askep Osteoporosis

47
OSTEOPOROSIS MAKALAH disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah III oleh : KELAS SANTA TERESA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN Sekolah tinggi ilmu kesehatan santo borromeus bandung BAB II TINJAUAN TEORITIS KMB Kel 7 1

description

askep Osteoporosis

Transcript of askep Osteoporosis

Page 1: askep Osteoporosis

OSTEOPOROSISMAKALAH

disusun untuk memenuhi tugas mata ajaran Keperawatan Medikal Bedah III

oleh :

KELAS SANTA TERESA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

Sekolah tinggi ilmu kesehatan santo borromeus

bandung

BAB II

KMB Kel 7 1

Page 2: askep Osteoporosis

TINJAUAN TEORITIS

ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

System musculoskeletal terdiri dari tulang, sendi, otot dan struktur pendukung

lainnya (tendon, ligament, fasia dan bursae). Pertumbuhan dan perkembangan struktur

ini terjadi selama masa kanak-kanak dan remaja.

TULANG

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan

otot menyusun kurang lebih 50%. Kesahatan dan fungsi system musculoskeletal sangat

bergantung pada system tubuh lain. Struktur tulang member perlindungan terhadap

organ vital, termasuk otak, jantung dan paru-paru. Kerangka tulang merupakan

kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang

memungkinkan tubuh bergerak.

Pembagian skeletal, yaitu:

1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna

vertebrae, tulang iga, tulang hyoid sternum.

2. Apendikular skeleton terdiri dari:

a. Kerangka tulang lengan dan kaki

b. Ekstrmitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radial) dan tangan

(karpal, metacarpal, falang)

c. Ekstremitas bawah (tulang pelvic, femur, patella, tibia, fibula) dan kaki

(tarsal, metatarsal, falang).

Jenis Tulang

Ada empat jenis tulang, yaitu :

1. Tulang Panjang

KMB Kel 7 2

Page 3: askep Osteoporosis

Tulang panjang (mis, femur, humerus) bentuknya silindris dan berukuran

panjang seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta, dengan kedua

ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang kanselus. Tulang diafisis

memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yyang melindungi sebuah rongga

tengah yang disebut kanal medulla yang mengandung sumsum kuning. Sumsum

kuning terdiri dari lemak dan pembuluh darah, tetapi suplai darah atau eritrositnya

tidak banyak. Tulang epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung

sumsuum merah yang isinya sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh

selapis tipis tulang kompakta. Bagian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa

kuat yang disebut periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang

menembus tulang.

Periostenum member nutrisi tulang dibawahnya melalui pembuluh darah. Jika

periostenum robek, tulang dibawahnya akan mati. Periostenum berperan untuk

pertambahan kekebalan tulang melalui kerja osteoblas. Periostenum berfungsi

protektif dan merupakan tempat pelekatan tendon. Periostenum tidak ditemukan

pada permukaan sendi.

2. Tulang Pendek

Tulang pendek (mis,falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan tulang

panjang, tetapi bagian distal lebih kecil dari pada bagian proksimal, serta berukuran

pendek dan kecil.

3. Tulang Pipih

Tulang pipih (mis, sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya gepeng, berisi

sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak dibawahnya. Tulang

pipih terdiri dari 2 lapis tulang kompakta dan di bagian tengahnya terdapat lapisan

spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh periostenum yang dilewati oleh dua kelompok

pembuluh darah menembus tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang

spongiosa.

4. Tulang Tidak Beraturan

Tulang tidak beraturan (mis, vertebra, telinga tengah) mempunyai bentuk yang

unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang spongiosa yang

dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini diselubungi periostenum

KMB Kel 7 3

Page 4: askep Osteoporosis

kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang pipih. Periostenum ini member dua

kelompok pembuluh darah untuk menyuplai tulang kompakta dan spongiosa.

5. Tulang Sesamoid

Tulang sesamoid (mis, patella) merupakan tulang kecil yang terletak disekitar

tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang bersama tendon dan

jaringan fasia.

STRUKTUR TULANG

Tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus (trabekular atau

spongiosa ). Tulang kompakta terlihat padat. Akan tetapi jika diperiksa dengan

makroskop terdiri dari system havers. System havers terdiri dari kanal havers.

Sebuah kanal havers mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh

limfe,lamela (lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang

diantara lamella yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan saluran limfe),

dan kanalikuli ( saluran kecil yang menghubungkan lacuna dan kanal sentral).

Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang membawa nutrient dan oksigen ke

osteosit.

SEL – SEL PENYUSUN TULANG TERDIRI DARI:

1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jarinagan osteosid dan menyekresi

sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan

kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.

2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk

pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan

matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik

yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,

sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam darah.

PERTUMBUHAN DAN METABOLISME

KMB Kel 7 4

Page 5: askep Osteoporosis

Pertumbuhan dan metabolism tulang dipengaruhi oleh sejumlah mineral dan

hormon yang meliputi:

1. Kalsium dan fosfor.

Jumlah kalsium dalam tulang 99% dan fosfor 90%. Konsentrasi kalsium

dam fosfor mempunyai ikatan yang sangat erat. Jika kadar Ca meningkat, jumlah

fosfor berubah. Keseimbangan kalsium dan fosfor dipertahankan oleh kalsitonin

dan hormone paratiroid (PTH).

2. Kalsitonin

Diproduksi oleh kelenjar tiroid dan menurunkan konsentrasi Ca serum.

Jika jumlah kalsitonin meningkat diatas normal, kalsitonin menghambat absorpsi

kalsium dan fosfor dalam tulang serta meningkatkan ekskresi kalsium dan fosfor

melalui urine sehingga dibutuhkan Ca dan fosfor.

3. Vitamin D terkandung dalam lemak hewan, minyak ikan,dan mentega.

Tubuh manusia juga dapat memproduksi vitamin D. sinar ultra violet sinar

matahari dapat mengubah ergosterol pada kulit menjadi vit.D. vitamin D

diperlukan agar kalsium dan fosfor dapat diabsorpsi dari usus dan digunakan

tubuh. Defisiensi vitamin D mengakibatkan deficit mineralisasi , deformitas, patah

tulang, penyakit rikets pada anak-anak, dan osteomalasia pada orang dewasa.

4. Hormone paratiroid (PTH).

Pada saat kadar Ca menurun, sekresi PTH meningkat dan menstimulasi

tulang untuk meningkatkan aktivitas osteoblastik dan menyumbangkan kalsium

ke darah. Jika kadar Ca meningkatkan sekresi PTH diminimalkan, hormone

tersebut mengurangi ekskresi Ca diginjal dan memfasilitasi absorpsinya dari

usus halus. Hal ini untuk mempertahankan suplai Ca ditulang. Respon ini

merupakan contoh umpan balik system Loop yang terjadi dalam system

endokrin.

5. Hormone pertumbuhan.

KMB Kel 7 5

Page 6: askep Osteoporosis

Bertanggung jawab meningkatkan panjang tulang dan menentukan

jumlah matriks tulang dibentuk sebelum masa pubertas. Sekresi yang meningkat

selama masa kanak-kanak menghasilkan gigantisme dan menurunnya sekresi

menghasilkan drawfisme. Pada orang dewasa, peningkatan tersebut

menyebabkan akromegali yang ditandai oleh kelainan bentuk tulang dan jaringan

lemak.

6. Glukokortikoid.

Mengatur metabalolisme protein. Pada saat dibutuhka, hormone dapat

meningkatkan atau menurunkan katabolisme untuk mengurangi atau

mengintensifkan matriks organik ditulang dan membantu dalam pengaturan

kalsium di intestinum dan absorpsi fosfor.

7. Hormone seksual

a. Estrogen mengstimulasi aktivitas osteoblastik dan cenderung menghambat

peran hormone paratiroid. Jumlah estrogen menurun saat menopause

sehingga penurunan kadar kalsium pada tulang dalam waktu lama

menyebabkan osteoporosis.

b. Androgen seperti testosterone meningkatkan anabolisme dan massa tulang.

SENDI

Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak

ada.Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian.Sendi adalah suatu ruangan,

tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan.Fungsi utama sendi adalah

memberikan pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.Bentuk persendian ditetapkan

berdasarkan jumlah dan tipe pergerakannya, sedangkan klasiikasi sendi

berdasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.

Menurut klasifikasinya, sendi terdiri dari:

1. Sendi sinartrosis (sendi yang tidak bergerak sama sekali). Contohnya satura

tulang tengkorak.

2. Sendi amfriartosis (sendi bergerak terbatas) contohnya pelvic, simfisis, dan tibia.

KMB Kel 7 6

Page 7: askep Osteoporosis

3. Sendi diartrosis/ sinoval (sendi bergerak bebas). Contohnya siku, lutut, dan

pergelangan tangan.

Berdasarkan strukturnya,sendi dibedakan atas:

1. Fibrosa

Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan, dan tulang yang satu dengan

yang lainnya dihubungkan oleh jaringan penyambung pibrosa. Contohnya,

sutura tulang tengkorak perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal.

2. Kartilago.

Sendi yang ujung-ujung tulungnya terbungkus oleh tulang rawan hialin,

disokong oleh ligament dan hanya dapat sedikit bergerak. Sendi ini terbagi

menjadi 2,yaitu:

a. Sinkondrosis àsendi-sendi yang seluruh persendiannya diliputi oleh tulang

rawan hialin.

Contohnya, sendi-sendi kostokondral.

b. Simfisis àsendi yang tulang-tulangnya memiliki suatu hubungan

fibrokartilago dan selapis tipis tulang rawan hialin yang menyelimuti

permukaan sendi.

Contohnya, simfisis pubis dan sendi tulang punggung.

3. Sendi synovial

Sendi tubuh yang dapat digerakan serta memiliki rongga sendi dan

permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin. Sendi ini adalah jenis

sendi yang paling umum dalam tubuh dan berasal dari kata sinovium yang

merupakan membrane yang menyekresi cairan synovial untuk lumbrikasi

dan absorpsi syok.

Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup di dalam tulang rawan sendi. Kondrosit ini

dipengaruhi oleh factor anabolic dan factor katabolic dalam mempertahankan

keseimbangan sintesis dan degradasi. Factor katabolic utama diperankan oleh sitoksin

interkeukin 1 beta, dan tumor necrosis factor alfa. Sedangkan factor anabolic diperankan

oleh transforming growth factor( TGF beta) dan insulin-like growth factor 1 (IGF 1)

KMB Kel 7 7

Page 8: askep Osteoporosis

Dalam menjaga keseimbangan atau homeostasis apabila terjadi osteoarthritis kondrosit

akan meningkatkan aktivitas sitokinin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator

inflamasi dan matriks metalloproteinase(MMP).

OTOT

Otot skeletal secara volunteer dikendalikan oleh system syaraf pusat dan

perifer.Penghubung antara saraf motorik perifer dan sel-sel otot dikenal sebagai motor end-

plate.

Otot dibagi dalam tiga kelompok,yaitu:

1. Otot rangka(lurik)

Diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Lapisan jaringan ikat yang membungkus otot

disebut fasia otot atau episium. Otot ini terdiri dari berkas-berkas sel otot kecil yang

dibungkus lapisan jaringan ikat yang disebut perimisium. Sel otot ini dilapisi jaringan

ikat yang disebut endomisium.

2. Otot visceral (polos)

Terdapat pada saluran pencernaan, saluran perkemihan, dan pembuluh darah. Otot

ini dipersarafi oleh system saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah control

keinginan.

3. Otot jantung

Ditemukan hanya pada jantung dan kontraksinya diluar control atau diluar keinginan.

Otot berkontraksi jika ada rangsangan dari adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium.

Fungsi Otot Skelet

Fungsi otot skelet adalah mengontrol pergerakan, mempertahankan postur tubuh

dan menghasilkan panas.

1. Eksitabilitas adalah kesanggupan sel untuk menerima dan merespons stimulus.

Stimulus biasanya dihantarkan oleh nuerotransmiter yang dikeluarkan oleh neuron

dan respons yang distransmisikan dan dihasilkan oleh potensial aksi pada

membrane plasma dari sel otot.

KMB Kel 7 8

Page 9: askep Osteoporosis

2. Kontraktibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan

memendek secara paksa.

3. Ekstensibilitas adalah kesanggupan sel untuk merespons stimulus dengan

memperpanjang dan memperpendek serat otot saat relaksasi ketika berkontraksi

dan memanjang jika rileks.

4. Elastisitas adalah kesanggupan sel untuk menghasilkan waktu istirahat yang lama

setelah memendek dan memanjang.

Kontraksi Otot

Otot berkontraksi jika ada rangsangan. Energy kontraksi berasal dari pemecahan

adenosine trifosfat (ATP) dan kalsium. Beberapa tipe kontraksi otot yaitu:

1. Tonik yaitu kontraksi sebagian otot secara terus menerus yang penting dalam

mempertahankan postur tubuh.

2. Isotonic adalah kontraksi otot yang otot menjadi tegang, tetapi kontraksi tersebut

tidak mengubah otot, hanya mengubah panjang otot (otot lebih pendek).

3. Isometric. Pada isometric ketegangan otot meningkat, namun otot menjadi lebih

pendek.

4. Twich adalah reaksi sentakan (reflex) pada suatu stimulus.

5. Tetanik adalah kontraksi yang lebih menopang daripada twuch yang dihasilkan

akibat rangkaian stimulus yang cepat.

6. Treppe adalah twich yang lebih kuat dalam merespons stimulus yang terus-menerus

berulung secara konstan dan kuat.

7. Fibrillation adalah kontraksi asincronus pada setiap otot individu.

8. Konvulsi adalah kontraksi titanic yang tidak terkoordinir secara normal pada

kelompok otot tertentu.

STRUKTUR LAIN DALAM SISTEM MUSKULOSKELETAL

- Ligamen

Ligament adalah sekumpulan jaringan fibrosa yang tebal yang merupakan akhir

dari suatu otot dan berfungsi mengikat suatu tulang.

- Tendon

KMB Kel 7 9

Page 10: askep Osteoporosis

Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibrosa yang membungkus

setip otot dan berkaitan dengan periosteum jaringan penyambung yang mengelilingi

tendon, khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh

membrane synovial yang member lumbrikasi untuk memudahkan pergerakan tendon.

- Fasia

Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambung langgar yang didapatkan

langsung dibawah kulit sebagai fasia superficial (sebagai pembungkus tebal) jarigan

penyambung fibrosa yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah

- Bursae

Bursae adalah suatu kantong kecil dari jaringan penyambung, yang digunakan

diatas bagian yang bergerak (mis, antara kulit dan tulung, antara tendon dan tulung/

otot). Bursae bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak (mis, bursae

olekranon yang terletak diantara presesus dan kulit).

KMB Kel 7 10

Page 11: askep Osteoporosis

I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS

A. Pengertian

Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan matrix

dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas tulang

berkurang (Gallagher, 1999)

Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang cirinya adalah

pengurangan massa tulang dan kemunduran mikroarsitektur tulang sehingga

meningkatkan risiko fraktur oleh karena fragilitas tulang meningkat.

http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-osteoporosis/

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa

massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan

kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosis )

Jadi osteoporosis adalah gangguan metabolism tulang yang menyebabkan masa

tulang mengalami pengurangan sehingga tulang menjadi mudah rapuh.

KMB Kel 7 11

Page 12: askep Osteoporosis

B. Etiologi

Penyebab osteoporosis secara pasti belum diketahui.

Factor resiko terjadinya osteoporosis:

1. Jenis kelamin wanita

2. Diet rendah kalsium

3. Orang Caucasion atau Asian- Amerika

4. Pecandu alcohol

5. Perokok

6. Kurang aktivitas

7. Penggunaan obat dalam jangka waktu lama: Kortikosteroid

C. Gambaran klinis

Osteoporosis dapat berjalan lambat selama beberapa dekade, hal ini disebabkan

karena osteoporosis tidak menyebabkan gejala fraktur tulang. Beberapa fraktur

osteoporosis dapat terdeteksi hingga beberapa tahun kemudian. Tanda klinis utama dari

osteoporosis adalah fraktur pada vertebra, pergelangan tangan, pinggul, humerus, dan

tibia. Gejala yang paling lazim dari fraktur korpus vertebra adalah nyeri pada punggung

dan deformitas pada tulang belakang. Nyeri biasanya terjadi akibat kolaps vertebra

terutama pada daerah dorsal atau lumbal. Secara khas awalnya akut dan sering

menyebar kesekitar pinggang hingga kedalam perut. Nyeri dapat meningkat walaupun

dengan sedikit gerakan misalnya berbalik ditempat tidur. Istirahat ditempat tidaur dapat

meringankan nyeri untuk sementara, tetapi akan berulang dengan jangka waktu yang

bervariasi. Serangan nyeri akut juga dapat disertai oleh distensi perut dan ileus

D. Klasifikasi osteoporosis

Osteoporosis dibagi 3 , yaitu:

Osteoporosis primer

KMB Kel 7 12

Page 13: askep Osteoporosis

Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga

pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.

Osteoporosis sekunder

Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang

berhubungan dengan :

Cushing's disease

Hyperthyroidism

Hyperparathyroidism

Hypogonadism

Kelainan hepar

Kegagalan ginjal kronis

Kurang gerak

Kebiasaan minum alkohol

Pemakai obat-obatan/corticosteroid

Kelebihan kafein

Merokok

Osteoporosis Idiopatik

Osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan sering ditemukan

pada:

1. Usia anak-anak

2. Usia remaja

3. Wanita pra menopause

4. Pria usia pertengahan

E. Tes Diagnostik

KMB Kel 7 13

Page 14: askep Osteoporosis

Radiologi

Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun

yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya

merupakan lokasi yang paling berat. Penipisan korteks dan hilangnya trabekula

transversal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebrae

menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nucleus pulposus kedalam ruang

intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.

CT-Scan

Dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai penting

dalam diagnostic dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 biasanya

tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra

dibawah 65 mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

Pemeriksaan laboratorium

Kadar Ca, P, dan fosfatase alkali tidak menunjukan kelainan yang nyata.

Kadar HPT (pada pascamenopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi

estrogen merangsang pembentukan Ct)

Kadar 1,25-(OH)-D3 dan absorpsi Ca menurun.

Ekskresi fosfat hidroksiprolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

F. Asuhan Keperawatan

Pengkajian

5. Riwayat keperawatan. Dalam pengkajian riwayat keperawatan, perawat perlu

mengidentifikasi adanya:

a. Rasa nyeri atau sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang.

b. Berat badan menurun

c. Biasanya diatas 45 tahun

d. Jenis kelamin sering pada wanita

e. Pla latihan dan aktivitas

f. Keadaan nutrisi (mis, kurang vitamin D serta kalsium)

g. Merokok, mengkonsumsi alcohol dan kafein

h. Adanya penyakit endokrin: diabetes mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, sindrom

cushing, hipogonadisme

KMB Kel 7 14

Page 15: askep Osteoporosis

6. Pemeriksaan Fisik

B6(Bone)

Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis, klien osteoporosis sering

menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan

berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality,

dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebra torakalis 8

dan lumbalis 3.

7. Riwayat psikososial.

Penyakit ini sering terjadi pada wanita. Biasanya sering timbul kecemasan, takut

melakukan aktivitas dan perubahan konsep diri. Perawat perlu mengkaji masalah-

masalah psikologis yang timbul akibat proses ketuaan dan efek penyakit yang

menyertainya.

Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian, diagnosis keperawatan untuk pasien

osteoporosis sebagai berikut:

1. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat

perubahan skeletal (kifosis),nyeri sekunder.

2. Gangguan body image b.d perubahan bentuk tubuh

3. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra

4. Resiko cedera (fraktur) berhubungan dengan tulang osteoporosis

5. Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah.

Intervensi dan Implementasi keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI

KMB Kel 7 15

Page 16: askep Osteoporosis

KEPERAWATANKEPERAWATAN

KEPERAWATAN

1. Hambatan mobilitas

fisik

Dapat meningkatkan

mobilitas dan aktivitas fisik

Gunakan matras dengan

tempat tidur papan untuk

membantu memperbaiki

posisi tulang belakang

Bantu pasien menggunakan

alat bantu walker atau

tongkat

Bantu dan ajarkan latihan

ROM setiap 4jam untuk

meningkatkan fungsi

persendian dan mencegah

kontraktur

Anjurkan menggunakan

brace punggung atau

korset,pasien perlu dilatih

menggunakannya dan

jelaskan tujuannya

Kolaborasi dengan ahli gizi

dalam program diet tinggi

kalsium serta vitamin D

Kolaborasi dengan petugas

laboratorium dalam

memantau kadar kalsium

2. Gangguan konsep diri Dapat menggunakan koping

yang positif

Bantu pasien

mengekspresikan perasaan

dan dengarkan dengan

penuh perhatian. Perhatian

sungguh-sungguh dapat

meyakinkan pasien bahwa

perawat bersedia membantu

mengatasi masalahnya dan

KMB Kel 7 16

Page 17: askep Osteoporosis

akan tercipta hubungan yang

harmonis sehingga timbul

koordinasi

Klariikasi jika terjadi

kesalahpahaman tentang

proses penyakit dan

pengobatan yang telah

diberikan. Klarifikasi ini dapat

meningkatkan koordinasi

pasien selama perawatan

Bantu pasien

mengidentifikasi pengalaman

masa lalu yang menimblkan

kesuksesan atau

kebanggaan saat itu. Ini

dapat membantu upaya

mengenal diri dan menerima

diri kembali

Identifikasi bersama pasien

tentang alternative

pemecahan masalah yang

positif. Hal ini akan dapat

mengembalikan rasa percaya

diri

Bantu untuk meningkatkan

komunikasi dengan keluarga

dan teman

3. Nyeri b.d fraktur dan

spasme otot

Nyeri reda Anjurkan istirahat ditempat

tidur dengan posisi terlentang

atau miring

Atur posisi lutut fleksi,

meningkatkan rasa nyaman

dengan merelaksasi otot

KMB Kel 7 17

Page 18: askep Osteoporosis

Kompres hangat intermiten

dan pijit punggung dapat

memperbaiki relaksasi otot

Anjurkan posisi tubuh yang

baik dan ajarkan mekanika

tubuh

Gunakan korset atau brace

punggung, saat pasien turun

dari tempat tidur

Kolaborasi dalam pemberian

analgesic untuk mengurangi

nyeri

4. Resiko cedera (fraktur)

yang b.d tulang

osteoporosis

Cedera tidak terjadi Anjurkan melakukan aktivitas

fisik untuk memperkuat otot,

mencegah atrofi, dan

memperkuat demineralisasi

tulang progresif

Latihan isometric dapat

digunakan untuk

memperkuat otot batang

tubuh

Anjurkan pasien untuk

berjalan, mekanika tubuh

yang baik dan postur tubuh

yang baik

Hindari aktivitas

membungkuk mendadak,

melengok, dan mengangkat

baben lama

Lakukan aktivitas diluar

ruangan dan dibawah sinar

matahari untuk memperbaiki

kemampuan tubuh

KMB Kel 7 18

Page 19: askep Osteoporosis

menghasilkan vitamin D

5. Kurang pengetahuan Memahami osteoporosis dan

program pengobatan

Jelaskan pentingnya diet

yang tepat,latihan, dan

aktivitas fisik yang sesuai

serta istirahat yang cukup

Jelaskan penggunaan obat

serta efek samping obat yang

diberikan secara detail

Jelaskan pentingnya

lingkungan yang aman.

Misalnya lantai tidak licin,

tangga menggunakan

pegangan untuk menghindar

jatuh

Anjurkan mengurangi kafein,

alcohol, dan merokok

Jelaskan pentingnya

parewatan lanjutan

Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan:

1. Aktivitas dan mobilitas fisik terpenuhi

a. Melakukan ROM secara teratur

b. Menggunakan alat bantu saat aktivitas

c. Menggunakan brace atau korset saat aktivitas

2. Koping pasien positif

a. Mengekspresikan perasaan

b. Memilih alternative pemecahan masalah

c. Meningkatkan komunikasi

3. Nyeri berkurang/hilang

KMB Kel 7 19

Page 20: askep Osteoporosis

a. Mengalami peredaan nyeri saat istirahat

b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari

c. Menunjukan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur

4. Tidak terjadi cedera

a. Mempertahankan postur tubuh yang baik

b. Menggunakan mekanika tubuh yang baik

c. Latihan isometric

d. Berpartisipasi aktivitas diluar rumah

e. Menghindari aktivitas yang menimbulkan cedera

5. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program pengobatan

a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan fisik terhadap massa

tulang

b. Mengkonsumsi kalsium dengan jumlah yang mencukupi

c. Meningkatkan latihan fisik

d. Mengetahui waktu perawatan lanjutan.

KMB Kel 7 20

Page 21: askep Osteoporosis

II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOARTRITIS

A. Pengertian

Osteoartritis (OA) adalah suatu penyakit kerusakkan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya. ( Noer, hal 76).

Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang merupakan kerusakan tulang

rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut.

( kapita selekta kedokteran. 2000. Hal 1807)

Osteoartritis (OA) atau penyakit degeneratif sendi adalah suatu penyakit kerusakan

tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tak diketahui penyebabnya,

meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan ( Handono Kalim, hal.76)

Osteoartritis adalah ganguan pada sendi yang bergerak, bersifat kronik, berjalan

progresif lambat, tidak meradang, dan ditadai oleh adanya deterosiasi dan abrasi

dari rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan

persendian. (sylvia A price.2000. hal. 1218)

Jadi Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif (semakin lama semakin

bertambah berat) yang terjadi pada rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak

tahu penyebabnya.

KMB Kel 7 21

Page 22: askep Osteoporosis

B. Etiologi

Penyebab sebenarnya dari osteoarthritis belum diketahui namun  proses penuaan ada

hubungannya dengan perubahan-perubahan dalam fungsi kondrosit, menimbulkan

perubahan pada komposisi rawan sendi

C. Faktor – Faktor Resiko

1. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang

terkuat. Prevalensi dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan

bertambahnya umur.osteoartiritis hampir tak pernah dijumpai pad anak, jarang

dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia diatas 60

tahun.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering

terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan

dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita

tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria

hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari

seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua

kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya

perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak

perempuan dari wanita tanpa artritis.

4. Suku Bangsa

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat

perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih

jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis

lebih sering dijumpai pada orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.

KMB Kel 7 22

Page 23: askep Osteoporosis

Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada

frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.

5. Kegemukan

Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk

timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak

hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga

dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula)

D. Patofisiologi

Kartilago hialin dalah jaringan elastis yang 95 persen terdiri dari air dan matrik

ekstra selular, 5 persen sel kondrosit. Fungsinya sebagai penyangga atau shock

breaker, juga sebagai pelumas, sehingga tidak menimbulkan nyeri pada saat

pergerakan sendi.

Apabila kerusakan jaringan rawan sendi lebih cepat dari kemampuannya untuk

memperbaiki diri, maka terjadi penipisan dan kehilangan pelumas sehingga kedua

tulang akan bersentuhan. Inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada sendi lutut.

Setelah terjadi kerusakan tulang rawan, sendi dan tulang ikut berubah. Pada

permukaan sendi yang sudah aus terjadilah pengapuran. Yaitu tumbuhnya tulang baru

yang merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjadikan sendi kembali stabil,

tapi hal ini justru membuat sendi kaku.

Sendi yang sering menjadi sasaran penyakit ini adalah sendi yang sering

digunakan sebagai penopang tubuh seperti lutut, tulang belakang, panggul, dan juga

pada sendi tangan/kaki. Jika tidak diobati sakit akan bertambah dan tidak bisa

berjalan. Selain itu, tulang bisa mengalami perubahan bentuk atau deformity bersifat

permanen. Bengkok pada kaki bisa ke dalam maupun keluar. Dampak kelainan ini

muncul perlahan 10 tahun kemudian untuk itu perlu waspada.

E. Jenis –Jenis OA

1. Primer

KMB Kel 7 23

Page 24: askep Osteoporosis

Penyebab tak diketahui, akibat proses penuaan alami. Dialami setelah usia 45

tahun, tidak diketahui penyebab secara pasti, menyerang perlahan tapi pasti, dan

dapat mengenai banyak sendi. Biasanya mengenai sendi lutut dan panggul, bisa juga

sendi lain seperti punggung dan jari-jari.

2. Sekunder

Dialami sebelum usia 45 tahun, penyebab trauma (instability) yang

menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak

sejajar), akibat sendi yang longgar dan pembedahan pada sendi. Penyebab lain

adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.

F. Patoflow

KMB Kel 7 24

Page 25: askep Osteoporosis

G. Manifestasi klinis

Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu

bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul

rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku

pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan

H. Penatalaksanaan

1. Obat – Obatan

Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis,

oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk

mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.

Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi

sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis

osteoartritis.

2. Perlindungan sendi

Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang

kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian

tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.

Beban pada lutut berlebihan karena kaki yang tertekuk (pronatio).

3. Diet

Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus

menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali

dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4. Dukungan psikososial

Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang

menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin

menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan

KMB Kel 7 25

Page 26: askep Osteoporosis

penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat

pembantu karena faktor-faktor psikologis.

5. Persoalan seksual

Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada

tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter

karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6. Fisioterapi

Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi

pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang

sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada

sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai

sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,

bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.

Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot

yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari

pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang

yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh

karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting

terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut

adalah penting.

7. Operasi

Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi

yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan

adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement

sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.

I. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan laboratorium

KMB Kel 7 26

Page 27: askep Osteoporosis

Meliputi LED,Kolesterol serum

Pemeriksaan Sinar X

Dapat dilakukan setiap saat untuk memantau aktivitas dan progesivitas penyakit.

Photo rogen yang diambil setiap saat dapat memperlihatkan hilangnya kartilago dan

menyempitnya rongga sendi. Pemeriksaan Sinar X dapat pula menunjukan abnormalitas

kartilago, erosi sendi, pertumbuhan tulang yang abnormal dan osteopeni (mineralisasi

tulang menurun). Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan photo polos. Gambaran yang

khas pada photo p[olos adalah:

Densitas tulang normal atau meninggi

Penyempitan ruang sendi yang asimetris karena hilangnya tulang rawan sendi

Kista tulang pada permukaan sendi terutama subkondral

Osteofit pada tepi sendi

Gambaran ini terutama jelas ditemukan pada sendi besar.

CT Scan dan MRI pada tulang dan sendi.

Pemindaian tulang menggambarkan derajat ambilan atau absorpsi isotok radio

aktif oleh jaringan tulang. Daerah yang memperlihatkan peningkatan ambilan (mis sendi)

dianggap abnormal. Pemindaian sendi memungkinkan penentuan kerusakan sendi

diseluruh tubuh. Pemindaian merupakan pemeriksaan yang paling sensitive untuk

mendeteksi penyakit secara dini.

Pemindaian radionuklida

Dilakukan dengan menggunakan 99’ Tc-HDP dan terlihat peningkatan aktivitas

tulang pada bagian subkondral dari sendi yang mengalami osteoatritis. Dapat pula

ditemukan penambahan vaskularisasi dan pembentukan tulang baru.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

A. DATA DASAR PENGKAJIAN

1. Aktivitas/ istirahat

Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada

sendi : kekakuan pada pagi, keletihan.

Tanda : malaise, Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau

kelainan pada sendi dan otot.

KMB Kel 7 27

Page 28: askep Osteoporosis

2. Kardiovaskuler

Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun

3. Integritas ego

Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,

ketidakmampuan, factor-faktor hubungan

Keputusan dan ketidakberdayaan.

Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada

orang

4. Makanan atau cairan

Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan

adekuat : mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah.

5. Higiene

Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi, ketergantungan pada

orang lain.

6. Neurosensori

Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Tanda : pembengkakan sendi

7. Nyeri / kenyamanan

Gejala: fase akut dari nyeri.

Terasa nyeri akut dan kekakuan

8. Keamanan

Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga

9. Interaksi sosial

Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi

KMB Kel 7 28

Page 29: askep Osteoporosis

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b/d penurunan fungsi tulang

2. Hambatan mobilitas fisik bd perubahan otot

3. Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.

4. Perubahan pola tidur b/d nyeri

5. Defisit perawatan diri b/d nyeri

6. Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan

untuk melakukan tugas-tugas umum.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang

Tujuan : nyeri berkurang sampai dengan hilang.

INTERVENSI RASIONAL

kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan

intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor

yang mempercepat dan tanda-tanda rasa

sakit non verbal

berikan matras atau kasur keras, bantal

kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai

kebutuhan

biarkan pasien mengambil posisi yang

Membantu dalam menentukan

kebutuhan managemen nyeri dan

keefektifan program.

Matras yang lembut/empuk, bantal yang

besar akan mencegah pemeliharaan

kesejajaran tubuh yang tepat,

menempatkan setres pada sendi yang

sakit. Peninggian linen tempat tidur

menurunkan tekanan pada sendi yang

terinflamasi / nyeri

Pada penyakit berat, tirah baring

KMB Kel 7 29

Page 30: askep Osteoporosis

nyaman pada waktu tidur atau duduk di

kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur

sesuai indikasi

dorong untuk sering mengubah posisi.

Bantu pasien untuk bergerak di tempat

tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan

di bawah, hindari gerakan yang menyentak

anjurkan pasien untuk mandi air hangat

atau mandi pancuran pada waktu bangun.

Sediakan waslap hangat untuk

mengompres sendi-sendi yang sakit

beberapa kali sehari. Pantau suhu air

kompres, air mandi

berikan masase yang lembut

Beri obat sebelum aktivitas atau latihan

yang direncanakan sesuai petunjuk seperti

asetil salisilat.

mungkin diperlukan untuk membatasi

nyeri atau cedera sendi.

Mencegah terjadinya kelelahan umum

dan kekakuan sendi. Menstabilkan

sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit

pada sendi

Panas meningkatkan relaksasi otot dan

mobilitas, menurunkan rasa sakit dan

melepaskan kekakuan di pagi hari.

Sensitifitas pada panas dapat

dihilangkan dan luka dermal dapat

disembuhkan

Meningkatkan relaksasi/mengurangi

ketegangan otot

Meningkatkan relaksasi, mengurangi

ketegangan otot, memudahkan untuk

ikut serta dalam terapi.

Diagnosa 2 : hambatan mobilitas fisik bd perubahan otot

Tujuan : klien mampu berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan

INTERVENSI RASIONAL

Pertahankan istirahat tirah baring/duduk

jika diperlukan.

Bantu bergerak dengan bantuan

seminimal mungkin.

Untuk mencegah kelelahan dan

mempertahankan kekuatan.

Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot

KMB Kel 7 30

Page 31: askep Osteoporosis

Dorong klien mempertahankan postur

tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.

Berikan lingkungan yang aman dan

menganjurkan untuk menggunakan alat

bantu.

Berikan obat-obatan sesuai indikasi

seperti steroid.

dan stamina umum.

Memaksimalkan fungsi sendi dan

mempertahankan mobilitas.

Menghindari cedera akibat kecelakaan

seperti jatuh.

Untuk menekan inflamasi sistemik akut.

Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.

Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.

INTERVENSI RASIONAL

Kendalikan lingkungan dengan :

Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,

mengurangi potensial cedera akibat jatuh

ketika tidur misalnya menggunakan

penyanggah tempat tidur, usahakan posisi

tempat tidur rendah, gunakan

pencahayaan malam siapkan lampu

panggil

Izinkan kemandirian dan kebebasan

maksimum dengan memberikan

kebebasan dalam lingkungan yang aman,

hindari penggunaan restrain, ketika pasien

melamun alihkan perhatiannya ketimbang

mengagetkannya.

Lingkungan yang bebas bahaya akan

mengurangi resiko cedera dan

membebaskan keluarga dari kekhawatiran

yang konstan.

Hal ini akan memberikan pasien merasa

otonomi, restrain dapat meningkatkan

agitasi, mengagetkan pasien akan

meningkatkan ansietas.

KMB Kel 7 31

Page 32: askep Osteoporosis

Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri

Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.

INTERVENSI RASIONAL

Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan

biasanya dan perubahan yang terjadi.

Berikan tempat tidur yang nyaman

Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan

dalam pola lama dan lingkungan baru

Instruksikan tindakan relaksasi

Tingkatkan regimen kenyamanan waktu

tidur, misalnya mandi hangat dan

massage.

Gunakan pagar tempat tidur sesuai

indikasi: rendahkan tempat tidur bila

mungkin.

Hindari mengganggui bila mungkin,

misalnya membangunkan untuk obat atau

terapi

Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi

Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi

intervensi yang tepat.

Meningkatkan kenyamaan tidur serta

dukungan fisiologis/psikologis

Bila rutinitas baru mengandung aspek

sebanyak kebiasaan lama, stress dan

ansietas yang berhubungan dapat

berkurang

Membantu menginduksi tidur

Meningkatkan efek relaksasi

Dapat merasakan takut jatuh karena

perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur,

pagar tempat untuk membantu mengubah

posisi

Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan

rasa segar dan pasien mungkin mungkin

tidak mampu kembali tidur bila terbangun.

Mungkin diberikan untuk membantu pasien

tidur atau istirahat.

KMB Kel 7 32

Page 33: askep Osteoporosis

Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b/d nyeri

Kriteri Hasil : Klien dapat melaksanakan aktivitas per awatan sendiri secara mandiri

. INTERVENSI RASIONAL

Kaji tingkat fungsi fisik

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap

nyeri dan progran latihan

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam

perawatan diri, identifikasi untuk

modifikasi lingkungan

Identifikasikasi untuk perawatan yang

diperlukan, misalnya; lift, peninggian

dudukan toilet, kursi roda

Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan

yang diperlukan

Mendukung kemandirian fisik/emosional

Menyiapkanuntuk meningkatkan

kemandirian yang akan meningkatkan

harga diri

Memberikan kesempatan untuk dapat

melakukan aktivitas secara mandiri

Diagnosa 6 : Gangguan citra tubuh/ perubahan penampilan peran b/d perubahan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas umum.

Tujuan : mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan untuk menghadapi

penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.

INTERVENSI RASIONAl

Dorong pengungkapan mengenaimasalah

mengenai proses penyakit,harapan masa

depan.

Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan

Beri kesempatan untuk mengidentifikasi

rasa takut/kesalmenghadapinya secara

langsung.

Mengidentifikasi bagaimana penyakit

KMB Kel 7 33

Page 34: askep Osteoporosis

pada pasien/orang terdekat. Memastikan

bagaimana pandangan pribadi psien

dalam memfungsikan gaya hidup sehari-

hari termasuk aspek-aspek seksual.

Diskusikan persepsi pasien mengenai

bagaiman orang terdekat menerima

keterbatasan.

Akui dan terima perasaan berduka,

bermusuhan, ketergantungan

Perhatikan perilaku menarik diri,

penguanan menyangkal atau

terlalumemperhatikan tubuh/perubahan.

Susun batasan pada prilaku maladaptive.

Bantu pasien untuk mengidentifikasi

perilaku positifyang dapat membantu

koping.

Ikut sertakan pasien dalam merencanakan

perawatan dan membuat jadwal aktivitas.

Rujuk pada konseling psikiatri

Berikan obat-obat sesuai petunjuk

mempengaruhi persepsi diri dan interaksi

dengan orang lain akan menentukan

kebutuhan terhadap intervensi atau

konseling lebih lanjut.

Isyarat verbal/nonverbal orang terdekat

dapat mempunyai pengaruh mayor pada

bagaimana pasien memandang dirinya

sendiri.

Nyeri melelahkan, dan perasaan marah,

bermusuhan umum terjadi.

Dapat menunjukkan emosional atau

metode maladaptive, membutuhkan

intervensi lebih lanjut atau dukungan

psikologis.

Membantu pasien mempertahankan

kontrol diri yang dapat meningkatkan

perasaan harga diri.

Meningkatkan perasaan kompetensi/harga

diri, mendorong kemandirian, dan

mendorong partisipasi dan terapi.

Pasien/orang terdekat mungkin

membutuhkadukungann selama

berhadapan dengan proses

jangkapanjang/ketidakmampuan

Mungkin dibutuhkan pada saat munculnya

depresi hebat sampai pasien

mengembangkan kemampuankoping yang

KMB Kel 7 34

Page 35: askep Osteoporosis

efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Sudart. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 3. Jakarta : EGC.

Doenges E Marilynn, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran.jakarta: Media Aesculapius FKUI

Muttaqin, Arif.2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.

Jakarta: EGC

Noer, Sjaifoellah. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Cet. 3, Ed. 2. Jakarta : Balai Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 4,

Jakarta: EGC

Robbins ,Kumar, Cotran. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta : EGC

http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-osteoporosis/

http://id.wikipedia.org/wiki/Osteoporosis )

.

KMB Kel 7 35