Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah)
-
Upload
nurul-afdal-haris -
Category
Education
-
view
781 -
download
9
Transcript of Osteoporosis (Sejenis Makalah/Karya Tulis Ilmiah)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses menua merupakan suatu proses normal yang ditandai dengan perubahan secara
progresif dalam proses biokimia, sehingga terjadi kelainan atau perubahan struktur dan fungsi
jaringan, sel dan non sel. (Widjayakusumah, 1992). Berbagai perubahan fisik dan psikososial
akan terjadi sebagai akibat proses menua. Terjadinya perubahan pada semua orang yang
mencapai usia lanjut yang tidak disebabkan oleh proses penyakit, menyebabkan kenapa penderita
geriatrik berbeda dari populasi lain. (Brocklehurst and Allen, 1987).
Sejumlah gangguan muskuloskeletal dapat timbul pada lansia. Beberapa diantaranya
merupakan kelanjutan dari penderitaan sebelum usia lanjut dan sering menimbulkan kecacatan.
Dengan meningkatnya populasi lansia, meningkat pula prevalensinya pada lansia akibat proses
degeneratif. Dan tak jarang pula gangguan muskuloskeletal pada lansia menimbulkan
kemunduran fisik dan disabilitas yang sangat berpengaruh dalam hidup lansia. Diantara
banyaknya penyebab gangguan muskuloskeletal pada lansia, osteoarthritis merupakan salah satu
dari beberapa penyebab utama yang menimbulkan disabilitas orang yang berusia > 65 tahun.
Selain osteoartritis, gangguan lain pada muskuloskeletal yang juga sering dapat menimbulkan
disabilitas yaitu artritis rheumatoid, artritis gout, osteoporosis juga amiloidosis. Untuk
memulihkan penderita dari disabilitas akibat gangguan muskuloskeletal diperlukan tindakan
rehabilitasi yang merupakan gabungan pengobatan medis dan fisioterapi, bila perlu tindakan
pembedahan. (limarwin.2008).
BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Osteoporosis adalah berkurangnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang
menjadi rapuh dan mudah patah. Tulang terdiri dari mineral-mineral seperti kalsium dan fosfat,
sehingga tulang menjadi keras dan padat. Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh
memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan
hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin,
estrogen pada wanita dan testosteron pada pria). Juga persediaan vitamin D yang adekuat, yang
diperlukan untuk menyerap kalsium dari makanan dan memasukkan ke dalam tulang. Secara
progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia
30 tahun). Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Jika tubuh tidak mampu
mengatur kandungan mineral dalam tulang, maka tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh,
sehingga terjadilah osteoporosis.
Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang
dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang (wikipedia.org).
B. KLASIFIKASI
Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu :
a. Osteoporosis primer
1 Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
2 Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
b. Osteoporosis sekunder. Di sebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosif (misalnya
mieloma multiple, hipertiroidisme, hiperparatiroidisme) dan akibat obat-obatan yang toksik
untuk tulang (misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien.
c. Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di
temukan pada :
1 Usia kanak-kanak (juvenil)
2 Usia remaja (adolesen)
3 Pria usia pertengahan
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengurangan massa tulang pada usia lanjut:
Determinan Massa Tulang
a Faktor genetik
Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa
orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat/berat dari pacia bangsa
Kaukasia. Jacii seseorang yang mempunyai tulang kuat (terutama kulit Hitam Amerika),
relatif imun terhadap fraktur karena osteoporosis.
b Faktor mekanis
Beban mekanis berpengaruh terhadap massa tulang di samping faktor genetk.
Bertambahnya beban akan menambah massa tulang dan berkurangnya beban akan
mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Dengan perkataan lain dapat disebutkan
bahwa ada hubungan langsung dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal
tersebut menunjukkan respons terhadap kerja mekanik Beban mekanik yang berat akan
mengakibatkan massa otot besar dan juga massa tulang yang besar. Sebagai contoh
adalah pemain tenis atau pengayuh becak, akan dijumpai adanya hipertrofi baik pada otot
maupun tulangnya terutama pada lengan atau tungkainya; sebaliknya atrofi baik pada otot
maupun tulangnya akan dijumpai pada pasien yang harus istrahat di tempat tidur dalam
waktu yang lama, poliomielitis atau pada penerbangan luar angkasa. Walaupun demikian
belum diketahui dengan pasti berapa besar beban mekanis yang diperlukan dan berapa
lama untuk meningkatkan massa tulang di samping faktor genetik.
c Faktor makanan dan hormone
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang cukup (protein dan
mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai dengan pengaruh genetik
yang bersangkutan. Pemberian makanan yang berlebih (misainya kalsium) di atas
kebutuhan maksimal selama masa pertumbuhan, disangsikan dapat menghasilkan massa
tulang yang melebihi kemampuan pertumbuhan tulang yang bersangkutan sesuai dengan
kemampuan genetiknya.
Determinan penurunan Massa Tulang
a. Faktor genetic
Faktor genetik berpengaruh terhadap risiko terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan
tulang yang kecil akan lebih mudah mendapat risiko fraktur dari pada seseorang dengan
tulang yang besar. Sampai saat ini tidak ada ukuran universal yang dapat dipakai sebagai
ukuran tulang normal. Setiap individu mempunyai ketentuan normal sesuai dengan sitat
genetiknya serta beban mekanis den besar badannya. Apabila individu dengan tulang
yang besar, kemudian terjadi proses penurunan massa tulang (osteoporosis) sehubungan
dengan lanjutnya usia, maka individu tersebut relatif masih mempunyai tulang tobih
banyak dari pada individu yang mempunyai tulang kecil pada usia yang sama
b. Faktor mekanis
Di lain pihak, faktor mekanis mungkin merupakan faktor yang terpenting dalarn proses
penurunan massa tulang schubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi
hormonal. Pada umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia; dan
karena massa tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan
menurun dengan bertambahnya usia.
c. Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan bertambahnya Lisia, terutama pada wanita post menopause.
Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting. Wanita-wanita pada masa peri
menopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak bak, akan
mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi negatif, sedang mereka yang masukan
kalsiumnya baik dan absorbsinya juga baik, menunjukkan keseimbangan kalsium positif.
Dari keadaan ini jelas, bahwa pada wanita masa menopause ada hubungan yang erat
antara masukan kalsium dengan keseimbangan kalsium dalam tubuhnya. Pada wanita
daiam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta
absorbsinya kurang serta eksresi melalui urin yang bertambah. Hasil akhir
kekurangan/kehilangan estrogen pada masa menopause adalah pergeseran keseimbangan
kalsium yang negatif, sejumiah 25 mg kalsium sehari.
d. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain. Apabila
makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi ekskresi
kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran kalsium
melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan akan
mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang negatif
e. Estrogen.
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi
absorbsi kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
f. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui, akan
tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
g. AlkohoL
Alkoholisme akhir-akhir ini merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu
dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai
dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme ang jelas belum diketahui
dengan pasti .
D. PENCEGAHAN
Pencegahan osteoporosis meliputi :
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi kalsium
yang cukup
Melakukan olah raga dengan beban
Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu). Mengkonsumsi kalsium dalam
jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang
maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap
hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap
hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium. Olah raga beban (misalnya
berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak
meningkatkan kepadatan tulang. Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang
pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron.
Semua manusia di dunia pasti akan menjadi tua baik pria maupun wanita.Proses penuaan
telah terjadi sejak manusia dilahirkan ke dunia dan terus menerus terjadi sepanjang
kehidupannya. Khususnya pada wanita, proses ini mempunyai dampak tersendiri
berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulaiu terganggu dan akhirnya
menghilang sama sekali. Terganggunya atau sampai hilangnya proses haid (menopause
dan pasca menopause) disebabkan penurunana dan hilangnya hormon estrogen. Ini
adalah hal yang normal dan alamiah. Namun, penerimaannnya berbeda-beda diantara
wanita. Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan
tulang) terhambat dan dua hormon yang berperan dalam proses ini yaitu D, PTH pun
turun sehingga dimulai hilangnya kadar mineral tulang. Apabila hal ini terus berlanjut
dan akibat kelanjutan harapan hidup masih akan mencapai keadaan osteoporosis yaitu
kondisi dimana massa tulang demikian rendah sehingga tulang mudah patah. Diketahui
85% wanita menderita osteoporosis yang terjadi sekitar 10 tahun setelah menopause, atau
8 tahun setelah pengangkatan kedua ovarium.
Jadi, para wanita perlu lebih waspada akan ancaman penyakit osteoporosis dibandingkan
pria. Karena penyakit ini baru muncul setelah usia lanjut, wanita muda harus sadar dan
segera melakukan tindakan pencegahan sebagai berikut, antara lain:
Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap
hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya
tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis harian
yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk
usia lansia dianjurkan 1200 mg per hari. Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang
cukup sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar
umur 30 tahun). Pilihlah makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri,
brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.
Paparan sinar UV B matahari (pagi dan sore), Sinar matahari terutama UVB membantu
tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa
tulang. Untungnya, Indonesia beriklim tropis sehingga sinar matahari berlimpah.
Berjemurlah di bawah sinar matahari selama 30 menit pada pagi hari sebelum jam 09.00
dan sore hari sesudah jam 16.00.
Melakukan olah raga dengan beban. Selain olahraga menggunakan alat beban, berat
badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan
tulang. Olah raga beban misalnya berjalan dan menaiki tangga tetapi berenang tidak
meningkatkan kepadatan tulang. Dr. Ade Tobing, Sp.KO kini mengenalkan yang disebut
latihan jasmani yang baik, benar, terukur dan teratur (BBTT). Latihan BBTT ternyata
terbukti bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan massa tulang. Oleh sebab itu,
latihan fisik (BBTT) dapat dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit
osteoporosis.
Gaya hidup sehat, Tidak ada kata terlambat untuk melakukan gaya hidup sehat.
Menghindari rokok dan alkohol memberikan efek yang signifikan dalam menurunkan
risiko osteoporosis. Konsumsi kopi, minuman bersoda, dan daging merah pun dilakukan
secara bijak.
Hindari obat-obatan tertentu.
Hindari obat-obatan golongan kortikosteroid. Umumnya steroid ini diberikan untuk
penyakit asma, lupus, keganasan. Waspadalah penggunaan obat antikejang. Jika tidak ada
obat lain, maka obat-obatan tersebut dapat dikonsumsi dengan dipantau oleh dokter.
Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)
a) Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering
diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai
dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah
menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah
tulang.
b) Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang
efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek
terhadap payudara atau rahim.
c) Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan
sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
E. PENATALAKSANAAN
Mencegah patah lebih baik daripada mengobati,” ungkap Dr. Bambang Setyohadi,
SpPD-KR yang lulus dari spesialis penyakit dalam FKUI tahun 1994. Patah tulang biasa
terjadi setelah penderita osteoporosis jatuh, sehingga mencegah jatuh pun menjadi
penting.Rumah yang ditempati sehari-hari pun bisa jadi menjadi ancaman. Sebaiknya
penderita osteoporosis menghindari karpet yang melekuk, kabel yang melintang,
permukaan licin seperti di kamar mandi, ataupun alas kaki yang terlalu longgar.
Selain itu, cara lain yang bisa dicoba adalah dengan memasang pegangan tangan (hand
rails) di kamar mandi, memperbaiki penglihatan misal dengan menggunakan kaca mata,
atau memperbaiki kekuatan otot dan keseimbangan dengan latihan.
Ada 4 tujuan penanganan osteoporosis, yaitu :
1. Mencegah berlanjutnya kehilangan massa tulang
2. Menstimulasi pembentukan tulang
3. Cegah terjadinya fraktur (patah tulang) dan mikrofraktur (keretakan tulang).
4. Mengatasi nyeri.
Bifosfonat merupakan zat sintetik stabil yang bekerja menghambat kerja osteoklas
dalam meresorpsi dan pergantian (turnover) tulang. Bifosfonat menurunkan risiko
patah
5. tulang sampai 30-50%. Dalam sebuah studi yang bernama Studi Cohort Retrospektif ,
dievaluasi onset penurunan patah tulang dengan terapi menggunakan risedronate dan
alendronate di bawah kondisi Real World. Real World adalah data observasi yang
diambil dari praktek klinik sehari-hari yang memberikan informasi hasil perngobatan
pasien dalam kehidupan nyata
Pasien yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu wanita berusia lebih dari 65 tahun dan
pengguna baru terapi sekali seminggu dengan baik alendronate atau risedronate.
Kemudian dinilai insidens fraktur nonvebtebral setelah 6 bulan dan 12 bulan.
Setelah tahun pertama terapi menggunakan risedronate, terjadi penurunan patah
tulang pinggul sebesar 43% dan patah tulang non-vertebral sebesar 18%
dibandingkan alendronate. Studi tersebut menyimpulkan bahwa pasien menggunakan
risedronat memiliki insiden patah tulang nonvertebral dan pinggul yang lebih rendah
dibandingkan pasien yang menggunakan alendronate. Jangan tunggu sampai kena
osteoporosis. Sedari muda lakukan usaha untuk mencegah penyakit keropos tulang.
F. PATOGENESIS
Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara seimbang
yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan
dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan,
maka akan terjadi penurunan massa tulang
Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang
bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula
Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang bagian
korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda
Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd
wanita 40-50 %
Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum
femoris, dan korpus vertebra
Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius
bagian distal.
Bahan katabolik endogen ( direproduksi oleh tubuh ) dan eksogen ( dari sumber luar )
dapat menyebabkan osteoporosis.
Keadaan medis penyerta ( mis: sindrom malabsorbsi, intoleransi laktosa, penyalahgunaan
alkohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin ) mempengaruhi pertumbuhan
oteoporosis.
C. MANIFESTASI KLINIS
1 Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi
pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
2 Nyeri timbul mendadak
3 Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
4 Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
5 Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena melakukan
aktivitas
6 Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan
D. JENIS OSTEOPOROSIS
a. Osteoporosis postmenopausal
terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu
mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita.Biasanya gejala timbul
pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat
ataupun lebih lambat.
b. Osteoporosis senilis, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang
dan pembentukan tulang yang baru.Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi
pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih
sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan
postmenopausal.
c. Osteoporosis sekunder, dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak
diketahui.Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuhnya tulang (Musculoskelethalbedah.blogspot, 2008).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan
massa tulang.
Pemeriksaan absorpsiometri
Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan informasi
mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas meneralisasi
tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine biasanya
dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu kecuali pada
pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
F. PENYIMPANGAN KDM
Defesiensi kalsium
Kecepatan reabsorbsi tulang lebih besar
Penurunan masa tulang
Tulang menjdi rapuh/mudah patah
Spasme otot
Pengeluaran zat kimia
(prostaglandin, histamin, bradikinin) pergerakan terbatas
Dihantar ke sum-sum tulang belakang peristaltik menurun
Thalamus absorbsi meningkat
Korteks cerebri Perubahan status kesehatan faeces keras
Dipersepsi Kurang informasi
Fraktur
r
konstipasi
Nyeri Kurang pengetahuan
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. risiko terhadap cedera: fraktur,yang berhubungan dengan tulang osteoporoti
2. Nyeri berhubungan dengan praktur dan spesme otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan mobilitas atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
4. Kurang pengatahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
H. INTERVENSI KEPERAWATAN
DX.1
1. Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat
otot, mencegah atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur yang baik.
4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat beban lama.
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah
sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh
menghasilkan vitamin D.
DX.2
1. Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi
telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
2. Kasur harus padat dan tidak lentur.
3. Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
4. Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
5. Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan
memuntir.
6. Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu
turun dari tempat tidur,
7. pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat
serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
8. Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu
dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi
stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
9. opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung.
Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
DX.3
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas, pengobatan dan lansia.
1. Berikan diet tinggi serat.
2. Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu atau
meminimalkan konstipasi.
3. Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi kolaps vertebra pada
T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
DX. 4
1. Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
2. Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.
3. Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan kafein,
sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu mempertahankan massa tulang.
4. Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan
tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
5. Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan
latihan yang memadai untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
6. Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung
dan distensi abdomen merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium,
maka pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai dapat menurunkan
risiko pembentukan batu ginjal.
7. Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap
kanker payudara dan endometrium.
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
Biodata
a. Identitas Klien
Nama : ”Ny.A”
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia
Kawin/Belum Kawin : Sudah Kawin
Pendidikan :
Pekerjaan : IRT
Alamat : Soppeng
Tgl.Masuk RS : 3desember 2012
Tggl.Pengkajian : 4desember 2012
No.RM : 3106
Ruang Perawatan :
Diagnosa Medis : Osteoporosis
b. Identitas Penanggung
Nama : ”Tn.S”
Umur :26 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Bugis / Indonesia
Kawin/Belum Kawin : Sudah Kawin
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Soppeng
Hub.Dengan Klien : Anak
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Nyeri punggung bagian belakang
Riwayat Keluhan Utama
Klien masuk RSUD Ajjapange Soppeng tanggal 25 Februari 2010 dengan keluhan
Nyeri punggung ,riwayat susah BAB ≥ 1 miggu.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk di R.Perawatan Bedah sejak Tanggal 25 Februari 2010 setelah
diberikan pertolongan di Instalasi Unit Gawat Darurat RSUD Ajjappange Soppeng
Kondisi saat di kaji : Nyeri pada daerah punggung
Faktor Pencetus/Penyebab : Kekurangan Kalsium
a. Hal-hal yang memperberat : Pada saat beraktivitas berat
b. Hal-hal yang meringankan : Pada saat beristirahat
c. Sifat Keluhan : Nyeri dirasakan hilang timbul
d. Lokasi dan penyebaran : Pada sekitar punggung
e. Skala Keparahan : Skala sedang
f. Mulai dan lamanya penyebaran : Sejak 2 minggu lalu sampai sekarang
g. Keluhan- keluhan lainnya : Klien mengatakan susah BAB Dan merasa cemas
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien tidak pernah dioperasi sebelumnya
Klien tidak ada riwayat alergi
Klien tidak ada riwayat ketergantungan alkohol dan obat-obatan terlarang.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga menderita penyakit yang sama
Genogram
Genogram
X X X
X
X X
X
X X
67 ?
?
? ? ? X
50 54
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
X : Meninggal
------ : Tinggal serumah
? : Tidak diketahui
G1 : Kakek dan nenek klien keduanya telah meninggal Karena faktor
ketuaan
G2 : Bapak klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara dan semuanya sudah
meninggal
G3 : Klien adalah anak pertama dari 5 bersaudara dan anak yang ke 1 sudah
meninggal karena demam
Riwayat Psikososial
a) Pola konsep diri
Klien dapat menerima keadaannya dan berharap agar cepat sembuh
b) Pola Kognitif
Komunikasi lancar, respon terhadap orang-orang disekitarnya baik.
c) Pola Koping
Klien dapat menyesuaikan diri selama dirawat dan dapat bekerjasama selama proses
perawatan dan pengobatan
d) Pola Interaksi
Orang terdekat klien adalah anaknya, hubungan dengan anggota keluarga yang lain
baik, dapat berinteraksi dengan orang lain dan dengan tenaga kesehatan.
Riwayat Spiritual
Klien beragama islam dan taat menjalankan ibadah, tetapi selama dirawat klien tidak
pernah menjalankan ibadah karna nyeri yang dirasakan sehingga sulit braktivitas.
Selama dirawat, klien selalu didampingi oleh anak-anaknya beserta anggota
keluarga yang lain.
Ritual agama yang biasa dilaksanakan klien yaitu syukuran.
I. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum Klien
Keadaan Umum : Klien tampak lemah
Kesadaran : Composmentis
Tanda-Tanda Vital :
o Tekanan darah : 110/80 mmHg
o Nadi : 70x/mnt
o Pernapasan : 37C
o Suhu Tubuh : 18x/mnt
Kepala
1.Inspeksi
(1) Penyebaran rambut merata dan tidak mudah rontok
(2) Tidak tampak adanya massa
(3) Tidak tampak adanya allapesia
2.Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian kepala
Wajah / Muka
3.Inspeksi
(1) Muka tampak simetris kiri dan kanan
(2) Ekspresi wajah meringis
(3) Wajah tampak kusut
Palpasi
tidak ada nyeri tekan di sekitar wajah
Mata
Inspeksi
(4) Alis simetris kiri dan kanan
(5) Kelopak mata menutup secara simetris
(6) Konjingtiva baik
(7) Sklera putih
Palpasi
(8) Tidak teraba adanya peningkatan TIO
(9) Tidak teraba adanya massa benjolan
(10) Tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi
(11) Kanalis tampak bersih
(12) Tidak tampak adanya tanda-tanada peradangan.
Palpasi
(13) Tidak teraba adanya massa benjolan
(14) Tidak ada nyeri tekan pada daerah mastoid.
Hidung
Ispeksi
(15) Tidak tampak adanya deviasi septum
(16) Tidak tampak adanya polip
Palpasi
(17) Tidak ada nyeri tekan pada daerah sinus
Tidak teraba adanya massa/benjolan pada daerah sinus.
Rongga Mulut
Inspeksi
Klien tidak menggunakan gigi palsu, Tidak tampak adanya lesi pada gusi, Tidak tampak
adanya gigi yang caries.
Lidah simetris kiri dan kanan, Tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan pada lidah
Palpasi
(18) Tidak ada nyeri tekan
(19) Tidak teraba adanya massa atau benjolan.
Leher
Inspeksi
(20) Tidak tampak penekanan vena jugularis
(21) Tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi
(22) Tidak teraba adanya pembesaran vena jugularis
(23) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Thoraks
Inspeksi
(24) Bentuk dada simetris kiri dan kanan
(25) Irama pernafasan teratur
(26) Diameter nterior posterior mengecil ( Funnel chest)
(27) Frekuensi Pernafasan 16x/mnt
Palpasi
(28) Vocal premitus seimbang kiri dan kanan
(29) Terdapat nyeri tekan
(30) Tidak teraba adanya massa/benjolan
(31) Ekspansi dada simetris kiri dan kanan
Perkusi
Tidak di kaji
Auskultasi
Tidak dikaji
Jantung
Inspeksi
Tidak tampak pembesaran ictus cordis
Palpasi
Ictus cordis teraba pada ICS (Intercostal) v pada garis md clavikula
(32) Tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Batas-batas jantung paru pada spasimu ICS (Interostal) 3,4,5 sisi dada kiri
(33) Bunyi perkusi pekak
Auskultasi
Bunyi jantung (BJ) 1 Lub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah apek
Bunyi jantung (BJ) II Dub murni teratur dengan kekuatan sedang pada daerah aortik.
Abdomen
Inspeksi
(34) Perut tampak kembung
(35) Tidak tampak adanya luka
(36) Warna kulit sama dengan sekitarnya
Auskultasi
Peristaltik usus menurun
Perkusi
Suara perkusi hipertympani
Palpasi
(37) Teraba adanya massa
(38) Tidak teraba adanya pembesaran hepar.
Genetalia Dan Anus
Tidak dikaji
Ekstremitas
Inspeksi
Tidak tampak adanya luka
Ekstremitasatas dan bawah tampak simetris kiri dan kanan
Palpasi
Nyeri tekan pada daerah tertentu ( mis: lutut)
Sensorik
Dapat merasakan sentuhan kapas pada kedua ekstremitas.
Dapat merasakan rasa suhu panas, dan nyeri bila dicubit.
Motorik
ROM; ekstensi,fleksi,abduksi an adduksi agak kaku digerakkan.
Kekuatan otot pada kedua ekstremitas 4/5.
Refleks
Refleks babinski baik
Refleks biseps,trisep (-)
Status Neurologis
a. Nevus I: Dapat mencium bau yang diberikan
b. Nervus II: Penglihatan klein jelas
c. Nervus III,IV,VI
Kontraksi pupil baik
Gerakan kelopak mata membuka dan menutup baik
Prgerakan mata ke atas dan ke bawah baik.
d.Nervus V: Sensibilitas sensorik bagian kanan dan kiri dapat merasakan nyeri.
e.Nervus VII
Gerakan mimik baik
Dapat merasakan dan membedakan rasa (pengecap)
f.Nervus VIII
Pendengaran baik,dapat membedakan respon yang benar sesuai dengan pernyataan
dan pertanyaan .
g.Nervus IX dan X
Refleks menelan: tidak sakit bila menelan
Kemampuan bicara baik.
h.Nervus XI
Mudah memalingkan kepala.
Mengangkat bahu: mudah dinilai
i.Nervus XII
Gerakan lidah baik, tidak ada kelainan.
Fungsi Serebral
a. Status Mental: Orientasi klien terhadap mental, waktu dan orang yang ada di sekitarnya
baik.
b. Kesadaran: Composmentis (GSC= 13)
E3 : Mata membuka bila diajak berbicara,dipanggil namanya atau diperintahkan
membuka mata
M5 : Mampu menunjuk tepat, tempat rangsang nyeri yang diberikan.
V5: Respon bicara baik dan dapat mengetahui tempat dan waktu serta siapa
dirinya.
Aktivitas Sehari-Hari
A. Nutrisi
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Selera makan
Menu makan
Frekuensi makan
Makanan yang disukai
Makanan pantangan
Pembatasan pola makan
Cara makan
Baik
Nasi,lauk,dan sayur
Tidak menentu
Nasi,lauk dan sayur
Tidak ada
Tidak ada
Makan sendiri
Baik
Bubur,lauk,sayur, pisang
porsi makan dihabiskan
Tidak menentu
Bubur,lauk dan sayur
Makanan keras(ubi)
Tidak ada
Makan sendiri
B. Cairan
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3
4..
Jenis minuman
Frekuensi minum
Kebutuhan cairan
Cara pemenuhan
Air putih,teh
7 -8 gelas / hari
1.500-2500 cc/24 jam
Oral
Air putih,susu
5 -7 hari / gelas
<2500 cc/24 jam
Oral,IV PAG
C. Eliminasi BAB
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3.
4.
Frekuensi
Warna
Konsistensi
Tempat pembuangan
1-2x sehari
Kuning / coklat
Lunak
WC
1x sehari
Kuning / coklat
Agak Padat
WC
D. Elminasi BAK
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3.
4.
5.
Tempat pumbuangan
Frekuensi
Kesulitan
Warna
Bau
WC
4-6x sehari
Tidak ada
Kuning
Amoniak
WC
4-6x sehari
Tidak ada
Kuning
Amoniak
E. Istirahat / Tidur
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
Jam tidur:
Siang
Malam
Kebiasaan sebelum tidur
14.00-16.00
22.00-05.00
Nonton TV
14.00-17.00/ tdk teratur
01.00-07.00/ tdk teratur
Tidak ada
F. Personal Hygiene
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
Mandi :
Frekuensi
Alat mandi
2x Sehari
Sabun,handuk,
1x Sehari
Sabun, handuk
2.
3.
4.
Cara melakukan
Cuci rambut
Gunting kuku:
Frekuensi
Alat
Cara melakukan
Gosok gigi :
Frekuensi
Alat
Cara melakukan
shampoo
Sendiri
1x/hari
1x Seminggu
Gunting kuku
Sendiri
2x sehari
Sikat gigi + Pasta gigi
Sendiri
Sendiri
Tidak pernah
1x Seminggu
Gunting kuku
Sendiri
1x sehari
Sikat gigi + Pasta gigi
Sendiri
G.Status olahraga
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3.
Program
Jenis dan Frekuensi
Kondisi setelah
olahraga
Tidak ada
Tidak ada
-
Tidak ada
Tidak ada
-
H. Aktifitas / Mobilitas fisik
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3.
Kegiatan sehari-hari
Penanggung jadwal
harian
Penggunaan alat bantu
URT
Tidak ada
Tidak ada
Relaksasi otot
Tidak ada
Tidak ada
I. Rokok/ Alkohol/ Obat-obatan
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3.
4.
Merokok
Minum minuman keras
Kecanduan kopi
Konsumsi obat dari
doktrer
Tidak
Tidak
Tidak
Bila sakit
Tidak
Tidak
Tidak
Sementara melakukan
pengobatan di RS
J. Pola rekreasi
No KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
1.
2.
3.
4.
5.
Persaan saat bekerja
Waktu luang
Perasaan setelah
rekreasi
Waktu senggang
keluarga
Kegiatan hari libur
Senang
Malam hari dan libur
Senang
Nonton TV
Bersama keluarga
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
d) Terapi saat ini.
-Cairan IV PAG
-Panamin G
- Diet minuman tinggi kalsium
- cell 95
DATA FOKUS
Nama : Ny "A" Diagnosa medik : Osteoporosis
Umur : 50 Tahun Ruangan : UPF Bedah
Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 2/12/2012
Data Subjektif Data Objektif
1.Klien mengatakan nyeri pada bagian
punggung/ Bagian belakang
2.Klien mengatakan susah BAB
3.Klien mengatakan cemas dengan
penyakitnya
4.Klien bertanya tentang penyakitnya
1.Ekspresi Wajah nampak
meringis
2. Perut tampak kembung
3. Klien tampak gelisah
4.KU Lemah
ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1
2
DS: klien mengatakan
resiko terjadi cedera
DO :klien nampak
meringis
DS :
- Klien mengatakan
nyeri pada daerah
punggung/belakang
DO :
- Ekspresi wajah
tampak meringis
Defisiensi kalsium
Kecepatan reabsorbsi
tulang lebih besar
Penurunan massa tulang
Tulang mudah rapuh
Spasme otot
Fraktur
Pengeluaran zat kimia
Dihantar kesumsum
tulang
Thalamus
Korteks cerebri
Resiko terjadi
cedera
Nyeri
nyeri
3 DS :
- Klien mengatakan
susah BAB
DO :
- Perut tampak kembung
Keterbatasan gerak
`
Pergerakan feces
mencapaicolon lambat
Reabsorbsi air
Feces keras
Konstipasi
Konstipasi
4 DS :
- Klien mengatakan
cemas dengan
keadaannya
DO :
KU : lemah
- Klien nampak gelisah
Nyeri
Perubahan status
kesehatan
Kurang pengetahuan
Kecemasan
Kecemasan /
Ansietas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Ny.”A” Diagnosa medik : osteoprosis
Umur : 50Tahun Ruangan : Perawatan Bedah
Jenis kelamin : Perempuan Tanggal : 4/12/2012
Diagnosa Tanggal ditemukan Tanggal Teratasi
1. risiko terhadap cedera:
fraktur,yang
berhubungan dengan
tulang osteoporoti
2. Nyeri berhubungan
dengan praktur dan
spesme otot
3. Konstipasi yang
berhubungan dengan
mobilitas atau
terjadinya ileus
(obstruksi usus)
4. Kurang pengatahuan
mengenai proses
osteoporosis dan
program terapi
4/12/2012
4/12/2012
4/12/2012
4/12/2012
6/ 12 / 2012
5 / 12 / 2012
5/ 12 / 2012
5/12/212
INTERVENSI
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. risiko terhadap
cedera: fraktur,yang
berhubungan dengan
tulang osteoporoti
Untuk
mengurangi
terjadinya
resiko
cedera
a. Anjurkan
melakukan
Aktivitas fisik
secara teratur hal
ini sangat penting
untuk
memperkuat otot,
mencegah atrofi
dan
memperlambat
demineralisasi
tulang progresif.
b. Ajarkan Latihan
isometrik, latihan
ini dapat
digunakan untuk
memperkuat otot
batang tubuh.
c. Anjurkan untuk
Berjalan,
mekanika tubuh
yang baik, dan
postur yang baik.
d. Hindari
Membungkuk
mendadak,
melenggok dan
mengangkat
beban lama.
e. Lakukan aktivitas
pembebanan berat
a) Untuk memperkuat
otot
b) Untuk memperkuat
otot batang tubuh
c) Agar postur tubuh baik
d) .umtuk mencegah
terjadinya osteoprosis
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2. Nyeri berhubungan
dengan praktur dan
spesme otot
badan Sebaiknya
dilakukan di luar
rumah di bawah
sinar matahari,
karena sangat
diperlukan untuk
memperbaiki
kemampuan tubuh
menghasilkan
vitamin D.
o Peredaaan nyeri
punggung dapat
dilakukan dengan
istirahat di tempat
tidur dengan
posisi telentang
atau miring ke
samping selama
beberapa hari.
o Kasur harus padat
dan tidak lentur.
o Fleksi lutut dapat
meningkatkan
rasa nyaman
dengan
merelaksasi otot.
o Kompres panas
intermiten dan
pijatan punggung
memperbaiki
relaksasi otot.
o Pasien diminta
untuk
menggerakkan
batang tubuh
sebagai satu unit
e) Untuk memperbaiki
kemampuan tubuh
o Untuk meredakan nyeri
o Agar terasa nyaman
o Untuk memperbaiki
relasasi otot
o Supaya aliran darah
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
dan hindari
gerakan memuntir
o Postur yang bagus
dianjurkan dan
mekanika tubuh
harus diajarkan.
Ketika pasien
dibantu turun dari
tempat tidur,
o pasang korset
lumbosakral untuk
menyokong dan
imobilisasi
sementara,
meskipun alat
serupa kadang
terasa tidak
nyaman dan
kurang bisa
ditoleransi oleh
kebanyakan
lansia.
o Bila pasien sudah
dapat
menghabiskan
lebih banyak
waktunya di luar
tempat tidur perlu
dianjurkan untuk
sering istirahat
baring untuk
mengurangi rasa
tak nyaman dan
lancar
o Untuk menghindari
postur tubuh yang
bungkuk
o Agar lansia merasa
nyaman
o untuk mengurangi
rasa tak nyaman dan
mengurangi stres
akibat postur
abnormal pada otot
yang melemah.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3. Konstipasi yang
berhubungan dengan
mobilitas atau
terjadinya ileus
(obstruksi usus)
Agar tidak
terjadi lagi
obstrukasi
dan
konstipasi
mengurangi stres
akibat postur
abnormal pada
otot yang
melemah.
o opioid oral
mungkin
diperlukan untuk
hari-hari pertama
setelah awitan
nyeri punggung.
Setelah beberapa
hari, analgetika
non – opoid dapat
mengurangi nyeri.
Berikan diet
tinggi serat.
Berikan tambahan
cairan dan
gunakan pelunak
tinja sesuai
ketentuan dapat
membantu atau
meminimalkan
konstipasi.
o Untuk mengurangi rasa
nyeri
Supaya tidak terjadi
obstruksi usus
Untuk meminimalkan
konstipasi
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
4. Kurang pengatahuan
mengenai proses
osteoporosis dan
program terapi
Klien
mengerti
tentang
penyebab
ostoprosis
Klien cepat
sembuh
1. Ajarkan pada
klien tentang
faktor-faktor yang
mempengaruhi
terjadinya
oeteoporosis.
2. Anjurkan diet
atau suplemen
kalsium yang
memadai.
3. Timbang Berat
badan secara
teratur dan
modifikasi gaya
hidup seperti
Pengurangan
kafein, sigaret dan
alkohol, hal ini
dapat membantu
mempertahankan
massa tulang.
4. Anjurkan Latihan
aktivitas fisik
yang mana
merupakan kunci
utama untuk
menumbuhkan
tulang dengan
kepadatan tinggi
yang tahan
Agar klien mengerti
penyebab osteoprosis
Agar klien cepat
sembuh
Dapat
mempertahankan
massa tulang
Untuk mnumbuhkan
tulang
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
terhadap
terjadinya
oestoeporosis.
5. Anjurkan pada
lansia untuk tetap
membutuhkan
kalsium, vitamin
D, sinar matahari
dan latihan yang
memadai untuk
meminimalkan
efek
oesteoporosis.
Untuk meminimalkan
osteoprosis
IMPLEMENTASI
N
o Tanggal Jam Kode Dx Impelementasi
1
Selasa
4 des
2012
(Dinas
pagi)
08.30
09.15
09.30
12.00
12.15
1
a. menganjurkan melakukan Aktivitas fisik secara
teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat
otot, mencegah atrofi dan memperlambat
demineralisasi tulang progresif.
Hasil:klien melakukan aktvitas fisik secara teratur
b. mengajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat
digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
Hasil:klien melaksanakan latihan isometrik yang
di ajarkan
c. menganjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh
yang baik, dan postur yang baik.
Hasil: klien masih kaku untuk berjalan
d. menghindari Membungkuk mendadak,
melenggok dan mengangkat beban lama.
Hasil :klien berusaha untuk tidak membungkuk
e. melakukan aktivitas pembebanan berat badan
Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar
matahari, karena sangat diperlukan untuk
memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan
vitamin D.
Hasil :klien berusaha melakukan aktivitas
pembebanan berat
2
Selasa 4
des 2012
Dinas
siang
02.12
02.45
02.50
15.00
15.15
15.30
15,50
16.00
2
1 Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan
dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi
telentang atau miring ke samping selama
beberapa hari.
Hasil :klien istirahat dalam beberapa hari
2 Menggunakan Kasur harus padat dan tidak lentur.
Hasil : klien mengunakan kasur yang padat bukan
lentur
3 Melakukan Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa
nyaman dengan merelaksasi otot.
Hasil:klien terlihat nyaman
4 mengompres panas intermiten dan pijatan
punggung memperbaiki relaksasi otot.
Hasil: nyeri berkurang
5 Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh
sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir
Hasil:klien terlihat berhati –hati
6 Menganjurkan Postur yang bagus dan mekanika
tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu
turun dari tempat tidur.
Hasil :klien melaksanakanya sesuai anjuran
7 pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan
imobilisasi sementara, meskipun alat serupa
kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa
ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
Hasil : klien nyaman
8 Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih
banyak waktunya di luar tempat tidur perlu
dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk
mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi
stres akibat postur abnormal pada otot yang
melemah.
Hasil:klien sering istirahat
3
4
Rabu 5
des 212
Dinas
pagi
5 des
2012
16.25
08.15
08.30
08.45
09.00
09.30
3
4
9 opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari
pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah
beberapa hari, analgetika non – opoid dapat
mengurangi nyeri.
Hasil :nyeri berkurang
1. memberikan diet tinggi serat.
Hasil : klien melakukan diet rendah serat
2. memberikan tambahan cairan dan gunakan
pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu
atau meminimalkan konstipasi.
Hasil : konstipasi maksimal
mengajarkan pada klien tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
Hasil : klien terlihat mengerti tentang penyebab
osteoprosis
menganjurkan diet atau suplemen kalsium yang
memadai.
Hasil :klien melakukan diet
menimbang Berat badan secara teratur dan
modifikasi gaya hidup seperti Pengurangan
kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat
membantu mempertahankan massa tulang.
10.15
11.20
Hasil : modifikasi gaya hidup
menganjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana
merupakan kunci utama untuk menumbuhkan
tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan
terhadap terjadinya oestoeporosis.
Hasil :melakukan latihan fisik
menganjurkan pada lansia untuk tetap
membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari
dan latihan yang memadai untuk meminimalkan
efek oesteoporosis.
Hasil :latihan memadai
EVALUASI
Tanggal Jam
Kode
Dx Evaluasi
4 des 2012
4 des2012
5 des 2012
5 des 2012
10.00 1
2
3
4
S: resiko terjadi cedera
O:klien tampak meringis
A:terjadinya resiko berkurang
P:pertahankan intervensi
S : Klien mengatakan nyeri punggung
O: Klien tampak meringis
A: Nyeri teratasi
P : pertahankan intervensi
S:klien mengatakan susah BAB
O:perut klien tampak kembumg
A:konstipasi sudah maksimal
P:pertahankan intrvensi
S:klien mengatakan cemas dengan keadaannya
O:klien nampak gelisah
A:klien sudah mengetahui tentang penyakitnya
P:pertahankan intervensi