Patofisiologi Nyeri Dada
description
Transcript of Patofisiologi Nyeri Dada
Patofisiologi Nyeri Dada
Nyeri dada yang dirasakan pasien merupakan manifestasi klinik dari iskemik
miokard yang merupakan gejala awal dari infark miokard yang dialami pasien.
Nyeri dada yang menyertai iskemik miokard ini disebut angina pectoris. angina
pectoris merupakan rasa tidak enak di dada akibat dari suatu iskemik miokard
tanpa adanya infark.1,4
Etiologi
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan oksigen yang
lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja, makan, atau saat sedang
mengalami stress. Jika pada jantung mengalami penambahan beban kerja, tetapi
supplai oksigen yang diterima sedikit, maka akan menyebabkan rasa sakit pada
jantung. Oksigen sangatlah diperlukan oleh sel miokard untuk dapat
mempertahankan fungsinya. Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel
miokard ini, telah terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner
menjadi meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada
saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.3,4
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada jantung, adalah:1,2,3
a. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap
menitnya akan bertambah.
b. Kontraktilitas
Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin (adrenalin
dan nor adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi pada jantung.
c. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.
d. Ukuran Jantung
Jantung yang besar, akan memerlukan oksigen yang banyak.
Faktor-faktor penyebab lainnya, antara lain adalah:
a. Aterosklerosis
b. Denyut jantung yang terlalu cepat
c. Anemia berat
d. Kelainan pada katup jantung, terutama aortic stenosis yang disebabkan
oleh sedikitnya aliran darah ke katup jantung.
e. Penebalan pada di dinding otot jantung - hipertropi- dimana dapat terjadi
pada penderita tekanan darah tinggi sepanjang tahun
f. Spasme arteri koroner
Klasifikasi angina pectoris
Angina dibedakan menjadi 3 tipe sesuai dengan penyebab terjadinya angina ini
sendiri, ketiga tipe ini antara lain:2,4
1. classical effort angina (angina klasik)
Pada nekropsi biasanya didapatkna aterosklerosis koroner. Pada keadaan
ini, obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti
pada waktu istirahat. Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi
jumlah yang dapat melewati obstruksi tersebut, akan tetapi iskemik dan
akan timbul gejala angina. Angina pectoris akan timbul pada setiap
aktivitas yang dapat meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan
status inotropic jantung sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti
pada aktivitas fisik, udara yang dingin, dan saat makan banyak.
2. Variant angina (angina prinztmetal)
bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Terjadinya
obstruksi yang dinamis akibat spasme coroner baik pada arteri yang sakit
maupun yang normal. Peningkatan obstruksi coroner yang tidak menetap
ini selama terjadinya angina waktu istirahat jelas disertai penurunan aliran
darah arteri coroner.
3. unstable angina (angina tidak stabil/ATS)
Istilah klain yang sering digunakan adalah angina preinfark, angina
decubitus, angina kresendo, insufisiensi coroner akut, atau sindroma
coroner pertengahan. Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang
dapat berubah seperti keluhan yang bertambah progresif, sebelumnya
dengan angina stabil atau angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi
pada saat istirahat ataupun bekerja. Pada patologi biasanya ditemukan
daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri sendiri.
Patofisiologi angina pectoris
Mekanisme timbulnya angina pectoris didasarkan pada ketidakadekuatan suplai
oksigen ke sel-sel miokard yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan
penyempitan lumen arteri coroner (aterosklerosis koroner). Tidak diketahui secara
pasti apa penyebab aterosklerosis, tetapi yang jelas factor penyebabnya bukan
factor tunggal yang berhubungan dengan aterosklerosis. Sewaktu beban kerja
suatu jaringan mneingkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka arteri coroner berdilatasi dan
mengalirkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen ke miokardium.
Namun apabila arteri coroner mengalami kekakuan atau menyempit akibat
aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagi respo terhadap peningkatan
kebutuhan akan oksigen, maka terjadilah iskemik miokard.3,4
Adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya
fungsi ini dapat menyebabkan otot polos berkontraksi dan timbul spasme coroner
yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard
berkurang. Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
Nampak bila belum mencapai 75%. Bila penyempitan mencapai lebih dari 75%
serta dipicu dengan aktifitas berleihan maka suplai darah ke coroner akan
berkurang.3,4
Sel-sel miokardium akan menggunakan glikogen anaerob untuk memnuhi
kebutuhan energy mereka. Pada akhir dari reaksi metabolism ini akan
menghasilkan asam laktat yang dapat menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, maka
suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel miokardium kembali menggunakan
metabolism fosforilasi oksidatif untuk membentuk ATP. Proses ini tidak
menghasilkan asam laktat yang dengannya akan hilang juga rasa nyeri yang
dialami pasien. Nyeri biasanya digambarkan sebagai suatu tekanan substernal,
kadang-kadang meyebar turun ke sisi medial lengan kiri. Tangan yang
menggenggam dan diletakkan di atas sternum menggambarkan pola klasik angina
(gambar 1).3,4
Gambar 1. Jaras angina pectoris.
(Sumber: www.neurores.org)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya angina pectoris antara lain;
latihan fisik yang dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan kebutuhan
oksigen sel-sel miokardium, pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan
vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah disertai peningkatan kebutuhan
oksigen untuk menghasilkan ATP, makan makanan berat akan meningkatkan
aliran darah ke daerah mesentrik untuk melakukan proses pencernaan sehingga
menurunkan ketersediaan darah untuk suplai jantung, dan akibat stress atau
berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan, menyebabkan frekuensi jantung
meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan mengingkatnya tekanan darah degan
demikian beban kerja jantung juga akan meningkat.1,2
Daftar pustaka
1. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Ed. 3. Jakarta: EGC, 2009.
2. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jakarta: Media
Aesculapius, 2007.
3. Ely Ismudianti Rilantono. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI, 1998.
4. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit.
Alih bahasa, Pendit BU; editor, Hartanto H …[et al.]. Ed. 6. Jakarta: EGC,
2005.