PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

24
Tinjauan Pustaka Fraktur Tertutup Lengan Regio Antebrachii Dextra Sepertiga Distal Beserta Jenis-jenis Frakturnya Theresia 102012165 / E4 15 Maret 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021- 5631731 Email : [email protected] Pendahuluan Penyakit-penyakit sistem muskuloskeletal menduduki tempat pertama di antara penyakit-penyakit yang mengubah kualitas hidup. Keadaan ini berkaitan dengan keterbatasan aktivitas, disabilitas, dan gangguan. Di Amerika Serikat, satu dari setiap tujuh orang menderita salah satu jenis gangguan muskuloskeleial, yang menghabiskan biaya lebih dari 60 milyar dolar setahunnya. Biaya ini mencakup hilangnya penghasilan dan biaya pengobatan. Penyakit sistem muskuloskeletal dapat dibagi menjadi dua golongan: penyakit sistemik dan penyakit lokal. Pasien dengan penyakit 1

description

good~! :D

Transcript of PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Page 1: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Tinjauan Pustaka

Fraktur Tertutup Lengan Regio Antebrachii Dextra Sepertiga Distal

Beserta Jenis-jenis Frakturnya

Theresia

102012165 / E4

15 Maret 2014

Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana

Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

Pendahuluan

Penyakit-penyakit sistem muskuloskeletal menduduki tempat pertama di antara penyakit-

penyakit yang mengubah kualitas hidup. Keadaan ini berkaitan dengan keterbatasan aktivitas,

disabilitas, dan gangguan. Di Amerika Serikat, satu dari setiap tujuh orang menderita salah satu

jenis gangguan muskuloskeleial, yang menghabiskan biaya lebih dari 60 milyar dolar

setahunnya. Biaya ini mencakup hilangnya penghasilan dan biaya pengobatan. Penyakit sistem

muskuloskeletal dapat dibagi menjadi dua golongan: penyakit sistemik dan penyakit lokal.

Pasien dengan penyakit sistemik, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus sistemik, dan

polimiosilis, dapat terlibat sakit kronis dengan kelemahan umum, nyeri dan kaku sendi secara

berkala. Pasien dengan penyakit lokal pada dasarnya merupakan individu sehat yang menderita

keterbatasan gerakan dan nyeri pada satu daerah tertentu. Yang termasuk ke dalam kelompok ini

adalah pasien yang menderita nyeri punggung, tennis elbow, artritis, atau bursitis, dan juga

fraktur. Di dalam makalah kali ini, akan dibahas mengenai fraktur yang terjadi pada regio

antebrachii dextra sepertiga distal. Fraktur sendiri berarti hilangnya kontinuitas tulang, tulang

rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Selanjutnya

akan dibahas lebih lanjut pada subbab-subbab berikutnya.1,2

1

Page 2: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Makalah ini diharapkan dapan membantu penulis dan pembaca mengerti mengenai

fraktur di regio antebrachii sepertiga distal dextra dalam hal anamnesis, gejala klinis,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, working diagnosis, differential diagnosis, etiologi,

faktor risiko, epidemiologi, manifestasi klinik, patofisiologi, penatalaksanaan, komplikasi,

pencegahan, dan prognosis. Dengan demikian, penanganan dalam kasus fraktur tersebut dapat

dilakukan dengan baik.

Anamnesis

Anamnesis adalah wawancara yang dapat mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit

tertentu. Anamnesis memiliki tujuan untuk menentukan diagnosis kemungkinan sehingga

membantu menentukan langkah pemeriksaan selanjutnya, termasuk pemeriksaan fisik dan

penunjang. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap

keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk

diwawancarai.3

Anamnesis yang baik akan terdiri dari:3

1. Identitas

Pada kasus didapat seorang wanita berusia 60 tahun dibawa oleh keluarganya

2. Keluhan utama

Keluhan utama pada kasus yaitu keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien jatuh terduduk di kamar mandi dengan posisi tangannya menahan berat tubuhnya

2 jam yang lalu

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat penyakit dalam keluarga

6. Riwayat pribadi

Seringkali pasien datang sudah dengan sadar dengan kondisi fraktur atau bisa juga tidak

sadar. Diagnosis patah tulang dimulai dengan anamnesis adanya trauma tertentu, seperti jatuh,

terputar, tertumbuk, dan berapa kuat trauma tersebut. Dalam persepsi penderita tersebut bisa

dirasa berat meskipun sebenarnya ringan, sebaliknya bisa dirasa ringan meskipun sebenarnya

2

Page 3: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

berat. Selain riwayat trauma, biasanya didapati keluhan nyeri meskipun patah tulang fragmen

patahan stabil, kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Banyak patah tulang mempunyai

cedera yang khas.4

Mekanisme Trauma

Trauma, dalam bentuk cedera remuk pada otot dan tulang, luka tembak, dan penetrasi

pada pembuluh darah, visera, atau organ vital lain oleh pisau atau alat tajam lain, yang

menimbulkan status syok terutama melalui kehilangan darah tiba – tiba dan hebat. Jumlah

kehilangan darah yang tida terduga karena trauma dapat tersembunyi dalam jaringan, organ, dan

“ruang ketiga” selama variable waktu sebelum gejala syok terlihat. Sebagai contoh, otot paha

dapat menahan sampai 1000 mL darah akibat fraktur femur atau robekan pada pembuluh darah

femoralis tampa terlihat peningkatan diameter paha. Kehilangan darah 1 liter menunjukkan

hemoragi serius, khususnya bila berlangsung tanpa terdeteksi dan tidak diperbaiki. Karena

kehilangan darah massif biasanya dihubungkan dengan trauma hebat, syok traumatic hampir

serupa dengan syok hemoragik dalam hal mekanisme patologis dan respon adaptif nya.5

Penyebab fraktur tulang yang paling sering adalah trauma, terutama pada anak – anak dan

dewasa muda. Jatuh dan cedera olahraga adalah penyebab umum fraktur traumatic. Beberapa

fraktur dapat terjadi setelah trauma minimal atau tekanan ringan apabila tulang lemah. Hal ini

disebut fraktur patologis. Fraktur patologis sering terjadi pada lansia yang mengalami

osteoporosis, atau individu yang mengalami tumor tulang, infeksi, atau penyakit lain. 6

Fraktur yang bahkan disebabkan oleh jatuh ringan adalah penyebab utama disabilitas

pada lansia. Lansia dengan persentase besar yang mengalami fraktur, terutama fraktur panggul,

tidak mendapatkan kembali tingkat fungsi yang sama seperti sebelum jatuh. Ketika lansia

mengalami fraktur, mereka sering menjadi tidak mandiri, yang sering menyebabkan mereka

dirawat di nursing home dengan biaya tinggi bagi pasien maupun masyarakat. Banyak lansia

yang lemah tidak pernah pulih dari fraktur, takut jatuh adalah masalah signifikan bagi banyak

individu lansia, bahkan mereka yang tidak pernah jatuh. 6

3

Page 4: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Pemeriksaan Fisik

Salah satu pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah memeriksa tanda-tanda vital yang

terdiri dari suhu, tekanan darah, nadi, dan frekuensi pernapasan. Suhu tubuh yang normal adalah

36-37oC. Pada pagi hari suhu mendekati 36oC, sedangkan pada sore hari mendekati 37oC.

Tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter dengan angka normalnya 120/80 mmHg.

Pemeriksaan nadi biasa dilakukan dengan melakukan palpasi a. radialis. Frekuensi nadi yang

normal adalah sekitar 60-80 kali permenit. Dalam keadaan normal, frekuensi pernapasan adalah

16-24 kali per menit.3 Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien normal.

Gambar 1. Palpasi radius dan ulna distal di sisi lateral dan medial.7

Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan fisik dengan inspeksi dan palpasi. Inspeksi yang

dilakukan adalah dengan mengamati posisi tangan saat bergerak untuk melihat apakah

pergerakannya halus dan normal. Saat diam, jari seharusnya sedikit fleksi dan teratur hampir

sejajar. Lihat pula sisi palmar dan dorsal dari pergelangan dan tangan secara hati-hati untuk

melihat pembengkakkan di atas sendi. Perhatikan pula adakah deformitas dari pergelangan, dan

angulasi dari sudut tulang radius ataupun ulna. Palpasi juga diamati pada pergelangan, palpasi

sisi distal radius dan ulna di permukaan medial dan lateral. Perhatikan adanya pembengkakkan,

kekenyalan, dan kehalusannya.7

Pada pasien tampak ada edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3 distal

dan pada palpasi, teraba adanya penonjolan fragmen tulang, terasa nyeri saat ditekan, dan tidak

dapat digerakkan.

Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiografik menyatakan adanya awal cedera san kemajuan proses

penyembuhan sebelumnya. Perbandingan dengan foto – foto ekstremitas lain yang sehat

4

Page 5: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

sering digunakan untuk melihat adanya perubahan tak terlihat pada ekstremitas yang

sakit.8

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun

demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta

ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya,

maka sebaiknya kita mempergunakan bulai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi

sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis. Bila secara klinis ada atau diduga

ada fraktur, maka harus dibuat 2 foto tulang yang bersangkutan. Sebaiknya dibuat foto

antero-posterior (AP) dan lateral. Bila kedua proyeksi ini tidak dapat dibuat karena

keadaan pasien yang tidak mengizinkan, maka dibuat 2 proyeksi yang tegak lurus satu

sama lain. Perlu diingat bahwa bila hanya 1 proyeksi yang dibuat, ada kemungkinan

fraktur tidak dapat dilihat. Adakalanya diperlukan proyeksi khusus, misalnya proyeksi

aksial, bila ada fraktur pada femur proksimal atau humerus proksimal.2,9

Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.

Untuk konfirmasi adanya fraktur.

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya.

Untuk menentukan teknik pengobatan.

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.2

Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:

Dua posisi proyeksi; dilakukan sekurang-kurangnya yaitu pada antero-posterior

dan lateral.

Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di bawah

sendi yang mengalami fraktur.

Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada ke dua 5

Page 6: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

anggota gerak terutama pada fraktur epifisis.

Dua trauma, pada trauma yang hebat sering menyebabkan fraktur pada dua daerah

tulang. Misalnya pada fraktur kalkaneus atau femur, maka perlu dilakukan foto

pada panggul dan tulang belakang.

Dua kali dilakukan foto. Pada fraktur tertentu misalnya fraktur tulang skafoid foto

pertama biasanya tidak jelas sehingga biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14

hari kemudian.2

b. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah menyatakan pendarahan (penurunan hemoglobin dan hematocrit) dan

kerusakan otot (peningkatan aspartate transaminase [AST] dan lactic dehydrogenase

[LDH]).

Working Diagnosis

Diagnosis dari pasien ini adalah fraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 distal. Ciri-ciri

fraktur dapat dilihat pada pemeriksaan fisik yaitu berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan

juga terdapat gerakan yang tidak normal. Bila sudah dilakukan pemeriksaan rontgen, fraktur

sudah dapat dipastikan dengan adanya garis patah4

Differential Diagnosis

Pada fraktur tertutup antebrachii dextra 1/3 distal terdapat beberapa macam fraktur: fraktur

monteggia, fraktur galeazzi, fraktur colles, fraktur smith. Karena hasil rontgen pasien tidak ada,

belum bisa dipastikan fraktur jenis apa yang diderita oleh pasien.

Fraktur Monteggia

Gambar 2. Gambaran radiologis fraktur monteggia.10

6

Page 7: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Fraktur monteggia adalah fraktur ulna sepertiga tengah atau proksimal dengan disertai

dislokasi caput radii. Caput radii dapat bergeser ke anterior, posterior, atau lateral, dan pada

beberapa keadaan baik radius maupun ulna dapat mengalami fraktur.11 Terdapat klasifikasi dari

fraktur monteggia ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.12

Gambar 3. Fraktur monteggia tipe I: angulasi fraktur ulna ke depan

dan dislokasi caput radii ke depan.12

Gambar 4. Fraktur monteggia tipe II: angulasi fraktur ulna ke belakang

dan dislokasi caput radii ke belakang.12

Gambar 5. Fraktur monteggia tipe III: fraktur metafisis ulna

proksimal dan dislokasi caput radii ke samping.12

7

Page 8: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Gambar 6. Fraktur monteggia tipe IV: dislokasi caput radii ke depan

dan fraktur tulang radius dan ulna.12

Penyebab fraktur ini biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu

melindungi kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis.4

Fraktur Galeazzi

Gambar 7. Gambaran radiologis fraktur galeazzi.10

Fraktur galeazzi adalaah fraktur sepertiga distal radius dengan dislokasi articulatio

radioulnaris distalis.11 Terjadinya fraktur ini biasanya akibat trauma langsung sisi laterial ketika

jatuh.4

Fraktur Colles

Gambar 8. Gambaran radiologis fraktur colles. 13

8

Page 9: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius, biasanya terjadi 3 sampai 4 cm dari

permukaan sendi dengan angulasi volar apeks fraktur, dislokasi fragmen distal ke arah dorsal,

dan disertai pemendekan radius.11 Fraktur ini paling sering ditemukan di kehidupan normal

karena jatuh bertumpu pada sisi palmar tangan sehingga juga disebut fraktur radius tipikal.4

Gambar 9. Fraktur colles disebabkan sisi palmar tangan

menahan tubuh saat jatuh.4

Fraktur Smith

Gambar 10. Gambaran radiologis fraktur smith.13

Fraktur smith dikenal sebagai kebalikan fraktur colles yaitu pergeseran bagian distal

radius bukan ke dorsal, melainkan ke arah palmar. Fraktur ini ditemukan saat jatuh bertumpu

pada sisi dorsal tangan, lebih jarang terjadi.4

Gambar 11. Fraktur smith disebabkan sisi dorsal tangan

menahan tubuh saat jatuh.4

9

Page 10: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Etiologi

Mekanisme terjadinya fraktur beragam. Kasus yang paling sering adalah terjatuh dengan

posisi tangan menahan tubuh, atau bisa juga pukulan langsung ke lengan bawah yang

menyebabkan patahnya tulang radius dan ulna, atau keduanya. Mekanisme dari fraktur juga

termasuk kecelakaan lalu lintas dan cedera atlet.13

Faktor Resiko

Usia Lanjut

Berbagai faktor berperan untuk terjadinya gangguan keseimbangan dan jatuh. Umumnya

merupakan kombinasi beberapa faktor yang saling berinteraksi dengan masalah lingkungan.3

Proses menua mengakibatkan perubahan pada kontrol postural yang mungkin memegang

peran penting pada sebagian besar kejadian jatuh dan menyebabkan fraktur. Perubahan

komponen dari kapabilitas biomekanik meliputi latensi mioelektrik, waktu untuk bereaksi,

proprioseptif, lingkup gerak sendi, dan kekuatan otot. Selain itu, terdapat pula perubahan pada

postur tubuh, gaya berjalan, ayunan postural, sistem sensorik, dan mobilitas fungsional. Usia

lanjut dikaitkan dengan input proprioseptif yang berkurang, proses degeneratif pada sistem

vestibuler, refleks posisi yang melambat, dan melemahnya kekuatan otot yang amat penting

dalam memelihara postur. Semua perubahan tersebut dapat berperan untuk terjadinya jatuh,

terutama pada kemampuan untuk mencegah jatuh manakala terpeleset atau menghadapi situasi

lingkungan yang “membahayakan” sehingga menyebabkan fraktur.3

Epidemiologi

McQueen dan rekan-rekannya melakukan analisis komprehensif mengenai insidensi

fraktur antebrachii yang diliat dari unit trauma Royal Infirmary of Edibburgh selama 3 tahun.

Unit ini khusus melayani kasus trauma di area spesifik dan populasi dan sangat baik sebagai

panduan epidemiologi dari fraktur antebrachii di negara barat. Kasus dari fraktur termasuk

trauma langsung, jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, dan kecelakaan saat olahraga.

Tidak seperti di regio lain, fraktur yang berhubungan dengan tembakan tidak masuk dalam

10

Page 11: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

persentase fraktur regio ini. Dari 2812 kejadian fraktur, hanya 5% fraktur di diafisis antebrachii,

dan yang paling besar adalah fraktur distal radius sebanyak 76%.13

Patofisiologi

Untuk mengetahui mengapa dan bagaimana tulang mengalami kepatahan, kita harus

mengetahui keadaan fisik tulang dan keadaan trauma yang dapat menyebabkan tulang patah.

Tulang kortikal mempunyai struktur yang dapat menahan kompresi dan tekanan memuntir

(shearing). Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama

tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma bisa bersifat langsung dan tidak langsung.

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah

tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersilat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami

kerusakan. Trauma tidak langsung adalah trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari

daerah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.

Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh. Tekanan pada tulang dapat berupa; tekanan

berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral alau oblik, tekanan membengkok yang

menyebabkan fraktur transversal, tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan

fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi, kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur

komunitif atau rnernecah misalnya pada badan vertebra, talus atau fraktur buckle pada anak-anak,

trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur

oblik atau fraktur Z, fraktur oleh karena remuk, dan trauma karena tarikan pada ligamen atau

tendo akan menarik sebagian tulang. Selain itu, umur penderita dan lokasi fraktur juga dapat

mempengaruhi jenis-jenis fraktur yang terjadi. Bila trauma terjadi pada atau dekat persendian,

mungkin terdapat fraktur pada tulang disertai dislokasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.2,9

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medika Mentosa

Perlu dilakukan tata laksana terhadap nyeri yang seringkali timbul akibat fraktur. Pada

keadaan tersebut pasien dapat diberikan paracetamol 500 mg hingga dosis maksimal 3000 mg

per hari. Bila respons tidak adekuat dapat ditambah dengan kodein 10 mg. Langkah selanjutnya

adalah dengan menggunakan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen 400 mg, 3 kali

sehari. Golongan narkotik hendaknya dihindari karena dapat menyebabkan delirium.3

11

Page 12: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Penatalaksanaan Non-Medika Mentosa

Untuk fraktur sendiri, prinsip penatalaksanaannya adalah mengembalikan posisi patahan

tulang ke posisi semula (reposisi) dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan

fraktur (imobilisasi). Reposisi yang dilakukan tidak harus mencapai keadaan sepenuhnya seperti

semula karena tulang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan bentuknya kembali seperti

bentuk semula (remodelling).4

Fraktur dapat ditangani sesuai dengan kondisi dari tulang. Imobilisasi dengan gips

merupakan penanganan pilihan pada fraktur lengan bawah kedua tulang yang tidak disertai

dislokasi dan fraktur ulna saja. Alatnya dengan stress sharing, dengan cara penyembuhan tulang

sekunder. Reduksi tertutup dan imobilisasi dengan long arm cast telah dipergunakan untuk

fraktur lengan bawah dengan dislokasi, tapi mungkin kurang memuaskan kecuali jika reduksinya

dapat dipertahankan dengan hati-hati. Gips harus memiliki cetakan interoseus yang baik dengan

potongan melintang berbentuk oval, bukan bulat, karena dapat membantu mempertahankan

ruang interoseus. Fraktur radius sepertiga distal harus dimobilisasi dalam posisi pronasi

(merelaksasikan tarikan deformasi m. pronator quadratus) untuk mencapai kemungkinan terbaik

kesegarisan yang dapat diterima. Long arm cast dipakai selama 4 minggu, dan kemudian diganti

dengan short arm cast atau brace fungsional selama 2 minggu. Durasi pemakaian gips dan

imobilisasi adalah sekitar 6 sampai 8 minggu sebelum menyambung.11

Kebanyakan fraktur lengan bawah, termasuk fraktur radius saja, fraktur kedua tulang, dan

fraktur yang disertai dislokasi caput radii atau destruksi articulatio radioulnaris distalis

memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stess shielding dan

cara penyembuhan tulang primer.11

Pada fraktur monteggia, reduksi tertutup caput radii dapat dilakukan, diikuti dengan

pemasangan pelat untuk fraktur ulna. Reduksi simultan caput radii akan terjadi saat fraktur

corpus ulnae telah tereduksi secara anatomis dan terfiksasi. Bergantung pada stabilitas caput

radii setelah reduksi, imobilisasi pascaoperatif dapat bervariasi dari long arm cast sampai brace

fungsional.11

12

Page 13: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Pada fraktur galeazzi, radius direduksi secara anatomis dan difiksasi pada pelat.

Penanganan ini akan mengembalikan posisi articulatio radioulnaris. Long arm cast atau brace

fungsional mempertahankan lengan bawah pada posisi supinasi selama 4 minggu. Penanganan

kemudian diikuti dengan short arm cast selama 2 minggu berikutnya.11

Fraktur colles dan smith juga memiliki cara penanganan yang berbeda dengan fraktur

monteggia dan galaezzi. Cara pertama adalah dengan reduksi tertutup dan pemasangan gips,

yang merupakan penanganan fraktur yang tidak memerlukan fiksasi bedah. Cara ini

diindikasikan untuk pasien dengan fraktur tanpa dislokasi atau dengan dislokasi minimal tanpa

kominutif yang banyak. Radiograf pascareduksi harus memperlihatkan pemulihan kemiringan

palmar dan panjang radius. Secara umum, pasien berusia lebih dari 60 tahun biasanya ditangani

dengan short arm cast untuk mencegah kekakuan siku. Setelah pemasangan long arm cast selama

3 sampai 6 minggu pertama, akan diteruskan dengan pemasangan short arm cast. Long arm cast

memberikan dukungan yang lebih baik untuk fraktur kominutif tidak stabil serta memberikan

kontrol rotasional dan kontrol nyeri yang lebih baik. Fraktur tanpa lokasi dapat ditangani dengan

short arm cast.11

Ada pula fiksator eksterna yang sangat berguna untuk fraktur kominutif, fraktur dengan

dislokasi yang tidak dapat ditangani dengan reduksi terbuka atau fiksasi interna. Alat yang

digunakan adalah stress-sharing dengan cara penyembuhan tulang sekunder, dengan disertai

pembentukan kalus. Kadang-kadang, pin perkutaneus atau fiksasi interna dapat digunakan

sebagai adjuvan fiksasi eksterna.11

Selain itu, bila frakturnya artikular dengan dislokasi, digunakan metode reduksi terbuka

dan fiksasi interna. Alat yang digunakan adalah stres-shielding untuk fiksasi pelat dan stress-

sharing untuk fiksasi pin. Cara penyembuhannya primer, jika tercapai fiksasi solid dengan pelat

sehingga tidak terbentuk kalus, cara penyembuhan sekunder jika fiksasi solid tidak tercapai, atau

pada pin perkutaneus. Gips pasca oprasi biasanya dianjurkan selama 2 sampai 6 minggu,

bergantung pada stabilitas fiksasi.11

Komplikasi

13

Page 14: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi dini, dan

komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi pada saat terjadinya patah tulang

atau segera setelahnya, komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah kejadian, dan

komplikasi kemudian terjadi lama setelah patah tulang. Pada ketiganya dibagi lagi masing-

masing menjadi komplikasi lokal dan umum sebagai berikut:4

1. Komplikasi segera:

Lokal:

Kulit: abrasi, laserasi, penetrasi

Pembuluh darah: robek

Sistem saraf: saraf tepi motorik dan sensorik

Otot

Umum:

Rudapaksa multipel

Syok: hemoragik, neurogenik

2. Komplikasi dini:

Lokal:

Nekrosis kulit, gangren, sindrom kompartemen, trombosis vena,

infeksi sendi, osteomielitis umum

Tetanus

3. Komplikasi lama:

Lokal:

Sendi: ankilosis fibrosa, ankilosis osal

Tulang: gagal taut, distrofi refleks, osteoporosis pascatrauma,

gangguan pertumbuhan, osteomielitis, patah tulang ulang

Otot/tendo: penulangan otot, ruptur tendon

Saraf: kelumpuhan saraf lambat

Umum:

Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur)

Pencegahan14

Page 15: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

Pemeriksaan osteoporosis rutin yang merupakan salah satu upaya mencegah fraktur.

Digunakan obat-obat untuk mencegah fraktur apabila pasien menderita osteoporosis yaitu obat-

obat yang mengurangi resorpsi tulang seperti kalsium / vitamin D, bifosfat, dan/atau terapi

estrogen.14

Prognosis

Prognosis untuk fraktur pada orang dewasa di radius dan ulna tergantung oleh banyak

faktor. Namun, faktor dalam operasi juga menentukan prognosis termasuk dalam metode

penanganan, waktu fiksasi internal untuk fraktur tertentu, dan penanganan akan jaringan lunak,

dan restorasi jaringan tulang. Hal pentingnya adalah dimana union rate lebih dari 90%

dilaporkan, bergantung pada kekerasan fiksasi.13

Penutup

Pasien menderita fraktur tertutup di regio antebrachii dextra 1/3 distal. Anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang menentukan diagnosis tersebut. Differential

diagnosis yang ada pada pasien disebabkan belum adanya hasil dari pemeriksaan penunjang

yaitu gambaran radiologis sehingga jenis-jenis fraktur di regio itu harus dibedakan. Bila jenis

fraktur yang tepat sudah dapat dipastikan, penatalaksanaan dari fraktur tersebut bisa tepat dan

pasien dapat menggunakan lengan bawahnya dengan normal kembali.

Daftar Pustaka

1. Swartz MH. Buku ajar diagnostik fisik. Jakarta: EGC; 1995. h. 309.

2. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi ke-3. Jakarta: Yarsif Watampone; 2007.

h.355-61, 364-70.

3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Jakarta: InternaPublishing; 2009. h. 25-7, 31-2, 815, 822, 2650.

4. Sjamsuhidajat R, Jong WD, penyunting. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC;

2005. h. 840-68.

15

Page 16: PBL Blok 14 - Fraktur Tertutup Regiao Anterbrachii_theresia_102012165

5. Tamboyang J. Patofisiologi. Edisi ke-1. Jakarta : EGC; 2004.h.25.

6. Corwin. EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009. h. 335-8.

7. Bickley LS. Bates’ guide to physical examination and history taking. 10th edition.

London: Lippincott Willams & Wilkins; 2009. p.603-4.

8. Muscari ME. Keperawatan pediatric. Edisi ke – 3. Jakarta : EGC; 2005. H.378.

9. Rasad S. Radiologi diagnostik. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. h.31-4,

46.

10. Sutton D. Textbook of radiology and imaging. 7th edition. London: Churchill

Livingstone; 2008. p. 1408.

11. Thomas MA. Terapi dan rehabiliasi fraktur. Jakarta: EGC; 2011. h. 158-81

12. Doherty GM. Current surgical diagnosis and treatment. 11th edition. New York: The

McGraw-Hill Companies; 2003. p. 1141-2.

13. Forearm fracture, diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/1239187-

overview#a0102, 25 Maret 2013.

14. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006. h. 381.

16