hipokalemi et causa diare akut.docx

download hipokalemi et causa diare akut.docx

of 22

Transcript of hipokalemi et causa diare akut.docx

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    1/22

    1

    Hipokalemia et causaDiare Akut

    Defita Firdaus

    10-2010-290

    Mahasiswa Kedokteran Semester 5 Fakultas Kedokteran

    Universitas Kristen Krida Wacana

    Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat 11470

    Email :[email protected]

    Pendahuluan

    Hipokalemia (K+serum < 3,5 mEq/L) merupakan salah satu kelainan elektrolit yang

    ditemukan pada pasien rawat inap. Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2%

    dari kalium total tubuh dan pada banyak kasus tidak mencerminkan status kalium tubuh;

    hipokalemia perlu dipahami karena semua intervensi medis untuk mengatasi hipokalemia

    berpatokan pada kadar kalium serum.

    Salah satu penyebab hipokalemia adalah diare. Diare masih merupakan salah satu

    penyebab utama morbiditas dan mortalitas di negara yang sedang berkembang. Banyak

    dampak yang terjadi karena infeksi seluran cerna antara lain pengeluaran toksin yang dapat

    menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,

    gangguan keseimbangan elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi sel

    epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili dapat menimbulkan keadaan

    maldiges dan malabsorpsi. Bila tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya

    dapat mengalami invasi sistemik.

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    2/22

    2

    Anamnesis

    Anamesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien / keluarganya

    /orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan memperhatikan petunjuk-

    petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien, meliputi :1

    Data anamnesis terdiri atas beberapa kelompok data penting:

    1. Identitas pasienNama,tempat tanggal lahir, usia, jenis kelamin,alamat.dan sebagainya

    2. Riwayat penyakit sekarangKeluhan utama pasien

    3. Riwayat penyakit dahuluKronologi penyakit, ada tidaknya riwayat sakit dahulu yang pernah di derita

    4. Riwayat kesehatan5. Riwayat keluarga dan lingkungan, sosial-ekonomi-budaya. 1

    Dalam diagnosa kasus ini anamnesis yang dipertanyakan adalah

    1. Waktu dan frekuensi diareDiare pada malam hari sepanjang hari selalu menunjukan penyakit organic.Perasaan

    ingin buang air besar yang tidak bisa ditahan merupakan kunci penting bagi petunjukkearah penyakit inflamasi. Diare yang timbul akut terus berlanjut menjadi kronik

    dengan riwayat berpergian mengingatkan pada diare pada turistraveler diarea atau

    sprue tropis. Diare dengan frekuensi 3-4 kali sehari dan terjadi pagi hari menunjukan

    sindrom usus iriatif. 2

    2. Bentuk tinjaBau, ada darah, mukus, atau pus. Bila terdapat minyak dalam tinja menunjukan

    insufisiensi pancreas. Tinja pucat(steatorea) menandakan kelainan di proksimal

    ileosekal. Diare seperti air biasa terjadi akibat kelainan pada semua tingkat dari

    system pencernaan terutama usushalus. Adanya makanan yang tidak tercerna adaalah

    manifestasi dari kontak yangterlalu cepat antara tinja dan dinding usus. Bau asam

    menunjukan penyerapankarbohidrat yang tidak sempurna. Harus dibedakan anatara

    perdarahan yangdisertai diare dengan perdrahan yang menyertai tinja normal.2

    3. Nyeri abdomen dan keluhan lainyang menyertai diareNyeri abdomen ini merupakan kelainan tak khas, karena dapat terjadi pada kelainan

    organik maupun non organik. Pada penyakit organik, lokasi rasa sakit menetap

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    3/22

    3

    sedangkan pada diare psikogenik nyerinya dapat berubah ubah baik tempat maupun

    penyebarannya. Nyeri abdomen yang disebabkan kelainan ususkecil berlokasi

    disekitar pusat, dan kolik yang iakibatkan kelaian usus besar,letaknya suprapubik.

    Nyeri terus menerus menandakan ulserasi yang berat padausus atau adanya

    komplikasi abses. Demam sering menyertai infeksi ataukeganasan. Mual dan muntah

    dapat juga menunjukan infeksi. 2

    4. ObatBanyak macam obat mengakibatkan diare, seperti laksan, antasida, diuretik, bahkan

    neomisin. Penghentian obat beberapa hari dapat dicoba untuk membantumenegakan

    diagnosis. Bila diare berhenti dengan dihentikannya obat, makakemungkinan

    besar diare disebabkan oleh obat tersebut. 2

    5. MakananDiare dan mual yang menyertai minum susu menunjukkan dugaan kuat

    terhadapintoleransi lactose dan sindrom usus iriatif. Pada pada pasien dengan riwayat

    diareterhadap makanan tertentu biasanya mempunyai riwayat alergi dalam

    keluarganyaatau manifestasi alergi lain seperti asma. 2

    6. Lain-lainAnamnesis diare berupa air yang sangat hebat tanpa gejala yang jelas ke arahinfeksi

    dapat dikarenakan antara lain tumor endokrin penyebab diare yaitukarsinoma meduler

    tiroid dan diare hormonal yang lain misalnya fipoma, sindromkarsinoid

    atau kecanduan obat-obat pencahar. 2

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan berbaring

    dan relaks, kedua lengan berada disamping, dan pasien bernapas melalui mulut. Pasien

    diminta untuk menekukkan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-otot abdomen menjadi

    relaks. Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya refleks tahanan otot

    oleh pasien. 3

    Inspeksi

    Setelah melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya dengan cepat,

    perhatikan abdomen untuk memeriksa hal berikut ini:

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    4/22

    4

    Apakah abdomen dapat bergerak tanpa hambatan ketika pasien bernapas? Apakah pasien menderita nyeri abdominal yang nyata? Apakah pasien menderita iritasi peritoneum, yaitu pergerakan abdomen menjadi

    terbatas? Apakah terdapat jaringan parut akibat operasi sebelumnya? Apakah terdapat distensi abdomen yang nyata? Apakah terdapat vena yang berdilatasi? Apakah terdapat gerakan peristaltik yang dapat terlihat? Apakah terdapat kelainan-kelainan lain yang dapat terlihat?

    Palpasi

    Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri

    abdomen. Selalu tanyakan letak nyeri yang dirasa maksimal dan periksa bagian tersebut

    paling akhir. 3

    Lakukan palpasi pada setiap kuadran secara berurutan, awalnya tanpa penekanan yang

    berlebihan dan dilanjutkan dengan palpasi secara dalam (jika tidak terdapat area nyeri yang

    diderita atau diketahui). Kemudian, lakukan palpasi secara khusus terhadap beberapa organ. 3

    Ketika meraba organ intra-abdomen yang membesar, bagian tepi organ lebih sering

    teraba daripada badan organ, akan tetapi konsistensi antara organ tersebut dengan organ

    disekitarnya seringkali mudah dibedakan hanya dengan meraba bagian tepinya. Tepi organ

    dapat diketahui dengan lebih mudah jika pemeriksa meminta pasien untuk mengambil napas

    agak dalam sehingga organ tersebut bergerak. 3

    Bila terdapat pembengkakkan yang abnormal, dan pada waktu palpasi tidak

    menimbulkan rasa nyeri, tentukan keadaan dan karakteristiknya.3

    Tahanan abdomen merupakan suatu refleks penegangan otot-otot abdomianal yang

    terlokalisasi yang tidak dapat dihindari oleh pasien dengan sengaja. Adanya tahanan tersebut

    merupakan tanda iritasi peritoneum perifer atau tanda nyeri tekan yang tajam dari organ

    dibawahnya. Pastikan adanya tahanan abdomen dengan melakukan perkusi ringan di atas area

    yang terkena. 3

    Perkusi

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    5/22

    5

    Perkusi berguna (khususnya pada pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya

    pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan selalu

    perkusi dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang sejajar dengan

    bagian tepi organ. 3

    Auskultasi

    Hanya pengalaman klinis yang dapat memberitahu bising usus yang normal. Seorang

    pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum dapat mengatakan

    dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar. 3

    Bising usus yang meningkat dapat ditemukan pada obstruksi usus, diare, dan jika

    terdapat darah dalam pencernaan yang berasal dari saluran cerna atas (keadaan yang

    menyebabkan peningkatan peristaltik). 3

    Bising usus menurun atau menghilang ditemukan pada ileus, perforasi, peritonitis

    generalisata. 3

    Bising sistolik aorta atau arteri femoralis dapat terdengar di atas arteri yang

    mengalami aneurisma atau stenosis. Bising arteri renalis dapat terdengar di bagian lateral

    abdomen atau di punggung. Dengungan vena yang kontinu dapat menunjukkan adanyaobstruksi vena kava inferior atau obstruksi vena porta. 3

    Pada skenario didapatkan: kelemahan pada sistem otot skelet, serabut otot halus, dan otot

    jantung. Kelemahan otot ini dimulai pada otot ekstremitas bawah sebelum berlanjut pada otot

    leher dan otot pernafasan. Ileus paralitik dan refleks dilatasi gaster terjadi karena kelemahan

    serabut otot halus. Bila hipokalemia terjadi lama, bisa didapatkan gangguan ginjal yang

    hampir sama dengan gejala pielonefritis kronik.

    Pemeriksaan Penunjang

    1. Pemeriksaan tinjaa. Makroskopis dan mikroskopis

    b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, biladiduga terdapat intoleransi gula.

    c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    6/22

    6

    2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukanpH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagu dengan pemeriksaan analisa gas darah

    menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

    3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.4. Pemriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium, dan fosfor dalam

    serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang). 3

    Working Diagnosis

    Hipokalemi et causa diare akut

    Diagnosis

    Pada umumnya, hipokalemia akan menyebabkan ekskresi kalium melalui ginjal

    menurun hingga kurang dari 25 mEq per hari sedangkan eksresi kalium di dalam darah urin

    lebih dari 40 mEq/L per hari menandakan adanya pembuangan kalium yang berlebihan

    melalui ginjal.

    Ekskresi kalium yang rendah melalui ginjal disertai asidosis metabolik merupakan

    pertanda adanya pembuangan kalium berlebihan melalui saluran cerna seperti diare akibat

    infeksi atau penggunaan pencahar. Ekskresi kalium berlebihan melalui saluran ginjal dengan

    disertai asidosis metabolik merupakan pertanda adanya ketoasidosis diabetic atau renal

    tubular acidosis (RTA), baik tipe proksimal maupun distal.

    Eksresi kalium yang rendah di urin disertai alkalosis metabolic merupakan pertanda

    adanya muntah kronik atau pemberian diuretic jangka lama. Ekskresi kalium yang tinggi di

    urin disertai alkalosis metabolic dan tekanan darah rendah merupakan pertanda dari Sindrom

    Bartter. Ekresi kalium tinggi di urin disertai alkalosis metabolik dan tekanan darah tinggi

    merupakan pertanda adanya hiperaldosteronisme primer.

    Konsentrasi kalium didalam feses berkisar antara 80 sampai 90 mmol/L. Tetapi

    dikarenakan kadar air didalam feses rendah, maka hanya sekitar 10 mmol/L potasium yang

    keluar melalui feses. Pada diare, konsentrasi kalium pada feses meningkat, sehingga

    kehilangan kalium menjadi lebih banyak.4

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    7/22

    7

    Etiologi

    Penyebab terjadinya hipokalemia

    Malnutrisi, atau intake kalium yang kurang Kehilangan kalium pada traktus gastrointestinal

    o Muntaho Diareo Penggunaan enama atau laksatif

    Efek dari obat-obatano Diuretiko Agonist beta-adrenergiko Steroido Teofilino Aminoglikosida

    Pergeseran kalium intraselulero

    Insulino Alkalosis

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    8/22

    8

    Kehilangan kalium pada ginjalo Asidosis Tubular Renaliso Hiperaldosteronismo Deplesi magnesiumo Leukemia 5

    Epidemiologi

    Hipokalemia dapat ditemukan pada 20% dari pasien rawat inap di rumah sakit.

    Sebagian besar dari pasien rawat inap ini adalah mereka yang mempunyai kadar potassium

    berkisar anatara 3.0 sampai 3.5 mmol/liter. Kadar konsentrasi potassium yang rendah dapat

    ditemukan antara 10 sampai 40% pada pasien yang mengkonsumsi thiazide diuretik. 5

    Hipokalemia

    Pengaturan Keseimbangan Kalium didalam Tubuh

    Keseimbangan kalium didalam tubuh diatur oleh beberapa hormon. Distribusi

    transelular kalium normal ( rasio dari intraselular ke ekstraseluler) diatur oleh sekurangnya

    dua hormon yang memberikan sinyal kepada sel. Kedua hormon tersebut adalah insulin dan

    - adrenergik katekolamin.

    Insulin dan -adrenergik katekolamin meningkatkan potassium selular uptake dengan

    menstimulasi membran sel Na+/K+-ATPase. Bagi insulin, mekanisme kerja Na+/K+-ATPase

    merupakan mekanisme umpan balik. Dimana hiperkalemia menstimulasi sekresi insulin dan

    hypokalemia menghambat sekresi insulin. Tidak ada mekanisme umpan balik yang

    dihasilkan oleh - adrenergik, tetapi -blokade meningkatkan kadar serum kalium dan -

    agonist menurunkan kadar serum kalium sebagai mekanisme pengaturan kadar kalium

    didalam tubuh. 6

    Sintesis Na+/K+-ATPase juga distimulai oleh hormon thyroid, yang juga dapat

    menyebabkan hypokalemia pada pasien yang didiagnosis dengan hyperthyroidism. Alkali

    dapat menyebabkan pergeseran kalium kedalam sel, tetapi respon yang didapat masih sangat

    bervariasi. Pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir, pemberian bikarbonat hanya

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    9/22

    9

    memiliki sedikit efek pada distribusi transselular kalium. Hiperkalemia menyebabkan sekresi

    aldosteron, sedangkan hipokalemia menghambat sekresi aldosteron.

    Pengaturan konsentrasi kalium ekstraselular dan kandungan potassium didalam tubuh

    tidak berjalan bersisian. Konsentrasi kalium didalam tubuh dan hipokalemia dapat berkurang

    hanya karena kurangnya konsumsi makanan atau minuman berkalium dalam waktu yang

    lama meskipun fungsi ginjal berjalan baik. 6

    Gambar 1 : Hormon yang berpengaruh pada regulasi potasium

    Insulin dan -adrenergik katekolamin merangsang masuknya kalium kedalam sel

    dengan cara menstimulasi Na+/K+-ATPase. Aldosterone merangsang eksresi dari kalium.

    Terdapat mekanisme umpan balik pada insulin dan aldosteron : peningkatan kalium ekstrasel

    menstimulasi sekresi dari insulin dan aldosteron, dan penurunan kalium ekstrasel

    menghambat sekresi dari kedua hormon tersebut. Angiotensin II mempunyai efek sinergis

    terhadap aldosteron yang dapat menyebabkan hiperkalemia. 6

    Pasien dengan hipokalemia seringkali tidak memberikan gejala apapun, terutama pada

    hipokalemia ringan (serum kalium 3.0 3.5 mmol/L). Hipokalemia yang lebih berat ( serum

    kalium 2.9 mmol/L) biasanya memberikan gejala umum non-spesifik seperti kelemahan,

    kelelahan, dan konstipasi. Pada kadar serum potassium kurang dari 2.5 mmol/L nekrosis otot

    akan dapat ditemukan dan pada kadar serum kalium kurang dari 2.0 mmol/L dapat ditemukan

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    10/22

    10

    kelumpuhan otot, yang apabila tidak segera diterapi akan menyebabkan kelumpuhan otot

    pernapasan. Gejala-gejala yang timbul bersinergi dengan penurunan kadar serum kalium.

    Hipokalemia jarang didiagnosis berdasarkan presentasi klinis, tetapi didiagnosis

    melalui pemeriksaan kadar kalium didalam serum. Kadar kalium yang rendah menandakan

    terjadinya gangguan regulasi homeostatis didalam tubuh.

    Hipokalemia hampir selalu merupakan kehilangan abnormal kalium didalam tubuh,

    dan lebih jarang disebabkan karena pergeseram kalium dari ekstraseluler ke dalam sel Untuk

    mengetahui penyebab paling umum terjadinya hipokalemia meninjau riwayat pengobatan

    pasien, suatu alkalosis metabolik melalui ginjal, ataupun pengeluaran kalium melalui feses

    yang diinduksi oleh diare.6

    Patofisiologi

    Hipokalemia merupakan kejadian yang sering dijumpai di klinik. Penyebab hipokalemik

    dapat dibagi sebagai berikut :

    - Asupan kalium kurang- Pengeluaran kalium berlebihan-

    Kalium masuk ke dalam sel

    7

    Asupan kalium kurang

    Kalium yang masuk ke dalam tubuh dalam keadaan fungsi ginjal yang normal, akan

    di ekskresikan melalui ginjal. Makin tinggi asupan kalium, makin tinggi eksresi melalui

    ginjal, demikian sebaliknya bila asupan kalium rendah. Asupan kalium normal berkisar

    antara 40-120 mEq perhari. Dalam keadaan normal ekskresi kalium melalui ginjal dapat

    minimal sampai 5 mEq per hari untuk mempertahankan kadar kalium normal normal dalam

    darah, sejalan dengan rendahnya asupan kalium. Hipokalemia akibat asupan kalium rendah

    saja, jarang terjadi dalam klinik. Biasanya disertai oleh masalah lain misalnya pada

    pemberian diuretic atau pemberian diet rendah kalori pada program menurunkan berat

    badan.7

    Pengeluaran kalium berlebihan

    Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna, ginjal atau

    keringat. Pada keadaan muntah atau pemakaian selang naso-gastrik, pengeluaran kalium

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    11/22

    11

    bukan melalui saluran cerna atas karena kadar kalium dalam cairan gastric hanya sedikit (5-

    10 mEq/L), akan tetapi kalium banyak keluar melalui ginjal. Akibat muntah atau pemakaian

    selan naso-gastrik, terjadi alkalosis metabolic sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi di

    glomerulus yang akan mengikat kalium di tubulus distal (duktus koligentes) yang juga

    dibantu dengan adanya hiperaldosteron sekunder dari hipovolemia yang timbul akibat

    muntah. Kesemuanya ini akan meningkatkan ekskresi kalium melalui urin dan menyebabkan

    hipokalemia.

    Pada saluran cerna bawah (diare, pemakaian pencahar), kalium keluar bersama bikarbonat

    (asidosis metabolic). Kalium dalam saluran cerna bawah jumlahnya lebih banyak (20-50

    mEq/L). Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui ginjal dapat terjadi pada pemakaian

    diuretic, kelebihan hormone mineralokortikoid orimer/hiperaldosteronisme primer 9adenoma

    kelenjar adrenal), anion yang tidak dapat di reabsorbsi yang berikatan dengan natrium

    berlebihan dalam tubulus (bikarbonat, beta-hidroksibutirat, hipurat) menyebabkan lumen

    duktus koligentes bermuatan lebih negative dan menarik kalium masuk dalam lumen lalu

    dikeluarkan bersama urin, pada hipomagnesemia, poliuria (polidipsia primer, diabetes

    insipidus) dan salt-wasting nephropathy(sindrom Bartter atau Gitelman, hiperkalsemia).

    Pengeluaran kalium berlebihan melalui keringat dapat terjadi bila dilakukan latihan berat

    pada lingkungan yang panas sehingga produksi keringat mencapai 10L.

    7

    Kalium masuk kedalam sel

    Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin,

    peningkatan aktifitas beta-adrenergik (pemakaian 2-agonis), paralisis periodic hipokalemik,

    hipotermia. Hanya sejumlah kecil praksi konsentrasi ion kalium berada pada rongga

    ekstraseluler. Karenanya, konsentrasi total ion kalium secara akurat. Defisit ion kalium

    tergantung pada lamanya kontak dengan penyebab (time for equilibration) dan konsentrasi

    ion kalium serum 1 mEq sebanding dengan defisit 200mEq. Dianjurkan untuk

    mempertahankan konsentrasi ion kalium serum

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    12/22

    12

    Pada pasien yang tidak mempunyai kelainan jantung yang mendasari, biasanya kelainan

    konduksi jantung akibat hipokalemia jarang terjadi, walaupun kadar kalium dalam darah

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    13/22

    13

    3. Pasien menggunakan obat yang dapat menyebabkan perpindahan kalium dariekstrakeintra sel

    - Indikasi sedang, pemberian kalium tidak perlu segera seperti pada hipokalemia ringan(K antara 3-3,5 mEq/L)

    Pemberian kalium lebih disukai melalui oral karena lebih mudah. Pemberian 40-60 mEq

    dapat meningkatkan kadar kalium sebesar 1-1,5 mEq/L, dan pemberian 135-160 mEq dapat

    meningkatkan kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L.

    Pemberian kalium intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui vena yang

    besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam. Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau adanya

    kelumpuhan otot pernafasan, KCl dilarutkan sebanyak 20mEq dalam 100ml NaCl isotonic.

    Bila melalui vena perifer, KCl maksimal 60 mEq dilarutkan dalam NaCl isotonic 1000 ml

    karena bila melebihi kadar ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan sklerosis

    vena.7

    Prognosis

    Baik apabila dilakukan kontrol yang adekuat terhadap kadar kalium darah serta mengobati

    penyakit yang mendasarinya.6

    Differential diagnosis

    Hiponatremia

    Hiponatremia adalah kelebihan cairan relative yang terjadi bila :7

    1. Jumlah asupan cairan melebihi kemampuan ekskresi2. Ketidak mampuan menekan sekresi ADH misalnya pada kehilangan cairan melalui

    saluran cerna, gagal jantung dan sirosis hati atau pada SIADH (Syndrome of

    Inappropriate ADH-secretion).

    Berdasarkan prinsip di atas maka etiologi hiponatremia dapat dibagi atas :

    - Hiponatremia dengan ADH meningkat- Hiponatremia dengan ADH tertekanfisiologik- Hiponatremiadenganosmolalitas plasma normal atautinggi

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    14/22

    14

    Sekresi ADH meningkat akibat deplesi volume sirkulasi efektif seperti pada muntah,

    diare, perdarahan, jumlah urin meningkat, gagal jantung, sirosis hati, SIADH, insufisiensi

    adrenal, dan hipotiroid. Pada polidipsia primer dan gagal ginjal terjadi ekskresi cairan lebih

    rendah disbanding adupan cairan sehingga menimbulkan respons fisiologik yang menekan

    sekresi ADH. Respon fisiologik dari hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari

    hipotalamus sehingga sekresi urin meningkat karena saluran air (AQP2A) di bagian apical

    duktus koligentes berkurang (osmolaritas urin rendah).

    Pemberian cairan iso-osmotik yang tidak mengandung natrium ke dalam cairan ekstrasel

    dapat menimbulkan hiponatremia disertai osmolalitas plasma normal. Tingginya osmolalitas

    plasma pada keadaan hiperglikemia atau pemberian manitol intravena menyebabkan cairan

    intrasel keluar dari sel menyebabkan dilusi cairan ekstrasel yang menyebabkan hiponatremia.

    Dalam keadaan normal, 93% dari volume plasma terdiri dari air dan elektrolit sedang 7%

    sisanya terdiri dari lipid dan protein. Pada hiperlipidemia atau hiperproteinemia berat akan

    terjadi penurunan volume air plasma menjadi 80% sedang jumlah natrium plasma tetap dan

    osmolalitas plasma normal; akan tetapi karena kadar air plasma berkurang

    (pseudohiponatremia) kadar natrium dalam cairan plasma total yang terdektesi pada

    pemeriksaan laboratorium lebih rendah dari normal.7

    HiponatremiaAkutHiponatremia akut adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung cepat yaitu

    kurang dari 48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang berat seperti penurunan

    kesadaran dan kejang, hal ini terjadi akibat edema sel otak, karena air dari ekstrasel

    masuk ke intrasel yang osmolalitasnya lebih tinggi. Kelompok ini disebut juga

    sebagai hiponatremia simptomatik atau hiponatremia berat.7

    HiponatremiaKronikHiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat

    yaitu lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang berat seperti

    penurunan kesadaran atau kejang (ada proses adaptasi), gejala yang timbul hanya

    ringan seperti lemas atau mengantuk. Pada keadaan ini tidak ada urgensi melakukan

    koreksi konsentrasi natrium, terapi dilakukan dalam beberapa hari dengan

    memberikan larutan garam isotonik. Kelompok ini disebut juga sebagai hiponatremia

    asimptomatik.7

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    15/22

    15

    Diagnosis

    Di klinik bila ditemukan kasus hiponatremia dengan gejala yang berat (kesadaran

    menurun, kejang) maka hiponatremia digolongkan dalam kategori akut. Hiponatremia tanpa

    gejala berat (lemas, mengantuk) digolongkan dalam kategori kronik. Hal ini penting untuk

    diketahui sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan bila terjadi keadaan

    hiponatremia.7

    Tatalaksana

    Langkah pertama yang dilakukan adalah mencari penyebab hiponatremia dengan cara :

    - Anamnesis yang teliti (antara lain riwayatmuntah, penggunaan diuretic,penggunaanmanitol)

    - Pemeriksaan fisik yang teliti (antara lain apakah ada tanda-tanda hipovolemik atautidak)

    - Pemeriksaan guladarah, lipid darah- Pemeriksaan osmolalitas darah (antara lain osmolalitas rendah atau tinggi)-

    Pemeriksaan osmolalitas urin atau dapat juga dengan memeriksa berat jenis urin(interpretasi apakah ADH meningkat atau tidak, gangguan pemeketan)

    - Pemeriksaan natrium, kalium, dan klorida urin untuk mengetahui jumlah ekskresielektrolit di dalam urin.7

    Langkah selanjutnya adalah melakukan pengobatan yang tepat sasaran :

    - Perlu dibedakan apakah kejadian hiponatremia aku atau kronik- Tanda atau penyakit lain yang menyertai hiponatremia perlu dikenali (deplesi volume,

    dehidrasi, gagal jantung, gagal ginjal)

    - Koreksinatrium :Pada hiponatremia akut, koreksi Na dilakukan secara cepat dengan pemberian larutan

    natrium hipertonik intravena. Kadar natrium plasma dinaikkan sebanyak 5 mEq/L dari

    kadar natrium awal dalam waktu 1 jam. Setelah itu, kadar natrium plasma dinaikkan

    sebesar 1 mEq/L setiap 1 jam sampai kadar natrium darah mencapai 130 mEq/L.

    Rumus yang dipakai untuk mengetahui jumlah natrium dalam larutan natrium

    hipertonik yang diberikan adalah

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    16/22

    16

    0,5 x beratbadan (kg) x delta natrium

    Delta natrium merupakan selisih antara kadar natrium yang diinginkan dengan kadar

    natrium awal.

    Pada hiponatremia kronik, koreksi Na dilakukan secara perlahan yaitu sebesar

    0,5mEq/L setiap 1 jam, maksimal 10 mEq/L dalam 24 jam. Bila delta Na besarnya 8

    mEq/L, dibutuhkan waktu pemberian selama 16 jam. Rumus yang dipakai sama

    seperti diatas. Natrium yang diberikan dapat dalam bentuk natrium hipertonik

    intravena atau natrium per oral.7

    Asidosis Metabolik

    Patofisiologi

    Asidosis metabolic ditandai dengan turunnya kadar ion-HCO3 diikuti dengan

    penurunan tekanan parsial CO2didalam arteri. Kompensasi umumnya terdiri dari kombinasi

    mekanisme respiratorik dan ginjal, ion hydrogen berinteraksi dengan ion bikarbonat

    membentuk molekul CO2 yang dieliminasi di paru, sementara itu ginjal mengupayakan

    ekskresi ion hydrogen ke urin dan memproduksi ion bikarbonat yang dilepaskan ke cairan

    ekstraseluler. Kadar ion-HCO3 normal adalah sebesar 24 mEq/L dan kadar normal pCO2

    adalah 40 mmHG dengan kadar ion-H sebesar 40 nanomol/L. Penurunan kadar ion-HCO3

    sebesar 1 mEq/L akan diikuti oleh penurunan pCO2sebesar 1,2 mmHg.7

    Penyebab asidosis metabolic dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu :

    a. Pembentukan asam yang berlebihan (asam fixed dan asam organic) di dalam tubuh.Ion hydrogen dibebaskan oleh system buffer asam karbonat-bikarbonat, sehingga

    terjadi penurunan pH. Dalam klinik ditemukan keadaan ini seperti pada :

    o Asidosis laktat. Timbul karena hipoksia jaringan berkepanjangan,mengakibatkan jaringan mengalami proses metabolisme anaerob

    o Ketoasidosis. Timbul karena produksi badan keton dalam jumlah sangat tinggipada metabolisme fase pasca absortif. Ketoasidosis merupakan akibat dari

    starvasi dan komplikasi diabetes mellitus yang tidak terkendali, jaringan tidak

    dapat memanfaatkan glukosa dari sirkulasi, sehingga mengandalkan

    metabolisme lipid dan keton

    o Intoksikasi salisilat

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    17/22

    17

    o Intoksikasi etanolb. Berkurangnya kadar ion-HCO3dalam tubuh. Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat

    yang mengatur keseimbangan ion hydrogen dan mempengaruhi keseimbangan pH.

    Penurunan konsentrasi HCO3- di cairan ekstraselular menyebabkan penurunan

    efektifitas system buffer dan asidosis timbul. Penyebab penurunan konsentrasi HCO3-

    antara lain adalah diare, renal tubular acidosis (RTA) proksimal (RTA-2), pemakaian

    obat inhibitor enzim anhidrase karbonat atau pada penyakit ginjal kronik stadium III-

    IV.

    c. Adanya retensi ion-H didalam tubuh. Jaringan tidak mampu mengupayakan ekskresiion hydrogen melalui ginjal. Kondisi ini dijumpai pada penyakit ginjal kronik stadium

    IV-V, RTA-1 atau RTA-4.

    Kompensasi paru dengan cara hiperventilasi yang menyebabkan penurunan tekanan

    parsial CO2, dapat bersifat lengkap, sebagian atau berlebihan. Berdasarkan kompensasi ini,

    asidosis metabolic dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :

    a. Asidosis metabolik sederhana (simple atau compensated metabolic acidosis);penurunan kadar ion-HCO3 sebesar 1 mEq/L diikuti penurunan pCO2 sebesar 1,2

    mmHg.

    b. Gabungan asidosis metabolik dengan asidosis respiratorik dapat juga disebutuncompensated metabolic acidosis; penurunan kadar ion-HCO3 sebesar 1 mEq/L

    diikuti penurunan pCO2kurang dari 1,2 mmHg (pCO2dapat sedikit lebih rendah atau

    sama atau lebih tinggi dari normal).

    c. Gabungan asidosis metabolic dengan alkalosis respiratorik atau dapat disebut sebagaipartly compensated metabolic acidosis; penurunan kadar ion-HCO3sebesar 1 mEq/L

    diikuti penurunan PCO2sebesar lebih dari 1,2 mmHg (pH dapat sedikit lebih rendah

    atau sama atau lebih tinggi dari normal).7

    Pada prinsipnya, penyebab gangguan harus diketahui sebelum melakukan pengobatan.

    Penyebab potensial demikian bervariasi sehingga seorang klinikus harus menegakkan

    diagnosis. Pada beberapa keadaan, diagnosis sangat jelas. Sebagai contoh misalnya kasus

    asidosis metabolik yang terjadi pada seorang setelah melakukan aktifitas fisik, tentunya jenis

    asidosis laktat. Kasus lainnya harus ditelusuri lebih lanjut.

    Untuk mengetahui etiologi dari tiap kelompok penybaba asidosis metabolic tersebut perludiketahui besarnya anion gap. Dalam keadaan normal, jumlah anion dan jumlah kation di

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    18/22

    18

    dalam tubuh adalah sama besar. Ada anion dan jumlah kation yang dapat dihitung (Cl, HCO3

    dan Na) dan ada anion dan kation yang tidak dapat dihitung (anion atau kation lain dari zat

    organic). Selisih antara Na dengan HCO3dan Cl atau selisih dari anion gap, Na-(HCO3+ Cl),

    dalam keadaan normal sebesar 12 3 mEq.

    Pada kelompok pembentukan asam organic yang berlebihan sebagai penyebab asidosis

    metabolic, besar anion-gap akan meningkat oleh karena adanya penambahan anion lain yang

    berasal dari asam organik antara lain asam hidroksi butirat pada ketoasidosis diabetic, asam

    laktat pada asidosis laktat, asam salisilat pada intoksikasi salisilat atau asam organic akibat

    intoksikasi etanol.

    Pada kelompok berkurangnya kadar ion-HCO3 sebagai penyebab asidosis metabolik,

    besar anion gap tetap dalam batas normal dengan peningkatan kadar ion-Cl. Misalnya pada

    keadaan diare atau renal tubular acidosis proksimal (RTA-2), pemakaian obat inhibitor enzim

    anhidrase karbonat atau pada penyakit ginjal kronik stadium III-IV.

    Asidosis metabolic dengan anion gap yang normal selalu disertai dengan peningkatan

    ion-Cl dalam plasma sehingga disebut juga sebagai asidosis metabolic hiperkloremik. Pada

    kelompok retensi ion-H sebagai penyebab asidosis metabolic, besar anion gap meningkat,

    misalnya pada penyakit ginjal kronik stadium IV V, dan besar anion gap normal misalnyapada renal tubular acidosis (RTA-1 atau RTA-4).7

    Anion gap dalam urin

    Pada keadaan asidosis metabolic dengan anion gap normal (hipokloremik), ion-Cl

    yang berlebih akan di sekresikan oleh sel intercalated duktus koligentes bersama dengan

    seksresi ion H+ (ion-Cl melalui saluran-Cl dan ion H+melalui pompa H-ATPase). Ekskresi

    ion-Cl dilakukan bersama dengan ion-NH3 dalam bentuk NH4Cl. Ion-NH4 dibentuk dari

    ikatan antara ion-NH3dalam tubulus dengan ion H+ yang disekresikan oleh sel tubulus distal

    (duktus kolektif). Tergnaggu atau normalnya ekskresi ion-NH3 dalam bentuk NH4Cl dapat

    dinilai dengan menghitung anion gap di dalam urin.

    Anion-gap dalam urin dihitung dengan rumus :

    (Na-urin + K-urin)Cl-urin

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    19/22

    19

    Bila hasilnya positif, terdapat gangguan ekskresi ion-NH3 sehingga NH4Cl tidak

    terbentuk akibat adanya gangguan sekresi ion H+ di tubulus distal (tidak dapat berikatan

    dengan ion-NH3) misalnya pada renal tubular acidosis (RTA-1 dan RTA-4).

    Hasil yang negative, menunjukkan keadaan asidosis metabolik anion-gap normal

    dimana ekskresi ion-Cl dalam bentuk NH4Cl sebanding dengan sekresi ion H+ di tubulus

    distal yang terjadi akibat adanya asidosis metabolik, misalnya pada keadaan diare.

    Penghitungan anion gap dalam urin tak dapat diterapkan bila terjadi deplesi volume

    sehingga ekskresi Na urin rendah atau bila terjadi peningkatan ekskresi anion yang tak dapat

    dihitung seperti -hidroksibutirat pada ketoasidosis diabetikum sehingga jumlah Na dan K

    yang diekskresi dalam urin meningkat.7

    Diagnosis

    Manifestasi asidosis metabolic sangat tergantung pada penyebab dan kecepatan

    perkembangan prosesnya. Suatu asidosis metabolic akut menyebabkan depresi miokardial

    disertai reduksi cardiac output (curah jantung), penurunan tekanan darah, penurunan aliran ke

    sirkulasi hepatic dan renal. Aritmia dan fibrilasi ventricular mungkin terjadi. Metabolisme

    otak menurun secara progresif. Pada pH lebih dari 7,1 terjadi fatigue (rasa lelah), sesak nafas

    (pernafasan kussmaull), nyeri perut, nyeri tulang, dan mual/muntah. pada pH kurang dari atau

    sama dengan 7,1 akan tampak gejala seperti pada pH >7,1 efek inotropik negative, aritmia,

    konstriksi vena perifer, dilatasi arteri perifer (penurunan resistensi perifer), penurunan

    tekanan darah, penurunan aliran darah ke hari, konstriksi pembuluh darah paru (pertukaran

    oksigen terganggu).7

    Tatalaksana

    Asidosis metabolic pada kasus-kasus kritis merupakan pertanda dari kondisi serius

    yang memerlukan tindakan agresif untuk memperoleh diagnosis dan tatalaksana penyebab.

    Tatalaksana asidosis metabolic ditujukan terhadap penyebabnya. Peran bikarbonat pada

    asidosis metabolic akut bersifat controversial tanpa disadari data yang rasional.

    Bagaimanapun, pada banyak kasus, pemberian bikarbonat lebih banyak menunjukkan bahaya

    dibandingkan keuntungannya. Kecuali pada kasus-kasus disebutkan pada indikasi terapi

    berikut, tidak ada data ilmiah penunjang pengobatan asidosis metabolic atau respiratorik

    menggunakan natrium bikarbonat. Lebih lanjut, pH intrasel memiliki nilai sangat pentingdalam menentukan fungsi selular. System buffer intrasel cukup efektif dalam

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    20/22

    20

    mempertahankan pH ke nilai normal dibandingkan dengan system buffer ektrasel. Sebagai

    konsekuensinya, pasien dapat bertoleransi terhadap pH di bawah 7.0 selama fase hiperkapnia

    tanpa efek yang membahayakan.

    Pemberian infus bikarbonat menimbulkan problem pada pasien-pasien dengan

    asidosis, antara lain kelebihan pemberian cairan, alkalosis metabolic, dan hipernatremia.

    Selain itu, penelitian yang dilakukan pada hewan maupun manusia memperlihatkan bahwa

    alkali hanya menimbulkan efek sesaat (kadar bikarbonat plasma meningkat sesaat). Hal ini

    tampaknya memiliki korelasi dengan CO2 yang dihasilkan pada pemberian bikarbonat

    sebagai ekses buffer pada ion hydrogen. CO2ini secara normal dibuang melalui paru. Namun,

    pada pasien-pasien kritis seringkali dijumpai penurunan sirkulasi ke pulmonary sehingga

    PCO2 vena terus meningkat melebihi nilai normal dan CO2 yang diproduksi tidak dapat

    dieleminasi. Meskipun minute ventilation ditingkatkan (pada pasien dengan ventilator),

    eliminasi CO2tidak dapat ditingkatkan.

    Pada kasus asidosis metabolic hiperkloremik dapat tidak terjadi regenerasi endogen

    bikarbonat karena yang berlangsung pada keadaan tersebut adalah kehilangan bikarbonat

    bukan aktivasi system buffer. Oleh karena itu, walaupun asidosis metabolic bersifat

    reversible, pemberian bikarbonat eksogen hanya diperlukan bila pH < 7,2. Keadaan tersebut

    dapat terjadi pada diare berat, fistula high-output, atau RTA.

    Bikarbonat diperlukan pada kasus asidosis metabolic dengan kemampuan melakukan

    kompensasi yang menurun, misalnya pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dengan

    keterbatasan melakukan eliminasi CO2. Pada kasus ini, sejumlah kecil bikarbonat diperlukan

    untuk mencegah terjadinya gagal nafas dan mengurangi kebutuhan intubasi serta penggunaan

    ventilator mekanik.

    Indikasi koreksi asidosis metabolik perlu diketahui dengan baik agar koreksi dapat

    dilakukan dengan tepat tanpa menimbulkan hal-hal yang membahayakan pasien.

    Langkah koreksi asidosis metabolik :

    1. Langkah pertama. Tetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan disebutletal bila pH darah kurang dari 7 atau kadar ion H lebih dari 100nmol/L. gangguan

    yang perlu mendapat perhatian bila pH darah 7.1-7.3 atau kadar ion H antara 50-80

    nmol/L.

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    21/22

    21

    2. Langkah kedua. Tetapkan anion gap atau bila perlu anion-gap urin untuk mengetahuidugaan etiologi asidosis metabolik. Dengan bantuan gejala klinis lain dapat dengan

    mudah ditetapkan etiologinya.

    3. Langkah ketiga. Bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion-gap dengan delta HCO3 (delta anion gap : anion gap pada saat pasien diperiksa

    dikurangi dengan median anion gap normal, delta HCO3 : kadar HCO3 normal

    dikurangi dengan kadar HCO3 pada saat pasien diperiksa). Bila rasio lebih dari 1

    (dalam beberapa litelatur lain disebutkan 1,6), asidosis disebabkan oleh asidosis

    laktat. Langkah ketiga ini menetapkan sampai sejauh mana koreksi dapat dilakukan.

    Prosedur koreksi

    1. Secara umum koreksi dilakukan hingga tercapai pH 7.2 atau kadar ion HCO3 12mEq/L

    2. Pada keadaan khusus :Pada penurunan fungsi ginjal, koreksi dapat dilakukan secara penuh hingga

    mencapai kadar ion HCO3 20-22 mEq/L. Pertimbangan dilakukan hal tersebut adalah

    mencegah hiperkalemia, mengurangi kemungkinan malnutrisi, dan mengurangi

    percepatan gangguan tulang (osteodistrofi ginjal). Pada ketoasidosis diabetik atau

    asidosis laktat tipe A, koreksi dilakukan bila kadar ion HCO3 dalam darah kurang

    atau sama dengan 5 mEq/L, terdapat hiperkalemia berat, setelah koreksi insulin pada

    diabetes mellitus, koreksi oksigen pada asidosis laktat, atau pada diabetes mellitus,

    koreksi oksigen pada asidosis laktat, atau pada asidosis belum terkendali. Koreksi

    dilakukan sampai kadar ion HCO310 mEq/L

    Pada asidosis metabolic yang terjadi bersamaan dengan asidosis respiratorik dan tidak

    menggunakan ventilator, koreksi harus dilakukan secara hati-hati atas pertimbangan

    depresi pernafasan.

    Koreksi dengan pemberian larutan natrium bikarbonat dilakukan setelah kebutuhan

    bikarbonat diketahui. Yang dimaksud dengan kebutuhan bikarbonat adalah menentukan

    berapa banyak bikarbonat yang akan diberikan pada satu keadaan untuk mencapai kadar

    bikarbonat darah yang diinginkan. Untuk hal ini, harus diketahui bicarbonate-space atau

    ruang bikarbonat pasien pada kadar bikarbonat tertentu. Ruang bikarbonat adalah besarnya

    kapasitas penyangga total tubuh, termasuk bikarbonat ekstrasel, protein intrasel, dan

    bikarbonat tulang.7

  • 8/14/2019 hipokalemi et causa diare akut.docx

    22/22

    22

    Kesimpulan

    Wanita 30 tahun dengan keluhan kelemahan pada kedua tungkai kaki sejak 1 hari yang lalu

    menderita hipokalemia et causa diare akut.

    Daftar pustaka

    1. Welsby. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinik. Jakarta: Penerbit buku kedokteranEGC;2008.h.50-2.

    2. Norasid H,Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) akutdalam:Gastroenterologi praktis, Ed Suharyono, Aswitha B,EM Halimun : edisi ke2.

    Jakarta 2005: Balai penerbit FK-UI hal 51-76.

    3. Kowalak JP, Welsh W, editor. Buku pegangan uji diagnostik. Ed. 3. Jakarta: EGC,2009.h.83-5.

    4. Sudoyo, Aru. W dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta 2007: Fakultaskedokteran Universitas Indonesia.

    5. John Gennar,F. Current Conceps Hypokalemia. The New England Journal ofMedicine, 339 (7) Agustus 1998., pp. 451-458.

    6. Dickerson RN. Guidelines for the Intravenous Management of Hypophosphatemia,Hypomagnesemia, Hypokalemia and Hypocalcemia. Hospital pharmacy.2001;36:1201-08.

    7. Amir S.M. gangguan keseimbangan air-elektrolit dan asam basa. Jakarta: Penerbitbuku kedokteran Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.

    ;2008.h.83-140.