Makalah Osteoporosis

43
Tugas Khusus Apotek Kimia Farma “Analisa Penyakit Osteoporosis” Oleh : 1. Dyah Ayuwati W, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.1) 2. Mutia Ulinafiah, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.1) 3. Ibbadurrachman, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.4) 4. Susanti, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.4) 5. Marwana Hi Moh.Rosidin, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.42) 6. Nur Widiyawati, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.42) PROGRAM PROFESI APOTEKER JAKARTA 2014

description

Makalah Osteoporosis KF 1

Transcript of Makalah Osteoporosis

Page 1: Makalah Osteoporosis

Tugas Khusus Apotek Kimia Farma

“Analisa Penyakit Osteoporosis”

Oleh :

1. Dyah Ayuwati W, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.1) 2. Mutia Ulinafiah, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.1) 3. Ibbadurrachman, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.4) 4. Susanti, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.4) 5. Marwana Hi Moh.Rosidin, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.42) 6. Nur Widiyawati, S.Farm (Apotek Kimia Farma No.42)

PROGRAM PROFESI APOTEKER

JAKARTA

2014

Page 2: Makalah Osteoporosis

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah swt atas berkah dan rahmat serta

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dibuat sebagai hasil diskusi kelompok kami serta merupakan

tugas yang dimaksudkan untuk menambah pengetahuan penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya.

Kami menyadari tulisan ini masih banyak terdapat kekurangan yang

disebabkan keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, sehingga kami sangat

mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca sekalian demi perbaikan

tulisan ini.

Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Seluruh karyawan PT. Kimia Farma

2. Rekan-rekan serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, atas

bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung.

Harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya terutama bagi penulis sendiri.

Jakarta, April 2014

Penulis

Page 3: Makalah Osteoporosis

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................. ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1 1.2. Tujuan ...................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 3 2.1. Definisi Osteoporosis ............................................................... 3 2.2. Klasifikasi Osteoporosis .......................................................... 4 2.3. Patogenesis .............................................................................. 4 2.4. Etologi ..................................................................................... 5 2.5. Manifestasi Klinis .................................................................... 8 2.6. Pemeriksaan Diagnostik........................................................... 9 2.7. Pencegahan .............................................................................. 10 2.8. Pengobatan .............................................................................. 11 BAB 3. METODE PENGKAJIAN DATA ................................................ 15 3.1. Lokasi dan Waktu .................................................................. 15 3.2. Metodelogi Pengkajian .......................................................... 15 BAB 4. PEMBAHASAN ............................................................................ 16 4.1. Analisa dan Pembahasan Resep Nomor 1 .............................. 16 4.2. Analisa dan Pembahasan Resep Nomor 2 .............................. 26 BAB 5. PENUTUP ...................................................................................... 37 5.1. Kesimpulan ............................................................................ 37 DAFTAR ACUAN ...................................................................................... 38

Page 4: Makalah Osteoporosis

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perbadingan tulang normal dan tulang osteoporosis ................... 3 Gambar 2.2 Bentuk tulang belakang pada orang normal, orang yang Mengalami lordosis dan orang yang mengalami kifosis ............. 9 Gambar 2.3 Algoritma Pencegahan Penyakit Osteoporosis............................ 10 Gambar 4.1 Resep Nomor 1 .......................................................................... 16 Gambar 4.2 Etiket Actonel 35 ....................................................................... 23 Gambar 4.3 Etiket Osteocare ......................................................................... 23 Gambar 4.4 Etiket Bio ATP .......................................................................... 24 Gambar 4.5 Etiket Arcoxia 60 ....................................................................... 24 Gambar 4.6 Resep Nomor 2 .......................................................................... 26 Gambar 4.7 Etiket Lasgan 30 ........................................................................ 33 Gambar 4.8 Etiket Analtram ......................................................................... 33 Gambar 4.9 Etiket Baquinor 500 ................................................................... 34 Gambar 4.10 Etiket Actonel 35 ..................................................................... 34

Page 5: Makalah Osteoporosis

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di negara berkembang insidensi penyakit degeneratif terus meningkat

sejalan dengan meningkatnya usia harapan hidup. Dengan bertambah usia harapan

hidup ini, maka penyakit degeneratif juga meningkat, salah satunya adalah

penyakit osteoporosis. Saat ini osteoporosis menjadi permasalahan di seluruh

negara dan menjadi isu global di bidang kesehatan (Wardhana, 2012).

Angka harapan hidup penduduk Indonesia tahun 2012 berdasarkan The

World Factbook, penduduk pria 69,07 tahun dan penduduk wanita 74,29 tahun.

Jumlah penduduk berusia diatas 64 tahun berdasarkan The World Factbook tahun

2012 sebanyak 6,1%, terdiri dari 6,6 juta pria dan 8,4 juta wanita.1 Penyakit yang

biasanya dialami oleh lansia atau berhubungan dengan penuaan yang sering

ditemukan adalah osteoporosis (Permatasari, 2013).

Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai

dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur

tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan

tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak

bahkan patah (Permatasari, 2013).

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini

disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam

tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada pria hormon testoteron turun pada usia

65 tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3 wanita rentan terkena penyakit

osteoporosis.3 Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya

populasi usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia,

jumlah ini akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan

hidup mencapai 70 tahun (Permatasari, 2013).

Kondisi ini tentu saja sangat mencemaskan berbagai pihak, hal ini terjadi

karena ketidaktahuan pasien terhadap osteoporosis dan akibatnya. Beberapa

hambatan dalam penanggulangan dan pencegahan osteoporosis antara lain karena

Page 6: Makalah Osteoporosis

2

kurang pengetahuan, kurangnya fasilitas pengobatan, factor nutrisi yang

disediakan, serta hambatan-hambatan keuangan. Sehingga diperluan kerja sama

yang baik antara lembaga-lembaga kesehatan, dokter, apoteker dan pasien.

Pengertian yang salah tentang perawatan osteoporosis sering terjadi karena

kurangnya pengetahuan.

Berdasarkan berbagai permasalahan diatas, penulis ditugaskan untuk

membahas mengenai analisa penyakit osteoporosis agar para pembaca lebih

mengerti mengenai osteoporosis dan penanganan untuk penyakit tersebut.

Sehingga diharapkan dengan membaca makalah ini, masyarakat menjadi lebih

mengerti mengenai osteoporosis dan berbagai terapi yang digunakan untuk

penyakit tersebut baik terapi farmakologi maupun non farmakologi.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah mengenai “Analisa Penyakit Osteoporosis”

adalah:

a) Memahami tentang penyakit osteoporosis dan penatalaksanaan terapinya

b) Menganalisis resep osteoporosis di Apotek Kimia Farma No.1

c) Menganalisis resep osteoporosis di Apotek Kimia Farma No. 4 dan Apotek

Kimia Farma No. 42

Page 7: Makalah Osteoporosis

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteoporosis

Kelompok kerja World Health Organisation (WHO) dan konsensus ahli

mendefinisikan osteoporosis sebagai penyakit yang ditandai dengan rendahnya

massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan

kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur dimana

keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi

fraktur (thief in the night). (Consensus development conference, 1993)

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.

Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi

tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan

masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah;

tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan

pengaruh pada tulang normal. (Scottish Intercolligiate, 2003)

Gambar 2.1 Perbandingan antara tulang yang masih normal dan tulang yang

mengalami osteoporosis

Page 8: Makalah Osteoporosis

4

2.2 Klasifikasi Osteoporosis

2.2.1 Osteoporosis primer

Osteoporosis primer dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Faktor resiko

dari osteoporosis primer ini meliputi merokok, aktifitas, pubertas tertunda, berat

badan rendah, alkohol, ras kulit putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, dan

asupan kalsium yang rendah (Kaltenborn, 1992).

a. Tipe I (post manopausal):

Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh

fraktur tulang belakang tipe crush dan berkurangnya gigi geligi (Riggs & Melton,

1986). Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut.

Dimana jaringan terabekular lebih responsif terhadap defisiensi estrogen

(Kaltenborn, 1992).

b. Tipe II (senile)

Terjadi pada pria dan wanita usia diatas 70 tahun. Osteoporosis tipe ini

ditandai oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge (Riggs & Melton,

1986) dan hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut.

2.2.2 Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder, dapat terjadi pada tiap kelompok umur.

Penyebabnya meliputi ekses kortikosteroid, hipertirodisme, multipel mieloma,

malnutrisi, defisiensi estrogen, hiperparatiroidisme, faktor genetik, dan obat-

obatan. (Kaltenborn, 1992).

2.3 Patogenesis (Sain Iwan, n.d)

a. Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara

seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling).

Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih

besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang.

b. Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk

tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula

Page 9: Makalah Osteoporosis

5

c. Pada usia 40-45 tahun, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan

tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia

lebih muda

d. Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-

30% dan pada wanita 40-50 %

e. Penurunan massa tulang lebih cepat pada bagian-bagian tubuh seperti

metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra

f. Bagian-bagian tubuh yang sering fraktur adalah vertebra, paha bagian

proksimal dan radius bagian distal.

2.4 Etiologi (Sain Iwan, n.d)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:

2.4.1 Determinan Massa Tulang

a. Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan

tulang. Beberapa orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain

kecil. Sebagai contoh, orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur

tulang lebih kuat/berat daripada pacia bangsa Kaukasia. Jadi, seseorang yang

mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika), relatif imun terhadap

fraktur karena osteoporosis.

b. Faktor mekanis

Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor

genetik. Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya

beban akan mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan kata lain,

dapat disebutkan bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot

dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan respon terhadap kerja

mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan massa otot besar dan

juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh, pemain tenis atau pengayuh

becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot maupun tulangnya

terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot maupun

tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam

waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun

demikian, belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang

Page 10: Makalah Osteoporosis

6

diperlukan dan berapa lama untuk meningkatkan massa tulang di samping

faktor genetik

c. Faktor makanan dan hormon

Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup

(protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai

dengan pengaruh genetik yang bersangkutan. Pemberian makanan yang

berlebih (misainya kalsium) di atas kebutuhan maksimal selama masa

pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa tulang yang melebihi

kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan

kemampuan genetiknya.

2.4.2 Determinan penurunan Massa Tulang

a. Faktor genetik

Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada

seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur

dari pada seseorang dengan tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran

universal yang dapat dipakai sebagai ukuran tulang normal. Setiap individu

mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat genetiknya serta beban

mekanis den besar badannya.

b. Faktor mekanis

Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting

dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia.

Walaupun demikian, telah terbukti bahwa ada interaksi penting antara faktor

mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada umumnya, aktivitas fisik akan

menurun dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang merupakan

fungsi beban mekanis, maka massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan

bertambahnya usia.

c. Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses

penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya usia, terutama pada

wanita pasca menopause. Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting.

Wanita-wanita pada masa pasca menopause, masukan kalsiumnya rendah dan

Page 11: Makalah Osteoporosis

7

absorbsinya tidak baik, sehingga mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya

menjadi negatif. Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause

ada hubungan yang erat antara masukan kalsium dengan keseimbangan

kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita dalam masa menopause, keseimbangan

kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang serta

eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir kekurangan/kehilangan

estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan kalsium yang

negatif, sejumlah 25 mg kalsium sehari.

d. Protein

Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi

penurunan massa tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan

ekskresi asam amino yang mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan

meningkatkan ekskresi kalsium.

Pada umumnya, protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama

makanan lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor

tersebut akan mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor

tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari

makanan yang mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan

kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif.

e. Estrogen.

Berkurangnya atau hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan

mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan

karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan menurunnya

konservasi kalsium di ginjal.

f. Rokok dan kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan

mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan

kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan

massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi

kalsium melalui urin maupun tinja.

Page 12: Makalah Osteoporosis

8

g. Alkohol

Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan.

Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium

rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang

jelas belum diketahui dengan pasti .

2.5 Manifestasi Klinis (Sain Iwan, n,d)

a. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

b. Nyeri timbul mendadak

c. Sakit hebat dan terlokalisasi pada tulang belakang yang terserang

d. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur

e. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah oleh karena

melakukan aktivitas

f. Deformitas vertebra thorakalis yang menyebabkan penurunan tinggi badan

Beberapa orang tidak perhatian dengan osteoporosis yang terjadi pada

dirinya dan hanya perhatian ketika terjadi fraktur. Fraktur dapat terjadi oleh

berbagai aktivitas. Umumnya osteoporosis berkaitan dengan fraktur termasuk

vertebrata, femur proximal dan radius distal (fraktur pregelangan tangan).

Tingkatan atau gejala klinis pada osteoporosis yang biasa terjadi adalah

berkurangnya tinggi badan, kiposis, lordosis, nyeri tulang atau patah tulang paling

sering tulang rusuk, pinggul, atau lengan/tangan. Patah tulang rusuk adalah gejala

yang paling sering terjadi dan patah tulang yang parah memungkinkan terjadinya

kiposis bahkan lordosis.

Patah tulang yang akut biasanya hilang antara 2 sampai 3 bulan. Nyeri

patah tulang kronik mungkin akan muncul sebagai nyeri yang dalam, lambat dan

menjengkelkan disekitar tulang yang patah.

Page 13: Makalah Osteoporosis

9

Gambar 2.2 Bentuk tulang belakang pada orang normal, orang yang mengalami

lordosis dan orang yang mengalami kifosis

2.6 Pemeriksaan Diagnostik

2.6.1 Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

a. Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium

total dan massa tulang.

b. Pemeriksaan absorpsiometri

c. Pemeriksaan komputer tomografi (CT)

2.6.2 Pemeriksaan biopsi

Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan

informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas

meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.

2.6.3 Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dilakukan melalui pemeriksaan kimia darah dan

kimia urin biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak

membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

Page 14: Makalah Osteoporosis

10

2.7 Pencegahan

Gambar 2.3 Alogaritma pencegahan penyakit osteoporosis

(Sumber: Phillips, 2008)

Page 15: Makalah Osteoporosis

11

Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan atau pada dewasa

muda. Hal ini bertujuan agar, antara lain:

a. Mencapai massa tulang dewasa proses konsolidasi yang optimal

b. Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar seperti:

1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)

2. Latihan teratur setiap hari

3. Hindari : Makanan tinggi protein, minum alcohol, merokok, minum kopi,

minum antasida yang mengandung aluminium

2.8 Pengobatan

2.8.1 Prinsip Pengobatan

a. Meningkatkan pembentukan tulang

Obat-obatan yang dapat meningkatkan pembentukan tulang adalah Natrium

fluorida dan steroid anabolik

b. Menghambat resorbsi tulang

Obat-obatan yang dapat mengahambat resorbsi tulang adalah kalsium,

kalsitonin, estrogen dan difosfonat

2.8.2 Pencegahan dan Pengobatan Non farmakologi (Ernawati, 2008)

Harus mempunyai keseimbangan diet dengan asupan kalsium dan vitamin

D yang cukup. Jika asupan makanan yang memadai tidak dapat dicapai, suplemen

kalsium diperlukan. Dengan aerobik dan latihan penguatan dapat mencegah

keropos tulang, kurangnya risiko jatuh dan patah tulang.

1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan

dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D

setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang

sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap

hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari,

sedangkan untuk lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari

makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu,

keju dan kacang-kacangan.

Page 16: Makalah Osteoporosis

12

2. Paparan sinar matahari

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang

dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah

sinar matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan

pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari

membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam

pembentukan massa tulang (Ernawati, 2008).

3. Melakukan olahraga dengan beban

Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat

berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga

beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang

teratur merupakan upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya hidup santai,

mulailah berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya.

Yang penting adalah melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau

olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah

osteoporosis.

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita

osteoporosis :

Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama

50 menit, lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan

kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk

jantung dan paru-paru.

Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat ”dumbble”

kecil untuk menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.

Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan

dengan duduk dikursi, dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat

menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap tegak,

mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat punggung.

Page 17: Makalah Osteoporosis

13

2.8.3 Pengobatan Farmakologi

a. Obat antiresorptif :

Kalsium, vitamin D dan metabolit, biofosfonat, terapi estrogen dan

hormon, modulator reseptor estrogen selektif, testosteron dan steroid anabolik,

kalsitonin.

1. Kalsium

Kalsium harus dikonsumsi dalam jumlah besar untuk mencegah

hiperparatiroidisme dan kerusakan tulang. Penggunan kalsium dalam

jumlah besar diketahui dapat mencegah atau mengganti kerusakan atau

kehilangan tulang pada orang dewasa. Efek akan meningkat jika

dikombinasikan.

2. Vitamin D dan Metabolit

Tambahan vitamin D telah terbukti meningkatkan BMD, dan mungkin

mengurangi patah tulang. Vitamin D dalam dosis tinggi dapat

menyebabkan hiperkalsemia dan hiperkalsiuria.

3. Bifosfonat (Actonel)

Osteoclas tidak dapat menempel pada permukaan tulang yang

mengandung bifosfonat. Bifosfonat memberikan peningkatan BMD

terbesar dari agen antiresorptif. Penggunaan bifosfonat harus hati-hati

untuk menghindari efek samping serius pada saluran pencernaan serta

untuk mengoptimalkan bioavailbilitas. Efek merugikan yang paling sering

terjadi adalah, mual, nyeri pada perut, kembung, diare, dan iritasi pada

esofagus, lambung atau usus dua belas jari, perforasi, maag atau

pendarahan.

4. Estrogen

Estrogen menurunkan pembentukan dan aktifitas osteoklas, menghambat

sekitaran hormon para tiroid (HPT), menaikkan kadar kalsitriol dan

penyerapan kalsium pada intestinal dan menurunkan eksresi kalsium pada

ginjal. Penggunaan estrogen secara oral dan transdermal dengan dosis

yang tepat dan berkala atau bergantian ERT/HRT memiliki efek yang

sama terhadap BMD.

Page 18: Makalah Osteoporosis

14

5. Modulator Reseptor Estrogen Selektif (SERMs)

Raloxifen (Evista) 60 mg per hari dapat digunakan sebagai pencegahan

dan pengobatan osteoporosis postmenopausal (setelah menopause).

Raloxifen dikontraindikasikan pada wanita penderita tromboemboli. Efek

samping lainnya adalah demam dan kram pada kaki.

6. Testosteron dan steroid anabolik

Efek utamanya adalah meningkatkan penyerapan tulang, yang dapat

menyebabkan meningkatnya massa dan kekuatan otot. Perubahan BMD

secara umum kecil dan pada kebanyakan wanita menimbulkan efek

samping (contohnya efek kelaki-lakian seperti hisutism, jerawat dan suara

serak).

7. Kalsitonin

Kalsitonin (Miakalsin) semprot hidung, diindikasikan untuk pengobatan

osteoporosis pada wanita yang telah menopause lebih dari 5 tahun. Karena

obat ini memiliki efektifitas yang lebih sedikit dibandingkan pengobatan

osteoporosis lainnya, obat ini paling sering digunakan pada pasien dengan

nyeri tulang (pengkroposan) atau pada penderita yang tidak cocok dengan

pengobatan yang lain.

Page 19: Makalah Osteoporosis

15

BAB 3

METODE PENGKAJIAN DATA

3.1. Lokasi dan Waktu

Pengumpulan data mengenai resep dan penulisan makalah dilakukan pada bulan

april 2014 diapotek kimia farma no. 1, Jl. Garuda no. 47, Kemayoran - Jakarta Pusat,

kimia farma no.4, Jl. Perserikatan 7-8 Rawamangun, dan apotek kimia farma no. 42,

Jl. Sultan Hasanudin – Kebayoran Baru.

3.2. Metodologi Pengkajian

Tugas khusus ini dibuat dengan studi literatur dari beberapa buku dan sumber

elektronik sebagai tinjauan pustaka tentang osteoporosis. Setelah itu dilakukan

analisis resep mengenai osteoporosis yang masuk ke apotek kimia farma no. 1,

apotek kimia farma no.4, dan apotek kimia farma no.42. Selanjutnya resep-resep

tersebut dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipelajari.

Page 20: Makalah Osteoporosis

16

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Analisa dan Pembahasan Resep No.1

Gambar 4.1 Resep Nomor 1

4.1.1 Informasi Dari Pasien

Pasien bernama Tn. Budi Wibisono berusia 94 tahun, mengeluh sering

merasa kelelahan, oleh sebab itu ketika sedang berdiam diri seperti membaca atau

menonton televisi maka beliau sering kali tertidur karena merasa kelelahan. Selain

itu, Tn. Budi juga merasa ada sedikit rasa nyeri di punggungnya.

SALINAN RESEP PELAYANAN KESEHATAN St.Carolus

UNIT FARMASI Jl. Salemba 41 – Jakarta

Dokter : dr. Ifran Tgl : 9/4/2014 Pasien : Tn. Budi Wibisono Umur : 94 Tahun R/ Actonel 35 No. IV S dd 1 tab. Ac (1 x seminggu) R/ Osteocare No. XXX S 1 dd1 R/ Bio ATP No.XXX S 1 dd 1 R/ Arcoxia 60 No. X S 1 dd1

Page 21: Makalah Osteoporosis

17

4.1.2 Analisa Obat

1. Actonel 35 (MIMS, 2013)

a. Komposisi : Risedronate Na.

b. Indikasi : Terapi & preventif: osteoporosis pada wanita pasca

menopause & glukokortikoid yang menyebabkan

osteoporosis pada pria dan wanita.

c. Dosis : 35 mg 1 x/minggu

d. ESO : Gangguan GI, ulkus peptikum, esofagitis, nyeri tulang-

otot & sakit kepala, ruam, eritema, mual, muntah.

2. Osteocare (MIMS, 2013)

a. Komposisi : Per tab Ca 300 mg, Mg 150 mg, Zn 5 mg, vit D3 2,5 mcg,

per 2 ml Ca 150 mg, Mg 75 mg, Zn 3 mg, vit D3 1,9

mcg.

b. Indikasi : Suplemen Ca untuk fase aktif dr pertumbuhan &

perkembangan tulang; hamil & laktasi; fraktur; imbolisasi

karena sakit yang lama; osteoporosis yg berhubungan dg

gangguan metabolik dalam waktu lama; terapi steroid

jangka panjang; sindrom pra menstruasi; defisiensi pd

malnutrisi & diet untuk mengendalikan berat badan.

Pencegahan & pengobatan osteoporosis, terutama pada

wanita pasca menopause & pria usia lanjut.

c. Dosis : Tablet 1 tab 2 x/hr. sirup: dws 20-30 ml/hr. anak 1-10 thn

5-10 ml/hr

d. ESO : Gangguan GI ringan

3. Bio-ATP (MIMS, 2013)

a. Komposisi : ATP 20mg, Vit B1 100mg , vit B6 200mg, vit B12 200

mcg, vit E 30 mg.

b. Indikasi : Astenia muskuler atau neuromuskuler, gangguan

metabolisme otot jantung, kelelahan fisik.

c. Dosis : 2-4 tab/hr.

Page 22: Makalah Osteoporosis

18

d. ESO : -

4. Arcoxia 60 (MIMS, 2013)

a. Komposisi : Etoricoksib 60 mg

b. Indikasi : Menghilangkan gejala pada pengobatan osteoartritis,

menghilangkan nyeri kronik muskulokeletal,

menghilangkan nyeri akut pada pembedahan pengobatan

gigi.

c. Dosis : Osteoartritis, nyeri kronik muskuloskeletal 60 mg sekali

sehari. Nyeri akut analgesia yang digunakan pada

perawatan gigi 120 mg sekali sehari.

d. ESO : Asthenia/fatigue, pusing, edema ekstrim ringan, HTN,

dispepsia, rasa panas dalam perut, nausea, sakit kepala,

ALT dan AST meningkat.

4.1.3 Skrining Farmasetika

1. Actonel 35

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 1 kali seminggu 1 tablet (pagi)

c. Potensi : 35 mg

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral

f. Lama Pemberian : 4 minggu

2. Osteocare

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 1 kali sehari 1 tablet

c. Potensi : -

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral

f. Lama Pemberian : 30 hari

Page 23: Makalah Osteoporosis

19

3. Bio ATP

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 1 kali sehari 1 tablet

c. Potensi : -

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral

f. Lama Pemberian : 30 hari

4. Arcoxia 60

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 1 kali sehari 1 tablet

c. Potensi : 60 mg

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral

f. Lama Pemberian : 10 hari

4.1.4 Skrining Farmakologi

1. Mekanisme Kerja

Berdasarkan resep obat yang didapatkan pasien, dapat dikatakan bahwa

pasien menderita osteoporosis. Hal ini dapat diketahui dari usia pasien yang cukup

lanjut yaitu 94 tahun dan pernyataan pasien yang mengeluh mengalami nyeri di

punggung serta sering merasa kelelahan. Pada kasus ini dokter memberikan obat

actonel 35 diminum 1 kali seminggu dan diminum pagi hari. Actonel merupakan

obat dengan bahan aktif risedronate Na yang memang banyak digunakan untuk

terapi osteoporosis. Risendronate Na merupakan terapi farmakologi untuk

osteoporosis yang termasuk dalam golongan antiresorbsi. Mekanisme kerja

utamanya adalah menginhibisi resorbsi tulang normal dan abnormal. Risendronate

Na dapat mengurangi resorbsi tulang oleh sel osteoklas dengan cara berikatan

dengan permukaan tulang dan menghambat kerja osteoklas dengan cara

mengurangi produksi proton dan enzim lisosomal dibawah osteoklas (Dipiro,

2009).

Page 24: Makalah Osteoporosis

20

Obat kedua yang diberikan oleh dokter adalah osteocare dengan pemberian

per oral 1 kali sehari 1 tablet. Osteocare merupakan suplemen dengan kandungan

Ca, Mg, Zn, vit D3. Osteocare dikombinasikan dengan magnesium, seng dan

vitamin D3, pada kasus ini pemberian osteocare bertujuan untuk untuk membantu

absorpsi kalsium dan berperan dalam metabolisme tulang (ISO Farmakoterapi,

2009).

Obat selanjutnya yaitu bio ATP dengan pemberian per oral 1 kali sehari 1

tablet. Bio ATP merupakan obat dengan kandungan ATP, vit B1, vit B6, vit B12,

dan vit E. Bio ATP merupakan terapi farmakologi yang digunakan untuk keadaan

kelelahan fisik, astenia muskular atau neuro muskular dan gangguan metabolisme

otot jantung. Pada kasus Tn. Budi ini, pemberian bio ATP bertujuan untuk

mengurangi kelelahan yang sering dialami oleh pasien. Bio ATP ini mengandung

ATP yang berperan dalam pembentukan energi serta vitamin B dan E yang

berperan sebagai suplemen (MIMS, 2013).

Pada kasus ini, dokter juga memeberikan arcoxia 60 dengan dosis 1 kali

sehari 1 tablet. Arcoxia 60 merupakan obat dengan kandungan bahan aktif

etoricoxib 60 mg dan berfungsi untuk menghilangkan nyeri yang berhubungan

dengan osteoartritis dan nyeri kronik muskuloskeletal. Penggunaan obat arcoxia

50 pada kasus ini adalah untuk menghilangkan nyeri yang sering dialami oleh

Tn.Budi, selain itu arcoxia juga dapat digunakan untuk meredakan nyeri tulang-

otot dan sakit kepala yang merupakan salah satu efek samping dari pengguanan

actonel (MIMS, 2013). Kombinasi dari keempat obat ini diharapkan dapat

meredakan keluhan pasien. Dengan berkurangnya rasa nyeri dan tingkat kesakitan

pasien maka hal ini juga akan meningkatkan kualitas hidup pasien.

2. Kesesuaian Dosis

a. Actonel 35 (Risedronate Na 35 mg)

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 1 kali seminggu 1

tablet dan diminum pagi hari. Sediaan ini mengandung 35 mg risedronate Na.

Dosis maksimum yang diperbolehkan digunakan per minggu adalah 35 mg. Dosis

ini tidak melewati batas, sehingga aman untuk digunakan (MIMS, 2013).

Page 25: Makalah Osteoporosis

21

b. Osteocare

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 1 kali sehari 1 tablet.

Sediaan ini per tablet mengandung Ca 300 mg, Mg 150 mg, Zn 5 mg, vit D3 2,5

mcg. Dosis yang biasa digunakan adalah 2 kali sehari 1 tablet. Dosis yang tertera

pada resep ini tidak melewati batas, sehingga aman untuk digunakan (MIMS,

2013).

c. Bio ATP

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 1 kali sehari 1 tablet.

Sediaan ini per tablet mengandung ATP 20 mg, Vit B1 100 mg , vit B6 200 mg,

vit B12 200 mcg, vit E 30 mg. Dosis yang biasa digunakan adalah 3 kali sehari 1

tablet untuk astenia muskuler atau neuromuskuler, gangguan metabolisme otot

jantung, kelelahan fisik. Pada kasus ini, dokter hanya meresepkan 1 kali sehari 1

tablet, hal ini kemungkinan karena kelelahan fisisk yang dialami Tn. Budi tidak

terlalu parah sehingga dokter hanya meresepkan 1 kali sehari. Dosis yang tertera

pada resep ini tidak melewati batas, sehingga aman untuk digunakan (MIMS,

2013).

d. Arcoxia 60

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 1 kali sehari 1 tablet.

Sediaan ini per tablet mengandung etoricoxib 60 mg. Dosis yang biasa digunakan

adalah 1 kali sehari 1 tablet untuk nyeri muskuloskeletal kronik. Dosis yang

tertera pada resep ini sudah sesuai dengan ketentuan dan indikasi yang dialami

pasien serta tidak melewati batas, sehingga aman untuk digunakan (MIMS, 2103).

3. Aturan Pakai

a. Actonel 35

Actonel 35 digunakan 1 kali seminggu pada pagi hari. Actonel sebaiknya

diminum 30 menit sebelum makan dan diminum dengan segelas air dengan posisi

berdiri. Actonel harus ditelan utuh dan tidak boleh dikunyah. Apabila actonel

digunakan bersamaan dengan antasida, Ca atau obat oral yang mengandung kation

Page 26: Makalah Osteoporosis

22

divalensi maka akan menurunkan absorbsi dari actonel (ISO Farmakoterapi,

2009).

b. Ostocare

Osteocare digunakan 1 kali sehari 1 tablet. Osteocare mengandung Ca yang

dapat menurunkan absorbsi dari actonel jika digunakan secara bersamaan. Oleh

sebab itu penggunaan osteocare sebaiknya diberi jeda dengan osteocare atau

osteocare dapat diminum pada siang hari. Osteocare paling baik diberikan 15-20

sebelum makan (MIMS, 2013)

c. Bio ATP

Bio ATP digunakan 1 kali sehari 1 tablet. Untuk memudahkan pasien

mengingat sebaiknya bio ATP diminum pada siang hari, sehingga pada pagi hari

pasien hanya meminum satu jenis obat saja yaitu actonel. Bio ATP dapat

diberikan sesudah makan (MIMS, 2013).

d. Arcoxia 60

Arcoxia 60 digunakan 1 kali sehari 1 tablet. Untuk memudahkan pasien

mengingat sebaiknya Arcoxia diminum pada siang hari, sehingga pada pagi hari

pasien hanya meminum satu jenis obat saja yaitu actonel. Bio ATP dapat

diberikan sesudah makan (MIMS, 2103).

4. Interaksi Obat

Actonel berinteraksi dengan antasida, Ca atau obat oral yang mengandung

kation divalensi maka akan menurunkan absorbsi dari actonel. Sehingga apabila

actonel digunakan bersamaan dengan osteocare maka dapat menurunkan absorbsi

dari actonel. Oleh sebab itu, sebaiknya diberikan jeda antara pemakaian actonel

dan osteocare (MIMS,2103).

Page 27: Makalah Osteoporosis

23

4.1.5 Konseling, Informasi dan Edukasi

1. Etiket

a. Actonel 35

Gambar 4.2 Etiket Actonel 35

b. Osteocare

Gambar 4.3 Etiket Osteocare

Apotek Kimia Farma 1 Jalan Garuda no. 48

Apoteker : Asep Dasuki S, S.Si., Apt SIPA : 19730127/SIPA-3173/2012/1043

No.13 Tanggal 16 April 2014 Nama : Tn. Budi Wibisono

1 kali seminggu 1 tablet (pagi) Sebelum Makan

Apotek Kimia Farma 1 Jalan Garuda no. 48

Apoteker : Asep Dasuki S, S.Si., Apt SIPA : 19730127/SIPA-3173/2012/1043

No.13 Tanggal 16 April 2014 Nama : Tn. Budi Wibisono

1 kali sehari 1 tablet (siang) Sebelum Makan

Page 28: Makalah Osteoporosis

24

c. Bio ATP

Gambar 4.4 Etiket Bio ATP

d. Arcoxia 60

Gambar 4.5 Etiket Arcoxia 60

2. Penyerahan Obat

Yang harus dilakukan ketika melakukan penyerahan obat meliputi:

1. Cara pengguaan obat

Actonel 35 dikonsumsi satu tablet setiap minggunya kemudian

osteocare, Bio ATP dan arcoxia 60 diminum satu tablet sehari.

2. Waktu pemberian obat

Actonel dikonsumsi setiap pagi hari, 30 menit sebelum makan,

diminum dengan segelas air pada posisi berdiri dan tidak boleh dikunyah.

Apotek Kimia Farma 1 Jalan Garuda no. 48

Apoteker : Asep Dasuki S, S.Si., Apt SIPA : 19730127/SIPA-3173/2012/1043

No.13 Tanggal 16 April 2014 Nama : Tn. Budi Wibisono

1 kali sehari 1 tablet (siang) Sesudah Makan

Apotek Kimia Farma 1 Jalan Garuda no. 48

Apoteker : Asep Dasuki S, S.Si., Apt SIPA : 19730127/SIPA-3173/2012/1043

No.13 Tanggal 16 April 2014 Nama : Tn. Budi Wibisono

1 kali sehari 1 tablet (siang) Sesudah Makan

Page 29: Makalah Osteoporosis

25

osteocare diminum sebelum makan pada siang hari, bio ATP dan arcoxia

60 dikonsumsi satu tablet tiap siang harinya sesudah makan.

3. Terapi non-farmakologi

Sebagai seorang apoteker, kita juga harus memberikan saran kepada

pasien yang menderita penyakit osteoporosis, saran yang dapat diberikan

antara lain:

a) Pasien harus diarahkan agar mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung kalsium, seperti susu tinggi kalsium. Konsumsi makanan

yang mengandung kalsium harus diberi jeda dengan penggunaan obat

actonel.

b) Pola makanan yang harus dijaga, membatasi asupan kafein, alkohol,

natrium, cola, dan minuman berkarbonasi lainnya.

c) Pasien sebaiknya banyak mengkonsumsi vitamin D dan vitamin K.

Konsumsi vitamin K baik untuk pertumbuhan tulang. Pasien juga

diarahkan untuk banyak mengkonsumsi protein dan kedelai, konsumsi

protein yang tinggi dapat melindungi tulang dari kerapuhan dan resiko

patah tulang, sedangkan konsumsi kedelai setiap harinya dapat

mengurangi resiko osteoporosis pada wanita menopouse.

d) Pasien disarankan untuk mengurangi/ berhenti merokok.

e) Pasien sebaiknya banyak melakukan gerakan fisik ringan sehingga

dapat meningkatkan kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan serta

mobilitas.

f) Pasien dapat menggunakan suatu alat bantu yang dirancang

sedemikian rupa dan dipakai di panggul sehingga dapat mengurangi

dampak jika terjatuh ke arah samping.

4. Catat nomor telepon dan alamat pasien demi keamanan.

5. Resep disalin ke buku resep (nama pasien, umur, alamat, obat, jumlah

obat, dan harga obat).

6. Obat yang keluar distok pada kartu stok (lakukan pencatatan terhadap

jumlah obat yang keluar dan sisa obat pada stok) atau dimasukkan ke

dalam system inventory (computer).

Page 30: Makalah Osteoporosis

26

4.2 Analisa dan Pembahasan Resep No.2

Gambar 4.6 Resep Nomor 2

4.2.1 Analisa Obat

1. Lasgan 30 (MIMS, 2013)

a. Komposisi : Lansoprazole.

b. Indikasi : Tukak duodenum, tukak lambung berulang, refluks

esofagitis.

c. Dosis : Tukak duodenum 30 mg/hr selama 4 minggu. Tukak

lambung 30 mg/hr selama 8 minggu. Esofagitis erosif 30

mg/hr selama 8 minggu, diikuti dg 4 minggu berikutnya

jika perlu. Sindroma 'Zollinger-Ellison' 60 mg/hr, dpt

Klinik dr. Darma Nugraha

Nama Dokter : dr Barry Karin Sp.PD

Nama Pasien : Ny. Irna Burhanudin

Usia : 70 th

R/ Lasgan 30 mg No. X

S 2 dd 1 a.c

R/ Analtran 500 mg No. X

S 3 dd 1 p.c

R/ Baquinor 500 mg No. X

S 2 dd 1 p.c

R/ Actonel 35 mg No. IV

S 1 dd 1 Seminggu 1 x

Page 31: Makalah Osteoporosis

27

ditingkatkan s/d 90-120 mg/hr dlm dosis terbagi.

d. ESO : Sakit kepala, diare, nyeri abdomen, dyspepsia, mual,

muntah, mulut kering, konstipasi, kembung, pusing, lelah,

ruam kulit, urtikaria, pruritus, peningkatan hasil tes fungsi

yang bersifat sementara&reversible. Perubahan

hematologi, seperti trombositopenia, eosinofilia,

leucopenia, pruritus, peningkatan transaminase, perubahan

hematologic.

2. Analtram (MIMS, 2013)

a. Komposisi : Tramadol 37.5 mg, paracetamol 325 mg

b. Indikasi : Terapi jangka pendek utk nyeri akut

c. Dosis : Dewasa&remaja (≥ 16 thn) 2 kapl/hr. Maks: 8 kapl/hr.

Selang waktu pemberian antar dosis tidak boleh < 6 jam.

d. ESO : Astenia, kelelahan menyeluruh, rasa panas&kemerahan

pada wajah, sakit kepala, tremor, nyeri perut, konstipasi,

diare, dyspepsia, kembung, mulut kering, muntah,

anoreksia, cemas, kebingungan, euphoria, insomnia,

gelisah, pruritus, ruam, berkeringat banyak.

3. Baquinor 500 (MIMS, 2013)

a. Komposisi : Ciprofloxacin HCl

b. Indikasi : ISK ringan-sedang, infeksi berat, infeksi saluran

pernafasan, infeksi saliran cerna, osteomielitis akut.

c. Dosis : ISK ringan-sedang 250 mg (2 x sehari), ISK berat 500 mg

(2 x sehari), infeksi saluran nafas ringan-sedang 250 mg (2

x sehari), infeksi saluran nafas berat 500 mg (2 x sehari),

infeksi saluran cerna 500 mg (2 x sehari), osteomielitis

akut 750 mg (2 x sehari).

d. ESO : Gangguan GI, pusing, sakit kepala, insomnia, halusinasi,

tremor, letih, gangguan penglihatan, reaksi kulit,

peningkatan sementara nilai enzim hati.

Page 32: Makalah Osteoporosis

28

4. Actonel 35 (MIMS, 2013)

a. Komposisi : Risedronate Na.

b. Indikasi : Terapi & preventif: osteoporosis pada wanita pasca

menopause & glukokortikoid yang menyebabkan

osteoporosis pada pria dan wanita.

c. Dosis : 35 mg 1 x/minggu

d. ESO : Gangguan GI, ulkus peptikum, esofagitis, nyeri tulang-

otot & sakit kepala, ruam, eritema, mual, muntah.

4.2.2 Skrining Farmasetika

1. Lasgan 30

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 2 kali sehari 1 tablet

c. Potensi : 30 mg

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral (sebelum makan)

f. Lama Pemberian : 5 hari

2. Analtram

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 3 kali sehari 1 tablet

c. Potensi : -

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral (sesudah makan)

f. Lama Pemberian : 3 hari

3. Baquinor 500

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 2 kali sehari 1 tablet

c. Potensi : 500 mg

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral (sesudah makan)

Page 33: Makalah Osteoporosis

29

f. Lama Pemberian : 5 hari

4. Actonel 35

a. Bentuk sediaan : Tablet

b. Dosis : 1 kali seminggu 1 tablet

c. Potensi : 35 mg

d. Incompatibilitas : -

e. Cara Pemberian : Per oral

f. Lama Pemberian : 4 minggu

4.2.3 Skrining Farmakologi

1. Mekanisme Kerja

Berdasarkan obat-obat yang diresepkan oleh dokter kemungkinan besar

pasien memiliki 2 indikasi penyakit yaitu gangguan saluran pencernaan dan

mengalami osteoporosis pasca menopouse. Hal ini dapat diketahui dari jenis

kelamin pasien yaitu wanita dan usia pasien 70 tahun. Pada usia ini biasanya

wanita telah mengalami menopouse. Selain itu, dokter yang meresepkan obat juga

merupakan dokter spesialis penyakit dalam, sehingga kemungkinan besar Ny. Irna

memang mengalami penyakit gangguan saluran pencernaan dan osteoporosis

pasca menopouse. Pada resep yang tertulis diatas, dokter memberikan lasgan 30

mg yang diberikan secara per oral 2 kali sahari 1 tablet sebelum makan. Lasgan

merupakan obat dengan komposisi zat aktif lanzoprazole. Lanzoprazole ini

merupakan obat golongan PPI (Proton Pump Inhibitor) yang sering digunakan

dalam terapi jangka pendek tukak lambung/ duodenum atau sindrom zolinger-

elison. Lanzoprazole bekerja dengan menghambat sekresi asam lambung dengan

cara menghambat sistem adenosin trifosfat hidrogen-kalium (pompa proton) dari

sel parietal lambung (Dipiro, 2009; Farmakologi dan Terapi, 2007, Farmakologi

Ulasan Bergambar, 2001).

Obat lain yang diresepkan dokter adalah analtram yang diberikan secara

per oral. 3 kali sehari 1 tablet setelah makan. Analtram merupakan obat dengan

kandungan zat aktif tramdol dan paracetamol. Tramadol dan paracetamol

merupakan obat golongan analgesik-antipiretik dan pada kasus ini kemungkinan

Page 34: Makalah Osteoporosis

30

besar analtram digunakan untuk meredakan nyeri yang timbul karena tukak

lambung/ tukak duodenum. Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada

reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem

syaraf pusat sehingga memblok sensasi rasa nyeri dan respon terhadap nyeri.

Disamping itu tramadol menghambat pelepasan neurotransmitter dari syaraf

aferen yang sensitif terhadap rangsang, akibatnya impuls nyeri terhambat.

Sedangkan paracetamol juga merupakan suatu analgesik yang cukup aman untuk

penderita tukak lambung karena tidak menyebabkan terjadinya luka pada lambung

seperti analgesik golongan NSAID (Farmakologi dan Terapi, 2007; Farmakologi

Ulasan Bergambar, 2001).

Selain itu, dokter juga meresepkan baquinor 500, diminum 2 kali sehari 1

tablet setelah makan. Baquinor merupakan suatu antobiotik dengan komposisi zat

aktif ciprofloksasin. Pada kasus ini baquinor kemungkinan digunakan untuk terapi

tukan lambung/ tukak duodenum dengan adanya H. Pylory (MIMS, 2013;

Farmakologi Ulasan Bergambar 2001, Famakologi dan Terapi, 2007).

Obat ke empat yang diresepkan dokter adalah Actonel 35 , diminum 1 kali

seminggu 1 tablet pada pagi hari sebelum makan. Actonel merupakan obat dengan

bahan aktif risedronate Na yang dapat digunakan terapi osteoporosis pasca

menopouse, dan terapi osteoporosis akibat penggunaan glukokortikoid. Pada

kasus ini, penggunaan actonel 35 kemungkinan besar digunakan untuk terapi Ny.

Irna sebagai terapi osteoporosis pasca menopouse. Risendronate Na merupakan

terapi farmakologi untuk osteoporosis yang termasuk dalam golongan

antiresorbsi. Mekanisme kerja utamanya adalah menginhibisi resorbsi tulang

normal dan abnormal. Risendronate Na dapat mengurangi resorbsi tulang oleh sel

osteoklas dengan cara berikatan dengan permukaan tulang dan menghambat kerja

osteoklas dengan cara mengurangi produksi proton dan enzim lisosomal dibawah

osteoklas (Dipiro, 2009).

2. Kesesuaian Dosis

a. Lasgan 30 (Lanzoprazole 30 mg)

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 2 kali sehari 1 tablet

dan diminum sebelum makan. Sediaan ini mengandung 30 mg lanzoprazole.

Page 35: Makalah Osteoporosis

31

Berdasarkan literatur penggunaan lanzoprazole untuk terapi tukak lambung/

duodenum adalah 15-30 mg/hari selama 4 minggu sedangkan untuk sindrom

zolinger-elison lanzoprazole dapat digunakan 60 mg/ hari dalam dosis tunggal

atau terbagi. Dosis yang tertera adalah 30 mg diminum 2 kali sehari 1 tablet.

Kemungkinan besar Ny. Irna mengalami sindrom zolinger-elison yaitu produksi

asam lambung yang berlebihan sehingga menyebabkan tukak lambung yang

cukup parah. Oleh sebab itu, dokter meresepkan lasgan 30 mg diminum 2 kali

sehari sebelum makan dengan tujuan untuk menghambat sekresi asam lambung

yang berlebihan tersebut. Dosis yang tertera pada resep ini tidak melewati batas,

sehingga aman untuk digunakan (ISO Farmakoterapi, 2009).

b. Analtram

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 3 kali sehari 1 tablet

setelah makan. Sediaan ini per tablet mengandung tramadol 37,5 mg dan

paracetamol 325 mg. Dosis maksimal yang dapat digunakan adalah 8 tablet/ hari.

Dosis yang tertera pada resep ini tidak melewati batas, sehingga aman untuk

digunakan (MIMS, 2013).

c. Baquinor 500

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 2 kali sehari 1 tablet

setelzh makan. Sediaan ini per tablet mengandung ciprofloksasin 500 mg.

Berdasarkan literatur, dosis yang digunan untuk infeksi saluran cerna adalah 500

mg, 2 kali sehari 1 tablet dan berdasarkan resep dokter dosis yang tertera pada

resep ini tidak melewati batas, sehingga aman untuk digunakan (MIMS, 2013).

d. Actonel 35

Aturan pakai yang digunakan dalam resep ini adalah 1 kali seminggu 1

tablet. Sediaan ini mengandung 35 mg risedronate Na. Dosis maksimum yang

diperbolehkan digunakan per minggu adalah 35 mg. Dosis ini tidak melewati

batas, sehingga aman untuk digunakan (ISO Farmakoterapi, 2009; MIMS, 2013).

Page 36: Makalah Osteoporosis

32

3. Aturan Pakai

a. Lasgan 30

Lasgan digunakan 2 kali sehari 1 tablet sebelum makan. Pada pasien harus

diberikan informasi obat jika obat ini setidaknya harus diberikan 1 jam sebelum

makan agar obat dapat di absorbsi dengan baik (MIMS, 2103).

b. Analtram

Analtram digunakan 3 kali sehari 1 tablet setelah makan. Obat ini digunakan

untuk menghilangkan rasa nyeri yang disebakan karena produksi asam lambung

yang berlebihan (MIMS, 2013).

c. Baquinor 500

Baquinor digunakan 2 kali sehari 1 tablet setelah makan. Karena baquinor

merupakan antibiotik maka pasien harus di berikan informasi agar obat ini harus

dihabiskan untuk menghindari resistensi dari bakteri tersebut (MIMS, 2013).

d. Actonel 35

Actonel 35 digunakan 1 kali seminggu. Pada resep tidak diketahui pada

waktu kapan actonel ini digunakan sehingga perlu ditambahkan beberapa

tambahan keterangan dan informasimobat kepada pasien. Actonel sebaiknya

diminum 30 menit sebelum makan dan diminum dengan segelas air dengan posisi

berdiri. Actonel harus ditelan utuh dan tidak boleh dikunyah. Apabila actonel

digunakan bersamaan dengan antasida, Ca atau obat oral yang mengandung kation

divalensi maka akan menurunkan absorbsi dari actonel. Oleh sebab itu, pengguan

actonel harus diberikan jeda waktu apabila digunakan bersama dengan antasida,

Ca, ataupun obat oral yang mengandung kation divalensi (MIMS, 2013).

4. Interaksi Obat

Pada resep ini tidak ditemukan adanya interaksi farmakologi diantara ke

empat obat tersebut. Sehingga obat tersebut aman jika digunakan secara

bersamaan.

Page 37: Makalah Osteoporosis

33

4.2.4 Konseling, Informasi dan Edukasi

1. Etiket

a. Lasgan 30

Gambar 4.7 Etiket Lasgan 30

b. Analtram

Gambar 4.8 Etiket Analtram

Apotek Kimia Farma 4 Jalan Perserikatan 7-8

Apoteker : Rumondang Maria, S.Farm., Apt SKPA : 13.5725/PP.IAI/IV/2012

No.5 Tanggal 10 April 2014 Nama : Irna Burhanudin

2 kali sehari 1 tablet Sebelum Makan

Apotek Kimia Farma 4 Jalan Perserikatan 7-8

Apoteker : Rumondang Maria, S.Farm., Apt SKPA : 13.5725/PP.IAI/IV/2012

No.5 Tanggal 10 April 2014 Nama : Irna Burhanudin

3 kali sehari 1 tablet Sesudah Makan

Page 38: Makalah Osteoporosis

34

c. Baquinor 500

Gambar 4.9 Etiket Baquinor 500

d. Actonel 35

Gambar 4.10 Etiket Actonel 35

2. Penyerahan Obat

Yang harus dilakukan ketika melakukan penyerahan obat meliputi:

1. Cara penggunaan obat

Lasgan 30 dikonsumsi dua kali sehari satu tablet, Analtram

dikonsumsi tiga kali sehari satu tablet, Baquinor 500 dikonsumsi dua kali

sehari satu tablet dan Actonel 35 dikonsumsi satu kali seminggu satu tablet

pada pagi hari.

Apotek Kimia Farma 4 Jalan Perserikatan 7-8

Apoteker : Rumondang Maria, S.Farm., Apt SIPA : 13.5725/PP.IAI/IV/2012

No.5 Tanggal 10 April 2014 Nama : Irna Burhanudin

2 kali sehari 1 tablet Sesudah Makan

Antibiotik, Harus Dihabiskan

Apotek Kimia Farma 4 Jalan Perserikatan 7-8

Apoteker : Rumondang Maria, S.Farm., Apt SIPA : 13.5725/PP.IAI.IV/2012

No.13 Tanggal 16 April 2014 Nama : Irna Burhanudin

1 kali seminggu 1 tablet (pagi) Sebelum Makan

Page 39: Makalah Osteoporosis

35

2. Waktu pemberian obat

Lasgan dikonsumsi 1 jam sebelum makan pagi dan malam, analtram

dikonsumsi setelah makan pagi, siang, dan malam. Baquinor 500

dikonsumsi sesudah makan setiap pagi dan malam hari dan karena obat ini

merupakan antibiotik maka baquinor harus dihabiskan untuk mencegah

bakteri muncul kembali. Actonel 35 mg tablet dikonsumsi satu tablet

satiap satu minggu sekali, 30 menit sebelum makan pada pagi hari, dan

diminum dengan segelas air pada posisi berdiri, tablet harus langsung

ditelan dan tidak boleh dikunyah.

3. Terapi non-farmakologi

Sebagai seorang apoteker, kita juga harus memberikan saran kepada

pasien yang menderita penyakit tukak lambung dan osteoporosis ini.

Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :

a) Pasien sebaiknya menghindari makanan yang dapat memicu sekresi

asam lambung seperti makanan pedas dan asam.

b) Pasien sebaiknya berhenti untuk merokok karena merokok juga

merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan produksi asam

lambung.

c) Sebaiknya pasien menghidari penggunaan obat-obat NSAID karena

penggunaan NSAID juga dapat menyebabkan sekresi asam lambung

berlebih sehingga dapat memperparah terjadinya tukan

lambung/duodenum. Apabila NSAID tidak dapat dihentikan

penggunaannya maka dapat dipertimbangkan pemberian dosis yang

rendah atau diganti dengan COX2 selektif inhibitor.

d) Pasien harus diarahkan agar mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung kalsium, seperti susu tinggi kalsium. Konsumsi makanan

yang mengandung kalsium harus diberi jeda dengan penggunaan obat

actonel.

e) Pola makanan yang harus dijaga, membatasi asupan kafein, alkohol,

natrium, cola, dan minuman berkarbonasi lainnya.

Page 40: Makalah Osteoporosis

36

f) Pasien sebaiknya banyak mengkonsumsi vitamin D dan vitamin K.

Konsumsi vitamin K baik untuk pertumbuhan tulang. Pasien juga

diarahkan untuk banyak mengkonsumsi protein dan kedelai, konsumsi

protein yang tinggi dapat melindungi tulang dari kerapuhan dan resiko

patah tulang, sedangkan konsumsi kedelai setiap harinya dapat

mengurangi resiko osteoporosis pada wanita menopouse.

g) Pasien sebaiknya banyak melakukan gerakan fisik ringan sehingga

dapat meningkatkan kekuatan otot, koordinasi dan keseimbangan serta

mobilitas.

h) Pasien dapat menggunakan suatu alat bantu yang dirancang

sedemikian rupa dan dipakai di panggul sehingga dapat mengurangi

dampak jika terjatuh ke arah samping.

4. Catat nomor telepon dan alamat pasien demi keamanan.

5. Resep disalin ke buku resep (nama pasien, umur, alamat, obat, jumlah

obat, dan harga obat).

6. Obat yang keluar distok pada kartu stok (lakukan pencatatan terhadap

jumlah obat yang keluar dan sisa obat pada stok) atau dimasukkan ke

dalam system inventory (komputer).

Page 41: Makalah Osteoporosis

37

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

a. Osteoporosis merupakan penyakit degeneratif yang dapa menyerang pria

maupun wanita. Osteoporosis merupakan penyakit kronik yang ditandai

dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur

tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang.

b. Berdasarkan resep nomor 1, diketahui bahwa pasien menderita osteoporosis

yang disebabkan karena usia/ penuaan. Terapi farmakologi yang diberikan

oleh dokter untuk pasien Tn.Budi sudah tepat dan dosisnya pun sudah sesuai

dengan aturan penggunaan.

c. Berdasarkan resep nomor 2, diketahui bahwa pasien menderita gangguan

saluran pencernaan dan osteoporosis yang disebabkan pasca menopouse.

Terapi farmakologi yang diberikan oleh dokter untuk pasien Ny. Irna sudah

tepat dan dosisnya pun sudah sesuai dengan aturan penggunaan.

Page 42: Makalah Osteoporosis

38

DAFTAR ACUAN

1. Dipiro, J.T., et al. 2009. Pharmacotherapy Handbook 7th Edition. New York.

Mc Graw Hill Medical.

2. Ernawati, 2008. Efektifitas edukasi dengan menggunakan panduan

pencegahan osteoporis terhadap pengetahuan dan wanita yang beresiko

osteoporosis di Rumah sakit Fatmawati Jakarta. Tesis FIK-UI.

http://www.ui.ac.id diakses 16 April 2014.

3. Consensus development conference: diagnosis, prophylaxis, and treatment of

osteoporosis. Am J Med 1993;94:646-50.

4. Kaltenborn, 1992. Osteoporosis Post Menopouse

5. Kini Usha, B.N. Nandeesh. Physiology of Bone Formation, Remodeling, and

Metabolism. Vol. XIV. Radionuclide and Hybride Bone Imaging tahun 2012.

6. Mycek, M.J., et al. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 2. Jakarta:

Widya Medika.

7. Permatasari, Defitaria., dkk. Hubungan Aktivitas Fisik Dan Terjadinya

Osteoporosis Pada Wanita Pascamenopuose Di Poliklinik Bedah Tulang

RSUD Dokter Soedarsotahun 2013.

8. Riggs, B.L., and Melton, L.J. III. (1995). Bone Suppl (17). 505S-511S

9. Sain Iwan, n.d. ASKEP pada Klien dengan Gangguan Metabolisme Tulang:

OSTEOPOROSIS

10. Scottish Intercolligiate Guideline Network Management of osteoporosis, a

national clinical guideline, 2003.

11. Tim Penyusun. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen

Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI.

12. TIM Penyusun. 2009. ISO Farmakoterapi Jilid 1. Jakarta: PT ISFI Penerbitan-

Jakarta.

13. Tim Penyusun. 2013. MIMS Petunjuk Konsultasi. Jakarta: BIP Kelompok

Gramedia

14. Utomo Margo, dkk. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan

Tulang Pada Wanita Postmenopause. Vol.6 No.2 tahun 2012.

Page 43: Makalah Osteoporosis

39

15. Wardhana, Wisnu. Faktor-faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan

Usia Diatas 50 Tahun. Jurnal Media Medika Mudatahun 2012.

16. Weils G. Barbara. Pharmacotherapy handbook edisi 5