MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

87
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, jumlah manusia lanjut usia di Indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian, masalah penyakit akibat penuaan akan semamkin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang harus diantisipasi adalah penyakit osteoporosi dan patah tulang. Pada situasi mendatang, akan terjadi perubahan demografis yang akan meningkatkan populasi lanjut usia dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak

Transcript of MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Page 1: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang Indonesia, jumlah

manusia lanjut usia di Indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian,

masalah penyakit akibat penuaan akan semamkin banyak kita hadapi. Salah satu

penyakit yang harus diantisipasi adalah penyakit osteoporosi dan patah tulang.

Pada situasi mendatang, akan terjadi perubahan demografis yang akan

meningkatkan populasi lanjut usia dan meningkatkan terjadinya patah tulang

karena osteoporosis.

Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai

dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur

tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan

mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis

merupakan penyakit tersembunyi (silent diseases). Osteoporosis lebih banyak

terjadi pada wanita daripada pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen

yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun sedangkan pada

pria hormon testoteron turun pada usia 65 tahun. Menurut statistik dunia 1 dari 3

wanita rentan terkena penyakit osteoporosis.

Insiden osteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya populasi

usia lanjut. Pada tahun 2005 terdapat 18 juta lanjut usia di Indonesia, jumlah ini

akan bertambah hingga 33 juta pada tahun 2020 dengan usia harapan hidup

Page 2: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

mencapai 70 tahun. Menurut data statistik tahun 2004 lebih dari 44 juta orang

Amerika mengalami osteopenia dan osteoporosis. Pada wanita usia ≥ 50 tahun

terdapat 30% osteoporosis, 37-54% osteopenia dan 54% berisiko terhadap fraktur

osteoporotik.

Menurut WHO (2012), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat

osteoporosis di seluruh dunia mencapai angka 3,7 juta orang dan diperkirakan

angka ini akan terus meningkat hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050

dan 71% kejadian ini akan terdapat di negara-negara berkembang. Di Indonesia

19,7% dari jumlah lansia atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita

osteoporosis. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih tinggi adalah

Sumatra Selatan (27,75%), Jawa 1 Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%),

Sumatra Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,5%).

Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur

50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun sebesar 62%.

(Kemenkes, 2013)

Adapun pada pasien fraktur osteoporosis pada tingkatan lebih lanjut akan

mengalami dampak sosial maupun dampak ekonomi. Dampak ekonomi meliputi

biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung. Biaya pengeluaran langsung

adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, misalnya di Amerika Serikat

untuk pengobatan osteoporosis, biaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah

Amerika Serikat adalah sebesar Rp. 90.000.000.000.000,- (Sembilan puluh

trilyun rupiah) sampai Rp.135.000.000.000.000,- (Seratus tiga puluh lima

trilyun rupiah) pertahun. Sedangkan biaya pengeluaran tidak langsung adalah

hilangnya waktu kerja / upah atau produktivitas, ketakutan/kecemasan atau

Page 3: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

depresi, dan biaya lain yang dikeluarkan selain untuk pengobatan seperti

transportasi dan akomodasi selama perawatan pasien. (KemenKes, 2008).

Sebenarnya kejadian osteoporosis dapat ditunda ataupun dicegah, sejak

pembentukan tulang dalam kandungan dan balita (bawah lima tahun).

Selanjutnya usia pencegahan yang paling berarti adalah dari usia 8-16 tahun,

dimana terjadi pemadatan tulang dan percepatan tumbuh sewaktu remaja.

Ternyata tidak hanya kuantitas tulang yang berpengaruh, tetapi juga kualitas

tulangnya. Investasi terhadap tulang terjadi pada usia dini, yang mencapai

puncaknya pada awal usia 20 tahunan sampai 30 tahun.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah membaca makalah ini diharapkan dapat memahami

tentang konsep osteoporosis serta bagaimana proses keperawatan pada

penyakit tersebut dan mampu menerapkannya dalam memberikan

pelayanan kesehatan nyata

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan mengenai pengertian, etiologi,

patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medis,

penatalaksanaan Keperawatan pada klien osteoporosis.

b. Meningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada

klien osteoporosis

Page 4: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang,

dan porousberarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah

tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa

tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan

penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang

(Tandra, 2009).

Osteoporosis adalah penyakit metabolisme tulang yang kronik dan

progresif, yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan

struktural jaringan tulang, yang dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. (Sharon

L. Lewis, 2007)

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya

massa tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang

berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang,

sehingga tulang mudah patah. Definisi lain, osteoporosis adalah kondisi dimana

tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya

massa tulang yang terjadi dalam waktu yang lama.. Secara statistik, osteoporosis

didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas Mineral Tulang (DMT) berada di

Page 5: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

bawah nilai rujukan menurut umur atau standar deviasi berada di bawah nilai

rata- rata rujukan pada usia dewasa muda (KemenKes, 2011)

B. Etiologi

Menurut KemenKes (2011), Klasifikasi osteoporosis dibagi menjadi 3

golongan besar menurut penyebabnya, yaitu: Osteoporosis Primer adalah

osteoporosis yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit (proses alamiah), dan

Osteoporosis sekunder bila disebabkan oleh berbagai kondisi klinis/penyakit,

seperti infeksi tulang, tumor tulang, pemakaian obat-obatan tertentu dan

immobilitas yang lama

1. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer berhubungan dengan berkurangnya massa tulang

dan atau terhentinya produksi hormon (khusus perempuan) disamping

bertambahnya usia. Osteoporosis primer terdiri dari :

a. Osteoporosis Primer Tipe I

Sering disebut dengan istilah osteoporosis pasca menopause, yang

terjadi pada wanita pasca menopause. terjadi karena kurngnya hormon

estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur

pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada

perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih

cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya menurun 2-3

tahun sebelum menopause dan terus  berlangsung 3-4 tahun setelah

meopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3%

dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause

Page 6: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

b. Osteoporosis Primer Tipe II

Sering disebut dengan istilah osteoporosis senilis, yang terjadi

pada usia lanjut. Pasien biasanya berusia ≥70 tahun, pria dan wanita

mempunyai kemungkinan yang sama terserang, fraktur biasanya pada

tulang paha. Selain fraktur maka gejala yang perlu diwaspadai adalah

kifosis dorsalis bertambah, makin pendek dan nyeri tulang

berkepanjangan.

Pada osteoporosis primer tipe II, kemungkinan merupakan akibat dari

kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak

seimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan

pembentukan tulang baru(osteoblast).

2. Osteoporosis Skunder

Osteoporosis sekunder, adalah osteoporosis yang disebabkan oleh

berbagai penyakit tulang (chronic rheumatoid, artritis, tbc spondilitis,

osteomalacia, dll), pengobatan steroid untuk jangka waktu yang lama,

astronot tanpa gaya berat, paralise otot, tidak bergerak untuk periode

lama, hipertiroid, dan lain-lain.

3. Osteoporosis Juvenil Idiopatik

merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.

Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan

fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak

memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang

C. Patofisiologi

Page 7: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Secara garis besar patofisiologi osteoporosis berawal dari Adanya massa

puncak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang. Massa

puncak tulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor genetic, sedangkan

faktor yang menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses ketuaan,

menopause, faktor lain seperi obat obatan atau aktifitas fisik yang kurang serta

faktor genetik. Akibat massa puncak tulang yang rendah disertai adanya

penurunan massa tulang menyebabkan Densitas tulang menurun yang merupakan

faktor resiko terjadinya fraktur. Kejadian osteoporosis dapat terjadi pada setiap

umur kehidupan. Penyebabnya adalah akibat terjadinya penurunan bone turn over

yang terjadi sepanjang kehidupan. Satu dari dua wanita akan mengalami

osteoporosis, sedangkan pada laki-laki hanya 1 kasus osteoporsis dari lebih 50

orang laki-laki. Dengan demikian insidensi osteoporosis pada wanita jauh lebih

banyak daripada laki-laki. Hal ini diduga berhubungan dengan adanya fase masa

menopause dan proses kehilangan pada wanita jauh lebih banyak.

Setelah usia 30 tahun, resorpsi tulang secara perlahan dimulai akhirnya

akan lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan tulang. Kehilanga massa

tulang menjadi cepat pada beberapa tahun pertama setelah menopause dan akan

menetap pada beberapa tahun kemudian pada masa postmenopause. Proses ini

terus berlangsung pada akhirnya secara perlahan tapi pasti terjadi osteoporosis.

Percepat osteoporosis tergantung dari hsil pembentukan tulang sampai

tercapainya massa tulang puncak.

Massa tulang puncak ini terjadi sepanjang awal kehidupan sampai dewasa

muda. Selama ini, tulang tidak hanya tumbuh tetapi juga menjdai solid. Pada usia

rata – rata 25 tahun tulang mencapai pembentuk massa tulang puncak. Walaupun

Page 8: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

demikian massa puncak tulang ini secara individual sangat bervariasi dan pada

umumnya pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita. Massa puncak tulang

ini sangatlah penting, yang akan menjadi ukuran seseorang menjadi risiko

terjadinya fraktur pada kehidupannya. Apabila massa puncak tulang ini rendah

maka akan mudah terjadi fraktur kan saja, tetapi apabila tinggi makan akan

terlindung dari ancaman fraktur.

Page 9: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx
Page 10: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

D. Manifestasi Klinis

Osteoporosis dimanifestasikan dengan :

1. Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata.

2.  Nyeri timbul mendadak.

3. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang.

4. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur.

5. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan

aktivitas.

6. Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

E. Faktor Resiko

Faktor risiko osteoporosis pada dasarnya terdiri dari faktor risiko yang

dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat modifikasi.

1. Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi

a. Usia

Usia adalah salah satu dari faktor risiko osteoporosis yang tidak

dapat direkayasa. Pada lansia daya serap kalsium akan menurun

seiring dengan bertambahnya usia.

b. Gender.

Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang

Page 11: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

30% - 50%, sedangkan pria hanya 20%-30%, namun tidak

berarti semua wanita yang telah mengalami menopause akan

mengalami osteoporosis.

c. Genetik

Diperkirakan 80% kepadatan tulang diwariskan secara genetik

sehingga dapat diartikan bahwa osteoporosis dapat diturunkan.

d. Gangguan hormonal

1) Wanita yang memasuki masa menopause mengalami

pengurangan hormon esterogen, sehingga pada umumnya

wanita diatas usia 40 tahun lebih banyak terkena osteoporosis

dibanding dengan pria.

2) Pria yang mengalami defisit testosteron ( hormon ini dalam

darah diubah menjadi estrogen ).

3) Ganguan hormonal lain seperti : tiroid, para retiroid, insulin

dan gluco corticoid.

2. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi

a. Imobilitas

Imobilitas dalam waktu yang lama memiliki risiko yang lebih

tinggi untuk terkena osteoporosis dibandingkan menopause.

Imobilitas akan berakibat pada pengecilan tulang dan pengeluaran

kalsium dari tubuh (hiperkalsiuria). Imobilitas umumnya dialami

Page 12: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

orang yang berada dalam masa penyembuhan yang perlu

mengistirahatkan tubuhnya untuk waktu lama.

b. Potur Tubuh Kurus

Postur tubuh yang kurus cenderung mengalami osteoporosis

dibandingkan dengan postur ideal (dengan berat badan ideal),

karena dengan postur tubuh yang kurus sangat mempengaruhi

tingkat pencapaian massa tulang.

c. Kebiasaan (mengkonsumsi alkohol, kopi, minuman yang

mengandung kafein, dan rokok yang berlebih)

Dengan berhenti merokok secara total, membuat esterogen dalam

tubuh seseorang tetap beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi

risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang

mencakup 20% - 30% pada pria dan 40%-50% pada wanita.

Minuman yang mengandung alkohol, kafein dan soda berpotensi

mengurangi penyerapan kalsium ke dalam tubuh, sehingga jenis

minuman tersebut dikategorikan sebagai faktor risiko

osteoporosis

d. Asupan Gizi Rendah

Pola makan yang tidak seimbang yang kurang

memperhatikan kandungan gizi, seperti kalsium, fosfor, seng,

vitamin B6, C, D, K, serta phytoestrogen (estrogen yang berasal

dari tumbuh-tumbuhan, seperti toge), merupakan faktor risiko

osteoporosis.

e. Kurang terkena sinar matahari

Page 13: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Orang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan

sore hari, karena pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk

memicu kulit membentuk vitamin D3, dimana vitamin D (D3 +

D2/berasal dari makanan) di ubah oleh hepar dan ginjal menjadi

kalsitriol

f. Kurang aktifitas fisik

Kurangnya olahraga dan latihan secara teratur, menimbulkan efek

negatif yang menghambat proses pemadatan massa tulang dan

kekuatan tulang. Namun olahraga yang sangat berlebih (maraton,

atlit) pada usia muda, terutama anak perempuan yang telah haid,

akan menyebabkan haidnya terhenti, karena kekurangan estrogen,

sehingga penyerapan kalsium berkurang dengan segala akibatnya.

g. Penggunaan obat untuk waktu lama

Pasien osteoporosis sering dikaitkan dengan istirahat total yang

terlalu lama akibat sakit, kelainan tulang, kekurangan bahan

pembentuk dan yang terutama adalah pemakaian obat yang

mengganggu metabolisme tulang. Jenis obat tersebut antara lain :

kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti koagulan

(heparin, warfarin).

h. Lingkungan

Lingkungan yang berisiko osteoporosis, adalah lingkungan

yang memungkinkan orang tidak terkena sinar matahari dalam

jangka waktu yang lama seperti : daerah padat hunian, rumah

susun, apartemen, dan lain-lain.

Page 14: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Berikut ini adalah klasifikasi faktor risiko osteoporosis yang dapat dimodifikasi

yang menentukan prognosis osteoporosis sekunder (Tabel 1)

Tabel 1. Penggolongan faktor risiko osteoporosis yang dapat dimodifikasi

No Penggolongan Faktor Resiko

1 Resiko Tinggi Imobilitas pada Pasien dalam jangka waktu yang lama (anggota gerak yang mengalami kelumpuhan, contoh stroke)

2 Resiko Sedang Badan yang kurus (BB kurang dari normal) Konsumsi alkohol

Penggunaan steroid (suntikan KB) dalam waktu yang lama dan kejadian laktasi amenorhea Penggunaan obat kortison dan obat osteoatritis (OA) dalam jangka lama

3 Resiko Rendah Konsumsi rokok/tembakau Kurang aktifitas fisik Kurang konsumsi kalsium.

Sumber : Brownson .RC, Remington PL, Davis JR. Chronic Disease Epidemiology And Control. American Public Health Association, Second editon 2001, p. 479

F. Fraktur (patah tulang) Pada Pasien Osteoporosis

Tingkat lanjut dari osteoporosis dapat berupa fraktur osteoporotik, yang

paling sering adalah: fraktur panggul, fraktur vertebra dan fraktur pergelangan

tangan. Sedangkan fraktur osteoporosis yang paling serius ialah fraktur panggul

(Gambar1). Fraktur pada pasien osteoporosis pada usia lanjut tidak hanya

berpengaruh pada kualitas hidup, namun juga mengancam jiwa (life threatening)

1. Fraktur Osteoporosis Panggul

a. Prognosis semakin jelek jika operasi ditunda hingga lebih dari 3 hari

b. Prognosis pasien fraktur panggul pasca terapi terkini:

1) Sepertiga akan tetap di tempat tidur/kursi roda

Page 15: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

2) Sepertiga secara fungsional terbatas dan memerlukan bantuan

3) Hanya sepertiganya kembali fungsional secara penuh

Gambar 1. Fraktur osteoporosis panggul

2. Fraktur Osteoporosis Vertebrae

Kebanyakan asimtomatik atau menimbulkan gejala yang minimal untuk

itu perlu dilakukan anamnesis (investigasi). Antara umur 60-90 tahun,

insidennya pada wanita meningkat 20 kali lipat, dan pada laki-laki meningkat

10 kali lipat. Lokalisasi biasanya mid thoracic atau thoracolumbar

junction (daerah paling lemah).

Kualitas hidup Pasien lebih rendah daripada Pasien dengan fraktur

pinggul. Sebanyak 4% memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari-hari.

Beban ekonomis pada umumnya karena perawatan jalan, asuhan

keperawatan sementara, dan kehilangan waktu kerja.

Gambar 2. Fraktur osteoporotik vertebra

Page 16: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Adapun konsekuensi jangka panjang dari fraktur kompresi vertebra

(FKV)

adalah:

a. Gangguan fungsi

1) Deformitas tulang belakang dengan nyeri yang mengganggu

2) Menurunnya mobilitas dengan akibat bertambahnya kehilangan massa

tulang.

3) Penekanan pada abdomen sehingga menurunkan selera makan

4) Gangguan tidur

b. Penurunan kualitas hidup

1) Aktivitas menurun

2) Depresi meningkat

3) Kepercayaan diri menurun

4) Kecemasan meningkat

5) Peran sosial menurun

Page 17: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

6) Meningkatnya ketergantungan terhadap orang lain

c. Gangguan pulmoner (paru):

1) Menurunkan fungsi pulmoner

2) Fungsi paru (FVC, FEV 1) menurun secara signifikan

3) Satu FKV thorakal menyebabkan kehilangan 9% forced vital

capacity

ƒ Mortalitas pasien FKV meningkat 23 – 34% dibanding dengan

pasien tanpa FKV

ƒ Penyebab kematian tersering adalah penyakit paru (PPK dan

pneumonia)

3. Fraktur Osteoporosis Pergelangan Tangan

a. Pasien dengan fraktur pergelangan tangan, memiliki risiko fraktur panggul

dua kali lebih besar dikemudian hari

b. Sebanyak 90% pasien fraktur osteoporosis pergelangan tangan dioperasi

c. Pada wanita, umumnya terjadi dalam 4 tahun pasca menopause

d. Puncak kejadian pada umur 60-70 tahun

e. Angka kesakitan lebih tinggi dibandingkan fraktur panggul.

Gambar 3. Fraktur osteoporosis pergelangan tangan

Page 18: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

4. Dampak Osteoporosis Terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut

Beberapa penelitian di bidang kedokteran gigi membuktikan bahwa

terjadinya osteoporosis pada tulang paha, tulang belakang, akan diikuti

dengan oste porosis pada tulang rahang. Penelitian Kusdhany (2003) pada

226 perempuan pasca menoppause di Bekasi menjumpai bahwa

perempuan pasca menopause dengan tulang rahang normal, yang memiliki

jumlah gigi yang kurang dari 19 buah sebesar 26,61% sedang perempuan

pasca menopause dengan osteoporosis, tulang rahang yang mempunyai

jumlah gigi kurang dari 19 adalah sebesar 51,28 %.

Tulang yang mengalami osteoporosis kurang dapat menahan beban yang

disebabkan oleh kontaknya gigi tiruan dengan gigi lawannya, sehingga

memicu penyusutan tulang rahang secara cepat. Keadaan ini mengakibatkan

Pasien osteoporosis tulang rahang yang sudah menggunakan gigi tiruan akan

merasakan gigi tiruannya menjadi cepat longgar dan goyang apabila dipakai

mengunyah makanan

Suatu penelitian di USA menyimpulkan bahwa Pasien osteoporosis yang

telah memakai gigi tiruan memerlukan perbaikan gigi tiruannya sebanyak 3

kali lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita

osteoporosis. Dampak lain osteporosis tulang rahang adalah adalah

Page 19: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

peradangan gusi, mudah berdarah dan tampak kemerahan, lama kelamaan

dapat menimbulkan kegoyangan gigi.

G. Pencegahan Osteoporosis

Upaya pencegahan osteoporosis hendaknya memperhatikan kondisi

puncak massa tulang, dimana kondisi tersebut optimal pada masa dewasa muda.

Dengan tercapainya puncak massa tulang optimal pada masa dewasa muda,

osteoporosis yang mungkin timbul pada usia tua akan lebih ringan.

Pada umumnya puncak massa tulang akan tercapai pada usia 20 sampai

30 tahun, setelah itu akan menurun penyebab utamanya adalah proses penuaan,

absorbsi kalsium menurun dan fungsi para tiroid meningkat. Kejadian oestoponia

pada wanita dengan hipoestrogen akan menyebabkan kehilangan jaringan tulang

pada wanita 2-3% pertahun pada masa perimenipause dan hal ini berlangsung

terus menerus sampai 5-10 tahun pasca menapause, sehingga mencapai ambang

patah tulang. Setelah usia

65 tahun memasuki usia geriatri tetap terjadi kehilangan massa tulang

dengan kecepatan yang lebih rendah.

Grafik 2. Puncak Massa Tulang Pada Wanita dan Laki – laki.

Sumber : A. Rachman Irchamsyah. Menopause Pada Wanita dan Osteoporosis, Seminar sadar Dini Cegah Osteoporosis Menuju

Masyarakat Bertulang Sehat, Jakarta, 2005.

Page 20: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Faktor penting yang menentukan puncak massa tulang adalah: 1) Status

hormonal, 2) Asupan kalsium, 3) Aktivitas fisik, 4) Faktor genetik dan

konstitusional (ras, jenis kelamin, dan lain-lain). Karena faktor genetik dan

konstitusional tidak mungkin dimanipulasi, maka faktor lainnya, seperti

nutrisi dengan asupan kalsium yang cukup, aktivitas fisik, vitamin D dan sinar

matahari merupakan hal penting untuk dimanfaatkan dalam pengobatan

osteoporosis, disamping memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok dan tidak

mengonsumsi alkohol.

Massa tulang optimal pada masa dewasa harus diusahakan agar tercapai

dengan menjamin asupan nutrisi yang mengandung cukup kalsium selama masa

kanak-kanak sampai pada saat terhentinya pertumbuhan tulang. Latihan fisik

yang teratur juga penting untuk meningkatkan massa tulang selama masa

pembentukan tulang. Setelah puncak massa tulang tercapai, pada masa dewasa,

maka asupan kalsium yang adekuat, latihan fisik yang teratur harus tetap

dipertahankan selama hidup

1. Gizi

Tabel berikut ini menggambarkan kebutuhan minimal asupan kalsium

untuk setiap orang per hari dan tabel kandungan kalsium per 100 gr bahan

makanan, akan tetapi kita juga harus tetap memperhatikan faktor- faktor yang

dapat menghambat penyerapan kalsium dalam usus, seperti; makanan yang

memiliki serat berlebih, makanan yang memiliki protein tinggi (daging

kambing, daging ayam, dan lain-lain), konsumsi fosfor yang berlebih (melebihi

1500 mg, seperti; soft drink, ikan tuna, daging), garam, kebiasaan merokok, kopi

dan alkohol.

Page 21: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Tabel 2. Kebutuhan kalsium perhari untuk berbagai usia.

Usia Kalsium (mg/hr)

Bayi dan anak – anak

0 – 6 bulan

7 – 12 bulan

1 – 3 tahun

4 – 6 tahun

7 – 9 tahun

300 – 400

400

500

600

700Remaja

10 – 18 tahun 1300

(khususnya pada masa pertumbuhan)

Perempuan

19 tahun – menopause

Setelah menopause

Hamil

Menyusui

1000

1300

1200

1000Laki – laki

19 – 65 tahun

> 65 tahun

1000

1300

Sumber : FAO/WHO : Human Vitamin and Mineral Requirements, 2002 (Data berdasar pengelompokan di Eropa Barat, Amerika, dan Kanada)

Tabel 3. Daftar Kandungan Kalsium per 100 gr bahan makanan

No Kelompok Bahan Makanan Bahan Makanan Mg Ca / 100 grBahan

1 Susu dan produknya Susu sapi

Susu kambing

Asi Keju

Youghurt

Susu pabrik(Kalsium)

116

129

33

90 – 1180

150

1450 - 2000

Page 22: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

2 Ikan Teri kering

Rebon

Teri segar

Sarden kaleng(dengan tulang)

1200

769

500

354

3 Sayuran Daun pepaya

Bayam

Sawi

Brokoli

353

267

220

110

4 Kacang – kacangan dan hasil olahannya

Kacang panjang

Susu kedelai (250 ml)

Tempe

Tahu

347

250

129

124

5 Serealia Jali

Havermut

213

53

Sumber : Sayogo, Savitri, Osteoporosis dan Gizi, Seminar Sadar Dini Segah Osteoporosis Menuju Masyarakat Bertulang Sehat, Jakarta 17 September 2005

2. Obat – obatan

Berhati – hati dalam meggunakan obat – obatan. Beberapa jenis obat

ternyata dapat mengganggu kinerja tulang. Salah satu contohnya adalah obat

kortikosteroid yang dapat menekan kerja hormon pembentukan tulang. Contoh

lain adalah antasida, obat pencahar, cholestiramine, obat diuretik, anti gout dan

beberapa jenis obat anti rematik. Obat-obatan tersebut memiliki efek

mengganggu penyerapan kalsium.

Obat antasida yang umum dikenal sebagai obat anti sakit maag dapat

menghambat penyerapan kalsium. Penghambatan dipicu oleh magnesium dan

alumunium hidroksida yang mampu mengikat kalsium dan mengubahnya

menjadi bentukan baru yang sulit diserap. Obat cholesteramine yang lazim

Page 23: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

digunakan untuk mengikat asam empedu agar terjadi penurunan kolesterol

darah juga dapat menurunkan kadar kalsium tubuh akibat pembuangan melalui

urine.

3. Batasi Konsumsi Garam

Garam dapur (NaCl) terdiri dari unsur natrium (Na) dan klorida (Cl).

Konsumsi natrium (sodium) yang berlebih, baik yang berasal dari garam dapur

maupun monosodium glutamat (MSG) dapat berdampak buruk terhadap

kesehatan. Selain memiliki efek hipertensi, natrium juga berpotensi untuk

menghilangkan kalsium dari tubuh. Natrium akan mengeluarkan kalsium dari

tubuh. Natrium akan mengeluarkan kalsium melalui urine. Cara menghindari

kehilangan kalsium akibat natrium adalah dengan membatasi konsumsinya.

Sebaiknya hindari makanan-makanan tinggi natrium dan makanan awetan

yang menggunakan garam sebagai pengawet.

4. Cukupi Konsumsi Vitamin D

Vitamin D diketahui mampu memelihara kesehatan tulang dengan cara

meningkatkan penyerapan kalsium dan sistem pencernaan, serta mengurangi

pembuangannya dari ginjal.

5. Aktifitas Fisik

Senam pencegahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan densitas

tulang (kepadatan massa tulang), dan senam osteoporosis ditujukan kepada

Pasien osteoporosis untuk mencegah terjadinya patah tulang & meningkatkan

densitas tulang (kepadatan massa tulang). Berikut ini adalah jenis – jenis

latihan fisik yang boleh dilakukan serta tidak boleh dilakukan oleh Pasien

osteoporosis :

Page 24: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Empat Jenis Latihan Fisik Yang Boleh Dilakukan

a. Lakukan latihan fisik jalan kaki secara teratur, dengan kecepatan

minimal 3 mph (4,5 km) per jam selama 50 menit, 5 kali

seminggu.

b. Lakukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas

(dumbel kecil) atau dengan mesin latih beban. Latihan ini

ditekankan untuk melatih darerah panggul, paha, punggung,

lengan, pergelangan tangan dan bahu.

c. Lakukan latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan

kelincahan

d. Lakukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan

cara duduk di kursi serta melengkungkan punggung ke belakang.

Empat Jenis Latihan Fisik Yang Tidak Boleh Dilakukan

a. Jangan lakukan latihan fisik yang memberikan benturan dan

pembebanan pada tulang punggung, seperti : melompat, senam

aerobik benturan keras, jogging atau lari.

b. Jangan membungkukan badan kedepan dari pinggang dengan

punggung melengkung (spinal flexion), karena bahaya kerusakan

pada ruas tulang belakang, seperti: sit-up, crunch, mendayung,

meraih jari – jari kaki.

c. Jangan melakukan latihan fisik atau aktifitas yang mudah

menyebabkan jatuh, seperti : senam dingklik atau trampolin, atau

jangan melakukan latihan pada lantai yang licin.

d. Jangan melakukan latihan menggerakan tungkai kearah samping

Page 25: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

atau menyilang badan dengan memakai beban (anduksi dan

aduksi)

Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk:

1. Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan

mantap sehingga mencegah terjadinya cedera.

2. Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit

demi sedikit.

3. Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan

gerak dan,

4. Menimbulkan rasa santai.

Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala,

bahu, siku dan tangan, kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan

peregangan selama kira-kira 5  menit. Latihan peregangan akan

menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan

menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi.  Latihan

ini dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai

menyebabkan  cedera. Biasanya dimulai dengan  peregangan otot-otot

lengan, dada, punggung,  tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki

Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang

bersifat  ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai

latihan yang bermanfaat.

Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang

sering mengalami  osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha,

tulang panggul dan tulang pergelangan tangan.Kemudian lakukan

Page 26: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau

apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1

tangan, mulai dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan

melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah

cukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri.

Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai

gerakan  peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan

menarik napas atau ambil  napas dan buang napas secara teratur. Jika

masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit.

Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan

koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi

nyaman, rileks dan napas yang teratur (Santoso, 2009).

5. Paparan sinar matahari

Sinar matahari dipagi hari dan sore hari (menjelang magrib), berfungsi

dalam memicu kulit membentuk vitamin D3. Dalam menetralisasi tulang,

dimana sel osteoblas (sel pembentuk tulang) membutuhkan kalsium sebagai

bahan dasar, dan hormon kalsitriol. Kalsitriol ini berasal dari vitamin D3 kulit

dan vitamin D2 yang berasal dari makanan (mentega, keju, telur, ikan).

Kalsitriol inilah yang merangsang osteoblas dalam menetralisasi tulang.

Berdasarkan hasil penelitian Menzies Research Institute, Horbat-

Australia, pada anak-anak tidak akan tumbuh optimal atau bahkan terhenti

pertumbuhanya jika kurang memperoleh vitamin D. Agar diperoleh

vitamin D yang cukup, sekurang kurangnya seorang anak terpapar matahari

Page 27: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

selama 8 jam dalam seminggu (Kutub Selatan). Namun untuk anak

ataupun orang dewasa di Indonesia, cukup tertapar oleh sinar matahari pagi

dan sore selama 5 sampai 15 menit sebanyak 3 kali dalam seminggu.

H. Penatalaksanaan Medis

a. Terapi

Terapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk

meningkatkan kepadatan tulang untuk mengurangi retak tambahan dan

mengontrol rasa sakit. Untuk terapi dan pengobatan osteoporosis

sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari multidisipliner

minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit dalam,

departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan

ginekologi, departemen farmakologi.

Penyakit osteoporosis selain mempengaruhi tubuh, juga

mempengaruhi kondisi psikis penderitanya terutama akibat patah tulang

sehingga terapi dan pengobatan osteoporosis pun melibatkan spesialis

kejiwaan. Tidak hanya itu, departemen kedokteran olahraga juga

diperlukan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis.

Untuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan

persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus

menghasilkan hormon dalam jumlah yang mencukupi (hormon paratiroid,

hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron

pada pria).

Page 28: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Secara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai

tercapai kepadatan maksimal (sekitar usia 30 tahun). Setelah itu

kepadatan tulang akan berkurang secara perlahan. Oleh sebab itu,

kepadatan tulang harus dijaga sejak masih muda agar saat tuanya tidak

menderita osteoporosis.

Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus

mengkonsumsi kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi.

Wanita pasca menopause yang menderita osteoporosis juga bisa

mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau

alendronat (golongan bifosfonat) yang bisa memperlambat atau

menghentikan penyakitnya.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium

dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan

bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang

mencukupi.Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.

Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat,

diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan

dilakukan terapi fisik. Penjepit punggung mungkin penting untuk

mendukung vertebra yang lemah dan operasi dapat memperbaiki beberapa

keretakan. Pengobatan hormonal dan flouride dapat membantu. Penyakit

osteoporosis yang disebabkan oleh gangguan lain dapat dicegah melalui

pengobatan yang efektif pada gangguan dasarnya, seperti terapi

kortikosteroid.

Pilihan obat osteoporosis

Page 29: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat

kecepatan penghilang tulang.

1. Natrium Alendronat

Indikasi: 

untuk pengobatan osteoporosis pada wanita pascamenopause.

Osteoporosis dikonfirmasi dengan temuan masa tulang yang

rendah atau dengan keberadaan atau riwayat fraktur osteoporotik.

Interaksi: 

pemberian bersamaan dengan suplemen kalsium, antasida, dan

pengobatan oral lainnya dapat mempengaruhi absorbsi alendronat,

oleh karena itu psien harus menunggu sekurang-kurangnya

setengah jam setelah minum alendronat sebelum minum obat oral

lainnya. Penggunaan alendronat dengan HRT menyebabkan

peningkatan masa tulang yang lebih besar dan penurunan bone

turnover yang lebih besar. Studi klinis menunjukkan ,penggunaan

alendronat dosis lebih besar dari 10 mg per hari dengan produk

yang mengandung aspirin dapat meningkatkan kejadian

sampingan upper gastrointestinal, namun kejadian ini tidak terlihat

pada penggunaan alendronat 35 mg atau 70 mg sekali seminggu.

Kontraindikasi: 

abnormalitas esophagus yang dapat memperlambat pengosongan

esophagus seperti stricture atau achalasia; tidak mampu berdiri

atau duduk untuk sekurang-kurangnya 30 menit; hipersensitifitas

terhadap alendronate Na atau komponen obat lainnya.;

Page 30: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

hipokalsemia; pasien dengan peningkatan resiko aspirasi tidak

diberikan alendronat dalam bentuk larutan buffer.

Dosis: 

dosis yang direkomendasikan adalah 70 mg sekali seminggu atau

10 mg sekali sehari. Obat diberikan harus diberikan sekurang-

kurangnya setengah jam sebelum makan. Tidak diperlukan

penentuan dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal

ringan hingga sedang dan untuk manula.

Efek Samping: 

kejadian gastrointestinal bagian atas (nyeri perut, dyspepsia, ulkus

esophagus, disfagia dan abdominal distention); ruam dan eritema;

nyeri muskuloskeletal, konstipasi, diare, dlatulensi dan sakit

kepala; mual,muntah, keram otot. Efek samping yang dilaporkan

pada penggunaan pasca pemasaran: reaksi hipersensitivitas

(termasuk urticaria dan angioedema); mual dan muntah,

esofagitis,erosi esophageal, ulkus esophagus, esophageal stricture

atau perforasi, dan ulkus orofaringeal, ulkus duodenum dan gaster

(jarang, beberapa kasus berat dan dengan komplikasi); rash;

uveitis dan scleritis (jarang).

Peringatan: 

Alendronat dapat menyebabkan iritasi local pada mukosa

gastrointestinal bagian atas. Kejadian sampingan pada esophagus

dilaporkan terjadi pada penggunaan alendronat dan beberapa di

antaranya merupakan kasus parah dan memerlukan perawat di

Page 31: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

rumah sakit, oleh karena itu dokter harus waspada terhadap reaksi

esophagus ini dan apabila terjadi pengobatan harus dihentikan.

Peringatan harus diberikan pada pasien dengan masalah

gastrointestinal bagian atas sebelum menggunakan alendronat.

Alendronat tidak dianjurkan untk diberikan pada pasien dengan

klirens kreatinin < 35 mL/min (gangguan fungsi ginjal berat).

Penyebab osteoporosis selain dari kekurangan estrogen, penuaan

dan penggunaan glukokortikoid harus dipertimbangkan.

Hipokalsemia harus diobati sebelum terapi alendronat dimulai.

Gangguan metabolisme mineral seharusnya diobati dengan efektif,

dikarenakan efek positif dari alendronat, khususnya pada pasien

dengan penyakit Paget dan pada pasien yang kecepatan bone

turnover meningkat dengan besar sebelum pengobatan dan pada

pasien yang mendapatkan glukokortikoid serta pada pasien yang

absorbsi kalsiumnya menurun. Alendronat seharusnya tidak

diberikan pada wanita hamil dan menyusui.

2. Asam Ibandronat

Indikasi: 

pengobatan osteoporosis pascamenopause, mengurangi risiko

fraktur, pencegahan bone loss pada wanita pascamenopause yang

memiliki risiko terhadap berkembangnya osteoporosis.

Kontraindikasi: 

Page 32: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

hipersensitivitas, uncorrected hypocalcemia, ketidakmampuan

berdiri atau duduk tegak selama paling sedikit 60 menit,

kehamilan, menyusui

Dosis: 

Pengobatan dan pencegahan: 2,5 mg sekali sehari. Obat harus

diminum 60 menit sebelum mengkonsumsi makanan atau

minuman pertama kali (selain air) atau mengkonsumsi obat atau

suplemen oral lainnya (termasuk kalsium). Tablet harus ditelan

utuh dengan segelas penuh air putih (180 hingga 240 mL) sambil

duduk atau berdiri dalam posisi tegak. Pasien tidak boleh

berbaring selama 60 menit setelah meminum obat ini. Air putih

adalah satu-satunya minuman yang boleh diminum dengan obat

ini. Beberapa air mineral dapat mengandung kadar kalsium yang

lebih tinggi sehingga tidak boleh digunakan. Obat ini tidak boleh

dikunyah atau dihisap karena dapat menyebabkan ulserasi

orofaringeal.Pengobatan osteoporosis pascamenopause, oral, 150

mg satu kali sebulan atau injeksi intravena diberikan selama 15-30

detik, 3 mg setiap 3 bulan.

Efek Samping: 

hipokalsemia, hipofosfatemia, gejala seperti influenza (termasuk

demam, menggigil dan nyeri otot), nyeri tulang, reaksi esofageal

(lihat keterangan di bawah), diare, mual, muntah, nyeri abdominal,

dyspepsia, faringitis, sakit kepala, asthenia, jarang anemia, reaksi

Page 33: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

hipersensitivitas (pruritus, bronkospasmus dan dilaporkan

angioudem).Reaksi Esofageal. Dilaporkan reaksi esofageal yang

berat dengan seluruh bifosfonat oral; pasien dianjurkan untuk

berhenti mengkonsumsi obat ini dan konsultasi ke dokter jika

mengalami gejala-gejala iritasi esofageal seperti dysphagia, nyeri

menelan, nyeri retrosternal, atau nyeri ulu hati.

Peringatan: 

kerusakan ginjal (lampiran 3); monitor fungsi ginjal dan kadar

serum kalsium, fosfat dan magnesium; penyakit jantung (hindari

asupan cairan yang berlebih); keamanan pada anak belum

ditetapkan.

3. Asam Zoledronat

Indikasi: 

hiperkalsemia malignan

Kontraindikasi: 

pasien yang hipersensitif terhadap asam zoledronat, bifosfonat,

atau zat tambahan dalam obat ini, kehamilan, menyusui.

Dosis: 

dewasa dan lansia: dosis yang dianjurkan untuk HCM (albumin-

corrected serum calcium ≥12.0 mg/dl atau 3.0 mmol/l) rekonstitusi

4 mg asam zoledronat dilarutkan dalam cairan infus (dilarutkan

dalam 50 mL 0.9% NaCl atau 5% glukosa) diberikan secara infus

intravena dosis tunggal selama 15 menit. Status hidrasi pasien

Page 34: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

harus dipantau terutama pada sebelum pemberian infus dan cairan

infus yang diberikan disesuaikan dengan kondisi klinik pasien.

Penderita gagal ginjal tidak ada penyesuaian dosis atau waktu

infus yang diperlukan pada pasien dengan gangguan ginjal ringan

sampai sedang (kreatinin serum < 400µmol/l atau < 4.5 mg/dl).

Penderita insufisiensi hati tidak ada data klinik pada pengobatan

pasien dengan penyakit hati yang parah, tidak ada rekomendasi

khusus untuk pasien ini

Efek Samping: 

hipokalsemia, anemia, influenza like symptoms termasuk nyeri

pada tulang, mialgia, artralgia, demam dan kaku, gangguan

saluran cerna, sakit kepala, konjungtivitis, gagal ginjal (jarang

gagal ginjal akut), gangguan saraf pengecapan, mulut kering,

stomatitis, nyeri dada, hipertensi, dispnea, batuk, pusing,

parastesia, gemetar, ansietas, gangguan tidur, pandangan kabur,

peningkatan berat badan, pruritus, ruam berkeringat, keram otot,

hematuria, proteinuria, reaksi hipersensitivitas (termasuk

angioderma), asthenia, udem perifer, trombositopenia, leucopenia,

hipomagnesemia, hipokalemia, reaksi di tempat penyuntikan;

jarang bradikardi, bingung, hiperkalemia, hipernatremia,

pansitopenia, osteoporosis rahang; sangat jarang uveitis dan

episkleritis.

Peringatan: 

Page 35: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

kadar kreatinin, kalsium, fosfat dan magnesium dalam serum

harus dimonitor setelah pengobatan dimulai. Pasien pasca

pengobatan tiroid, pasien dengan risiko hipokalsemia seperti pada

hipoparatiroidisme relatif. Tidak dianjurkan pada pasien dengan

serum kreatinin < 400µmol/l atau < 4.5 mg/dl. Pada beberapa

pasien yang memerlukan pengulangan pemberian obat, serum

kreatinin harus dievaluasi sebelum pemberian tiap dosis. Pasien

dengan perburukan fungsi ginjal harus dipantau dengan baik dan

perlu dipertimbangan manfaat pemberian obat dibanding

kemungkinan risiko yang dapat terjadi. Jangan diberikan pada

wanita hamil kecuali manfaat resiko lebih besar pada ibu

dibandingkan terhadap bayi.

4. Ibandronat

Indikasi: 

kanker tulang metastase, menurunkan risiko komplikasi skeletal

pada penyakit malignant pada tulang termasuk hiperkalsemia,

nyeri, kebutuhan radioterapi untuk mengatasi nyeri akibat luka

tulang (bone lesion) dan fraktur, dan menurunkan resiko fraktur.

Interaksi: 

Interaksi Obat-makanan

Produk mengandung kalsium atau kation multivalen (seperti

alumunium, magnesium, besi), termasuk susu dan makanan, dapat

mempengaruhi absorbsi asam ibandronat. Oleh karena itu, produk

Page 36: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

tersebut harus diberikan dengan selang waktu minimal 60 menit

setelah dosis oral asam ibandronat.

Bioavailabilitas berkurang sekitar 75% jika tablet asam ibandronat

diberikan 2 jam setelah makan. Oleh karena itu, direkomendasikan

bahwa tablet harus diberikan setelah puasa satu malam (setidaknya

6 jam) dan puasa harus dilanjutkan selama 60 menit setelah dosis

diberikan.

Hati-hati penggunaan bersamaan bifosfonat dengan aminogliserida

karena keduanya dapat menurunkan tingkat kalsium serum jika

digunakan dalam jangka waktu yang lama dan kemungkinan dapat

menyebabkan hipo-magnesemia.

Interaksi Obat-obat

Ranitidin intravena meningkatkan bioavailabilitas asam ibandronat

sekita 20% (masih dalam rentang normal bioavailabilitas asam

ibandronat), kemungkinan karena keasaman lambung yang

berkurang. Namun, tidak diperlukan penyesuaian dosis jika asam

ibandronat diberikan bersamaan dengan antagaonis H2 atau obat

lain yang meningkatkan PH lambung.

Dosis: 

Oral: 50 mg sekali sehari.

Tablet asam ibandronat harus diminum 60 menit sebelum makan

dan minum (selain air putih), atau minum obat dan suplemen lain

(termasuk kalsium).

Page 37: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Tablet asam ibandronat harus diberikan setelah puasa selama

semalam (minimal 6 jam) dan 60 menit sebelum makan dan

minum pada pagi hari atau sebelum mengkonsumsi obat atau

suplemen lain (termasuk kalsium). Puasa dilanjutkan 30 menit

setelah tablet diminum. Air putih dapat diminum bersama dengan

pemberian tablet asam ibandronat. Pasien tidak boleh berbaring 60

menit setelah minum tablet asam ibandronat

Kontraindikasi: 

Hipersensitif terhadap asam ibandronat atau golongan bifosfonat

lainnya; asam ibandronat tidak boleh diberikan pada anak-anak

karena penelitian ilmiah yang masih terbatas; asam ibandronat

tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan ibu menyusui karena

belum ada data keamanan yang memadai.

Efek Samping: 

Umum terjadi (>1% dan < 10%): hipokalsemia, dispepsia, mual,

nyeri abdomen, esofagitis, astenia. Tidak umum terjadi (> 0,1%

dan < 1%): anemia, parestesia, disgesia (pengecapan yang tidak

normal), perdarahan, ulkus duodenum, gastritis, disfagia, mulut

kering, pruritus, azotemia (uremia), nyeri dada, gejala seperti

influenza, mengantuk, nyeri, peningkatan hormon paratiroid dalam

darah.

Peringatan: 

Hipokalsemia dan gangguan metabolisme tulang dan mineral

harus diobati terlebih dahulu sebelum terapi asam ibandronat

Page 38: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

dilakukan. Asupan kalsium dan vitamin D yang cukup sangat

penting pada semua pasien. Pasien harus menerima asupan

kalsium dan vitamin D yang cukup, jika asupan tersebut tidak

terpenuhi dari makanan maka pasien harus diberi suplemen

kalsium dan vitamin D.

Bifosfonat oral sering mengakibatkan disfagia, esofagitis, dan

esofageal atau luka pada lambung (gastric ulcer). Oleh karena itu,

pasien harus memperhatikan cara pemberian obat.

Dokter harus waspada terhadap tanda atau gejala reaksi esofageal

yang mungkin terjadi selama terapi dan pasien diperintahkan

untuk tidak melanjutkan terapi asam ibandronat. Bantuan medis

harus segera dilakukan jika pasien mengalami gejala iritasi

esofageal seperti disfagia, nyeri saat menelan, rasa sakit pada

belakang sternum atau dada terbakar.

Perhatian harus diberikan saat pemberian oral Asam Ibandronat

bersamaan dengan AINS karena AINS sering dikaitkan dengan

iritasi gastrointestinal.

Osteonekrosis rahang pernah dilaporkan terjadi pada pasien

kanker yang menerima pengobatan termasuk bifosfonat intravena.

Banyak dari pasien tersebut juga menerima kemoterapi dan

kortikosteroid. Osteonekrosis rahang juga dilaporkan terjadi pada

pasien osteoporosis yang menerima bifosfonat oral.

Page 39: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan sebelum pengobatan

dengan bifosfonat pada pasien yang melakukan terapi lain dalam

waktu yang bersamaan (kemoterapi, radioterapi, kortikosteroid).

Bagi pasien yang mengalami osteonekrosis rahang saat terapi

bifosfonat, operasi gigi dapat memperparah kondisinya.

Uji klinik tidak menunjukkan bukti penurunan pada ginjal dengan

terapi asam ibandronat jangka panjang. Namun, direkomendasikan

untuk memonitor fungsi ginjal, kalsium, fosfat dan megnesium

serum pada pasien yang diterapi asam ibandronat.

Hidrasi berlebihan harus dihindari pada pasien yang memiliki

resiko gagal jantung.

5. Klodronat Dinatrium

Indikasi: 

hiperkalsemia malignan.

Interaksi: 

dilaporkan kejadian gagal ginjal jika digunakan bersama dengan

antiinflamasi non steroid (AINS) lebih sering diklofenak, hati-hati

penggunaan bersama aminoglikosid karena dapat menyebabkan

peningkatan resiko hipokalsemia, penggunaan bersama

estramustin fosfat dengan klodronat dilaporkan meningkatkan

kadar serum estramustin fosfat maksimal 80%, penggunaan

bersama makanan atau obat yang mengandung kation divalent

misalnya antasida atau preparat besi secara bermakna menurunkan

bioavailabilitas klodronat.

Page 40: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Kontraindikasi: 

hipersensitivitas, pemberian bersama dengan bifosfonat lain.

Dosis: 

1600 mg diberikan dalam dosis tunggal atau dua kali sehari, dapat

ditingkatkan hingga 3200 mg dalam dosis terbagi, dosis tunggal

dan dosis pertama diminum pagi sebelum makan bersama air putih

dalam jumlah cukup, pasien tidak boleh makan terutama produk

suplemen mengandung kalsium, besi, mineral dan antasida pada

dua jam sebelum atau satu jam setelah minum klodronat, jaga

asupan cairan, tidak ada dosis khusus untuk lansia, diberikan 2

kali sehari dosis terbagi, dosis yang separuh harus diminum pada

hari yang sama, klodronat dinatrium tidak boleh digerus atau

dilarutkan sebelum digunakan.

Infus intravena 300 mg (satu ampul 5 mL) per hari dilarutkan

kedalam 500 mL natrium klorida 0,9% atau glukosa 5%, diberikan

selama minimal 2 jam hingga diperoleh kadar kalsium normal,

biasanya dicapai dalam 5 hari, terapi tidak boleh dilanjutkan lebih

dari 7 hari, sebagai alternatif dosis klodronat 1500 mg dapat

diberikan sebagai dosis tunggal, dilarutkan dalam 500 mL natrium

klorida 0,9% atau glukosa 5% dan diberikan selama 4 jam.

Pada penderita gagal ginjal: klodronat disarankan dikurangi sesuai

tingkat keparahan gagal ginjal: gagal ginjal ringan (klirens

kreatinin 50-80 mL/min), dosis dikurangi sebanyak 25%, gagal

ginjal sedang (klirens kreatinin 12 – 50 mL/min, dosis dikurangi

Page 41: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

25-50%, gagal ginjal berat (klirens kreatinin < 12) dosis dikurangi

sebanyak 50%, disarankan dosis 300 mg klodronat diberikan

sebelum hemodialisis dan dosis dikurangi 50% pada hari non-

dialisis dan membatasi jadwal pengobatan selama 5 hari.

Efek Samping: 

umum: mual, muntah, diare, hipokalsemia asimptomatik,

peningkatan hepatobiliari transaminase (biasanya dalam batas

normal); jarang: hipokalsemia simptomatik, peningkatan hormon

paratiroid akibat penurunan kalsium darah, peningkatan fosfatase

alkali darah, peningatan transaminase lebih dari 2 kali nilai normal

tanpa penyebab abnormalitas pada fungsi hati, hipersensitivitas

Peringatan: 

hidrasi harus cukup, kadar kalsium dalam darah harus dimonitor,

hiperkalsemia atau gagal ginjal, hamil, meyusui, efikasi dan

keamanan pada anak belum diketahui, dosis pemberian secara

intravena lebih tinggi dari yang dianjurkan dapat menyebabkan

kerusakan ginjal terutama jika diberikan kecepatan pemberian

infus terlalu tinggi, pemeriksaan gigi dan pencegahan kerusakan

gigi harus dilakukan sebelum memulai terapi, penghentian terapi

bifosfonat pada pasien yang diduga mengalami atypical femur

fracture, pasien agar melaporkan gejala nyeri pda paha, pangkal

paha atau pinggul untuk diperiksa lebih lanjut kemungkinan

mengalami incomplete femur fracture, dilaporkan osteonekrosis

Page 42: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

rahang terutama pada pasien yang sebelumnya mendapat amino-

bifosfonat seperti zoledronat dan pamidronat

6. Risedronat Natrium

Indikasi: 

osteoporosis, osteoporosis akibat glukokortikoid, penyakit tulang

Paget’s disease

Interaksi: 

pemberian pada waktu yang berbeda dengan obat mengandung

kation seperti kalsium, magnesium, besi, aluminium, antasida

Kontraindikasi: 

gangguan ginjal berat (klirens kreatinin kurang dari 30 mL/min),

kehamilan, menyusui

Dosis: 

terapi osteoporosis 5 mg per hari atau 35 mg sekali seminggu atau

150 mg sekali sebulan pada tanggal yang sama, untuk profilaksis

osteoporosis (termasuk osteoporosis akibat kortikosteroid) pada

wanita pascamenopause, 5 mg sehari, untuk dosis yang terlupa

pada penggunaan dosis bulanan, minum segera setelah ingat,

kecuali dosis terlupa berjarak kurang dari 7 hari dengan dosis

berikutnya, tidak direkomendasikan pada anak, penyakit tulang

Paget’s disease, 30 mg sehari selama 2 bulan, dapat diulangi jika

diperlukan, setelah sekurang-kurangnya 2 bulan,

Page 43: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Konseling. Tablet diminum utuh dengan segelas air pada keadaan

perut kosong, paling sedikit 30 menit sebelum makanan/ minuman

pertama pada hari itu atau jika tidak diminum pada pagi hari,

hindari makanan/minuman sekurang-kurangnya selama 2 jam

sebelum atau sesudah risedronat (terutama hindari produk yang

mengandung kalsium, seperti susu, suplemen yang mengandung

zat besi dan mineral dan antasida). Berdiri atau duduk tegak

selama paling sedikit 30 menit dan jangan berbaring sampai

setelah makan pagi. tablet jangan ditelan pada waktu akan tidur

atau sebelum bangun dari posisi berbaring untuk menghindari

iritasi orofaringeal. Hati-hati pada beberapa daerah, kadar kalsium

dalam air minum cukup tinggi sehingga harus dihindari.

Efek Samping: 

nyeri abdomen atas, diare, mual, konstipasi, dispepsia, muntah,

nyeri abdomen, flatulens, gastritis, distensi abdomen, hiatus

hernia, mulut kering, influenza, nasofaringitis, infeksi saluran

kemih, bronkitis, gastroenteritis, infeksi saluran napas atas, sistitis,

nyeri punggung, artralgia, osteoartritis, nyeri ekstremitas, spasme

otot, nyeri muskuloskeletal, nyeri leher, astenia, nyeri dada,

pireksia, sakit kepala, pusing, rasa ingin jatuh, hipertensi, batuk,

depresi, hiperkolesterolemia

Peringatan: 

abnormalitas esofageal dan faktor lain yang menunda transit atau

pengosongan (misal: stricture atau achalasia lihat juga di bawah

Page 44: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Pemeriksaan Penunjang : (laboratorium, radiologi, densitometer)

Resiko Sedang Resiko Tinggi

Fraktur Osteoporosis

Resiko RendahNon-medikamentosa :

promosi kesehatan (KIE) Aktifitas fisik / Olah raga

Paparan sinar matahari Asupan gizi

Anamnese

Pemeriksaan Fisik

Identifikasi faktor resiko

Medika mentosa : (Hormonal dan Non

Hormonal)

keterangan efek samping), kerusakan ginjal, kondisi hipokalsemia,

disfungsi tulang dan metabolisme mineral (misal: defisiensi

vitamin D dan abnormalitas paratiroid) perlu diperbaiki sebelum

memulai terapi, riwayat ganguan esofageal, sebelum dimulai

terapi diperlukan pemeriksaan gigi dengan tindakan pencegahan

pada pasien dengan faktor risiko seperti kanker, sedang menjalani

kemoterapi, radioterapi, kortikosteroid, tidak menjaga kebersihan

mulut.

Secara umu penatalaksanaan Osteoporosis dapat dilihat pada bagan berikut dibawah ini (bagan 1)

Bagan 1. Penatalaksanaan Osteoporosis

Kondisi pasien Terkontrol

Kondisi pasien Tidak Terkontrol

Rujuk Kerumah Sakit

Page 45: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

I. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnese

Wawancara meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis

dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola

latihan, awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan

alcohol, rokok dan kafein. Setiap gejala yang dialami pasien, seperti

nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan citra diri, harus digali.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang,

kifosis vertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah

mobilitas dan pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan

kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas.

Kelainan yang sering dijumpai adalah adanya deformitas vertebra

torakalis yang mengakibatkan keluhan penurunan tinggi badan. Jadi

klien merasa lebih pendek

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Rehabilitasi / Preventif Berpola Hidup Sehat

Teruskan Pengobatan Evaluasi Berkala

Page 46: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Pemeriksaan laboratorium terutama ditujukan untuk mengetahui

secara tidak langsung adanya resorpsi tulang (gangguan terhadap

keseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang).

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya resorpsi tulang secara tidak

langsung antara lain :

1) Mengukur kadar kalsium dalam air kemih pusas dibagi dengan

kreatinin, perlu diingat bahwa adanya gangguan absorbsi kalsium

dalam intestin akan berakibat pengeluaran kalsium dalam air kemih

pun sangat rendah

2) mengukur kadar hidroksi-prolin dalam air kemih puasa bagi dengan

kreatinin. Hidroksiprolin dipakai sebagai indikator adanya resorpsi

tulang, akan tetapi hidrosiprolin dalam air kemih akan dijumpai pula

pada orang dengan diet tinggi protein> Jadi pemeriksaan ini

spesifisitas serta sensivitasnya rendah.

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya pembentukan tulang adalah :

1) Mengukur kadar fosfatase alkali serum, fosfatase alkali diproduksi

oleh osteoblas, jadi hal ini dapat dipakai sebagai indikator adanya

pembentukan tulang, akan tetapi fosfatase alkali juga dibentuk oleh

jaringan lain. Agar pemeriksaan ini mempunyai arti yang spesifik,

perlu adanya pemeriksaan bone speifik assay.

2) Mengukur bane-Gla-protein plasma (osteocalcin). Osteokalsin

disekresi hanya oleh osteoblas, jadi pemeriksaan ini dapat dipakai

sebagai indikator adanya pembentukan osteoid yang bertambah.

b. Penilaian Massa Tulang

Page 47: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Osteoporosis merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan

massa tulang yang berlebihan dengan komposisi tulang yang masih

normal (tidak berubah), sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi

fraktur pada tulang yang bersangkutan.

Tulang terdiri dari dua komponen :

1) Komponen atau bagian Trabekula

2) Komponen atau bagian Korteks

Pada klien osteoporosis bagian Trabekula akan mengalami

penipisan dan tampak lebih jarang, sedang bagian korteks akan

terjadi pengurangan tebal korteks dan pelebaran kanal Haversi.

Pengurangan pada korteks dan trabekula ini tidak mempunyai pola

yang sama pada setiap pasien, Oleh karena itu pada setiap kasus

osteoporosis perlu untuk menentukan status atau keadaan kedua

bagian tulang tersebut

3. Diagnosa Keperawatan

1) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program

terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi

ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang

penyakitnya, klien tampak gelisah.

2) Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur

vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang,

mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur

traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.

Page 48: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

3) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi

sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder, atau

fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak

cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina

menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

4) Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder

perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan

klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang

terlihat bungkuk.

4. Rencana Keperawatan

1) Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program

terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi

ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang

penyakitnya, klien tampak gelisah.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien

memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi

dengan criteria hasil klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya,

mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak

tenang

Kriteria hasil : Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, dan

mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak

tenang

Intervensi :

Page 49: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai

penyakit osteoporosis

b. Jelaskan pada klien patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi

dengan cara yang tepat.

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada

penyakit dengan cara yang tepat.

d. Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit dengan cara

yang tepat.

e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

f. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan

second opinion dengan cara yang tepat atau di indikasikan

g. Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping

pengguronaan obat

2) Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur

vertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang,

mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur

traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

berkurang.

Page 50: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Kriteria Hasil : Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat

tenang dan istirahat yang cukup, klien dapat mandiri dalam

perawatan dan penanganannya secara sederhana.

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

presipitsasi

b. Observasi reaksi non-verbal dari ketidaknyamanan

c. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

d. kurangi faktor presipitasi nyeri.

e. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi : Napas dalam,

relaksasi distraksi, kompres hangat/dingin.

f. Kolaborasi untuk pemberian obat anti nyeri.

g. Tingkatkan istirahat klien

h. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,

berapa lama nyeri akan berkurang.

3) Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi

sekunder akibat perubahan skeletal (kifosis), nyeri sekunder, atau

fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak

cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina

menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan.

Tujuan :

Page 51: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu

melakukan mobilitas fisik

Kriteria hasil : Klien dapat meningkatan mobilitas fisik ; klien

mampu melakukan aktivitas hidup sehari hari secara mandiri

Intervensi :

a. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi

sesuai dengan kebutuhan

b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan

cegah terhadap cidera.

c. Ajarkan klien tehnik ambulasi

d. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi.

e. Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara

mandiri sesuai kemampuan

f. Dampingi dan bantu klien dalam mobilisasi dan bantu

penuhi kebutuhan ADLS

g. Berikan alat bantu jika klien memerlukan

4) Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder

perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan

klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun, tulang belakang

terlihat bungkuk.

Tujuan :

Tujuan : Cedera tidak terjadi

Kreteria Hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi: Klien

dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur

Page 52: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

Intervensi :

a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien

b. Hindarkan dari lingkungan yang berbahaya (misalnya :

memindahkan perabotan)

c. Pasang side rail tempat tidur.

d. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

e. Tempatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijankau

klien

f. Berikan penerangan yang cukup

g. Anjurkan keluarga untuk menemani pasien

h. Mengontrol lingkungan dari kebisingan

i. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga atau pengunjung

adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit

klien

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut) secara

alamiah yang dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk

hidup. Proses menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses

berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dalam maupun

luar tubuh. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai

penyakit yang sering menyerang kaum lanjut usia. Seperti diketahui bahwa lanjut

Page 53: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

usia akan selalu mengalami perubahan fisiologik maupun psikologik. Oleh

karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia harus secara

holistik dan kompehensif yang memandang klien lanjut usia sebagai manusia

yang utuh dan unik sehingga teknik dan pendekatan yang diberikan perawatan

berbeda-beda namun tetap berfokus pada kebutuhan dasar manusia itu sendiri.

B. Saran

Tidak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja

Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan- rekan mahasiswa

calon  perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai “Askep

Muskuloskeletal Osteoporosis” menjadi bekal dalam pengaplikasian dan

praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1.  Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat

kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam

berkomunikasi dengan klien.

2.  Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan

diagnosa keperawatan

Page 54: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (1994). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Alih Bahasa Kuncoro, H Y, dkk, Jakarta : Penerbit EGC.

Kemenkes (2008), Pedoman Pengendalian Osteoporosis. Menteri

Kesehatan Republik Indonesia.

Kumar, et all. (2005). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Seventh Edition. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Lewis, Sharon L. (2007). Medical Surgical Nursing : Assessment and Management

Page 55: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx

of Clinical Problems Volume 2. Seventh Edition. St.Louis : Mosby.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Noor Verawaty, Sri & Rahayu, Lisdyawati (2012). Merawat dan Menjaga Kesehatan Seksual Wanita. Bandung : PT Grafindo Media Pratama, cetakan 1.

Pramudto, et all. (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai

Penerbit FKUI, jilid I edisi ketiga.

Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. Alih bahasa : Brahm U. Pendit. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses - proses Penyakit Volume 1. Edisi 6.

Jakarta : EGC.

Rosyidi (2012), Muskuloskeletal. Jakarta : Trans Info Media

Sherwood, Lauralee. Alih bahasa : Brahm U. Pendit (2001). Fisiologi Manusia

Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Page 56: MAKALAH OSTEOPOROSIS YG BENAR.docx