Cara Mencuci Tangan yang Benar.docx

30
Bagaimana Cara Mencuci Tangan yang Benar? Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah(Boyce dan Pittet,2002) Hasil penelitian yang dilakukan di RSCM pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 85,7% infeksi nosokomial dapat dikendalikan jika petugas kesehatan selalu mencuci tangan. Mengingat pentingnya mencuci tangan sebagai salah satu upaya memutuskan rantai penularan penyakit, maka saya akan memberikan sedikit tambahan pengetahuan tentang topik mencuci tangan. Untuk itulah saya akan menampilkan tentang cara mencuci tangan yang benar. -Apa sih pengertian dari mencuci tangan itu? Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Tujuan dari mencuci tangan itu? Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi. Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk : a) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan b) Mencegah infeksi silang (cross infection) c) Menjaga kondisi steril d) Melindungi diri dan pasien dari infeksi e) Memberikan perasaan segar dan bersih. - Air yang bersih itu yang bagaimana ya?

Transcript of Cara Mencuci Tangan yang Benar.docx

Bagaimana Cara Mencuci Tangan yang Benar?Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial dan penyebaran mikroorganisme multiresisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah(Boyce dan Pittet,2002)Hasil penelitian yang dilakukan di RSCM pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 85,7% infeksi nosokomial dapat dikendalikan jika petugas kesehatan selalu mencuci tangan. Mengingat pentingnya mencuci tangan sebagai salah satu upaya memutuskan rantai penularan penyakit, maka saya akan memberikan sedikit tambahan pengetahuan tentang topik mencuci tangan. Untuk itulah saya akan menampilkan tentang cara mencuci tangan yang benar.-Apa sih pengertian dari mencuci tangan itu?Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Tujuan dari mencuci tangan itu?Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi.Menurut Susiati (2008), tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk :a) Mengangkat mikroorganisme yang ada di tanganb) Mencegah infeksi silang (cross infection)c) Menjaga kondisi sterild) Melindungi diri dan pasien dari infeksi e) Memberikan perasaan segar dan bersih. - Air yang bersih itu yang bagaimana ya?Air yang bersih tentu saja yang jernih, tidak berbau dan tidak berwarna.Ada banyak sekali standar kesehatan mengenai air bersih terutama yang berhubungan dengan air minum dan untuk kesehatan, termasuk di dalamnya air yang bebas mikroorganisme, bahan kimia, dan bahan radioaktif. Namun untuk keperluan mencuci tangan bagi masyarakat awam maka dengan kriteria yang disebutkan yakni jernih, tidak berwarna dan tidak berbau sudah cukup.

- Mengapa mencuci tangan harus menggunakan sabun?Zat pembersih berbentuk sabun ini baik yang padat maupun cair akan membantu proses pelepasan kotoran dan kuman yang menempel di permukaan luar kulit tangan dan kuku. Dengan mencuci tangan yang benar menggunakan sabun maka kotoran dan kuman akan terangkat sebagian. Meskipun demikian hal ini sangat membantu mengurangi resiko terinfeksi. Dengan mencuci tangan di air mengalir maka kotoran dan kuman akan luruh terbawa air. -Mengapa cuci tangan di air mengalir?Dengan mencuci tangan di air mengalir, maka kotoran dan kuman akan hanyut terbawa air.. Karena air di mangkuk cuci tangan tidak mengalir, sehingga bakteri dan virus tetap tergenang di air dan dapat menempel kembali ke tangan saat cuci tangan. Disamping itu karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan tersebut.- Benarkah WHO sebagai Organisasi Kesehatan Dunia telah merekomendasikan tentang pentingnya mencuci tangan?WHO pada tahun 2005 mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci tangan dengan 7 langkah. Dan dalam pelaksanaannya di bidang kesehatan ada yang mengembangkan menjadi 10 langkah namun intinya adalah pada tahapan proses yang di lakukan. Sedangkan bagi kalangan medis mencuci tangan harus lebih disiplin dan mengikuti standar yang berlaku di tiap tiap rumah sakit sesuai kebijakan prosedur yang berlaku.Untuk melakukan tindakan medis operatif wajib mencuci tangan sampai ke siku.Tahukah AndaPada tanggal 15 Oktober adalah hari cuci tangan sedunia pakai sabun yang dicanangkan oleh PBB sebagai salah satu cara menurunkan angka kematian balita serta mencegah penyebaran penyakit.Kapan saat-saat penting petugas medis wajib mencui tangan? Memeriksa dan kontak langsung dengan pasienSebelum kontak dengan pasien : mungkin banyak aktivitas lain yang dilakukan oleh petugas medis.Untuk menjamin kebersihan tangan maka kita wajib mencuci tangan.

Setelah kontak dengan pasien : Pasien yang kita tangani memiliki kemungkinan yang cukup besar untuk menularkan kuman kepada kita sebagai petugas medis. Oleh karena itu, untuk menghindari interaksi kuman kita wajib mencuci tangan.

Setelah melakukan tindakan medisSaat melakukan tindakan medis peluang kita sebagai petugas medis untuk tertular kuman sangat besar misalkan memasang infus atau kateter, mengambil sampel darah, menyentuh membrane mukosa,darah atau cairan tubuh lainnya, mengukur tekanan darah atau memeriksa tanda-tanda vital pasien dsb. Setelah menyentuh lokasi perawatan pasienSumber kuman bukan hanya pada tubuh pasien melainkan juga pada lokasi perawatan pasien mulai dari selimut, alat-alat makan, bantal dsb. Saat kita menangani pasien terkadang kita tidak dapat menghindarkan diri menyentuh lokasi perawatan pasien. Setelah membersihkan peralatan medisMeski kita tidak terlibat penanganan medis secara langsung tetapi kita membersihkan peralatan medis kita tetap wajib mencuci tangan. Kemungkinan kuman tertinggal di peralatan medis dan berpidah ke tangan kita sangat besar. Memakai dan melepas sarung tangan bedah sterilatau yang telah didisinfeksi tingkat tinggi sebelum operasi atau ketika memakai dan melepas sarung tangan pemeriksaan untuk prosedur rutin. Masuk dan meninggalkan unit isolasi atau ruang khusus lainnya Menyiapkan dan mengkonsumsi makanan.Indikasi cuci tangan Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. (1993) adalah :

a) Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan kateter dan pemasangan alat bantu pernafasanb. Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsungc. Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis lukad.Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekresie.Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi merupakan mikroorganisme penting. Benda ini termasuk pengukur urin atau alat penampung sekresif.Setelah melakukan asuhan keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi atau kemungkinan kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau epidemiologisg.Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggih.Setelah melakukan asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang tidak infeksius.Bagaimana dengan para petugas di rumah sakit, apakah mereka sudah menjalankan dengan benar untuk mencuci tangan?Para dokter, perawat, bidan dan seluruh jajaran tenaga kesehatan di rumah sakit, klinik bersalin, maupun puskesmas merupakan kelompok yang paling beresiko menularkan maupun tertular penyakit infeksi. Oleh karena itu bagi kalangan medis wajib mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan. Bahkan ketika memeriksa pasien yang satu beralih untuk memeriksa pasien yang lain maka dokter, perawat dan bidan harus mencuci tangan terlebih dahulu.Anda boleh mengingatkan bila menemukan para petugas kesehatan lalai mencuci tangan. Bukan untuk mencari kesalahan namun sebagai salah satu upaya mengurangi resiko infeksi nosokomial yakni infeksi silang dari pasien ke pasien, dan akibat dari tercemarnya alat medis yang digunakan. Selain itu juga merupakan salah satu upaya perlindungan diri bagi tenaga kesehatan.Minimal petugas kesehatan membersihkan tangannya dengan suatu larutan khusus untuk membersihkan kuman dan kotoran dari tangan. Meskipun tangan sudah di bersihkan dengan larutan khusus, tetap ada ketentuan untuk mencuci tangan sesuai standar yang berlaku.Cuci tangan yang baik Menggunakan air mengalir dan sabun yang digosok-gosokkan selama 15-20 detik Mengeringkan tangan setelah mencuci tangan Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk yang bersih atau keringkan dengan udara Handuk yang digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi dan tidak boleh digunakan Membawa handuk atau sapu tangan kecil pribadi dapat membantu untuk menghindari pemakaian handuk kotor Jika anda menggunakan handuk sendiri maka handuk dicuci setiap hariBagaimana Langkah mencuci tangan yang benar?Berikut ini adalah langkah mencuci tangan sesuai anjuran WHO 2005 yakni 7 lagkah yang di kembangkan menjadi 10 langkah. Bisa dilihat pada gambar untuk lebih jelasnya.1. Basuh kedua tangan dengan air mengalir2. Tuang sabun secukupnya3. Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan4. Gosok punggung tangan dan sela sela jari tangan kiri dan tangan kanan, begitu pula sebaliknya.5. Gosok kedua telapak dan sela sela jari tangan6. Jari jari sisi dalam kedua tangan saling mengunci.7. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.8. Gosokkan dengan memutar ujung jari jari tangan kanan di telapak tangan kiri dan sebaliknya9. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan sebaliknya.10. Bilas kedua tangan dengan air.11. Keringkan dengan lap tangan atau tissueLangkah 2Jangan lupa menutup kran dengan tangan di alasi tissue atau lap tangan.Nah sekarang tangan anda sudah bersih dan aman.Catatan ; Bila tidak ada wastafel atau kran air, kita bisa menggunakan air yang di tuangkan dengan gayung. Idealnya memang menggunakan sabun cair, tetapi bisa digunakan sabun batangan.

Beginilah Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

okezone.com

4.Keuntungan mencuci tangan Menurut Puruhito (1995), cuci tangan akan memberikan keuntungansebagai berikut:a)Dapat mengurangi infeksi nosokomialb)Jumlah kuman yang terbasmi lebih banyak sehingga tangan lebihbersih dibandingkan dengan tidak mencuci tanganc)Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencucitangan sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.

5.Macam-macam cuci tangan & cara cuci tanganCuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe,yaitu cuci tangan medical (medical hand washing), cuci tangan surgical(surgical hand washing) dan cuci tangan operasi (operating theatre handwashing). Adapun cara untuk melakukan cuci tangan tersebut dapatdibedakan dalam beberapa teknik antara lain sebagai berikut ini:

a)Teknik mencuci tangan biasa Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengansabun dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanyadigunakan sebelum dan sesudah melakukan tindakan yang tidakmempunyai resiko penularan penyakit.Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalahsetiap wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standarrumah sakit (misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkanair bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampahmedis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yangterkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan(hand towel),sarung tangan (gloves), sabun cair atau cairan pembersihtangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotiontangan, serta di bawahwastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk

Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah sebagai berikut:1.Melepaskan semua benda yang melekat pada daerahtangan, seperti cincin atau jam tangan2.Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agarmemperoleh posisi yang nyaman3.Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya4.Menuangkan sabun cair ke telapak tangan5.Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabundengan kedua telapak tangan, kemudian kedua punggung telapaktangan saling menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari6.Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapaktangan7.Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibujari secara bergantian kemudian membersihkan ibu jari dan lengansecara bergantian8.Membersihkan (membilas) tangan dengan air yangmengalir sampai bersih sehingga tidak ada cairan sabun denganujung tangan menghadap ke bawah9.Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jarikarena jari yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih 10.Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempattersebut dalam keadaan rapi dan bersih. Hal yang perlu diingatsetelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan tangan denganhand towel.

b)Teknik mencuci tangan aseptikMencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelumtindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan antiseptik.Mencuci tangan dengan larutan disinfektan, khususnya bagi petugasyang berhubungan dengan pasien yang mempunyai penyakit menularatau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik dansikat steril.Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan persiapan danprosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa, hanya sajabahan deterjen atau sabun diganti dengan antiseptik dan setelahmencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril

c)Teknik mencuci tangan sterilTeknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril(suci hama), khususnya bila akan membantu tindakan pembedahanatau operasi.Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalahmenyediakan bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut,sabun antimikrobial (non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat), sikatscrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dantopi atau penutup kepala, handuk steril, pakaian di ruang scrub danpelindung mata, penutup sepatu.

Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai berikut:1.Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atauabrasi pada tangan dan jari, kemudian melepaskan semua perhiasanmisalnya cincin atau jam tangan2.Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawatyaitu: penutup sepatu, penutup kepala atau topi, masker wajah,pastikan masker menutup hidung dan mulut anda dengan kencang.Selain itu juga memakai pelindung mata3.Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau kontroldengan kaki dan sesuaikan air untuk suhu yang nyaman4.Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas,mempertahankankan tangan atas berada setinggi siku selamaseluruh prosedur5.Menuangkan sejumlah sabun (2 sampai 5 ml) ke tangandan menggosok tangan serta lengan sampai dengan 5 cm di atassiku6.Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengantongkat oranye atau pengikir. Membuang pengikir setelah selesaidigunakan7.Membasahi sikat dan menggunakan sabun anti-mikrobial. Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan

a.Menyikat kuku tangan sebanyak 15 kaligerakanb.Dengan gerakan sirkular, menyikat telapaktangan dan permukaan anterior jari 10 kali gerakanc.Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan danbagian posterior ibu jari 10 gerakand.Menyikat samping dan belakang tiap jari 10kali gerakan tiap area, kemudian sikat punggung tangansebanyak 10 kali gerakane.Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2sampai 3 menit (AORN, 1999 sebagaimana dikutip oleh Perry& Potter, 2000), kemudian bilas sikat secara seksama

8.Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian.Kemudian mulai menyikat setiap permukaan lengan bawah lebihbawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali gerakan; menyikatbagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang samasetelah selesai menyikat buang sikat yang telah dipakai9.Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujungjari sampai siku satu kali gerakan, biarkan air mengalir pada siku 10.Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yanglain.11.Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat keduadan mematikan air dengan pedal kaki12.Kemudian mengeringkan dengan handuk steril untuksatu tangan secara seksama, menggerakan dari jari ke siku danmengeringkan dengan gerakan melingkar13.Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yanglain dengan menggunakan area handuk yang lain atau handuk sterilbaru14.Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauhdari tubuh anda15.Perawat memasuki ruang operasi dan melindungitangan dari kontak dengan objek apa pun.6.Kewaspadaan untuk perawat dalam melakukan cucitangan sterilPakaian atau seragam scub perawat harus tetap kering. Airmengalir berdasarkan gravitasi dari ujung jari ke siku. Jadi,mempertahankan tangan tetap tinggi sehingga memungkinkan air mengalirdari area yang kurang ke yang paling terkontaminasi.Bila perawat ingin menggunakan sarung tangan steril di areareguler, perawat tidak perlu menyikat atau mengeringkan tangan denganhanduk steril. Dengan penyabunan dan penggosokan yang dilakukan duakali sesuai prosedur akan menjamin tangan bersih. Pada situasi ini perawatdapat menggunakan handuk kertas untuk pengeringan. Pengeringandimulai dari area yang paling bersih ke area yang kurang bersih.Pengeringan mencegah kulit kering dan memudahkan menggunakansarung tangan (Perry & Potter, 2005).

C.Perilaku cuci tangan tenaga kesehatanPerilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yangmempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dariuraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalahsemua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupunyang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorangterhadap stimulus atau rangsangan dari luar.Oleh karena perilaku ini terjadimelalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organismetersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-RatauStimulus Organisme Respon.Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilakumenurut Notoatmodjo (2003) dapat dibedakan menjadi dua yaitu perilakutertutup (covert behavior)dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup (convert behavior)merupakan respon seseorang terhadap stimulusdalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadapstimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran,dan sikap yang terjadi pada orang yang menerimSedangkan perilaku terbuka(overt behavior) merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati ataudilihat oleh orang lain.Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2003), menganalisisperilaku manusia dari tingkat kesehatan, dimana kesehatan seseorang ataumasyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviorcauses)dan faktor diluar perilaku (nonbehavior causes). Selanjutnya perilakuitu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor-faktorpredisposisi (predisposing factors) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor-faktor pendukung(enabling factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaktersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain,yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jikaperubahan tersebut terjadi mulai proses internalisasidimana perilaku yangbaru itu dianggap bernilai positif bagi individu itu sendiri dan diintegrasikandengan nilai-nilai lain dari hidupnya.Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Musadad, et.al.(1993)ditulis dalam CDK (Cermin Dunia Kedokteran) yaitu perilaku cuci tanganoleh tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat menunjukkan bahwasebagian besar petugas tersebut tidak melaksanakan cuci tangan. Hal initerlihat pada waktu petugas akan memeriksa pasien, baik saat pertama kaliatau pergantian dari pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada umumnyamencuci tangan setelah selesai melakukan pemeriksaan pasienkeseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya Infeksinosokomial yang dikenal dengan Healthcare Associated Infections (HAIs)yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasienke pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun daripetugas kepada pasien (Depkes RI, 2009).Salah satu tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahandan pengendalian infeksi adalah hand hygiene (kebersihan tangan) karenakegagalan dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksinosokomial dan mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten difasilitas pelayanan kesehatan (Menkes dalam Depkes RI, 2009).Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan menuurutTietjen, et.al. (2004) adalah metode paling mudah, murah dan efektif dalampencegahan infeksi nosokomial dengan strategi yang telah tersedia, yaitu:1.Menaati praktek pencegahan infeksi yang diajurkan, terutamakebersihan dan kesehatan tangan (cuci tangan) serta pemakaian sarungtangan,2.Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaatuntuk dekontaminasi dan pencucian peralatan dan benda lain yang kotor,diikuti dengan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi; dan 3.Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggilainnya di mana kecelakaan perlukaan yang sangat serius dan paparanpada agen penyebab infeksi sering terjadi.Perilaku perawat dalam kewaspadan universal, menurut PanitiaPengendalian Infeksi Nosokomial RS Dr. Karyadi / FK UNDIP Semarang(2004) harus diterapkan dalam pelayanan kesehatan kepada semua pasien dandi setiap waktu untuk mengurangi resiko infeksi yang ditularkan melaluidarah. Kewaspadaan universal perawat dalam mencegah infeksi nosokomialmenurut Panitia Pengendalian Infeksi Nosokomial RS Dr. Karyadi / FKUNDIP Semarang (2004) dapat dilakukan dengan cara antara lain mencucitangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukantindakan perawatan, menggunakan alat pelindung yang sesuai untuk setiaptindakan seperti misalnya: sarung tangan, gaun pelindung, celemek, masker,kacamata pelindung oleh setiap kontak langsung dengan darah atau cairantubuh lain, pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-hati,pengelolaan limbah yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh dengan aman,pengelolaan alat kesehatan bekas pakai dengan melakukan dekontaminasi,desinfeksi dan sterilisasi dengan benar, dan pengelolaan linen yang tercemardengan benar.D.Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci tangan perawatLankford, Zembover, Trick, Hacek, Noskin, & Peterson (2003) bahwafaktor yang berpengaruh pada tindakan cuci tangan adalah tidak tersedianyatempat cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, kondisi pasien,efek bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya pengetahuan terhadapstandar. Sementara itu Tohamik (2003) menemukan dalam penelitiannyabahwa kurang kesadaran perawat dan fasilitas menyebabkan kurang patuhnyaperawat untuk cuci tangan. Kepatuhan cuci tangan juga dipengaruhi olehtempat tugas. Menurut Saefudin, et.al. (2006), tingkat kepatuhan untuk melakukanKU (Kewaspadaan Universal), khususnya berkaitan dengan HIV / AIDS,dipengaruhi oleh faktor individu (jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lamakerja dan tingkat pendidikan), faktor psikososial (sikap terhadap HIV danvirus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja, rasa takut dan persepsiterhadap resiko), dan faktor organisasi manajemen (adanya kesepakatan untukmembuat suasana lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekankerja dan adanya pelatihan).Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Smet (1994),mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktoreksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa tidaklain merupakan karakteristik perawat itu sendiri. Karakteristik perawatmerupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaanmerawat klien sehat maupun sakit (Adiwimarta, et.al. 1999 dalam KamusBesar Bahasa Indonesia). Karakteristik perawat meliputi variabel demografi(umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat pendidikan), kemampuan,persepsi dan motivasi.Menurut Smet (1994), variabel demografi berpengaruh terhadapkepatuhan. Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebihcenderung taat mengikuti anjuran atau peraturan di bidang kesehatan. Datademografi yang mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, raskulit putih, orang tua dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yangtinggi. Latar belakang pendidikan juga akan mempengaruhi perilakuseseorang dalam melaksanakan etos kerja. Semakin tinggi pendidikanseseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik.Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakanberbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuanintelektual dan kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagaiperamal dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran yang besardalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yangpenting untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan,kekuatan dan keterampilan (Muchlas, 1997).Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masingdalam soal kemampuan kerja, maka wajar-wajar saja kalau ada perawat yangmerasa mampu atau tidak mampu dalam melaksanakan tindakan sesuaidengan protap. Demikian juga dalam pelaksanaan protap mencuci tangan,perawat yang memiliki kemampuan melaksanakan, akan cenderung patuhuntuk melaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan dalam protaptersebut (Arumi, 2002).Persepsi tentang protap akan diterima oleh penginderaan secaraselektif, kemudian diberi makna secara selektif dan terakhir diingat secaraselektif oleh masing-masing perawat. Dengan demikian muncul persepsi yangberbeda tentang protap tersebut, sehingga kepatuhan perawat didalampelaksanaan protap tersebut juga akan berbeda (Arumi, 2002).Motivasi adalah rangsangan, dorongan dan ataupun pembangkit tenagayang dimilki seseorang atau sekelompok masyarakat yang mau berbuat danbekerjasama secara optimal melaksanakan sesuatu yang telah direncanakanuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Azwar, 1996).Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri ataspola komunikasi, keyakinan / nilai-nilai yang diterima perawat, dan dukungansosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh perawat akanmempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapaaspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan perawat adalahketidakpuasaan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadappendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalampelaksanaan program pengobatan (Arumi, 2002). Smet (1994) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentangkesehatan atau perawatan dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhikepatuhan perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Sedangkandukungan sosial menurut Smet (1994) berpengaruh terhadap kepatuhanseseorang. Variabel-variabel sosial mempengaruhi kepatuhan perawat.Dukungan sosial memainkan peran terutama yang berasal dari komunitasinternal perawat, petugas kesehatan lain, pasien maupun dukungan daripimpinan atau manajer pelayanan kesehatan serta keperawatan.E.Kerangka TeoriTingkat kepatuhan perawat pada standart universal precautions:cuci tanganFaktor yang mempengaruhi :Individu : jenis kelamin, usia, masa kerja, jenis pekerjaan, pendidikan.Organisasi manajemen: supervisi, role model, tipe kepemimpinan.Psikososial.Ketersediaan fasilitas cuci tangan.Tempat tugas.Motivasi dan kesadaran.Waktu yang digunakan untuk cuci tanganMencuci tanganDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lekukan sidik jari adalah contoh bagaimana partikel partikel dapat terperangkap di antara lekukan kulit pada telapak tangan, dan tetap tidak terlihat oleh mata.

Macam-macam cara mencuci tanganMencuci tangan dengan air

Berwudhu

Wadah pencuci tangan dan jeruk nipis yang disediakan di Rumah MakanRitual mencuci tangan di dunia dipraktikan sebagai bagian dari budaya maupun praktik keagamaan. Dalam agama Hindu terdapat ritual mencuci tangan Bah', dalam agama Yahudi dinamakan tevilah dan netilat yadayim. Praktek yang mirip adalah ritual lavabo untuk agama Kristen, wudhu untuk agama Islam, dan Misogi di kuil Shinto.Di beberapa rumah makan di Indonesia seperti rumah makan Padang, rumah makan Sunda, atau warung-warung makan lainnya dimana mengonsumsi makanan dirasakan lebih umum dengan menggunakan tangan langsung (tanpa alat makan seperti sendok dan garpu), penjual kadang-kadang menyediakan wadah berupa mangkuk kecil berisi air (sering juga disebut dengan kobokan) untuk mencuci tangan disertai dengan irisan jeruk nipis untuk menghilangkan bau sesudah makan. Praktek mencuci tangan yang dianjurkan pada umumnya adalah dilakukan dibawah air yang mengalir, karena air dalam keadaan diam dan digunakan untuk mencuci tangan yang kotor bisa menjadi tempat sup kuman karena berkumpulnya kotoran yang mungkin mengandung kuman penyakit di satu tempat dan menempel lagi saat tangan diangkat dari wadah mencuci tangan tersebut.Mencuci tangan dengan air panasWalaupun ada beberapa pendapat yang mengatakan bahwa mencuci tangan dengan air panas lebih efektif untuk membersihkan tangan, namun pendapat ini tidak disertai dengan pembuktian ilmiah. Temperatur dimana manusia dapat menahan panas air tidak efektif untuk membunuh kuman. Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa air panas dapat membersihkan kotoran, minyak, ataupun zat-zat kimia, namun pendapat populer ini sebenarnya tidak terbukti, air panas tidak membunuh mikro organisme. Temperatur yang nyaman untuk mencuci tangan adalah sekitar 45 derajat celsius, dan temperatur ini tidak cukup panas untuk membunuh mikro organisme apapun. Namun temperatur yang jauh lebih panas (umumnya sekitar 100 derajat celsius) memang dapat membunuh kuman. Tidak efektifnya temperatur air untuk membunuh kuman juga dinyatakan dalam prosedur standar mencuci tangan untuk operasi medis dimana air keran dibiarkan mengalir deras hingga 2 galon per menit dan kederasan air inilah yang membersihkan kuman, sementara tinggi rendahnya temperaturnya tidak signifikan [1].Mencuci tangan dengan sabunArtikel utama untuk bagian ini adalah: Mencuci tangan dengan sabunMencuci tangan dengan sabun adalah praktik mencuci tangan yang paling umum dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Walaupun perilaku mencuci tangan dengan sabun diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman, namun pada praktiknya perilaku ini dilakukan karena banyak hal di antaranya, meningkatkan status sosial, tangan dirasakan menjadi wangi, dan sebagai ungkapan rasa sayang pada anak.Pada fasilitas-fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, mencuci tangan bertujuan untuk melepaskan atau membunuh patogen mikroorganisme (kuman) dalam mencegah perpindahan mereka pada pasien. Penggunaan air saja dalam mencuci tangan tidak efektif untuk membersihkan kulit karena air terbukti tidak dapat melepaskan lemak, minyak, dan protein dimana zat-zat ini merupakan bagian dari kotoran organik. Karena itu para staf medis, khususnya dokter bedah, sebelum melakukan operasi diharuskan mensterilkan tangannya dengan menggunakan antiseptik kimia dalam sabunnya (sabun khusus atau sabun anti mikroba) atau deterjen [2] [3]. Untuk profesi-profesi ini pembersihan mikro organisme tidak hanya diharapkan "hilang" namun mereka harus bisa memastikan bahwa mikro organisme yang tidak bisa "bersih" dari tangan, mati, dengan zat kimia antiseptik yang terkandung dalam sabun. Aksi pembunuhan mikroba ini penting sebelum melakukan operasi dimana mungkin terdapat organisme-organisme yang kebal terhadap antibiotik.Mencuci tangan dengan cairanPada akhir tahun 1990an dan awal abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol untuk mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau sanitasi tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan alkohol. Cairan ini mulai populer digunakan karena penggunaannya yang mudah, praktis karena tidak membutuhkan air dan sabun.Penggunaan cairan sanitasi tangan berbentuk jel dan berbahan dasar alkohol dalam sebuah penelitian di Amerika pada 292 keluarga di Boston menunjukkan bahwa cairan ini mengurangi kasus diare di rumah hingga 59 persen. Dr. Thomas J. Sandora, seorang dokter di Divisi Penyakit Menular pada RS Anak-anak Boston (Division of Infectious Diseases at Children's Hospital Boston) dan juga penulis untuk buku "Tangan Sehat, Keluarga Sehat" ("Healthy Hands, Healthy Families.") mengemukakan bahwa penelitian ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan bahwa penggunaan cairan sanitasi tangan menunjukkan bahwa perilaku ini mengurangi penyebaran kuman di rumah. Keluarga yang direkrut untuk penelitian ini adalah keluarga yang menitipkan anak-anaknya di tempat penitipan anak dan menunjukkan aktivitas mencuci tangan dengan sabun dengan frekuensi yang sama saat direkrut untuk penelitian. Lalu separuh dari keluarga itu diberikan cairan sanitasi tangan dan selebaran yang memberitahu tentang pentingnya kebersihan tangan. Sementara separuhnya lagi, befungsi sebagai kontrol dan menerima selebaran tentang nutrisi dan diminta untuk tidak menggunakan cairan pencuci tangan. Hasilnya keluarga yang menggunakan cairan sanitasi tangan mengindikasikan 59 persen angka diare yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang berfungsi sebagai kontrol. Penelitian lain oleh Harvard Medical School dan RS Anak-anak Boston (Division of Infectious Diseases at Children's Hospital Boston) yang dipublikasikan pada bulan April 2005 menunjukkan efek perlindungan pada penderita ISPA dalam keluarga yang menggunakan cairan sanitasi tangan atas inisyatif mereka sendiri. Cairan sanitasi ini menjadi alternatif yang nyaman bagi para orang tua yang tidak sempat berulangkali ke wastafel untuk mencuci tangan mereka saat harus merawat anak mereka yang sakit. Walaupun mencuci tangan dengan sabun dan air efektif untuk mengurangi penyebaran sebagian besar infeksi namun untuk melakukannya dibutuhkan wastafel, dan sebagai tambahan rotavirus (virus yang paling sering ditemukan dalam kasus diare di tempat penitipan anak di Amerika), tidak dapat dibersihkan secara efektif dengan sabun dan air, namun dapat dimatikan dengan alkohol [4].Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan juga cairan pembersih tangan non alkohol. Namun apabila tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh tanah, darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan lebih disarankan karena cairan pencuci tangan baik yang berbahan dasar alkohol maupun non alkohol walaupun efektif membunuh kuman cairan ini tidak membersihkan tangan, ataupun membersihkan material organik lainnya.Dalam perdebatan yang mana perilaku yang lebih efektif di antara menggunakan cairan pembersih tangan atau mencuci tangan dengan sabun, Wallace Kelly, Infection Control R.N. (Paramedik untuk Pengendalian Infeksi) [5] berpendapat bahwa keduanya efektif dalam membersihkan bakteria-bakteria tertentu. Namun cairan pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak efektif dalam membunuh bakteria yang lain seperti e-coli dan salmonela. Karena alkohol tidak menghancurkan spora-spora namun dengan mencuci tangan dengan sabun spora-spora tersebut terbasuh dari tangan. Menurutnya metode terbaik adalah menentukan saat keadaan tidak memungkinkan untuk mengakses air dan sabun, maka cairan pencuci tangan jauh lebih baik daripada tidak menggunakan apapun.Di Amerika Serikat cairan pencuci tangan dilarang oleh Departemen Pemadam Kebakaran dari sekolah-sekolah karena kekhawatiran bahwa cairan tersebut dapat merangsang api menjadi besar, namun Rumah Sakit Tallahasee Memorial Hospital diperbolehkan untuk menaruh cairan pencuci tangan dalam jumlah tertentu. Cairan pencuci tangan yang disarankan adalah yang mengandung paling sedikit 60 persen alkohol dan bahan pelembab [6].

Cairan pembunuh kuman yang berbahan dasar alkohol tidak efektif untuk mematikan materi organik, dan virus-virus tertentu seperti norovirus, spora-spora bakteria tertentu, dan protozoa tertentu. Untuk membersihkan mikro organisme - mikro organisme tersebut tetap disarankan menggunakan sabun dan air.Karena praktis, cairan-cairan pencuci tangan inipun mulai diproduksi dan diperkenalkan secara komersil.Mencuci tangan dengan tisu basah

Rediwipes tisu basah yang dinyatakan dapat membunuh bakteri E-coli dan SalmonellaTisu basah diperkenalkan pada awalnya untuk membersihkan tidak hanya tangan, tetapi juga kotoran bayi, permukaan meja, dan di AS dianjurkan untuk peralatan rumah tangga laiinya. Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular) di Amerika serikat sebayak 76 juta dari 300 juta orang yang tinggal di AS sakit setiap tahunnya karena penyakit yang dibawa bersamaan dengan masuknya makanan. Sebanyak 300.000 masuk rumah sakit dan dan setiap tahun 5.000 orang meninggal dunia karena penyakit dibawa bersamaan dengan masuknya makanan[7] .Tisu basah menjadi alternatif membersihkan tangan setelah mencuci tangan dengan sabun karena lebih praktis dan tidak memerlukan air. Beberapa tisu basah telah mengembangkan kandungan wewangian beralkohol, atau anti bakteri, ataupun minyak almond untuk menjaga kulit tangan agar tidak terasa kering. Namun menurut dr. Handrawan tisu basah tidak baik untuk mencuci tangan karena hanya mengembalikan kuman bolak-balik di tangan [8].Dalam beberapa kasus khusus, sebuah perusahaan di AS mengeluarkan tisu basah yang berlabel Rediwipes yang menyatakan dapat membunuh 99.9 persen bakteri yang terdapat dirumah termasuk bakteri Salmonella dan E. coli. Tisu ini dianjurkan untuk digunakan dalam membersihkan tangan dan peralatan dapur lainnya sebelum masak agar mencegah kontaminasi bakteri silang antara tangan, bahan masakan, dan peralatan dapur sehingga tidak menyebar [9].

-