laporan oral

36
ORAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Respon biologis terhadap suatu obat merupakan hasil interaksi antara zat obat dengan molekul-molekul yang penting secara fungsional dalam sistem hidup. Respon di sebabkan oleh perubahan dalam proses biologis yang ada sebelum pemberian obat. Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian, umumnya mengalami absorbsi,distribusi,dan pengikatan untuk sampai ditempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Salah satu cara pemberian obat yang paling umum dilakukan karena mudah, aman dan murah yaitu pemberian obat secara oral. Tetapi disamping memiliki banyak keuntungan, juga memiliki kerugian yaitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi bioavabilitasnya. Obat dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan penderita; tidak bisa dilakukan bila pasien dalam keadaan koma. PUTRI A B MUBARAK ARFIANI ABDUL KADIR 150 2012 0247

description

- parameter-parameter oral dalam farmakokinetik- teori umum oral- pengolahan data oral dalam farmakokinetik- penjelasan tentang oral

Transcript of laporan oral

ORAL

ORAL

BAB IPENDAHULUANA. Latar belakangRespon biologis terhadap suatu obat merupakan hasil interaksi antara zat obat dengan molekul-molekul yang penting secara fungsional dalam sistem hidup. Respon di sebabkan oleh perubahan dalam proses biologis yang ada sebelum pemberian obat.Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian, umumnya mengalami absorbsi,distribusi,dan pengikatan untuk sampai ditempat kerja dan menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari dalam tubuh. Salah satu cara pemberian obat yang paling umum dilakukan karena mudah, aman dan murah yaitu pemberian obat secara oral. Tetapi disamping memiliki banyak keuntungan, juga memiliki kerugian yaitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi bioavabilitasnya. Obat dapat mengiritasi saluran cerna, dan perlu kerja sama dengan penderita; tidak bisa dilakukan bila pasien dalam keadaan koma.Absorbsi obat melalui saluran cerna pada umumnya terjadi secara difusi pasif, karena itu absorbsi mudah terjadi bila obat dalam bentuk non ion dan mudah larut dalam lemak. Absorbsi obat di usus halus selalu jauh lebih cepat dibandingkan dilambung karena permukaan epitel usus halus jauh.

B. Tujuan PraktikumTujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan dan menghitung beberapa parameter farmakokinetik oral yaitu tetapan laju absorbsi (Ka), tetapan laju eliminasi (K), waktu paruh (1/2), Cp maks, Tmaks, volume distribusi (Vd) dan luas daerah dibawah kurva (AUC) dari obat paracetamol terhadap hewan coba tikus (Rattus novegitus) dan untuk membandingkan hasil yang didapatkan dengan literatur yang ada. C. Maksud PraktikumMenentukan distribusi obat paracetamol di dalam tubuh yang diberikan secara oral dan menentukan volume distribusinya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Teori UmumPengembangan suatu produk obat tidaklah bervariasi, dimana suatu prose pengggulangan sistemik farmasetik atau biologis secara sistematis dikacaukan untuk mendapatkan informasi spesifik yang menyangkut efek yang satu terhadap efek yang lainnya Penyampaian optimal dari pusat aktif ke tempat aksi tergantung pada pengertian dari interaksi spesifik antara variabel-variabel formulasi dan variabel-variabel biologis (Lachman, 1989).Sifat-sifat fisika-kimia dari obat dan bahan-bahan penambah menetapkan laju penglepasan obat dari bentuk sediaan dan transport berikutnya melewati membran-membran biologis, sedangkan fisiologis dan kenyataan biokimia menetukan nasibnya dalam tubuh. Absorbsi didefinisikan sebagai jumlah obat yang mencapai srirkulasi umum dalam bentuk tidak berubah. Sebab itu, obat yang dimetabolisme atau secara kimia diubah pada tempat pemakaian atau dalam persinggahannya, menurut definisi berarti tidak diabsorbsi. Dalam hal ini, laju dan besarnya abasorbsi obat sama dengan bioavailabilitas obat. Lebih umum, definisi bioavailabilitas dapat digunakan untuk menunjukkan penyampaian dari bagian aktif pada tempat pemberian kejaringan target atau organ target, sedangkan absorbsi sering menunjukkan transport keseluruhan dari suatu obat dan zat zat yang berhubungan kedalam tubuh atau bagian bagian tubuh misalnya mata atau kulit. Suatu penundaan pengosongan obat dari lambung kedalam duodenum akan memperlambat absorbsi obat dan dengan demikian menunda awal dari efek terapetik. Beberapa faktor yang cenderung menghambat pengosongan lambung meliputi komsumsi makanan dengan lemak tinggi, minuman dingin dan obat obat antikolinergik. Gerakan peristaltik normal dari duodenum sangat membantu absorbsi, karena gerakan ini membawa partikel partikel obat kedalam kontak yang lebih dekat dengan mukosa sel usus (Lachman, 1989).Biofarmasetika bertujuan untuk mengatur penglepasan obat sedemikian rupa kesirkulasi sistemik agar diperoleh pengobatan yang optimal pada kondisi klinik tertentu. Biofarmasetika berusaha mengendalikan variabel variabel tersebut melalui rancangan suatu produk obat dengan tujuan terapetik tertentu. Dengan memilih secara teliti rute pemberian obat dan rancangan secara tepat produk, maka bioavailabilitas obat aktif dapat diubah dari absorbsi yang sangat cepat dan lengkap menjadi lambat, kecepatan absorbsi yang diperlambat atau bahkan sampai tidak terjadi absorbsi sama sekali. Sewaktu obat mengalami absorbsi sistemik berbagai proses fisiologik normal yang berkaitan dengan distribusi dan eliminasi biasanya tidak dipengaruhi oleh formulasi obat (Shargel, 1988).Pada umunya obat dalam bentuk garam yang dapat terionisasi lebih larut dalam air dari pada asam atau basa bebas. Derajat kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju pelarutan (Shargel, 1988).Bioavailabilitas bahan aktif dalam suatu bentuk sediaan tergantung pada beberapa faktor yang meliputi disintegrasi produk obat dan pelepasan partikel obat aktif, pelarut obat, absorbsi atau permeasi obat melintasi membrane sel. Factor-faktor farmasetik yang mempengaruhi bioasvailabilitas obat, untuk merancang suatu produk obat yang akan melepaskan obat aktif dalam bentuk yang paling berada dalam sistemik, farmasi harus mempertimbangkan jenis produk obat, sifat bahan tambahan dalam produk obat, sifat fisikakimia obat itu sendiri. Dalam hal ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan kemungkinan terapi dengan cairan. Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan tidak akan terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi. Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral. Salah satu adalah karena obat obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi. Dalam hal ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan kemungkinan terapi dengan cairan. Kerugian dari obat tertentu yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan tidak akan terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi (Ansel,1989).Adanya kalanya sengaja dibuat sediaan yang waktu disolusinya lebih lama untuk memperpanjang waktu absorbsi sehingga dapat diberikan dengan interval yang lama. Kecepatan absorbsi obat bentuk padat ditentukan oleh kecepatan desintegrasi dan disolusinya sehingga tablet yang dibuat oleh pabrik yang berbeda dapat berbeda pula bioavaibilitasnya (Ganiswarna, 1995).Umumnya kecepatan larut bahan aktif (misalnya dalam saluran cerna atau dalam tempat intramuscular) menentukan laju absorbsi. Ini ditentukan, selain sifat-sifat senyawa (seperti misalnya bentuk kristal, besarnya partikel, solvatasi) ditentukan juga oleh sifat sediaan obat (antara lain bahan pembantu yang digunakan, bahan penyalut). Pada senyawa yang sukar larut, kadang-kadang waktu yang disediakan untuk diabsorbsi tidak cukup untuk melarutkan sempurna jumlah zat yang diberikan (Ganiswarna, 1995).Berbagai kejadian (zat aktif menjadi tidak aktif atau menjadi toksik) dapat merupakan sebab ketidaksetaraan tersebut. Dari data kadar zat aktif dalam darah dapat diketahui ketersediaan hayati dan dosis manfaat yang merupakan bagian yang diserap dari dosis yang diberikan. Ketersediaan hayati zat aktif suatu obat timbul sejak adanya ketidaksetaraan terapetik diantara sediaan bermerk dagang yang mengandung zat aktif sama dan dibuat dalam bentuk sediaan farmasetik yang serupa, serta diberikan dengan dosis yang sama (Herman, 1982).Obat yang diberikan secara oral dapat dilakukan dengan mudah. Obat tersebut akan masuk ke peredaran darah setelah mengalami absorbsi di dalam saluran cerna. Dari proses tersebut dapat di[peroleh efek sistemik. Proses absorbsinya sangat menguntungkan karena berikatan langsung dengan intensitas farmakologi yaitu onset (mulai kerja) dan durasi (lama kerja obat) (Tjay, 2002).Konsentrasi obat pada saat terjadinya aksi awal disebut konsentrasi efektif minimal (minimum effective concentration = MEC). Konsentrasi ini mencapai maksimum Cpmax dan tmaks (Anonim, 2009).Pada penderita penyakit menahun dengan masa perawatan yang lain bahkan seumur hidup pemakaian obat peroral merupakan cara yang umum dan nyaman, untuk anak-anak pemberian obat secara peroral lebih dapat diterima karena car apemberiannya mudah dilakukan (Syukri, 1987).Pemberian obat secara oral dalam bentuk padat, awalnya harus dilarutkan, lalu harus diserap pada tempat pemberian, kemudian diangkut keseluruh tubuh, tetapi melalui proses ini obat berbagai organ target mencapai sasarannya dengan cara seksama dan bergantung dari banyaknya parameter (Nogardhy, 1992).Dalam farmakokinetik absorbsi dapat didefinisikan sebagai jumlah obat yang mencapai sirkulasi umum dalam bentuk tidak berubah. Sebab itu obat yang dimetabolisme atau secara kimia diubah pada tempat pemakaian atau dalam persinggahannya, menurut defenis berarti itdak diabsorbsi dalam hal ini laju dan besarnya absorbsi obat sama dengan bioavaibilitas obat (Tjay, 2002).Terdapat beberapa teori mengenai struktur yang pasti dari membran sel, termasuk model unit membran dan mozaik cair (dinamik). Banyak obat mengandung substituen lipofilik dan hidrofilik. Obat-obat yang lebih larut dalam lemak lebih mudah melewati membran sel daripada obat yang kurang larut dalam lemak atau obat yang lebih larut dalam air. Bagi obat-obat yang bersifat sebagai elektrolit lemah, sebagai misal asam dan basa lemah, besarnya ionisasi mempengaruhi laju pengangkutan obat (Shargel, 1988).B. Uraian Obat 1. Parasetamol (Gennaro, 1990)Nama resmi: AcetaminophenSinonim: ParacetamolRumus molekul: C8H9NO2Berat molekul: 151,16Pemerian :Berupa hablur atau serbuk hablur putih, rasa pahit, berbau, serbuk kristal dengan sedikit rasa pahit.Kelarutan: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95 %)P, dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkalihidroksida.Inkompatibilitas : Ikatan hidrogen pada mekanismenya pernah dilaporkan oleh karena itu parasetamol dihubungkan dengan permukaan dari nilon dan rayon.Farmakodinami:Efek analgesik parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral. Efek anti inflamasinya sangat lemah.Farmakokinetik:Parasetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.

C. Uraian Hewana. Klasifikasi Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)Kingdom : AnimaliaPhylum : ChordataSubphylum : VertebrataClass : MamaliaOrdo : RhodentiaFamily : MuridaeGenus : RattusSpesies : Rattus norvegicusb. Morfologi Tikus Putih (Rattus norvegicus)Tikus putih (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya dengan sempurna, mudah dipelihara,merupakan hewan yang relative sehat dan cocok untuk berbagai macam penelitian.tikus yang sudah menyebar keseluruh dunia dan digunakan secara luas untuk penelitian dan di laboratorium ataupun hewan kesayangan adalah tikus putih yangh berasal dari asia tengah dan tidak ada hubungannya dengan norwegia seperti yang diduga dari namanya. Tikus dapat dikandangkan bersama dala satu kelompok besar yang terdiri dari jantan dan betina dan berbagai tingkat tanpa terjadinya kelahiran yang berarti. Tikus yang lepas dari kandang umumnya akan kembali ke kandang (Malole, 1989)

c. Karakteristik Tikus Putih (Rattus norvegicus) (Malole, 1989)Berat badan dewasa -jantan: 450-520 g -betina: 250-300 gBerat lahir: 5-6 gLuas perukaan tubuh: 50 g : 130 130 g:250Temperatur tubuh: 35,9-37,5Jumlah diploid: 42Harapan hidup: 2,5-3,5 tahunKonsumsi makanan: 10 g/100 g/hariKonsumsi air minum: 10-12 ml/100 g/hariSaat dikawinkan -jantan: 65-110 hari -betina: 65-110 hariLama siklus birahi: 4-5 hariLama kebuntingan: 21-23 hariOestrus postpartum: fertileJumlah anak/kelahiran: 6-12Umur sapih: 21 hariWaktu pemeliharaan komersial : 7-10 liter/4-5/bulanKomposisi air susu: Lemak 13,0 % Protein 9,7 % Lactose 3,2 %Jumlah pernapasan: 70-115 / menitVolume tidal: 0,6-2,0 mlDetak jantung: 250-450/ menitVolume darah: 54-70 ml/ kgTekanan darah: 84-134/ 60 mmHgButir darah merah: 7-10x / mmHematokrit: 36-48 %Hemoglobin: 11-18 mgLeukosit: 6-17 x / m

BAB IIIMETODE KERJAA. AlatAdapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang pengaduk, sendok tanduk, gelas kimia, timbangan analitik, gunting bedah, kanula, kater, spoit, tabung efendrof dan vial.B. BahanAdapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades, alkohol, betadine, parasetamol, na cmc dan tissue.C. Cara Kerja1. Siapkan hewan coba (tikus)2. Dipuasakan selama 8-12 jam3. Diambil darahnya 0,5 ml4. Ditampung dalam tabung efendrof5. Disuntikan obat parasetamol melalui rute oral6. Kemudian biarkan selama 30 menit7. Dilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 1208. Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama 10 menit, ambil larutan jernihnya9. Diukur absorbannya menggunakan spektrofotometri10. Dicatat datanya dan hitung parameter farmakokinetiknya

BAB VHASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil praktikumt (jam)AbsCpLog Cp

20,5332,8740,458

40,6413,5530,550

60,7294,1060,613

81,4258,4840,928

101,5829,4710,976

121,0235,9550,774

140,8945,1440,711

160,7194,0440,606

180,4952,6350,420

200,3291,5910,201

Parasetamol @ 500 mgDosis = 500 mg x fk tikus= 500 mg x 0,018= 9 mg x 1000 = 9000 g

Orde 0a = 13,795b = - 0,613r = - 0,996Orde 1a = 2,231b = - 0,101r = - 0,9981) k = -b x 2,3= - (-0,101) x 2,3= 0,232 jam-12) t = = = 2,987 jam3) kat (jam)Cp lamaLog Cp baruCp baruCp diffLog Cp diff

22,8742,029106,905104,0312,017

43,5531,82767,14263,5891,803

64,1061,62542,16938,0631,580

a = 2, 231b = - 0,101r = - 0,999y = a + bx= 2,231 + (-0,101)2= 2,029y = a + bx= 2,231 + (-0,101)4= 1,827y = a + bx= 2,231 + (-0,101)6= 1,625ka= - b x 2,3= - (-0,109) x 2,3= 0,250 jam-14) tmaks= = = = = 4,055 jam5) Vd= = = = 499,583 mL6) Cp maks = [ A x e-k.tmaks ] - [ B x e-ka.tmaks ] = [ antilog 2,231xe-0,232x4,055 ]-[ antilog 2,237xe-0,237x4,055 ] = [ 170,215 x e-0,940 ] - [ 172,583 x e-1,013 ] = [170,215 x 0,390] [172,583 x 0,363] = 66,383 62,647 = 3,716 g/mL7) AUC[AUC]tntn-1 = (tn-tn-1)= 1= 6,427 g menit/ml= = 7,659 g menit/ml = = 12,590 g menit/ml = = 17,955 g menit/ml = = 15,426 g menit/ml = = 11,099 g menit/ml = = 9,188 g menit/ml = = 6,679 g menit/ml = = 4,226 g menit/mL = 6,427 + 7,659 + 12,590 + 17,955 + 15,426 + 11,099 + 17,955 + 9,188 + 6,679 + 4,226 = 15,649g menit/ml8) == 6,857 g menit/ml 9) = === 62,120 g menit/ml10) % AUC ekstrapolasi = x 100 %= x 100 %= 43,9 % Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid, sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak valid. Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi diperoleh hasil 43,9% yang menandakan bahwa data yang diperoleh tidak valid.

B. PembahasanFarmakokinetik adalah suatu ilmu yang mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi, dan eliminasi (yakni eksresi dan metabolisme).Uraian dari distribusi dan eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat.Proses mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai dikeluarkan kembali disebut farmakokinetik. Termasuk dalam proses farmakokinetik ialah absorbsi, distribusi, biotransformasi / metabolisme dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat dalam kadar yang tepat pada tempat obat itu bekerja. Unuk mencapai tempat kerja, suatu obat harus melewati berbagai membran sel tubuhDalam parameter farmakokinetik untuk obat yang diberikan secara intravena akan ditentukan nilai K, t , Vd, dan nilai AUC.Dimana K adalah tetapan laju eliminasi yang merupakan kecepatan eliminasi obat setelah masuk ke dalam system sirkulasi, t adalah waktu paruh yaitu waktu yang diperlukan agar jumlah obat dalam tubuh melarut setengah dari dosis. Sedangkan Vd adalah volume distribusi yaitu volume obat yang terdistribusi dan AUC (Area Under Curva) merupakan nilai yang menggambarkan biovailabilitas obat dari jumlah dosis yang ada, dimana bioavailabilitas obat merupakan jumlah obat yang mencapai system sirkulasi sistemik secara utuh yang memberikan efek. Adapun parameter farmakokinetik yang digunakan untuk sediaan oral adalah 1) Daerah dibawah kurva (Area Under Curva) adalah integritasi batas obat di dalam darah dari waktu t = o hingga t, dimana besar AUC berbanding lurus dengan jumlah total obat yang diabsorbsi. AUC merupakan salahsatu parameter untuk menentukan bioavabilitas. Cara yang paling sederhana untuk menghitung AUC adalah dengan metode trapezoid.2) Volume distribusi adalah suatu parameter farmakokinetik yang menggambarkan luas dan intensitas distribusi obat dalam tubuh. Volume distribusi bukan merupakan vilume yang sesungguhnya dari ruang yang ditempati obat dalam tubuh, tetapi hanya volume tubuh. Besarnya volume distribusi dapat digunakan sebagai gambaran, tingkat distribusi obat dalam darah.3) Konsentrasi Tinggi Puncak (Cpmax) adalah konsentrasi dari obat maksimum yang diamati dalam plasma darah dan serum pemberian dosis obat. Jumlah obat biasanya dinyatakan dalam batasan konsentrasinya sehubungan dengan volume spesifik dari darah, serum dan plasma.4) Waktu Puncak (tmax) adalah waktu yang dibutuhkan unsure untuk mencapai level obat maksimum dalam darah (tmax). serta parameter ini menunjukan laju absorsi obat dari formulasi. Laju absorbsi obat, menentukan waktu diperlukan untuk dicapai konsentrasi efektif minimum dan dengan demikian untuk awal dari efek farmakolpgis yang dikendaki. 5) Waktu paruh obat (t) adah gambaran waktu yang dibutuhkan untuk suatu level aktivitas obat dan mesnjadi separuh dari leval asli atau level yang dikendaki6) Tetapan absorbsi (Ka) adalah parameter yang mengambarkan laju absorbsi suatu obat, dimana agar suatu obat diabsorbsi mula-mula obat harus larut dalam cairan pada tempat absorpsinya.Tujuan dari centrifuge darah adalah untuk memisahkan zat massa yang berbeda. Gaya sentrifugal adalah kekuatan luar ketika sampel yang berputar pada kecepatan tinggi. Centrifuge mempercepat pemisahan alami yang terjadi secara gravitasi dari waktu ke waktu. Misalnya, sentrifugasi dapat memisahkan serum dengan cepat dari darah beku atau plasma dapat dipisahkan dari sel darah. Centrifuge juga dapat digunakan untuk memisahkan endapan dari supernatan dalam suatu larutan. Kecepatan sentrifugal diukur dalam revolusi per menit (rpm).Spektrofotometri adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh beberapa parameter farmakokinetik yaitu nilai k (tetapan eliminasi) sebesar 0,232 jam-1 yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan obat untuk tereleminasi dari tubuh tiap satuan waktu, nilai t1/2 sebesar 2,987 jam yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan setengah dari konsentrasi obat, nilai ka sebesar 0,250 jam-1 yang menunjukkan waktu yang dibutuhkan obat untuk terabsorbsi dalam tubuh tiap satuan waktu, nilai tmaks sebesar 4,055 jam yang menunjukkan waktu yang dibuthkan obat untuk mencapai konsentrasi maksimal obat dalam darah, nilai Vd sebesar 499,583 mL yang menunjukkan volume yang dibutuhkan untuk melarutkan obat secara sempurna dalam darah dan % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 43,9 %. Jika data yang diperoleh kurang dari 20% maka data valid, sedangkan jika data yang diperoleh lebih dari 20% maka data tidak valid. Jadi, berdasarkan hasil perhitungan % AUC ekstrapolasi diperoleh hasil 43,9%% yang menandakan bahwa data yang diperoleh tidak valid.

BAB VIPENUTUPA. Kesimpulan Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa parameter farmakokinetik yang diperoleh adadalah : k = 0,232 jam-1, t1/2 = 2,987, ka = 0,250 jam-1, tmaks = 4,055 jam, Vd = 499,583 mL, Cp maks = 3,716 g/mL % AUC ekstrapolasi yang didapatkan adalah 43,9 % (data tidak valid).B. SaranDiharapkan asisten lebih mendampingi pratikannnya dalam melakukan percobaan ini.

DAFTAR PUSTAKAAnonim, (2009), Penuntun Praktikum Biofarmasetika, Fakultas Farmasi UMI, Makassar.Ansel C Howard (1989), Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI-press, Jakarta.DitJen POM, (1995), Farmakope Indonesia, Edisi IV, DepKes RI. Jakarta.Ganiswarna Sulistia G, (1995), Farmakologi dan Terapi, Fakultas Kedoteran UI, Jakarta.Herman, 1982, Farmasetika 2 Bifarmasi Edisi ke-2, Widya Medika, Jakarta.Jasin Maskoeri, (1991), Zoologi Vertebrata, Sinar Wijaya Surabaya.Kibbe H Arthur, (2000), Pharmaceutical Excipients, Edisi III, American Pharmaceutical Association and Pharmaceutical press, Washington D.J.Lachman Leon, (1989), Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, UI-press, Jakarta.Malole, (1989), Penggunaan Hewan Percobaan di Laboratorium, DepDikbud RI, Jakarta.Nogardhy, Thomas, 2002, Kimia Medisinal, Penerbit ITB Bandung.Shargel Leon, (1988), Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan, Universitas Airlangga, Surabaya.Syukri Yandi, 1982, Biofarmasetika, UII Press Yogyakarta.Tjay Tan Hoan, (2002), Obat Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

LAMPIRANPERHITUNGANDik :Dosis obat 500 mgLarutan stok 5 mlBerat tikus: (I) 189 gram (II) 207 gram(III) 174 gram(IV) 238 gramBerat rata-rata obat 599,82 mgPerhitungan dosisTikus 200 gram = 0,018 x 500 mg = 9 mgPerhitungan larutan stok

Perhitungan volume pemberian tiap tikus1. 2. 3. 4. Perhitungan berat obat yang akan ditimbang

Skema kerjaDisiapkan hewan coba (tikus)Dipuasakan selama 8-12 jamDiambil darahnya 0,5 mlDitampung dalam tabung efendrofDisuntikan obat parasetamol melalui rute oralKemudian dibiarkan selama 30 menitDilakukan pengambilan darah pada menit ke 0, 30, 60, 90 dan 120Kemudian sampel darah disentrifugasi 1000 rpm selama 10 menit, ambil larutan jernihnyaDiukur absorbannya menggunakan spektrofotometriDicatat datanya dan hitung parameter farmakokinetiknya

PUTRI A B MUBARAK ARFIANI ABDUL KADIR150 2012 0247