PBL BLOK 23

19
Otitis Eksterna Maligna dan Penatalaksanaannya Fransiska Oktaviani Moeslichang 102012103 / F1 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara 6 [email protected] Abstraksi Gangguan telinga merupakan suatu gangguan yang dapat menyebabkan pasiennya merasa tergangnggu, dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan mendengar dari pasien, rasa gatal dan nyeri yang berlebihan, maupun secara kosmetik. Gangguan yang dialami sebagian besar dapat diatasi baik menggunakan obat-obatan maupun tindakan pembedahan. Kedua penatalaksanaan tersebut dapat dilakukan berdasarkan kondisi gangguan yang dialami oleh seorang pasien. Gangguan pada telinga dapat terjadi di bagian telinga mana saja, baik pada bagian telinga luar, tengah, maupun dalam, dan tertentu gejala dan penatalaksanaannya juga berbeda. Gangguan telinga ini dapat menyerang siapa saja, baik orang tua, remaja, maupun anak- anak. Umumnya anak-anak yang lebih sering terserang gangguan telinga karena posisinya yang agak berbeda dengan telinga orang dewasa. Berikut yang akan dibahasa yakni mengenai gangguan yang terjadi pada bagian telinga luar, yang menghasilkan sekret yang dikenal dengan otitis eksterna. Kata kunci : telinga, gangguan, otitis eksterna 1

description

MAKALAH

Transcript of PBL BLOK 23

Otitis Eksterna Maligna dan PenatalaksanaannyaFransiska Oktaviani Moeslichang102012103 / F1Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara [email protected]

AbstraksiGangguan telinga merupakan suatu gangguan yang dapat menyebabkan pasiennya merasa tergangnggu, dapat disebabkan karena kurangnya kemampuan mendengar dari pasien, rasa gatal dan nyeri yang berlebihan, maupun secara kosmetik. Gangguan yang dialami sebagian besar dapat diatasi baik menggunakan obat-obatan maupun tindakan pembedahan. Kedua penatalaksanaan tersebut dapat dilakukan berdasarkan kondisi gangguan yang dialami oleh seorang pasien. Gangguan pada telinga dapat terjadi di bagian telinga mana saja, baik pada bagian telinga luar, tengah, maupun dalam, dan tertentu gejala dan penatalaksanaannya juga berbeda. Gangguan telinga ini dapat menyerang siapa saja, baik orang tua, remaja, maupun anak-anak. Umumnya anak-anak yang lebih sering terserang gangguan telinga karena posisinya yang agak berbeda dengan telinga orang dewasa. Berikut yang akan dibahasa yakni mengenai gangguan yang terjadi pada bagian telinga luar, yang menghasilkan sekret yang dikenal dengan otitis eksterna.

Kata kunci : telinga, gangguan, otitis eksterna

PendahuluanTelinga merupakan suatu alat bantu dengar yang dimiliki oleh setiap manusia. Apabila bagian ini mengalami gangguan maka penderita akan mengalami penurunan ketajaman pendengaran tergantung dari posisi gangguan dan seberapa parahkah gangguan tersebut. Telinga manusia dibagi menjadi tiga bagian yakni telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam, dimana setiap bagian ini memiliki bagian-bagian lain didalamnya yang memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing. Pada skenario didapatkan bahwa seorang laki-laki berusia 53 tahun datang ke klinik umum dengan keluhan telinga kanan sakit, terasa sangat nyeri, mulut mencong, dikarenakan telinga yang sering dikorek dan dari telinga dikeluarkan sekret kental, dan juga tidak ditemukan adanya gangguan pendengaran.

AnamnesisSebelum melakukan pemeriksaan terhadap pasien, kita harus melakukan anamnesis dengan memberikan beberapa pertanyaan seputar keluhan yang dialami oleh pasien itu sendiri. Anamnesis dapat dilakukan baik secara autoanamnesis dengan memberikan pertanyaan langsung kepada pasiennya apabila pasien masih dapat diberikan pertanyaan, atau dapat juga dilakukan seccara alloanamnesis yakni dengan memberikan pertanyaan kepada perwakilan dari pasien itu sendiri atau pengantar apabila pasien sangat memungkinkan bahwa ia tidak dapat diberikan pertanyaan. Karena pada kasus ini pasien masih dalam kondisi yang baik makan anamnesis dilakukan secara autoanamnesis.Selanjutnya, pertanyaan meliputi identitas dari pasien itu sendiri, kemudian pertanyaan yang diberikan meliputi terkait pada gangguan yang dialami oleh pasien itu sendiri, dimana pasien datang dengan keluhan telinga kanan yang sakit, berikut beberapa pertanyaan yang dapat diberikan kepada pasien, diantaranya: Sakit yang dirasakan sudah berapa lama? Apakah semakin lama semakin memburuk atau intensitas sakit yang dirasakan sama saja seperti pertama kali dirasakan? Apakah pasien mengetahui kira-kira setelah melakukan apa telinga dirasakan sakit? Pada bagian manakah nyeri yang dirasakan? Apakah hanya satu sisi saja atau keduanya? Apakah dirasakan adanya cairan yang keluar dari telinga pasien? Bila ada cairan tersebut seperti apa? Berwarna, berdarah, apakah berbau? Seberapa banyakkah cairan yang keluar? Konsistensinya cair atau kental? Selain rasa sakit, apakah ada gangguan lain yang dirasakan? Seperti demam, batuk, menurunnya ketajaman pendengaran, adanya suara berdenging, timbulnya rasa pusing atau gangguan lainnya? (Pada kasus ini didapatkan mulut yang mencong pada pasien.) Apakah sebelum berobat pasien sudah mencoba mengobati? Kalau sudah menggunakan obat apa dan bagaimana hasilnya? Apakah sebelum rasa nyeri ini muncul terjadi trauma atau sedang menderita gangguan lain? Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami gangguan seperti ini? Apakah di keluarga ada yang pernah mengalami hal ini? Apakah pasien memiliki riwayat penyakit seperti diabetes melitus, penyakit tekanan darah tinggi, atau penyakit lainnya yang mungkin dapat menyebabkan gangguan ini?Dan dari hasil anamnesis yang dilakukan, didapatkan bahwa pasien yang datang adalah seorang laki-laki berusia 53 tahun, yang datang dengan keluhan telinga kanan sakit, dan dirasakan nyeri sekali, mulutnya pun terlihat mencong, terlihat adanya sekret yang kental yang mengalir kental, dan diketahui pula bahwa pasien sering mengorek telinganya.

Pemeriksaan Fisik1Setelah melakukan anamnesis, selanjutnya kita akan melakukan pemeriksaan pada pasien, diawali dengan memeriksa tanda-tanda vital dari pasien seperti tekanan darah, denyut nadi, laju pernapasan, dan suhu tubuh, dilihat pula kondisi umum dari pasien dan kesadaran yang dimiliki oeh pasien untuk melanjutkan pemeriksaan.Selanjutnya kita melakukan pemeriksaan pada bagian yang mengalami gangguan yakni bagian telinga kanan pasien. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan beberapa alat bantu yakni diantaranya seperti :1. Lampu kepala2. Corong telinga3. Otoskop4. Pelilit kapas5. Pengait serumen6. Pinset telinga7. GarputalaPertama-tama pasien diposisikan dalam kondisi duduk dengan posisi badan sedikit condong ke depan dan kepala dalam posisi sedikit lebih tinggi dari kepala pemeriksa agar mempermudahkan pemeriksa melihat liang telinga dan membran timpani.Pemeriksaan dilakukan mulai dari bagian depan telinga pasien, dilihat bagaiman keadaan dan bentuk dari daun telinga, bagian belakang dari daun telinga (bagian retro-aurikuler) apakah terdapat tanda-tanda peradangan atau tanda bekas operasi. Daun telinga dapat ditarik ke atas dan ke belakang sehingga membuat liang telinga menjadi lurus dan akan memudahkan untuk melihat keadaan liang telinga dan membran timpani. Untuk melihat bagian membran timpani agar lebih jelas dapat digunakan alat bantu berupa otoskop. Cara penggunaan otoskop harus dengan posisi yang benar dan tepat. Apabila dalam pemeriksaan terdapat serumen yang menghambat, maka serumen tersebut harus diangkat sengan menggunakan alat bantu sesuai dengan konsistensi dan besar kecilnya dari serumen.Setelah melakukan pemeriksaan pada bagian telinga luar, selanjutnya kita melakukan pemeriksaan untuk menilai pendengaran dari pasien agar dapat mengetahui bagaimana kondisi pendengaran dari pasien itu sendiri. Yakni dapat dilakukan pemeriksaan rinne, weber, dan scwabah. Dimana pemeriksaan ini dengan menggunakan alat bantu garputala. Tes Rinne dilakukan dengan menggunakan garputala 512 Hz, garputala digetarkan dengan menggunakan jari tangan atau dengan mengetukkan pada bagian siku atau lutut pemeriksa, kemudian kaki garputala diletakkan pada bagian tulang mastoid selama 2-3 detik lalu kemudian dipindahkan ke bagian telinga depan pasien juga selama 2-3 detik, apabila pasien mendengar sura garputala lebih jelas pada saat diletakkan pada tulang mastois hal ini menunjukkan pendengaran pasien masih dalam keadaan normal, apabila sebaliknya yang terdengar lebih jelas adalah saat di depan telinga pasien, hal ini menunjukkan pasien mengalami gangguan telinga berupa tuli konduktif.Berikutnya adalah pemeriksaan dengan tes weber, dimana pada pemeriksaan ini masih digunakan garputala, hanya saja peletakan kaki garputala adalah pada bagian garis tengah dari wajah pasien, alat tetap digetarkan kemudian diletakkan pada garis tengah wajah atau kepala, lalu pasien diminta menentukkan pada bagian manakah yang terdengar lebih jelas, apabila pendengaran pasien dalam keadaan normal maka pasien akan merasa sulit menentukkanny karena keduanya memiliki derajat pendengaran yang sama. Apabila dari hasil pemeriksaan pasien lebih jelas mendengar pada bagian telinga yang sehat maka pasien menderita tuli sensorineural, sedangkan apabila yang lebih terdengar jelas adalah telinga yang sakit maka pasien menderita tuli konduktif.

Gambar 1. Pemeriksaan rinne dan weber.Sumber : http://hiruandon0abulcasis.blogspot.com/2011/08/pakai-headset-berbahaya.htmlPada umumnya pada kasus ini, pasien tidak mengalami gangguan pendengaran, tetapi aka ditemukan adanya sekret pada telinga, adanya pembengkakan liang telinga yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada pasien, dan apabila pembengkakan yang terjaddi sudah terlalu parah dapat menekan nervus fascialis yang pada skenario ini menyebabkan mulut pasien menjadi mencong karena paralisis fascialis. Dan pada pemeriksaan fisik ini harus dilakukan pada kedua telinga baik dalam kondisi sehat maupun sakit.

Pemeriksaan Penunjang2,3Setelah melakukan beberapa pemeriksaan fisik terkait di atas, perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang sebagai pembantu dalam menegakkan diagnosis. Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam kasus ini yakni seperti pemeriksaan darah lengkap, dimana pada umumnya pada kasus ini leukosit pasien dalam keadaan normal, dan terkadang dapat meningkat tetapi hanya terjadi sedikit peningkatan yang tidak terlalu signifikan. Kemudian pasien yang dikhawatirkan atau bahkan memiliki penyakit diabetes disarankan untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah dan pemeriksaan kimia serum untuk melihat apakah gangguan ini diakibatkan dari intoleransi glukosa, dan untuk pemeriksaan ini juga baik adanya dilakukan pada pasien yang juga kadar gula darahnya normal.Pemeriksaan berikutnya yang dapat dilakukan adalah uji kultur dan sensitivitas terhadap cairan yang keluar dari bagian telinga luar. Pemeriksaan ini harus cepat dilakukan sebelum dilakukan pemberian terapi antibiotik terhadap pasien, hal ini dilakukan agar penanganan yang diberikan dapat dengan tepat. Umumnya gangguan ini disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeroginosa (95%) yang merupakan bakteri anaerob gram negatif.Pada kasus ini, pemeriksaan radiologi berupa foto polos, CT-Scan, maupun MRI bukanlah pilihan pertama karena gangguan yang terjadi masih pada bagian luar telinga yang dapat terlihat oleh mata pemeriksa, pemeriksaan ini dipilih untuk antisipasi apakah ada bagian telinga lain yang mengalami kerusakan seperti adanya nekrosis jaringan tissue atau pemeriksaan dini osteomyelitis karena pada gangguan ini dapat menyebabkan remuknya tulang temporal. Dan pemeriksaan biopsi juga bukan merupakan oilihan pertama karena pemeriksaan ini hanya digunakan untuk melihat apakah gangguan tersebut merupakan suatu carcinoma atau kemungkinan penyebab lainnya.

Working Diagnosis1Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan kepada pasien, maka diduga pasien mengalami gangguan berupa otitis eksterna maligna (OEM). Dimana OEM ini merupakan infeksi difus di liang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Umumnya hal ini terjadi pada orang tua dan pada umumnya dikarenakan kadar pH serumen yang tinggi yang menjadi pencetus termudah untuk mengalami otitis eksterna. Pada OEM, peradangan yang terjadi bersifat progresif sampai ke lapisan subkutis maupun tulang rawan dan tulang sekitarnya. Apabila liang telinga tertutup oleh jaringan granulasi yang mudah tumbuh dengan cepat maka sarah kranial ketujuh (nervus fascialis) dapat terkena, sehingga menimbulkan paralisis.

Differential DiagnosisOtitis Eksterna1,4,5Otitis eksterna merupakan gangguan pada telinga bagian luar yang dapat bersifat akut maupun kronins yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Dan yang menjadi differential diagnosis dari otitis eksterna maligna ini adalah otitis eksterna yang bersifat akut yang dibagi menjadi otitis eksterna difusa dan otitis eksterna sirkumskripta karena memiliki gejala yang hampir sama meskipun terdapat perbedaan yang khas.Otitis eksterna sikumskripta merupakan salah satu bagian dari otitis eksterna akut yang terjadi akibat dari infeksi pada pilosebasea sehingga inflamasi yang timbul membentuk furunkel. Penyebab tersering pada gangguan ini diakibatkan oleh bakteri yakni Staphylococcus aureus atau Staphylococcus albus. Gejala yang dirasakan berupa nyeri yang sangat hebat yang timbul akibat penekanan pada perikondrium, nyeri akan timbul secara spontan saat membuka mulut, apabila furunkel yang didapat dalam ukuran besar maka dapat mengganggu peendengaran.Sedangkan otitis eksterna difusa berbeda dengan otitis eksterna sirkumsripta pada gangguan ini tidak ditemukan adanya furunkel, dan pada gangguan ini mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam, sehingga kulit liang telinga terlihat hiperemis dan edema dengan batas tidak jelas. Gangguan ini juga disebabkan oleh bakteri golongan Pseudomonas, ada pula bakteri lain yang menjadi penyebab yakni Staphylococcus albus dan Eschericia coli. Gejala yang biasa timbul berupa nyeri tekan tragus, liang telinga yang terlihat sempit, terkadang dapat ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening regional, dihasilkan pula sekret yang berbau dan tidak mengandung lendir.Selain disebabkan karena kuman, otitis eksterna ini juga dapat disebabkan karena terlalu sering mengorek telinga dengan menggunakan cotton bud, ujung jari, atau lainnya yang dapat mendorong serumen ke bagian telinga yang agak dalam, dapat juga karena kelembapan yang terganggu, aktivitas berenang yang terlalu sering, dan lainnya. Sama seperti otitis eksterna maligna, otitis eksterna akut ini dapat menyerang segala jenis usia tanpa terkecuali walaupun angka tertinggi dimiliki oleh orang dewasa. Insiden yang terjadi pada laki-laki dan perempuan tidak terlalu memiliki perbedaan yang jauh.Patofisiologi pada otitis eksterna umumnya sama hanya terdapat perbedaan pada etiologi dan penanganannya. Dimana karena peningkatan kadar pH pada serumen telinga dan kondisi daerah yang lembab menyebabkan serumen tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik sehingga kuman mudah berkembang biak. Karena kondisi yang lembab dan kondisi basah menyebabkan stratum korneum pada kulit menyerap kelembapan tersebut dan keratin serta unit-unit apopilosebasea ikut meningkat kelembapannya, sehingga menunjang terjadinya pembengkakan dan penyumbatan folikel yang mengakibatkan berkurangnya aliran serumen ke permukaan kulit yang kemudian meningkatkan pH dari serumen yang kemudian menurunkan fungsi protektifnya menyebabkan bakteri dan jamur mudah tumbuh, dan kemudian menyebabkan gatal yang akan mudah cedera bila digaruk atau dikorek yang nantinya akan memudahkan mikroorganisme menginvasi dan menyebabkan otitis.Penanganan antara kedua jenis otitis ekterna akut ini agak berbeda, yang sama hanyalah tetap digunakannya antibiotika sebagai pilihan pertama untuk lesinya. Untuk otitis media sirkumskripta yang ditemukannya furunkel, pengobatan yang dilakukan tergantung pada keadaan furunkelnya, apabila sudah terdapat abses maka harus diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya, kemudian secara lokal diberikan salep antibiotik seperti polymixin B atau bacitracin, atau dapat pula diberikan antiseptik, apabila dinding furunkelnya tebal maka harus diinsisi dan kemudian nanahnya dialirkan keluar. Untuk kasus sirkumskripta ini jarang dibutuhkan antibiotika secara sistemik, pada umumnya hanya secara lokal, dan pengobatan yang diberikan juga sesuai gejala yang timbul. Berbeda dengan otitis eksterna difusa, pada gangguan ini tidak ditemukan adanya furunkel tetapi pada penatalaksanaannya dibutuhkan pembersihan telinga dengan menggunakan tampon antibiotika agar kulit yang mengalami peradangan dapat mendapat antibiotika tersebut, terkadang pada kasus ini dibutuhkan antibiotika sistemik.Kedua gangguan diatas dapat sembuh dengan baik apabila mendapatkan penanganan yang baik, dan pembersihan yang steril, dengan mengurangi kebiasaan buruk mengorek-ngorek telinga, dan melakukan pembersihan yang baik setelah melakukan aktivitas yang menganggu telinga, seperti berenang, mandi, menyelam, dan lainnya.OtomikosisBerbeda dengan gangguan sebelumnya, otomikosis merupakan infeksi pada liang telinga akibat dari jamur karena kelembapan yang tinggi. Jamur yang sering menyebabkan otomikosis diantaranya Pityrosporum, Aspergilus, Candida albicans, dan jamur lainnya. Geajala yang umumnya timbul pada gangguan ini adalah adanya rasa gatal sperti gangguan lainnya, disertai adanya rasa penuh pada liang telinga, tetapi terkadang pasien tidak mengalami keluhan-keluhan diatas. Sebagian besar penyebab dari otomikosis hampir sama dengan penyebab pada otitis eksterna akut maupun kronis maupun pada patofisiologinya. Dalam hal ini penatalaksanaannya dengan membersihkan liang telinga dengan larutan asam asetat 2% dalam alkohol, larutan iodium poviodin 5% atau dengan tetses telinga yang mengandung campuran antibiotik dan steroid yang dapat menyembuhkan, terkadang juga dibutuhkan obat anti-jamur yang diberikan secara topikal.1

EpidemiologiOtitis eksterna maligna lebih sering terjadi pada iklim yang lembab dan hangat dibandingkan dengan iklim yang lain. Di Amerika Serikat, OEM dapat menyebabkan paralisis fasialis dengan insiden 20% dari 46 orang pasien yang mengalami OEM, tetapi setelah menemukan penatalaksanaan menggunakan antibiotik, insiden paralisis fasialis ini mulai menurun. OEM lebih sering dialami oleh laki-laki dibandingkan perempuan, dan gangguan ini dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering ditemukan pada pasien yang lebih tua yakni diatas 60 tahun.

Etiologi1,3Dibawah ini merupakan beberapa penyebab dari otitis eksterna maligna, diantaranya adalah :1. DiabetesDari 90% pasien yang mengalami otitis eksterna maligna ini memiliki gangguan berupa diabetes melitus yang merupakan salah satu penyebab utama pada gangguan ini. Hal ini disebabkan karena perbedaan pH pada serumen pasien.2. ImmunodeficiencyBisa disebabkan karena gangguan proliferasi limfosit atau mungkin disebabkan oleh penggunaan obat-obat imunosupresan.3. AIDS4. Terlalu sering mengorek telinga (irigasi telinga)Irigasi telinga yang terlalu sering dan terlalu dalam dapat menyebabkan trauma. Sekitar 50% kasus disebabkan oleh trauma akibat irigasi terutama pada pasien diabetes.5. BakteriBakteri penyebab tersering yang paling sering ditemukan adalah Pseudomonas aeroginosa, tetapi terkadang dapat pula ditemukan akibat Aspergillus sp., Proteus sp., Candida sp., Staphylococcus aureus, dan Staphylococcus epidermidis.

PatofisiologiBelum ada patofisiologi yang jelas untuk gangguan ini, tetapi sebagian besar kasus otitis eksterna maligna ini terjadi karena kadar gula dalam darah yang terlalu tinggi atau lebih sering terjadi pada mereka yang memiliki penyakit diabetes melitus, hal ini dikarenakan karena pH serumen pada penderita diabetes lebih tinggi dibanding dengan orang normal, yang kemudian mengurangi konsentrasi lisozim yang dapat mengganggu aktivitas antibakterial pada daerah tersebut. Selain itu, gangguan ini juga dapat dikarenakan imunodefisiensi akibat dari gangguan proliferasi limfosit maupun karena penggunaan obar-obat imunosupresan.1 Gangguan ini juga dapat terjadi pada mereka yang mengalami AIDS, patofisiologi yang dimiliki dari penyebab ini berbeda dengan patofisiologi pada kasus umumnya, pada kasus ini penderita memiliki usia yang lebih muda dan tidak memiliki riwayat diabetes dan gejala yang dimiliki umumnya sama seperti pada OEM pada umumnya, pada kasus AIDS ini bakteri Pseudomonas tidak menjadi dominan.3Pada otitis eksterna maligna ini, peradangan yang terjadi meluas secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan, dan tulang sekitarnya, sehingga dapat menimbulkan kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Liang telinga yang tertutup oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuh dapat menyebabkan nyeri yang semakin lama semakin hebat, dan dapat menyebabkan saraf fasial juga ikut terkena yang kemudian akan menyebabkan paresis atau paralisis fasial.1,3

Manifestasi Klinik1Gejala yang timbul pada kasus ini umumnya bervariasi: Rasa nyeri atau sakit (nyeri sedang hingga berat). Rasa gatal. Pengeluaran sekret dari telinga. Penbengkakan liang telinga. Demam umumnya tidak terjadi Disertai dengan adanya riwayat diabetes. Apabila gangguan ini sudah terlalu lama dan semakin parah maka akan mengganggu saraf kranial ketujuh sehingga menyebabkan paralisis pada bagian tersebut yang dapat terlihat seperti mulut yang mencong pada skenario.

PenatalaksanaanMedikamentosa1,6Penatalaksanaan yang umumnya dilakukan adalah dengan menggunakan antbiotika sesuai dengan hasi pemeriksaan kultur dan resistensi yang didapatkan dari sekret. Penanganan harus diberikan secara cepat guna mencegah gangguan yang lebih lanjut. Sembari menunggu hasil kultur dan resistensi, pemberian antibiotika sementara dapat menggunakan golongan floro-quinolone seperti ciprofloxasin yang diberikan dalam dosis tinggi baik dapat diberikan secara peroral maupun intravena. Apabila kondisi yang ditemukan dalam keadaan yang lebih berat maka pemberian antibiotika akan diberikan secara parenteral yang juga dikombinasikan dengan antibiotika golongan aminoglikosida dengan lama pemberiannya sekitar 6-8 minggu. Ada beberapa antibiotik yang secara umum digunakan pada kasus ini yakni diantaranya adalah ciprofloxasin, ticarcilin-clavulanat, piperacilin yang pemberiannya dikombinasikan dengan golongan aminoglikosida, ceftriaxone, ceftazidine, cefepime, tobramicin yang penggunaannya juga dikombinasikan dengan golongan aminoglikosida, dan gentamicin yang penggunaannya dikombinasikan dengan golongan penicilin.Pada umumnya dalam kasus ini penggunaan antibiotika diberikan dalam kurun waktu yang cukup panjang, dan juga harus disesuaikan dengan jenis mikroorganisme yang ditemukan dalam proses kultur dan resistensi, mengingat penyebab pada kasus ini yang tersering adalah Pseudomonas aeroginosa makan pemberian antibiotika pilihan adalah dengan menggunakan gentamicin. Pemberian antibiotika yang cepat sangat diperlukan guna mencegah terjadinya komplikasi dan semakin buruknya gangguan tersebut.Non-medikamentosaSelain penggunaan obat-obatan, otitis eksterna maligna ini juga membutuhkan tindakan pembersihan luka (debrideman) secara radikal yakni dengan pembersihan yang baik dan steril yang terpenting, sebab pembersihan yang dilakukan dengan tidak steril dan tidak tuntas dapat menyebabkan semakin cepat dan mudahnya penjalaran penyakit ini ke bagian lain disekitarnya.1Tindakan pembedahan juga dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat menggunakan antibiotika atau untuk pasien yang tidak mengalami perbaikan setelah penggunaan antibiotika dalam jangka waktu yang lama. Pembedahan yang dapat dilakukan dengan melakukan drainase pada abses dan pengangkatan pada bagian tulang yang telah mengalami kerusakan akibat gangguan ini guna mencegah komplikasi pada tulang. Tetapi dalam hal ini, tindakan pembedahan jarang dilakukan karena pada sebagian besar kasus, gangguna ini merespon positif pada pemberian antibiotika jangka panjang.6 KomplikasiKomplikasi yang umumnya muncul pada kasus ini dikarenakan gangguan yang sudah terlalu lama dan mulai memburuk, dapat pula diakibatkan karena higiene yang kurang dari pasien itu sendiri. Mengingat akan progresifnya perluasan peradangan pada gangguan ini, maka komplikasi akan mudah muncul diantaranya diawali dengan jaringan granulasi yang mudah tumbuh dengan cepat dan kemudian mengganggu saraf kranial ketujuh yang menyebabkan paralisi, yang apabila semakin parah jg dapat mengganggu persarafan lainnya dan juga otak penderita. Selain itu, peradangan yang progresif juga sampai menyerang tulang rawan dan tulang sekitarnya yang kemudian menyebabkan kondritis, osteitis, dan osteomielitis yang menghancurkan tulang temporal. Dan apabila penanganan yang diberikan tidak berjalan dengan baik, atau dapat juga disebabkan karena higiene yang kurang dari pasien gangguan ini dapat semakin parah terjadinya dan dapat kambuh kembali.1

PrognosisPada sebagian besar kasus, gangguan ini berespon baik terhadap penggunaan obat-obatan terutama antibiotika. Dengan penanganan yang dini, tepat, dan kebersihan terjaga, gangguan ini akan membaik seiring berjalannya waktu, tetapi apabila sebaliknya, gangguan ini akan semakin memburuk dan dapat menyebabkan komplikasi.

KesimpulanOtitis eksterna maligna merupakan infeksi difus yang terjadi pada bagian telinga luar dan bagian sekitarnya, dimana penyebab tersering gangguan ini adalah dikarenakan adanya riwayat diabetes, dan gangguan autoimun yang akan meperburuk kondisi pasien dan menyulitkan penyembuhan. Tetapi gangguan ini dapat diatasi dengan pemberian antibiotika yang tepat sesuai dengan hasil kultur dan resistensi dari sekret yang keluar dari telinga. Dengan penanganan yang adekuat dan kebersihan yang terjaga maka gangguan ini akan berangsur-angsur membaik.

Daftar Pustaka1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi ke-6. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2011.2. Hobson CE, Mouy JD, Byers KE, et al. Malignant otitis externa: evolving pathogens and implications for diagnosis and treatment. Otolaryngol Head Neck Surg. Mar 26 2014.3. Peleg U, Perez R, Raveh D, Berelowitz D, Cohen D. Stratification for malignant external otitis. Otolaryngol Head Neck Surg. Aug 2007; 137(2): 301-5.4. Holten KB, Gick J. Management of the patient with otitis externa. J Fam Pract. Apr 2001; 50(4): 353-60.5. Hufhes E, Lee JH. Otitis externa. Pediatr Rev. Jun 2001; 22(6): 191-7.6. Philips JS, Jones SE. Hyperbaric oxygen as an adjuvant treatment for malignant otitis externa. Cochrane Databese Syst Rev. May 31 2013; 5: CD004617.12