Makalah PBL BLOK 14 Fraktur Terbuka_AS
description
Transcript of Makalah PBL BLOK 14 Fraktur Terbuka_AS
Fraktur Terbuka pada Ekstremitas BawahAndyno Sanjaya
102013313
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 06 Jakarta Barat 11510
email : [email protected]
Pendahuluan
Fraktur atau patah tulang merupakan masalah yang sangat menarik perhatian masyarakat. Banyak kejadian yang tidak terduga yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur, baik itu fraktur tertutup maupun fraktur terbuka.
Terjadinya kecelakaan secara tiba-tiba yang menyebabkan fraktur seringkali membuat orang panik dan tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Ini disebabkan tidak adanya kesiapan dan kurangnya pengetahuan terhadap fraktur tersebut. Seringkali untuk penanganan fraktur ini tidak tepat, mungkin dikarenakan kurangnya informasi yang tersedia. Contohnya ada seseorang yang mengalami fraktur. Tetapi, karena kurangnya pengetahuan dalam penanganan pertolongan pertama terhadap fraktur, ia pergi ke dukun pijat karena mungkin ia menganggap bahwa gejala fraktur mirip dengan gejala orang yang terkilir. Olehnya itu, kita harus mengetahui paling tidak bagaimana penanganan pada korban fraktur.
Membahas tentang fraktur terbuka pada regio cruris 1/3 dextra tengah yang di alami
seorang laki-laki berusia 30 tahun. Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang
memerlukan penanganan yang terstandar untuk mengurangi resiko infeksi. selain
mencegah infeksi juga diharapkan terjadi penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi
anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam penanggulangan fraktur
terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara hati-hati, debrideman yang
berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone grafting yang dini serta
pemberian antibiotik yang adekuat.
Pembahasan
Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara terhadap pasien. Hal pertama yang perlu ditanyakan
kepada pasien adalah mengenai identitas pasien (tanyakan nama lengkap dan cocokkan
dengan tabel nama, tanyakan tanggal lahir atau umur, jenis kelamin, nama orang tua atau
suami atau istri atau penanggung jawab, pendidikan, pekerjaan, alamat, suku bangsa dan
agama) dan pastikan bahwa setiap rekam medis, catatan, hasil tes, dan sebagainya memang
milik pasien tersebut. Tahap berikutnya adalah anamnesis keluhan utama. Anamnesis keluhan
utama biasanya memberikan informasi terpenting untuk mencapai diagnosis banding, dan
memberikan wawasan vital mengenai gambaran keluhan yang menurut pasien paling
penting.1
Riwayat penyakit sekarang juga sangat penting untuk ditanyakan kepada pasien.
Riwayat penyakit sekarang merupakan cerita yang kronologis yang berkaitan dengan keadaan
kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat. Anamnesis
selanjutnya mengenai riwayat penyakit dahulu, obat dan alergi. Anamnesis bagian ini
memberikan kita informasi mengenai semua masalah medis yang pernah timbul sebelumnya
dan terapi yang pernah diberikan terhadap pasien, obat apa yang sedang atau sudah
dikonsumsi pasien, apakah pasien alergi terhadap sesuatu, dan apakah pasien merokok
ataupun mengkonsumsi alkohol. Setelah itu, seorang dokter juga penting untuk menanyakan
riwayat pribadi pasien yang mencakup data-data sosial, ekonomi, pendidikan, dan kebiasaan.
Selain riwayat pribadi, riwayat keluarga dan sosial serta riwayat bepergian juga sangat
penting untuk ditanyakan kepada pasien. Anamnesis ini membuat kita mendapat informasi
mengenai penyakit apa saja yang pernah diderita oleh kerabat pasien, latar belakang pasien
serta pengaruh penyakit yang mereka derita terhadap hidup dan keluarga mereka.1
Identitas : Seorang laki-laki umur 30 tahun
Keluhan utama : Fraktur terbuka pada region cruris dextra 1/3 tengah bagian ventra
Pemeriksaan fisik
Dibagi menjadi dua: satu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk mendapatkan
gambaran umum dan kedua pemeriksaan setempat (status lokasi). Hal ini perlu untuk dapat
melaksanakan Total Care karena ada kecenderungan di mana spesialisasi hanya
memperhatikan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
a. Gambaran umum:
Perlu menyebabkan:
i. Keadaan umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu:
Kesadaran penderita; apatis, soporus, koma, gelisah.
ii. Kemudian secara sistemik diperiksa dari kepala, leher, dada, perut, kelenjar getah
bening serta kelamin.
iii. Kemudian: ekstremitas atas dan bawah serta punggung.1
b. Keadaan lokal:
Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta distal dari anggota terutama yang
mengenai status neurovaskuler. Pada pemeriksaan orthopedi yang penting adalah:
i. Look (inspeksi)
ii. Feel (palpasi)
iii. Move (pergerakan terutma mengenai lingkup gerak)
Di samping gerak perlu dilakukan pengukuran bagian yang penting untuk membuat
kesimpulan kelainan apakah suatu pembengkakan atau atrofi serta melihat adanya selisih
panjang (discrepancy).1
a. Look (inspeksi
-Fistulae, warna kemerahan/kebiruan/ hiperpigmentasi
-benjol/ pembengkakan/ cekungan
-posisi serta bentuk dati ekstremitas (deformitas)
b. Feel (palpasi)
-pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari
posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik si pemeriksa maupun si sakit, karena itu perlu selalu
diperhatikan wajah si sakit atau menanyakan perasaan sisakit. Yang dicatat adalah:
i. perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembapan kulit.
ii. apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema,
terutama daerah persendian
iii. Nyeri tekan, krepitasi, catat kelainannya
c. Move (gerak)
Setelah memeriksa feel pemeriksaan diteruskan dengan menggerakkan anggota gerak
dan dicapai apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pada anak periksalah
bagian yang tidak sakit dahulu, selain untuk mendapatkan kooperasi anak pada waktu
pemeriksaan. Apabila terdapat fraktur tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal
di daerah fraktur (kecuali pada incomplete fracture). Gerakan sendi dicatat dengan
ukuran derajat gerakan dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 atau dengan ukuran
metric. Pencatatan ini penting untuk mengetahui apakan ada gangguan geraj.
Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ini dapat disebabkan oleh faktor intra
articuler atau extra articuler.
Selain diperiksa susuk, berbaring juga perlu dilihat waktu berdiri dan jalan. Jalan
perlu dinilai untuk mengetahui apakah pincang disebabkan karena:
-instability
-nyeri
-Discrepancy
-Fixed deformity
Tes Khusus- Tes stabilitas sendi lutut yaitu:
Anterior Drawer design
Posterior Drawer design
Test Mc-Murray: Pada posisi tungkai bawah rotasi eksterna 15°, bunyi snap yang
teraba atau terdengar pada waktu tungkai bawah pasien digerakkan dari posisi
ekstensi ke fleksi 90° menunjukkan adanya robekan meniskus medial. Bunyi yang
sama terdengar pada waktu tungkai bawah dirotasi internal 30° & digerkkan dari
fleksi ke ekstensi, menunjukkan robekan pada meniskus lateral2
Gambar 1: Anterior dan Posterior Drawer Test
Gambar 2: Tes Mc-Murray
Pemeriksaan penunjang
Sinar-X
Pemeriksaan sinar-X penting untuk mengevaluasi kelainan musculoskeletal. Sinar-X
menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X
multiple di perlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X
korteks tulang dapat menunjukan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas.
Sinar-X sendi dapat menunjukan adanya cairan, iregularitas, penyempitan dan perubahan
struktur sendi. Pemeriksaan sinar-X tulang tidak memerlukan persiapan khusus bagi pasien. 3
dilakukan pemeriksaan X-Ray mengikut Rules of Two:
2 posisi (Antero posterior dan Lateral)-lihat gambar 3
2 Sendi( Sendi atas& bawah tulang yang patah)
2 Ekstremitas (kanan & kiri)- Anak-anak
Gambar 3: Radiologi foto cruris dextra AP lateral
Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan. MRI jarang dipakai untuk
deteksi awal penyakit tetapi sangat berguna menunjukkan kondisi penyakit karena ia
memperlihatkan jaringan lunak di sekitar sendi.
CT Scan
Computed tomography (CT scan) merupakan prosedur yang menunjukan rincian
bidang tertentu dari tulang yang sakit dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cedera ligament atau tendon. Pemeriksaan ini di gunakan untuk mengidentifikasi fikasi lokasi
dan panjangnya patah tulang di daerah yang sulit di evaluasi misalnya asetabulum.
Pemeriksaan dilakukan dengan atau tanpa zat kontras dan berlangsung sekitar 1 jam. Pasien
perlu diberikan penjelasan bahwa akan terdengar suara mesin CT scan, dan bunyi ini tidak
berbahaya sehingga pasien tidak merasa takut saat pemeriksaan dilakukan. 3
MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) adalah teknik pencitraan khusus yang non-
invasif, menggunakan medan magnet, gelombang radio dan computer untuk melihat
abnormalitas berupa tumor atau penyempitan jalur jaringan lunak, seperti otot, tendon dan
tulang rawan. Oleh karena yang di gunakan electromagnet, pasien yang mengenakan implant
logam, brace atau pacemaker tidak dapat menjalanin pemeriksaan ini. Perhiasan harus di
lepas, pasien yang menderita klaustrofobia biasanya tidak mampu menghadapi rungan
tertutup pada peralatan MRI tanpa penerangan.2,3
Working diagnosis
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi
pasien yaitu adanya Fraktur Terbuka Os Tibia 1/3 tengah ventral.
Fraktur adalah patah tulang, putusnya kontinuitas dari tulang, tulang rawan sendi atau
tulang rawan epifisis. Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tungkai bawah kanan di
bawah sendi lutut dan setelah pemeriksaan fisik dilakukan,didapatkan status lokalis pada
pasien di regio cruris dextra 1/3 tengah bahagian ventral, ada deformitas, kelihatan
memendek, ukuran 10x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan ringan
dan adanya penonjolan fragmen tulang. Diagnosis diperkukuh dengan foto Rontgen di bagian
sendi yang sakit dan jelas terlihat adanya fraktur di os tibia 1/3 ventral dextra pasien(Gambar
3). Fraktur ini dikatakan sebagai terbuka karena terdapat luka pada kulit di atasnya disebut
fraktur terbuka (compound fracture) yang berukuran 10x2 cm.
Epidemiologi
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada tibia. Pusat
Nasional Kesehatan di luar negeri melaporkan bahwa fraktur ini berjumlah ±77.000 orang,
dan ada di 569.000 rumah sakit tiap hari /tahunnya. Pada fraktur tibia, dapat terjadi fraktur
pada bagian diafisis, kondiler, dan pergelangan kaki. Penanganan patah tulang terbagi
menjadi dua macam yaitu secara konsevatif atau dilakukan tanpa pembedahan dan dilakukan
dengan pembedahan. Dalam hal ini akan dibahas penanganan fraktur dengan pembedahan
dan pemasangan plate and screw sebagai alat fiksasi atau penyambung tulang yang patah.
Dengan tujuan agar fragment dari tulang yang patah tidak terjadi pergeseran dan dapat
sambung lagi dengan baik. Terjadinya fraktur akan berpengaruh besar terhadap aktifitas
penderita khususnya yang berhubungan dengan gerak dan fungsi anggota yang mengalami
cedera akibat fraktur. Berbagai tingkat gangguan akan terjadi sebagai suatu dampak dari
jaringan yang cedera, baik yang disebabkan karena patah tulangnya maupun dikarenakan
kerusakan jaringan lunak disekitar fraktur atau karena luka bekas infeksi saat dilakukan
pembedahan. Akibatnya adanya cedera akan terlihat adanya tanda – tanda radang meliputi
dolor (rasa nyeri), kalor (suhu yang meningkat), tumor (bengkak), rubor (warna merah), dan
function laesa (fungsi yang terganggu). Tingkat gangguan akibat terjadinya fraktur seperti
diatas dapat digolongkan kedalam berbagai fase atau tingkat dari impairment atau sebatas
kelemahan misalnya : adanya nyeri, bengkak yang mengenai sampai menyebabkan
keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan terjadi kelemahan otot. Dampak lebih lanjut
adalah adanya suatu bentuk functional limitation atau fungsi yang terbatas, misalnya fungsi
dari tungkai untuk berdiri dan berjalan menjadi berkurang atau bahkan hilang dalam kurun
waktu tertentu. Disamping itu akan timbul permasalahan berupa disabilitas atau
ketidakmampuan melakukan kegiatan tertentu seperti perawatan diri, seperti berpakaian,
mandi, ke toilet, dan sebagainya. Dalam kasus ini peran Fisioterapi dibutuhkan yang
bertanggung jawab menangani dan mengantisipasi timbulnya gangguan gerak fungsional
untuk mengatasi masalah tersebut modalitas fisioterapi yang digunakan adalah terapi latihan.
Dalam penanganan permasalahan gerak dan fungsi Fisioterapi bekerjasama dengan tim medis
lain seperti Dokter, Perawat, Okupasi terapi, Orthotik prostetik, dan Pekerja sosial Medis.4
Etiologi
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera (trauma), seperti
kecelakan mobil, olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan
tulang lebih besar daripada kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan
yang tiba – tiba dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran,
penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya
patah tulang dipengaruhi oleh:
o Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.
o Usia penderita
o Kelenturan tulang
o Jenis tulang.
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan
jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya sedangkan penghancuran kemungkinan
akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur
mungkin tidak ada.
Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan(fraktur kelelahan) pada
tulang menyebabkan tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat
tekanan berulang-ulang.
Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh
tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu
sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget ). Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang
rapuh karena kelainan seperti osteoporosis, osteomyelitis atau tumor seperti Ewing’s sarcoma
atau metastase myeloma bisa mengalami patah tulang.
Berdasarkan kasus,fraktur terjadi karena kecelakaan sepeda motor sehingga pasien
tidak dapat berjalan atau berdiri.4
Patofisiologi
Mekanisme Trauma:
Trauma yang dapat menyebabkan patah tulang dapat berupa trauma
langsung,misalnya benturan pada tungkai bawah menyebabkan patahnya tulang tibia dan
dapat juga berupa trauma tidak langsung, misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula atau radius distal patah. Akibat trauma pada tulang tergantung
pada jenis trauma, kekuatan dan arahnya. Trauma tajam yang langsung atau trauma tumpul
yang kuat dapat menyebabkan tulang patah dengan luka terbuka sampai ke tulang(fraktur
terbuka).5,7
Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum
tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut Terjadi perdarahan, kerusakan
tulang dan jaringan sekitarnya.
Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanalis medullaris antara tepi tulang
dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur. Terjadinya respon
inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik yang ditandai: vasodilatasi dari plasma
dan leukosit.
Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.5
Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum
tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut
masuk ke dalam pembuluh darah yang mensuplai darah pada organ-organ yang lain.
Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan
kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemia dan menyebabkan
protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya
edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung saraf, yang bila berlangsung lama
bisa menyebabkan Compartment Syndrome.
Gambar 4: Fasciotomy with the skin graft
Tulang yang mengalami fraktur,jaringan lunak di sekitarnya mengalami
kerusakan,periostium terpisah dari tulang,terjadi pendarahan dan membentuk bekuan
darah sehingga terbentuk jaringan granulasi,sel osteogenik berdiferensiasi menjadi
kondroblas dan osteoblas. Terjadi pembentukan kalus di sekitar lokasi fraktur dan
kembali membentuk tulang yang intak.5
Klasifikasi Fraktur:
1. Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis fraktur meliputi:
Fraktur Komplit- Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas
sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari
satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.5
Fraktur Inkomplit-Adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis
patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang
utuh).
2. Menurut Black dan Matassarin(1993), fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar
meliputi:
Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi,kulit masih utuh dan tulang
tidak menonjol melalui kulit.
Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit karena ada hubungan
dengan dunia luar,maka berpotensi mendapat infeksi.5
3. Menurut Long(1996) fraktur dibagi menurut garis patah tulang yaitu:
Tabel 2: Jenis Fraktur Menurut Garis Patah Tulang
Gambar 5: Jenis Fraktur Tulang
Jenis Fraktur Penjelasan
Linier Fraktur berbentuk 1 garis lurus biasanya pada antebrachii, cruris
atau cranium. Fraktur yang tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Pada fraktur ini mudah dikontrol dengan bidai gips.
Cominutiva Biasa pada trauma hebat atau terkena peluru. Terputusnya keutuhan
jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
Spiral dan
oblique
Traumanya bersifat rotary dan diikuti interposisi dengan jaringan
sekitarnya, biasa pada antebrachii dan cruris. Yang oblique, garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.
Avulsi Fraktur yang disertai dengan robekan ligament, tendon, dan otot
(memisahkan fragmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun
ligament)
Epifise Merupakan pure cartilaginous fraktur yang mengenai epifise.
Salter&Harris membagikan fraktur ini kepada 5 tipe.
Impresi/
Kompresi
Fraktur berbentuk linier atau kominutiva dimana ada fragmen yang
menekan ke dalam. Fraktur Kompresi biasa terjadi pada columna
vertebralis.
Greenstick Fraktur tidak sempurna, sering terjadi pada anak- anak, Korteks
tulangnya sebagian masih utuh begitu juga periosteumnya. Fraktur
ini akan segera sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan
fungsi normal.
Segmental Dua fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darah. Sulit ditangani karena
biasanya salah satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah
menjadi sulit untuk menyembuh sehingga perlu proses pembedahan.
Gejala Fraktur Tulang:
1) Nyeri: Dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme
otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya.5
2) Bengkak/oedema: Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa yang
terlokalisir pada daerah fraktur dan daerah di jaringan sekitarnya.
3) Memar : Disebabkan karena pendarahan dibawah kulit.
4) Spasme Otot: Kontraksi otot involunter yang terjadi di sekitar fraktur.
5) Penurunan sensasi: Akibat kerusakan saraf, terkenanya saraf karena oedema.
6) Gangguan fungsi: Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur,nyeri atau
spasme otot paralysis.
7) Mobilitas abnormal: Kebanyakannya terjadi pada fraktur tulang panjang.
8) Krepitasi: Rasa gemetar yang terjadi jika bagian-bagian tulang digerakkan.
9) Deformitas: Abnormalitas dari tulang hasil trauma dan pergerakan otot yang
mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal.
10) Shock hipovolemik: Terjadi sebagai kompensasi jika terjadi pendarahan hebat.
Komplikasi
Komplikasi
Segera
(Komplikasi yang
terjadi saat
fraktur atau
segera setelahnya)
Lokal:
-Kulit abrasi,laserasi,penetrasi
-Pembuluh darah robek
-Sistem saraf: Sumsum tulang belakang,saraf tepi motorik dan
sensorik.
-Otot
-Organ dalam: Jantung,paru,hepar,limpa dan kandung kemih(fraktur
pelvis)
Umum:
-Rudapaksa/fraktur multiple
-Syok: Hemoragik,neurogenik
Komplikasi Dini
(Komplikasi yang
terjadi beberapa
hari setelah
kejadian)
Lokal:
-nekrosis kulit,gangren,compartment syndrome,thrombosis
vena,infeksi sendi, osteomyelitis.
Umum:
-Acute Respiratory Distress Syndrome,emboli paru,tetanus.
Komplikasi Lama
(Komplikasi
terjadi setelah
fraktur tulang
lama)
Lokal:
-sendi: ankilosis fibrosa,ankilosis osal.
-tulang: gagal taut/salah taut.distrofi reflex,osteoporosis
pascatrauma,gangguan pertumbuhan,osteomielitis dan fraktur
berulang.
-Otot/tendo: penulangan otot,rupture tendon.
-Saraf: kelumpuhan saraf lambat
Umum:
-Batu ginjal akibat imobilisasi lama di tempat tidur.
Tabel 3: Komplikasi Patah Tulang
Komplikasi umum post operasi5
1) Infeksi
Infeksi dapat terjadi karena penolakan tubuh terhadap implant berupa internal fiksasi yang
dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena luka yang tidak steril.
2) Delayed union
Delayed union adalah suatu kondisi dimana terjadi penyambungan tulang tetapi terhambat
yang disebabkan oleh adanya infeksi dan tidak tercukupinya peredaran darah ke fragmen.
3) Non union
Non union merupakan kegagalan suatu fraktur untuk menyatu setelah 5 bulan mungkin
disebabkan oleh faktor seperti usia, kesehatan umum dan pergerakan pada tempat fraktur .
4) Avaskuler nekrosis
Avaskuler nekrosis adalah kerusakan tulang yang diakibatkan adanya defisiensi suplay darah.
5) Mal union
Terjadi penyambungan tulang tetapi menyambung dengan tidak benar seperti adanya
angulasi, pemendekan, deformitas atau kecacatan.
Komplikasi yang berhubungan dengan tindakan operasi yaitu kerusakan jaringan dan
pembuluh darah pada daerah yang dioperasi karena incisi. Pada luka operasi yang tidak steril
akan terjadi infeksi yang dapat menyebabkan proses penyambungan tulang dan penyembuhan
tulang terlambat.
Penatalaksanaan
Prinsip umum penanganan fraktur terdiri dari 4R:
Recognition-Membuat diagnosis yang benar berdasarkan anamnesis,waktu kejadian
dan lokalisasi yang cedera.6
Reposition-Mengembalikan tulang yang patah ke arah/alignment yang benar,
pengembalian fragment distal terhadap proksimal dan memastikan kedudukan serta
neurovascular terjamin baik.
Retaining-Tindakan mempertahankan kedudukan hasil reposisi, fiksasi luar dengan
gips dan dalam dengan implant seperti K-wire,plate&screw.
Rehabilitation-Mengembalikan fungsi alat atau anggota gerak karena penyambungan
fraktur butuh waktu yang lama.
Tujuan pengobatan fraktur adalah mengembalikan fungsi tulang yang patah dan
ekstremitasnya dalam keadaan normal, dalam jangka waktu sesingkat mungkin dengan
cara konservatif atau operatif6:
Konservatif:
1. Dengan proteksi saja.
2. Dengan imobilisasi dengan memasang gips atau bidai pada fraktur yang inkomplit
atau fraktur dengan keadaan baik.
3. Traksi- manual- fiksasi externa
4. Perbaikan gizi atau asupan calcium yang lebih untuk memperkuat tulang.
5. Pengobatan dari segi farmakologis.
Operatif :
1. Reposisi tertutup dengan bimbingan radiologis.
2. Reposisi terbuka (ORIF)-menggunakan plate & screw serta Intramedullary rod untuk
menstabilkan tulang yang mengalami fraktur.
3. Fiksasi externa
o Peranti fiksasi luaran yang melekat pada tulang dengan menggunakan pin atau
kabel dan terdiri daripada frame luaran. Alat fiksasi eksterna terdiri dari pelbagai
jenis dari frame uniaksial sederhana hingga ke frame lingkaran kompleks untuk
masalah fraktur yang lebih sukar.
o Keuntungan utama adalah operasi minimal invasif dan aplikasi lebih fleksibel.
Kekurangan menggunakan fiksasi externa adalah infeksi pada pin-track,
penerimaan pasien yang rendah dan tahap yang lebih tinggi untuk timbulnya
malunion.
o Alat ini sangat sesuai untuk digunakan dalam situasi di mana pelaksanaan fiksasi
dalaman mungkin sukar atau berisiko. Contohnya termasuk fraktur metafisis distal
tulang di mana telah ada sebelumnya osteomyelitis, fraktur multipel atau
kerosakan kulit luas dan pembengkakan berikutan trauma energy tinggi. Fiksasi
luaran boleh digunakan untuk sementara dalam situasi ini sampai fiksasi dalaman
dianggap selamat.6
o Antara indikasi untuk fiksasi luaran adalah:
Fraktur tertutup dengan cedera jaringan lunak di sekitarnya.
Beberapa fraktur terbuka
Fraktur Juxta-artikular dimana nail&plate secara teknikal sukar.
Stabilisasi sementara fraktur tulang panjang pada multipel trauma
Kaki memanjang selepas pemendekkan pasca-trauma
Koreksi deformitas sudut / putaran kompleks pasca-trauma.
Gambar 6: External Fixation
4. Fiksasi Interna
o Peranti fiksasi dalaman terbahagi dalam dua kategori utama: peranti intramedulla
dan plate. Variasi lain yang digunakan, seperti skru atau teknik pengkabelan.
Intramedulla nail banyak digunakan dalam rawatan patah tulang tungkai bawah
tulang panjang pada orang dewasa. Implant ini boleh dimasukkan dengan operasi
minimal invasif dan sangat baik untuk memulihkan keselarasan panjang dan
putaran. Peranti ini mempunyai tahap potensi yang sangat rendah terhadap
malunion serta komplikasi lain, seperti jangkitan.6
o Fiksasi interna merupakan pilihan rawatan menggantikan fraktur tidak stabil di
mana reduksi yang lemah akan lebih compromise untuk penyembuhan dan
memberikan hasil yang fungsional. Hal ini sering digunakan dalam patah tulang
terbuka high energy trauma dan patah tulang dengan saraf yang berkaitan
kecederaan pembuluh darah, untuk menghasilkan persekitaran/lingkungan luka
yang stabil.
Gambar 7: Contoh Operasi Plate&Screw
Indikasi dilakukannya operasi adalah :
o Fraktur yang tidak bisa dengan terapi konservatif atau timbulnya bahaya avaskuler
nekrosis tinggi.
o Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup.
o Fraktur yang dapat direposisi secara tertutup tapi sulit dipertahankan.
o Fraktur yang berdasarkan pengalaman, memberi hasil yang lebih baik dengan operasi.
o Excisional arthroplasty (membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi) dan
eksisi fragmen.7
Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi usia dan status kesehatan individu serta
adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah dijangka, namun,
individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur femur tertutup memiliki tingkat kematian
17%. Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen dengan gaya berjalan
mungkin terjadi, dan kecacatan/defromitas dapat diakibatkan dari cedera lain yang
berkelanjutan pada saat fraktur.
Kesimpulan
Fraktur tulang panjang yang paling sering terjadi adalah fraktur pada tibia yang bisa
disebabkan oleh benturan keras oleh kecelakaan. Fraktur terbuka pada tibia termasuk luka
kompleks, sehingga tentunya penanganannya juga tidak sederhana. Sebagai dokter umum,
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap diperlukan jika terjadi fraktur. Selain itu,
pemeriksaan radiologis juga penting .Penatalaksanaan dari fraktur tergantung dari kondisi
frakturnya, bisa dengan operatif maupun non operatif.
Dan pada kasus laki-laki 30 tahun tersebut mengalami kecelakaan sepeda motor dan
didapati mengalami luka terbuka pada regio kruris dextra 1/3 tengah ventral dengan ukuran
10x2 cm, tepi luka tidak rata, sudut luka tumpul, tampak jembatan jaringan, tidak tampak
adanya pendarahan aktif dan adanya penonjolan fragmen tulang.
Daftar Pustaka
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga, 2007.h.11-
6.
2. Suratun, Heryati, Manurung S. Klien gangguan sistem musculoskeletal. Jakarta. EGC.
Cetakan 1; 2008. h. 18-26.
3. Patel RP. Radiologi. Jakarta. Penerbit Erlangga. Edisi kedua; 2006. h. 222
4. Corwin EJ. Patofisologi. Jakarta. EGC. Edisi 3. Cetakan 1; 2009. h. 336-8
5. Anwar R,Tuson K, Khan SA. Tibial fracture. Classification and Diagnosis in
Orthopaedic Trauma. Cambridge University Press;2008. h. 188
6. David C. Buku ajar bedah. Jakarta. EGC. Cetakan pertama; 2005. h. 385
7. Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. Buku ajar patofisiologi. Jakarta, EGC, Cetakan pertama; 2011. h. 403-6