PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

download PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

of 12

Transcript of PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    1/12

    1

    Hipokalemia Et Causa Diare Akut

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Jln. Arjuna Utara, No. 6, Jakarta Barat 11510.

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang.Sebagian besar tubuh manusia terdiri dari cairan. Pada orang dewasa jumlahnya sebesar

    50-60 % dari berat badan. Kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari kandungan air

    di dalam sel otot, sehingga cairan tubuh total pada orang yang gemuk (obes) lebih rendah dari

    orang yang kurus. Cairan dalam tubuh dibagi dalam dua kompartemen utama yaitu cairan

    intrasel sebanyak 60 % dan ekstrasel 40 % dari cairan tubuh total.

    Dalam dua kompartemen cairan tubuh ini terdapat solut elektrolit berupa kation dan

    anion yang penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan fungsi sel. Kation Kalium (K+)

    merupakan antara elektrolit yang terpenting yang berkerjasama dengan Natrium (Na+) dalam

    mempengaruhi tekanan osmotik cairan intrasel dan ekstrasel serta berhubungan langsungdengan fungsi sel. K+ adalah penting untuk fungsi normal dari otot, jantung, dan saraf. Hal ini

    memainkan peran penting dalam mengontrol aktivitas otot polos, otot rangka, serta otot

    jantung. Hal ini juga penting untuk transmisi normal sinyal listrik seluruh sistem saraf dalam

    tubuh. Kadar normal kalium sangat penting untuk menjaga irama listrik jantung

    normal. Kalium biasanya dapat dengan mudah digantikan dengan mengkonsumsi makanan

    yang banyak mengandung kalium atau dengan mengkonsumsi garam kalium per oral. Kalium

    dapat mengiritasi saluran pencernaan, sehingga diberikan dalam dosis kecil, beberapa kali

    sehari.

    Salah satu kondisi gangguan keseimbangan konsentrasi K+ ini adalah hipokalemia

    yang merupakan salah satu gangguan elektrolit yang sering ditemukan. Nilai dewasa normal

    untuk K+ adalah 3,5-5,3 mEq/L. Apabila keseimbangan ini terganggu maka tekanan

    osmolaritas akan terganggu seterusnya menyebabkan fungsi sel terganggu. Gangguan

    keseimbangan ini boleh disebabkan oleh karena diare, muntah dan gangguan pada sistem

    ekskresi ginjal. Walaupun kadar K+ dalam serum hanya sebesar 2 % dari K+ total tubuh,

    namun penurunan konsentrasi kalium serum ini dapat menimbulkan berbagai keluhan, mulai

    dari keluhan ringan berupa badan lemas atau mual-muntah, sakit otot, kaki lemah hingga

    keluhan serius yang gawat darurat berupa gangguan jantung dan bahkan kematian.

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    2/12

    2

    1.2. Tujuan.

    Untuk memahami dan mempelajari mengenai bagaimana untuk mendiagnosis terjadinya

    hipokalemia dengan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, etiologi,

    epidemiologi, patofisiologi, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan dan prognosisnya.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Anamnesis

    Gangguan elektrolit mempunyai simptom-simptom dan gejala-gejala yang hampir

    sama oleh itu ia memerlukan anamnesis yang benar, lengkap dan sistematis serta diperlukan

    untuk memilih pemeriksaan penunjang yang tepat untuk menegakan diagnosis yang tepat.

    Jenis anamnesis yang dapat dilakukan adalah autoanamnesis dan alloanamnesis.

    Autoanamnesis dapat dilakukan jika pasien masih berada dalam keadaan sadar. Sedangkan

    bila pasien tidak sadar, maka dapat dilakukan alloanamnesis yang menyertakan kerabat

    terdekatnya yang mengikuti perjalanan penyakitnya.

    Antara yang perlu ditanyakan dalam anamnesis adalah seperti berikut:

    1. Identitas pasien: Menanyakan kepada pasien/orang tua dari anak: Nama lengkap pasien, umur

    pasien, tanggal lahir, jenis kelamin, agama, alamat, umur (orang tua),

    pendidikan dan pekerjaan (orang tua), suku bangsa.

    2. Keluhan utama dan sampingan: Sejak kapan terjadi keluhan. Adakah disertai poliuria, diare, demam, lemas, dan lemah dan nyeri otot.

    3. Riwayat penyakit dahulu Penyakit jantung, hipertensi atau diabetes.

    4. Riwayat obat-obatan dan pengobatan: Adakah pernah berobat (jantung, hipertensi, diabetes) atau pengambilan obat

    diuretik?

    5. Riwayat penyakit dalam keluarga: Adakah pernah ada ahli keluarga terkena penyakit jantung, hipertensi atau

    diabetes?

    6. Kebiasaan seharian dan sosio-ekonomi: Kemiskinan, minum alkohol dan diet seharian.

    2.2. Pemeriksaan

    2.2.1. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

    Tanda-tanda vital adalah nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah. Periksa keadaan

    umum dan tanda-tanda vital pada pasien. Semuanya harus diukur dalam setiap pemeriksaan

    yang lengkap. Tekanan darah, temperatur tubuh, frekuensi nadi dan frekuensi napas

    menentukan tingkat keparahan penyakit. Pasien yang memperlihatkan adanya perubahan

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    3/12

    3

    nyata pada tanda-tanda vital biasanya menderita gangguan akut yang memerlukan evaluasi

    dan pengobatan segera.

    2.2.2. Pemeriksaan Fisik Abdomen

    Pemeriksaan ini dilakukan untuk diagnosis banding untuk memastikan gejala iniberpunca dari gangguan pada abdomen atau sistem digestif. Pemeriksaan ini dimulai dengan

    posisi pasien terlentang, kepala rata atau dengan satu bantal, dengan kedua tangan di sisi

    kanan-kirinya. Sebaiknya vesika urinaria dikosongkan dahulu sebelum pemeriksaan

    dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4 tahap yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan

    auskultasi.

    a. InspeksiPada pemeriksaan inspeksi, diperhatikan kelainan-kelainan yang terlihat pada

    perut seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetri perut yang menunjukkan

    adanya masa tumor, striae, vena yang berdilatasi. Cari kaput medusa (aliran berjalankeluar dari umbilicus), atau obstruksi vena kava inferior, peristaltis usus, distensi dan

    hernia. Pada keadaan normal, dinding perut terlihat simetris. Bila ada tumor atau abses

    atau pelebaran setempat lumen usus membuat perut terlihat tidak simetris. Pada

    keadaan normal dan fisiologis, pergerakan dinding usus akibat peristaltic usus tidak

    terlihat. Bila terlihat gerakan peristaltic usus maka dapat dipastikan adanya

    hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat obstruksi lumen usus. Perhatikan kontur

    abdomen, apakah bentuk dindingnya cekung atau membuncit, apakah abdomennya

    simetris, apakah terdapat organ atau masa yang terlihat. Perhatikan adanya peristaltic

    yang terlihat, pulsasi normal aorta akan terlihat di epigastrium.

    b. AuskultasiDalam keadaan normal, bising usus terdengar lebih kurang 3 kali per menit.

    Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltik usus akan meningkat, lebih lagi pada saat

    timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus disebut borborigmi. Pada

    keadaan paralisis usus, suara ini sangat melemah dan jarang bahkan kadang-kadang

    bisa menghilang. Keadaan ini juga boleh terjadi pada tahap lanjut dari obstruksi usus

    di mana usus sangat membesar dan atoni. Pada ileus obstruksi kadang terdengar suara

    peristaltic dengan nada tinggi dan suara logam (metallic sound). Suara murmur

    sistolik atau diastolik mungkin dapat didengar pada auskultasi abdomen. Bruit sistolik

    dapat didengar pada aneurisma aorta atau pada pembesaran hati karena hepatoma.

    Bising vena yang kadang-kadang disertai dengan terabanya getaran, dapat didengar

    diantara umbilicus dan epigastrium.

    c. PalpasiPalpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya kelainan

    dalam rongga abdomen. Palpasi dilakukan secara sistematis dengan seksama, pertama

    kali ditanyakan apakah ada daerah-daerah yang nyeri tekan dan sedapat mungkin

    seluruh dinding perut terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran massa tumor,

    hati, limpa, kandung empedu membesar atau teraba. Palpasi diusahakan dalam posisi

    terlentang, pemeriksa berdiri pada sebelah kanan pasien. Penekanan dilakukan olehruas terakhir dan ruas tengah jari-jari. Sistematika palpasi dilakukan dengan hati-hati

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    4/12

    4

    pada daerah nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Perinci nyeri tekan abdomen antara

    lain berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada tahanan (peritonitis),

    apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan.

    d. PerkusiPerkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, dengan penekananyang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Perkusi abdomen sangat

    membantu dalam menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan atau

    udara. Dalam keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani, kecuali di daerah

    hati suara perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan

    bertambahnya bunyi timpani di seluruh abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan

    adanya udara bebas di dalam perut, misalnya pada perforasi usus. Dalam keadaan

    adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen, perkusi di atas dinding perut mungkin

    timpani dan sampingnya pekak. Dengan memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak

    ini akan berpindah-pindah (shifting dullness). Perhatikan di mana bunyi timpani

    berubah menjadi dullness.

    2.2.3. Pemeriksaan turgor kulit

    Kaji turgor kulit pada kulit tangan untuk orang dewasa dan bagian abdomen bagi bayi

    atau anak untuk melihat derajat dehidrasi dengan menggenggam dan menarik lipatan kulit

    dengan perlahan, dan melepaskannya, observasi berapa cepat kulit kembali ke bentuk

    normalnya. Jika lambat kembali ke bentuk normalnya mungkin telah terjadi dehidrasi.

    2.2.4. Pemeriksaan Penunjang

    Elektrokardiogram (EKG):

    Pada hipokalemia sering terjadi disaritmia merupakan gangguan frekuensi atau irama

    atau keduanya karena gangguan konduksi bukan karena kelainan struktur jantung. Pada

    gambaran EKG didapati depresi segmen ST, gelombang T mendatar dan ada gelombang U.

    Boleh kadang-kadang boleh bermanifestasi menjadi Torsades de pointes yang

    merupakan gangguan irama jantung berupa takikardi ventrikuler tipe polimorfik, dimana

    ventrikel berkontraksi lebih dari 200 sampai 250 kali per menit secara tidak beraturan dengan

    sumbu axis QRS yang bervariasi, membentuk gambaran seperti kumparan (twisting of points)

    karena ketidak seimbangan elektrolit Ca-K-Mg.

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    5/12

    5

    Gambar 1: Morfologi Gelombang EKG Pada Hipokalemia.

    (Sumber: http://cardiologyupdateunand.com/tag/ecg/)

    Pemeriksaan Laboratorium:

    a.Kalium serum: terjadi penurunan (kurang dari 3,5 mEq/L).b.Klorida serum: sering turun (kurang dari 98 mEq/L).c.Glukosa serum: agak tinggi.d.Bikarbonat plasma: meningkat, lebih besar dari 29 mEq/L.e.Osmolaritas urin: menurun.f.Gas Darah Arteri: pH dan bikarbonat meningkat (Alkalosis metabolik).

    http://cardiologyupdateunand.com/tag/ecg/http://cardiologyupdateunand.com/tag/ecg/http://cardiologyupdateunand.com/tag/ecg/
  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    6/12

    6

    2.3. Diagnosis Banding

    Tabel 1: Diagnosis Banding untuk Hipokalemia.

    Penyakit Tanda dan Gejala Pemeriksaan Diagnostik

    Hipokalsemia Kebas dengan kesemutan jaridan region sirkumoral,

    refleks hiperaktif, kram otot

    dan kejang. Hipokalsemia

    kronis dapat terjadi fraktur

    tulang karena osteoporosis

    tulang.

    Kadar Kalsium Serum Total: kurangdari 8,5 mg/dl dan perlu diawasidengan albumin serum.

    Kalsium Serum Terionisasi: Kurangdari 4,5 mg/dl

    Hormon Paratiroid: Meningkat(normal 150-350 pg/ml

    Kadar Magnesium dan Fosfor:Diperiksa untuk mengidentifikasi

    penyebab potensial hipokalsemia.

    EKG: Torsades de pointes (Takikardikarena ketidak seimbangan Ca-K-Mg)

    - Interval QT memanjang dan elongasi

    segmen ST.

    Hipomagnesemia Apatis, kram kaki, insomnia,

    emosional, halusinasi,

    anoreksia, mual, untah dan

    parestesia.

    Kadar magnesium serum: Kurang dari1,5 mEq/L dan boleh normal

    (defisiensi intraselular).

    Kadar magnesium urin:mengidentifikasi penyebabnya ginjal

    dengan pemberian sulfat parenteral (tes

    loading magnesium).

    Kadar Albumin Serum: Menurunkarena penurunan magnesium pengikat

    protein.

    Kadar Kalium serum: Menurun karenakegagalan pompa Na-K selular untuk

    menggerakan K+ ke dalam sel dan

    menyertai keluar bersama urin.

    Kadar Kalsium Serum: Hipomagnesiadapat menimbulkan hipokalsemia

    karena reduksi dalam pelepasan dan

    kerja hormon paratiroid.

    EKG: Takiaritmia - Interval PR danQT memanjang, pelebaran QRS,

    depresi segmen ST dan pendataran

    gelombang T. Torsades de pointes

    (Takikardi karena ketidak seimbangan

    Ca-K-Mg).

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    7/12

    7

    2.4. Diagnosis Kerja

    Berdasarkan gejala dan tanda didapati pasien tersebut menderita Hipokalemia et causa

    Diare Akut. Hipokalemia adalah rendahnya kadar kalium didalam darah merupakan suatu

    keadaan dimana konsentrasi kalium dalam darah kurang dari 3,8 mEq/L darah. Kalium juga

    merupakan sebagai elektrolit yang berperan penting pada fungsi syaraf dan sel otot, terutamafungsi sel otot jantung.1

    Hipokalemia ringan biasanya tidak menyebabkan gejala sama sekali. Hipokalemia yang

    lebih berat (kurang dari 3,0 mEq/L darah) menyebabkan kelemahan atau kejang otot terutama

    pada otot ekstremitas dan bahkan boleh menyebabkan kelumpuhan. Hipokalemia juga boleh

    menyebabkan aritmia jantung, terutama pada penderita penyakit jantung.

    2.5. Etiologi

    Penyebab Hipokalemia diantaranya ialah:

    1. Deplesi KaliumHipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan kalium tubuh.

    Dalam keadaan normal, kalium total tubuh diperkirakan 50 mEq/kgBB dan kalium plasma

    3,5-5 mEq/L. Asupan K+ yang sangat kurang dalam diet menghasilkan deplesi cadangan

    kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi tanggapan yang sesuai dengan mengurangi ekskresi

    K+, melalui mekanisme regulasi ini hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium

    berat. Pada umumnya, jika asupan kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium bersifat

    moderat. Berkurangnya asupan sampai

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    8/12

    8

    5. Endokrin atau HormonalAldosteron adalah hormon yang mengatur kadar kalium. Penyakit tertentu dari sistem

    endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom Cushing, dapat menyebabkan kehilangan

    kalium.

    2.6. Epidemiologi

    a.Umur: Dapat terjadi pada semua usia, tetapi jarang terjadi pada anak-anak . Pasien lansia beresiko karena kurangnya asupan diet dan / atau penggunaan

    diuretik.2

    b.Jantina: dapat terjadi pada laki-laki dan wanita dengan prevalensi yang sama.c.Suku bangsa: tidak ada variasid.Genetik:

    Familial (hypokalemic) periodic paralysis Congenital adrenogenital syndromes Liddle syndrome Bartter and Gitelman syndromes Familial interstitial nephritis Glucocorticoid-remediable aldosteronism

    e. Status sosio-ekonomi Kemiskinan dapat berhubungan malnutrisi gizi buruk. Sering pada pecandu alkohol yang juga memiliki hipomagnisemia.

    2.7. Manifestasi Klinik

    a. Hipokalemia berat dapat berakibat kematian melalui henti jantung atau henti nafas.b. Tanda-tanda klinis jarang terlihat sebelum kadar kalium serum turun dibawah 3 mEq/L

    (SI: 3mmol/ L) kecuali pada tingkat kehilangan cepat dan mendadak.

    c. Keletihan, anoreksia, mual, muntah, kelemahan otot, kram kaki, penurunan motilitasusus, parestisia, disritmia dan peningkatan sensitifitas terhadap digitalis.

    d. Jika berkelanjutan hipokalemia dapat menyebabkan ketidak mampuan ginjal untukmemekatkan urin, menyebabkan urin yang encer (urin berlebihan/poliurin, nokturia)

    dan rasa haus yang berlebihan.

    2.8. PatofisiologiKalium adalah kation utama cairan intraselular. Kenyataannya 98 % dari simpanan

    tubuh (3000-4000 mEq) berada didalam sel dan 2 % sisanya (kira-kira 70 mEq) terutama

    dalam pada kompartemen cairan ekstraselular. Kadar kalium serum normal adalah 3,5-5,5

    mEq/L dan sangat berlawanan dengan kadar di dalam sel yang sekitar 160 mEq/L. Kalium

    merupakan bagian terbesar dari zat terlarut intrasel, sehingga berperan penting dalam

    menahan cairan di dalam sel dan mempertahankan volume sel. Kalium serum, meskipun

    hanya merupakan bagian kecil dari kalium total, tetapi sangat berpengaruh dalam fungsi

    neuromuskular. Perbedaan kadar kalium dalam kompartemen cairan intraselular dan cairan

    ekstraselular dipertahankan oleh suatu pompa Na-K aktif yang terdapat dimembran sel.3

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    9/12

    9

    Rasio kadar kalium cairan intraselular terhadap cairan ekstraselular adalah penentuan

    utama potensial membran sel pada jaringan yang dapat tereksitasi, seperti otot jantung dan

    otot rangka. Potensial membran istirahat mempersiapkan pembentukan potensial aksi yang

    penting untuk fungsi saraf dan otot yang normal. Kadar kalium cairan ekstraselular jauh lebih

    rendah dibandingkan kadar di dalam sel, sehingga sedikit perubahan pada kompartemencairan ekstraselular akan mengubah rasio kalium secara bermakna. Sebaliknya, hanya

    perubahan kalium cairan intraselular dalam jumlah besar yang dapat mengubah rasio ini

    secara bermakna. Salah satu akibat dari hal ini adalah efek toksik dari hiperkalemia berat

    yang dapat dikurangi kegawatannya dengan meingnduksi pemindahan kalium dari cairan

    ekstraselular ke cairan intraselular. Selain berperan penting dalam mempertahankan fungsi

    nueromuskular yang normal, kalium adalah suatu kofaktor yang penting dalam sejumlah

    proses metabolik.6

    Homeostasis kalium tubuh dipengaruhi oleh distribusi kalium antara cairan ekstraselular

    dan cairan intraselular, juga keseimbangan antara asupan dan pengeluaran. Beberapa faktorhormonal dan nonhormonal juga berperan penting dalam pengaturan ini, termasuk aldostreon,

    katekolamin, insulin, dan variabel asam-basa.

    Pada orang dewasa yang sehat, asupan kalium harian adalah sekitar 50-100 mEq.

    Sehabis makan, semua kalium diabsorpsi akan masuk kedalam sel dalam beberapa menit,

    setelah itu ekskresi kalium yang terutama terjadi melalui ginjal akan berlangsung beberapa

    jam. Sebagian kecil (

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    10/12

    10

    2.9. Penatalaksanaan

    Sebelum merawat kehilangan kalium pada pasien atasi gejala diare dan dehidrasi pasien

    dahulu kemudian diperbaiki gangguan elektrolit kaliumnya. Untuk boleh memperkirakan

    jumlah kalium pengganti yang boleh diberikan, perlu disingkirkan dulu faktor-faktor selain

    deplesi kalium yang boleh menyebabkan hipokalemia, misalnya insulin dan obat-obatan.Status asam-basa mempengaruhi kadar kalium serum.7

    a. Jumlah KaliumWalaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk mengganti kehilangan

    tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk menghitung jumlah kalium yang dibutuhkan pasien.

    Namun, 40-100 mmol K+suplemen biasa diberikan pada hipokalemia moderat dan berat.

    Pada hipokalemia ringan (kalium 3,0-3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20 mmol per hari

    dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang mengandung kalium. KCl oral kurang

    ditoleransi pasien karena iritasi lambung. Makanan yang mengandung kalium cukup banyak

    dan menyediakan 60 mmol kalium.

    b. Kecepatan Pemberian Kalium IntravenaKecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika kadar serum lebih

    dari 2 mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium adalah 10 mEq/jam dan maksimal

    20 mEq/jam untuk mencegah terjadinya hiperkalemia. Pada anak, 0,5-1,0 mEq/kg/dosis

    dalam 1 jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.

    Pada kadar kurang dari 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui vena

    sentral dan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl tidak boleh dilarutkan

    dalam larutan dekstrosa karena justru mencetuskan hipokalemia lebih berat.

    c. Koreksi Hipokalemia Perioperatif KCl biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga biasa disertai

    defisiensi Cl-.

    Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin lebih sesuai. Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk koreksi dan tidak ada

    gejala klinik.

    Penggantian 40-60 mmol K+ menghasilkan kenaikan 1,0-1,5 mmol/L dalam K+serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+akan berpindah kembali ke dalam sel.

    Pemantauan teratur dari K+ serum diperlukan untuk memastikan bahwa defisit

    terkoreksi.

    d. Kalium iv KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan mengalami hipokalemia

    berat.

    Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus. Gunakan sediaan siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia berat (kurang dari 2 mmol/L), sebaiknya

    gunakan NaCl, bukan dekstrosa. Pemberian dekstrosa bisa menyebabkan penurunan

    sementara K+serum sebesar 0,2-1,4 mmol/L karena stimulasi pelepasan insulin oleh

    glukosa.

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    11/12

    11

    Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40 mmol K+/L. Iniharus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.

    Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan beban cairan. Jika adaaritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang lebih pekat diberikan melalui vena

    sentral dengan pemantauan EKG. Pemantauan teratur sangat penting. Pikirkanmasak-masak sebelum memberikan lebih dari 20 mmol K+/jam.

    Konsentrasi K+ lebih dari 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena perifer,karena cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.

    e. Diet KaliumDiet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata 50-100 mEq/hari

    (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat,

    kacang-kacangan, dan kentang).

    2.10. Komplikasi

    a. Aritmia (ekstrasistol atrial atau ventrikel) dapat terjadi pada keadaan hipokalemiaterutama bila mendapat obat digitalis

    b. Ileus paralitikc. Kelemahan otot sampai kuadriplegia.d. Hipotensi ortostatike. Paralisisf. Hiporefleksig. Rabdomiolisis

    2.11. Pencegahan

    Untuk mencegah pengeluaran kalium berlebihan dapat dilakukan dengan:

    Makan makanan yang seimbang dan berkhasiat serta kaya dengan kalium. Pengambilan suplemen kalium (bila perlu). Jika ada penggunaan obat diuretik diganti dengan diuretik hemat kalium dengan

    preskripsi dan nasihat dokter.

    2.12. Prognosis

    Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat mengkoreksi hipokalemiamemberikan prognosis yang baik. Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat,

    penurunan kadar kalium secara drastis dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang

    dapat berakibat fatal.

  • 8/14/2019 PBL 20 Hipokalemia et causa diare akut

    12/12

    12

    BAB III

    PENUTUP

    3.1. Kesimpulan

    Hipokalemia merupakan kelainan kekurangan elektrolit boleh pengeluaran berlebihan

    disebabkan karena renal atau ekstrarenal dan cukup sering dijumpai dalam praktek klinik.

    Hipokalemia ringan biasanya asimptomatis dan apabila berat dapat menyebabkan badan

    lemas atau mual-muntah, sakit otot, kaki lemah hingga keluhan serius yang gawat darurat

    berupa gangguan jantung dan bahkan kematian.

    Penatalaksanaan dengan pemberian kalium IV perlu diketahui kecepatan pemberian

    yang aman untuk setiap derajat hipokalemia karena menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.

    Pemberian suplemen kalium perlu dipertimbangkan pada pasien-pasien penyakit jantung,

    hipertensi, stroke, atau pada keadaan-keadaan yang cenderung menyebabkan deplesi kalium.

    3.2. Daftar Pustaka

    1. Zwanger M.Hypokalemia.Available at: http://emedicine.com/emerg/topic273.html.Accessed on 9thOctober 2013.

    2. Sriwaty A. Prevalensi dan Distribusi Gangguan Elektrolit Pada Lanjut Usia. Available at:http://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdf.Accessed on 9thOctober 2013.

    3. Daryadi. Hiperkalemia dan Hipokalemia. Available at:http://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.html.Accessed on 9th

    October 2013.

    4. Price & Wilson. Gangguan Cairan & Elektrolit. Patofisiologi Vol.1. 6thed. Jakarta: EGC;2006; p. 344.

    5. Halperin ML, Goldstein MB. Fluid Electrolyte and Acid-Base Physiology.A problem-based approach. WB Saunders Co. 2nd ed., p 358

    6. David C.Hypokalemia.Available at:http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htm.Accessed on 9thOctober

    2013.

    7. Cohn JN, Kowey PR, Whelton PK, Prisant LM.New Guidelines for potassiumReplacement in Clinical Practice. Arch Intern Med 2000; 160: 2429-2436.

    http://emedicine.com/emerg/topic273.htmlhttp://emedicine.com/emerg/topic273.htmlhttp://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdfhttp://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.htmlhttp://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htmhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htmhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000479.htmhttp://nsyadi.blogspot.com/2011/12/hiperkalemia-dan-hipokalemia.htmlhttp://eprints.undip.ac.id/22684/1/Sriwaty.pdfhttp://emedicine.com/emerg/topic273.html