Makalah Seminar Osteoporosis

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS Disusun Oleh : KELOMPOK II Semester V PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013

Transcript of Makalah Seminar Osteoporosis

Page 1: Makalah Seminar Osteoporosis

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN OSTEOPOROSIS

Disusun Oleh :

KELOMPOK II

Semester V

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2013

Page 2: Makalah Seminar Osteoporosis

Nama Kelompok II :

1. Equeentaha Noor Sauvida (G2A011017)

2. Faizal Ghofarudin (G2A011019)

3. Faizal Imanuddin (G2A011020)

4. Fendi Sulistiyo (G2A011021)

5. Fetty Indriani (G2A011022)

6. Hanif Kurnia Sandi (G2A011023)

7. Herdha Ari Cahyono (G2A011024)

8. Hilda Amalia F.N (G2A011025)

9. Iik Ristiyanto (G2A011026)

10. Insan Perdana (G2A011027)

11. Lathiful Anshori Z (G2A011028)

12. Lina Dian Rosita (G2A011029)

Page 3: Makalah Seminar Osteoporosis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai oleh penurunan densitas

massa tulang dan perburukan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh

dan mudah patah.

Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan

metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi permasalahan muskuloskletal yang

memerlukan perhatian khusus, terutama di negara-negara berkembang.

Sejak dicanangkannya Bone Joint Decade(BJD) 2000-2010 osteoporosis menjadi

penting, karena selain termasuk dalam 5 besar masalah kelainan muskuloskletal

yang harus ditangani, juga kasusnya semakin meningkat sejalan dengan peningkatan

jumlah usia tua.

Pada umumnya pengobatan osteoporosis dibagi menjadi 2 bagian yaitu untuk

menghambat hilangnya massa tulang dan disbut pencegahan primer dan untuk

meningkatkan massa tulang yang disebut pencegahan sekunder.

Permasalahan terapi osteoporosis adalah kompleks dan erat hubungannya dengan

cakupan penderita yang rendah akibat mahalnya biaya deteksi dini, pemeriksaan

lanjutan dan obat-obatan untuk penyakit osteoporosis.Selain itu obat-obatan yang

ada pun masih belum ada yang ideal karena masalah efikasi dan toleransi yang

ditimbulkan oleh obat-obatan tersebut.

B. TUJUAN

1. Tujuan Intruksional Umum

Menjelaskan tentang bagaimana konsep dan pendekatan asuhan keperawatan

pada klien dengan osteoporosis.

2. Tujuan Intruksional Khusus

a. Dapat menjelaskan anatomi dan fisiologi tulang.

b. Dapat menjelaskan definisi osteoporosis.

c. Dapat menjelaskan etiologi dari osteoporosis.

d. Dapat menjelaskan patofisiologi dari osteoporosis.

e. Dapat menjelaskan manifestasi klinis dari osteoporosis.

f. Dapat menjelaskan klasifikasi dari osteoporosis.

Page 4: Makalah Seminar Osteoporosis

g. Dapat menjelaskan pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik yang dilakukan

pada klien osteoporosis.

h. Dapat menjelaskan penatalaksaan medis pada klien osteoporosis.

i. Dapat menjelaskan komplikasi dari osteoporosis.

j. Dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada klien osteoporosis.

C. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dalam penulisan tugas makalah ini adalah mencari dari berbagai

sumber dan diskusi bersama kelompok

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan makalah ini disusun dalam tiga BAB dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

B. TUJUAN PENULISAN

C. METODE PENULISAN

D. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II : KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

B. ETIOLOGI

C. PATOFISIOLOGI

D. MANIFESTASI KLINIK

E. PENATALAKSANAAN

F. PENGKAJIAN FOKUS

G. PATHWAYS KEPERAWATAN

H. DIAGNOSA, INTERVENSI DAN RASIONAL

BAB III : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Makalah Seminar Osteoporosis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot

menyusun kurang lebih 50%. Kesahatan dan fungsi system musculoskeletal sangat

bergantung pada system tubuh lain. Struktur tulang member perlindungan terhadap

organ vital, termasuk otak, jantung dan paru-paru. Kerangka tulang merupakan

kerangka yang kuat untuk menyangga struktur tubuh. Otot yang melekat ke tulang

memungkinkan tubuh bergerak.

Pembagian skeletal, yaitu:

1. Axial skeleton terdiri dari kerangka tulang kepala dan leher, tengkorak, kolumna

vertebrae, tulang iga, tulang hyoid sternum.

2. Apendikular skeleton terdiri dari:

a. Kerangka tulang lengan dan kaki

b. Ekstrmitas atas (scapula, klavikula, humerus, ulna, radial) dan tangan

(karpal, metacarpal, falang)

c. Ekstremitas bawah (tulang pelvic, femur, patella, tibia, fibula) dan kaki

(tarsal, metatarsal, falang).

Jenis Tulang

Ada empat jenis tulang, yaitu :

a. Tulang Panjang

Tulang panjang (mis, femur, humerus) bentuknya silindris dan

berukuran panjang seperti batang (diafisis) tersusun atas tulang kompakta,

dengan kedua ujungnya berbentuk bulat (epifisis) tersusun atas tulang

kanselus. Tulang diafisis memiliki lapisan luar berupa tulang kompakta yyang

melindungi sebuah rongga tengah yang disebut kanal medulla yang

mengandung sumsum kuning. Sumsum kuning terdiri dari lemak dan

pembuluh darah, tetapi suplai darah atau eritrositnya tidak banyak. Tulang

epifisis terdiri dari tulang spongiosa yang mengandung sumsuum merah yang

isinya sama seperti sumsum kuning dan dibungkus oleh selapis tipis tulang

Page 6: Makalah Seminar Osteoporosis

kompakta. Bagian luar tulang panjang dilapisi jaringan fibrosa kuat yang

disebut periosteum. Lapisan ini kaya dengan pembuluh darah yang menembus

tulang.

Periostenum member nutrisi tulang dibawahnya melalui pembuluh

darah. Jika periostenum robek, tulang dibawahnya akan mati. Periostenum

berperan untuk pertambahan kekebalan tulang melalui kerja osteoblas.

Periostenum berfungsi protektif dan merupakan tempat pelekatan tendon.

Periostenum tidak ditemukan pada permukaan sendi.

b. Tulang Pendek

Tulang pendek (mis,falang, karpal) bentuknya hampir sama dengan

tulang panjang, tetapi bagian distal lebih kecil dari pada bagian proksimal,

serta berukuran pendek dan kecil.

c. Tulang Pipih

Tulang pipih (mis, sternum, kepala, scapula, panggul) bentuknya

gepeng, berisi sel-sel pembentuk darah, dan melindungi organ vital dan lunak

dibawahnya. Tulang pipih terdiri dari 2 lapis tulang kompakta dan di bagian

tengahnya terdapat lapisan spongiosa. Tulang ini juga dilapisi oleh

periostenum yang dilewati oleh dua kelompok pembuluh darah menembus

tulang untuk menyuplai tulang kompakta dan tulang spongiosa.

d. Tulang Tidak Beraturan

Tulang tidak beraturan (mis, vertebra, telinga tengah) mempunyai

bentuk yang unik sesuai fungsinya. Tulang tidak beraturan terdiri dari tulang

spongiosa yang dibungkus oleh selapis tipis tulang kompakta. Tulang ini

diselubungi periostenum kecuali pada permukaan sendinya seperti tulang

pipih. Periostenum ini member dua kelompok pembuluh darah untuk

menyuplai tulang kompakta dan spongiosa.

e. Tulang Sesamoid

Tulang sesamoid (mis, patella) merupakan tulang kecil yang terletak

disekitar tulang yang berdekatan dengan persendian, berkembang bersama

tendon dan jaringan fasia.

STRUKTUR TULANG

Tersusun oleh jaringan tulang kompakta (kortikal) dan kanselus (trabekular

atau spongiosa ). Tulang kompakta terlihat padat. Akan tetapi jika diperiksa

Page 7: Makalah Seminar Osteoporosis

dengan makroskop terdiri dari system havers. System havers terdiri dari kanal

havers. Sebuah kanal havers mengandung pembuluh darah, saraf, dan pembuluh

limfe,lamela (lempengan tulang yang mengelilingi kanal sentral), kaluna (ruang

diantara lamella yang mengandung sel-sel tulang atau osteosit dan saluran limfe),

dan kanalikuli ( saluran kecil yang menghubungkan lacuna dan kanal sentral).

Saluran ini mengandung pembuluh limfe yang membawa nutrient dan oksigen ke

osteosit.

SEL – SEL PENYUSUN TULANG TERDIRI DARI:

1. Osteoblas berfungsi menghasilkan jarinagan osteosid dan menyekresi

sejumlah besar fosfatase alkali yang berperan penting dalam pengendapan

kalsium dan fosfat kedalam matriks tulang.

2. Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai lintasan untuk

pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat.

3. Osteoklas adalah sel-sel berinti banyak yang memungkinkan mineral dan

matriks tulang dapat diabsorbsi. Sel-sel ini menghasilkan enzim proteolitik

yang memecah matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang,

sehingga kalsium dan fosfat terlepas kedalam darah.

Page 8: Makalah Seminar Osteoporosis

BAB III

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang ditandai oleh penurunan

densitas tulang yang parah sehingga mudah terjadi fraktur tulang. ( elizabeth .

corwin 2009)

Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan

memburulnya mikro-arsitektur jaringan tulang, mengakibatkan tingkat kerapuhan

tulang dan resiko tinggi fraktur. (brashers, valentina L. 2007. Aplikasi klinis

patofisiologi pemeriksaan dan menejemen. Jakarta : EGC)

Osteoporosis adalah suatu sindrom penurunan densitas tulang ( matrik dan mineral

berkurang ), tetapi rasio matrik dan mineral tetap normal ( Pujiastuti, 2003 ).

B. ETIOLOGI

Faktor resiko penyebab osteoporosis yang tidak dapat diubah :

1. Usia, lebih sering terjadi pada lansia

2. Jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.

Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang

lebih keci

3. Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi

4. Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat

osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit

yang sama.

5. Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis

vertebramenyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara

usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun

dengan BMI yang rendah.

Yang dapat diubah :

1. Merokok

Page 9: Makalah Seminar Osteoporosis

2. Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan

penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban

fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.

3. Gangguan makan (anoreksia nervosa)

4. Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang

menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.

5. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,

hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.

( Muttaqin, 2008 )

C. PATOFISIOLOGI

Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi

tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan

massa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah

patah ; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak menimbulkan

pengaruh pada tulang normal. Nyeri sering terjadi pada penderita osteoporosis

akibat runtuhnya corpus vertebrae akibat fraktur. Osteoporosis sering

mengakibatkan fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah

kolum femoralis dan daerah trokhanter, dan patah tulang colles pada pergerakan

tangan. Fraktur kompresi ganda fertebra mengakibatkan deformitas skelet.

( Smelthzer, 2002 : 2335)

D. MANIFESTASI KLINIK

1. Usia, jenis kelamin, dan ras.

2. Riwayat keluarga tentang osteoporosis, terutama adanya riwayat fraktur

patologis.

3. Faktor reproduksi, seperti riwayat tidak pernah hamil, masa menopause, dan

penggunaan terapi estrogen .

4. Faktor kebiasaan hidup, seperti merokok, konsumsi alcohol, kopi, dan

kurangnya aktivitas fisik.

5. Asupan kalsium dan vitamin D.

6. Riwayat fraktur, dengan jenis trauma ringan pada usia di atas 40 tahun.

7. Penggunaan obat-obatan yang memberikan predisposisi seperti pada etiologi.

8. Kelemahan otot-otot ekstermitas.

Page 10: Makalah Seminar Osteoporosis

(Nor Helmi, Zairin. (2012). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :

Salemba medika)

E. PENATALAKSANAAN

1. Pencegahan osteoporosis dilakukan sejak masa kanak – kanak dan

remaja,dengan pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik

sepanjang hidup untuk memperkuat tulang.

2. Suplemen vitamin D dan kalsium melalui makanan mengurangi

perkembangan osteoporosis pada lansia dan merupakan komponen

esensial dalam pencegahan.

3. Merokok harus dihindari.

4. Terapi pergantian esterogen-progesteron atau modulator reseptor estrogen

selektif yang dilakukan selama dan setelah monopause dapat mengurangi

perkembangan osteoporosis pada wanita.

5. Obat - obatan yang dikenal sebagai bisfosfonat (misalnya, alendronnat,

risedronat dan ibandronat) terbukti mengurangi resorpsi tulang dan

mencegah pengroposan tulang.

6. Terapi testosteron dapat mengurangi osteoporosis pada pria.

( Corwin, Elizabeth J. 2009 . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC )

Penatalaksanaan lainnya:

1. Berikan diet seimbang yang adekuat dengan kandungan kalsium dan

vitamin D yang banyak.

2. Dapat meningkatkan masukan kalsium pada usia bayi atau resepkan

preparat kalsium.

3. Terapi penggantian hormon (HRT) untuk menunda kehilangan tulang

4. Pengobatan lain termasuk kalsitonin, natrium florida dan natrium

etidronat.

( Baughman, Diane C. 2000 . Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah .

Jakarta: EGC)

Page 11: Makalah Seminar Osteoporosis

F. PENGKAJIAN FOKUS

1. Demografi:

Seorang perempuan umur 55 tahun seorang guru, menikah 36 tahun lalu,

dengan 2 anak. Tinggi pasien 165 cm. Pasien mengatakan jarang

melakukan olahraga, menapouse sejak 5 tahun lalu. Akhir-akhir ini pasien

mengeluh nyeri tulang belakang. Tidak berkurang dengan analgetik.

Sering terbangun malam hari karena nyerinya. Seminggu lalu pasien

melakukan rontgent didapatkan hasil adanya fraktur kompresi pada dua

tulang vertebral. Dokter mendiagnosa pasien mengalami osteoporosis.

2. Identitas pasien:

Nama : Ny. X

Umur : 55 tahun

Profesi : guru

Tinggi badan : 165 cm

DO :

Hasil rontgent didapatkan adanya fraktur kompresi pada dua tulang

vertebral

DS:

pasien mengeluh nyeri tulang belakang

Tidak berkurang dengan analgetik

Sering terbangun malam hari karena nyerinya.

Pasien mengatakan jarang melakukan olahraga

menapouse sejak 5 tahun lalu.

Page 12: Makalah Seminar Osteoporosis

3. PATHWAYS KEPERAWATAN

Hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan

Faktor usia, jenis kelamin, ras, keluarga, bentuk tubuh, dan tidak pernah melahirkan

Merokok, alcohol, kopi, defisiensi vitamin, dan gizi, gaya hidup (imobilitas), anoreksia, dan penggunaan obat-obatan

Fraktur colles

Penyerapan tulang lebih banyak daripada pembentukan baru

defisit perawatan diri

Penurunan massa tulang total

Tulang menjadi rapuh dan mudah patah

Insufisiensi paru

Kolaps bertahap tulang vertebra

Melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin. Tidak tercapainya masa tulang yang maksimal. Resorpsi tulang menjadi lebih cepat.

Perubahan postural

Fraktur kompresi vertebra lumbalis

Relaksasi otot abdominal, perut menonjol

Penurunan tinggi badan

Kelemahan dan perasaan mudah lelah

Kifosis progresifFraktur femur

Osteoporosis

Fraktur kompresi vertebra torakalis

Gangguan fungsi ekstremitas atas dan bawah.pergerakan fragmen tulang, spasme otot

Nyeri

Deformitas skelet

gangguan eliminasi alvi

gangguan citra diri

ansietas

Penurunan kemampuan pergerakan

hambatan mobilitas fisik

Kompresi saraf pencernaan ileus paralitik

Konstipasi

Perubahan postural

Resiko tinggi injury

Page 13: Makalah Seminar Osteoporosis

4. DIAGNOSA, INTERVENSI, DAN RASIONAL

1. Risiko tinggi injury: fraktur b.d kecelakaan ringan/jatuh

HYD: klien tidak mengalami jatuh atau fraktur akibat jatuh

Intervensi:

a. Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas bahaya bagi klien.

R: Lingkungan yang bebas bahaya mengurangi risiko untuk jatuh dan

mengakibatkan fraktur.

b. Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan

atau tongkat.

R: Memberi support ketika berjalan mencegah tidak jatuh pada lansia.

c. Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan cegah klien dari

pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.

R: Benturan yang keras menyebabkan fraktur tulang, karena tulang

sudah rapuh, porus dan kehilangan kalsium.

d. Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan

dan tidak mengangkat beban yang berat.

R: Gerakan tubuh yang cepat dapat mempermudah fraktur

compression vertebral pada klien dengan osteoporosis

e. Ajarkan klien tentang pentingnya diet (tinggi kalsium, vitamin D)

dalam mencegah osteoporosis lebih lanjut.

R: Diet kalsium memelihara tingkat kalsium dalam serum, mencegah

kehilangan kalsium ekstra dalam tulang.

f. Anjurkan klien untuk menguragi kafein dan alkohol.

R: Kafein berlebihan meningkat pengeluaran kalsium berlebihan

dalam urine; alkohol berlebihan meningkatkan asidosis,

meningkatkan reabsorpsi tulang.

g. Ajarkan klien akan efek dari rokok dalam remodeling tulang.

R: Rokok meningkatkan asidosis

2. Nyeri b.d adanya fraktur.

HYD: Klien mampu melakukan tindakan mandiri untuk mengurangi nyeri,

dan nyeri berkurang sampai hilang.

Intervensi:

a. Kaji lokasi nyeri, tingkat nyeri, durasi, frekuensi dan intensitas nyeri.

Page 14: Makalah Seminar Osteoporosis

R: Menentukan intervensi keperawatan yang tepat untuk klien

b. Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dan anjurkan klien untuk

mengambil psosisi terlentang atau miring yang nyaman bagi kalien

R: Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di

tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama

beberapa hari.

c. Beri kasur padat dan tidak lentur.

R: Memberikan rasa nyaman bagi klien

d. Ajarkan klien tehknik relaksasi dengan melakukan fleksi lutut.

R: Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi

otot.

e. Berikan kompres hangat intermiten dan pijatan punggung.

R: Kompres hangan dan pijat pada punggung memperbaiki relaksasi

otot.

f. Ajarkan dan anjurkan klien untuk menggerakkan batang tubuh sebagai

satu unit dan hindari gerakan memuntir.

R: Gerakan tubuh memuntir dapat meningkatkan risiko cedera.

3. Konstipasi b.d imobilitas atau ileus obstruksi.

HYD: Klien tidak mengalami konstipasi, klien dapat bab 2-3 kali dalam

seminggu, konsistensi feces lunak, dan tidak ada kolaps pada T10-L2

Intervensi:

a. Kaji pola elimeinasi bab klien

R: Menentukan intervensi bila ada gangguan pada eliminasi BAB

b. Berikan diet tinggi serat.

R: Tinggi serat membantu proses pengosongan usus dan

meminimalkan kostipasi

c. Anjurkan klien minum 1,5-2 liter/hari bila tidak ada kontraindikasi.

R: Pemenuhan cairan yang adekuat dapat membantu atau

meminimalkan konstipasi.

d. Kolaborasi untuk pemberian pelunak tinja dan berikan pelunak tinja

sesuai ketentuan

R: Membantu meminimalkan konstipasi

( Doengoes, 2000 )

Page 15: Makalah Seminar Osteoporosis

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.terdapat

perubahan pergantian homeostatis normal,kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang,mengakibatkan penurunan masssa total. (Smeltzer,

2002 ).

Faktor resiko penyebab osteoporosis yang tidak dapat diubah :

1. Usia, lebih sering terjadi pada lansia

2. Jenis kelamin, tiga kali lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria.

Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh factor hormonal dan rangka tulang yang

lebih kecil

3. Ras, kulit putih mempunyai risiko paling tinggi

4. Riwayat keluarga/keturunan, pada keluarga yang mempunyai riwayat

osteoporosis, anak-anak yang dilahirkan juga cenderung mempunyai penyakit

yang sama.

5. Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan scoliosis

vertebramenyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutam trejadi pada wanita antara

usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70tahun

dengan BMI yang rendah.

Yang dapat diubah :

1. Merokok

2. Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan

penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban

fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.

3. Gangguan makan (anoreksia nervosa)

4. Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang

menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.

5. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,

hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.

Page 16: Makalah Seminar Osteoporosis

B. Saran

1. Para pembaca dan mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang penyakit

osteoporosis ini.

2. Para tenaga kesehatan mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien

khususnya osteoporosis secara profesional.

3. Disarankan agar masyarakat mampu menjaga kesehatan dengan menghindari

alasan yang bisa mengakibatkan osteoporosis.

Page 17: Makalah Seminar Osteoporosis

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. 2005. Patofisiologi :

Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1.Edisi 6. Jakarta : EGC.

Brashers, valentina L. 2007. Aplikasi klinis patofisiologi pemeriksaan dan menejemen. Jakarta :

EGC

Elizabeth, Corwin J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Nor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba medika

Baughman, Diane C. 2000 . Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta: EGC

Doengoes, Marylinn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan Dan

Pendokumentasian Perawatan pasien, Alih bahasa : I Made kariasa, Ni Made Sumarwati.

Jakarta : EGC