Lp Osteoporosis

21
GANGGUAN SISTEM MUSKULUSELETAL (PADA KLIEN OSTEPOROSIS) DI SUSUN OLEH : 1. Eka Novita Sari (14.401.11.028) 2. Eko Prayogo (14.401.11.029) 3. Elis Ika Primadianti (14.401.11.030) 4. Erik Purwoko (14.401.11.031) 5. Albay Yasin (14.401.11.005) 6. Andri Kurniawan (14.401.11.(007) 7. Arganata Surya (14.401.11.009) AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2011-2012

Transcript of Lp Osteoporosis

Page 1: Lp Osteoporosis

GANGGUAN SISTEM MUSKULUSELETAL

(PADA KLIEN OSTEPOROSIS)

DI SUSUN OLEH :

1. Eka Novita Sari (14.401.11.028)

2. Eko Prayogo (14.401.11.029)

3. Elis Ika Primadianti (14.401.11.030)

4. Erik Purwoko (14.401.11.031)

5. Albay Yasin (14.401.11.005)

6. Andri Kurniawan (14.401.11.(007)

7. Arganata Surya (14.401.11.009)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2011-2012

Page 2: Lp Osteoporosis

KATA PENGATAR

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah

ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan

sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ASUHAN

KEPERAWATAN OSTEOARTRITIS yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari

berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu

yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh

kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran

dan kritiknya. Terima kasih.

 

 

                                                                  Krikilan, 29 Oktober 2012

Page 3: Lp Osteoporosis

1.1 Definisi

Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan

matrix dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang

berkurang (Gallagher, 1999)

Pada osteoporosis , kecepatan resorpsi tulang melebihi kecepatan

pembentukan tulang, sebagai akibatnya tulang menjadi keropos secara progresif dan

dapat mengalami fraktur karena faktor normal atau stres.

1.2 Patofisiologi

Pada osteoporosis mineralisasi tulang adalah normal, tetapi total bone

massanya menurun. Osteopororsis yang terjadi secara alamiah karena berlanjutnya

usia ini disebut osteoporosis primer. Osteoporosis primer dibagi menjadi 2 macam :

a. Osteoporosis primer Post menopause (tipe I) sebagai akibat menurunnya hormon

estrogen yang lebih memperberat terjadinya proses resorpsi tulang.

b. Osteoporosis primer senelis (tipe II) yang disebabkan oleh penurunan bone mass

saja akibat umurnya bertambah.

Page 4: Lp Osteoporosis

Pathways

Normal

Penurunan faali

Bone massa / densitasnya menurun

Osteoporosis (gangguan sistem muskoloskletal)

Kiposis/Gibbus (Dowagers hump)

Pengaruhnya pada fisik Psikososial

Fungsi tubuh menurun :

- nyeri punggung

- tinggi badan dan

berat badan

menurun

Keterbatas lingkup gerak :

- pembatasan gerak dan

latihan

- kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan

sehari-hari

(ketergantungan)

Konsep diri :

- Gambaran body image

- Pembatasi interaksi

sosial

- Perubahan seksual

- Inefektif koping individu

Reseptor nyeri Nafsu makan turun

ASEM

Gangguan rasa

nyaman nyeri

Disfungsi skelet

lemas

Risiko injuri

Adaptasi lingkungan

kurang

Perubahan mobilitas fisik

Page 5: Lp Osteoporosis

1.3 Etiologi

Ada 2 penyebab utama osteoporosis, yaitu :

• Pembentukan massa puncak tulang yang kurang baik selama masa pertumbuhan dan

meningkatnya pengurangan massa tulang setelah menopause.

Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40

tahun, pada wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang

hidup tidak pernah beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan

memperbaharui cadangan mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Proses-proses

yang mengganggu remodelling tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.

• Gangguan pengaturan metabolisme kalsium dan fosfat.

Gangguan metabolisme kalsium dan fosfat dapat dapat terjadi karena

kurangnya asupan kalsium, sedangkan menurut RDA konsumsi kalsium untuk remaja

dewasa muda 1200mg, dewasa 800mg, wanita pasca menopause 1000 – 1500mgmg,

sdangkan pada lansia tidak terbatas walaupun secara normal pada lansia dibutuhkan

300-500mg. oleh karena pada lansia asupan kalsium kurang dan ekskresi kalsium yang

lebih cepat dari ginjal ke urin, menyebabkan lemahnya penyerapan kalsium.

Selain itu, ada pula factor risiko yang dapat mencetuskan timbulnya penyakit

osteoporosis yaitu :

Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

- usia, lebih sering terjadi pada lansia

- jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria. Perbedaan

ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil

- Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi

- Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis,

anak-anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit yang sama

- Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis vertebra

menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara usia 50-

60tahundengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun

Factor risiko yang dapat diubah :

- Merokok

- Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan,

peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok menyebabkan

melemahnya daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang sehingga

pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi kopi lebih

dari 3 cangkir perhari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut

menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.

Page 6: Lp Osteoporosis

- Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan

penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban

fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.

- Gangguan makan (anoreksia nervosa)

- Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang menjadi

lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.

- Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,

hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.

1.4 Epidemologi

Penyakit ini 2-4 kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.

Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang berusia diatas 60 tahun dan satu

diantara enam pria yang berusia diatas 75tahun akan mengalami patah tulang akibat

kelainan ini. Namun tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita

osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah

menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam. Menurut penelitian, 24% dari

wanita umur 40-59tahun sudah mengalami osteoporosis dan 62% wanita berumur 60-

70tahun mengalami osteoporosis

Di Indonesia prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun

untuk wanita sebanyak 18-36% sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun

untuk wanita 53,6% sedangkan pria 38%.Dan menurut yayasan osteoporosis

internasional, lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia

kemungkinan terjadi di Asia pada 2050, mereka yang terserang rata-rata berusia diatas

50 tahun.Sedangkan menurut Depkes, 2006, dua dari lima orang di Indonesia memiliki

resiko terkena penyakit osteoporosis.

Hasil penelitian Persatuan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) tahun 2006

menemukan bahwa sebanyak 38% pasien yang datang untuk memeriksakan densitas

tulang mereka di Makmal Terpadu FKUI Jakarta ternyata terdeteksi menderita

osteoporosis sebanyak 14,7% sedangkan di Surabaya sebanyak 26% pasien dinyatakan

positif osteoporosis.

1.5 Manifestasi kini

• Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan

atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.

• Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur

• Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas

• Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan

Page 7: Lp Osteoporosis

kifosis angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi

paraparesis.

• Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang

dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran

klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung

terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada

pergelangan tangan setelah jatuh.

• Kecenderungan penurunan tinggi badan

• Postur tubuh kelihatan memendek

1.6 Klasifikasi

• Osteoporosis primer

- Tipe 1 adalah tipe yang terjadi pada wanita pascamenopause

- Tipe 2 adalah tipe yang terjadi pada orang usia lanjut baik pria maupun wanita

• Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif

misalnya mieloma multiple, hipertirodisme, hiperparatiroidisme dan akibat obat-

obatan yang toksik untuk tulang (misalnya ; glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada

kurang lebih 2-3 juta klien.

• Osteoporosis Idiopatik

Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :

- Usia kanak-kanak (juvenile)

- Usia remaja (adolesen)

- Wanita pra-menopause

- Pria usia pertengahan

1.7 Penatalaksanaan

• Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan

peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi

terhadap demineralisasi tulang

• Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan

progesterone untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah

tulang yang diakibatkan.

• Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis

termasuk kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat

• Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri

punggung

Page 8: Lp Osteoporosis

1.8 Komplikasi

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh

dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur

kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah

trokhanter, dan fraktur colles pada pergelangan tangan.

1.9 Prognosis

Kondisi kronis merupakan salah satu penyebab utama kecacatan pada pria dan wanita. Kompresi fraktur pada tulang belakang menyebabkan rasa tidak nyaman dan mengganggu pernafasan

C. Asuhan keperawatan klien dengan kasus osteoporosis

1. Pengkajian

1. Assesment

a. Riwayat kesehatan

Anamnese memgang peranan penting pada evaluasi penderita osteoporosis.

Kadang-kdang keluhan utama mengarahkan ke Diagnosis, misalnya fraktur kolum

femoris pada osteoporosis. Faktor lain yang diperhatikan adalah umur, jenis

kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama,

penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan

kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan teratur dan bersifat weight bearing.

Obata-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan, seperti

kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasida yang mengandung

aluminium, sodium florida, dan bifosfonat etidronat, alkohol dan merokok juga

merupakan faktor resiko terjadinya osteoporosis.

Penyakti lain yang harus ditanyakan juga berhubungan d engan osteoporosis

adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrine dan isufisiensi pankreas.

Riwayat haid, umur menarche dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi

juga diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan

karena ada beberapa penyakti tulang metabolik yang bersifat herediter.

b. Pengkajian psikososial

Gambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita post

Page 9: Lp Osteoporosis

menopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi

adanya multiple fraktur karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri

penderita terutama body image khususnya kepada penderita kiposis berat.

Klien mungkin membatasi onteraksi sosial sebab adanya perubahan yang

tampak atau keterbatas fisik, ,tidak mampu duduk di kursi danlain-lain. Perubahan

seksual bisa terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selam posisi

intercoitus.

Osteoporosis bisa menyebabkan fraktur berulang maka perlu dikaji perasaan

cemas dan takut bagi penderita.

c. Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga.

Pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi dan toilet. Olah

raga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik.

Selain itu mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut perlu

aktivitas yang adequat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh

memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskoloskletal. Beberapa

perubahan yang terjadi sehubungan denga nmenurunnya gerak persendian adalah

agifity (kemampuan gerak cepat dan lancar menurun), stamina menurun,

koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi keterampilan

motorik halus menurun).

2. Pemeriksaan fisik

a. Sistem pernafasan

Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan

pada fungsional paru.

b. Sistem kardiovaskuler

c. Sistem persyarafan

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari

dan halus merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi

vertebral.

d. Sistem perkemihan

e. Sistem Pencernaan

Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan

konstipasi, abdominal distance.

Page 10: Lp Osteoporosis

f. Sistem musklooskletal

Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan

osteoporosis seirng menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan

penurunan tinggi badan dan berat badan. Adanya perubahan gaya berjalan,

deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering

terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan lumbalis 3.

3. Manifestasi radiologi

a. Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang

dapat dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya

merupakan lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya

trabeculla transversal merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus

vertebrae menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus

ke dalam ruang intervertebralis dan menyebabkan deformitas mbiconcave.

b. Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang

mempunyai nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral

di atas 110 mg/cm3 biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau

penonjolan, sedangkan dibawah 65 mg/cm3 hampir semua penderita mengalami

fraktur.

4. Pemeriksaan laboratorium

a. Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

b. Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen

merangsang pembentukan Ct)

c. Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.

d. Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.

Page 11: Lp Osteoporosis

2.Diagnosa

a. Gangguan rasa nyaman nyeriy b.d dampak sekunder dari fraktur vertebrae

b. Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap

perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.

c. Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal

dan ketidakseimbangan tubuh

3.Asuhan Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeriy b.d dampak sekunder dari fraktur vertebrae

Tujuan ;

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang

Kriteria :

- Klien akan mengekspresikan perasaan nyerinya

- Klien dapat tenang dan istirahat yang cukup

- Klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana

INTERVENSI RASIONAL

- Pantau tingkat nyeri pada punggung,

terlokalisisr atau nyeri menyebar pada

abdomen atau pinggang

- Ajarkan pada klien tentang alternatif

lain untuk mengatasi dan mengurangi

rasa nyerinya.

- Kaji obat-obatan untuk mengatasi

nyeri

- Rencanakan pada klien tentang

periode istirahat adequat dengan

berbaring dengan posisi terlentang

selam kurang lebih 15 menit

- Tulang dalam peningkatan jumlah

trabekuler, pembatasan gerak spinal.

- Laternatif lain untuk mengatasi nyeri

pengaturan posisi, kompres hangat dan

sebagainya.

- Keyakinan klien tidak dapat mentolelir

akanb obat yang adequaty atau tidak

adequat untuk mengatasi nyerinya.

- Kelelahan dan keletihan dapat

menurunkan minat untuk aktivitas sehari-

hari.

Page 12: Lp Osteoporosis

b.Perubahah mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder terhadap

perubahan skletal (kiposis), nyeri sekunder atau frkatur baru.

Tujuan :

Setelah diberi tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien mampu

melakukan mobilitas fisik.

Kriteria :

- Klien dapat meningkatkan mobilitas fisik

- Klien mampu melakukan ADL secara independent

INTERVENSI RASIONAL

- Kaji tingkat kemampuan klien yang

masih ada

- Rencanakan tentang pemberian

program latihan :

¤ bantu klien jika diperlukan latihan

¤ ajarkan klien tentang ADL yang

bisa dikerjakan,

¤ ajarkan pentingnya latihan

- Bantu kebutuhan untuk beradaptasi

dan melakukan ADL, rencana okupasi

- Peningkatan latihan fisik secara

adequat :

¤ Dorong latihan dan hindari

tekanan pada tulang seperti

berjalan

¤ Instruksikan klien latihan selama

kurang lebi 30 menit dan selingi

dengan isitirahat dengan berbaring

selam 15 menit

¤ Hindari latihan fleksi,

membungkuk dengan tiba-tiba

danmengangkat beban berat

- Dasar untuk memberikan alternatif dan

latihan gerak yang sesuai dengan

kemampuannya.

- Latihan akan meningkatkan pergrakan

otot dan stimulasi sirkulasi darah.

- ADL secara independent

- Dengan latihan fisik :

¤ Massa otot lebih besar sehingga

memberikan perlindungan pada

osteoporosis

¤ Program latihan merangsang

pembentukan tulang

¤ Gerakan menibulkan kompresi vertikal

dan risiko fraktur vertebrae

Page 13: Lp Osteoporosis

c.Risiko injury (cedera) berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skletal dan

ketidakseimbangan tubuh

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan Selama 2x24 jam diharapkan Injury (cedera)

tidak terjadi

Kriteria :

- Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi

- Klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

INTERVENSI RASIONAL

- Ciptakan lingkungan yang bebas

dari bahaya :

¤ Tempatkan klien pada tetmpat

tidur rendah

¤ Amati lantai yang

membahayakan klien

¤ Berikanpenerangan yang

cukup

¤ Tempatkan klien pada ruangan

yang tertutup dan mudah

untuk diobservasi

¤ Ajarkan klien tentang

pentingnya menggunakan alat

pengaman di ruangan

- Berikan support ambulasi sesuai

dengan kebutuhan :

¤ Kaji kebutuhan untuk berjalan

¤ Konsultasi dengan ahli terapis

¤ Ajarkan klien untuk meminta

bantuan bila diperlukan

¤ Ajarkan klien waktu berjalan

dan keluarg ruangan

- Bantu klien untuk melakukan

- Menciptkan lingkungan yang aman

danmengurangi resiko terjadinya

kecelakaan.

- Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa

dapat menyebabkan mudah jatuh.

- Penarikan yang terlaluk keras

akanmenyebakan terjadinya fraktur.

Page 14: Lp Osteoporosis

ADL secara hati-hati

- Ajarkan pad aklien untuk berhenti

secara pelan-pelan, tidak naik

tangga dan mengangkat beban

berat

- Ajarkan pentingnya diit untuk

mencegah osteoporosis :

¤ Rujuk klien pada ahli gizi

¤ Ajarkan diit yang mengandung

banyak kalsium

¤ Ajarkan klien untuk

mengurangi atau berhenti

menggunakan rokok atau kopi

- Ajarkan efek dari rokok terhadap

pemulihan tulang

- Observasi efek samping dari obat-

obtan yang digunakan

- Pergerakan yang cepat akan lebih mudah

terjadinya fraktur kompresi vertebrae

pada klien dengan osteoporosis.

- Diit calsium dibutuhkan untuk

mempertahnkan kalsium dalm serum,

mencegah bertambahnya akehilangan

tulang. Kelebihan kafein akan

meningkatkan kehilangan kalsium dalam

urine. Alkohorl akan meningkatkan

asioddosis yang meningkatkan resorpsi

tulang.

- Rokok dapat meningkatkan terjadinya

asidosis

- Obat-obatan seperti deuritik, phenotiazin

dapat menyebabkan dizzines, drowsiness

dan weaknes yang merupakan

predisposisi klien untuk jatuh.