Pengaruh Pola Asuh

25
BAB I PENDAHULUAN Pada saat sekarang ini sangatlah erat kaitan antara Napza dengan generasi muda dewasa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus kecanduan dan pengedaran Napza yang di dalamnya melibatkan generasi muda, khususnya remaja sekolah dan luar sekolah (putus sekolah). usia remaja memang merupakan "sasaran empuk" dan periode yang paling rawan terhadap penyalahgunaan Napza, karena masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, saat dimana remaja mulai muncul rasa penasaran, ingin tahu, serta ingin mencoba berbagai hal yang baru dan bahkan beresiko tinggi. Oleh karenanya, sangat mungkin jika semakin hari akan semakin bertambah jumlah pengedar dan pengguna Napza di kalangan anak- anak dan remaja. Pada dasarnya Napza merupakan jenis obat atau zat yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan seperti terapi, contohnya 1

Transcript of Pengaruh Pola Asuh

Page 1: Pengaruh Pola Asuh

BAB I

PENDAHULUAN

Pada saat sekarang ini sangatlah erat kaitan antara Napza dengan generasi

muda dewasa. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus kecanduan dan

pengedaran Napza yang di dalamnya melibatkan generasi muda, khususnya

remaja sekolah dan luar sekolah (putus sekolah). usia remaja memang merupakan

"sasaran empuk" dan periode yang paling rawan terhadap penyalahgunaan Napza,

karena masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri, saat dimana remaja

mulai muncul rasa penasaran, ingin tahu, serta ingin mencoba berbagai hal yang

baru dan bahkan beresiko tinggi. Oleh karenanya, sangat mungkin jika semakin

hari akan semakin bertambah jumlah pengedar dan pengguna Napza di kalangan

anak-anak dan remaja. Pada dasarnya Napza merupakan jenis obat atau zat yang

berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan kesehatan seperti terapi,

contohnya adalah morfin, opium, sabu-sabu (amfetamina), PCP (halusinogen) dan

lain-lain.

Menurut pendapat Yatim (dalam Buletin Psikologi, 1998) yang termasuk

Napza adalah semua jenis obat yang menimbulkan penyalahgunaan, antara lain

adalah Narkotika sekelompok obat yang bersifat menenangkan syaraf dan

mengurangi rasa sakit, Depresants; jenis obat yang digunakan untuk menenangkan

seseorang atau dipakai untuk obat tidur, Stimulan, meningkatkan kemampuan

fisik seseorang, namun juga dapat menimbulkan kerusakan fisik, Kanabis; sejenis

tanaman perdu yang mengandung delta-gtetra kanobinol (THC), dan yang terakhir

1

Page 2: Pengaruh Pola Asuh

Hallusinogen; pada pengguna dapat menimbulkan perasaan tidak rill, yang dapat

meningkatkan halusinasi menjadi persepsi yang salah. Pada awalnya,

penyalahgunaan Napza terjadi pada remaja melalui teman sebaya yang

menawarkan Napza dengan disertai janji atau juga melalui tekanan atau paksaan.

Biasanya, terlebih dahulu akan ditawari dengan rokok atau minuman keras,

kemudian setelah terbiasa maka dengan mudah akan beralih pada kebiasaan

menggunakan jenis Napza lain, baik ganja, heroin, atau zat yang lainnya.

Kasus penyalahgunaan Napza, khususnya pada remaja sering berawal dari

pengaruh pola pergaulan dan gaya berteman, di samping berasal dari keinginan

pribadi dan problem yang terjadi di masyarakat. Pada saat ini, sudah banyak

generasi muda yang terpengaruh dengan budaya asing dengan berperilaku negatif,

misalnya merokok, minum-minuman keras, menggunakan ekstasi, pergaulan

bebas dan lain sebagainnya. Hal ini akan berpengaruh negatif terutama bagi

remaja yang jiwa dan emosinya masih dalam tahap perkembangan yang labil.

2

Page 3: Pengaruh Pola Asuh

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PENYALAHGUNAAN

NAPZA

2.1.1 Pengertian Pola Asuh

Hetherington dan Whiting (1999) menyatakan bahwa pola asuh sebagai

proses interaksi total antara orang tua dengan anak, seperti: proses pemeliharaan,

pemberian makan, membersihkan, melindungi dan proses sosialisasi anak dengan

lingkungan sekitar. Orang tua akan menerapkan pola asuh yang terbaik bagi

anaknya dan orang tua akan menjadi contoh bagi anaknya. Menurut Gunarsa

(2000) pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara anak dengan orang tua

yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik dan psikologis tetapi juga

norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan

lingkungan.

Menurut Wahyuning (2003) pola asuh adalah seluruh cara perlakuan orang

tua yang ditetapkan pada anak, yang merupakan bagian penting dan mendasar

menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Pengasuhan anak

menunjuk pada pendidikan umum yang ditetapkan pengasuhan terhadap anak

berupa suatu proses interaksi orang tua (sebagai pengasuh) dan anak (sebagai

yang diasuh) yang mencakup perawatan, mendorong keberhasilan dan melindungi

maupun sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh

masyarakat.

3

Page 4: Pengaruh Pola Asuh

Menurut Gunarsa (2000) pola asuh orang tua merupakan pola interaksi

antara anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan fisik dan

psikologis tetapi juga norma-norma yang berlaku dimasyarakat agar dapat hidup

selaras dengan lingkungan. Ada tiga jenis pola asuh yaitu pertama; pola asuh

otoriter dimana orang tua membatasi dan menghukum, menuntut anak untuk

mengikuti perintah-perintah orangtua. Kedua; pola asuh otoritatif yaitu pola asuh

yang mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-batas dan

pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Sedangkan yang terakhir adalah pola

asuh permisif; dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak.

Pengasuhan menurut Porwadarminta (dalam Amal, 2005) adalah orang yang

melaksanakan tugas membimbing, memimpin atau mengelola. Pengasuhan yang

dimaksud disini adalah mengasuh anak. Menurut Darajat (dalam Amal, 2005)

mengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak itu, mengurus

makan, minumnya, pakaiannya dan keberhasilannya dalam periode yang pertama

sampai dewasa. Dengan pengertian di atas dapatlah dipahami bahwa pengasuhan

anak yang dimaksud adalah kepemimpinan, bimbingan yang dilakukan terhadap

anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya.

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2002), pengertian pola asuh adalah

merupakan suatu bentuk (struktur), system dalam menjaga, merawat, mendidik

dan membimbing anak kecil. Sedangkan pola asuh menurut Soetjiningsih (2004)

adalah suatu model atau cara mendidik anak yang merupakan suatu kewajiban

dari setiap orang tua dalam usaha membentuk pribadi anak yang sesuai dengan

harapan masyarakat pada umumnya.

4

Page 5: Pengaruh Pola Asuh

2.1.2 Dimensi dan Jenis Pola Asuh Orang Tua

Baumrind (1994) mengemukakan 4 dimensi pola asuh yaitu:

a. Kendali Orang Tua (Control): tingkah menunjukan pada upaya orang tua

dalam menerapkan kedisiplinan pada anak sesuai dengan patokan laku

yang sudah dibuat sebelumnya

b. Kejelasan Komunikasi Orang Tua-anak (Clarity Of Parent Child

Communication): menunjuk kesadaran orang tua untuk mendengarkan

atau menampung pendapat, keinginan atau keluhan anak, dan juga

kesadaran orang tua dalam memberikan hukuman kepada anak bila

diperlukan

c. Tuntutan Kedewasaan (Maturity Demands): menunjuk pada dukungan

prestasi, sosial, dan emosi dari orang tua terhadap anak

d. Kasih Sayang (Nurturance): menunjuk pada kehangatan dan keterlibatan

orang tua dalam memperlihatkan kesejahteraan dan kebahagiaan anak

Jenis dari pola asuh orang tua adalah sebagai berikut:

a. Pola asuh otoriter

Menurut Gunarsa (2002) pola asuh yang mengendalikan suatu

perilaku secara otoriter menggunakan kekuasaan. Pola asuh yang otoriter

berhubungan dengan remaja, kegelisahan mengenai perbandingan

masyarakat, kegagalan untuk mengambil inisiatif dalam suatu tindakan, dan

tidak efektifnya interaksi di dalam masyarakat.

5

Page 6: Pengaruh Pola Asuh

Pola asuh ini ditandai dengan adanya aturan-aturan yang kaku dari

orang tua. Kebebasan anak sangat dibatasi dan orang tua memaksa anak

untuk berperilaku seperti yang diinginkan. Bila aturan-aturan ini dilanggar,

orang tua akan menghukum anak dengan hukuman yang biasanya bersifat

fisik. Tapi bila anak patuh maka orang tua tidak memberikan hadiah karena

sudah dianggap sewajarnya bila anak menuruti kehendak orang tua.

Perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak bercirikan tegas,

suka menghukum, anak dipaksa untuk patuh terhadap aturan-aturan yang

diberikan oleh orang tua tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa

guna dan alas an dibalik aturan tersebut, serta cenderung mengekang

keinginan anak. Pola asuh otoriter dapat berdampak buruk pada anak, yaitu

anak merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif

(kurang berinisiatif), selalu tegang, cenderung ragu, tidak mampu

menyelesaikan masalah, kemampuan komunikasinya buruk serta mudah

gugup, akibat seringnya mendapat hukuman dari orang tua. Dengan pola

asuh seperti ini, anak diharuskan untuk berdisiplin karena semua keputusan

dan peraturan ada di tangan orang tua.

b. Pola asuh otoritatif (demokratis)

Menurut Santrock (1999) pola asuh yang mendorong remaja menjadi

bebas namun tetap menempatkan batasan dan pengendalian dalam tindakan

remaja, memberi dan menerima secara lisan dilakukan dengan luas dan

orang tua ramah serta pengasuhan diarahkan pada remaja.

6

Page 7: Pengaruh Pola Asuh

Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap terbuka antara

orang tua dengan anaknya. Mereka membuat aturan-aturan yang disetujui

bersama. Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan

dan keinginannya serta belajar untuk dapat menanggapi pendapat orang lain.

Orang tua bersikap sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap

aktivitas anak. Dengan pola asuhan ini, anak akan mampu mengembangkan

kontrol terhadap perilakunya sendiri dengan hal-hal yang dapat diterima

oleh masyarakat. Hal ini akan mendorong anak untuk mampu berdiri sendiri,

bertanggung jawab dan yakin terhadap diri sendiri. Daya kreativitasnya

berkembang dengan baik karena orang tua selalu merangsang anaknya untuk

mampu berinisiatif.

Menurut Shochib (dalam Yuniyati, 2003), orang tua menerapkan pola

asuh demokratis dengan banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk

berbuat keputusan secara bebas, berkomunikasi dengan lebih baik,

mendukung anak untuk memiliki kebebasan sehingga anak mempunyai

kepuasan sedikit menggunakan hukuman badan untuk mengembangkan

disiplin. Pola asuh authoritative dihubungkan dengan tingkah laku anak-

anak yang memperlihatkan emosional positif, sosial, dan pengembangan

kognitif.

c. Pola asuh permisif

Menurut Hurlock (1991) pola asuh orangtua yang tidak membimbing

anak ke pola perilaku yang menyetujui segala tingkah laku anak termasuk

keinginan-keinginan yang sifatnya segera dan tidak menggunakan hukuman.

7

Page 8: Pengaruh Pola Asuh

Anak tidak diberikan batasan-batasan atau kendali yang mengatur, apa saja

boleh dilakukan, mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan

berbuat sesuai dengan kehendak mereka sendiri.

Pola asuh ini ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas pada

anaknya untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Orang tua

tidak pernah memberi aturan dan pengarahan kepada anak. Semua keputusan

diserahkan kepada anak tanpa pertimbangan dari orang tua. Anak tidak tahu

apakah perilakunya benar atau salah karena orang tua tidak pernah

membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya anak akan berperilaku

sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak peduli apakah hal itu sesuai

dengan norma masyarakat atau tidak. Dengan pola asuh seperti ini, anak

mendapatkan kebebasan sebanyak mungkin dari orang tua. Pola asuh

permisif memuat hubungan antara anak-anak dan orang tua penuh dengan

kasih sayang, tapi menjadikan anak agresif dan suka menurutkan kata

hatinya. Secara lebih luas, kelemahan orang tua dan tidak konsistennya

disiplin yang diterapkan membuat anak-anak tidak terkendali, tidak patuh,

dan tingkah laku agresif di luar lingkungan keluarga.

2.1.3 Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Menurut Hurlock (1993) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola

asuh, yaitu:

8

Page 9: Pengaruh Pola Asuh

a. Pendidikan orang tua

Orang tua yang mendapat pendidikan yang baik, cenderung menetapkan

pola asuh yang lebih demokratis ataupun permisif dibandingkan dengan orang tua

yang pendidikannya terbatas. Pendidikan membantu orang tua untuk lebih

memahami kebutuhan anak.

b. Kelas Sosial

Orang tua dari kelas sosial menengah cenderung lebih permisif dibanding

dengan orang tua dari kelas sosial bawah.

c. Konsep tentang peran orang tua

Tiap orang tua memiliki konsep yang berbeda-beda tentang bagaimana

seharusnya orang tua berperan. Orang tua dengan konsep tradisional cenderung

memilih pola asuh yang ketat dibanding orang tua dengan konsep nontradisional.

d. Kepribadian orang tua

Pemilihan pola asuh dipengaruhi oleh kepribadian orang tua. Orang tua

yang berkepribadian tertutup dan konservatif cenderung akan memperlakukan

anak dengan ketat dan otoriter.

e. Kepribadian Anak

Tidak hanya kepribadian orang tua saja yang mempengaruhi pemilihan

pola asuh, tetapi juga kepribadian anak. Anak yang ekstrovert akan bersifat lebih

9

Page 10: Pengaruh Pola Asuh

terbuka terhadap rangsangan-rangsangan yang datang pada dirinya dibandingkan

dengan anak yang introvert.

f. Usia anak

Tingkah laku dan sikap orang tua dipengaruhi oleh anak. Orang tua yang

memberikan dukungan dan dapat menerima sikap tergantung anak usia pra

sekolah dari pada anak.

2.1.4 Pengertian Napza dan Penyalahgunaan Napza

Menurut Hawari (1991) Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol,

Psikotropika dan Zat adiktif lainya. Napza mencakup segala macam zat yang

disalah gunakan untuk Gitting, mabuk, fly atau high, yang dapat mengubah tingkat

kesadaran seseorang. Termasuk dalam Napza adalah obat perangsang, penenang,

penghilang rasa sakit, pencipta ilusi atau psikotropika, dan zat-zat yang tidak

termasuk obat namun dapat disalahgunakan (misalnya alkohol atau zat yang bisa

dihirup seperti bensin, lem, tinner, dan lain – lainya sehingga high.

Menurut Budiarta (2000) Napza merupakan zat atau obat yang berasal dari

tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan

atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi bahkan menghilangkan

rasa nyeri dan dapat menimbulkan penyalahgunaan.

Menurut Willis (2005), maksud dari penyalahgunaan adalah suatu

pemakaian non medical atau ilegal barang haram yang dinamakan Napza

(narkotika dan obat-obat adiktif) yang dapat merusak kesehatan dan kehidupan

10

Page 11: Pengaruh Pola Asuh

produktif manusia pemakainya. Manusia pemakai Napza bisa dari berbagai

kalangan, mulai dari level ekonomi tinggi hingga rendah, para penjahat, pekerja,

ibu-ibu rumah tangga, bahkan sekarang sudah sampai ke sekolah-sekolah yang

jelas-jelas terdiri dari para generasi muda, bahkan lebih khusus lagi anak-anak dan

remaja.

2.1.5 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza

Menurut Hawkins dkk (Buletin Psikologi, 1998) beberapa faktor utama yang

dipandang berpengaruh terhadap penyalahgunaan Napza adalah: faktor internal

dari individu (ciri kepribadian), faktor keluarga, dan faktor teman sebaya.

a. Faktor internal (ciri kepribadian)

Pola kepribadian seseorang besar pengaruhnya dalam

penyalahgunaan Napza. Ciri kepribadian yang lemah dan antisosial sering

merupakan penyebab seseorang menjadi penyalahguna Napza.

b. Faktor keluarga

Beberapa kondisi keluarga yang berpengaruh terhadap

penyalahgunaan Napza adalah:

1) Hubungan antara anggota keluarga tidak harmonis.

2) Keluarga yang tidak utuh.

3) Suasana rumah diwarnai dengan pertengkaran yang terus-menerus.

4) Kurang komunikasi dan kasih sayang antara anggota keluarga.

5) Keluarga yang sering ribut dan berselisih.

11

Page 12: Pengaruh Pola Asuh

6) Keluarga yang kurang mengamalkan hidup beragama.

7) Keluarga yang orang tuanya telah menggunakan Napza.

Menurut Sayuti (2006) keluarga sebagai lingkungan yang paling

menentukan bagi terbentuknya perilaku remaja. Jika di dalam keluarga

terdapat hubungan yang tidak harmonis, tingkat pendidikan yang rendah,

rasa dan praktek keagamaan lemah, maka secara langsung atau tidak

langsung maka akan memberikan pengaruh bagi kehidupan dan perilaku

anaknya, terutama yang masih dalam usia remaja, karena di saat anak

memasuki usia remaja, perkembangan emosinya masih labil, berperilaku

ragu, sering uring-uringan, dan kecenderungan meniru gaya dan perilaku

keluarga. Oleh karenanya, jika lingkungan keluarga tidak dapat memberikan

contoh yang baik, maka lambat laun anak atau remaja akan mencari

kepuasan di luar atau remaja akan mencari kepuasan di luar dan bisa

menjerumuskannya ke dalam penyalahgunaan Napza.

c. Faktor lingkungan teman sebaya

Pengaruh buruk dari lingkungan pergaulan, khususnya pengaruh

dan tekanan dari kelompok teman sebaya sering menjadi sumber penyebab

terjadinya penyalahgunaan Napza. Kelompok teman sebaya tersebut

berperan sebagai media awal perkenalan Napza Menurut Hawkins dkk

(dalam Buletin Psikologi 1998). Penyalahgunaan Napza pada kelompok

teman sebaya merupakan prediktor yang kuat terhadap penyalahgunaan

Napza pada remaja.

12

Page 13: Pengaruh Pola Asuh

2.1.6 Pola Asuh pada Penyalahgunaan Napza

Menurut penelitian, pola asuh yang banyak diterapkan orang tua pada remaja

yang melakukan penyalahgunaan Napza adalah pola asuh yang bersifat permisif,

hal ini dilihat dari:

a) Kendali orang tua (control): kurangnya upaya kedua orang tua subjek

dalam menerapkan kedisiplinan pada anak sesuai dengan patokan tingkah

laku yang sudah dibuat sebelumnya. Seperti orang tua subjek bertipe orang

yang tidak pernah menerapkan disiplin yang tegas didalam rumah, karena

mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, dalam

pergaulan, orang tua subjek sangat memberikan kebebasan sepenuhnya

kepada subjek, dan orang tua subjek tidak pernah memberikan hukuman

yang terlalu berat apabila subjek melakukan kesalahan, karena mereka

hanya memberikan nasehat dan jangan pernah diulang kembali kesalahan

yang sama.

b) Kejelasan komunikasi orang tua dan anak (Clarity of parent child

Communication): kurangnya kesadaran orang tua untuk mendengarkan

atau menampung pendapat, keinginan atau keluhan anak, dan juga

kesadaran orang tua dalam memberikan hukuman kepada anak bila

diperlukan. Seperti hubungan subjek dengan kedua orang tuanya kurang

baik, karena kedua orang tuanya memiliki kesibukannya masing-masing,

yang menyebabkan komunikasi subjek dengan kedua orang tuanya hanya

melalui telepon. dan subjek terkadang sering sekali tidak sependapat

13

Page 14: Pengaruh Pola Asuh

dengan kedua orang tuanya, yang sering mementingkan pekerjaan mereka.

Yang menyebabkan subjek lebih memilih keluar dari rumah dan

menghabiskan waktu bersama teman-temannya.

c) Tuntutan kedewasaan: kurang memberi dukungan pada prestasi, social,

dan emosi dari orang tua terhadap anak. Seperti kedua orang tua subjek

memberikan kebebasan dalam pergaulan sehari-hari, terutama ibunya

sangat membebaskan dan tidak memberi batasan dalam pergaulanya dalam

memilih teman. Kedua orang tua subjek berharap subjek bias lulus dengan

nilai yang memuaskan dan ketika kedua orang tua subjek memergoki

subjek sedang menggunakan napza yang mengakibatkan kedua orang tua

subjek marah besar kepada subjek.

d) Kasih sayang (Nuturence): kurang memberikan kehangatan dan

keterlibatan orang tua dalam memperlihatkan kesejahteraan dan

kebahagiaan anak. Seperti kasih sayang, perhatian dan rasa nyaman itu

semua tidak subjek dapatkan dari kedua orang tuanya. Selama ini subjek

hanya mendapakan kasih sayang, perhatian dan rasa nyaman hanya dari

neneknya. Hal itu dirasakan oleh subjek dari sejak subjek kecil hingga

sekarang dewasa, Sedangankan Kedua orang tua subjek hanya bisa

memberikan materi yang dibutuhkan oleh subjek saja.

14

Page 15: Pengaruh Pola Asuh

BAB III

KESIMPULAN

Pola asuh adalah seluruh cara perlakuan orang tua yang ditetapkan pada

anak, yang merupakan bagian penting dan mendasar menyiapkan anak untuk

menjadi masyarakat yang baik. Pengasuhan anak menunjuk pada pendidikan

umum yang ditetapkan pengasuhan terhadap anak berupa suatu proses interaksi

orang tua (sebagai pengasuh) dan anak (sebagai yang diasuh) yang mencakup

perawatan, mendorong keberhasilan dan melindungi maupun sosialisasi yaitu

mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat.

Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat

adiktif lainya. Napza mencakup segala macam zat yang disalah gunakan untuk

Gitting, mabuk, fly atau high, yang dapat mengubah tingkat kesadaran seseorang.

Termasuk dalam Napza adalah obat perangsang, penenang, penghilang rasa sakit,

pencipta ilusi atau psikotropika, dan zat-zat yang tidak termasuk obat namun

dapat disalahgunakan (misalnya alkohol atau zat yang bisa dihirup seperti bensin,

lem, tinner, dan lain – lainya sehingga high

Menurut penelitian, pola asuh yang banyak diterapkan orang tua pada

remaja pengguna Napza adalah pola asuh yang bersifat permisif

15

Page 16: Pengaruh Pola Asuh

DAFTAR PUSTAKA

Gunarsa, S. D. 2000. Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta :

PT. BPK Gunung Mulya.

Hawari, M. 1999. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat aditif. Jakarta: Balai

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Heterington, M. E & Porke, R. D. 1999, Child Psychology A Contemporary New

Point 4 th. New York : Mc Graw Hill . Inc

Koch, C. 1986 Psikodiagnostika: Tes Pohon. Bandung : Fakultas Psikologi

Universitas Padjadjaran

Adina, 1998. Hubungan Antara Pola Suh Orang Tua Dengan Tahap

Perkembangan,Penalaran Moral Remaja Usia 17-19 th, Skripsi (tidak

diterbitkan). Depok; Fakultas Psikologi UI.

Budiarta, T. 2000. Dampak Narkoba dan Upaya Penanggulangannya. Jurnal

Psikologi (tidak diterbitkan). Depok : Universitas Indonesia

Buletin Psikologi. 1998. Bagaimana Menghindari Diri dari Penyalahgunaan

Napza (tidak diterbitkan). Depok : Universitas Indonesia

Machover, K. 1987. Suatu Metode Pemerksaan Kepribadian. Bndung : Fakultas

Psikologi Universitas Padjadjaran.

Rozak, A & Sayitu, W. 2006. Remaja dan Bahaya Narkoba. Jakarta : Prenada

Media

Samtrock, J. W. 1999. Life Span Development (7 th ed). New York : MC. Graw

Hill

Sarwono, S. W. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers.

Sofyan, S. & Willis, M. Pd. 2006. Remaja dan Masalahnya Mengupas Berbagai

Bentuk Kenakalan Remaja dengan Narkoba, Freeseks dan Pemecahannya.

Bandung : Alfa Beta

16