Makalah Patofisisologi Kelompok 4 Osteoporosis

download Makalah Patofisisologi Kelompok 4 Osteoporosis

of 19

description

patofisiologi penyakit tulang osteoporosis serta penatalaksanaannya

Transcript of Makalah Patofisisologi Kelompok 4 Osteoporosis

MAKALAHPATOFISIOLOGI

NAMA ANGGOTA:1. DIAN PURNAMA SARI (08121006009) 2. DANI FITRAH HAYATI (08121006011) 3. TRY SAPUTRA (08121006035) 4. THIO HASBULLAH (08121006039) 5. PUTRI WULANDARI (08121006071) 6. MUTIARA BELLA (08121006073) 7. YESI PRATIWI (08111006033)KELOMPOK: IVJUDUL: OSTEOPOROSIS

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS SRIWIJAYA2014KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul OSTEOPOROSIS. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Indralaya, 26 Agustus 2014 Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................................2Daftar Isi.....................................................................................................................................3BAB I PENDAHULUANI. 1. Latar Belakang..............................................................................................................4I. 2. Tujuan...........................................................................................................................5I. 3. Rumusan Makalah........................................................................................................5BAB II PEMBAHASANII. 1. Patofisiologi.................................................................................................................6II. 2. Klasifikasi....................................................................................................................7II. 3. Faktor Penyebab........................................................................................................11II. 4. Gejala dan Diagnosa.................................................................................................12II.5. Terapi..14II.6. Contoh Kasus.17BAB III PENUTUPIII. 1. Kesimpulan...............................................................................................................18III. 2. Saran.........................................................................................................................19Daftar Pustaka..........................................................................................................................20

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGOsteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang. Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang. Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel. Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua. Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis.

B. TUJUAN PENULISANTujuan dari penulisan makalah ini yaitu:1. Memahami patofisiologi dari osteoporosis.2. Mengetahui klasifikasi dari osteoporosis.3. Mengetahui dan memahami gejala dari osteoporosis.4. Dapat mengetahui terapi yang dapat digunakan untuk osteoporosis.C. RUMUSAN MASALAH1. Bagaimana patofisiologi dari osteoporosis?2. Bagaimana klasifikasi dari penyakit osteoporosis?3. Apa faktor penyebab dari penyakit osteoporosis?4. Bagaimana gejala yang ditimbulkan dan diagnosis dari osteoporosis?5. Terapi apa yang dapat digunakan untuk penderita osteoporosis? 6. Contoh kasus dari osteoporosis

BAB IIPEMBAHASANII. 1. Patofisiologi Dalam keadaan normal, tulang dalam keadaan seimbang antara proses pembentukan dan penghancuran. Fungsi penghancuran (resorpsi) yang dilaksanakan oleh osteoklas, dan fungsi pembentukan yang dijalankan oleh osteoblas senantiasa berpasangan dengan baik. Fase yang satu akan merangsang terjadinya fase yang lain. Dengan demikian tulang akan beregenerasi. Keseimbangan kalsium, antara yang masuk dan keluar, juga memiliki peranan yang penting, bahkan merupakan faktor penentu utama untuk terjadinya osteoporosis adalah kadar kalsium yang masih terdapat pada tulang. Seseorang memiliki densitas tulang yang tinggi (tulang yang padat), mungkin tidak akan sampai menderita osteoporosis. Kehilangan kalsium tidak akan mencapai tingkat dimana terjadi osteoporosis. Lebih kurang 99% dari keseluruhan kalsium tubuh berada di dalam tulang dan gigi. Apabila kadar kalsium darah turun di bawah normal, tubuh akan mengambilnya dari tulang untuk mengisinya lagi. Dengan bertambahnya usia, keseimbangan sistem mulai terganggu. Tulang kehilangan kalsium lebih cepat dibanding kemampuannya untuk mengisi kembali. Secara umum, osteoporosis terjadi saat fungsi penghancuran sel-sel tulang lebih dominan dibanding fungsi pembentukan sel-sel tulang, karena pola pembentukan dan resopsi tulang berbeda antar individu. Para ahli memperkirakan ada banyak faktor yang berperan mempengaruhi keseimbangan tersebut. Kadar hormon tiroid dan paratiroid yang berlebihan dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dalam jumlah yang lebih banyak. Obat-obat golongan steroid pun dapat mengakibatkan hilangnya kalsium dari tulang.Proses pembentukan dan penimbunan sel-sel tulang mencapai kepadatan maksimal berjalan paling efisien sampai umur mencapai 30 tahun, dengan bertambahnya usia, semakin sedikit jaringan tulang yang dibuat. Dengan usia yang lanjut, jaringan tulang yang hilang semakin banyak. Penelitian memperlihatkan bahwa setalah mencapai usia 40 tahun, akan kehilangan tulang sebesar 0,5% setiap tahunnya. Pada wanita dalam masa pascamenopause, keseimbangan kalsium menjadi negatif dengan tingkat 2 kali lipat dibanding sebelum menopause. Faktor hormonal menjadi sebab mengapa wanita dalam masa pascamenopause mempunyai resiko lebih besar untuk menderita osteoporosis. Pada masa menopause, terjadi penurunan kadar hormon estrogen. Estrogen memang merupakan salah satu faktor terpenting dalam mencegah hilangnya kalsium tulang. Selain itu, estrogen juga merangsang aktivitas osteoblas serta menghambat kerja hormon paratiroid dalam merangsang osteoklas.Stadium Osteoporosis 1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia). 3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau benturan ringan. 4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi II. 2. Klasifikasi1. Osteoporosis primer: dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Dihubungkan dengan faktorresikomeliputimerokok, aktifitas, pubertastertunda, beratbadanrendah, alkohol, raskulitputih/asia, riwayatkeluarga, posturtubuh,dan asupan kalsium yang rendah (Kaltenborn, 1992).a. Tipe I (post manopausal): Terjadi 15-20 tahun setelah menopause (53-75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang belakang tipe crush, Colles fraktur, dan berkurangnya gigi geligi (Riggs & Melton,1986). Hal ini disebabkan luasnya jaringan trabekular pada tempat tersebut. Dimana jaringan terabekular lebih responsive terhadap defisiensi estrogen (Kaltenborn, 1992).b. Tipe II (senile):Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun. Ditandai oleh fraktur panggul dan tulang belakang tipe wedge (Riggs & Melton,1986). Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut.2. Osteoporosis sekunder: dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi ekses kortikosteroid, hipertirodisme, multipelmieloma, malnutrisi, defisiensi estrogen, hiperparatiroidisme, faktorgenetik, danobat-obatan. (Kaltenborn, 1992)

Osteoporosis dibagi 2 kelompok, yaitu osteoporosis primer (involusional) dan osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya, sedangkan osteoporosis sekunder adalah osteoporosis yang diketahui penyebabnya. Pada tahun 1940-an, Albright mengemukakan pentingnya estrogen pada patogenesis osteoporosis. Kemudian pada tahun 1983, Riggs dan Melton, membagi osteoporosis primer atas osteoporosis tipe I dan tipe II. Osteoporosis tipe I disebut juga osteoporosis pasca menopause, disebabkan oleh defisiensi estrogen akibat menopause. Osteoporosis II, disebut juga osteoporosis senilis, disebabkan oleh gangguan absorpsi kalsium di usus sehingga menyebabkan hiperparatiroidisme sekunder yang mengakibatkan timbulnya osteoporosis (Sudoyo, 2007).

Patogenesis Osteoporosis Tipe ISetelah menopause, maka esorpsi tulang akan meningkat, terutama pada dekade awal setelah menopause, sehingga insiden fraktur, terutama fraktur vertebra dan radius distal meningkat. Penurunan densitas tulang terutama pada tulang trabekular, karena memiliki permukaan yang luas dan hal ini dapat dicegah dengan terapi sulih estrogen. Petanda resorpsi tulang dan formasi tulang, keduanya meningkat menunjukkan adanya peningkatanbone turnover. Estrogen juga berperan menurunkan produksi berbagai sitokin oleh bone marrow stromal cellsl dan sel-sel mononuclear, seperti IL-1, IL-6 dan TNF- yang berperan meningkatkan kerja osteoklas. Dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan kerja osteoklas. Dengan demikian penurunan kadar estrogen akibat menopause akan meningkatkan produksi berbagai sitokin tersebut sehingga aktivitas osteoklas meningkat.Selain peningkatan aktivitas osteoklas, menopause juga menurunkan absorpsi kalsium di usus dan meningkatkan ekskresi kalsium di ginjal. Selain itu, menopause juga menurunkan sintesis berbagai proein yang membawa 1,25 (OH)2D, sehingga pemberian estrogen akan meningkatkan konsentrasi 1,25 (OH)2D di dalam plasma. Tetapi pemberian estrogen transdermal tidak akan meningkatkan sintesis protein tersebut, karena estrogen transdermal tetap dapat meningkatkan absorpsi kalsium di usus secara langsung tanpa dipengaruhi vitamin D. untuk mengatasi keseimbangan negatif kalsium akibat menopause, maka kadar PTH akan meningkat pada wanita menopause, sehingga osteoporosis akan semakin berat. Pada menopause, kadangkala didapatkan peningkatan kadar kalsium serum, dan hal ini disebabkan oleh menurunnya volume plasma, meningkatnya kadar albumin dan bikarbonat, sehingga meningkatkan kadar kalsium yang terikat albumin dan juga kadar kalsium dalam bentuk garam kompleks. Peningkatan bikarbonat pada menopause terjadi akibat penurunan rangsang respirasi, sehingga terjadi relatif asidosis respiratosik. Walaupun terjadi peningkatan kadar kalsium yang terikat albumin dan kalsium dalam garam kompleks, kadar ion kalsium tetap sama dengan keadaan premenopausal. (Sudoyo, 2007)Patogenesis osteoporosis tipe IISelama hidupnya seorang wanita akan kehilangan tulang spinalnya sebesar 42% dan kehilangan tulang femurnya sebesar 58%. Pada dekade ke-8 dan ke-9 kehidupannya, terjadi ketidakseimbangan remodeling tulang, dimana resorpsi tulang meningkat, sedangkan formasi tulang tidak berubah atau menurun. Hal ini akan menyebabkan kehilangan massa tulang, perubahan mikroarsitektur tulang dan peningkatan resiko fraktur. Peningkatan resorpsi tulang merupakan resiko fraktur yang independen terhadap BMD. Peningkatan osteokalsin seringkali didapatkan pada orang tua, tetapi hal ini lebih menunjukkan peningkatanturnovertulang dan bukan peningkatan formasi tulang. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab penurunan fungsi osteoblas pada orang tua, diduga karena penurunan kadar esterogen dan IGF-1.Defisiensi kalsium dan vitamin D juga sering didapatkan pada orang tua. Hal ini disebabkan oleh asupan kalsium dan vitamin D yang kurang, anoreksia, malabsorpsi, dan paparan sinar matahari yang rendah. Akibat defisiensi kalsium, akan timbul hiperparatiroidisme sekunder yang persisten sehingga akan semakin meningkatkan resorpsi tulang dan kehilangan massa tulang, terutama pada orang-orang yang tinggal di daerah 4 musim.Aspek nutrisi yang lain adalah defisiensi protein yang akan menyebabkan penurunan sintesis IGF-1. Defisiensi vitamin K juga akan menyebabkan osteoporosis karena akan meningkatkan karboksilasi protein tulang, misalnya osteokalsin.Defisiensi esterogen, ternyata juga merupakan masalah yang penting sebagai salah satu penyebab osteoporosis pada orang tua. Demikian juga kadar testosteron pada laki-laki. Defisiensi estrogen pada laki-laki juga berperan pada kehilangan massa tulang. Penurunan kadar estradiol di bawah 40 pMol/L pada laki-laki akan menyebabkan osteoporosis. Karena laki-laki tidak pernah mengalami menopause, maka kehilangan massa tulang yang besar seperti pada wanita tidak pernah terjadi. Estrogen pada laki-laki berfungsi mengatu resorpsi tulang, sedangkan estrogen dan progesteron mengatur formasi tulang. Kehilangan massa tulang trabekula pada laki-laki berlangsung linier, sehingga terjadi penipisan trabekula, tanpa disertai putusnya trabekula seperti pada wanita. Penipisan trabekula pada laki-laki terjadi karena penurunan formasi tulang, sedangkan putusnya trabekula pada wanita disebabkan karena peningkatan resopsi yang berlebihan akibat penurunan kadar estrogen yang drastis pada waktu menopause.Dengan bertambahnya usia, kadar testosteron pada laki-laki akan menurun sedangkan kadar sexhormone binding globulin(SHBG) akan meningkat. Peninngkatan SHBG akan meningkatkan pengikatan esterogen dan testosteron membentuk kompleks yang inaktif. Laki-laki yang menderita kanker prostat dan diterapi dengan antagonis androgen atau agonis gonadotropin juga akan mengalami kehilangan massa tulang dan peningkatan resiko fraktur.Penurunan hormon pertumbuhan (GH) dan IGF-1, juga berperan terhadap peningkatan resorpsi tulang. Tetapi penurunan kadar androgen adrenal (DHEA dan DHA-S) ternyata menunjukkan hasil yang kontroversial terhadap penurunan massa tulang pada orang tua.Faktor lain yang juga ikut berperan terhadap kehilangan massa tulang pada orang tua adalah faktor genetik dan lingkungan (merokok, alkohol, obat-obatan dan imobilisasi lama). Dengan bertambahnya umur, remodeling endikortikal dan intrakortikal akan meningkat, sehingga kehilangan tulang terutama terjadi pada tulang kortikal dan meningkatkan risiko faktor tuulang kortikal, misalnya pada femur proksimal.

II. 3. Faktor Penyebab1. WanitaOsteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan pengaruh hormone estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45 tahun.2. UsiaSeiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memilki risiko 2 kali lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang trabekular karena proses penuan, penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormone paratiroid meningkat.3. Ras/SukuRas juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau keturunan asia memilki risiko terbesar. Hal ini disebabkan secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu alasanya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam dan hispanik memilki risiko yang signifikan meskipun rendah.4. Keturunan PenderitaJika ada angota keluarga yang menderita osteoporosis, maka berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti kesaman perawakan dan bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya struktur genetik tulang yang sama.5. Gaya Hidup Kurang Baik Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang pembentukan horman paratiroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah. Minuman berkafein dan beralkohol. Minuman berkafein seperti kopi dan alcohol juga dapat menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Raferty daricreighton University Osteoporosis Research Centre di Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alcohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan masa tulang (osteoblas). Malas Olah raga. Mereka yang malas bergerak atau olah raga akan terhambat proses osteoblasnya ( proses pembentukan massa tulang). Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin banyak gerak dan olah raga maka otot akan memacu tulang untuk membentuk massa. Merokok. Ternyata rokok dapat meningkat kan risiko penyakit osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis, karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat dalam menghadapi proses pelapukan. Disamping itu, rokok juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah keseluruh tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas menyebabkan osteoporosis baik secara langsung maupun tidak langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti. Kurang Kalsium. Jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormone yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang.6. Mengkonsumsi ObatObat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses osteoblas. Selain itu, obat heparin dan anti kejang juga menyebabkan penyakit osteoporosis. Konsultasikan ke dokter sebelum mengkonsumsi obat jenis ini agar dosis nya tepat dan tidak merugikan tulang.II. 4. Gejala dan DiagnosisGejalaPada tahap awal, biasanya tidak akan merasakan nyeri atau gejala lainnya. Tetapi ketika tulang telah melemah dan keropos dapat mengalami tandadan gejala. Tanda osteoporosis pada umumnya merupakan fraktur pergelangan tangan, tulang belakang atau pinggul. Fraktur umumnya terjadi ketika penyakit ini sudah dalam tahap lanjut, dimana penipisan tulang yang parah dan kerusakan sudah terjadi. Pada tahap akhir, gejala osteoporosis dapat meliputi: Sakit punggung (semakin parah jika telah terjadi patah tulang) Nyeri tulang (atau biasa orang awam kenal dengan sensasi ngilu) Fraktur Tinggi berkurang (akibat pembungkukan tulang), Postur bungkuk (kifosis) Sakit leher (semakin parah jika terjadi patah tulang belakang)Adapun Gejala Osteoporosis yang terjadi pada stadium lanjut adalah: Sakit perut Nyeri tulang Kram kaki di malam hari Patah tulang Kelelahan Kuku rapuh Tubuh memendek Sakit leher Rasa sakit secara persisten di tulang belakang atau otot punggung bawahDiagnosisUntuk mendiagnosa osteoporosis pada pasien diperlukan :1. Riwayat penyakit dan pengobatan pasien2. Identifikasi faktor risiko3. Pemeriksaan fisik lengkap4. Tes laboratorium Untuk mengidentifikasi kemungkinan osteoporosis sekunder. Parameter laboratorium yang umum digunakan adalah kadar 25 (OH) vitamin D serum, sebagai indikator status vitamin D total tubuh. Kadar 25 (OH) vitamin D serum dalam berbagai kondisi :Normal : 30 ng/mLInsufisiensi : 11 29 ng/mLDefisiensivit D :