Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

87
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, menurut Dr. Bambang Setyohadi, Sp.P.D.K.R (Devisi Reumatologi Departemen Penyakit Dalam RSCM), osteoporosis mendapatkan kepopulerannya sejak tahun 2001 dan kemudian menjadi banyak yang memberikan perhatian terhadap salah satu penyakit degenerative ini. Bila Anda mengalami patah tulang hanya karena terpeleset atau terantuk, tubuh yang makin pendek atau makin bungkuk, atau sering mengalami nyeri tulang diseluruh tubuh, perlu diwaspadai. Hal itu merupakan pertanda osteoporosis atau rapuh tulang. Osteoporosis tidak mudah didiagnosis, karena gejalanya tidak khas. Penderita sering kali tidak menyadari, tahu-tahu patah tulang karena hal sepele, misalnya mengangkat koper. Osteoporosis umumnya terjadi pada wanita, terutama setelah menopause, akibat penurunan kadar hormone esterogen secara drastis. Esterogen berperan pada proses remodeling tulang dengan menghambat resorpsi tulang yang berlebihan. Pada pria, osteoporosis terjadi pada usia yang lebih lanjut, sekitar 70 tahun, karena laki-laki 1

description

muskuloskeletal

Transcript of Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Page 1: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, menurut Dr. Bambang Setyohadi, Sp.P.D.K.R (Devisi

Reumatologi Departemen Penyakit Dalam RSCM), osteoporosis mendapatkan

kepopulerannya sejak tahun 2001 dan kemudian menjadi banyak yang

memberikan perhatian terhadap salah satu penyakit degenerative ini.

Bila Anda mengalami patah tulang hanya karena terpeleset atau terantuk,

tubuh yang makin pendek atau makin bungkuk, atau sering mengalami nyeri

tulang diseluruh tubuh, perlu diwaspadai. Hal itu merupakan pertanda

osteoporosis atau rapuh tulang.

Osteoporosis tidak mudah didiagnosis, karena gejalanya tidak khas.

Penderita sering kali tidak menyadari, tahu-tahu patah tulang karena hal

sepele, misalnya mengangkat koper. Osteoporosis umumnya terjadi pada

wanita, terutama setelah menopause, akibat penurunan kadar hormone

esterogen secara drastis. Esterogen berperan pada proses remodeling tulang

dengan menghambat resorpsi tulang yang berlebihan.

Pada pria, osteoporosis terjadi pada usia yang lebih lanjut, sekitar 70

tahun, karena laki-laki tidak mengalami menopause. Hormone esterogen

didapat pria dari perubahan hormone testosterone dalam darah. (Zaviera,

2008).

Osteoarthritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang

berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinik

ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak

pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali

berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas,

stress oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainnya. (Mansjoer,

2000).

Prevalensi keseluruhan OA pada tahun 2001 adalah 10,8%. 8,9% pada pria

dan 12,6% pada wanita. Prevalensi lebih tinggi pada perempuan di semua

1

Page 2: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

kelompok umur. Pada usia 70-74 tahun, sekitar sepertiga dari pria dan 40%

wanita memiliki OA. Tingkat insiden pada 2000-2001 adalah 11,7%. Jumlah

meningkat dengan usia antara 50 dan 80 tahun. Data epidemiologi OA

menunjukan kondisi patologis yang mendasari dapat diamati pada sendi yang

memungkinkan klasifikasi sebagai OA sekunder sebanyak 41,7% pasien OA

panggul dan 33,4% pasien OA lutut. 82,1% pasien OA pinggul dan 87,4%

pasien OA lutut memiliki perubahan radiografi pada sendi mereka. Prevalensi

OA meningkat dengan usia dan lebih tinggi pada pasien wanita. OA lebih

sering diamati pada pasien OA lutut dibandingkan pada pasien OA panggul

sebanyak 34,9% berbanding 19,3%. (Kopec et al., 2007).

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana definisi osteoporosis dan osteoartritis?

2. Bagaimana epidemiologi osteoporosis dan osteoartritis?

3. Bagaimana etiologi osteoporosis dan osteoartritis?

4. Bagaimana klasifikasi osteoporosis dan osteoartritis?

5. Bagaimana patofisiologi osteoporosis dan osteoartritis?

6. Bagaimana manifestasi osteoporosis dan osteoartritis?

7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic osteoporosis dan osteoartritis?

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang osteoporosis dan osteoartritis?

9. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis dan osteoartritis?

10. Bagaimana WOC osteoporosis dan osteoartritis?

11. Bagaimana asuhan keperawatan osteoporosis dan osteoartritis?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah, sebagai berikut:

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi osteoporosis dan osteoartritis

2. Mengetahui definisi osteoporosis dan osteoartritis

3. Mengetahui epidemiologi osteoporosis dan osteoartritis

4. Mengetahui etiologi osteoporosis dan osteoartritis

2

Page 3: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

5. Mengetahui klasifikasi osteoporosis dan osteoartritis

6. Mengetahui patofisiologi osteoporosis dan osteoartritis

7. Mengetahui manifestasi klinis osteoporosis dan osteoartritis

8. Mengetahui pemeriksaan diagnostik osteoporosis dan osteoartritis

9. Mengetahui pemeriksaan penunjang osteoporosis dan osteoartritis

10. Mengetahui penatalaksanaan osteoporosis dan osteoartritis

11. Mengetahui WOC osteoporosis dan osteoartritis

12. Mengetahui asuhan keperawatan osteoporosis dan osteoartritis

3

Page 4: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Osteoporosis

a. Definisi

Secara harfiah, kata osteo berarti tulang dan kata porosis berarti

berlubang. Istilah populernya adalah tulang keropos. WHO dan konsensus

ahli mendefinisikan osteoporosis sebagai penyakit yang ditandai dengan

rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan

tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan

risiko terjadinya fraktur. Dimana keadaan tersebut tidak memberikan

keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur. (Zaviera, 2008).

Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO

adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik masa tulang yang

rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang dengan akibat

meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentangan tulang

terhadap patah tulang. Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi

penurunan masa tulang total. (Lukman, 2009).

Osteoporosis adalah kondisi dimana tulang menjadi tipis, rapuh,

keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang yang terjadi

dalam waktu yang lama. (Mis nadiarly, 2013).

4

Page 5: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

b. Epidemiologi

1. Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita

sebanyak 36%, sedangkan pria 20-27%, untuk umur diatas 70 tahun

untuk wanita 53,6%, pria 38%.

2. Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data

terakhir Depkes, yang mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk

dengan alasan perokok di negeri ini urutan ke-2 dunia setelah China.

(Zaviera, 2008).

3. Hasil penelitian menyimpulkan pada usia 35 tahun, satu dari orang di

kawasan Asia berisiko menderita osteoporosis. Bahkan pada rentang

usia 25 tahun bisa sudah berisiko terkena penyakit tersebut.

4. Filiphina dan Indonesia menjadi Negara dengan catatan terburuk

dalam hal kondisi kepadatan tulang. Perempuan Indonesia pada usia

25-65 tahun berisiko tertinggi terkena osteoporosis dibandingkan

negara Asia lainnya. (Misnadiarly, 2013).

c. Etiologi

Berikut ini faktor-faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat

dikendalikan adalah sebagai berikut:

1) Jenis kelamin

Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih

besar dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon

estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35

tahun.

2) Usia

Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena

secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya

usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa

tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk

menyerap kalsium.

5

Page 6: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

3) Ras

Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena

osteoporosis. Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia,

Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis

dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih

padat dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot

yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah

dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.

4) Pigmentasi dan tempat tinggal

Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa,

mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah

dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub

seperti Norwegia dan Swedia.

5) Riwayat keluarga

Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau

mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung

berisiko tinggi terkena osteoporosis.

6) Sosok tubuh

Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena

osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus

lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.

7) Menopause

Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena

tubuh tidak lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen

dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa

tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan

bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang

sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah.

Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa

dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker,

6

Page 7: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya

risiko terkena osteoporosis.

Berikut ini faktor–faktor risiko osteoporosis yang dapat

dikendalikan. Faktor-faktor ini biasanya berhubungan dengan

kebiasaan dan pola hidup adalah sebagai berikut:

a) Aktivitas fisik

Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya

tidak terlatih dan menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat

menurunnya kekuatan tulang. Untuk menghindarinya, dianjurkan

melakukan olahraga teratur minimal tiga kali dalam seminggu (lebih

baik dengan beban untuk membentuk dan memperkuat tulang).

b) Kurang kalsium

Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh

kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil

kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.

Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan asupan vitamin D yang

didapat dari sinar matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium tidak

mungkin diserap usus. (Suryati, 2006).

c) Merokok

Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding

bukan perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai

kadar estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun

lebih cepat dibanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung

dalam rokok berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan

penggunaan kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang/osteoporosis

terjadi lebih cepat.

d) Minuman keras/beralkohol

Alkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada

dinding lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat

tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat

7

Page 8: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan

osteoporosis.

e) Minuman soda

Minuman bersoda (softdrink) mengandung fosfor dan kafein

(caffein). Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar

dari tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium

lewat urin. Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya

konsumsi soft drink harus dibarengi dengan minum susu atau

mengonsumsi kalsium ekstra (Tandra, 2009).

f) Stress

Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu

kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol

yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran

darah dan akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos

sehingga meningkatkan terjadinya osteoporosis.

g) Bahan kimia

Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan

makanan (sayuran dan buah-buahan), asap bahan bakar kendaraan

bermotor, dan limbah industri seperti organoklorida yang dibuang

sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak sel-sel tubuh

termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh menurun dan membuat

pengeroposan tulang. (Waluyo, 2009).

d. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, ada 2 golongan besar osteoporosis menurut

(Misnadiarly, 2013) yaitu:

a. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang bukan disebabkan oleh

suatu (proses alamiah). Osteoporosis yang berhubungan dengan

berkurangnya massa tulang dan/atau terhentinya produksi hormone

(khusus wanita) disamping bertambahnya usia. Osteoporosis terdiri

dari:

8

Page 9: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

1. Osteoporosis primer tipe I

Sering disebut dengan istilah osteoporosis pasca menopause

(setelah menopause), yang terjadi pada wanita pasca menopause

(berusis 50-65 tahun), fraktur biasanya pada vertebra (ruas tulang

belakang), tulang iga, atau tulang radius.

2. Osteoporosis primer tipe II

Sering disebut dengan istilah osteoporosis senil, yang terjadi pada

usia lanjut, biasanya berusia 70 tahun, pria dan wanita punya

kemungkinan yang sama terserang, fraktur biasanya pada tulang

paha. Selain fraktur, gejala yang perlu diwaspadai adalah kifosis

dorsalis (kifosis: kelainan bentuk tulang punggung yang

melengkung/bongkok) bertambah. Makin pendek dan nyeri tulang

berkepanjangan.

b. Osteoporosis sekunder, bila disebabkan oleh berbagai kondisi

klinis/penyakit, seperti infeksi tulang, tumor tulang, pemakaian obat-

obat tertntu, dan immobilitas dalam waktu yang lama.

e. Patofisiologi

Menurut definisi, osteoporosis adalah penyakit yang dicirikan oleh

rendahnya massa tulang dan kemunduran struktural jaringan tulang, yang

menyebabkan kerapuhan tulang. Apabila tidak dicegah atau bila tidak

ditangani dengan baik, proses pengeroposan akan terus berlanjut sampai

tulang menjadi patah dan penderitanya mengalami kesakitan dalam

melakukan pergerakan anggota tubuhnya. Patah tulang ini umumnya akan

terjadi pada tulang belakang, tulang panggul, dan pergelangan tangan. Bila

patah terjadi pada tulang panggul, hampir selalu penanganannya melalui

operasi atau pembedahan. Apabila tulang tidak bergeser, biasanya

sambungan disangga dengan plat dan batang logam. Namun bila

sambungan tulang bergeser, penggantian dengan sendi tiruan dapat

dilakukan. Perggantian sendi tiruan memerlukan biaya pengobatan yang

sangat besar. Patah tulang panggul juga bisa membuat seseorang tidak

9

Page 10: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

mampu berjalan tanpa bantuan dan bisa menyebabkan kecacatan

permanen. Patah pada tulang belakang dapat menyebabkan berkurangnya

tinggi tubuh, rasa sakit pada tulang belakang yang parah, dan perubahan

bentuk tubuh.

Dalam keadaan normal, tulang dalam keadaan seimbang antara proses

pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran (resorpsi) yang

dilaksanakan oleh osteoklas, dan fungsi pembentukan yang dijalankan

oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan baik. Fase yang satu akan

merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang akan

beregenerasi. Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga

memiliki peranan yang penting, bahkan merupakan faktor penentu utama

untuk terjadinya osteoporosis adalah kadar kalsium yang masih terdapat

pada tulang. Seseorang memiliki densitas tulang yang tinggi (tulang yang

padat), mungkin tidak akan sampai menderita osteoporosis. Kehilangan

kalsium tidak akan mencapai tingkat dimana terjadi osteoporosis. Lebih

kurang 99% dari keseluruhan kalsium tubuh  berada di dalam tulang dan

gigi. Apabila kadar kalsium darah turun di bawah normal, tubuh akan

mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi. Dengan bertambahnya

usia, keseimbangan sistem mulai terganggu. Tulang kehilangan kalsium

lebih cepat dibanding kemampuannya untuk mengisi kembali. Secara

umum, osteoporosis terjadi saat fungsi penghancuran sel-sel tulang lebih

dominan dibanding fungsi pembentukan sel-sel tulang, karena pola

pembentukan dan resopsi tulang berbeda antar individu. Para ahli

memperkirakan ada banyak faktor yang berperan mempengaruhi

keseimbangan tersebut. Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang

berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang

lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan

hilangnya kalsium dari tulang.

10

Page 11: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang mencapai

kepadatan maksimal berjalan paling efisien sampai umur mencapai 30

tahun, dengan bertambahnya usia, semakin sedikit jaringan tulang yang

dibuat. Dengan usia yang lanjut, jaringan tulang yang hilang semakin

banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa setalah mencapai usia 40 tahun,

akan kehilangan tulang sebesar 0,5% setiap tahunnya. Pada wanita dalam

masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan

tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum menopause. Faktor hormonal

menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai

resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause,

terjadi penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen memang merupakan

salah satu faktor terpenting dalam mencegah hilangnya kalsium tulang.

Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta menghambat

kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas.

f. Manisfestasi Klinis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai

puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang

sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan

perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya

akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:

11

Page 12: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

1. Tinggi badan berkurang

2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah

3. Patah tulang

4. Nyeri bila ada patah tulang

5. Punggung yang semakin membungkuk (Tandra, 2009).

g. Hasil Pemeriksaan

1. Laboratorium

- Kadar kalsium fosfor, dan alkali serum normal.

- Kadar hormone paratiroid meningkat.

2. Pencitraan

- Pemeriksaan ronsen menunjukkan degenerasi yang khas pada

vertebra torakolumbal bawah.

- CT Scan mengkaji kehilangan tulang spina.

- Scan tulang menunjukkan area yang cedera atau area yang sakit.

3. Prosedur diagnostic

Biopsi tulang menunjukkan tulang yang tipis, keropos, dan

abnormal.

4. Pemeriksaan lain

Absorpsiometri foton tunggal atau ganda (pengukuran massa

tulang) menunjukkan kehilangan massa tulang. (Williams, 2009).

h. Pemeriksaan Penunjang

1. Densitometri Tulang

Pemeriksaan Densitometri Tulang DEXA (Dual Energy X-ray

Absorbsimetry) masih merupakan pemeriksaan gold standart untuk

mendiagnosis osteoporosis.

2. Bone Sonometer (Quantitative Ultra Sound/QUS)

Pesawat sonografi pada densitometry ini tidak berbeda dengan

pesawat USG yang biasa kita kenal pada pemeriksaan abdomen atau

obstetric. Frekwensi gelombang suara yang dipergunakan sekitar 0,2

12

Page 13: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

sampai 0,5 MHz (bandingkan dengan USG yang biasa dipakai untuk

pemeriksaan abdomen atau obstetri, yaitu 3,5 MHz dan untuk

payudara sekitar 5-7,5 MHz), berarti panjang gelombang makin

panjang dengan daya tembus makin dalam. Dengan USG pengukuran

densitas mineral tulang dilaksanakan dengan cara yang tidak

berbahaya, relatif murah, mudah dan tidak memerlukan radiasi.

Dengan ultrasonografi ini dapat diukur densitas mineral pada tulang-

tulang perifer seperti tumit, tempurung lutut, jari dan tulang

tibia.Penggunaan USG pada densitometri ini baru diakui oleh FDA

pada tahun 1998 yang berarti layak pakai sebagai alat pemeriksaan

untuk osteoporosis. Dibandingkan dengan QCT, alat ini jauh lebih

praktis, karena tampilan alat portable dan biaya pemeriksaan yang

lebih murah, hampir tanpa efek radiasi. Pemakaian densitometer

sebagai alat pemeriksaan untuk penjajakan osteoporosis, di Amerika

baru direkomendasikan untuk kaum wanita, karena osteoporosis masih

jarang pada kaum pria.

i. Penatalaksanaan

1. Pengobatan

a) Osteoporosis

Pengobatan osteoporosis menurut Misnadiarly (2013) yaitu:

1) Edukasi/pendidikan/penyuluhan dan pencegahan

2) Latihan dan rehabilitasi, termasuk exercise

3) Pengobatan medikamentosa:

- Bisfosfonat

- Raloxifene

- Terapi sulih hormone

- Kalsitonin

- Osteo-anabolic (efek dari hormone pertumbuhan pada sel

osteoblast/sel tulang yang baru terhambat/lebih lama

13

Page 14: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

daripada penghancuran sel tulang tua, sehingga kepadatan

tulang berkurang, dan timbul osteoporosis)

- Kalsium dan vitamin D

2. Pencegahan

Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia

muda maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat

mencegah osteoporosis, yaitu:

1) Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang

dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup.

Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa

meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang

sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya

konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia

produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk

lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari

makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli,

tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.

2) Paparan sinar matahari

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh

menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam

pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari

selama 20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan

pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Sinar

matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang

dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.

(Ernawati, 2008).

3) Melakukan olahraga dengan beban

Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri

juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan

kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya senam aerobik,

14

Page 15: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan

upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya hidup santai,

mulailah berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan

intensitasnya. Yang penting adalah melakukannya dengan teratur

dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita

osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah

osteoporosis. Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita

osteoporosis adalah sebagai berikut:

a. Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan

pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah

risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung

yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari

latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.

b. Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk

kedepn dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya

karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang.

Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-

lain.

c. Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan

menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan dengan

badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang

panggul dalam kondisi lemah.

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh

penderita osteoporosis:

1) Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5

km/jam selama 50 menit, lima kali dalam seminggu. Ini

diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan

kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung

dan paru-paru.

15

Page 16: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

2) Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat

”dumbble” kecil untuk menguatkan pinggul, paha,

punggung, lengan dan bahu.

3) Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

4) Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat

dilakukan dengan duduk dikursi, dengan atau tanpa penahan.

Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung

agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bengkok,

sekaligus memperkuat punggung.

5) Hindari rokok dan minuman beralkohol

Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting

dalam mengurangi faktor risiko terjadinya osteoporosis.

Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.

16

Page 17: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

j. Web Of Caution (WOC)

17

Wanita

Ca tubuh

(-)

H. estrogen

menurun

Konsumsi

ca, terutama

pd

wanitanya

rendah

Kulit putih

Ras

Resiko besar

Lifestyle

Minuman

berkafein

dan

beralkohol

lifestyleMerokok Kurang Ca

Ca tubuh (-)

Tubuh

mengeluark

an hormon

Mengambil

Ca dr bagian

lain

Nikotin

Mempercepat

penyerapan

tulangToksin,

memhambat

pembentukan

massa tulang

Termasuk dr

tulang

Massa tulang

(-)

Penyerapan tulang lebih banyak daripada

pembentukan baru

Penurunan massa tulang

OSTEOPOROSIS

Usia

Usia (+)

Fungsi organ

tubuh

menurun

Page 18: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

18

Tulang menjadi rapuh dan mudah patah Kolaps bertahap tulang vertebrata

Fraktur

colles

Fraktur

femur

Fraktur

kompresi

lumbalis

Fraktur

kompresi

vertebrata

torakalisGangguan fungsi ekremitas

atas bawah; pergerakan

fregmen tulang; spasme

otot

Kompresi

saraf

pencernaan

ileus puralitik

Perubahan

postural

Deformitas skelet

Kifosis progresif

Tinggi badan menurun

Perubahan postural

Relaksasi otot

abdominal, perut

menonjol

Insufisuensi paru

Dipsneu

MK : Pola nafas tidak

efektif

MK : Ganguuan citra

diri, ansietas

konstipasi

MK : Ganguuan

eliminasi alvi

MK : Nyeri

MK : Hambatan

mobilitas fisik

Page 19: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

k. Asuhan Keperawatan

a) Pengkajian

1. Riwayat kesehatan

Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien

osteoporosis. Kadang keluhan utama (misal fraktur kolum femoris

pada osteoporosis). Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah usia,

jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal,

imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua,

kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan kalasium, fosfat

dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang,

alkohol dan merokok merupakan factor risiko osteoporosis.

Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah penyakit ginjal,

saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas (diabetes

mellitus, hipertiroid, hiperparatiroid, Sindrom Cushing,

akromegali, Hipogonadisme). Riwayat haid, usia menarke dan

menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga

yang menderita osteoporosis juga perlu dipertanyakan.

2. Pengkajian psikososial

Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri

khususnya pada klien dengan kifosis berat. Klien mungkin

membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau

keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-

lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri rendah atau

tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis

menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji

perasaan cemas dan takut pada pasien.

3. Pola aktivitas sehari-hari

Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan

olahraga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi,

makan dan toilet. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan

dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility,

19

Page 20: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan

memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.

4. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6B

(Breathing, blood, brain, bladder, bowel dan bone) untuk mengkaji

apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah pasien

pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan

nyeri punggung yang disertai pembatasan gerak dan apakah ada

penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan, serta adakah

deformitas tulang.

a) B1 (Breathing):

Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang

belakang.

Palpasi: traktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi: cuaca resonan pada seluruh lapang paru

Auskultasi: pada usia lanjut biasanya didapatkan suara ronki.

b) B2 (Blood): Pengisian kapiler kurang dari 1 detik sering terjadi

keringat dingin dan pusing, adanya pulsus perifer memberi

makna terjadi gangguan pembuluh darah atau edema yang

berkaitan dengan efek obat.

c) B3 (brain): Kesadaran biasanya kompos mentis, pada kasus

yang lebih parah klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.

d) B4 (Bladder): Produksi urine dalam batas normal dan tidak ada

keluhan padasistem perkemihan.

e) B5 (bowel): Untuk kasus osteoporosis tidak ada gangguan

eleminasi namun perlu dikaji juga frekuensi, konsistensi, warna

serta bau feses.

f) B6 (Bone): Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna

vertebralis, klien osteoporosis sering menunjukkan kifosis atau

gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi badan. Ada

perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length

20

Page 21: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang terjadi adalah

antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.

b) Diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada klien fraktur

vertebra spontan akibat osteoporosis (Smeltzer, 2002), antara lain

kurangnnya pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program

terapi, nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot, konstipasi

berhubungan dengan imobilitas atau terjadi ileus (obstruksi usus), dan

resiko terjadi cedera (fraktur berhubungan dengan tulang

osteoporosis). Sedangkan diagnosis keperawatan untuk osteoporosis

secara umum menurut Carpenito (1995) adalah resiko tinggi regimen

terapeutik tidak efektif berhubungan dengan insufisiensi pengetahuan,

faktor-faktor resiko terapi nutrisi dan prevensi.

Berdasarkan dua pendapat diatas, maka dapat di simpulkan

diagnosis keperawatan pada klien osteoporosis adalah sebagai berikut:

1) Kurang pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program

terapi.

2) Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.

3) Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

(obstruksi usus).

4) Risiko terjadi cedera: fraktur berhubungan dengan tulang

osteoporosis.

5) Resiko tinggi regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan

insufiensi pengetahuan, faktor-faktor resiko, terapi nutrisi, dan

prevensi.

c) Intervensi

Rencana asuhan keperawatan pada klien osteoporosis di bawah ini

disusun meliputi diagnosis keperawatan, tindakan keperawatan, dan

kriteria keberhasilan tindakan (kriteria evaluasi).

21

Page 22: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

1. Kurang pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program

terapi.

Tindakan

a. Jelaskan kepada klien tentang faktor yang mempengaruhi

terjadinya osteoporosis, intervensi dan upaya mengurangi

gejala.

b. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk pemerian kalsium yang

cukup.

c. Menjelaskan manfaat asupan kalsium.

d. Konsultasikan latihan pembebanan teratur.

e. Anjurkan modifikasi gaya hidup seperti mengurangi kafein,

berhenti merokok, dan alcohol.

f. Jelaskan efeksamping konsumsi kalsium, yaitu nyeri lambung

dan distensi abdomen.

g. Minum obat: kalsium sesuai order (misal bersama makanan

lain).

h. Anjurkan banyak minum untuk mencegah batu ginjal.

i. Jelaskan pentingnya pemeriksaan berkala terhadap indikasi

kangker payudara dan endometrium, bila mengkonsumsi HRT.

Kriteria evaluasi:

Klien menunjukan pemahaman terhadap program terapi:

a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap

masa tulang.

b. Mengkonsumsi diet kalsium dengan jumlah mencukupi.

c. Meningkatkan tingkat latihan.

d. Menggunakan terapi hormone yang di resepkan.

e. Menjalani prosedur screening sesuai anjuran.

2. Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.

Tindakan

1) Anjurkan klien istirahat ditempat tidur dengan posisi telentang

atau miring kesamping.

22

Page 23: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

2) Fleksikan lutut selama istirahat.

3) Berikan kompres hangat dan pijatan punggung.

4) Anjurkan klien untuk menggerakkan extremitasnya, namun

tidak boleh melakukan gerakan memuntir.

5) Pasang korset lombosacral, untuk menyokong dan imobilisasi

sementara ketika klien turun dari tempat tidur.

6) Berikan opioip oral pada hari hari pertama setelah nyeri

punggung.

Kriteria evaluasi:

Klien menunjukan peredaan nyeri:

1) Mengatakan nyeri reda saat istirahat.

2) Rasa ketidaknyamanan minimal selama aktivitas sehari-hari.

3) Menunjukn berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur.

3. Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus

(obstruksi usus).

Tindakan

a) Berikan diet tinggi serat.

b) Anjurkan banya minum sesuai kebutuhan.

c) Berikan obat pelunak feses sesuai order.

d) Pantau asupan klien, bising usus dan aktivitas usus.

Kriteria evaluasi:

6) Klien menunjukan pengosongan usus yang normal.

7) Bising usus aktif.

8) Gerakan usus teratur.

9) Risiko terjadi cedera: fraktur berhubungan dengan tulang

osteoporosis

4. Risiko terjadi cedera: fraktur berhubungan dengan tulang

osteoporosis.

Tindakan

a) Dorong klien untuk latihan memperkuat otot, mencegah atrofi,

dan menghambat demineralisasi tulang progresif.

23

Page 24: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

b) Latihan isometric, untuk memperkuat otot batang tubuh.

c) Jelaskan kepada klien pentingnya menghindari membungkuk

mendadak, melenggok, dan mengangkat beban lama.

d) Berikan informasi bahwa aktivitas di luar rumah penting untuk

memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vit D.

Kriteria evaluasi

Klien tidak mengurangi fraktur baru:

1) Mempertahankan postur tubuh yang bagus.

2) Mempergunakan mekanika tubuh yang baik.

3) Mengkonsumsi diet yang seimbang tinggi kalsium dan vit D.

4) Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan (berjalan

jalan setiap hari).

5) Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari.

6) Berpartisispasi dalam aktivitas diluar rumah.

7) Menciptakan lingkungan rumah yang nyaman.

8) Menerima bantuan dan supervise kebutuhan.

B. Osteoartritis

a. Definisi

Osteoartritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini

bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai

oleh adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan

tulang baru pada permukaan sendi. (Price, 2005).

24

Page 25: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif, dimana

keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai

dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya

ketebalan serta sklerosis dari lempeng tulang, pertumbuhan osteofit pada

tepian sendi, meregangnya kapsula sendi, timbulnya peradangan, dan

melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi. (Felson, 2008).

b. Epidemiologi

1. Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling

umum di dunia.

2. Satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap

osteoartritis. (Felson, 2008).

3. Osteoartritis pada lutut merupakan tipe osteoartritis yang paling umum

dijumpai pada orang dewasa.

4. Orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%.

5. Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden

osteoartritis pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri

sebanyak 24,7%. (Joern et al, 2010).

c. Etiologi

Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian

menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13%kasus OA sekunder.

Menurut klasifikasi rontgentography, 38% adalah jenis awal, 28,5% jenis

patellofemoral dan 23,2% jenis medio-patellofemoral. Klasifikasi

radiologi itu terkait dengan manifestasi klinis jika varus dan deformitas

valgus lebih parah, penilaian X ray juga akan menjadi lebih parah

(Yongping et al.,2000)

Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan

penyakit ini, yaitu:

a. Usia lebih dari 40 tahun

b. Jenis kelamin

25

Page 26: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

c. Suku bangsa

d. Genetik

e. Kegemukan den penyakit metabolic

f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga

g. Kelainan pertumbuhan

h. Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000)

d. Klasifikasi

Pada umumnya diagnosis osteoarthritis didasarkan pada gabungan

gejala klinik dan perubahan radiografi. Gejala klinik perlu diperhatikan,

oleh karena tidak semua pasien dengan perubahan radiografi osteoarthritis

mempunyai keluhan pada sendi. Terdapat 4 kelainan radiografi utama

pada osteoarthritis, yaitu: penyempitan rongga sendi, pengerasan tulang

bawah rawan sendi, pembentukan kista di bawah rawan sendi dan

pembentukan osteofit, sendi yang dapat terkena osteoarthritis antara lain:

1. Osteoarthritis sendi lutut.

2. Osteoarthritis sendi panggul.

3. Osteoarthritis sendi-sendi kaki

4. Osteoarthritis sendi bahu

5. Osteoarthritis sendi-sendi tangan

6. Osteoarthritis tulang belakang (Nur, 2009)

Namun ada pula yang membagi klasifikasi osteoarthritis berdasarkan

primer dan sekunder. Pembagian osteoarthritis berdasarkan

patogenesisnya dibagi menjadi osteoarthritis primer yang disebut juga

osteoarthritis idiopatik adalah osteoarthritis yang kausanya tidak diketahui

dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses

perubahan lokal pada sendi. Sedangkan osteoarthritis sekunder adalah

osteoarthritis yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,

metabolik, pertumbuhan dan imobilisasi yang lama. Osteoarthritis primer

lebih sering ditemukan dari pada osteoarthritis sekunder (Arissa, 2012)

26

Page 27: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

e. Patofisiologi

Akibat peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak

makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen)

terjadi kerusakan fokal tulang rawan sendi secara progresif dan

pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi serta tepi

sendi (osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu proses perbaikan untuk

membentuk kembali persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan

sendi yang progresif (Mansjoer, 2000).

f. Manisfestasi Klinis

Gejala utama OA ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama

waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa

kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.

Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,

pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat

pembesaran sendi dan krepitasi tulang (Mansjoer, 2000).

Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I,

metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang

distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interfalangproksimal timbul

nodus Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak

menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya

sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang

merata, dan warna kemerahan (Mansjoer, 2000).

g. Hasil pemeriksaan

1. Laboratorium

Analisis cairan synovial menyingkirkan artritis inflamatori.

2. Pencitraan

a) Ronsen pada sendi yang terkena dapat menujukkan penyempitan

ruang atau margin sendi, deposit tulang yang menyerupai kista

pada ruang dan margin sendi, sclerosis pada ruang subkindral,

27

Page 28: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

deformitas sendi atau kerusakan articular, pertumbuhan tulang

pada bagian yang menahan beban, dan kemungkinan terdapat fusi

sendi.

b) Scan tulang radionuklida dapat digunakan untuk menyingkirkan

artritis inflamtori dengan menunjukkan ambilan normal

radionuklida.

c) MRI menunjukkan sendi yang terkena, tulang yang berdekatan,

dan perkembangan penyakit. (Williams, 2009).

h. Pemeriksaan Penunjang

Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi

yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik

(Soeroso, 2006). Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis

OA adalah:

a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada

bagian yang menanggung beban seperti lutut).

b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).

c. Kista pada tulang

d. Osteofit pada pinggir sendi

e. Perubahan struktur anatomi sendi.

Berdasarkan temuan radiografi, maka OA dapat diberikan suatu

derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografi dikenal sebagai kriteria

Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan

hingga tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran

radiografi sendi masih terlihat normal (Felson, 2006).

i. Penatalaksanaan

1. Pengobatan

Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu:

a) Terapi non Farmakologi

1) Edukasi

28

Page 29: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar

pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit

yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah

semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai.

2) Terapi fisik atau rehabilitasi

Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit.

Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya

tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi

yang sakit.

3) Penurunan berat badan

Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat

OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak

berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat

badan apabila berat badan berlebih. (Soeroso, 2006).

b) Terapi Farmakologis

Penanganan terapi farmakologi meliputi penurunan rasa nyeri

yang timbul, memeriksa gangguan yang timbul dan

mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan

sendi.

(Non-steroidanti-inflammatory drugs) NSAIDs, Inhibitor

Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen. Untuk mengobati

rasa nyeri yang timbul pada OA, penggunaan obat NSAIDs dan

Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan

asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat NSAIDs lebih

tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat

pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain

untuk mengurangi dampak toksisitas dari NSAIDs adalah dengan

cara mengombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-

2 (Felson, 2006). Keterbatasan penggunaan NSAIDs adalah

toksisitasnya. Toksisitas NSAIDs yang sering dijumpai efek

sampingnya pada traktus gastrointestinal, terutama jika NSAIDs

29

Page 30: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

digunakan bersama obat lain, alkohol, kebiasaan merokok atau

dalam keadaaan stres. Usia juga merupakan faktor resiko untuk

mendapatkan efek samping gastrointestinal akibat NSAIDs. Bagi

pasien yang sensitif dapat digunakan preparat NSAIDs dalam

bentuk supositoria, pro drug, enteric coated, slow realease atau

non-acidic.

Chondroprotective Agent adalah obat–obatan yang dapat

menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA.

Obat–obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah:

tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan,

vitamin C, dan sebagainya. (Felson, 2006).

c) Terapi Pembedahan

Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak

berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan

koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas

sehari–hari.

2. Pencegahan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, agar kita terhindar dari

osteoarthritis:

a. Menghindari olahraga yang bisa menyebabkan sendi terluka.

b. Mengontrol berat badan agar berat yang ditopang oleh sendi

menjadi ringan.

c. Minum obat untuk mencegah osteoarthritis

30

Page 31: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

j. Web Of Caution (WOC)

31

Umur di

atas usia 60

Proses

penuaan

Penurunan jumlah

cairan sinovial

pada sendi

Penurunan

absorbsi kalsium

Jenis

kelamin

wanita

Bentuk panggul

melebar

Penurunan

hormonal

(estrogen,

progesteron,

dll

Kadar kalsium

Penurunan

absorbsi

kalsium

Tekanan pada

sendi

Beban lama

Genetik Obesitas Trauma

Ekstrinsi

k

Intrinsik

Kartilago

Kekakuan

Penuruna

n

pembuluh

darah

Suplai O2

menurun

Kartilago

Pelebaran

PD

vasodilatasi

Sendi tdk

kuat

menahan

beban

tubuhDepresi

sendi

berlangsun

g lama

Penurunan

aliran darah

Pecahnya

pembuluh

darah

Struktur

tulang

(osteoartritis

tulang)

OSTEOARTRITIS

Page 32: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

32

Perubahan

komponen

sendi

Stress

biomekanik

Proses

degeneratif

panjang

Peradangan

kartilago

Inflamasi

sendi

Penatalaksanaan

bedah

Perubahan

fungsi sendi

Deformtitas

sendi

Sulit bergerak

Pemecahan

kondosit

Pengeluaran

enzim lisosom

Kerusakan

matrik

kartilago

Penebalan

tulang sendi

Penurunan

hormon

paratiroid

Penurunan

absorbsi

kalsium

MK : Cidera

tulang

Menstimulasi

tumbuhnya

tulang baru

Perbaikan

yang

dilakukan tdk

memadai

Timbulnya

benjolan pd

pinggiran

sendi

(osteofit)

Pelepasan

mediator

nyeri

Menyentuh

ujung saraf

nyeri

Nyeri

Tindakan

operasi

Kerusakan

jaringan

MK:

Kurangnya

pengetahuan

MK : Nyeri

kronis

MK : Gangguan

body image

MK : Kerusakan

mobilitas fisik

Penyempitan

rongga sendi

Penurunan

kekuatan aktivitas

Nyeri

Page 33: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

k. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a) Riwayat Kesehatan

- Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada

tungkai.

- Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum

pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada

sendi.

b) Pemeriksaan Fisik

1) Aktivitas/istirahat

- Gejala: nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang

memburuk dengan stress dengan sendi, kekakuan senda

pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan

simetris.

- Tanda: malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit

kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.

2) Kardiovaskur

Gejala: fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat

intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum

warna kembali normal.

3) Integritas ego

Gejala: factor-faktor stress akut/kronis missal finansial,

pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social,

keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri,

citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang

lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.

4) Makanan/cairan

- Gejala: ketidakmampuan untuk menghasilkan atau

mengonsumsi makanan atau cairan adekuat seperti mual,

anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.

33

Page 34: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

- Tanda: penurunan berat badan, dan membrane mukosa

kering.

5) Hygiene

Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas

perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang

lain.

6) Neurosensory

- Gejala: kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya

sensasi pada jari tangan.

- Tanda: pembengkakan sendi simetri.

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala: fase akut dari nyeri (disertai/tidak disertai

pembengkakan jaringan lunak pada sendi), rasa nyeri kronis

dan kekakuan (terutama pada pagi hari).

8) Keamanan

Gejala: kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit,

ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan

rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata,

dan membrane mukosa.

9) Interaksi social

Gejala: kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain,

perubahan peran, isolasi.

c) Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan

yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas

pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-

kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari

menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap

konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

34

Page 35: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

2. Diagnosa Keperawatan

a) Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan

umum, gaya hidup kurang gerak.

b) Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan

yang tidak terpenuhi.

c) Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas

sendi.

d) Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah,

kelemahan umum.

e) Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan

kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi.

f) Nyeri b/d penyempitan rongga sendi.

g) Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan

3. Intervensi Keperawatan

a) Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan

umum, gaya hidup kurang gerak

Kriteria Hasil:

- Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan.

- Menunjukkan toleransi aktivitas.

- Mendemonstrasikan penghematan energy.

Intervensi:

- Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat tidur,

berdiri, ambulasi.

- Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan

aktivitas.

- Tentukan penyebab keletihan.

- Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi

yang adekuat

b) Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan

yang tidak terpenuhi.

35

Page 36: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Kriteria hasil:

- Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya

ringan hingga sedang.

- Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang

dibuktikan oleh indikator 1-5 (tidak pernah, jarang, kadang-

kadang, sering, atau selalu).

Intervensi:

- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasienGali

bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan tidak berhasil

menurunkan ansietas.

- Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan untuk

menurunkan ansietas dan memperluas focus.

- Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas.

c) Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas

sendi.

Kriteria Hasil:

- Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh selalu

menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik.

- Menunjukkan citra tubuh.

Intervensi:

- Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal pasien

terhadap tubuh klien.

- Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan klien.

- Tentukan harapan klien tentang citra tubuh berdasarkan tahap

perkembangan.

d) Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan

umum

Kriteria Hasil:

- Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang dibuktikan oleh

keseimbangan, gerakan terkoordinasi, perilaku pencegahan

jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan: Pencegahan Jatuh

36

Page 37: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Intervensi:

- Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien.

- Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan

potensi jatuh.

- Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat

meminimalkan cedera.

- Bantu pasien saat ambulasi.

- Sediakan alat bantu berjalan

e) Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan

kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi.

Kriteria Hasil:

- Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan

tentang proses penyakit

Intervensi:

- Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman

terhdapa materi.

- Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis dengan

klien.

- Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai.

- Beri waktu pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan

mendiskusikan permasalahannya.

f) Nyeri b/d penyempitan rongga sendi.

Kriteria Hasil:

- Melaporkan nyeri dapat dikendalikan.

- Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri.

Intervensi:

- Kaji tingkat nyeri.

- Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis pengendalian

nyeri setelah atau selama aktivitas yang menimbulkan nyeri.

- Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri

(berat).

37

Page 38: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

- Kendalikan faktor lingkungan yang memengaruhi respon

pasien terhadap ketidaknyamanan.

g) Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan.

Kriteria Hasil:

- Menunjukkan perawatan diri: Aktivitas kehidupan sehari-hari

dapat terpenuhi.

Intervensi:

- Kaji kemampuan personal hygiene.

- Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi.

- Dukung kemandirian klien dalam personal hygiene, bantu klien

hanya jika diperlukan.

- Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan.

- Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungkin

38

Page 39: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

BAB III

APLIKASI KASUS

A. Kasus

Ny. Z umur 58 tahun datang ke RSI. Siti Hajar Sidoarjo dengan keluhan

ngilu pada sendi yang sering dirasakannya sejak 3 bulan yang lalu, rasa ngilu

itu sudah dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu, namun Ny. Z tidak

memperdulikannya. Ketika memeriksakan diri ke dokter Ny. Z dianjurkan

untuk tes darah dan rongent kaki. Hasil rongent  menunjukkan bahwa Ny. S

menderita osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD T-score -3. Klien

mengalami menopause sejak 6 tahun yang lalu. Menurut klien dirinya tidak

suka minum susu sejak usia muda dan tidak menyukai makanan laut. Klien

beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya karena usianya yang

bertambah tua. Riwayat kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak

pernah mengalami penyakit seperti DM dan hipertensi dan tidak pernah

dirawat di RS. Pola aktifitas diketahui klien banyak beraktifitas duduk karena

dulu dirinya bekerja sebagai staf administrasi dan tidak suka olahraga karena

tidak sempat. Riwayat penggunaan KB hormonal dengan metode pil.

Pemeriksaan TB 165 cm, BB 76 kg (BB sebelumnya 78 kg).

B. Pengkajian

1. Anamnesa

No. Register :      11300130

Ruang :      Bougenvile

Tanggal MRS :      07 September 2015 Jam : 08.00 WIB

Tanggal Pengkajian :      07 September 2015

Diagnosa Medis :      Osteoporosis

1) Identitas pasien

Nama :    Ny. Z

Umur :    58 tahun

Jenis Kelamin :    Perempuan  

39

Page 40: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Suku/bangsa :    Indonesia             

Agama :    Islam

Pekerjaan :    Ibu rumah tangga

Pendidikan :    SMA

Alamat :    Bojong Menteng Rt. 03 Rw. 01 Sidoarjo

Tanggungan : Suami

2) Data penanggung jawab

Nama :    Tn. M       

Umur :    60 tahun

Jenis Kelamin :    Laki-laki

Suku/bangsa :    Indonesia             

Agama :    Islam

Pekerjaan :    Wiraswasta

Hubungan dengan px :    Suami

Alamat :    Bojong Menteng Rt. 03 Rw. 01 Sidoarjo

2. Riwayat keperawatan (nursing history)

Riwayat Sebelum Sakit:

Penyakit berat yang pernah diderita : tidak pernah menderita penyakit

yang serius.

Alergi : tidak ada alergi

Riwayat Penyakit Sekarang:

Keluhan utama : Klien mengatakan ngilu pada sendi yang

sering dirasakannya sejak 3 bulan yang

lalu, rasa ngilu itu sudah dirasakan sejak

beberapa tahun yang lalu, namun Ny. Z

tidak memperdulikannya.

Riwayat keluhan utama : Tanggal 06-09-2015 (19.00) ngilu pada

sendi yang sering dirasakannya sejak 3

bulan yang lalu, rasa ngilu itu sudah

dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu,

40

Page 41: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

namun Ny. Z tidak memperdulikannya,

kemudian dibawa ke UGD RSI. Siti Hajar

Sidoarjo pukul 05.00 pagi dan dirawat

ruang penyakit dalam.

Upaya yang telah dilakukan : Tanggal 07-09-2015 (05.00) dibawa ke

UGD namun dirawat diruang penyakit

dalam.

Terapi/operasi yang pernah dilakukan : Belum pernah melakukan operasi

apapun.

Riwayat Kesehatan Keluarga : Klien mengatakan keluarga tidak ada

yang menderita penyakit seperti ini.

Riwayat Kesehatan Lingkungan : Suami Ny. Z mengatakan lingkungan

disekitar rumahnya cukup bersih,

adanya selokan dan sanitasi air

lancar.

Riwayat Kesehatan Lainnya : Suami Ny. Z tidak mempunyai alergi baik

makanan, obat maupun udara.

Alat bantu yang dipakai : Tidak ada alat bantu yang digunakan.

3. Observasi dan pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum= Kondisi kesadaran compos mentis.

2) Tanda-tanda vital, TB, dan BB= Hasil pemeriksaan fisik: TD= 130/90

mmHg, Nadi= 80 x/menit, RR= 20 x/menit, Suhu= 36,5oC. BB: 76 kg,

TB: 165 cm.

4. Body system :

1) Pernapasan (B1 : Breathing)

Hidung : Hidung simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

41

Page 42: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

2) Cardiovaskuler (B2 : Bleeding)

Suara jantung : Normal, tidak ada kelainan pada cardiovaskuler

Edema : Tidak ada oedema

Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada kemerahan.

3) Persyarafan (B3 : Brain)

Kesadaran : Compos mentis

Glasgow Coma Scale : E;2 V;3 M\: 4 = 9

Kepala dan wajah

Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kemerahan.

Mata : Konjungtiva anemis.

Leher :Warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak

ada pembesaran vena jugularis. Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid.

4) Perkemihan-Eliminasi Urin (B4 : Bladder)

Produksi urine : 1100ml frekuensi : 4 x/hari

Warna : Kuning Bau : -

Alat bantu : Tidak ada alat bantu

Lainnya : Tidak ada kelainan pada perkemihan

5) Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5 : Bowel)

Abdomen :

- Inspeksi : Warna kulit sama dengan warna kulit disekitar,

tidak terdapat kemerahan.

- Auskultasi : Bunyi peristaltik usus 7x/menit.

- Palpasi : -

- Perkusi: Timpani

6) Tulang-Otot-Integumen (B6 : Bone)

Extremitas atas : ROM ka/ki: 5/5. Capilary refil: 2 detik.

Akral: Hangat.

Ektremitas bawah : ROM ka/ki: 5/5. Capilary refil: 2 detik.

Akral: Hangat

42

Page 43: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

5. Pola aktivitas (Dirumah dan Rs)

a. Makan

Rumah Rumah Sakit

Frekuensi 3 x 1 hari 3 x 1 hari

Jenis menu Semua makanan Makanan lunak

Porsi 1 porsi habis 1 porsi habis

Yang disuka Nasi goring Bubur ayam

Yang tidak disukai Ikan laut Tidak ada

Pantangan Tidak ada pantangan Makanan yang

mengandung asam,

pedas, berlemak, yang

bisa mengiritasi

lambung

Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi

Lain-lain - -

b. Minum

Rumah Rumah Sakit

Frekuensi 8 gelas/hari 8 gelas / hari

Jenis minuman Air putih biasa Air putih dan air teh

Jumlah (Lt/gelas) 1,5 lt / gelas 1 lt / gelas

Yang disuka The Teh

Yang tidak disukai Susu Tidak ada

Pantangan Tidak ada pantangan Tidak ada pantangan

Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi

Lain-lain - -

43

Page 44: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

c. Kebersihan diri

Rumah Rumah Sakit

Mandi 2x sehari 1x sehari

Keramas 2x seminggu -

Sikat gigi 3x sehari 1x sehari

Memotong kuku 1x sehari -

Ganti pakaian 2x sehari 1x sehari

Lain-lain - -

d. Istirahat

Rumah Rumah Sakit

Tidur siang 2 jam 3 jam

Tidur malam 7 jam 10 jam

Gangguan tidur - -

e. Aktivitas

Rumah Rumah Sakit

Aktivitas sehari-hari Lama 10 jam

Jam 08.00 s/d jam

17.00

Lama - jam

Jam - s/d jam -

Jenis aktivitas Ibu rumah tangga Klien hanya tidur

karena lemah

Tingkat ketergantungan Semua aktivitas

dilakukan mandiri

Di bantu total

6. Psikososial Spiritual

a) Sosial/interaksi :

Hubungan dengan klien : Tidak kenal

Dukungan keluarga : Aktif

Dukungan kelompok/teman/masyarakat : Aktif

44

Page 45: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Reaksi saat interaktif : Kooperatif

Konfilk yang terjadi terhadap : Tidak ada

b) Spiritual

Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah

Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah

Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Baca kitab

suci

Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual

agama yang diharapkan saat ini : Lewat ibadah

Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama :Tidak

ada

Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam

menghadapi situasi sakit saat ini : Ya

Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan : Ya

Persepsi terhadap penyebab penyakit : Cobaan/peringatan

45

Page 46: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

7. Pemeriksaan penunjang

Hasil Pemeriksaan laboratorium

Jam/Tgl            : 07./07 September 2015

Parameter Hasil Satuan Nilai normal interpretas

Darah Lengkap :

Hb

AL (angka leukosit)

AE (angka eritrosit)

AT (angka trombosit)

HMT

Albumin

Natrium

Kalium

Klorida

Glukosa Sewaktu

14

11

4,76

350

42,4

2,74

137,2

4,32

102,0

95

gr%

ribu/ul

juta/ul

ribu/ul

%

mg/dl

mmol/l

mmol/l

mmol/l

gr/dl

14-16

4-11

4,5-5,5

150-450

42-52

3,5-5,5

135-148

3,5-5,3

98-107

<105

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

a. Pemeriksaan cairan sendi: Dijumpai peningkatan kekentalan cairan

sendi.

b. Pemeriksaan BMD (Bone Mineral Density): T- score  - 3  (Penyusutan

massa tulang).

46

Page 47: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

8. Analisa data

Nama : Ny.Z No. Register :      11300130

Umur : 58 tahun Ruang :      Bougenvile

NO SYMTOMP ETIOLOGI PROBLE

M

1. DS: Klien mengatakan ngilu pada

lutut dan kaki kanan

P: klien mengatakan nyerinya

bertambah saat berjalan.

Q: seperti ditusuk-tusuk

R : kaki kanan dan lutut

S : 8

T : terus menerus

DO:  Klien tampak menahan nyeri

dan skalanya 8.

Fraktur dan

spasme otot

Nyeri akut

2. DS: Klien mengatakan sulit untuk

beraktivitas dan klien mengatakan

selalu di bantu untuk memenuhi

ADLnya oleh keluarganya.

Do: Klien tampak sulit untuk

beraktivitas dan selalu dibantu oleh

keluarganya dalam memenuhi

ADL.

Disfungsi

sekunder

akibat

perubahan

skeletal

(kifosis), nyeri

sekunder atau

fraktur baru.

Hambatan

imobilitas

Fisik

3. DS: Klien mengatakan bahwa klien

sering merasa ngilu pada bagian

lutut dan kaki kanan.

DO: Terlihat klien memegang

bagian sendi kaki yang ngilu.

Hasil pemeriksaan BMD: T- score -

3.

Dampak

sekunder

perubahan

skeletal dan

ketidakseimba

ngan tubuh.

Resiko

cidera

47

Page 48: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

C. Prioritas diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat

perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

3. Resiko cidera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal

dan ketidakseimbangan tubuh.

B. Intervensi

Nama : Ny. Z No. Register :      11300130

Umur : 48 tahun Ruang : Bougenvile

No TUJUAN &

KRITERIA HASIL

RENCANA

TINDAKAN

RASIONAL

1.

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

3x24 dengan tujuan

klien mampu

melakukan tindakan

mandiri.

Kriteria Hasil:

- Mengatakan nyeri

reda saat istirahat.

- Menunjukkan

berkurangnya nyeri

tekan pada tempat

fraktur.

1. Pantau atau kaji

tingkat/skala  nyeri

(1-10), intensitas dan

sifat nyeri

P :Provocate

Q : Quality 

R : Region 

S: Severe 

T: Time 

2.Atur posisi pasien

senyaman mungkin.

3.Ajarkan klien dan

keluarganya

manajemen nyeri.

4.Kolaborasi dalam

pemberian analgetik.

1. Untuk mengetahui

penyebab nyeri dan

sifat nyeri apakah

bersifat terlokasi

atau menyebar dan

waktunya.

2. Posisi yang baik

dapat mengurangi

rasa nyeri.

3. Klien dapat

mengatasi nyeri

secara mandiri.

4. Analgetik dapat

mengurangi rasa

nyeri.

48

Page 49: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

2. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

3x24 dengan tujuan

klien dapat

melakukan mobilitas

fisik.

Kriteria Hasil: Klien

mampu melakukan

aktivitas normal

secara mandiri.

1. Ajarkan klien untuk

melakukan latihan-

latihan fisik secara

bertahap.

2. Ajarkan klien tentang

pentingnya latihan

fisik.

3. Anjurkan klien untuk

menghindari latihan

fleksi, membungkuk

dengan tiba-tiba Dan

mengangkat beban

berat.

4. Kolaborasi dalam

pemberian obat.

1.  Latihan fisik dapat

meningkatkan

kekuatan otot serta

melancarkan

sirkulasi darah.

2. Klien mengetahui

pentingnya latihan

fisik dan mau

melakukannya secara

rutin.

3. Gerakan yang

menimbulkan

kompresi vertical

berbahaya dan dapat

mengakibatkan

risiko fraktur

vertebra.

4. Membantu dalam

proses

penyembuhan.

3. Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

3x24 jam dengan

tujuan klien tidak

mengalami injury.

Kriteria Hasil: Klien

tidak mengalami jatuh

atau fraktur akibat

jatuh.

1. Ciptakan lingkungan

yang aman dan bebas 

bahaya bagi klien.

2. Beri support untuk

kebutuhan ambulansi;

mengunakan alat

bantu jalan atau

tongkat.

1. Lingkungan yang

bebas bahaya

mengurangi risiko

untuk jatuh dan

mengakibatkan

fraktur.

2. Memberi support

ketika berjalan

mencegah tidak jatuh

pada lansia.

49

Page 50: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

3. Bantu klien penuhi

ADL (activities daily

living) dan  cegah

klien dari pukulan

yang tidak sengaja

atau kebetulan.

4. Anjurkan klien untuk

belok dan

menunduk/bongkok.

secara perlahan dan 

tidak mengangkat

beban yang berat.

3. Benturan  yang  keras

menyebabkan fraktur

tulang, karena tulang

sudah  rapuh, porus

dan kehilangan

kalsium.

4. Gerakan tubuh yang

cepat  dapat

mempermudah fraktur

compression vertebral

pada klien dengan

osteoporosis.

C. Implementasi

Nama : Ny. Z No. Register :      11300130

Umur : 58 tahun Ruang : Bougenvile

No Tanggal

dan jam

Penatalaksaan Evaluasi

tindakan/respon

klien

Nama

dan

paraf

1. 07-09-2015

Pukul:

08.00 WIB

1. Memantau atau

mengkaji tingkat/skala

nyeri (1-10), intensitas

dan sifat nyeri.

2. Mengatur posisi pasien

senyaman mungkin.

3. Mengajarkan klien dan

keluarganya manajemen

nyeri.

1. Klien mampu

mendiskripsikan

nyerinya (skala 5).

2. Klien tiduran di

kasur dengan

senyaman mungkin.

3. Klien dapat

mengatasi nyeri

secara mandiri.

50

Page 51: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

4. Mengkolaborasi dalam

pemberian analgetik.

4. Rasa nyeri

berkurang sedikit.

2. 07-09-2015

Pukul:

09.00 WIB

1. Mengajarkan klien

untuk melakukan

latihan-latihan fisik

secara bertahap.

2. Mengajarkan klien

tentang pentingnya

latihan fisik.

3. Menganjurkan klien

untuk menghindari

latihan fleksi,

membungkuk dengan

tiba-tiba dan

mengangkat beban

berat.

4. Mengkolaborasi dalam

pemberian obat.

1. Klien melakukan

gerakan sedikit.

2. Klien mengetahui

pentingnya latihan

fisik dan mau

melakukannya

secara rutin.

3. Klien mampu

mempertahankan

keseimbangan

tubuh saat duduk

tanpa penyangga

punggung.

4. Klien mau minum

obat itu.

3. 07-09-2015

Pukul:

10.00

1. Menciptakan

lingkungan yang aman

dan bebas  bahaya bagi

klien.

2. Memberi support untuk

kebutuhan ambulansi;

mengunakan alat bantu

jalan atau tongkat.

3. Membantu klien penuhi

1. Klien tidak bergerak

kemana-mana.

2. Klien menggunakan

kursi roda.

3. Aktivitas klien di

51

Page 52: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

ADL (activities daily

living) dan  mencegah

klien dari pukulan yang

tidak sengaja atau

kebetulan.

4. Menganjurkan klien

untuk belok dan

menunduk/bongkok.

secara perlahan dan 

tidak mengangkat beban

yang berat.

bantu oleh keluarga.

4. Klien melakukan

latihan itu dengan

baik.

D. Evaluasi

Nama : Ny.Z No. Register :      11300130

Umur : 58 tahun Ruang : Bougenvile

No Tanggal

dan jam

Catatan perkembangan Nama dan

paraf

1. 07-09-2015

Pukul:

08.00 WIB

S : Klien menyatakan nyeri d skala 5 atau

sedang

O : Klien tampak sedikit tidak nyaman

A : Tujuan teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1

2. 07-09-2015

Pukul:

09.00 WIB

S : Klien menyatakan nyaman untuk

bergerak leluasa

O: Klien tampak rileks

A : Tujuan teratasi

P : Pasien diperbolehkan pulang dan

diberikan Health Education.

3. 07-09-2015 S : Klien menyatakan mengetahui cara

52

Page 53: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

Pukul:

10.00

latihan untuk mengurangi rasa sakit ini.

O : Klien merasakan nyaman

A : Tujuan teratasi

P : Pasien diperbolehkan pulang dan

diberikan Health Education.

53

Page 54: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Data yang di dapat setelah pengkajian yang dilakukan pada Ny. Z dirasa

sudah cukup sesuai dengan pengkajian berdasarkan tinjauan teori yang ada.

Data-data tersebut sudah menunjang untuk melakukan asuhan keperawatan

selanjutnya, karena semua data sudah di dapatkan dengan jelas dan akurat.

B. Diagnosa keperawanan

Menurut Lukman, (2009) diagnosa keperawatan pada klien dengan

Osteoporosis adalah:

1) Kurang pengetahuan tentang proses osteoporosis dan program terapi.

2) Nyeri berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.

3) Konstipasi berhubungan dengan imobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi

usus).

4) Risiko terjadi cedera: fraktur berhubungan dengan tulang osteoporosis.

5) Resiko tinggi regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan

insufiensi pengetahuan, faktor-faktor resiko, terapi nutrisi, dan prevensi.

Diagnosa yang diangkat pada Klien Ny. Z adalah:

a) Nyeri akut berhubungan dengan fraktur dan spasme otot.

b) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat

perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder atau fraktur baru.

c) Resiko cidera berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal

dan ketidakseimbangan tubuh.

Diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan tinjauan teori, meskipun

hanya sebagian diagnosa saja yang muncul namun sudah cukup mewakili dan

disusun sesuai dengan prioritas masalah.

54

Page 55: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

C. Intervensi keperawanan

Intervensi keperawatan yang disusun berdasarkan prioritas masalah

keperawatan pada klien Ny. Z adalah:

1. Dx 1:

a. Pantau atau kaji tingkat/skala  nyeri (1-10), intensitas dan sifat nyeri

b. Atur posisi pasien senyaman mungkin.

c. Ajarkan klien dan keluarganya manajemen nyeri.

d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

2. Dx 2:

a. Ajarkan klien untuk melakukan latihan fisik secara bertahap.

b. Ajarkan klien tentang pentingnya latihan fisik.

c. Anjurkan klien untuk menghindari latihan fleksi, membungkuk dengan

tiba-tiba Dan mengangkat beban berat.

d. Kolaborasi dalam pemberian obat.

3. Dx 3:

a. Ciptakan lingkungan yang aman dan bebas  bahaya bagi klien.

b. Beri support untuk kebutuhan ambulansi; mengunakan alat bantu jalan

atau tongkat.

c. Bantu klien penuhi ADL (activities daily living) dan  cegah klien dari

pukulan yang tidak sengaja atau kebetulan.

d. Anjurkan klien untuk belok dan menunduk/bongkok secara perlahan

dan  tidak mengangkat beban yang berat.

Intervensi yang disusun telah mengacu pada Tinjauan teori, yaitu

diambil dari Lukman (2009).

D. Implementasi

Implementasi merupakan aplikasi dari intervensi yang telah disusun. Pada

kasus Ny. Z semua intervensi yang telah disusun telah dilakukan dengan baik

sesuai dengan prosedur tetap yang ada.

55

Page 56: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

E. Evaluasi

Evaluasi hasil dari implementasi keperawatan yang didapat pada Klien Ny.

Z setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam sudah cukup memuaskan,

karena masalah sudah teratasi meskipun hanya sebagian. Sehingga masih

perlu melanjutkan intervensi-intervensi yang telah disusun dilanjutkan oleh

perawat  ruangan.

56

Page 57: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

1. Osteoporosis

Osteoporosis adalah penyakit tulang sisitemik yang ditandai oleh

penurunan mikroarsitektur tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan

mudah patah. Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu: Osteoporosis primer

berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan

peningkatan proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan

resiko fraktur vertebra dan Colles. Pada usia decade awal pasca

menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan

perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun. Osteoporosis Sekunder

disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang.

2. Osteoarthritis

Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai

kerusakan tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif

yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang

rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan kapsul sendi.

Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah usia/umur, jenis

kelamin, ras, faktor keturunan, faktor metabolik/endokrin, faktor mekanik,

diet.

B. Saran

Diharapkan  mahasiswa dapat mengetahui/menguasai  tentang penyakit

Osteoporosis dan Osteoartritis dan mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

57

Page 58: Makalah Osteoporosis Dan Osteoartritis Fix[1]

DAFTAR PUSTAKA

Dra.Misnadiarly A.S., A..P.U. 2013. Osteoporosis Pengenalan, Faktor Risiko,

Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta Barat: Akademia Permata.

Dr.Saputra, Lyndon. 2014. Ilustrasi Berwarna Anatomi dan Fisiologi. Tangerang

Selatan: Binarupa Aksara Publiser.

Ns. Lukman, S.Kep.,M.M, et all. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan

Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Williams, Lippincott & Wilkins. 2009. Kapita Selekta Penyakit:Dengan implikasi

Keperawatan. Jakarta: Media Aesculapius.

Zaviera, Ferdinand. 2008. Osteoporosis: Deteksi Dini. Penanganan, dan Terapi.

Jogjakarta: Katahati.

58