Makalah Kelompok 1 ; ASMA EKSERBASI AKUT.docx

25
MAKALAH FARMAKOTERAPI PENYAKIT ASMA “ Asma Eksaserbasi Akut “ Disusun Oleh : G 701 11 051 IKALIANA G 701 11 055 SUMARNI G 701 11 056 PRAMITA PUTRI G 701 11 058 SUKMAWATI G 701 11 061 SELVIANTY ASBAL G 701 11 066 NI WAYAN SWINTARI Kelompok : I ( Satu ) Dosen Penanggung jawab : Yuliet, S.Si., M.Si., Apt. PROGRAM STUDI FARMASI “Asma Eksaserbasi Akut “ 1 | Page

Transcript of Makalah Kelompok 1 ; ASMA EKSERBASI AKUT.docx

MAKALAH FARMAKOTERAPIPENYAKIT ASMA Asma Eksaserbasi Akut

Disusun Oleh :G 701 11 051 IKALIANAG 701 11 055 SUMARNIG 701 11 056 PRAMITA PUTRIG 701 11 058SUKMAWATIG 701 11 061SELVIANTY ASBALG 701 11 066NI WAYAN SWINTARI

Kelompok :I ( Satu )

Dosen Penanggung jawab :Yuliet, S.Si., M.Si., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS TADULAKOPALU2013 / 2014KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat hidayah dan rahmat-Nya yang diberikan kepada kami berupa kesehatan rohani dan jasmani sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Farmakoterapi yang berjudul Asma Eksaserbasi Akut , yang dapat diselesaikan dengan baik.Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami banyak menemukan hambatan, tetapi berkat dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang telah membantu serta para dosen-dosen farmasi yang telah banyak membantu kami dengan baik, kami dapat menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada orang-orang yang telah membantu dalam membuat makalah ini hingga makalah farmakoterapi ini dapat terselesaikan dngan baik.Tidak lupa kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu untuk memperbaiki makalah ini kami mengharapkan kritik-kritik dan saran-saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca pada umumnya, serta dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menjadi pedoman bagi mata kuliah farmakoterapi selanjutnya. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Palu, 14 Maret 2014

Kelompok I

DAFTAR ISI

Sampul1Kata Pengantar2Daftar Isi3Bab. IPendahuluan1.1Latar Belakang41.2Tujuan5Bab. IIPembahasanKasus Asma6Jawaban Kasus Asma7Bab III.Penutup3.1Kesimpulan15

DAFTAR PUSTAKA

B A B IP E N D A H U L U A N

1.1 Latar BelakangAsma atau bengek adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril (kronis) yang disertai serangan sesak napas akut secara berkala, mudah sengal-sengal dan batuk (dengan bunyi khas) (Tan Hoan Tjay, et Kirana R., 2011).Menurut Nelson (2007) asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis yang terjadi di salur pernafasan sehingga menyebabkan penyempitan pada salur pernafasan tersebut. Asma merupakan sindrom yang kompleks dengan karakteristik obstruksi jalan nafas, hiperresponsif bronkus dan inflamasi pada salur pernafasan (Busse dan Lemanske, 2001). Asma menyerang kesemua bangsa dan etnik di seluruh dunia dan pada semua peringkat usia, dengan prevalensi anak laki-laki lebih banyak berbanding anak perempuan dan setelah pubertas, asma lebih banyak menyerang wanita berbanding pria (Fanta, 2009).Asma secara konsistennya berhubungan dengan lokus yang pro-alergik dan proinflamatori. Sel inflamatori bisa menginflitrasi dan menyumbat salur pernafasan sehingga mengakibatkan kerusakan pada epitel dan deskuamasi pada lumen salur pernafasan. Inflamasi yang terjadi menyebabkan salur pernafasan menjadi hiperresponsif yaitu cenderung untuk berkonstriksi apabila terpapar kepada alergen. Batuk, rasa sesak di dada dan mengiadalah akibat dari obstruksi bronkus yang didasari oleh inflamasi kronik dan hiperaktivitas bronkus. Penyempitan saluran napas yang terjadi pada pasien asma merupakan suatu hal yang kompleks. Hal ini terjadi karena lepasnya mediator dari sel mast yang banyak ditemukan di permukaan mukosa bronkus, lumen jalan napas dan di bawah membran basal. Bermacam faktor pencetus dapat mengaktifkan sel mast. Selain sel mast, sel lain yang juga dapat melepaskan mediator adalah sel makrofag alveolar, eosinofil, sel epitel jalan napas, neutrofil, platelet, limfosit dan monosit. Inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga memperbesar reaksi yang terjadi. Mediator inflamasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan serangan asma, melalui sel efektor sekunder seperti eosinofil, netrofil, platelet dan limfosit. Sel-sel inflamasi ini juga mengeluarkan mediator yang kuat seperti leukotrien. Tromboksan, PAF dan protein sitotoksis yang memperkuat reaksi asma. Keadaan ini menyebabkan inflamasi yang akhirnya menimbulkan hipereaktivitas bronkus (Nelson, 2007).Menurut Patino dan Martinez (2001) dalam Martinez (2003) faktor lingkungan dan faktor genetik memainkan peran terhadap kejadian asma. Menurut Strachan dan Cook (1998) dalam Eder et al (2006) pada kajian meta analisis yang dijalankan menyimpulkan bahwa orang tua yang merokok merupakan penyebab utama terjadinya mengi dan asma pada anak. Menurut Corne et al (2002) paparan terhadap infeksi juga bisa menjadi pencetus kepada asma. Infeksi virus terutamanya rhinovirus yang menyebabkan simptom infeksi salur pernafasan bagian atas memicu kepada eksaserbasi asma. Gejala ini merupakan petanda asma bagi semua peringkat usia (Eder et al, 2006).

1.2 Tujuan1. Mengetahui dan memahami tentang tingkat kondisi pasien.2. Mengetahui dan memahami tujuan pengobatan untuk pasien asma akserbasi akut. 3. Mengetahui dan memahami rencana terapi untuk pasien dengan asma akserbasi akut, baik secara farmakologi maupun non farmakologi.

BAB IIP E M B A H A S A N

KASUS FARMAKOTERAPI Asma Eksaserbasi Akut Kasus :BP (13 Tahun, perempuan) mengeluh sesak napas saat sedang mengikuti kegiatan lintas alam. Ia mengalami napas sesak setelah 5-10 menit berlari,dadanya sesak dan batuk. Gejala hilang setelah 30 menit beristirahat. Ia melaporkan bahwa sering bangun dimalam hari (kira-kira seminggu sekali) karena mengalami kesulitan bernafas.Riwayat Kesehatan Pasien :Alergi rhinitis selama 6 tahun, Bronkitis 3 kali dalam 6 tahun terakhir, episode terakhir 6 bulan lalu. Dua kali masuk rumah sakit arena infeksi virus pada saluran napas bawah, pada usia 2 dan 4 tahun.Riwayat Keluarga :Ibu menderita asma saat masih anak-anak, tetapi hilang setelah usia 12 atau 13 tahun, kedua orang tua memiliki rinitis alergiRiwayat Sosial :Tinggal bersama orang tuanya dirumah dengan 2 kamar tidur, berdinding beton, kedua orang tua merokok. Tidak memiliki hewan peliharaan.Obat-obat yang digunakan :Fexofenadine SR 180 mg tablet setiap hariPenampilan Umum :Kecil untuk usianya, tetapi tampak bergizi baik dan sehat.Tanda Vital :Tekanan darah 112/68 mmHg, nadi 78 kali/menit, pernafasan 18/menit, suhu 37,0C, tinggi 137 cm, berat 28 kg.Dada :Tidak mengi

Laboratorium :Normal kecuali untuk jumlah eosinofil dari 7 % dari total jumlah sel darah putihTes Fungsi Paru :FEV1 : 1.6 L (90 % diprediksi)FVC : 1.75 L (92% diprediksi)FEV1 / FVC : 0.914Pasca Bronkodilator FEV1 : 1.73 L (8.1 % kenaikan)FEV1 setelah latihan 1,23 L (23,1 % penurunan)Pertanyaan :1. Apa penilaian anda tentang tingkat kondisi pasien ini?2. Tentukan tujuan pengobatan untuk pasien ini!3. Susunlah suatu rencana terapi untuk pasien ini, meliputi terapi nonfarmakologi, terapi farmakologis, dan recana pemantauan!

Jawaban :1. Tingkat Kondisi PasienMenurut Kelompok kami (kelompok I), penyakit yang diderita oleh pasien tersebut adalah penyakit asma. Adapun alasan kami menilai ini adalah penyakit asma adalah berdasarkan tanda atauu gejala yang timbul pada pasien, berupa : Batuk Sesak nafas Sering bangun dimalam hari (kira-kira seminggu sekali) karena kesulitan bernafas(MIMS Indonesia Petnjuk Konsultasi Edisi 8 2008/2009).Selain itu, penyakit asma yang diderita oleh pasien disebabkan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan riwayat alergen pasien. Melihat riwayat keluarga bahwa orang tua (ibu) pasien menderita asma saat masih anak-anak serta riwayat rinitis alergi. Menurut Patino dan Martinez (2001) dalam Martinez (2003) faktor lingkungan dan faktor genetik memainkan peran terhadap kejadian asma, Kecenderungan seseorang untuk menghasilkan IgE diturunkan dalam keluarga (Abbas et al, 2007). Pasien yang alergi terhadap alergen sering mempunyai riwayat keluarga yang turut menderita asma dan ini membuktikan bahwa faktor genetik sebagai faktor predisposisi asma (Cockrill et al, 2008). Sehingga penyakit asma yang diderita pasien akan mudah kambuh (akut) ketika terdapat pemicu dari faktor lingkungan, seperti mengikuti kegiatan lintas alam. Dimana pasien akan terpapar dengan stimuli seperti rangsangan fisis (perubahan suhu, dingin, dan kabut), rangsangan kimiawi (polusi udara : gas-gas pembuang, ozon asap rokok), rangsangan fisik (hiperventilasi, exertion) dan rangsangan psikis dan farmakologi (Tan Hoan Tjay, et Kirana R., 2011 ; 637).Alergi. Pada sebagian pasien asma, disamping HRB aspesifik, juga terdapat alergi. Dengan ini dimaksudkan bakat keturunan untuk membentuk antibodies terhadap antigen (alergen) tertentu yang memasuki tubuh. Antibodies ini dari Tipe IgE (Immunoglobin Tipe E) disebut reagen, mengikat diri pada mastcells a.l. disaluran nafas, mata dan hidung. Bilamana jumlah IgE sudah sudah cukup besar, maka pada waktu alergen yang identik masuk lagi kedalam tubuh, terjadilah penggabungan antigen-antibodi. Matscells pecah (degranulasi) dan segera melepaskan mediatornya, a.l histamin. Akibatnya adalah broncokontriksi (broncopasm) dengan pengembangan mukosa (udema) dan hipersekresi dahak/mukus, yang merupakan gejala khas serangan asma.

Berdasarkan tes fungi paru, pasien tersebut menderita penyakit asma dengan derajat asma yaitu asma ringan, berdasarkan data dibawah ini :

Jika dilihat dari riwayat penyakit pasien yang melaporkan bahwa sering bangun dimalam hari (kira-kira seminggu sekali) karena mengalami kesulitan bernafas, dan tidak mengi maka pasien tersebut masuk pada klasifikasi intermitten. Dan juga dilihat dari hasil tes fungsi paru pasien yang diperoleh :FEV1 : 1.6 L (90 % diprediksi) -> normal : 89 %FVC : 1.75 L (92% diprediksi) -> normal : 83 %FEV1 / FVC : 0.914 -> normal 107%Pasca Bronkodilator FEV1 : 1.73 L (8.1 % kenaikan)FEV1 setelah latihan 1,23 L (23,1 % penurunan)

2. Tujuan Pengobatan terhadap pasienAsma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan peningkatan reaktivitas terhadap berbagai stimulus dan sumbatan saluran napas yang bisa kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah dengan meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari- hari. Tujuan penatalaksanaan asma : Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah eksaserbasi akut Meningkatkan dan mempertahankanfaal paru seoptimal mungkin Mengupayakan aktiviti normal termasukexercise Menghindari efek samping obat Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversible Mencegah kematian karena asma

3. Susunan rencana terapi meliputi terapi non farmakologi, terapi farmakologis, dan rencana pemantauan !Jawab : Terapi Non-farmakologi :Berdasarkan MIMS Indonesia Petnjuk Konsultasi Edisi 8 (2008/2009)a. Kenali alergen-alergen pencetus gejala asmab. Sedapat mungkin hindari atau kurangi pencetus asma yang berasal dari lingkungan (seperti alergen diluar atau di dalam ruangan dan atau suatu iritan). Jika alergi terhadap serpihan kulit hewan, hindari kontak dengan kulit atau bulu hewan tersebut. Pada musim banyak serbuk sari, hindari menggunakan lensa kontak, karena serbuk sari dapat terperangkap dilensa kontak.c. Gunakan alat penyaring udara dan AC untuk membuat lingkungan nyaman dan lebih bersih.d. Kontrol debu. Bersihkan rumah setidaknya sekali seminggu untuk menghindari penumpukan debu. Ingatlah untuk menggunakan masker untuk membersihkan.e. Obati serangan asma sedini mungkin,sehingga pasien tidak berlanjut pada serangan asma berat.f. Saat gejala memburuk (saat kambuh / eksasebasi), beritahu pasien untuk segera untuk menghubungi dokter.g. Saat serangan asma, intruksikan pasien untuk beristirahat, dan segera minum obat yang diresepkan.h. Kegiatan olahraga, seperti berjalan dan berenang dapat menguatkan jantung dan paru-paru. Berlatih setidaknya 30 menit hampir setiap hari. Walau demikian, berolahraga pada cuaca dingin pelru dihindari, karena dapat mencetuskan gejala asma. Olahraga yang baik dan pada saat olahraga menggunakan masker, agar udara pernafasan hangat.Berdasarkan Direktorat Bina Farmasi Komunita dan Klinik, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma :a. Edukasi pasienEdukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asmaEdukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk : meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma sendiri) meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri) meningkatkan kepuasan meningkatkan rasa percaya diri meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma

b. Pengukuran Peak Flow MeterPerlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada : Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter dan oleh pasien di rumah. Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter. Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah perawatan di rumah sakit, c. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetusd. Pemberian oksigen e. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak f. Kontrol secara teratur g. Pola hidup sehat Dapat dilakukan dengan : Penghentian merokok Menghindari kegemukan Kegiatan fisik misalnya senam asma Terapi farmakologiTindakan umum. Tujuan utama adalah mencegar reaksi antigen-antibody serta serangan asma serta menurunkan HRB dengan jalan menghilangkan faktor pemicu.1. SimpatomimetikMekanisme Kerja : Stimulasi reseptor 2 yang menyebabkan bronkodilatasi, peningkatan klirens mukosiliari, stabilisasi sel mast dan menstimulasi otot skelet. Agonis 2. Agonis 2 kerja singkat (seperti albuterol, bitolterol, pirbuterol, terbutalin, salbutamol) adalah terapi pilihan untuk menghilangkan gejala akut dan bronkospasmus yang diinduksi oleh latihan fisik. Dosis dan Cara pengunaan :Nama ObatBentuk SediaanDosis

Albuterol

AerosolDewasa dan Anak > 4 tahun(usia 12 tahun dan lebih untuk pencegahan)2 inhalasi setiap 4 sampai 6 jam.

TabletDewasa dan Anak (usia 12 tahun dan lebih):Dosis awal 2-4 mg , 3 atau 4 kali sehari (dosis jangan melebihi 32 mg sehari)

Tablet lepas lambatDewasa dan Anak lebih dari 12 tahun :Dosis yang direkomendasikan adalah 8 mg setiap 12 jam.

SirupDewasa dan Anak lebih dari 12 tahun :Dosis umum adalah 2 atau 4 mg, 3 atau 4 kali sehari

BitolterolCairan untuk Inhalasi 0,2%Dewasa dan Anak lebih dari 12 tahun :2 inhalasi dengan interval 1-3 menit

PirbuterolAerosolDewasa dan Anak lebih dari 12 tahun2 inhalasi (0,4 mg) diulangi setiap 4-6 jam. Dosis jangan melebihi 12 inhalasi

TerbutalinTabletDewasa dan Anak lebih dari 15 tahun5 mg, dengan interval pemberian 6 jam, 3 kali sehari

Kontra IndikasiObat simpatomimetik dikontraindikasikan untuk penderita; yang alergi terhadap obat dan komponennya (reaksi alergi jarang terjadi), aritmia jantung yang berhubungan dengan takikardia, angina, aritmia ventrikular yang memerlukan terapi inotopik, takikardia atau blok jantung yang berhubungan dengan intoksikasi digitalis (karena isoproterenol), dengan kerusakan otak organik, anestesia lokal di daerah tertentu (jari tangan, jari kaki) karena adanya risiko penumpukan cairan di jaringan (udem), dilatasi jantung, insufisiensi jantung, arteriosklerosis serebral, penyakit jantung organik (karena efinefrin); pada beberapa kasus vasopresor dapat dikontraindikasikan, glukoma sudut sempit, syok nonafilaktik selama anestesia umum dengan hidrokarbon halogenasi atau siklopropan (karena epinefrin dan efedrin). 2. Anti-alergikaAnti-alergika adalah zat-zat yang berkhasiat menstabilisasi mastcells, sehingga tidak pecah dan mengakibatkan terlepasnya histamin dan mediator peradang lainnya. Yang terkenal adalah kromoglikat dan nedokromil, tetapi juga anti-histaminika (ketotifen,oksatomida) dan 2-adrenergika (lemah) memiliki daya kerja ini. Obat ini sangat berguna untuk prevensi serangan asma dan rhinitis alergis (hay fever).

B A B IIIKESIMPULAN

Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :1. Asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis yang terjadi di salur pernafasan sehingga menyebabkan penyempitan pada salur pernafasan tersebut.2. Pasien BP (13 th perempuan) dilihat dari riwayat, gejala atau tanda serta tes fungsi paru, maka pasien menderita asma intermitten.3. Adapun tujuan pengobatan untuk pasien ini adalah : Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma Mencegah eksaserbasi akut Meningkatkan dan mempertahankanfaal paru seoptimal mungkin Mengupayakan aktiviti normal termasukexercise Menghindari efek samping obat Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation) ireversible Mencegah kematian karena asma4. Rencana terapi untuk pasien ini meliputi : terapi non-farmakologi (edukasi pasien, pengukuran peak flow meter, identivikasi dan mengendalikan faktor pencetus, pemberian oksigen, banyak minum, kontrol secara teratur dan pola hidup sehat), serta terapi farmakologi (dengan obat 2 agonis dan anti-alergik).

DAFTAR PUSTAKA

Tan Hoan Tjay, et Kirana R., 2011, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

Fanta, C.H. Asthma. N Engl J Med. 2009;360:1002. Available from : http://content.nejm.org/cgi/content/full/360/10/1002. [Accessed 3 April 2010]

Martinez, F.D., Patino, C.M. Interactions between genes and environment in the development of asthma. 2001;56:279-286. Dalam : Martinez, F.D. Toward Asthma Prevention Does All That Really Matters Happen before We Learn to Read? N Engl J Med. 2003;349:1473. Available from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/349/15/1473. [Accessed 7 April 2010]

Tim Editor, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 2008 / 2009, CMPMedica Asie Pte. Ltd, Singapore.

Abbas, A.K., Lichtman, A.H., Pillai, S., 2007. Cellular and Molecular Immunology. 6th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier.

Cockrill, B.A., Mandel, J., Weinberg, S.E., 2008. Principles of Pulmonary Medicine. Fifth Edition. Philadelphia: Saunders Elsevier

Direktorat Bina Farmasi Komunita dan Klinik, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma, Departemen Kesehatan RI.

Asma Eksaserbasi Akut 15 | Page