Makalah Osteoporosis

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:

description

KMB

Transcript of Makalah Osteoporosis

Page 1: Makalah Osteoporosis

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih

merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di

Amerika Serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-

menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Sekitar 80% persen

penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami

penghentian siklus menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause

meningkatkan risiko terkena osteoporosis.

Penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria tetap memiliki risiko

terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita, penyakit osteoporosis pada pria

juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki tidak mengalami menopause, sehingga

osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414

persen dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000

diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015.

Beberapa fakta seputar penyakit osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran

akan ancaman osteoporosis berdasar Studi di Indonesia:

Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-

36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.

Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di

Asia pada 2050. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Mereka yang terserang rata-rata

berusia di atas 50 tahun. (Yayasan Osteoporosis Internasional) Satu dari tiga perempuan dan

satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. (Yayasan

Osteoporosis Internasional) Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit

osteoporosis. (depkes, 2006).

Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar

dan merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah Negara Cina.

Peran perawat adalah memberikan pengetahuan mengenai osteoporosis, program

pencegahan, pengobatan, cara mengurangi nyei dan mencegah terjadinya faktur.

Page 2: Makalah Osteoporosis

2

1.2 Tujuan

1.2.1Tujuan Umum :

Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan ”Osteoporosis”.

1.2.2 Tujuan Khusus :

1. Mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada klien dengan

osteoporosis.

2. Mampu melakukan masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan

osteoporosis.

3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan klien dengan osteoporosis.

4. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan osteoporosis.

5. Mampu melakukan evaluasi atas tindakan yang telah di lakukan

6. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.

7. Mampu mengidentifikasi faktor pendukung,penghambat,serta dapat mencari

solusi.

8. Mampu mengdokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan osteoporosis.

Page 3: Makalah Osteoporosis

3

BAB II

KONSEP DASAR

2.1 I. KONSEP DASAR OSTEOPOROSIS

2.1.1 Pengertian

Osteoporosis

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat

perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara

progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan

stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan

fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah koulum femoris dan daerah

tronkanter, dan patah tulang coles pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra

mengakibatkan deformitas skeletal.

Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan massa

tulang yang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan

meningkatnya fragilitas tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan

atau akibat trauma minimal. (Consensus Development Conference, 1993).

Kifosis

Kolaps bertahap tulang vertebra tidak menimbulkan gejala, hanya terlihat sebagai

kifosis progresif. Dengan berkembangnya kifosis terjadinya pengurangan tinggi badan.

kehilangan masa tulang merupakan fonomenal universal yang berkaitan dengan usia.

kalsitonin yang menghambat resorsi tulang dan merangsang pembentukan tulang mengalami

penurunan. estrogen yang menghambat pemecahan tulang juga berkurang bersama

pertambahan usia. Hormon paratiroid disisi lain meningkatkan bersama bertambahnya usia

dan meningkatkan resorsi tulang. Kosekuensi perubahan ini kehilangan tulang net bersama

berjalannya waktu.

Page 4: Makalah Osteoporosis

4

Jenis Osteoporosis

Bila disederhanakan, terdapat dua jenis osteoporosis, yaitu osteoporosis primer dan

sekunder.

1. Osteoporosis primer adalah kehilangan massa tulang yang terjadi sesuai dengan

proses penuaan, sedangkan osteoporisis sekunder didefinisikan sebagai kehilangan

massa tulang akibat hal hal tertentu. Sampai saat ini osteoporosis primer masih

menduduki tempat utama karena lebih banyak ditemukan dibanding dengan

osteoporosis sekunder. Proses ketuaan pada wanita menopause dan usia lanjut

merupakan contoh dari osteoporosis primer.

2. Osteoporisis sekunder mungkin berhubungan dengan kelainan patologis tertentu

termasuk kelainan endokrin, epek samping obat obatan, immobilisasi, Pada

osteoporosis sekunder, terjadi penurunan densitas tulang yang cukup berat untuk

menimbulkan fraktur traumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan steroid,

artritis reumatoid, kelainan hati/ginjal kronis, sindrom malabsorbsi, mastositosis

sistemik, hiperparatiroidisme, hipertiroidisme, varian status hipogonade, dan lain-lain.

Osteoporosis akibat pemakaian steroid

Harvey Cushing, lebih dari 50 tahun yang lalu telah mengamati bahwa

hiperkortisolisme berhubungan erat dengan penipisan massa tulang. Sindroma Cushing relatif

jarang dilaporkan. Setelah pemakaian steroid semakin meluas untuk pengobatan pelbagai

kondisi penyakit, efek samping yang cukup serius semakin sering diamati. Diperkirakan,

antara 30% sampai 50% pengguna steroid jangka panjang mengalami patah tulang

(atraumatic fracture), misalnya di tulang belakang atau paha.

Penelitian mengenai osteoporosis akibat pemakaian steroid menghadapi kendala

karena pasien-pasien yang diobati tersebut mungkin mengalami gangguan sistemik yang

kompleks. Misalnya, penderita artritis rheumatoid dapat mengalami penipisan tulang (bone

loss) akibat penyakit tersebut atau karena pemberian steroid. Risiko osteoporosis dipengaruhi

oleh dosis dan lama pengobatan steroid, namun juga terkait dengan jenis kelamin dan apakah

penderita sudah menopause atau belum.

Page 5: Makalah Osteoporosis

5

Penipisan tulang akibat pemberian steroid paling cepat berlangsung pada 6 bulan

pertama pengobatan, dengan rata-rata penurunan 5% pada tahun pertama, kemudian menurun

menjadi 1%-2% pada tahun-tahun berikutnya. Dosis harian prednison 7,5 mg per hari atau

lebih secara jelas meningkatkan pengeroposan tulang dan kemungkinan fraktur. Bahkan

prednison dosis rendah (5 mg per hari) telah terbukti meningkatkan risiko fraktur vertebra.

2.1.2 Epidemologi

Wanita lebih sering mengalami osteoporosis dan lebih ekstensif lebih dari pria karena

masa puncak masa tulang juga lebih rendah dan efek kehilangan estrogen selama menopause.

wanita afrika/amerika memiliki masa tulang lebih besar dari pada wanita kaukasia lebih tidak

rentang terhadap osteoporosis. Wanita kaukasia tidak gemuk dan berkerangka kecil

mempunyai resiko tinggi osteoporosis.lebih setengah dari semua wanita diatas usia 45 tahun

memperlihatkan bukti pada sinar x adanya osteoporosis.

Identifikasi awal wanita usia belasan dan dewasa muda yang mempunyai resiko tinggi

dan pendidikan untuk meningkatkan asupan kalsium, berpartisipasi dalam latihan

pembebanan berat badan teratur, dan mengubah gaya hidup misalnya mengurang penggunaan

cafein,sigaret dan alcohol akan menurunkan resiko menurukan osteporsis, faraktur tulang dan

kecacatan yang diakibatkan pada usia lanjut.

Prevelensi osteoporosis pada wanita 75 tahun adalah 90%. Rata – rata wanita usia 75

telah kehilangan 25% tulang kortikalnya dan 40% trabekularnya.dengan bertambahnya usia

populasi ini isendensi fraktur 1,3jt pertahun,nyeri , dan kecacatan yang berkaitan dengan

nyeri meningkat.

2.1.3 Patogenesis/Etiologi

Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan masa tulang

sampai sekitar usia 35 tahun. genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup dan aktifitas fisik

mempengaruhi puncak masa tulang menghilangnya estrogen pada saat menopause dan pada

ooforektomi mengakibatkan percepatan resorsi tulang dan berlangsung terus menerus selama

bertahun tahun pascamenopouse. Pria mempunyai massa tulang yang lebih besar dan tidak

mengalami perubahan hormonal mendadak. Akibatnya, insidensi osteoporosis lebih rendah

pada pria. Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk

absorpsi kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan

Page 6: Makalah Osteoporosis

6

vitamin D harus mencukupi untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh.

Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan

pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan harian yang dianjurkan

(RDA=Recomment daily allowence) kalsium meningkat pada adoleasens dan dewasa muda

(11-24 thn) sampai 1200 mg untuk memaksimalkan puncak massa tulang. RDA untuk orang

dewasa tetap 800 mg, tapi 1000-1500 mg/hari untuk wanita pascamenopouse biasanya

dianjurkan, lansia menyerap kalsium diet kurang efisien dan mensekresikannya lebih cepat

melalui ginjal maka wanita pascamenopouse dan lansia perlu mengkonsumsi kalsium dalam

jumlah talk terbatas. Bahan katabolic endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen (dari

sumber luar) dapat menyebabkan osteoporosis. Kortikosteroid berlebih, syndrome chusing,

hipertiroidsme dan hiperparatiroidesme menyebabkan kehilangan tulang. Derajat

osteoporosis berhubungan dengan durasi terapi kortikosteroid. Ketika terapi dihentikan atau

masalah metabolisme telah diatasi, perkembangan osteoporosis akan berhenti namun restorasi

kehilangan massa tulang biasanya tidak terjadi. Keadaan medis menyerta (misalnya sindrom

malabsorpsi intoleransi laktosa, penyalahgunaan alcohol, gagal gnjal,gagal hepar dan

gangguan endokrin) mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Obat obatan misalnya

isoniasit, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung alumunium, kortikosteroid)

mempengaruhi tubuh dan metabolism kalsium.

Imobilitas menyumbang perkembangan osteoporosis. Pembentukan tulang dipercepat

dengan adanya stress berat badan dan aktifitas otot. Ketika diimobilisasi dengan gips,

paralisis atau inalktifitas umum, tulang akan diresorpsilebh cepat dari pmbentukannya dan

terjadilah osteoporosis.

2.1.4 Patofisiologi

Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak

mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis

mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah-daerah

yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebra dan

kolumna femoris). Korpus vertebra menunjukan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan

fraktur kompresi. Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung

vertebra abnormal(kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan

Page 7: Makalah Osteoporosis

7

predisposisi terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering

terjadi pada pasien usia lanjut.

Masa total tulang yang terkena mengalami penurunaan dan menunjukan penipisan

korteks serta trabekula. Pada kasus ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya variasi

ketebalan trabekular pada individu ”normal” yang berbeda.

Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis maupun histologist jika

osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara analisis

kimia dari abu tulang tidak menunjukan adanya kelainan. Pasien osteoporosis mempunyai

kalsium,fosfat, dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.

Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan

factor lingkungan.

Factor genetic meliputi:

usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.

Factor lingkungan meliputi:

merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas,

anoreksia nervosa dan pemakaian obat-obatan.

Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium

dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa

tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya

menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga

terjadi penurunan massa tulang total yang disebut osteoporosis.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang/Evaluasi Diagnostik

1. Radiologis

Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang menurun yang dapat

dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra biasanya merupakan lokasi yang

paling berat. Penipisa korteks dan hilangnya trabekula transfersal merupakan kelainan yang

sering ditemukan. Lemahnya korpus vertebra menyebabkan penonjolan yang

menggelembung dari nukleus pulposus ke dalam ruang intervertebral dan menyebabkan

deformitas bikonkaf.

Page 8: Makalah Osteoporosis

8

2. CT-Scan

CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatif yang mempunyao nilai penting

dalam diagnostik dan terapi follow up. Mineral vertebra diatas 110 mg/cm3 baisanya tidak

menimbulkan fraktur vetebra atau penonjolan, sedangkan mineral vertebra dibawah 65

mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.

3. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kadar Ca, P, Fosfatase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

2. Kadar HPT (pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi ekstrogen

merangsang pembentukkan Ct)

3. Kadar 1,25-(OH)2-D3 absorbsi Ca menurun.

4. Eksresi fosfat dan hidroksipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya.

2.1.7 Penatalaksanaan

Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup,

dengan pengingkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi

terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri dari 3 gelas vitamin D susu skim atau susu penuh

atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan

tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi perlu diresepkan

preparat kalsium(kalsium karbonat)

Pada menopause, terapi pergantian hormone(HRT=hormone replacemenet therapy)

dengan estrogen dan progesteron dapat diresepkan untuk memperlambat kehilangan tulang

dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkannya. Wanita yang telah mengalami

pengangkatan ovarium atau telah menjalani menopause prematur dapat mengalami

osteoporosis pada usia yang cukup muda;penggantian hormon perlu dipikirkan pada pasien

ini estrogen menurunkan resorpsi tulang tapi tidak meningkatkan massa tulang. Penggunaan

hormon dalam jangka panjang masih dievaluasi. Estrogen tidak akan mengurangi kecepatan

kehilangan tulang dengan pasti. Terapi estrogen sering dihubungkan dengan sedikit

pengingkatan insidensi kanker payudara dan endometrial. Maka selama HRT pasien harus

diperiksa payudaranya setiap bulan dan diperiksa panggulnya termasuk masukan

papanicolaou dan biopsi endometrial (bila ada indikasi), sekali atau dua kali setahun.

Obat-obat lain yang dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk

kalsitonin, natrium fluorida, dan natrium etidronat. Kalsitonin secara primer menekan

Page 9: Makalah Osteoporosis

9

kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau intra muscular. Efek samping

( mis gangguan gastrointestinal, aliran panas, frekuensi urin) biasanya ringan dan kadang-

kadang dialami. Natrium fluoride memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang

; namun,kualitas tulang yang baru masih dalam pengkajian. Natrium etidronat, yang

menghalangi resorpsi tulang osteoklastik, sedang dalam penelitian untuk efisiensi

penggunaannya sebagai terapi osteoporosis.

2.1.8 Komplikasi

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah

patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra

torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles

pada pergelangan tangan

Page 10: Makalah Osteoporosis

10

2.2 II. ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS

2.2. 1Pengkajian

1. Assesment

a.Riwayat kesehatan

Anamnese memgang peranan penting pada evaluasi penderita osteoporosis.

Kadang-kdang keluhan utama mengarahkan ke Diagnosis, misalnya fraktur kolum

femoris pada osteoporosis. Faktor lain yang diperhatikan adalah umur, jenis kelamin,

ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan

pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin

D, latihan teratur dan bersifat weight bearing.

Obat-obatan yang diminum jangka panjang harus diperhatikan, seperti

kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasida yang mengandung aluminium,

sodium florida, dan bifosfonat etidronat, alkohol dan merokok juga merupakan faktor

resiko terjadinya osteoporosis.

Penyakti lain yang harus ditanyakan juga berhubungan d engan osteoporosis

adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrine dan isufisiensi pankreas.

Riwayat haid, umur menarche dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi

juga diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan

karena ada beberapa penyakti tulang metabolik yang bersifat herediter.

b.Pengkajian psikososial

Gambaran klinik penderita dengan osteoporosis adalah wanita post menopause

dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya multiple

fraktur karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri penderita terutama body

image khususnya kepada penderita kiposis berat.

Klien mungkin membatasi onteraksi sosial sebab adanya perubahan yang

tampak atau keterbatas fisik, ,tidak mampu duduk di kursi danlain-lain. Perubahan

seksual bisa terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selam posisi intercoitus.

Osteoporosis bisa menyebabkan fraktur berulang maka perlu dikaji perasaan

cemas dan takut bagi penderita.

Page 11: Makalah Osteoporosis

11

c.Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga. Pengisian

waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi dan toilet. Olah raga dapat

membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu

mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Untuk usia lanjut perlu aktivitas yang

adequat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktivitas tubuh memerlukan interaksi

yang kompleks antara saraf dan muskoloskletal. Beberapa perubahan yang terjadi

sehubungan denga nmenurunnya gerak persendian adalah agifity (kemampuan gerak

cepat dan lancar menurun), stamina menurun, koordinasi menurun dan dexterity

(kemampuan memanipulasi keterampilan motorik halus menurun).

2.Pemeriksaan fisik

a.Sistem pernafasan

Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada

fungsional paru.

b.Sistem kardiovaskuler

c.Sistem persyarafan

Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus

merupakan indikasi adanya fraktur satu atau lebih fraktur kompresi vertebral.

d.Sistem perkemihan

e.Sistem Pencernaan

Pembatasan pergerakan dan deformitas spinal mungkin menyebabkan konstipasi,

abdominal distance.

f.Sistem musklooskletal

Inspeksi dan palpasi pada daerah columna vertebralis, penderita dengan osteoporosis

seirng menunjukkan kiposis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan dan

berat badan. Adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality,

nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi adalah antara vertebrae thorakalis 8 dan

lumbalis 3.

3.Manifestasi radiologi

a.Gejala radiologi yang khas adalah densitas atau massa tulang yang menurun yang dapat

dilihat pada vertebrae spinalis. Dinding depat corpus vertebral bisanya merupakan

lokalisasi yang paling berat. Penipisan cortex dan hilangnya trabeculla transversal

Page 12: Makalah Osteoporosis

12

merupakankelainan yang sering didapat. Lemahnya corpus vertebrae menyebabkan

penonjolan yang menggelembung dari nuklieus pulposus ke dalam ruang intervertebralis

dan menyebabkan deformitas mbiconcave.

b.Ct-Scan, dengan alat ini dapat diukur densitas tualgn secara kunatitatif yang mempunyai

nilai penting dalam dignostik dan follow up terapi. Vertebral mineral di atas 110 mg/cm3

biasanya tidakmenimbulkan fraktur vertebrae atau penonjolan, sedangkan dibawah 65

mg/cm3 hampir semua penderita mengalami fraktur.

4.Pemeriksaan laboratorium

a.Kadar Ca., P dan alkali posfatase tidak menunjukkan kelainan yang nyata.

b.Kadar HPT (pada post menopause kadar HPT meningkat) dan Ct (terapi estrogen

merangsang pembentukan Ct)

c.Kadar 1,25-(OH)2-D3 dan absorbsi CA menurun.

d.Ekskresi fosfat dan hydroksyproline terganggu sehingga meningkat kadarnya.

2.2. II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan

skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang

berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien

mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah

Page 13: Makalah Osteoporosis

13

2.2. III. INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur, spasme otot, deformitas tulang

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang

Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat yang

cukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya secara sederhana.

Intervensi Rasional

1. Pantau tingkat nyeri pada punggung, nyeri terlokalisasi atau menyebar pada abdomen atau pinggang.

2. Ajarkan pada klien tentang alternative lain untuk mengatasi dan mengurangi rasa nyerinya.

3. Kaji obat-obatan untuk mengatasi nyeri.

4. Rencanakan pada klien tentang periode istirahat adekuat dengan berbaring dalam posisi telentang selama kurang lebih 15 menit

Tulang dalam peningkatan jumlah trabekular, pembatasan gerak spinal.

Alternatif lain untuk mengatasi nyeri, pengaturan posisi, kompres hangat dan sebagainya.

Keyakinan klien tidak dapat menoleransi obat yang adekuat atau tidak adekuat untuk mengatasi nyerinya.

4.

Kelelahan dan keletihan dapat menurunkan minat untuk aktivitas sehari-hari.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal

(kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu melakukan

mobilitas fisik

kriteria hasil : Klien dapat meningkatan mobilitas fisik ; klien mampu melakukan aktivitas

hidup sehari hari secara mandiri

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kemampuan klien yang masih ada.

2. Rencanakan tentang pemberian program latihan:

Bantu klien jika diperlukan latihan

Dasar untuk memberikan alternative dan latihan gerak yang sesuai dengan kemapuannya.

2. Latihan akan meningkatkan pergerakan

otot dan stimulasi sirkulasi darah

Page 14: Makalah Osteoporosis

14

Ajarkan klien tentang aktivitas hidup sehari hari yang dapat dikerjakan

Ajarkan pentingnya latihan.

3. Bantu kebutuhan untuk beradaptasi dan melakukan aktivitas hidup sehari hari, rencana okupasi .

4. Peningkatan latihan fisik secara adekuat:

dorong latihan dan hindari tekanan pada tulang seperti berjalan

instruksikan klien untuk latihan selama kurang lebih 30menit dan selingi dengan istirahat dengan berbaring selama 15 menit

hindari latihan fleksi, membungkuk tiba– tiba,dan penangkatan beban berat

Aktifitas hidup sehari-hari secara mandiri

4. Dengan latihan fisik:

Masa otot lebih besar sehingga memberikan perlindungan pada osteoporosis

Program latihan merangsang pembentukan tulang

Gerakan menimbulkan kompresi vertical dan fraktur vertebra.

3. Risiko cedera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh.

Tujuan : Cedera tidak terjadi

Kreteria Hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi: Klien dapat menghindari aktivitas

yang mengakibatkan fraktur

Intervensi Rasional

1. Ciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya:

Tempatkan klien pada tempat tidur rendah.

Amati lantai yang membahayakan klien.

Berikan penerangan yang cukup Tempatkan klien pada ruangan yang

tertutup dan mudah untuk diobservasi. Ajarkan klien tentang pentingnya

menggunakan alat pengaman di ruangan

1. Menciptakan lingkungan yang aman dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan.

Page 15: Makalah Osteoporosis

15

2. Berikan dukungan ambulasi sesuai dengan kebutuhan:

Kaji kebutuhan untuk berjalan. Konsultasi dengan ahli therapist. Ajarkan klien untuk meminta bantuan

bila diperlukan. Ajarkan klien untuk berjalan dan keluar

ruangan.

3. Bantu klien untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari secara hati-hati.

4. Ajarkan pada klien untuk berhenti secara perlahan, tidak naik tanggga, dan mengangkat beban berat.

5. Ajarkan pentingnya diet untuk mencegah osteoporosis:

Rujuk klien pada ahli gizi Ajarkan diet yang mengandung banyak

kalsium Ajarkan klien untuk mengurangi atau

berhenti menggunakan rokok atau kopi

6. 6. Ajarkan tentang efek rokok terhadap pemulihan tulang

7. Observasi efek samping obat-obatan yang digunakan

2. Ambulasi yang dilakukan tergesa-gesa dapat menyebabkan mudah jatuh.

3. Penarikan yang terlalu keras akan menyebabkan terjadinya fraktur.

4. Pergerakan yang cepat akan lebih memudahkan terjadinya fraktur kompresi vertebra pada klien osteoporosis.

5. Diet kalsium dibutuhkan untuk mempertahankan kalsium serum, mencegah bertambahnya kehilangan tulang. Kelebihan kafein akan meningkatkan kalsium dalam urine. Alcohol akan meningkatkan asidosis yang meningkatkan resorpsi tulang

6. Rokok dapat meningkatkan terjadinya asidosis.

7. Obat-obatan seperti diuretic, fenotiazin dapat menyebabkan pusing, megantuk, dan lemah yang merupakan predisposisi klien untuk jatuh.

Page 16: Makalah Osteoporosis

16

4. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan

dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti

tentang penyakitnya, klien tampak gelisah

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien memahami tentang

penyakit osteoporosis dan program terapi dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan

tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak

tenang

Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, dan mampu menyebutkan

program terapi yang diberikan, klien tampak tenang

Intervensi Rasional

1. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang

2. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis

3. Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping penggunaan obat

1. Memberikan dasar pengetahuan dimana klien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi.

2. Informasi yang diberikan akan membuat klien lebih memahami tentang penyakitnya

3. Suplemen kalsium ssering mengakibatkan nyeri lambung dan distensi abdomen maka klien sebaiknya mengkonsumsi kalsium bersama makanan untuk mengurangi terjadinya efek samping tersebut dan memperhatikan asupan cairan yang memadai untuk menurunkan resiko pembentukan batu ginjal

2.2 IV. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan Pada tahap ini perawat

siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana

perawatan pasien. Fase implementasi atau pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu

validasi rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan

asuhan keperawatan, dan pengumpulan data.

Page 17: Makalah Osteoporosis

17

2.2 V. EVALUASI

Hasil yang diharapkan meliputi:

1. Nyeri berkurang

2. Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik

3. Tidak terjadi cedera

4. Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri

5. Status psikologis yang seimbang

6. Terpenuhinya kebutuhan, pengetahuan dan informasi

Page 18: Makalah Osteoporosis

18

BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN

Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan masa tulang total. Terdapat

perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resoprsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara

progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah. Tulang menjadi mudah fraktur dengan

stress yang tidak akan menimbulkan pada tulang normal. Osteoporosis sering mengakibatkan

fraktur konversi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah koulum femoris dan daerah

tronkanter, dan patah tulang coles pada pergelangan tangan. fraktur kompresi ganda fertebra

mengakibatkan deformitas skeletal.

Page 19: Makalah Osteoporosis

19

DAFTAR PUSTAKA

http://darkcurez.blogspot.com/2011/01/makalah-osteoporosis_22.html

http://devilsavehuman.blogspot.com/2009/03/askep-osteoporosis.html