anak oleh
pengelola panti asuhan belum sesuai dengan peraturan tentang hak-hak anak.Umumnya
pengasuhan dilakukan sekedarnya saja dan tidak dilakukan pendampingan sepenuh waktu oleh
pihak panti terhadap anak-anak asuh tersebut, sehingga tumbuh kembang dan pola kepribadian
anak tidak terpantau dengan baik.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, pemenuhan
hak anak asuh di panti asuhan yang ada di Kota Banda Aceh yaitu Panti Asuhan Nirmala dan
Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) dapat dikatakan sudah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah. Tetapi dari segi
aturan hukum Islam belum sepenuhnya sesuai. Menurut tinjauan hukum Islam, pemenuhan hak
anak asuh pada Panti Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul Ghafur
(BTRG) Banda Aceh baru sebagian pelaksanaannya yang dapat dikatakan sudah sesuai
dengan hukum Islam dan sebagiannya lagi masih belum sepenuhnya seperti aturan hukum
Islam, seperti belum adanya guru mengaji atau guru belajar agama yang mengajar serta
mendampingi secara permanen di panti asuhan. Selain itu, belum dilaksanakannya kegiatan-
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 2
kegiatan yang bersifat sebagai penguatan akidah bagi anak-anak panti seperti pengajian rutin
dan lain sebagainya.Sedangkan dari sisi peraturan perundang-undangan terhadap pemenuhan
hak anak asuh pada panti asuhan yang ada di Kota Banda Aceh, dapat dikatakan sudah sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Kata Kunci: Pemenuhan Hak, Anak Asuh, Panti Asuhan
PENDAHULUAN
Anak merupakan titipan dari Allah SWT
dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh
orang tuanya.Sebagai amanah anak harus
diasuh dan dijaga sebaik mungkin oleh orang
tuanya, karena dalam diri anak melekat harkat,
martabat dan hak-hak sebagai manusia yang
harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan
berbangsa dan bernegara, anak adalah masa
depan bangsa dan generasi penerus cita-cita
bangsa, sehingga setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup dan identitas dirinya
sebagai upaya perlindungan hukum. Negara
merupakan pihak yang paling harus mempunyai
perhatian khusus terhadap anak-anak yang
terlantar atau tidak mempunyai orang
tua/keluarga inti lagi, karena mereka adalah
titipan atau amanah UUD 1945 yang harus
dipelihara, dirawat, dibina, dididik atau
dipenuhi hak-haknya.
Sebagaimana telah dinyatakan di atas
bahwa tanggung jawab utama pengasuhan anak
dipikul oleh orang tua kandungnya. Tetapi
apabila pengasuhan di dalam keluarga inti tidak
dimungkinkan dan tidak sesuai dengan
kepentingan terbaik anak atau dalam kondisi
orang tua kandung dan keluarga inti si anak
telah tiada atau keluarga tidak memberikan
pengasuhan yang memadai sekalipun dengan
dukungan yang sesuai, mengabaikan atau
melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya,
maka negara bertanggung jawab untuk
melindungi hak-hak anak dan menjamin
pengasuhan alternatif yang sesuai melalui
instansi pemerintah setempat yang berwenang
atau melalui organisasi masyarakat yang diberi
izin.
Sehubungan dengan anak asuh yang
dipelihara oleh LKSA, maka tanggung jawab
negara adalah untuk menjamin supervisi
keselamatan, kesejahteraan diri, dan
perkembangan setiap anak yang ditempatkan
dalam pengasuhan alternatif dan melakukan
review secara teratur tentang ketepatan situasi
pengasuhan yang disediakan. Penempatan anak
dalam LKSA harus direview secara teratur
dengan tujuan utama untuk segera
mengembalikan anak pada keluarganya, atau ke
lingkungan terdekatnya (keluarga besar atau
kerabat).Apabila untuk kepentingan terbaik anak,
anak tidak dapat dikembalikan ke keluarga atau
kerabatnya, maka penempatan anak di LKSA
tetap merupakan solusi sementara sambil
mengupayakan solusi pengasuhan alternatif
berbasis keluarga pengganti.
Masalah pengasuhan anak dalam
pandangan Islam berhubungan dengan
pemenuhan hak asasi anak. Hak tersebut secara
umum meliputi hak anak sebelum dan sesudah
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
3 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
dilahirkan, hak dalam kesucian keturunan, hak
anak dalam menerima pemberian nama yang
baik, hak anak dalam menerima susuan, hak
anak dalam mendapat asuhan, perawatan
pemeliharaan, hak dalam memiliki harta benda
atau hak warisan demi kelangsungan hidup
anak yang bersangkutan serta hak anak dalam
bidang pendidikan dan pengajaran.
Panti Asuhan Nirmala dikelola oleh
Salmiah sebagai pimpinan panti.Panti Asuhan
Nirmala memiliki anak asuh dari tingkat
pendidikan SD sampai dengan SMK yang
semuanya berjumlah 116 anak asuh.Sedangkan
Panti Asuhan BTRG dipimpin oleh Tgk.
Murhaban Nafi.Panti ini juga merawat anak
asuh dari jenjang pendidikan SD sampai dengan
SMA dengan jumlah anak asuh keseluruhannya
sebanyak 70 orang.
.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Anak merupakan titipan dari Allah SWT
dan tidak bisa dianggap sebagai harta benda
yang bisa diperlakukan sekehendak hati oleh
orang tuanya.Sebagai amanah anak harus
diasuh dan dijaga sebaik mungkin oleh orang
tuanya, karena dalam diri anak melekat harkat,
martabat dan hak-hak sebagai manusia yang
harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan
berbangsa dan bernegara, anak adalah masa
depan bangsa dan generasi penerus cita-cita
bangsa, sehingga setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup dan identitas dirinya
sebagai upaya perlindungan hukum. Negara
merupakan pihak yang paling harus mempunyai
perhatian khusus terhadap anak-anak yang
terlantar atau tidak mempunyai orang
tua/keluarga inti lagi, karena mereka adalah
titipan atau amanah UUD 1945 yang harus
dipelihara, dirawat, dibina, dididik atau
dipenuhi hak-haknya.
Sebagaimana telah dinyatakan di atas
bahwa tanggung jawab utama pengasuhan anak
dipikul oleh orang tua kandungnya. Tetapi
apabila pengasuhan di dalam keluarga inti tidak
dimungkinkan dan tidak sesuai dengan
kepentingan terbaik anak atau dalam kondisi
orang tua kandung dan keluarga inti si anak
telah tiada atau keluarga tidak memberikan
pengasuhan yang memadai sekalipun dengan
dukungan yang sesuai, mengabaikan atau
melepaskan tanggung jawab terhadap anaknya,
maka negara bertanggung jawab untuk
melindungi hak-hak anak dan menjamin
pengasuhan alternatif yang sesuai melalui
instansi pemerintah setempat yang berwenang
atau melalui organisasi masyarakat yang diberi
izin.
Sehubungan dengan anak asuh yang
dipelihara oleh LKSA, maka tanggung jawab
negara adalah untuk menjamin supervisi
keselamatan, kesejahteraan diri, dan
perkembangan setiap anak yang ditempatkan
dalam pengasuhan alternatif dan melakukan
review secara teratur tentang ketepatan situasi
pengasuhan yang disediakan. Penempatan anak
dalam LKSA harus direview secara teratur
dengan tujuan utama untuk segera
mengembalikan anak pada keluarganya, atau ke
lingkungan terdekatnya (keluarga besar atau
kerabat).Apabila untuk kepentingan terbaik anak,
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 4
anak tidak dapat dikembalikan ke keluarga atau
kerabatnya, maka penempatan anak di LKSA
tetap merupakan solusi sementara sambil
mengupayakan solusi pengasuhan alternatif
berbasis keluarga pengganti.
Masalah pengasuhan anak dalam
pandangan Islam berhubungan dengan
pemenuhan hak asasi anak. Hak tersebut secara
umum meliputi hak anak sebelum dan sesudah
dilahirkan, hak dalam kesucian keturunan, hak
anak dalam menerima pemberian nama yang
baik, hak anak dalam menerima susuan, hak
anak dalam mendapat asuhan, perawatan
pemeliharaan, hak dalam memiliki harta benda
atau hak warisan demi kelangsungan hidup
anak yang bersangkutan serta hak anak dalam
bidang pendidikan dan pengajaran.
Panti Asuhan Nirmala dikelola oleh
Salmiah sebagai pimpinan panti.Panti Asuhan
Nirmala memiliki anak asuh dari tingkat
pendidikan SD sampai dengan SMK yang
semuanya berjumlah 116 anak asuh.Sedangkan
Panti Asuhan BTRG dipimpin oleh Tgk.
Murhaban Nafi.Panti ini juga merawat anak
asuh dari jenjang pendidikan SD sampai dengan
SMA dengan jumlah anak asuh keseluruhannya
sebanyak 70 orang.
a) Dalam Undang-Undang Dasar 1945
Pengertian anak atau kedudukan anak yang
ditetapkan menurut Undang-Undang Dasar
1945 terdapat dalam Pasal 34. Pasal ini
mempunyai makna khusus terhadap pengertian
dan status anak dalam bidang politik, karena
menjadi dasar kedudukan anak, dalam kedua
pengertian ini, yaitu anak adalah subjek hukum
dari sistem hukum nasional yang harus
dilindungi, dipelihara dan dibina untuk
mencapai kesejahteraan. Pengertian anak
menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan
pengertian politik melahirkan atau
mendahulukan hak-hak yang harus diperoleh
anak dari masyarakat, bangsa dan negara atau
dengan kata yang tepat pemerintah dan
masyarakat lebih bertanggung jawab terhadap
masalah sosial yuridis dan politik yang ada
pada seorang anak.
b) Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1997 tentang Pengadilan Anak
Pasal 1 sub 1 Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak
menyatakan bahwa, “anak adalah orang yang
dalam perkara anak nakal telah mencapai umur
18 tahun dan belum pernah kawin”.
c) Dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia
Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) UU No. 39
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, anak
adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun. Hal itu termasuk juga
anak yang masih dalam kandungan serta adanya
perlindungan terhadap anak untuk menjamin dan
melindungi anak serta hak-haknya agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi
secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan serta mendapat
perlindungan dari kekerasan, diskriminasi dan
segala jenis eksploitasi.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
5 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
d) Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak
Menurut Hukum Islam
Anak dalam pengertian bahasa sangat
banyak yaitu keturunan yang kedua, manusia
yang masih kecil, binatang yang masih kecil,
pohon kecil yang tumbuh pada umbi atau
rumpun tumbuhan-tumbuhan yang besar, orang
yang termasuk dalam satu golongan pekerjaan
(keluarga dan sebagainya), bagian yang kecil
(pada suatu benda), yang lebih kecil dari pada
yang lain (Zakaria Ahmad Al-Barry1999:114).
Menurut ajaran Islam, anak adalah amanah
Allah SWT dan tidak bisa dianggap sebagai
harta benda yang bisa diperlakukan sekehendak
hati oleh orang tuanya.Sebagai amanah anak
harus dijaga sebaik mungkin oleh orang tua
yang mengasuhnya.Anak adalah manusia yang
memiliki nilai kemanusiaan yang tidak bisa
dihilangkan dengan alasan apapun.
Peraturan Perundang-undangan yang
Berkaitan dengan Hak Anak
Indonesia telah memiliki beberapa
peraturan perundang-undangan yang
memberikan jaminan dan perlindungan
terhadap anak dan hak-hak anak sebagai berikut
(Mokh. Najih, September 2003-Februari,
2003:261):
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasca
Amandemen
2. UU. No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
3. UU. No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak
4. UU No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak
5. Peraturan Walikota Banda Aceh Nomor 10
Tahun 2012 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana teknis Dinas
(UPTD) Panti Asuhan pada Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kota Banda Aceh.
Hak-hak Anak dalam Hukum Positif dan
Hukum Islam Hukum Positif
Hak-hak anak dalam hukum positif atau
perundang-undangan Indonesia adalah
sebagaimana diatur dalam deklarasi tentang hak
anak-anak yang disahkan oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa, pada 20 November 1959,
antara lain menyatakan:
a. Anak-anak berhak mendapatkan
pendidikan wajib secara cuma-cuma
sekurang-kurangnya di tingkat sekolah
dasar.
b. Anak-anak harus dilindungi dari segala
bentuk penyia-nyiaan kekejaman dan
penindasan.
c. Anak-anak harus dilindungi dari perbuatan
yang mengarah ke dalam bentuk
diskriminasi rasial, agama maupun bentuk-
bentuk diskriminasi lainnya.
Hukum Islam
Kedudukan anak dalam pengertian Islam,
yaitu anak adalah titipan Allah kepada orang tua,
masyarakat, bangsa dan negara serta pewaris
dari ajaran Islam (wahyu Allah SWT) yang
kelak akan memakmurkan dunia sebagai
rahmatan lilãlamîn (Iman Jauhari, 2008:50).
Pemberian ini memberikan hak atau melahirkan
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 6
hak anak yang harus diakui diyakini, dan
diamankan sebagai implementasi amalan yang
diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat,
bangsa dan negara.
Demikian ini adalah sebagai hak wali
bertasharruf atas tiap-tiap anak yang di bawah
perwaliannya. Hak-hak anak yang mutlak
dalam dimensi akidah dan pandangan
kehidupan agama Islam, terdiri dari:
a. Hak untuk melindungi anak ketika masih
berada dalam kandungan atau rahim
ibunya terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-
Baqarah ayat 233.
b. Hak untuk disusui selama dua tahun
terdapat dalam Al-Qur’an surat Luqman
ayat 14.
c. Hak untuk diberi pendidikan, ajaran,
pembinaan, tuntutan dan akhlak yang
benar terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-
Mujadilah ayat 11.
d. Hak untuk mewarisi harta kekayaan milik
kedua orang tuanya terdapat dalam Al-
Qur’an surat An-Nisa’ ayat 2, 6 dan 10.
e. Hak untuk mendapatkan nafkah dari orang
tuanya terdapat dalam surat Al-Qashash
ayat 12.
f. Hak untuk mempertahankan agama dan
aqidahnya, bila dipaksa untuk murtad oleh
pelaksana hadhanah terdapat dalam surat
Luqman ayat 51 (Iman Jauhari, 2008:21).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan aspek yuridis
normatif dan yuridis sosiologis.Sumber data
primer diperoleh melalui penelitian lapangan
dengan menggunakan instrumen kuesioner dan
wawancara.Sifatnya lebih ditekankan pada
perkembangan pendapat dan opini yang
dikemukakan oleh responden terhadap
pemenuhan hak anak asuh di panti
asuhan.Penelitian ini dilakukan di panti asuhan
yang ada di Kota Banda Aceh yaitu di Panti
Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul
Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG).
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
kelayakan atau purposive sampling. Sedangkan
sumber data sekunder diperoleh melalui
penelitian kepustakaan yang meliputi bahan
hukum primer, sekunder dan tersier yang
berkaitan langsung Perlindungan
Anak.Pembahasan dibatasi hanya dengan
mengkaji hak-hak anak dan pemenuhan hak
anak di panti asuhan yang ada di Kota Banda
Aceh yang diwakili oleh dua panti asuhan
tersebut di atas.Penelitian ini bersifat deskriptif
analisis, maka data yang telah berhasil
dikumpulkan, baik melalui penelitian lapangan
maupun studi kepustakaan, diolah terlebih
dahulu sebelum dianalisis. Melalui proses
editing, data primer dan data sekunder dari hasil
penelitian diklasifikasikan dalam kategori-
kategori tertentu sesuai dengan jenis masing-
masing. Penganalisaan data akan digunakan
peraturan perundang-undangan dan teori-teori
hukum sebagai acuan utama. Selanjutnya akan
dilakukan upaya penafsiran dan prediksi hukum
terhadap data tersebut dalam rangka penilaian
terhadap permasalahan yang diteliti.
HASIL PEMBAHASAN
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
7 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
Pemenuhan Hak Anak Asuh pada Panti
Asuhan yang Ada di Kota Banda Aceh
Berdasarkan hasil penelitian dan
wawancara dengan Salmiah selaku pimpinan
panti, diperoleh keterangan bahwa pemenuhan
hak anak asuh di Panti Asuhan Nirmala sudah
sesuai dengan peraturan menteri sosial tentang
lembaga kesejahteraan sosial anak
(LKSA).Namun demikian pihak panti
menyadari bahwa pengasuhan yang diberikan
oleh pengasuh panti asuhan tidaklah mencukupi
dan sempurna seperti pengasuhan yang
didapatkan dari orang tua kandung
sendiri.Dalam masalah keuangan dan logistik,
pihak panti menyatakan tidak memiliki kendala
yang berarti, sebab segala kebutuhan yang
dibutuhkan oleh anak-anak panti seperti
kebutuhan sandang dan pangan sudah dipenuhi
oleh pemerintah melalui Dinas Sosial Kota
Banda Aceh. Menurut Salmiah, pemenuhan
terhadap hak-hak anak asuh dapat dikatakan
sudah terpenuhi dengan baik. Karena pihak
pengurus panti memperlakukan anak-anak yang
berada di panti asuhan tanpa membeda-bedakan
seperti pemberian uang jajan dan pemberian
asuhan terhadap anak-anak.
Pola pengasuhan anak di Panti Asuhan
Nirmala Lampineueng Banda Aceh dilakukan
sesuai dengan standar pengasuhan anak dalam
peraturan menteri agama tentang Standar
Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak.Di sini pihak
pengurus panti menyediakan fasilitas-fasilitas
serta hak-hak yang menjadi keharusan untuk
didapatkan oleh anak seperti hak mendapatkan
pengasuhan seperti di rumah dan hak untuk
mendapatkan pendidikan agama dan pendidikan
formal yang layak. Di Panti Asuhan Nirmala
juga anak-anak tinggal secara berasrama dan
mereka akan pulang ke kampung halaman
masing-masing ketika tiba masa libur sekolah
dan kembali lagi ke asrama ketika proses
pendidikan berjalan kembali. Hal ini
dikarenakan anak-anak yang tinggal dan diasuh
oleh panti asuhan nirmala adalah anak-anak
yang berasal dari Kota Banda Aceh dan Aceh
Besar.
Menurut Salmiah, anak-anak asuh baik
yang laki-laki dan perempuan semuanya diasuh
dengan pola Islami yaitu pengasuh
memposisikan dirinya sebagai orang tua dan
senantiasa memperhatikan hak-hak anak seperti
hak untuk mendapatkan kasih sayang, perhatian,
materi dan sebagainya.
Selanjutnya, mengenai pemenuhan hak
anak asuh di Panti Asuhan BTRG Banda Aceh,
maka berdasarkan hasil wawancara dengan
pimpinan Panti BTRG menyatakan bahwa
sebenarnya pemenuhan hak terhadap anak-anak
yang berada di panti yang dikelolanya masih
sangat kurang. Hal tersebut disebabkan panti
asuhan yang ia pimpin bukan milik pemerintah
dan subsidi dari pemerintah cuma cukup untuk
biaya jajan anak-anak asuh saja. Saat ini dari
segi pemberian jajan pun dirasakan masih
sangat kurang, bahkan dapat dikatakan belum
mencukupi.Tetapi jika dilihat dari segi
pendidikan, baik itu pendidikan formal dan
pendidikan nor formal bisa dikatakan hak yang
harus diterima oleh anak-anak yang tinggal di
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 8
panti BTRG saat ini sudah sangat baik dan
terpenuhi.
Bentuk pola pengasuhan yang dijalankan
pada Panti Asuhan Baldatur Taibatun wa
Rabbul Ghafur (BTRG) diberikan seperti pola
pengasuhan anak-anak di dayah terpadu, yaitu
semua anak-anak tinggal di asrama dan
mengikuti semua proses pendidikan formal
pada pagi hari di SD, SMP dan SMA.
Kemudian kembali ke panti asuhan untuk
makan siang dan istirahat sampai dengan waktu
shalat Ashar dan setelah shalat Magrib anak-
anak di panti asuhan BTRG akan mengikuti
pengajian kitab-kitab Arab dan kitab yang
menggunakan bahasa Jawi (Arab Melayu)
sampai dengan jam 9 malam. Setelah jam 9
malam anak-anak diwajibkan untuk mengulang
pelajaran yang telah diterima pada pagi hari di
sekolah yang dituntun oleh kakak kelas.
Sampai saat ini, Panti Asuhan Baldatur
Taibatun wa Rabbul Ghafur (BTRG)
menerapkan pola asuh Islami dalam mengasuh
anak-anak. Pimpinan panti dan para pengasuh
serta guru menerapkan pola hidup pesantren bagi
anak-anak asuh yang tinggal di panti asuhan
BTRG Ceurih ini.Cara hidup di pesantren yang
diterapkan di sini adalah tentang kewajiban
seorang santri seperti wajib mengikuti pengajian,
shalat berjamaah setiap waktu kecuali waktu
zhuhur karena jadwal pulang sekolah anak-anak
tidak serentak.Kemudian gotong royong untuk
kebersihan panti adalah suautu kewajiban. Untuk
meninggkatkan nilai keislaman, pada malam hari
dilakukan pengajian Al-Qur’an dan pengajian
kitab-kitab, baik itu kitab Arab maupun kitab
Jawi yang diajarkan oleh 4 orang ustad yang
terdiri dari 2 ustad laki-laki dan 2 ustad wanita
yang tinggal disekitar panti asuhan. Terkadang
bila ustad tidak datang, maka Tgk. Marhaban
Nafi langsung menggantikan posisi mereka
untuk memimpin pengajian, baik itu Al-Qur’an
maupun kitab-kitab. Dalam mengelola panti, Tgk.
Marhaban Nafi juga didampingi oleh istrinya
yang membantu dalam hal memberikan
pengasuhan terhadap anak-anak untuk membaca
kitab-kitab, karena istrinya berasal dari pesantren
Seulimuem Aceh Besar dan Tgk. Marhaban Nafi
berasal dari MUDI Mesra Samalanga.
Mengenai pendidikan yang diberikan
terhadap anak-anak asuh di Panti Asuhan
BTRG terdiri dari pendidikan akhlak, tauhid,
fiqh sedangkan untuk pendidikan formal
diberikan melalui pendidikan di sekolah-
sekolah. Setiap hari anak-anak berangkat
sekolah di antar dengan menggunakan bus
sekolah milik yayasan, tetapi waktu
penjemputan menggunakan jadwal pulang
sekolah, bagi yang pulang sekolah telah atau
lebih awal dikarenakan ada kegiatan guru di
sekolah maka mereka akan pulang sendiri tanpa
dijemput. Pendidikan agama dan pendidikan
formal diberikan seimbang terhadap anak-anak
yang tinggal di panti asuhan ini.
Dalam pelaksanaan pengasuhan anak asuh
di panti asuhan, maka bagi anak yang bandel
atau suka melanggar aturan atau tidak disiplin
diberikan sanksi sebagaimana anak-anak santri
di dayah atau pesantren pada
umumnya.Misalnya keluar dari panti asuhan
tanpa meminta izin atau melapor serta tidak ikut
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
9 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
shalat berjamaah dan lain sebagainya. Untuk
jenis hukuman sendiri mulai dari cukur rambut
sampai dengan diwajibkan menghafal ayat-ayat
Al-Qur’an yang disetorkan hafalan setelah
shalat magrib kepada pimpinan panti.
Tinjauan Hukum Islam dan Peraturan
Perundang-Undangan terhadap Pemenuhan
Hak Anak Asuh pada Panti Asuhan yang Ada
di Kota Banda Aceh
Pemenuhan hak anak asuh pada panti
asuhan yang ada di Kota Banda Aceh yaitu pada
Panti Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan
Baldatur Taibatun wa Rabbul Ghafur (BTRG),
berdasarkan hasil penelitian sebagiannya dapat
dikatakan telah sesuai dengan aturan hukum
Islam. Karena pada dasarnya dalam aturan
Islam tidak terdapat pembahasan khusus
mengenai keberadaan atau kedudukan panti
asuhan sebagai sebuah lembaga yang
menangani anak yatim dan anak terlantar.
Dalam Islam, pengasuhan anak yatim menjadi
tanggung jawab wali dari pihak keluarganya
yang dianggap pantas dan layak memelihara
anak tersebut dan juga harta bendanya karena ia
masih di bawah umur, sehingga membutuhkan
pengawasan dari wali (Bahder Johan Nasution
dan Sri Warjiyati, 1977:43-44).
Pada saat berakhirnya perwalian, wali
berkewajiban menyerahkan seluruh harta
benda si anak berikut catatan pengeluaran
yang dibuktikan dengan pembukuan yang
ditutup tiap-tiap tahun.Dalam hal terjadi
perselisihan mengenai harta benda si anak
antara di wali dengan si anak tersebut tidak
digunakan untuk kepentingan si anak, wali
wajib mengganti semua kerugian yang timbul
(Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati,
1977:46).
Menurut Jawad Mughniyah, pengasuhan
anak sama sekali tidak berhubungan dengan
perwalian terhadap anak, baik yang
menyangkut dengan perkawinan maupun yang
menyangkut dengan hartanya. Pengasuhan
semata-mata tentang perkara anak dalam arti
mendidik dan memelihara. Kendati demikian,
bukan berarti tidak ada kaitan antara
pengasuhan anak dan perwalian. Dalam kasus
seorang anak yang tidak lagi memiliki orang tua,
atau memiliki orang tua namun dipandang tidak
cakap untuk merawat anak, maka keberadaan
perwalian menjadi sebuah keniscayaan atau
keharusan (Jawad Mughniyah, 1994:133-134).
Pada hakikatnya, mengurus anak yatim
atau terlantar merupakan kewajiban bagi umat
manusia, karena setiap manusia adalah
mempunyai hak yang sama. Sehubungan
dengan masalah pemenuhan anak asuh yang
berada di panti asuhan yang ada di Kota Banda
Aceh, jika ditinjau dari sudut pandang hukum
Islam dan peraturan perundang-undangan, maka
terdapat dua dasar yang berkaitan dengan
hakikat pendirian panti asuhan tersebut, yaitu
dasar religius dan dasar yuridis.
1. Dasar religius
Dalam ajarannya, Islam sangat
memperhatikan fakir miskin dan anak yatim,
sehingga dalam Al-Qur'an dan hadis banyak
disebutkan anjuran untuk menyantuni anak-
anak yatim dan fakir miskin, karena dengan
demikian akan terbina suatu masyarakat yang
kuat, saling tolong menolong, kasih mengasihi
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 10
serta penuh persaudaraan.
Selanjutnya dalam surat Ad-Dhuha ayat
9 Allah berfirman yang artinya: ”Sebab itu,
terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang”. Firman Allah lagi dalam
surat An-Nisa’ ayat 10 yang
artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang
memakan harta anak yatim secara zalim,
Sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh
perutnya dan mereka akan masuk ke dalam
api yang menyala-nyala (neraka)”. Dua ayat
di atas menjelaskan tentang larangan dan
ancaman bagi yang memakan harta,
menghardik, memukul dan menganiaya anak
yatim, karena beban yang mereka tanggung
(pikul) setelah orang tuanya meninggal
sangatlah besar sehingga tidak boleh
menambah beban mereka.
Disebutkan juga dalam hadis Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hambal, At-
Tirmidzi dan Ibnu Maajah, yang
artinya: ”Barang siapa yang meletakkan
tangannya sebagai lambang kasih sayang,
niscaya dicatat satu kebaikan baginya dari
setiap rambut yang diusap tangannya” (Imam
Ahmad bin Hambal, t.t.:250).
Adapun anjuran mengusap kepala anak
yatim dalam hadits ini merupakan lambang
kasih sayang dan perhatian umat muslim, baik
dalam bentuk material, pendidikan serta dalam
pengasuh untuk mewujudkan kesejahteraan
sosial bagi anak yatim. Nabi SAW bersabda
sebagaimana diriwayatkan oleh At-Tirmidzi
yang artinya: ”Siapa yang menjamin anak yatim
kaum Muslimin atau mengajaknya makan dan
minum sampai puas, Allah memastikan surga
baginya kecuali ia berbuat suatu dosa yang
tidak terampuni” (Imam At-Tirmidzi, t.t.:282).
Kemudian hadits Rasul SAW
sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim yang
artinya: ”Dari Abu Hurairah RA. Berkata:
Rasulullah SAW bersabda: pengasuh anak
yatim, baik kemenakannya sendiri atau anak
orang lain, dengan saya di surga seperti ini,
sambil menunjuk dua jari telunjuk dan jari
tengah" (Imam Muslim, t.t.:221).
Dengan artian pengasuhan anak yatim
dengan kasih sayang, maka terjamin mendapat
rahmat dari Allah dan syafaat dari Nabi
Muhammad SAW.Dan masih banyak lagi
perintah Allah dan petunjuk Nabi untuk
memelihara dan menjamin anak yatim.Hal
tersebut menjadi kewajiban bagi kaum kerabat
dan yang ada hubungan darah. Dalam keadaan
mereka fakir dan lemah ekonomi, maka negara
wajib menyediakan dan menjamin
pendidikannya serta mengurusnya, sehingga
dengan begitu anak yatim akan terhindar dari
keterlantaran dan ketidakpedulian, dengan
menempatkan mereka dalam sebuah tempat
terorganisir yang dinamakan panti asuhan.
2. Dasar yuridis
Di Indonesia masalah anak-anak terlantar
diatur oleh negara.Sebagaimana dalam
menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan
sosial negara kita mempunyai landasan yang
kuat, yakni landasan ideal Pancasila yang mana
tertera pada sila k-2:" Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia". Sedangkan landasan
Konstitusionalnya adalah UUD 45 yang antara
lain disebutkan dalam pasal 27:2:" Tiap-tiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi manusia". Serta
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
11 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
pasal 34 " Fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara oleh negara".
Berdasarkan pada hal itu, maka jelaslah
bahwa anak-anak yatim tergolong anak yatim,
dan anak yatim berhak memperoleh jaminan
yang memenuhi kebutuhannya baik dari segi
sandang, pangan maupun pendidikan. Dalam
UU No 4 Tuhan 1979 Pasal 4 ayat (1)
merupakan penjelasan dari UUD 1945 Pasal 34
mengatakan: "Anak-anak yang tidak
mempunyai orang tua berhak memperoleh
asuhan negara atau badan/ orang-orang".
Selanjutnya pada Pasal 5 ayat 1 UU No 4 Tahun
1979 dinyatakan pula bahwa: "Anak-anak yang
tidak mempunyai orang tua berhak memperoleh
bantuan agar dalam lingkungan keluarganya
dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar”.
Pemenuhan hak anak asuh di panti asuhan
bukanlah hanya pemenuhan dari segi sandang,
pangan dan papan saja, tetapi juga mencakup
pemberian pendidikan dan pembinaan yang
berguna untuk kehidupan anak-anak asuh
tersebut kelak setelah ia dewasa dan bergaul
dalam masyarakat. Hal-hal yang diajarkan
pengasuh di panti asuhan kepada anak asuh
menyangkut kehidupan sehari-hari, antara lain
masalah sopan santun kedisiplinan, pekerjaan
rumah sehari-hari, penanaman nilai-nilai
keagamaan.
Sopan santun yang diajarkan oleh
pengasuh di panti asuhan kepada anak
diharapkan memberikan dampak yang positif
bagi perkembangan anak. Sopan santun yang
diterapkan di panti asuhan dan ponpes,
mengacu pada norma yang ada di masyarakat
itu sendiri, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang
dianggap baik dan dilakukan oleh banyak orang.
Sehingga sejak kecil anak diajarkan sopan
santun agar dapat membawa dirinya dalam
berinteraksi dengan orang lain. Misalnya ketika
seorang bertingkah laku yang dianggap tidak
sopan, orang akan mengatakan dengan sebutan
“tidak baik, tidak sepatutnya”. Pengasuh di
panti asuhan akan berusaha menanamkan
sopan santun sesuai dengan yang dilakukan
masyarakat pada umumnya. Dalam
kehidupan sehari-hari sopan santun yang
diterapkan di panti asuhan dan pondok
pesantren antara lain: sopan santun dalam
hal makan, juga mengajarkan sopan santun
ketika sedang ada tamu dan ketika bertamu. Hal
yang tidak kalah pentingnya dalam sopan
santun adalah mengenai bahasa yang
digunakan. Misalnya ketika berbicara dengan
orang yang lebih tua atau cara pemilihan
bahasa ketika mereka berinteraksi dengan
teman sebaya. Sebab bahasa merupakan alat
komunikasi dengan orang lain.
Pengasuh mendapatkan kewenangan untuk
mengasuh dan mendidik anak/santri dengan
caranya. Tujuan dari sosialisasi ini adalah agar
anak dan santri mandiri, dan bisa diterima oleh
lingkungan sosialnya. Pengasuh memberikan
pewarisan pengetahuan kebudayaan yang
dianggapnya baik dan yang berlaku di
masyarakat pada umumnya.
Pengasuh telah berusaha untuk
mewariskan pengetahuan kebudayaan kepada
anak maupun santri, yang mana anak maupun
santri tersebut diharapkan bisa mengamalkan
apa yang telah diajarkan, memegang teguh
prinsip-prinsip kesopanan yang akan
dibawanya berinteraksi dengan lingkungannya
yang lebih luas dan untuk jangka waktu
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
Volume 2, No. 1, Agustus 2013 - 12
yang panjang.
Setiap pengasuh mempunyai
pertimbangan tersendiri dalam menentukan
pola belajar anak dan santrinya, dan berusaha
untuk memberikan sesuai dengan batas
kemampuan pengasuh. Ketika pengasuh
merasa tidak mampu membantu, anak atau
santri diperbolehkan untuk mencari bantuan
kepada yang lebih mampu dan bisa. Selain
disiplin sepulang sekolah dan belajar,
disiplin yang diterapkan adalah disiplin waktu
makan, disiplin tidur, disiplin bangun tidur,
disiplin beribadah dan disiplin membantu
pengasuh.
Setiap orang tua (dalam hal ini adalah
pengasuh) menginginkan agar anaknya menjadi
anak yang patuh kepada orang tua, bertingkah
laku sesuai dengan norma, beragama,
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penanaman nilai keagamaan kepada anak
sejak kecil merupakan landasan untuk masa
yang akan datang. Penanaman agama dapat
dilakukan di panti asuhan, secara formal seperti
di sekolah, pondok pesantren/madrasah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pemenuhan hak anak asuh di panti asuhan
yang ada di Kota Banda Aceh yaitu Panti
Asuhan Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul
Taibatul Warabbul Ghafur (BTRG) dapat
dikatakan sudah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Tetapi dari segi aturan hukum
Islam belum sepenuhnya sesuai.
Menurut tinjauan hukum Islam,
pemenuhan hak anak asuh pada Panti Asuhan
Nirmala dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul
Warabbul Ghafur (BTRG) Banda Aceh baru
sebagian pelaksanaannya yang dapat dikatakan
sudah sesuai dengan hukum Islam dan
sebagiannya lagi masih belum sepenuhnya
seperti aturan hukum Islam, seperti belum
adanya guru mengaji atau guru belajar agama
yang mengajar serta mendampingi secara
permanen di panti asuhan. Selain itu, belum
dilaksanakannya kegiatan-kegiatan yang
bersifat sebagai penguatan akidah bagi anak-
anak panti seperti pengajian rutin dan lain
sebagainya.Sedangkan dari sisi peraturan
perundang-undangan terhadap pemenuhan hak
anak asuh pada panti asuhan yang ada di Kota
Banda Aceh, dapat dikatakan sudah sesuai
dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Saran
Disarankan kepada Panti Asuhan Nirmala
dan Panti Asuhan Baldatul Taibatul Warabbul
Ghafur (BTRG) Banda Aceh agar dapat
mendatangkan guru mengaji atau guru agama
yang sifatnya menetap di panti asuhan untuk
dapat mengajarkan anak-anak panti asuhan
belajar mengaji dan belajar ilmu agama sebagai
bagian dari penguatan akidah anak.
Alangkah baiknya jika panti asuhan yang
ada di Kota Banda Aceh yang merupakan panti
asuhan yang menerapkan syariat Islam yang
berbeda dengan panti asuhan lainnya, dalam
pengambilan atau seleksi penerimaan anak asuh
perlu diupayakan kebijakan yang
memungkinkan rekrutmen anak asuh dengan
mengedepankan orientasi pendidikan yang
berdasarkan akhlakul karimah.
Jurnal Ilmu Hukum
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala
13 - Volume 2, No. 1, Agustus 2013
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdul, A.D., 1992.Ensiklopedi Hukum Islam.
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Abdul, W.K., 1990.Ilmu Ushul al-Fiqh. Maktabah
al-Dakwah al-Islamiyah Shabab al-Azhar.
Cairo.
Bahder, J.N., dan Sri Warjiyati, 1997.Hukum Perdata
Islam. Bandung: Mandar Maju.
Bismar, S., 1886.Hukum dan Hak-hak Anak. Jakarta:
Rajawali.
Burhan, A., 2001.Metode Penelitian Hukum.
Jakarta:Rineka Cipta.
Hamka, 1988. Tafsir al-Azhar.Juzu’ XXI-XXII,.
Jakarta: Pustaka Panji Mas.
Imam At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi.Juz 4. Darul
Fikr.Beirut Lebanon, t.t.
Imam Muslim.Shahih Muslim.Darul Fikr.Beirut
Lebanon, t.t.
International Committee of the Red Cross,
1994.Chilren and War,CRC Special
Brochure, Geneva.
Irma, S.S., 1990. Aspek Hukum Perlindungan Anak.
Jakarta: Bumi Aksara.
Jawad, M., 1994.Fikih Lima Mazhab. Jakarta: Basrie
Perss.
John, G., 2001.Children are from Heaven. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Maulana, H.W., 2000.Pengantar Advokasi dan
Hukum Perlindungan Anak. Jakarta:
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Mokhammad, N.,Perlindungan Hak Asasi Anak
dalam Hukum Indonesia. dalam Jurnal
Legality. Vol. 11 No. 2 September 2003-
Februari, 2003.