Osteoporosis

40
Kejadian Osteoporosis Pada Wanita Lanjut Usia (Kasus RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar) Dipublikasikan pada 19 October 2008 oleh Asta Qauliyah Jika anda baru mengunjungi Astaqauliyah.com, maka ini adalah kesempatan berharga buat anda. Silahkan berlangganan artikel Astaqauliyah.com melalui email anda . Kami akan mengirimkan resume ke email anda setiap kali ada postingan baru di blog ini. Klik di sini di sini untuk mendaftar! PROSES menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987). Penurunan daya ingat ringan, penurunan fungsi pendengaran dan penglihatan (presbiakusis dan presbiopia) bukanlah suatu penyakit. Seringkali memang susah untuk membedakan antara penurunan akibat proses fisologis dengan yang terjadi karena gangguan patologis, misalnya seperti pada osteoporosis dan aterosklerosis. (Martono,2000 ). Banyak perubahan fisiologi yang mempengaruhi status gizi terjadi pada proses penuaan diantaranya adalah penurunan kecepatan basal metabolik ( BMR ) sekitar 2 % / dekade setelah usia 30 tahun. Penurunan sekresi asam klorida, pepsin dan asam empedu yang berpotensi untuk mengganggu penyerapan kalsium, zat besi, seng, protein, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.

Transcript of Osteoporosis

Page 1: Osteoporosis

Kejadian Osteoporosis Pada Wanita Lanjut Usia (Kasus RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar)

Dipublikasikan pada 19 October 2008 oleh Asta Qauliyah

Jika anda baru mengunjungi Astaqauliyah.com, maka ini adalah kesempatan berharga buat anda. Silahkan berlangganan artikel Astaqauliyah.com melalui email anda. Kami akan mengirimkan resume ke email anda setiap kali ada postingan baru di blog ini. Klik di sini di sini untuk mendaftar!

PROSES menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987).

Penurunan daya ingat ringan, penurunan fungsi pendengaran dan penglihatan (presbiakusis dan presbiopia) bukanlah suatu penyakit. Seringkali memang susah untuk membedakan antara penurunan akibat proses fisologis dengan yang terjadi karena gangguan patologis, misalnya seperti pada osteoporosis dan aterosklerosis. (Martono,2000 ).

Banyak perubahan fisiologi yang mempengaruhi status gizi terjadi pada proses penuaan diantaranya adalah penurunan kecepatan basal metabolik ( BMR ) sekitar 2 % / dekade setelah usia 30 tahun. Penurunan sekresi asam klorida, pepsin dan asam empedu yang berpotensi untuk mengganggu penyerapan kalsium, zat besi, seng, protein, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak.

Dengan menurunnya fungsi biologis sel dan organ, maka daya adaptasi fungsi-fungsi tersebut untuk mengatasi gangguan fisik dan mental juga menurun. Dengan pertambahan usia yang ditandai gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang, maka beberapa keadaan patologis dapat timbul akibat proses penuaan. Berbagai komplikasi serius dapat timbul akibat adanya perubahan pada beberapa sistem organ dan fungsi metabolik yang disebabkan oleh imobilisasi. Dekubitus, osteoporosis, konstipasi, kelemahan dan perubahan psikologik merupakan beberapa komplikasi akibat imobilisasi. (Kahn, 1998).

Osteoporosis menurut etiologinya dapat dikelompokkan dalam osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer adalah yang terjadi pada wanita paska menopause oleh karena proses penuaan. Sedangkan osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain oleh kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D, gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan. Osteoporosis sekunder yang salah satu penyebabnya yang paling sering ditemukan adalah glukokortikoid. Hal ini disebabkan oleh karena glukokortikoid dapat mempengaruhi

Page 2: Osteoporosis

produksi dari prostaglandin E, sintesis insulin like growth factor, 1 (IGF-1) dan transforming growth factor (TGF).

Imobilisasi juga akan mengakibatkan keseimbangan kalsium negatif yang merupakan manifestasi peningkatan eksresi kalsium dalam feses dan urin. Perubahan ini berkaitan dengan peningkatan reabsorbsi tulang sekunder akibat posisi berbaring dan kurang penyerapan di usus. Kadar serum 1,25 dihydroxyvitamin D juga berkurang. Selama imobilisasi hormon paratyroid akan meningkat bersamaan dengan kadar alkalin fosfatase selama remobilisasi seiring dengan adanya peningkatan reabsorbsi kalsium. (Seiler, 2000).

Pada orang dewasa kira-kira setengah dari alkaline phospatase diperoleh dari tulang dan setengahnya lagi dari hati. Pada osteoporosis aktifitas alkaline phospahatase dalam tulang biasanya meningkat. Pada awal menopause, turn over tulang (formasi atau resorpsi) meningkat kira-kira 2 kali lipat dan terus meningkat selama beberapa tahun, kemudian mulai menurun.

Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian rupa sehingga hanya dengan trauma minimal tulang akan patah. Osteoporosis akan menghilangkan elastisitas tulang sehingga menjadi rapuh dan menyebabkan mudah terjadi patah tulang (fraktur).

Menurut Kanis, seorang tokoh WHO dalam bidang osteoporosis, jumlah patah tulang osteoporotik meningkat dengan cepat. Di seluruh dunia pada tahun 1990 terjadi 1,7 juta kasus patah tulang panggul. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2050, seiring dengan semakin tingginya usia harapan hidup. (Hilmy, 2003).

Dengan bertambahnya usia terjadi peningkatan kehilangan tulang secara linear. Kehilangan tulang ini lebih nyata pada wanita dibandingkan laki-laki. Tingkat kehilangan tulang ini sekitar 0,5 – 1 % pertahun dari total berat tulang pada wanita pasca menopause dan pada pria > 80 tahun. (Martono,2000)

Pada osteoporosis, penanda bone turn over dapat digunakan untuk memperkirakan kehilangan tulang pada wanita postmenopause, untuk memperkirakan kejadian fraktur osteoporotik dan untuk memantau efikasi pengobatan, terutama terapi anti resorpsi (HRT, bifosfonat dan calsitonin). Bebrapa studi cross-sectional menunjukan bahwa bone turnover meningkat dengan cepat setelah menopaouse, dengan 50 – 100 % peningkatan osteocalsin dan bone alkalin phosphatase (BAP). Pemeriksaan Bone Mineral Density (BMD) yang diukur pada beberapa tempat berkorelasi dengan bone turn over yang diperkirakan dengan beberapa penanda pada wanita postmenopause (Garnero,P.1999)

Di Amerika 26 juta orang usia diatas 50 tahun menderita osteoporosis, 40 % diantaranya mengalami patah tulang karena osteoporosis. 20 juta diantaranya adalah wanita. Dan ini akan membuat beban biaya untuk pengobatan kira-kira 10 juta dolar pertahun (Heimburger,1997). Menurut penelitian di Australia, setiap tahun 20.000 wanita mengalami keretakan tulang panggul dan dalam setahun satu diantaranya meninggal karena komplikasi. Garvan mengatakan bahwa 25 % wanita di negeri Kanguru itu bakal terkena osteoporosis.

Page 3: Osteoporosis

Hasil studi dari Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Bogor, yang melakukan penelitian dari tahun 1999 – 2002 pada beberapa Propinsi di Indonesia didapatkan bahwa satu dari lima perempuan mengalami osteoporosis pada usia memasuki 50 tahun. Dan pada laki-laki umur 55 tahun. Kejadian osteoporosis lebih tinggi pada wanita ( 21,74 % ) dibandingkan dengan laki-laki (14,8 %). ( Siswono, 2003 )

Di Asia fraktur tulang pinggul juga merupakan masalah yang cukup banyak dalam masyarakat, 50 % dari kejadian fraktur didunia terjadi di Asia (Campion, 1992). Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur 50 – 59 tahun yaitu 24 % sedang pada wanita usia 60 – 70 tahun sebesar 62 %.

Hal ini dikaitkan dengan masa menopause pada wanita. Ketika wanita memasuki masa menopause, fungsi ovariumnya menurun akibatnya produksi hormon estrogen dan progesteron berkurang. Kalau kadar estrogen dalam darah turun, maka siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan tulang mulai terjadi. Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal. Yang sangat terpengaruh dengan keadaan ini adalah tulang trabekular, karena tingkat turn overnya tinggi.( Lane, 2001).

Data pasien baru osteoporosis rawat jalan di RS DR Wahidin Sudirohusodo Makassar selama tahun 2003 adalah 128 orang umur 45 – 64 tahun, dan 32 orang yang berumur + 65 tahun. Ada beberapa faktor risiko osteoporosis diantaranya genetik, jenis kelamin dan masalah kesehatan kronis, defisiensi hormon, merokok, kurang olah raga serta rendah asupan kalsium. Bila dalam suatu keluarga mempunyai riwayat osteoporosis maka kemungkinan peluang anak mengalami hal yang sama adalah 60-80 %. Dilihat dari jenis kelamin 80 % wanita mengidap osteoporosis. Risiko osteoporosis juga akan meningkat apabila mengidap penyakit kronis. Sedangkan hubungan antara perempuan osteoporosis karena menopause akibat dari penurunan hormon estrogen. (Siswono, 2003).

Minum alkohol yang berlebihan dan merokok juga meningkatkan risiko patah tulang dua sampai tiga kali dibandingkan dengan laki-laki yang tidak merokok. Kafein dapat meningkatkan pengeluaran kalsium melalui air seni. Begitu juga dengan minuman soft Drink yang mengandung karbonat dapat menghambat penyerapan kalsium oleh tubuh, ini bisa berakibat osetoporosis. (Siswono, 2003 ).

Beberapa hasil riset menyebutkan bahwa masukan kalsium yang tinggi berhubungan secara signifikan terhadap peningkatan massa tulang, sedangkan massa tulang menurun pada orang yang mengkonsumsi alkohol ( P < 0.01 ). Kepadatan mineral tulang lebih baik pada asupan asam lemak tak jenuh ganda (Poliunsaturated acid).(Macdonald,et al, 2004 ).

Hal ini juga dipaparkan oleh Tucker, et al 2002, dimana dengan mengatur pola makan yang baik dihubungkan dengan kepadatan mineral tulang. Terano, 2001 menyebutkan bahwa ada hubungan yang positif antara wanita yang tinggal di perkampungan nelayan dengan indeks massa tulang. Kosentrasi serum EPA dan DHA cukup tinggi pada wanita post menopause di perkampungan nelayan dibandingkan dengan wanita seumur yang tinggal di perkotaan. Kosentrasi serum EPA dan DHA mencerminkan suatu masukan ikan sehari-hari yang cukup.

Page 4: Osteoporosis

Masukan sayur dan buah yang tinggi dapat bersifat melindungi. Penelitian lain menyebutkan bahwa total asupan protein hewani dapat memperbesar risiko patah tulang pinggul pada wanita post menopause (Munger, 1999 ). Sekarang ada hal yang perlu dipertimbangkan untuk melindungi diri dari retak tulang yaitu dengan mengkonsumsi sayuran dan buah yang tinggi dimana Sebastian et al, melaporkan bahwa kalium dapat meningkatkan keseimbangan formasi mineral tulang. (Hegsted, 2001)

Beberapa bahan makanan nabati mengandung kalsium yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat digunakan secara maksimal karena tingginya kadar oksalat atau phitat. Hal ini terutama terdapat pada bayam, dan bit serta biji-bijian. Didalam diet orang Inggris, oksalat banyak berasal dari teh. Adanya oksalat dalam makanan juga menurunkan ketersediaan magnesium dan besi. Asam oksalit dan fitik menyebabkan mineral-mineral tersebut tidak dapat digunakan oleh karena terbentuknya garam-garam yang tidak larut. (Linder,1992 )

Faktor lain yang mempengaruhi kadar kalsium dalam plasma adalah ratio Ca : P dalam makanan. Idealnya konsumsi kalsium hendaknya dalam kisaran yang sama dengan konsumsi fosfor, rasio P : Ca = 1,5 : 1 mungkin dapat diterima. Tapi rasio yang lebih dari 2 : 1, terutama kalau konsumsi kalsium rendah, akan menyebabkan pengaruh negatif. Makanan yang mempunyai ratio Ca : P tidak baik dapat meningkatkan sekresi hormon paratiroid, yang bisa menyebabkan demineralisasi tulang. Diperkirakan hal ini mungkin merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan terjadinya osteoporosis, suatu fenomena yang menurunkan kepadatan dan mineralisasi tulang. Ini umum terjadi dengan meningkatnya umur terutama pada wanita menopause. (Linder,1992).

http://astaqauliyah.com/2008/10/kejadian-osteoporosis-pada-wanita-lanjut-usia-kasus-rs-

wahidin-sudirohusodo-makassar/

Osteoporosis Overview

Osteoporosis is a disease characterized by low bone mass and loss of bone tissue that may lead to weak and fragile bones. If you have osteoporosis, you have an increased risk for fractured bones (broken bones), particularly in the hip, spine, and wrist.

Osteoporosis is often considered to be a condition that frail elderly women develop. However, the damage from osteoporosis begins much earlier in life. Because peak bone density is reached at approximately 25 years of age, it is important to build strong bones by that age, so that the bones will remain strong later in life. Adequate calcium intake is an essential part of building strong bones.

In the United States, nearly 10 million people already have osteoporosis. Another 18 million people have low bone mass that places them at an increased risk for developing osteoporosis. As our population ages, these numbers will increase. About 80% of those with osteoporosis are

Page 5: Osteoporosis

women. Of people older than 50 years of age, one in two women and one in eight men are predicted to have an osteoporosis-related fracture in their lifetime.

According to the World Health Organization, the prevalence of osteoporosis among U.S. white women past menopause is estimated to be 14% in those 50-59 years of age, 22% in those 60-69 years of age, 39% in those 70-79 years of age, and 70% in those 80 years of age and older. Significant risk has been reported in people of all ethnic backgrounds. White and Asian racial groups, however, are at greatest risk.

Osteoporosis Causes

Osteoporosis occurs when there is an imbalance between new bone formation and old bone resorption. The body may fail to form enough new bone, or too much old bone may be reabsorbed, or both. Two essential minerals for normal bone formation are calcium and phosphate. Throughout youth, the body uses these minerals to produce bones. Calcium is essential for proper functioning of the heart, brain, and other organs. To keep those critical organs functioning, the body reabsorbs calcium that is stored in the bones to maintain blood calcium levels. If calcium intake is not sufficient or if the body does not absorb enough calcium from the diet, bone production and bone tissue may suffer. Thus, the bones may become weaker, resulting in brittle and fragile bones that can break easily.

Usually, the loss of bone occurs over an extended period of years. Often, a person will sustain a fracture before becoming aware that the disease is present. By then, the disease may be in its advanced stages and damage may be serious.

The leading cause of osteoporosis is a lack of certain hormones, particularly estrogen in women and androgen in men. Women, especially those older than 60 years of age, are frequently diagnosed with the disease. Menopause is accompanied by lower estrogen levels and increases a woman's risk for osteoporosis. Other factors that may contribute to bone loss in this age group include inadequate intake of calcium and vitamin D, lack of weight-bearing exercise, and other age-related changes in endocrine functions (in addition to lack of estrogen).

Other conditions that may lead to osteoporosis include overuse of corticosteroids (Cushing syndrome), thyroid problems, lack of muscle use, bone cancer, certain genetic disorders, use of certain medications, and problems such as low calcium in the diet.

The following are risk factors for osteoporosis:

o Women are at a greater risk than men, especially women who are thin or have a small frame, as are those of advanced age.

Page 6: Osteoporosis

o Women who are white or Asian, especially those with a family member with osteoporosis, have a greater risk of developing osteoporosis than other women.

o Women who are postmenopausal, including those who have had early or surgically induced menopause, or abnormal or absence of menstrual periods are at greater risk.

o Cigarette smoking , eating disorders such as anorexia nervosa or bulimia, low amounts of calcium in the diet, heavy alcohol consumption, inactive lifestyle, and use of certain medications, such as corticosteroids and anticonvulsants, are also risk factors.

o Rheumatoid arthritis itself is a risk factor for osteoporosis.

o Having a parent that has/had osteoporosis is a risk factor for the offspring.

Osteoporosis Symptoms

Early in the course of the disease, osteoporosis may cause no symptoms. Later, it may cause dull pain in the bones or muscles, particularly low back pain or neck pain.

Later in the course of the disease, sharp pains may come on suddenly. The pain may not radiate (spread to other areas); it may be made worse by activity that puts weight on the area, may be accompanied by tenderness, and generally begins to subside in one week. Pain may linger more than three months.

People with osteoporosis may not even recall a fall or other trauma that might cause a broken bone, such as in the spine or foot. Spinal compression fractures may result in loss of height with a stooped posture (called a dowager's hump).

Fractures at other sites, commonly the hip or bones of the wrist, usually result from a fall.

Page 7: Osteoporosis

http://www.emedicinehealth.com/osteoporosis/page3_em.htm#Osteoporosis

%20Symptoms

Gejala Osteoporosis dan Diagnosa Osteoporosis

Penyakit osteoporosis sering disebut sebagai silent disease karena proses kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita osteoporosis senilis) dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari dan tanpa disertai adanya gejala.

Gejal-gejala baru timbul pada tahap osteoporosis lanjut, seperti:

patah tulang punggung yang semakin membungkuk hilangnya tinggi badan nyeri punggung

Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Hancurnya tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang yang rapuh bisa mengalami hancur secara spontan atau karena cedera ringan.

Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan.

Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit. Tulang lainnya bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau karena jatuh.

Page 8: Osteoporosis

Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah tulang panggul.

Hal yang juga sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) di daerah persambungannya dengan pergelangan tangan, yang disebut fraktur Colles. Selain itu, pada penderita osteoporosis, patah tulang cenderung menyembuh secara perlahan.

Diagnosa Osteoporosis

Pada seseorang yang mengalami patah tulang, diagnosis osteoporosis ditegakkan berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk menyingkirkan keadaan lainnya penyebab osteoporosis yang bisa diatasi.

Untuk mendiagnosa osteoporosis sebelum terjadinya patah tulang dilakukan pemeriksaan yang menilai kepadatan tulang. Di Indonesia dikenal 3 cara penegakan diagnosa penyakit osteoporosis, yaitu:

1. Densitometer (Lunar) menggunakan teknologi DXA (dual-energy x-ray absorptiometry). Pemeriksaan ini merupakan gold standard diagnosa osteoporosis. Pemeriksaan kepadatan tulang ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta bisa dilakukan dalam waktu 5-15 menit.

DXA sangat berguna untuk:

o wanita yang memiliki risiko tinggi menderita osteoporosiso penderita yang diagnosisnya belum pasti o penderita yang hasil pengobatan osteoporosisnya harus dinilai secara akurat

2. Densitometer-USG. Pemeriksaan ini lebih tepat disebut sebagai screening awal penyakit osteoporosis. Hasilnya pun hanya ditandai dengan nilai T dimana nilai lebih -1 berarti kepadatan tulang masih baik, nilai antara -1 dan -2,5 berarti osteopenia (penipisan tulang), nilai kurang dari -2,5 berarti osteoporosis (keropos tulang). Keuntungannya adalah kepraktisan dan harga pemeriksaannya yang lebih murah.

3. Pemeriksaan laboratorium untuk osteocalcin dan dioksipiridinolin, CTx. Proses pengeroposan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda biokimia CTx (C-Telopeptide). CTx merupakan hasil penguraian kolagen tulang yang dilepaskan ke dalam sirkulasi darahsehingga spesifik dalam menilai kecepatan proses pengeroposan tulang. Pemeriksaan CTx juga sangat berguna dalam memantau pengobatan menggunakan antiresorpsi oral.

Proses pembentukan tulang dapat diketahui dengan memeriksakan penanda bioklimia N-MID-Osteocalcin. Osteocalcin merupakan protein spesifik tulang sehingga pemeriksan ini dapat digunakan saebagai penanda biokimia pembentukan tualng dan juga untuk menentukan kecepatan turnover tulang pada beberapa penyakit tulang lainnya. Pemeriksaan osteocalcin juga dapat digunakan untuk memantau pengobatan osteoporosis.

Page 9: Osteoporosis

Di luar negeri, dokter dapat pula menggunakan metode lain untuk mendiagnosa penyakit osteoporosis, antara lain:

1. Sinar x untuk menunjukkan degenerasi tipikal dalam tulang punggung bagian bawah.2. Pengukuran massa tulang dengan memeriksa lengan, paha dan tulang belakang.3. Tes darah yang dapat memperlihatkan naiknya kadar hormon paratiroid.

4. Biopsi tulang untuk melihat tulang mengecil, keropos tetapi tampak normal.

http://www.medicastore.com/osteoporosis/gejala_osteoporosis.html

Terapi dan Pengobatan Osteoporosis

Terapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang untuk mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit. Untuk terapi dan pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit dalam, departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan ginekologi, departemen farmakologi.

Penyakit osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga mempengaruhi kondisi psikis penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan pengobatan osteoporosis pun melibatkan spesialis kejiwaan. Tidak hanya itu, departemen kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis.

Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria).

Oleh sebab itu Departemen gizi klinik juga memiliki peranan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis. Spesialis gizi klinik dapat membantu menjaga agar asupan gizi penderita osteoporosis terutama kalsium dan vitamin D tercapai agar penyerapan kalsium dari makanan dan pemasukan ke dalam tulang berlangsung optimal.

Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis.

Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau alendronat (golongan bifosfonat) yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.

Page 10: Osteoporosis

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.

Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik. Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung vertebra yang lemah dan operasi dapat memperbaiki bweberapa keretakan. Pengobatan hormonal dan flouride dapat membantu. Penyakit osteoporosis yang disebabkan oleh gangguan lain dapat dicegah melalui pengobatan yang efektif pada gangguan dasarnya, seperti terapi kortikosteroid.

Menangani Patah Tulang Osteoporosis

Patah tulang osteoporosisyang paling sering terjadi adalah pada patah tulang vertebra (tulang punggung), tulang leher femur dan tulang gelang tangan (patah tulang Colles). Adapun frekuensi patah tulang leher femur adalah 20% dari total jumlah patah tulang osteoporosis.

Dari semua patah tulang osteoporosis, yang paling memberikan masalah dibidang morbiditas, mortalitas, beban sosisoekonomik dan kualitas hidup adalah patah tulang leher femur sehingga bila tidak diambil tindakan untuk mengatasi penyakit osteoporosis diperkirakan pada tahun 2050 jumlah patah tulang leher femur di seluruh dunia akan mencapai 6,26 juta dan lebih dari separuhnya di Asia.

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Operasi ini dilakukan oleh spesialis bedah tulang (orthopaedi). Setelah operasi, penderita harus menjalani fisioterapi untuk memulihkan kemampuan tulang yang pernah patah.

Biaya tatalaksana patah tulang osteoporosis di Inggris tercatat 942 juta poundsterling per tahun dan cenderung meningkat. Di Amerika, tatalaksana patah tulang osteoporosis diperkirakan mencapai 10-15 milyar dolar pertahun. Sayangnya, belum ada yang meneliti berapa jumlah biaya pengobatan yang dikeluarkan di Indonesia.

Penatalaksanaan patah tulang osteoporosis memerlukan biaya yang sangat besar sehingga sebaiknya mencoba untuk mencegah agar jangan sampai terjadi patah tulang pada penderita osteoporosis.

Ada dua macam pencegahan patah tulang osteoporosis yaitu dengan cara non-farmakologis dan cara faramakologis. Cara non farmakologis atau tanpa obat-obatan dengan memperbaiki dan meningkatkan mutu nutrisi dimana diperhatikan asupan kalsium, vitamin D seumur hidup. Olahraga Tai-Chi ternyata berguna untuk memperbaiki keseimbangan tubuh penderita osteoporosis.

Untuk lansia, penting untuk mencegah terjadinya jatuh di rumah/lingkungan rumah karena

Page 11: Osteoporosis

hampir semua penderita patah tulang di rumah. Usahakan agar faktor-faktor yang dapat mengakibatkan jatuh dihilangkan seperti lantai licin, karpet longgar, keadaan tangga, pengobatan sedatif (membuat ngantuk).

Cara farmakologik menggunakan obat-obatan dimana yang paling sering dipakai adalah obat golongan bifosfonat yang dikombinasikan dengan asupan kalsium dan vitamin D. Obat-obatan lain seperti terapi sulih hormon, hormon paratiroid dan kalsitonin dan SERM.

Latihan Fisik Mencegah & Mengobati Osteoporosis

Pada osteoporosis, latihan jasmani dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit osteoporosis. Latihan jasmani menggunakan beban berguna untuk melenturkan dan menguatkan tulang. Latihan jasmani sebaiknya dilakukan sejak muda dan terus dilanjutkan sampai tua.

Dr. Ade Tobing, Sp.KO mengenalkan latihan fisik yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan yang baik artinya latihan terbagi menjadi 3 sesi yaitu pemanasan & peregangan selama 10-15 menit, latihan

inti selama 20-60 menit,dan peregangan & pendinginan selama 5-10 menit.

Latihan yang benar artinya memberikan latihan yang sesuai dengan tingkat kesehatan, tingkat aktivitas fisik dan tingkat kebugaran masing-masing individu yang dapat diketahui pada saat pemeriksaan pra latihan. Hal ini bertujuan agar masing-masing individu terjawab kebutuhannya yang berbeda dengan yang lain.

Latihan yang terukur artinya mengukur jumlah detak jantung per menit untuk mengetahui intensitas latihan. Detak jantung per menit maksimum adalah 220 dikurangi usia. Satu hal yang tidak kalah penting adalah latihan yang teratur dan berkesimabungan dari anak-anak sampai tua.

Latihan fisik (BBTT) bermanfaat tidak hanya dalam meningkatkan kekuatan dan kelenturan tulang, tapi juga dapat meningkatkan keseimbangan, kebugaran jantung-paru, dan dapat memelihara dan meningkatkan massa tulang.

Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) bersama Persatuan Warga Tulang Sehat Indonesia (PERWATUSI) telah mengembangkan senam osteoporosis yang untuk mencegah dan mengobati osteoporosis. Sosialisasi mengenai senam osteoporosis ini pun sedang dilakukan kepada masyarakat.

http://www.medicastore.com/osteoporosis/pengobatan_osteoporosis.html

Page 12: Osteoporosis

Kenali Sinyal Kecil Gejala Osteoporosis

(16-Oct-2009)

Oleh: NFA

Kalbe.co.id - Karena tidak memerlihatkan gejala klinis yang nyata maka

osteoporosis disebut juga dengan silent thief. Tapi, tahukah kalau tanda-

tanda awal osteoporosis bisa dilihat melalui mulut kita? Karena

pengeroposan pada tulang rahang, bisa menjadi pertanda kemungkinan terjadinya

pengeroposan tulang pada bagian tubuh kita yang lain.

Osteoporosis merupakan penyakit tulang paling umum terjadi pada hampir 1 dari 3

perempuan berusia di atas 65 tahun. Penyakit yang menurunkan kepadatan tulang kita ini,

memang sulit kita rasakan sebelum tulang mengalami cedera atau retak. Tapi ternyata,

dokter gigi kita bisa melakukan pendeteksian tanda-tanda awal osteoporosis melalui

pemeriksaan gigi rutin kita.

Kondisi mulut kita bisa menjadi sebuah indikator yang penting untuk memperlihatkan

keadaan tulang kita sebenarnya. Dr. Sonja Roesma, SKM., AAK., dalam buku

Pencegahan Dini Osteoporosis, menjelaskan rahang kita terdiri dari tulang trabekular

yang kondisinya tidak sepadat tulang biasa, jadi ketika kalsium tulang digerogoti maka

rahang yang terlebih dahulu merasakan akibatnya. Dan ini menjadi bukti, mengapa orang

tua banyak yang ompong.

Waspadalah jika kita mengalami gejala-gejala seperti, gigi terlepas, kondisi gusi yang

Page 13: Osteoporosis

terpisah dengan gigi, mengalami penyakit gusi yang parah, pemakaian gigi palsu yang

selalu tidak pas, dan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan serta berbicara.

Ketika gejala di atas terjadi maka dokter gigi kita biasanya akan melakukan ronsen gigi

untuk menunjukkan kondisi kepadatan tulang pada rahang dan tulang di sekitar gigi kita.

Jika ronsen gigi memperlihatkan adanya penurunan angka kepadatan tulang, itu bisa

menjadi sinyal akan terjadinya tahap lanjutan pada osteoporosis.

Selain melemahkan tulang dan meningkatkan risiko terjadi patah pada tulang,

osteoporosis juga dapat memberikan dampak negatif yang besar terhadap kesehatan gigi

kita. Dalam tahap lanjut, osteoporosis dapat memicu terjadinya penanggalan gigi atau

pengikisan pada tulang rahang. Ketika gigi kita “hilang” dan membuat bentuk rahang kita

berubah, hasilnya kita akan kehilangan kemampuan untuk makan, minum, dan

berkomunikasi secara benar. Selain itu, osteoporosis juga akan meningkatkan risiko

penyakit periodontal pada gusi.

Sebagian besar orang, khususnya perempuan, akan mencapai puncak pada investasi

tulang mereka pada awal usia 20-an. Oleh sebab itu sebisa mungkin kita bisa memiliki

“tabungan” tulang yang banyak sejak dini dengan mengonsumsi susu, yogurt, brokoli dan

makanan tinggi kalsium lainnya. Selain itu kita juga bisa melakukan beberapa langkah

pencegahan seperti :

1. Memenuhi kebutuhan tubuh akan kalsium sesuai yang direkomendasikan. Untuk

perempuan 1200 mg, pria 800 mg dan bagi orang usia di atas 65 tahun 1500 mg.

Page 14: Osteoporosis

2. Rutin melakukan olahraga yang dapat menguatkan tulang dan otot kita.

3. Mengonsumsi makanan yang sehat dan mengandung kalsium dan vitamin D, seperti

ikan teri, salmon, brokoli, kubis, yogurt, kacang panjang, bok choy dan jeruk.

4. Hindari rokok dan kurangi asupan kafein serta alkohol.

5. Periksakan kesehatan gigi kita secara berkala ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali

http://www.kalbe.co.id/articles/20329/kenali-sinyal-kecil-gejala-osteoporosis.html

Mencegah Osteoporosis

Menurut WHO, osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan hanya berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga dengan keropos tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu : tulang ruas tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah.

Faktor risiko yang memudahkan Osteoporosis:

1. Asupan zat gizi yang tidak seimbang khususnya kurang kalsium dan vitamin D2. Proses penuaan3. Faktor keturunan

Page 15: Osteoporosis

Pencegahan osteoporosis sejak dini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:

1. Asupan zat gizi yang berkaitan dengan pembentukan tulang seperti kalsium,vitamin D2. Aktivitas fisik yang teratur sangat penting untuk pembentukan tulang

Kekerasan tulang setiap orang akan berangsur-angsur menurun setelah memasuki umur 40 tahun. Pada wanita, menopause mempercepat proses pengeroposan tulang ini, khususnya jika mereka memiliki tulang-tulang yang tipis atau kecil, berambut merah atau pirang atau kulitnya berbintik-bintik, keturunan orang Eropa Utara atau Asia atau tidak pernah mempunyai anak. Merokok, hidup menetap, minum kortikosteroid, dan mengkonsumsi makanan yang mengandung sedikit kalsium juga meningkatkan resiko pengeroposan ini. Makin awal mengalami menopause, semakin tinggi resiko anda.

Gaya Hidup Sehat untuk mencegah osteoporosis adalah:

Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat,rendah lemak,dan kaya kalsium (1000 -1500 mg per hari). Pastikan diet anda mengandung 1000 miligram kalsium per hari ( jika anda pra menopause ) atau 1500 miligram per hari (jika anda post-menopause). Hindari suplemen yang berasal dari dolomite atau tepung tulang, bagaimanapun juga dalam mengkonsumsi kalsium jangan melebihi 1500 miligram kalsium per hari

Kurangi sodium, garam, daging merah, dan makanan yang diasinkan

Mulailah program reguler, latihan mempertahankan berat badan seperti jalan-jalan, jogging, bersepeda atau aerobik yang tak berpengaruh atau pegaruhnya rendah

Hindari minum kopi secara berlebihan karena dapat mengeluarkan kalsium secara berlebihan, kurangi juga softdrink/minuman ringan karena dapat menghambat penyerapan kalsium

Hindari minuman beralkohol dan rokok karena dapat menyerap cadangan kalsium dalam tubuh.

Paparan matahari (di pagi hari dan sore menjelang magrib ) membantu pembentukan vitamin D

Page 16: Osteoporosis

Tanyakan pada dokter tentang terapi penggantian estrogen yang dapat mencegah osteoporosis dan efek-efek samping dari menopause yang lain.[]

http://osteoporosis.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=60

Osteoporosis

Definisi Osteoporosis adalah suatu keadaan yang ditandai dengan massa (berat) tulang yang rendah dan kerusakan pada jaringan di dalam  tulang. Pada Osteoporosis, terjadi penurunan kualitas tulang dan kuantitas kepadatan tulang, padahal keduanya sangat menentukan kekuatan tulang sehingga penderita Osteoporosis mudah mengalami patah tulang atau fraktur.

Page 17: Osteoporosis

Di Amerika serikat 44 juta orang mempunyai kepadatan tulang yang sangat rendah. Dari jumlah ini hampir 55% berusia 55 tahun keatas. Lebih banyak perempuan daripada laki-laki, 1 dari 2 wanita kulit putih akan mengalami osteoporosis dalam hidupnya.

Klasifikasi Ada 2 jenis Osteoporosis:

Osteoporosis primer, merupakan jenis Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya. Osteoporosis sekunder adalah Osteoporosis yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya

Hiperparatiroidisme, Hipertiroidisme, Diabetes Mellitus tipe 1, Sindrom Cushing, pemakaian obat golongan kortikosteroid dalam jangka waktu lama (biasa digunakan oleh penderita Asma), obat diuretik (biasanya digunakan oleh penderita hipertensi), obat anti konvulsan (anti kejang), dan lain-lain.

Gejala Klinis Osteoporosis merupakan kondisi yang tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa decade, karena osteoporosis tidak akan menimbulkan gejala sampai timbul fraktur atau patah tulang. Maka gejalanya tidak akan jauh dari tempat terjadinya patah tulang. Contohnya fraktur pada tulang belakang akan menimbulkan gejala seperti nyeri seperti diikat yang menjalar dari punggung ke sisi samping tubuh.

Faktor Risiko

Perempuan berisiko lebih tinggi mengalami osteoporosis, terutama wanita yang kurus atau mempunyai postur kecil, juga yang berusia lanjut.

Wanita kulit putih atau Asia, terutama yang mempunyai riwayat osteoporosis dalam keluarga, mempunyai risiko lebih tinggi dibanding wanita lain.

Perempuan yang sudah menopause. Merokok, kelainan diet seperti anoreksia atau bulimia, diet rendah kalsium, peminum

alcohol berat, gaya hidup tidak aktif, menggunakan obat tertentu dalam jangka panjang seperti kortikosteroid, anti kejang.

Pemeriksaan Tambahan Untuk melihat tingkat kepadatan tulang dan mendeteksi Osteoporosis, dapat dilakukan:

mengukur kepadatan tulang menggunakan alat yang disebut Densitometer X-ray Absorptiometry (DXA). Alat ini ada dua jenis yaitu SXA (Single X-ray Absorptiomety) dan DEXA (Dual Energy X-ray Absorptiometry).

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui aktivitas Remodelling tulang yaitu pemeriksaan CTx atau C-Telopeptide dan N-Mid Osteocalcin, untuk mengetahui remodelling tulang.

Osteoporosis memang tidak mematikan tetapi bila terjadi patah tulang, kualitas hidup bisa memburuk, terlebih bila pasien masih berusia muda.

Page 18: Osteoporosis

Waspadai Osteoporosis sejak dini. Bagi yang memiliki risiko tinggi, lakukan skrining dengan pemeriksaan kepadatan tulang.

Tata Laksana Pengobatan osteoporosis di fokus kan kepada memperlambat atau menghentikan kehilangan mineral, meningkatkan kepadatan tulang, dan mengontrol nyeri sesuai dengan penyakitnya.

Kebanyakan 40% dari perempuan akan mengalami patah tulang akibat dari osteoporosis selama hidupnya. Maka tujuan dari pengobatan ini adalah mencegah terjadinya fraktur (patah tulang).

Diet: dewasa muda harus mencapai kepadatan tulang yang normal dengan mendapatkan cukup kalsium (1000mg/hari) dalam dietnya( minum susu atau makan makanan tinggi kalsium seperti salmon), berolahraga seperti jalan kaki atau  aerobik dan menjaga berat badan normal.

Spesialis: orang dengan fraktur tulang belakang, pinggang, atau pergelangan tangan harus dirujuk ke spesialis ortopedi untuk manajemen selanjutnya.

Olah raga: modifikasi gaya hidup harus menjadi salah satu pengobatan anda. Olah raga yang teratur akan mengurangi patah tulang akibat osteoporosis.  Olah raga yang di rekomendasikan termasuk disalamnya adalah jalan kaki, bersepeda, jogging.

Selain dari tatalaksana diatas obat-obatan juga dapat diberikan seperti dibawah ini:

Estrogen: untuk perempuan yang baru menopause,  penggantian estrogen merupakan salah satu cara untuk mencegah osteoporosis. Estrogen dapat mengurangi atau menghentikan kehilangan jaringan tulang. Dan apabila pengobatan estrogen dimulai pada saat menopause akan mengurangi kejadian fraktur pinggang sampai 55%. Estrogen dapat diberikan melalui oral (diminum) atau ditempel pada kulit.

Kalsium: kalsium dan vtamin D diperlukan untuk meningkatkan kepadatan tulang. o Konsumsi perhari sebanyak 1200-1500 mg (melalui makanan dan suplemen).o Konsumsi vitamin D sebanyak 600-800 IU diperlukan untuk meningkatkan

kepadatan tulang. Bifosfonat: pengobatan lain selain estrogen yang ada: alendronate, risedonate, dan

etidronate.  Obat-obatan ini memperlambat kehilangan jaringan tulang dan beberapa kasus meningkatkan kepadatan tulang. Pengobatan ini dipantau dengan memeriksa DXAs setiap 1 sampai 2 tahun. Sebelum mengkonsumsi obat ini dokter anda akan memeriksa kadar kalsium dan fungsi ginjal anda.

Hormon lain: hormon-hormon ini akan membatu meregulasi kalsium dan fosfat dalam tubuh dan mencegah kehilangan jarungan tulang.

o Kalsitonino Teriparatide

Osteoporosis Primer

Page 19: Osteoporosis

Osteoporosis berdasarkan etiologis dapat disegmentasikan menjadi osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder.

Osteoporosis primer merupakan sindrom osteoporosis yang terjadi pada wanita paska menopause (post menopause osteoporosis) serta juga pada pria berusia lanjut (senile osteoporosis).

Post menopause osteoporosis terjadi karena berkurangnya hormon estrogen yang bertugas membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang. Gejalanya bisa timbul pada usia 51-75 tahun, meskipun tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk terkena penyakit ini. Sedangkan senile osteoporosis kemungkinan terjadi akibat berkurangnya kalsium dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru.

Sementara osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai hal antara lain oleh kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D, gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan.

Proses menurunkan kepadatan tulang secara perlahan ini seringkali tidak menimbulkan gejala. Itu sebabnya osteoporosis disebut the silent disease. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi sangat rapuh bahkan hancur, akan timbul nyeri dan kelainan bentuk tulang.[]

Osteoporosis Sekunder

Selain istilah osteoporosis primer, berdasarkan etiologis osteoporosis terdapat juga istilah osteoporosis sekunder.

Osteoporosis sekunder merupakan sindrom pengeroposan tulang yang terjadi akibat kondisi medis dan penggunaan obat-obatan.

Page 20: Osteoporosis

Kondisi medis yang ada banyak dipicu oleh kondisi kelainan endokrin, gangguan fungsi hati, ginjal, defisiensi vitamin D, gangguan hematologi, kelainan saluran cerna dan berbagai macam obat-obatan.

Juga penderita gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal, seperti halnya: tiroid dan adrenal, atau pada mereka yang mengonsumsi obat-obatan jenis tertentu. Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dan kebiasaan merokok dapat memperburuk kondisi ini.

Salah satu faktor penyebab yang paling sering pada osteoporosis sekunder adalah produksi sel hormon glukokortikoid berlebihan. Dimana glukokortikoid yang berlebihan dapat menyebabkan penghambatan proses regenerasi sel tulang. Serta merta glukokortikoid juga berperan banyak dalam proses menghambat penyerapan kalsium ke sel tulang. Dalam kasus ini, jika terjadi dalam jangka pandang akan menyebabkan osteoporosis.

Gejala yang dialami oleh penderita osteoporosis bermacam-macam, seperti serangan rasa nyeri secara akut di bagian tertentu pada punggung. Semakin mengindikasikan yang semakin nyeri jika berdiri atau berjalan, juga terbentuk lengkungan pada tulang belakang yang menyebabkan keteganggan otot. Gejala lainnya yang umum terjadi bagian tulang rawan patah, seperti tulang panggul dan tulang lengan, meskipun karena cedera ringan saja.

Jumlah penderita osteoporosis di indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data terbaru dari pusat penelitian dan pengembangan gizi dan makanan Departemen kesehatan menunjukkan bahwa 41,7% penduduk indonesia rawan ostoporosis dini (osteopenia) karena kekurangan vitamin D dan kalsium.[]

Patogenesis Osteoporosis

Pemicu Osteoporosis

Beberapa faktor penyebab osteoporosis, diantaranya :

1. Osteoporosis PostmenopausalTerjadi disebabkan karena kekurangan hormon estrogen (hormon utama pada wanita) yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk

Page 21: Osteoporosis

menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis Senilis Proses terjadinya akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan makin bertambahnya usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan regenerasi sel tulang yang baru. Kata Senilis sendiri memiliki makna yakni keadaan yang hanya terjadi pada usia lanjut. Sesuai dengan istilahnya, osteoporosis jenis ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

3. Osteoporosis Sekunder Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis. Kondisi osteoporosis sekunder ini sendiri disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Bisa juga disebabkan oleh kondisi medis seperti gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan osteoporosis.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Faktor Risiko Osteoporosis

1. WanitaOsteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.

2. UsiaSeiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.

3. Ras/SukuRas juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun rendah.

4. Keturunan Penderita osteoporosisJika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.

5. Gaya Hidup Kurang Baik

Page 22: Osteoporosis

o Konsumsi daging merah dan minuman bersoda karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.

o Minuman berkafein dan beralkoholMinuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang (osteoblas).

o Malas Olahraga Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya (proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa.

o MerokokTernyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.

o Kurang Kalsium Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.

6. Mengkonsumsi Obat Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.

7. Bentuk Tubuh Kurus & Mungil Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk membentuk

Page 23: Osteoporosis

massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.[]

Pola Hidup Sehat

Pola Hidup Sehat

Sedari dini usahakan untuk mencegah osteoporosis. Bahkan sedari dalam kandungan pun. Dimana sang ibu dituntut untuk mengonsumsi kalsium yang secukupnya untuk memenuhi kebutuhan asupan kalsium sang jabang bayi pula disamping kebutuhan kalsium sang ibu itu sendiri.

Tiada kata terlambat untuk melaksanakan pola hidup sehat. Erat kaitan pola hidup sehat dengan gaya hidup sehat adanya, seperti halnya menghindari rokok dan alkohol dapat memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan secara bijaksana secara tidak berlebihan.

Selain itu, penting juga untuk melaksanakan olahraga teratur yang baik dan benar. Ukuran porsi berat atau tidaknya latihan pun perlu diperhatikan. Tidak sembarangan pola olahraga diimplementasikan kepada penderita osteoporosis, terutama pada yang berusia diatas 40 tahun. Namun untuk proses pencegahan sedari dini, sesuaikan pula kapasitas tubuh dengan usia yang ada, seperti halnya pada usia relatif muda, 15 sampai dengan 35 tahun, maka hendaknya porsi olahraga yang ada disesuaikan dengan kapasitas tubuh.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam usaha proses menjalani pola hidup sehat untuk mencegah osteoporosis yang tepat:

Cukup Asupan KalsiumMeningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, dapat membantu meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium.

Penting adanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium setiap harinya. Adapun dosis harian yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sementara untuk usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari.

Page 24: Osteoporosis

Olahraga BebanSelain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

Hindari Obat-obatan TertentuDianjurkan untuk menghindari obat-obatan dari golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk penyakit asma, lupus, dan lainnya. Waspada pula pada penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter yang berkompetensi pada bidangnya.

Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

o Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang.

o Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim.

o Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.[]

Dikutip dari berbagai sumber.

Tips Mencegah Osteoporosis

Oleh : dr. Tri Rejeki Herdiana

Menurut WHO, osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan

berkurangnya massa tulang dan adanya perubahan mikroarsitektur jaringan

tulang. Osteoporosis bukan hanya berkurangnya kepadatan tulang tetapi juga penurunan

kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang lebih cepat daripada perbaikan yang

dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga dengan keropos tulang. Tulang-

Page 25: Osteoporosis

tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu : tulang ruas tulang belakang, tulang

pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah.

Gambar 1. Tulang yang osteoporosis

Faktor risiko yang memudahkan Osteoporosis :

1. Asupan zat gizi yang tidak seimbang khususnya kurang kalsium dan vitamin D2. Proses penuaan3. Faktor keturunan

Pencegahan osteoporosis sejak dini dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah:

1. Asupan zat gizi yang berkaitan dengan pembentukan tulang seperti kalsium,vitamin D2. Aktivitas fisik yang teratur sangat penting untuk pembentukan tulang

Kekerasan tulang setiap orang akan berangsur-angsur menurun setelah memasuki umur

40 tahun. Pada wanita, menopause mempercepat proses pengeroposan tulang ini,

khususnya jika mereka memiliki tulang-tulang yang tipis atau kecil, berambut merah atau

pirang atau kulitnya berbintik-bintik, keturunan orang Eropa Utara atau Asia atau tidak

Page 26: Osteoporosis

pernah mempunyai anak. Merokok, hidup menetap, minum kortikosteroid, dan

mengkonsumsi makanan yang mengandung sedikit kalsium juga meningkatkan resiko

pengeroposan ini. Makin awal mengalami menopause, semakin tinggi resiko anda.

Gambar 2. Proses osteoporosis seiring dengan bertambah usia

Gaya Hidup Sehat untuk mencegah osteoporosis adalah :

Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat,rendah lemak,dan kaya kalsium (1000 -1500 mg per hari). Pastikan diet anda mengandung 1000 miligram kalsium per hari ( jika anda pra menopause ) atau 1500 miligram per hari (jika anda post-menopause). Hindari suplemen yang berasal dari dolomite atau tepung tulang, bagaimanapun juga dalam mengkonsumsi kalsium jangan melebihi 1500 miligram kalsium per hari

Page 27: Osteoporosis

Gambar 3. Makanan kaya kalsium

Kurangi sodium, garam, daging merah, dan makanan yang diasinkan Mulailah program reguler, latihan mempertahankan berat badan seperti jalan-jalan,

jogging, bersepeda atau aerobik yang tak berpengaruh atau pegaruhnya rendah

Gambar 4. Berolahraga untuk pencegahan dini osteoporosis

Page 28: Osteoporosis

Hindari minum kopi secara berlebihan karena dapat mengeluarkan kalsium secara berlebihan, kurangi juga softdrink/minuman ringan karena dapat menghambat penyerapan kalsium

Hindari minuman beralkohol dan rokok karena dapat menyerap cadangan kalsium dalam tubuh.

Paparan matahari (di pagi hari dan sore menjelang magrib ) membantu pembentukan vitamin D

Tanyakan pada dokter tentang terapi penggantian estrogen yang dapat mencegah

osteoporosis dan efek-efek samping dari menopause yang lain.[](TRH)

http://osteoporosis.klikdokter.com/subpage.php?id=2&sub=68