PBL Blok 23.docx
-
Upload
sucitra-setiawan -
Category
Documents
-
view
99 -
download
7
Transcript of PBL Blok 23.docx
Special Sense
“Katarak Senilis”
Stefany Grandinata Soeseno
NIM : 10.2010.346
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Koresponden : Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510
Email : [email protected]
Pendahuluan
Katarak merupakan setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa karena hidrasi lensa,
denaturasi protein lensa, ataupun kedua-duanya. Penyakit ini biasanya mengenai kedua mata dan
berjalan progresif ataupun tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak
merupakan penyakit pada usia lanjut/senilis (sesudah usia 50 tahun) namun dapat juga congenital
(terjadi sebelum usia 1 tahun) atau juvenile (terjadi sesudah usia 1 tahun), maupun penyulit
penyakit mata lokal menahun, dan dapat berhubungan dengan penyakit intraocular lainnya.1
Pasien dapat datang dengan keluhan penglihatan kabur, silau, adanya halo hingga adanya bintik
hitam. Penyakit ini dapat ditangani melalui pengenalan yang tepat baik melalui anamnesis,
pemeriksaan ketajaman penglihatan dengan menggunakan Snellen chart dan penunjang lainnya.
Penatalaksanaan terbaik dengan bedah fakoemulsifikasi. Bila ditangani dengan tepat maka
komplikasi termasuk kebutaan dapat dihindari. Dengan teknik pembedahan terbaik sekalipun,
tetap ada komplikasi baik saat operasi maupun sesudah operasi.
Dalam scenario ini membahas mengenai seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun yang
datang dengan keluhan kabur pada kedua mata, tidak disertai mata merah. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai penyakit katarak yang diduga diderita oleh pasien tersebut,baik dari segi
anamnesis,etiologi (penyebab), sampai pada komplikasi. Pada akhir makalah akan diberikan
kesimpulan mengenai pembahasan dan scenario yang ada.
1
Anamnesis
Untuk mengetahui apa yang terjadi pada seorang pasien,langkah anamnesis
sangatlah dibutuhkan sebagai langkah awal untuk dapat membuat perkiraan awal mengenai apa
yang sebenarnya terjadi dan yang sedang dialami oleh pasien. Dalam melakukan anamnesis,
sangat perlu dilakukan dengan baik dan benar karena bagi seorang dokter dari anamnesis apabila
dilakukan dengan baik dan benar akan dapat menegakkan diagnosis hingga mencapai kurang
lebih 70% penyakit yang dialami oleh pasien tersebut. Dalam melakukan anamnesis perlu
dilakukan sesuai dengan gejala yang dialami oleh pasien, sehingga dengan kata lain pertanyaan-
pertanyaan yang ditanyakan haruslah berhubungan dengan apa yang dirasakan oleh pasien.
Dalam melakukan langkah ini, disarankan dokter harus mempunyai kompetensi yang baik dalam
mengerti gejala-gejala yang timbul dari setiap penyakit.
Yang perlu ditanyakan pada pasien yang mengalami pertusis seperti pada scenario ini, contohnya
sebagai berikut :
1. Identitas pasien
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.1
2. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.
Perubahan daya lihat warna.
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
Lampu dan matahari sangat mengganggu.
Sering meminta ganti resep kaca mata.
Penglihatan ganda.
Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)
3. Riwayat penyakit dahulu
2
Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti:2
Diabetes Melitus
Hipertensi
Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu resiko katarak.
Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
Ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid /
toksisitas fenotiazin.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat katarak dalam keluarga.
Pemeriksaan Fisik
- Tanda Tanda Vital (terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi atau
tidak).
- Pemeriksaan mata dasar
Pada pasien katarak mata tidak mengalami iritasi. Sehingga secara umum pada
pemeriksaan fisik mata dari luar tidak ditemukan kelainan. Yang lebih dikeluhan pasien ialah
berkurangannya kemampuan akomodasi. Hilangnya transparansi lensa ini dapat menyebabkan
penglihatan menjadi kabur, baik penglihatan jauh maupun dekat namun tidak disertai dengan
rasa nyeri. Pada pasien katarak tidak ditemukan adanya tanda peradangan baik pembengkakan,
eritema, panas dan nyeri tekan. Karena didapati penurunan ketajaman penglihatan pada katarak,
maka pemeriksaan visus dengan menggunakan uji ketajaman penglihatan Snellen diperlukan.
Secara umum didapatkan korelasi antara penurunan ketajaman penglihatan dengan tingkat
kepadatan katarak.3
Pemeriksaan mata dasar tersebut ialah:
1. Mata eksternal :
Pemeriksaan mata eksternal tidak jauh berbeda dari pemeriksaan fisik umumnya. Untuk
melihat kamera okuli anterior, serta batas-batasnya seperti kornea, iris, lensa maka kita
memakai senter. Kedalaman diukur dengan shallow chamber dari arah temporal.
a. Palpebra
3
b. Conjungtiva
c. Kornea
d. Kamera anterior
e. Iris/pupil
f. Lensa
2. Ketajaman visus /VA
Pada pemeriksaan visus atau VA kita menilai ketajaman penglihatan, manusia
normal memiliki ketajaman penglihatan 1,0, atau 20/20, atau 6/6 yang berarti pasien
dapat melihat dalam jarak 6 meter (numerator) dan secara normal seseorang dapat
melihat dalam jarak 6 meter (denominator). Pemeriksaan visus dilakukan pertama kali
sebelum pemeriksaan lain kecuali pada suatu trauma yang emergensi misalnya trauma
kimia. Pemeriksaan dengan memakai Snellen chart (umumnya, dan pada orang normal
yang tidak buta huruf). Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 6 meter, pasien duduk tenang
dan mencoba melihat dan membaca huruf yang kita tunjuk. Perlu diingat bahwa
pemeriksaan dilakukan kepada 1 mata secara bergantian, dan dimulai dengan mata kanan.
Baris terakhir yang bisa dibaca itulah visus pasien. Jika pasien tidak dapat melihat huruf
terbesar artinya visus kurang dari 6/60 atau 20/200 maka kita memakai cara finger
counting.3
Tes finger counting dilakukan pertama dalam jarak 1 meter, dilakukan maksimal
sampai 5 meter. Misalnya pasien dapat menghitung jari dalam sampai jarak 3 meter
maka laporannya ialah visus 3/60. Jika pasien tidak dapat menghitung jari, maka kita
melakukan tes hand movement. Uji ini dilakukan hanya 1 kali pada jarak 1 meter. Jika
pasien mampu melihat gerakan (lambaian) tangan maka laporannya visus 1/300. Jika
visus sudah sangat buruk sehingga tes hand movementpun gagal, maka kita lakukan uji
persepsi cahaya. Uji ini sebaiknya dilakukan di dalam dark room. Pada uji light
perception ini dapat dilihat dari arah mana proyeksi cahayanya. Jika pasien tidak dapat
membedakan lagi maka artinya no light perception atau visus 0. Suatu penurunan visus
kita asumsikan menjadi kelainan pada media refraksi, maka dapat dikoreksi dengan
lensa. Kita bisa memberi lensa pin hole agar membantu memfokuskan cahaya yang
masuk tepat di macula.3 Tujuan tes ini adalah untuk membedakan antara kelainan
refraksi dan kelainan media refraksi. Bila ada kelainan refraksi, maka dengan melakukan
4
uji pinhole didapatkan perbaikan pada ketajaman penglihatan. Hal ini dikarenakan
fungsi dari pinhole yang dapat memfokuskan cahaya yang masuk sehingga jatuh tepat
pada makula lutea. Pada katarak terjadi kelainan pada media refraksi sehingga uji
pinhole tidak memperbaiki ketajaman penglihatan penderita.
3. Lapang pandang
Pemeriksaan lapang pandang terdiri dari tes konfrontasi, perimetri atau
kampimetri. Uji ini dilakukan untuk menilai lapang pandang pasien. Kelainan lapang
pandang dapat terjadi pada gangguan di jalur lintasan visual.
Perimetri adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan
mata terfiksasi sentral. Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting
dilakukan pada keadaan penyakit yang mempunyai potensi terjadinya kebutaan. Pada
glaukoma pemeriksaan ini berguna dalam pengobatan penyakit dan pencegahan
kebutaan. Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada
bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu
pemeriksaan sama dengan kampimeter. Pemeriksaan lapang pandangan dilakukan dengan
Perimeter, merupakan alat yang dipergunakan untuk menentukan luas lapang pandangan.
Alat ini berbentuk setengah bola dengan jari- jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini
penderita diletakkan untuk diperiksa. Batas lapang pandangan perifer adalah 90°
temporal, 75° inferior, 60° nasal, dan 60° superior. Dapat dilakukan pemeriksaan statik
ataupun kinetik.2
Dikenal 2 cara pemeriksaan perimetri, yaitu :
a. Perimetri kinetik yang disebut juga perimeter isotropik dan topografik, dimana
pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat menjadi
terlihat oleh pasien.
b. Perimetri statik atau perimeter profil dan perimeter curve differential threshold, dimana
pemeriksaan dengan tidak menggerakkan objek akan tetapi dengan menaikkan intensitas
objek sehingga terlihat oleh pasien.
Pemeriksaan lapangan pandang (visual field) yang sederhana dapat dilakukan
dengan jalan membandingkan lapang pandang pasien dengan pemeriksa (yang dianggap
normal) yaitu dengan metode konfrontasi dari Donder. Teknik pemeriksaan tes
5
konfrontasi adalah dengan cara Pasien duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa
dengan jarak kira-kira 1 meter. Bila mata kanan yang hendak diperiksa lebih dahulu,
maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan tangannya atau kertas, sedangkan
pemeriksa harus menutup mata kanannya. Pasien diminta untuk memfiksasi
pandangannya pada mata kiri pemeriksa. Kemudian pemeriksa menggerakkan jari
tangannya di bidang pertengahan antar pemeriksa dan pasien. Gerakan dilakukan dari
arah luar ke dalam. Jika pasien sudah melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus
memberi tanda dan dibandingkan dengan lapang pandang pemeriksa.2,3
Bila terjadi gangguan lapang pandang, maka pemeriksa akan lebih dahulu melihat
gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua arah (atas, bawah, nasal,
temporal). Pemeriksaan dilakukan pada masing-masing mata. Bila pasien tidak dapat
melihat jari pemeriksa sedangkan pemeriksa sudah dapat melihatnya, maka hal ini berarti
bahwa lapang pandang pasien menyempit. Kedua mata diperiksa secara tersendiri dan
lapang pandang tiap mata dapat memperlihatkan bentuk yang khas untuk tipe lesi pada
susunan nervus optikus.
Uji konfrontasi merupakan uji pemeriksaan lapang pandangan yang paling
sederhana karena tidak memerlukan alat tambahan. Lapang pandangan pasien
dibandingkan dengan lapang pandangan pemeriksa.
Tes yang digunakan untuk mengidentifikasi defek lapang pandang neurologis adalah
dengan menggunakan objek berwarna merah. Lapang pandang merah merupakan yang
paling sensitif terhadap lesi saraf optik. Untuk melakukan tes konfrontasi digunakan
jarum dengan kepala berwarna merah. Pasien diminta untuk mengatakan saat ia pertama
kali melihat kepala jarum tersebut berwarna merah (bukan saat ia pertama kali melihat
kepala jarum tersebut). Cara yang lebih sederhana, satu objek berwarna merah dapat
dipegang di tiap kuadran atau setengah lapang pandang dan pasien diminta untuk
membandingkan kualitas warna merah di tiap lokasi. Pada defek lapang pandang
hemianopik, warna merah akan tampak lebih buram di lapang pandang yang terkena.
5. TIO palpasi
Pada katarak komplikasi yang mungkin terjadi ialah glaukoma. Maka sangat
penting memeriksa tekanan intra okuler. Tonometri ialah cara memeriksanya, yang paling
6
sederhana tentunya tonometri perpalpasi, kita bisa membandingkan TIO kiri dan kanan
maupun TIO pasien dengan kita sebagai pemeriksa (dianggap normal).4
6. Funduskopi
Pemeriksaan oftalmoskopi direk dapat digunakan untuk memeriksa segmen
anterior (termasuk lensa) maupun fundus. Kekeruhan yang ada pada lensa akibat katarak
juga dapat diperlihatkan pada pemeriksaan oftalmoskopi direk. Indikator lainnya pada
oftalmoskopi direk untuk penderita katarak adalah berkurangnya reflex merah. Refleks
ini merupakan perubahan warna pupil menjadi jingga kemerahan yang lebih terang dan
homogen jika cahaya pemeriksa tepat sejajar dengan sumbu visual yaitu saat pasien
melihat ke arah cahaya oftalmoskop.
Adanya kekeruhan pada lensa dapat menghalangi seluruh atau sebagian reflex cahaya
dan menyebabkan tampaknya bintik atau bayangan gelap. Bila hal ini terjadi pasien
dapat disuruh melihat ke tempat lain sejenak kemudian kembali melihat cahaya, bila
kekeruhan ini bergerak maka kemungkinan letaknya ada dalam vitreus. Sedangkan bila
tidak bergerak kemungkinan kekeruhan ini berasal dari lensa. Pada stadium inpisien dan
imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada
stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang merah
jambu, lensa sudah keruh.4
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop dapat membantu menyingkirkan diagnosis banding
adanya suatu retinopati yang timbul 20 tahun setelah pasien menderita diabetes mellitus.
Umumnya oftalmoskopi direk tidak cukup untuk mengentahui hal ini karena adanya kekeruhan
pada lensa yang mempersulit pemeriksa melihat fundus mata. Oleh karena itu dapat digunakan
pemeriksaan penunjang berupa angiografi fundus untuk mengetahui adanya suatu
mikroaneurisma pada pembuluh darah yang memperdarahi retina. Prinsip pemeriksaan ini adalah
melihat gambaran pembuluh darah dengan bantuan media flouresein yang disuntikan melalui
vena lengan. Pada saat pemeriksaan ini dapat terlihat gambaran pembuluh darah retina.
Normalnya terlihat gambaran ground glass. Bila ada suatu mikroaneurisma seperti pada
penderita retinopati diabetes, maka pemeriksaan ini dapat menegakkan diagnosis tersebut.5
7
Pemeriksaan penunjang selain yang dilakukan untuk mata ialah pemeriksaan laboratorium
darah. Hal ini penting mengingat pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus. Pertama tentu
darah rutin diperiksa sebagai parameter darah dasar. Pemeriksaan darah yang kita dapat lakukan
ialah memeriksa kadar glukosa darah. Misalnya gula darah sewaktu Bukan DM <110 mg/dL,
belum pasti DM 110-199 mg/dL, DM ≥ 200 mg/dL.5 Pemeriksaan GDS penting karena kita perlu
mengontrol kadar glukosa darah pasien. Selain itu pasien dengan diabetes memberi kontribusi
untuk perjalanan penyakit kataraknya. DM juga memiliki pengaruh besar terhadap berbagai
kelainan di mata. Berbagai kelainan pada mata itu jika kita ternyata menemukan kadar glukosa
darah yang tinggi maka kita harus mengontrol kadar gula darahnya.
Artinya tatalaksana yang dilakukan ialah control gula darah terlebih dahulu, karena pemulihan
pada mata akan terjadi ketika kadar blood glucose terkontrol dengan baik (jika kasus reversible)
selain itu akan sangat berbahaya jika gula darah menjulang tinggi dengan dibiarkan begitu saja.
Untuk memantau diabetes parameter yang sekarang popular diperiksa ialah HbA1c. HbA1c
merupakan ikatan antara glukosa dengan hb, dengan demikian pengukuran yang kita lakukan
melambangkan kondisi gula darah selama kurang lebih 3 bulan. Dengan demikian pemeriksaan
ini lebih akurat dalam memonitor DM, tidak seperti GDS yang nilainya bisa bervariasi
dipengaruhi intake karbohidrat beberapa waktu pada waktu tersebut. Kadar HbA1c hendaknya
dikontrol sampai dibawah 6,5 pada DM.5 Selain itu, kita bisa memeriksa kadar kolesterol darah,
untuk mengetahui apakah kadar kolesterolnya tinggi, sebagai salah satu faktor resiko penyakit
retinopasti diabetic.
Pemeriksaan penunjang juga dilakukan jika akan dilakukan operasi terhadap kataraknya,
seperti biasa persiapan operasi akan diperiksa darah lengkap, selain itu tentunya bleeding time,
serta waktu pembekuan dan gula darah. Selain itu orang yang meminum pengencer darah karena
agregasi trombosit meningkat misalnya bisa menghentikan konsumsi obat tersebut sementara.
Diagnosis
Katarak Senile
Klasifikasi Katarak
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
8
Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun.
Katarak senil, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Katarak Senilis
Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas
50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak kasus
katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat penyakit
keluarga perlu ditanyakan. Katarak secara klinik dikenal dalam 5 stadium yaitu insipien, imatur,
intumessen, matur, hipermatur dan morgagni.2
Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior
(katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak subkapsular posterior,
kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan
korteks berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak insipien. Kekeruhan ini dapat
menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa.
Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.2
Katarak Imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa. Pada
katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan
lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder. Pemeriksaan shadow test positif.3
Katarak Intumessen
Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative menyerap air. Masuknya
air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong
iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan
lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumessen biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada keadaan ini dapat terjadi
hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah yang akan
9
memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan
jarak lamel serat lensa.4
Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa
terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumessen tidak
dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.
Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik
mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris/ shadow test negatif.3
Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi
keras atau lembek dan mencair.1
Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,
berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan dengan zonula zinn
menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka
korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu disertai dengan nucleus yang
terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak
Morgagni. 1
Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :3,4
1. Nuclear sclerosis/ katarak inti atau nuclear, merupakan perubahan lensa secara perlahan
sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan, menjadi coklat dan kemudian menjadi
kehitam-hitaman karena pengendapan pigmen. Seringkali, yang biasa terlihat adalah
nukleus katarak yang berpigmen kuning baik, coklat (cataracta brunescens) atau hitam
(cataracta nigra) dan jarang sekali kemerahan (cataracta rubra). Inti lensa dewasa selama
hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada
pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik.
Kemudian, penglihatan mulai bertambah kabur atau lebih menguning. Menyetir saat
10
malam hari menjadi silau dan sukar. Penderita juga mengalami kesulitan membedakan
warna, terutama warna biru dan ungu.
2. Katarak kortikal, mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ke
tengah sehingga mengganggu penglihatan.
Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior.
Penglihatan jauh dan dekat terganggu. Penglihatan merasa silau dan hilangnya
penglihatan kontra.
3. Katarak subkapsular, mulai dengan kekeruhan kecil di bawah kapsul lensa, tepat lajur
jalan sinar masuk. Dapat telihat pada kedua mata. Katarak ini menyebabkan silau, halo
atau warna sekitar sumber cahaya, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta
pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasien diabetes, pasca radiasi, dan
trauma.
Differential Diagnosis
Retinopati Diabetik
Adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes mellitus. Retinopati
akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat
lemak.1
Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana ditemukan pada retina:
1. Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan
bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus
posterior.
2. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat
mikroaneurismata dipolus posterior. Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas
pada mikroaneurisma, atau karena pecahnya kapiler.
3. Dilatasi vena yang terjadi akibat kelainan sirkulasi dan kadang kadang disertai kelainan
endotel dan eksudasi plasma.
4. Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus yaitu
irregular, kekuning-kuningan. Pada permukaan eksudat pungtata membesar dan
11
bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Pada mulanya
tampak pada gambaran angiografi fluoresein sebagai kebocoran fluoresein diluar
pembuluh darah. Kelainan ini terutama terdiri atas bahan-bahan lipid dan terutama
banyak ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.
5. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada
pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan
berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan
dengan iskemia retina.
6. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan.
Neovaskularisasi terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Tampak sebagai
pembuluh yang berkelok-kelok, dalam kelompok-kelompok, dan bentuknya irregular.
Hal ini merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati diabetes.
7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama derah makula sehingga
sangat menggangu tajam penglihatan pasien.
Gejala subjektif yang dapat ditemui berupa:3
Kesulitan membaca
Penglihatan kabur
Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata
Melihat lingkaran-lingkaran cahaya
Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip
F. Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga multifaktorial,
diantaranya antara lain:8
- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik
- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap
serabu-serabut lensa.
- Faktor imunologik
- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas
kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.
12
- Gangguan metabolisme umum.
G. Epidemiologi
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak merupakan kelainan mata
yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering ditemukan. Katarak
memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal,
biasanya akibat proses degenatif. Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat didapatkan
adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% pada mereka
yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun. Katarak
congenital, katarak traumatic dan katarak jenis jenis lain lebih jarang ditemukan.8
Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah penduduk dan
katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7 %. Berdasarkan
beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan ras kulit
hitam paling banyak. Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak
ditemukan, sampai 90% dari seluruh kasus katarak.8
Faktor resiko katarak senilis :7,8
Diabetes mellitus
Hipertensi
Paparan sinar ultra violet
Obesitas
Merokok
Diet
Peningkatan asam urat
Miopi
Warna iris yang gelap
Genetik
13
Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui. Diduga adanya
interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak senilis dan belum
sepenuhnya diketahui. Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat
sementara daya akomodasinya semakin melemah.5,8
1.Penumpukan protein di lensa mata
Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada
lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya yang
masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga pada
tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses
selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan
semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering yang
menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.3
2.Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan
Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata
dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat
menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak
menghambat penghantaran cahaya ke retina. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak
transparan sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada
berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin sulit
dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang sama
sekali. Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang tinggi menjadi
faktor risiko perkembangan katarak senilis.2
Perubahan lensa pada usia lanjut:
Kapsul
Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)
Mulai presbiopia
Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
Terlihat bahan granular
Epitel – makin tipis
14
Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat
Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
Serat lensa
Lebih irregular.
Pada korteks jelas kerusakan serat sel.
Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus
(histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang warna coklat
protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding normal.
Korteks tidak berwarna karena:
Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.
Manifestasi Klinis
Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.3,8
Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan jauh yang
kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat membaca
lebih baik tanpa kacamata (“second sight”). Terjadinya miopia ini disebabkan oleh
peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient.
Tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan penurunan yang
berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat dari efek
pada gangguan penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi miosis.
Katarak sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan penglihatan jauh dan
penglihatan dekat yang bagus.
Katarak kortikal umumnya tidak memberi gejala sampai tingkat progresifitas lanjut
ketika jari-jari korteks membahayakan axis penglihatan.
Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:8
1. Pandangan kabur
Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau berangsur-
angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.
2. Penglihatan silau
15
Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,dimana tigkat
kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontrasyang menurun dengan latar belakang
yang terang hingga merasa silau disiang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang
berlawanan arahatau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini seringkali
muncul pada penderita katarak kortikal.
3. Sensitifitas terhadap kontras
Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui
perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan tempat.
Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus
daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun
uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.3
4. Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,
biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien
presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan
kedua.4 Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa, rasa
nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.
Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang
tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.
5. Variasi Diurnal Penglihatan
Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun pada
siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya penderita katarak
kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang dibanding
pada sinar redup.
6. Distorsi
Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul atau
bergelombang.
7. Halo
Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yangterlihat di sekeliling
sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma.
8. Diplopia monokuler
16
Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang
keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan
cover test dan pin hole.
9. Perubahan persepsi warna
Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi
warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna
sebenarnya.4
10. Bintik hitam
Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada
lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang sering
bergerak-gerak.
Penatalaksanaan
Penanganan non bedah meliput penanganan kelainan refraksi atau penggunaan kaca mata,
penggunaan lampu baca khusus dan penggunaan midriatikum pada katarak subkapsularis
posterior. Sampai saat ini belum ada obat antikatarak yang memiliki bukti kuat mampu
menghambat atau meniadakan pembentukan katarak, namun d pasaran ada beberapa bahan dan
suplemen yang mungkin sebagai anti katarak misalnya obat-obat penurun sorbitol, obat-obat
yang menaikkan glutation dan antioksidan khusus vitamin C dan vitamin E.7
Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan
kacamata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kacamata
bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu
biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.8
Pembedahan
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
1. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK
Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya bedah
katarak ekstrakapsular. Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan pada
katarak senil. Dengan teknik tersebut dilakukan pengeluaran lensa dengan kapsul lensa secara
keseluruhan. Indikasi EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan katarak hipermatur.
17
Bila zonula zinii tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih baik dilakukan EKIK.
Kontra indikasi absolut meliputi katarak pada anak – anak dan dewasa muda serta rupture
kapsular traumatik.1 Kontra indikasi relatif meliputi miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak
Morgagni, dan adanya korpus vitreus di kamera Okuli anterior. Pada saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2. Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK)
Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK) merupakan teknik operasi katak dengan melakukan
pengangkatan nucleus lensa dan korteks lensa melalui pembukaan kapsul anterior dan
meninggalkan kapsul posterior. EKEK merupakan kontra indikasi pada katarak dengan Zonula
zinii yang tidak adekwat. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan
kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glaukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah
ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan
kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.
Kapsul posterior yang yang masih intak pada EKEK mempunyaai kelebihan antara lain:
1.Mengurangi risiko CV prolaps
2.Untuk mendapatkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL
3.Mengurangi mobilitas iris dan vitreus yang terjadi pada gerakan saccadic
( endophthalmiodonesis)
4.Sebagai barier yang membatasi pertukaran molekul antara vitreus dan humour akuos.
5.Mengurangi kemungkinan masuknya bakteri ke vitreus yang dapat menyebabkanendoftalmitis.
6.Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan menempelnya dengan vitreus dengan iris,
kornea dan luka incise.
Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran
ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi
melalui insisi ± 3 mm. Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKEK, maka luka dapat
diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang katarak di
18
fragmentasi dan diaspirasi. Tindakan operasi katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi memiliki
banyak keunggulan diantaranya : 8,9
Luka operasi sangat pendek(3 ml).
Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap keluar.
Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada kondisi
tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.
Masa penyembuhan lebih singkat.
Komplikasi
1. Glaukoma
• Fakolitik
Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan
menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya
substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau
makrofag yang berfungsi mereabsorbsi substansi lensa tersebut.Tumpukan akan menutup sudut
kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.3
• Fakomorpik
Berdasarkan posisi lensa, oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut kamera
okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan produksi
berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaucoma
• Fakotoksik
Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri (autotoksik).
Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi glaukoma.3
2. Uveitis
3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa
2.Hifema
Perdarahan bisa terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau vaskularisasi iris abnormal.
Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan kauterisasi. Perdarahan dari iris yang normal
jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uveitis heterocromik dan iridosiklitis.
19
Komplikasi utama akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO dan corneal
blood staining.
3. Edema kornea
Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada epitel atau stroma
yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi yang cukup lama, inflamasi dan peningkatan
TIO. Biasanya akan teresobsi 4-6 minggu setelah operasi. Jika masih ditemukan edema kornea
sentral setelah 3 bulan pasca operasi, perlu dipertimbangkan keratoplasti.3
4.Prolaps Iris
5.Astigmatisme
6.Endoftalmitis
Pencegahan
Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat
dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila
telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga
kecepatan berkembangnya katarak dengan:
Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam
tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah.8
Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata.3
Prognosis
Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak
menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka
prognosis pada katarak senilis umumnya baik.3,8
KESIMPULAN
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia
diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis ialah karena proses degeneratif. Selain itu
katarak senilis juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya penyakit metabolisme,
trauma serta paparan sinar ultraviolet.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.200-11; 218-
20.
2. Sibuea WH, Frenkel M. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Jakarta:
Sagung Seto; 2008.h.7-15.
3. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika;
2000.h.401-406.
4. Riordan P, Whitcher JP. Oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: ECG; 2010.h.30-58.
5. Halim SL, Iskandar I, Edward H. Patologi klinik kimia klinik. Jakarta: Bagian Patologi
Klinik FK UKRIDA; 2011.h. 51-9.
6. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK UKRIDA; 2011.h.9; 59-66.
7. Ilyas S. Katarak, lensa mata keruh. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.h.4-8.
8. Mansjoer A, Suprohaita, Setiowulan W, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3 (I). Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.2004.h.6.
21