Makalah Osteoporosis 14

26
Osteoporosis Primer Citra anggar kasih masang 10-2010-139 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat. Email : [email protected] Pendahuluan Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan dan proses mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas berkurang. Osteoporosis dapat dijumpai tersebar diseluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika serikat osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahu dan pada wanita proses ini akan semakin cepat pada masa menopause. Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis 1 | Osteoporosis

Transcript of Makalah Osteoporosis 14

Page 1: Makalah Osteoporosis 14

Osteoporosis Primer

Citra anggar kasih masang

10-2010-139

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat. Email : [email protected]

Pendahuluan

Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang yang memiliki penurunan dan proses

mineralisasi yang normal tetapi massa atau densitas berkurang. Osteoporosis dapat dijumpai

tersebar diseluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah dalam kesehatan

masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika serikat osteoporosis menyerang 20-

25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas

umur 75-80 tahun. Masyarakat atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah

populasi lanjut usia yang terdapat pada kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan

terhadap osteoporosis.

Proses terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahu dan pada wanita

proses ini akan semakin cepat pada masa menopause. Sekitar 80% penderita penyakit

osteoporosis adalah wanita, termasuk wanita muda yang mengalami penghentian siklus

menstruasi (amenorrhea). Hilangnya hormon estrogen setelah menopause meningkatkan

risiko terkena osteoporosis.

Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, laki-laki tetap

memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita penyakit

osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya laki-laki tidak mengalami

menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah usia lanjut di indonesia

diperkirakan akan naik 414% dalam kurun waktu 1990-2025, sedangkan perempuan

1 | O s t e o p o r o s i s

Page 2: Makalah Osteoporosis 14

menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun

2015. 1

Anamnesa

Anamnesis memegang peranan yang penting pada evaluasi penderita osteoporosis.

Kadang-kadang, keluhan utama dapat langsung mengarah kepada diagnosa, misalnya fraktur

collum femoris pada osteoporosis, bowing leg pada riket, atau kesemutan dan rasa kebal

disekitar mulut dan ujung jari pada hipokalsemia. Faktor lain yang harus ditanyakan juga

adalah fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang

tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfor dan vitamin D, latihan yang

teratur bersifat weight-bearing.

Obat-obat yang diminum dalam jangka panjang juga harus diperhatikan, seperti

kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, heparin, antasid yang mengandungalumunium,

sodium-fluorida dan bifosfonat etidronat. Alkohol dan merokok juga merupakan faktor risiko

oteoporosis. Riwayat haid umur menarke dan menopause,penggunaan obat-obat kontraseptif

juga harus diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan,

karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter. 1

Anamnesa

a) Ditanyakan persoalan: mengapa pasien datang, mulai kapan keluhan dirasakan dan

biarkan pasien bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa yang dirasakan sebagai

ketidakberesan. Untuk dapat melakukan anamnesis diperlukan pengetahuan tentang

penyakit.

b) Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk meminta pertolongan :

Sakit/nyeri: sifat dari sakit nyeri

- Lokasi setempat/meluas atau menjalar

- Apa penyebabnya, misalnya: trauma

- Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan

- Sifat nyeri:  pegal/ seperti ditusuk-tusuk/ rasa panas/ ditarik-tarik; terus

menerus atau hanya saat bergerak/ istirahat.

- Apakah keluhan ini dirasakan pertama kali atau sering hilang timbul.

Kekakuan/kelemahan: kekakuan umumnya mengenai persendian.

2 | O s t e o p o r o s i s

Page 3: Makalah Osteoporosis 14

- Ditanyakan apakah disertai nyeri sehingga pergerakan terganggu

- Kelemahan apakah yang dimaksud instability atau kekuatan otot

menurun/melemah/kelumpuhan.

Kelainan bentuk/pembengkokan

- Angulasi/rotasi/discrepancy (pemendekan/tidak sama panjang)

- Benjolan atau karena adanya pembengkakan.

c) Makanan yang sehari-hari dikonsumsi (recent diet) dan penggunaan alkohol.

Pemeriksaan Fisik

Tinggi badan dan berat badan harus diukur pada setiap penderita osteoporosis. Demikian juga

gaya berjalan penderita, deformitas tulang, leg-length inequality, nyeri spinal dan jaringan

parut pada leher (bekas operasi tiroid ?). sklera yang biru biasanya terdapat pada penderita

osteogenesis iperfekta. Penderita ini biasanya juga akan mengalami ketulian, hiperlaksitas

ligamen dan hipermobilitas sendi dan kelainan gigi. Penderita dengan osteoporosis sering

menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus (Dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan.

Selain itu juga didapatkan protuberensia abdomen, spasme otot paravertebral dan kulit yang

tipis (tanda McConkey). 1

Inspeksi : gaya berjalan pasien yang tidak nyaman / menahan nyeri

Terlihat bentuk tulang pada tubuh yang tidak simetris

Palpasi : pada bagian tulang yang terjadi osteoporosis, terdapat nyeri

Pemeriksaan Penunjang

Ada tiga cara pemeriksaan dini osteoporosis :

a. Densitometry

Merupakan pemeriksaan yang paling akurat karena yang diukur adalah massa tulang.

prinsip pemeriksaan densitometry, pasien akan diukur BMDnya. BMD adalah ukuran

kepadatan tulang. Angka BMD -1 sampai + termasuk normal angka BMD -1 sampai

dengan -2,5 termasuk osteopenia.

Angka BMD dibawah -2,5 termasuk osteoporosis. Dari pengukuran BMD ini kita bisa

mengantisipasi untuk hal-hal yang lebih parah dengan prinsip :

3 | O s t e o p o r o s i s

Page 4: Makalah Osteoporosis 14

Bila BMD kita normal, maka usaha yang kita lakukan adalah mempertahankan

agar tetap normal.

Bila BMD kita osteopenia, kita harus terapi atau obati agar menjadi normal

Bila BMD kita osteoporosis, kita harus obati agar jangan menjadi parah yang

bisa mengakibatkan patah tulang. 2,3

b. Pemeriksaan Biokimia Tulang

Pemeriksaan biokimia tulang terdiri dari kalsium total dalam serum, ion kalsium,

kadar fosfor didalam serum, kalsium urin, fosfat urin, osteokalsin serum, piridinolin

urin dan bila perlu hormon paratiroid dan vitamin D.

1. Kalsium serum terdiri dari 3 fraksi yaitu kalsium yang terikat pada albumin

(40%), kalsium ion (48%) dan kalsium kompleks (12%). Kalsium yang terikat

pada albumin tidak dapat difiltrasi di glomerulus.

Keadaan-keadaan yang mempengaruhi kadar albumin serum, seperti sirosis

hepatik dan sindrom nefrotik akan mempengaruhi kadar kalsium total serum.

2. Ion kalsium merupakan fraksi kalsium plasma yang penting pada proses-proses

fisisologik, seperti kontraksi otot, pembekuan darah, konduksi saraf, sekresi

hormon PTH dan mineralisasi tulang. Pengukuran kadar ion kalsium jauh lebih

bermakna daripada pengukuran kadar kalsium total.

Ekskresi kalsium urin 24 jam juga harus diperhatikan walaupun tidak secara

langsung menunjukkan kelainan metabolisme tulang. 1,2

c. Petanda Biokimia tulang

Petanda kimia tulang terdiri dari petanda formasi dan resorpsi tulang

1. Petanda formasi tulang terdiri dari :

- Bone-spesific alkaline phosphatase (BSAP)

BSAP berperan dalam proses mineralisasi tulang, pada keadaan

hipofosfatasia (defisiensi fosfatase alkaline), maka akan terjadi gangguan

mineralisasi tulang dan gigi. Fosfatase alkali yang beredar didalam darah,

terutama berasal dari tulang dan hati, dan sebagian kecil berasal dari

banyak jaringan, termasuk usus, limpa, ginjal, plasenta dan beberapa jenis

tumor.

- Osteokalsin (OC)

Osteokalsin juga merupakan petanda aktifitas tulang osteoblas dan

formasi tulang. Walaupun demikian, karena osteoklas banyak terikat di

matriks tulang dan akan turut dilepaskan pada proses resorpsi tulang,

4 | O s t e o p o r o s i s

Page 5: Makalah Osteoporosis 14

maka kadarnya didalam serum tidak hanya menunjukkan aktifitas formasi,

tetapi juga resorpsi tulang. Fungsi osteoklas masih belum jelas, tetapi

kadarnya didalam matriks akan meningkat bersamaan dengan peningkatan

hidroksiapatit selama pertumbuhan tulang.

- Carboxy-terminal propeptide of type I collagen (PICP) dan amino-

terminal propeptide of type I collagen (PINP) merupakan petanda yang

ideal dari formasi tulang, karena sebagian besar protein yang dihasilkan

oleh osteoblas adalah kolagen tipe I, walaupun demikian kolagen ini juga

dihasilkan oleh kulit, sehingga penggunaannya di klinik tidak sebaik

BSAP dan OC, karena pemeriksaan yang ada saat ini tidak dapat

membedakan PICP dan PINP yang berasal dari tulang atau jaringan lunak. 1,2

2. Petnda resorpsi terdiri dari :

- Hidroksiprolin urin, free and total pyridinolines (pyd) urin dan total

deoxypyridinolines (Dpd) urin. Berbeda dengan formasi petanda tulang,

produk degradasi kolagen sangat baik digunakan untuk petanda resorpsi

tulang. Pada tulang yang direabsorpsi, produk degradasi kolagen akan

dilepaskan kedalam darah dan diekskresikan lewat ginjal. Kolagen pada

matriks tulang merupakan kumpulan fibril yang disatukan oleh covalent

ceross-link. Cross-link ini terdiri dari hidroksilisil-piridinolin (Pyd) dan

lisil-piridinolin (Dpd). Pyd lebih banyak ditemukan didalam tulang

dibandingkan Dpd, tetapi Pyd juga ditemukan didalam kolagen tipe II

rawan sendi dan jaringan ikat lainnya, sehingga Dpd lebih spesifik untuk

tulang dari Pyd. 1,3

d. Radiologi

Pemeriksaan radiologi untuk menilai densitas massa tulang sangat tidak sensitif.

Seringkali penurunan densitas massa tulang spinal lebih dari 50% belum memberikan

gambaran radilogik yang spesifik. Selain itu, takhnik dan tingginya kilovoltage juga

mempengaruhi hasil pemeriksaan radiologik tulang. Gambaran radiologik yang khas

pada osteoporosis adalah penipisan korteks dan daerah trabekuler yang lebih lusen.

Hal ini akan tampak pada tulang vertebra yang memberikan gambaran picture-frame

vertebra. 1,2,3

5 | O s t e o p o r o s i s

Page 6: Makalah Osteoporosis 14

Differential Diagnosis

Osteoporosis adalah hal yang sering dijumpai dan menjadi predisposisi untuk terjadinya

fraktur tulang akibat adanya penurunan kuantitatif dan kedua komponen matriks tulang

(osteoid dan hidroksiapatit). Sebanyak 50% wanita dan 15% pria mengalami fraktur yang

berhubungan dnegan osteoporosis pada usia 90 tahun. Osteoporosis dapat bersifat sekunder

terhadap penyakit tertentu (di bawah) atau primer, osteoporosis primer lebih sering terjadi

pada wanita berusia lanjut, terutama pada wanita yang terlambat menarche, mengalami

menopause lebih cepat, atau memiliki riwayat oligomenorea dalam waktu lama (misalnya

atlet, anoreksia nervosa). Faktor risiko penting lainnya termasuk merokok, alkohol, gaya

hidup yang sedikit beraktivitas (tau latihan tanpa beban), adanya riwayat keluarga (massa

tulang puncak dipengaruhi oleh kontrol genetik yang kuat), dan postur tubuh yang kurus. 3

Osteoporosis sekunder terjadi pada :

Penyakit endokrin : tiroksikosis, penyakit cushing, hipogonadisme, hiperparatiroidisme

Penyakit reumatologis : artropi inflamasi, terutama yang diobati dnegan steroid.

Penyakit saluran pencernaan : malabsorpsi, sirosis

Neoplasia

Penggunaan obat-obatan terutama kortikosteroid, heparin, warfarin, dan fenitoin. 3

Working Diagnosis

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaiut osteoporosis primer dan osteoporosis sekunder.

Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya,

sedangkan osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui penyebabnya. pada

tahun 1940-an, Albright mengemukakan pentingnya estrogen pada patogenesis osteoporosis.

Kemudian pada tahun 1983, Riggs dan Melton, membagi osteoporosis primer atas

osteoporosis tipe I dan tipe II. Osteoporosis tipe I disebut juga osteoporosis pasca menopause,

disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause. Osteoporosis tipe II disebut juga

osteoporosis senilis, disebabkan oleh gangguan absorpsi kalsium diusus sehingga

menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan timbulnya osteopororsis.

Belakangan konsep itu berubah, karena ternyata peran estrogen juga menonjol pada

osteoporosis tipe II. Selain itu pemberian kalsium dan vitamin D pada osteoporosis tipe II

juga tidak memberikan hasil yang adekuat. Akhirnya pada tahun 1990-an, Riggs dan Melton

6 | O s t e o p o r o s i s

Page 7: Makalah Osteoporosis 14

memperbaiki hipotesisnya dan mengemukakan bahwa estrogen menjadi faktor yang sangat

berperan pada timbulnya osteoporosis primer, baik pasca menopause maupun senilis.

Peran estrogen pada tulang

Estrogen yang terutama dihasilkan oleh ovarium adalah estradiol. Estrogen berperan pada

pertumbuhan tanda seks sekunder wanita dan menyababkan pertumbuhan uterus, penebalan

mukosa vagina, penipisan mukus serviks dan pertumbuhan saluran-saluran pada payudara.

Estrogen juga diekpresikan oleh berbagai sel tulang, termasuk osteoblas, osteosit, osteoklas

dan kondrosit. Estrogen merupakan regulator pertumbuhan dan homeostasis tulang yang

penting. Estrogen memiliki efek langsung dan tak langsung pada tulang. Efek tak langsung

meliputi estrogen terhadap tulang berhubungan dengan homeostasis kalsium yang meliputi

regulasi absorpsi kalsium diusus, modulasi 1,25(OH)2D, ekskresi Ca diginjal dan sekresi

hormon paratiroid (PTH). Terhadap sel-sel tulang, estrogen memiliki beberapa efek, seperti

penurunan respons protektif, kelainan neuromuskular, gangguan penglihatan, gangguan

keseimbangan, gangguan penyediaan energi, malabsorpsi, peningkatan fragilitas tulang,

densitas massa tulang rendah dan hiperparatiroidisme. Efek-efek ini akan meningkatkan

formasi tulang dan menghambat reabsopsi tulang oleh osteoklas. 1

Gambar 1. Osteoporosis

7 | O s t e o p o r o s i s

Page 8: Makalah Osteoporosis 14

Etiologi

1. Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama

pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada

wanita.

Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa

mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat.

Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis

postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit

ini daripada wanita kulit hitam.

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang

berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya

tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya

terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita

seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

3. Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang

disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.

Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal

(terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,

barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan

osteoporosis.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya

tidak diketahui.

Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi

hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang

jelas dari rapuhnya tulang. 4

8 | O s t e o p o r o s i s

Page 9: Makalah Osteoporosis 14

Faktor risiko

1. Wanita

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormon

estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu,

wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.

2. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85

tahun, wanita memiliki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami

kehilangan tulang trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium menurun

dan fungsi hormon paratiroid meningkat.

3. Ras/Suku

Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memiliki

risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia

rendah. Salah satu alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari

produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memiliki risiko yang

signifikan meskipun rendah.

4. Keturunan Penderita osteoporosis

Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah.

Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti

kesamaan perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti

punya struktur genetik tulang yang sama.

5. Gaya Hidup Kurang Baik

Konsumsi daging merah dan minuman bersoda

karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang pembentukan hormon

parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.

Minuman berkafein dan beralkohol.

9 | O s t e o p o r o s i s

Page 10: Makalah Osteoporosis 14

Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang

keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr.

Karen Rafferty dari creighton University Osteoporosis Research Centre di

Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan

keroposnya tulang.

Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung

kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu

kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa

tulang (osteoblas).

Merokok

Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit osteoporosis. Perokok

sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat

penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan

aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel

tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan.

Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi,

penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh tubuh. Kalau darah

sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin

jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak langsung.

Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa

karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati

umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan

pada umur tersebut sudah berhenti.

10 | O s t e o p o r o s i s

Page 11: Makalah Osteoporosis 14

Gambar 2. Faktor penyebab osteoporosis memburuk

Malas Olahraga

Wanita yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat proses osteoblasnya

(proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan

berkurang. Semakin banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang

untuk membentuk massa.

Kurang Kalsium

Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan

mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.

6. Mengkonsumsi Obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit

asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering

dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid

menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan antikejang juga

menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi

obat jenis ini agar dosisnya tepat dan tidak merugikan tulang.

7. Kurus dan Mungil

Perawakan kurus dan mungil memiliki bobot tubuh cenderung ringan misal kurang

dari 57 kg, padahal tulang akan giat membentuk sel asal ditekan oleh bobot yang

berat. Karena posisi tulang menyangga bobot maka tulang akan terangsang untuk

membentuk massa pada area tersebut, terutama pada derah pinggul dan panggul. Jika

bobot tubuh ringan maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.

Osteoporosis merupakan penyakit dengan etiologi multifaktorial. Umur dan densitas tulang

merupakan faktor risiko osteoporosis yang berhubungan erat dengan risiko terjadinya fraktur

osteoporotik. Pada perempuan risiko fraktur 2 kali dibandingkan laki-laki pada umur yang

sama dan lokasi fraktur tertentu. Perbedaan ras dan geografik juga berhubungan dengan

risiko osteoporosis.1-4

11 | O s t e o p o r o s i s

Page 12: Makalah Osteoporosis 14

Faktor risiko klinis

Selain umur dan densitas massa tulang. Beberapa faktor risiko bervariasi tergantung pada

umur. Misalnya risiko terjatuh pada gangguan penglihatan, imobilisasi dan penggunaan

sedatif akan menjadi risiko fraktur yang tinggi pada orang tua dibandingkan pada orang

muda. Asupan kalsium yang rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya fraktur

panggul. Kohort mendapatkan berbagai faktor risiko fraktur osteoporotik yang tidak

tergantung pada BMD, yaitu indeks massa tubuh yang rendah, riwayat fraktur, riwayat

fraktur panggul dalam keluarga, perokok, peminum alkohol yang berat dan artritis reumatoid.

Glukokortikoid merupakan penyebab osteopororsi sekunder dan fraktur osteoporotik yang

terbanyak. Glukokortikoid akan menyebabkan gangguan absorbsi kalsium di usus dan

peningkatan ekskresi kalsium lewat ginjal sehingga akan menyababkan hipokalsemia,

hiperparatiroidisme sekuder dan peningkatan kerja osteoklas. Selain itu glukokortikoid juga

akan menekan produksi gonadrotropin, sehingga produksi estrogen menurun dan akhirnya

osteoklas juga akan meningkat kerjanya. Terhadap osteoblas, glukokortikoid akan

menghambat kerjanya, sehingga formasi tulang menurun. Dengan adanya peningkatan

reaobsorpsi tulang oleh osteoklas dan penurunan formasi massa tulang oleh osteoblas, maka

akan terjadi osteoporosis yang progresif.

Peminum alkohol lebih dari 2 unit/hari juga merupakan faktor risiko terjadinya fraktur

osteoporotik dan bersifat dose-dependent. Demikian juga merokok yang merupakan faktor

risiko osteoporotik yang independent terhadap nilai BMD. 1,3

Patogenesis

Secara normal di tubuh kita terjadi suatu tahapan yang disebut remodeling tulang, yaitu suatu

proses pergantian tulang yang sudah tua untuk diganti dengan tulang yang baru. Hal ini sudah

terjadi pada saar pembentukkan tulang mulai berlangsung selama kira hidup.

Proses remodelling tulang tersebut dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:

Setiap saat terjadi remodeling tulang di tulang manusia. Proses remodeling ini dimulai

dengan terjadinya resorbsi atau penyerapan atau penarikan tulang oleh sel tulang yaitu

osteoklas, kemudian tulang yang sudah diserap itu tadi akan diisi oleh tulang yang baru

dengan bantuan sel tulang yang bernama osteoblas. Kejadian ini adalah suatu keadaan yang

12 | O s t e o p o r o s i s

Page 13: Makalah Osteoporosis 14

normal, dimana pada saat proses pembentukkan tulang sampai umur 30 – 35 tahun, jumlah

tulang yang diserap atau diresorbsi sama dengan jumlah tulang baru yang mengisi atau

menggantikkan sehingga terbentuk puncak masa tulang, tapi setelah berumur 35 tahun

keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang diserap lebih

besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya

penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis. Perubahan fisik yang terjadi

karena osteoporosis dapat dilihat pada gambaran dibawah ini: 4

Bagian tubuh yang sering terkena osteoporosis adalah:

1. Tulang punggung

2. Tulang jari tangan

3. Tulang pangkal paha

Epidemiologi

Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,

sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%. Lebih

dari 50% keretakan osteoporosis pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada

2050. Mereka yang terserang rata-rata berusia di atas 50 tahun. Satu dari tiga perempuan dan

satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang. Dua dari lima

orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Jumlah penderita osteoporosis

di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok angka 19,7% dari

seluruh penduduk dengan alasan perokok di negeri ini urutan ke-2 dunia setelah China. 2

Komplikasi

1. Nyeri pada tulang

2. Tubuh makin lama makin memendek (bungkuk)

3. Tulang menjadi mudah patah / patah tulang / fraktur

4. Biaya perawatan besar (akibat osteoporosis)

5. Kecacatan

6. Ketergantungan pada orang lain

7. Kualitas hidup menurun

13 | O s t e o p o r o s i s

Page 14: Makalah Osteoporosis 14

8. Kematian

Data di Amerika menunjukkan kalau terdapat kasus PATAH TULANG sebanyak 1,5 juta

kasus per tahun. Dan yang bertanggung jawab atas terjadinya patah tulang ini adalah

osteoporosis. Biasanya orang baru menyadari terkena osteoporosis setelah mengalami patah

tulang (fraktur). 3

Penatalaksanaan

Medika Mentosa 1,5

Raloksifen

Meningkatkan massa tulang dan menurunkan resiko fraktur.

Kalsitonin

Membantu metabolisme tulang dan regulasi kalsium.

Bifosfonat, preparatnya:

1. Etidronat

Pemberian secara siklik, Bertujuan untuk mengatasi gangguan mineralisasi akibat

pemberian etidronat jangka panjang terus-menerus.

2. Klodronat

3. Pamidronat

4. Alendronat

Menghambat reasorpsi tulang dan meningkatkan massa tulang.

5. Risedronat

Berbagai penelitian membuktikan bahwa risedronat merupakan obat yang efektif

untuk mengatasi osteoporosis dan mengurangi risiko fraktur pada wanita dnegan

osteoporosis pasca menopause dan wanita dengan menopause artifisial akibat

pengobatan karsinoma payudara.

6. Asam zoledronat

Estrogen

Strontium Ranelat

Hormon paratiroid

Natrium fluorida

Denusumat

14 | O s t e o p o r o s i s

Page 15: Makalah Osteoporosis 14

Vitamin D

Kalsitriol

Kalsium

Fitoestrogen

Non medika-mentosa 1,5

Latihan

Alat bantu, tongkat atau alat bantu berjalan

Edukasi dan pencegahan

Deteksi Dini Osteoporosis

Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan

gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis

adalah : Pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah kita sudah terkena atau

belum osteoporosis, sehingga dari pemeriksaan ini, kita akan tahu langkah selanjutnya.

Anjurkan penderita untuk melakukan aktivitas fisik yang teratur untuk memelihara

kekuatan sehingga dapat mencegah risiko terjatuh.

Jaga asupan kalsium 1000 – 1500 mg/hari, baik melalui makanan sehari-hari maupun

suplemen

Hindari merokok dan minuman alkohol

Kenali berbagai penyakit dan obat-obatan yang dapat menimbulkan osteoporosis

Hindari mengangkat barang-barang yang berat pada penderita yang sudah pasti

osteoporosis

Hindari berbagai hal yang dapat menyebabkan penderita terjatuh, misalnya lantai yang

licin, obat-obat sedatif dan obat antihipertensi yang menyebabkan hipotensi ortistatik

Hindari defisiensi vitamin D, terutama pada orang-orang yang kurang terpajan sinar

matahari atau pada penderita dengan fotosensitivitas, misalnya SLE

Hindari peningkatan eksresi kalsium lewat ginjal dengan membatasi asupan natrium

sampai 3 g/hari untuk meningkatkan reabsorbsi kalsium di tubulus ginjal

Pada penderita yang membutuhkan glukokortikoid dosis tinggi dan jangka panjang,

usahakan pemberian glukokortikoid pada dosis serendah mungkin dan sesingkat

mungkin

15 | O s t e o p o r o s i s

Page 16: Makalah Osteoporosis 14

LATIHAN dan PROGRAM REHABILITASI

Sangat penting bagi penderita osteoporosis karena dengan latihan yang teratur penderita akan

menjadi lebih lincah, tangkas dan kuat otot-ototnya sehingga tidak mudah terjatuh. Selain itu

latihan juga akan mencegah perburukan osteoporosis karena terdapat rangsangan

biofisikoelektrokemikal yang akan meningkatkan remodeling tulang. pada penderita yang

belum menderita osteoporosis maka sifat latihan adalah pembebanan terhadap tulang,

sedangkan pada penderita osteoporosis maka latihan dimulai dengan latihan tanpa beban,

kemudian ditingkatkan secara bertahap sehingga mencapai latihan beban yang adekuat. 1

Kesimpulan

16 | O s t e o p o r o s i s

Page 17: Makalah Osteoporosis 14

Dalam proses pembentukan tulang, tulang mengalami regenerasi yaitu pergantian

tulang-tulang yang sudah tua diganti dengan tulang yang baru yang masih muda, proses ini

berjalan seimbang sehingga terbentuk puncak massa tulang. setelah terbentuk puncak massa

tulang, tulang masih mengalami pergantian tulang yang sudah tua dengan tulang yang masih

muda, tapi proses ini tidak berjalan seimbang dimana tulang yang diserap untuk diganti lebih

banyak dari tulang yang akan menggantikan, maka terjadi penurunan massa tulang, dan bila

keadaan ini berjalan terus menerus, akan terjadi osteoporosis. Defisiensi estrogen juga

merupakan faktor utama terjadinya osteoporosis. Cara yang paling tepat mencegah

osteoporosis adalah melalui upaya pencegahan sedini mungkin. Merokok dan mengkonsumsi

alkohol yang tinggi dapat meningkatkan risiko osteoporosis 2 kali lipat.

Daftar pustaka

1. Perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Buku ajar ilmu penyakit

dalam jilid III. Edisi IV. Jakarta: Departemen penyakit dalam UI;2008. h : 2650-74

2. Isselbacher, Braunwald, Wilson, Martin, Fauci, Kasper. Harrison prinsip-prinsip ilmu

penyakit dalam. Edisi 13. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG;2000. h : 90-5

3. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Erlangga Medikal Series;2005. h : 380-1

4. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kapita seleksa kedokteran. jilid I. Edisi 3.

Fakultas kedokteran Universitas Indonesia 2007. h : 542-6

5. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Farmakologi dan

terapi. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;2009. h : 63-84

17 | O s t e o p o r o s i s