Parameter Oral

20
PARAMETER PEMBERIAN SECARA ORAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa lalu, ahli farmakologi menilai availabilitas relative obat yang membandingkan respon farmakologik yang khas, respon klinik yang kemungkinan respon toksik, sebagai contoh suatu obat seperti isoproterenol dapat menyebabkan kenaikan kecepatan denyut jantung jika diberikan secara oral pada dosis yang sama. Dengan bertambahnya pengetahuan tentang farmakokinetik dalam keterampilan dan tekhnik untuk pengukuran konsetrasi obat maka sekarang menguntungkan untuk menghubungkan perubahan respon farmakologi dengan profil konsentrasi waktu dari obat atau metabolit aktifnya, dengan menggunakan parameter farmakokinetik dan modal farmakodinamik memungkinkan untuk memperkirakan respon farmakologis untuk obat- obat tertentu. JULIANA KATILI IMAM ADIWICAKSANA., S. Farm 150 2014 0325

description

farmakokinetik

Transcript of Parameter Oral

PARAMETER PEMBERIAN SECARA ORAL

PARAMETER PEMBERIAN SECARA ORAL

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPada masa lalu, ahli farmakologi menilai availabilitas relative obat yang membandingkan respon farmakologik yang khas, respon klinik yang kemungkinan respon toksik, sebagai contoh suatu obat seperti isoproterenol dapat menyebabkan kenaikan kecepatan denyut jantung jika diberikan secara oral pada dosis yang sama.Dengan bertambahnya pengetahuan tentang farmakokinetik dalam keterampilan dan tekhnik untuk pengukuran konsetrasi obat maka sekarang menguntungkan untuk menghubungkan perubahan respon farmakologi dengan profil konsentrasi waktu dari obat atau metabolit aktifnya, dengan menggunakan parameter farmakokinetik dan modal farmakodinamik memungkinkan untuk memperkirakan respon farmakologis untuk obat-obat tertentu. Tinggi rendahnya kadar obat di tempatkan aksinya secara langsung tergantung pada kadar plasma darahnya. Mengingat darah merupakan media penyebab obat dalam tubuh yang lain adalah proses farmakokinetik, oleh karena itu kita harus melakukan suatu percobaan terhadap suatu sediaan obat.Penentuan kualitas suatu obat sebagai bahan terapi dapat dilihat dari keseluruhan kerja obat di dalam tubuh, mulai dari melarutnya obat sampai kepada masuknya obat dalam sistem tubuh. Penggunaan obat dapat diberikan secara oral maupun parenteral, dimana tujuan akhir dari pemberian tersebut adalah menghasilkan efek farmakologik yang sesuai dengan keinginan kita sebagaimana indikasi dari obat itu sendiri. Kemampuan obat tersebut sehingga memberikan efek farmakologi dipengaruhi oleh faktor luar maupun faktor dalam tubuh itu sendiri. Terkhusus faktor dari dalam tubuh itu sendiri, dipengaruhi oleh laju absorbsi, distribusi, eliminasi dan akhirnya ekskresi. Namun parameter-parameter melihat kemampuan obat bekerja dalam tubuh dapat digunakan untuk lebih mendalami sifat suatu obat dalam memberikan respon fisiologik yang meliputi bioavaibilitas, waktu paruh, kadar maksimal obat, waktu maksimal, laju eliminasi dan lain sebagainya. Sehingga perlu diketahui keadaan atau nasib suatu obat di dalam tubuh melalui perameter tersebut yang menjadi suatu pertimbangan dalam menguji kemampuan suatu obat. Selain itu dapat menjadi parameter pertimbangan dalam pembuatan obat-obat baru. B. Maksud PercobaanAdapun maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara penentuan farmakokinetik suatu obat secara oral dan dosis tunggal.

C. Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menetukan parameter farmakokinetik dari parasetamol yang diberikan secar oral dan dalam bentuk dosis tunggal. D. Prinsip PercobaanAdapun prinsip dari percobaan ini adalah menentukan parameter farmakokinetik dari parasetamol yang diberikan secara oral dalam bentuk dosis tunggal kepada hewan coba.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. TeoriFaramakokinetik didefinisikan sebagai perubahan-perubahan kuantitatif dan tergantung pada waktu dan konsentrasi obat dalam plasma tubuh yang terjadi setelah pemberian obat dengan cara yang bermacam-macam (dua cara yang biasa adalah infus intravena dan regiman oral dengan interval yang tetap, misalnya satu tablet tiap 4 jam).Farmakokinetik meniliti perjalanan obat, mulai dari saat pemberiannya, bagaimana absorbsi dari usus, transport dalam darah dan distribusinya ketempat kerjanya dan jaringan lain. Begitupula bagaimana perombakannya (biotransformasi) dan akhirnya ekskresinya oleh ginjal. Singkatnya farmakokinetik mempelajari segala sesuatu tindakan yang dilakukan dalam tubuh terhadap obat (Tjay, 2007).Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh terhadap obat. Farmakokinetik mencakup empat proses, yakni proses absorbsi (A), distribusi (D), metabolisme (M) dan eliminasi atau eskresi (E) (Gunawan, 2011).Jika obat memiliki efek terapeutik dalam tubuh, pertama-tama obat masuk memberikan aksi,kecuali rute dan pemberian yang secra langsung ke dalam aliran darah, obat harus diabsorbsi dengan cara difusi. Sekali diabsorbsi, obat di distribusikan ke dalam berbagai bagian tubuh, termasuk melewati hati, kebanyakan obat memiliki zat secara potensial toksik dan dimetabolisme dihati, pada akhirnya, obat akan dieksresikan atau dikeluarkan melalui urin. Ilmu yang mempelajari perjalanan obat dalam tubuh dikenal sebagai farmakokinetik (Thorp, 2008).Pemberian obat melalui mulut (per oral) adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Namun, tidak semua obat dapat diberikan peroral, misalnya obat yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleg getah lambung, seperti benzilpenisilin, insulin, oksitosin, dan hormon steroida (Tjay, 2008).Intensitas efek farmakologi atau efek toksik suatu obat seringkali dikaitkan dengan konsentrasi obat pada reseptor, yang biasanya terdapat dalam sel-sel jaringan. Oleh karena sebagian besar sel-sel jaringan diperfusi oleh cairan jaringan atau plasma, maka pemeriksaan kadar obat dalam plasma merupakan suatu metode yang sesuai untuk pemantauan pengobatan (Shargel, 2005).Jumlah parameter yang diperlukan untuk menggambarkan model bergantung pada kerumian dan rute pemberian obat. Dalam praktek, atau suatu batasan pada jumlah data yang mungkin diperoleh. Bila jumlah parameter yang dinilai bertambah maka ketelitian perhitungan parameter ini menjadi lebih sulit. Dengan model farmakokinetik yang kompleks, dapat digunakan program komputer untuk menghitung semua parameter. Agar parameter-parameter menjadi sahih, jumlah titik-titik data seharusnya selalu melebihi jumlah parameter dalam model (Shargel, 2005).Model farmakokinetik berguna untuk (Shargel, 2005):1. Memperkirakan kadar obat dalam plasma, jaringan atau urin pada berbagai pengaturan dosis2. Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap penderita secara individual3. Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan/atau metabolit-metabolit4. Menghubungkan konsetrasi obat dengan aktivitas farmakologik dan toksikologik5. Menilai perubahan laju atau tingkat avaibilitas antar formulasi (bioekivalensi)6. Menggambarkan perubahan faal atau penyait yang mempengaruhi absorpsi, distribusi atau eliminasi obat. 7. Menjelaskan interaksi obat. Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk mengetahui biovaibilitas suatu obat adalah (Ganiswara, 2005):1) Luas daerah dibawah kurva (AUC) nilai itu menggambarkan derajat absorbsi, yakni berupa banyak obat diabsorbsi dari jumlah dasis yang diberikan.2) Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh, volume distribusi bukan merupakan volume yang sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh tetapi hanya volume tubuh.3) Konsetrasi tinggi puncak (cp max) parameter ini menunjukkan kadar tinggi obat yang terukur dalam darah atau plasma. Nilai ini merupakan rute dari proses absorbsi, distribusi dan eliminasi, dengan pengertian pada saat kadar mencapai puncak, proses-proses absorbsi, distribusi dan eliminasi berada dalam seimbang selain itu cp max juga digunakan sebagai tolak ukur apakah dosis yang diberikan cenderung memberikan efek toksik atau tidak. Satuan parameter ini adalah berat/volume (g/ml) dalam darah atau plasma.4) Waktu mencapai kadar puncak (T maks) nilai ini merupakan dan menunjukkan kapan kadar obat dalam sirkulasi sistemik mencapai puncak. T max juga digunakan sebagai parameter untuk menunjukkan kecepatan absorbsi dan parameter itu lebih mudah diamati daripada ka. Hambatan pada proses absorbsi obat dapat dengan mudah dilihat dari memanjangnya T maks.5) Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan pada tempat absorsinya

6) Waktu paruh obat (t1/2) merupakan waktu yang diperlukan agar kadar obat dalam sirkulasi sistemik berkurang menjadi separuhnya. Nilai parameter ini merupakan terjemahan praktis dari nilai k. Nilai t1/2 banyak digunakan untuk memperkirakan berbagai kondisi kinetika, misalnya kapan obat akan habis dari dalam tubuh, kapan sebaiknya dilakukan pemberian ulang (interval pemberian) kapan kadar obatt dalam sirkulasi sistemik mencapai kadar lunak pada pemberian berulang. Nilai t1/2 dinyatakan dengan satuan jam atau menit.

7) Tetapan eliminasi (K) adalah parameter yang gambarkan laju eliminasi suatu obat tubuh. Dengan ekskresinya obat dan metabolit obat, aktivitas dan keberadaan obat dalam tubuh dapat dikatakan berakhir.B. Uraian Obat1. Air Suling (Ditjen POM, 1979 : 96 )

NamaResmi:AQUA DESTILLATA

Nama Lain:Air suling, aquadest

RM/BM:H2O / 18,02

RumusStruktur:H-O-H

Pemerian:Cairanjernih, tidak berwarna, tidak berasa, tidak mempunyai bau.

Penyimapanan:Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan:Sebagai pelarut

2. Alkohol (Ditjen POM. 1979; 65)Nama Resmi: AETHANOLUMNama Lain: Etanol, alkohol.RM/BM: C2H5OHRumus Struktur:

Pemerian: Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk jauh dari nyala api.Kegunaan: Sebagai antiseptik3. Parasetamol (Ditjen POM. 1979; 567)Nama Resmi: ACETAMINOPHENUMNama Lain: Asetaminofen, parasetamolRM/BM: C8H9NO3 / 151, 16Pemerian: Hablur atau serbuk putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa pahitKelarutan: Larut dalam 70 bagian air.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.Kegunaan: Analgetik dan antipiretik4. Na-CMC (Ditjen POM. 1979)Nama Resmi: NATRII CARBOXYMHETYLCELLULOSUMNama Lain: Natrium karboksimetilselulosaRM/BM: C23H46N2O6.H2SO4.H2O/694,85Pemerian: Serbuk atau butiran putih atau putih kuning gading tidak berbau atau hampir tidak berbau higroskpiKelarutan: Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal tidak larut dalam ethanol (95%) dalam eter dan dalam pelarut organik Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya. Kegunaan: Sebagai pensuspensi obat atau sampelC. Uraian hewan cobaTikus (Rattus Novergicus)a) Klasifikasi hewan coba (Nurhayati, 2004)Kingdom : AnimaliaFilum: ChordataKelas: MamaliaOrdo: RodentioSub ordo: Odon tucedFamily: MusidaeGenus: Rallus Spesies: Rallus novergicusb) Data biologi Tikus (Rallus novergicus) (Syamsuri, 2004)Berat : 150-600 gramPanjang: 10-25 cmUkuran telinga: 20-28 cmWarna: Albino putih

BAB IIIMETODE KERJAA. Alat yang digunakan1) Timbangan analitik2) Labu ukur 10 ml3) Tabung tikus4) Labu efendrof5) Gunting6) Stopwatch7) Tabung sentrifuge8) SpektofotometerB. Bahan yang digunakan1) Aquadest2) Alkohol3) Kapas4) Na-cmc5) Parasetamol C. Cara Kerja1. Penyiapan bahanPembuatan Na-CMC:1) Disiapkan alat dan bahan 2) Ditimbang Na-CMC sebanyak 3,5 gram3) Dipanaskan aquadest pada suhu 700 C kemudian dimasukkan ke dalam lumpang sebanyak 20 ml4) Didispersikan Na-CMC secara merata di atas air dan setelah mengembang digerus hingga homogen5) Dimasukkan ke dalam wadah 2. Pembuatan obat1) Timbang obat sesuai dengan perhitungan dosis 2) Masukkan ke dalam labu ukur 10 ml3) Larutkan dengan aquadest sampai batas tanda4) Homogenkan3. Perlakuan hewan coba1) Hewan coba dipuasakan selam 6-8 jam2) Tikus dimasukkan ke dalam alat dan digunting ujung ekor halus3) Diambil darah awal tikus 4) Dimasukkan ke dalam tabung efendrof5) Diberikan obat parasetamol 6) Didiamkan selama 30 menit7) Diambil lagi darah tikus pada menit ke 30, 60, 90 dan 1208) Darah tikus disentrifuge selam 10 menit pada kecepatan 10.000 rpm9) Diukur absorbanya pada spektrofometer10) Dicatat datanya11) Dihitung menggunakan parameter farmakokinetik DAFTAR PUSTAKADitjen POM, 1979, Farmakope Indonesia edisi III, DEPKES RI, Jakarta.Ganiswara, Henz, 2000, Clorouf Atlas Pharmacology, Thine Shurigas. New York. Gan Gunawan, Sulistia, 2007, Farmakologi dan Terapi edisi V, Gaya Baru, JakartaTjay.H.T dan Raharja.K, 2008, Obat-Obat Penting, PT Elex Media Kompetindo Gramedia, Jakarta.Shargel, Leon.,Ph.D., 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetik Terapan, Universitas Airlangga, Surabaya Thorp.M.Chrisne, 2008, Pharmocology For The Beat Care Profession, Willey Blackwell, USA.

JULIANA KATILI IMAM ADIWICAKSANA., S. Farm150 2014 0325