Osteoartritis Rahmi Suci

download Osteoartritis Rahmi Suci

of 27

Transcript of Osteoartritis Rahmi Suci

Osteoarthritis Gout Rheumatoid Arthritis

Di Susun Oleh:Nama: Rahmi SuciNIM:1010096140 256

PROGRAM STUDI FARMASISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANYAYASAN HARAPAN IBUJAMBI2013

OSTEOARTRITISA. DefinisiOsteoarthritis (OA) merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa mempengaruhi terutama endi diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi.Menurut (Eka, 2007 : 16) Osteoartritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat. Terdapat 2 kelompok OA, yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebabkan faktor genetik, yaitu adanya abnormalitas kolagen. Sedangkan OA sekunder adalah OA yang berdasarkan adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan makro trauma, imobilitas yang terlalu lama dan lain-lain.Menurut (Rachmat Gunadi Wachjudi, Sumartini Dewi, Riardi Parmudyo, 2007) Osteoartritis (OA) merupakan penyakit reumatik yang paling banyak dijumpai di seluruh dunia. Hampir seluruh sendi dapat terkena, namun lebih sering mengenai sendi-sendi lutut, panggul, tulang belakang dan jari-jari tangan.B. EtiologiPenyakit ini dipengaruhi berbagai faktor antara lain : faktor genetik, metabolik dan traumatik. menurut (A Mahajan, S Verma, dan V Tandon, 2007), belum diketahui penyebab utama penyakit ini, tapi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:Umur: walaupun penyakit osteoarthritis ini juga bisa ditemukan pada usia 20 tahun, namun kebanyakan terjadi pada lanjut usia. Selain itu, pada usia lanjut resiko terjadinya osteoarthritis lebih besar.The Framingham Knee Osteoarthritis study menjelaskan bahwa setiap tahunnya resiko terjadinya osteoartritis pada lutut semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia, kejadian ini lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria. Oleh karena nya, wanita lebih beresiko dari pada pria. Gejala OA yaitu pada tangan dan lutut. Hasil penelitian menjelaskan bahwa rasa nyeri ditangan orang yang terkena osteoartritis yang terjadi setelah menopause disebabkan karena kekurangan esterogen sehingga meningkatkan resiko terkena OA.Obesitas: Berat badan yang berlebih dapat menyebabkan OA pada lutut, pengurangan berat badan dapat membantu mengurangi penyakit ini.Genetik: OA merupakan penyakit genetik. Adanya benjolan menandakan gejala penyakit ini yang terjadi pada wanita pramenopause.Kepadatan tulang: Negative association melaporkan bahwa osteoartritis dan osteoporosis terjadi pada tempat-tempat tertentu terutama tulang pinggul.C. Faktor ResikoFaktor risiko OA dibedakan dalam faktor risiko kejadian (incident) dan faktor risiko progresivitas dan berat OA. Kejadian dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan latar belakang genetik yang banyak bervariasi dan membuat OA lebih kompleks. Ada perbedaan faktor risiko untuk lokasi sendi, dimana faktor risiko OA lutut berbeda dengan faktor risiko OA panggul, tangan dan tulang belakang. (Rachmat Gunadi Wachjudi, Sumartini Dewi, Riardi Parmudyo, 2007)D. Gejala KlinisKeluhan utama penderita OA kepada dokter ialah nyeri dan gangguan fungsi sendi. Akan tetapi tak selalu ada hubungan yang erat antara beratnya nyeri, gangguan fungsi dan beratnya kerusakan struktural OA seperti yang terlihat pada radiografi. Beratnya rasa nyeri dan gangguan fungsi yang saling berkaitan sangat bervariasi dari satu penderita ke penderita lain. Tergantung pada banyak faktor seperti kepribadian, suasana batin, pekerjaan, pendidikan, kegiatan rekreasi, adanya keluhan dan gangguan fungsi karena penyakit lain. Osteoartritis merupakan proses yang kompleks dan heterogen yang dapat dicetus oleh perubahan konstitusional dan lingkungan. Hal ini yang menyebabkan manifestan klinik OA sangat bervariasi dalam hal: onset, pola sendi yang terkena dan beratnya penyakit.

Berdasarkan masalah yang ditimbulkannya: 1. Tidak mengganggu mobilitas 2. Hanya satu atau beberapa sendi yang bermasalah 3. kelainan dan fungsi sendi semakin buruk 4. ada kaitan dengan usia 5. tidak selalu ada kaitan antara perubahan struktur dan gangguan fungsi 6. gejala yang timbul tidak berkaitan dengan peradangan.

Walaupun beberapa sendi terkena (poli artikuler), biasanya hanya satu sendi menimbulkan masalah. Keluhan-keluhan dan kelaian yang mungkin didapatkan adalah sebagai berikut :

a) Nyeri SendiKeluhan nyeri merupakan keluhan utama yang seringkai membawa penderita ke dokter, walaupun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah oleh gerakan dan sedikit berkurang bila istirahat. Pada gerakan tertentu (misal lutut digerakan ke tengah) menimbulkan rasa.Nyeri pada OA dapat menjalar kebagian lain, misal OA pinggang menimbulkan nyeri betis yang disebut sebagai claudicatio intermitten. Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan struktur padaOA sering ditemukan pada panggul, lutut dan jelek pada tangan dan sendi apofise spinalis.

b) KekakuanPada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah duduk lama dikursi, dimobil, bahkan setelah bangun tidur. Kebanyakan penderita mengeluh kaku setelah berdiam pada posisi tertentu. Kaku biasanya kurang dari 30 menit.

c) Hambatan Gerakan SendiKelainai ini biasanya ditemukan pada OA sedang sampai berat. Hambatan gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi membengkok, perubahan bentuk. Hambatan gerak sendi biasanya dirasakan pada saat berdiri dari kursi, bangun darir tempat berbaring, menulis atau berjalan. Semua gangguan aktivitas tergantung pada lokasi dan beratnya kelainan sendi yang terkena.

d) Bungi GemeretakSendinya terdengr bunyi saat bergerak. Suaranya lebih kasar dibandingkan dengan pada artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih halus. Gemeretak yang jelas terdengar dan kasar merupakan tanda yang signifikan.

e) Pembengkakan SendiSendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh radang sendi dan bertggambahnya cairan sendi aatu keduanya jarang disertai panas dan kemerahan.

f) Perubahan Cara BerjalanKelainai cara berjalan terutama dijumpai pada OA sendi lutut, paha dan tulang belakang.

Gejala Osteoartritis yang Berat1. Nyeri yang menetap pad sendi yang terkena2. Kekakuan pada sendi setelah bangun tidur atau setelah duduk beberapa lama3. Bengak atau nyeri pada perabaan pada satu atau lebih sendi yang terkena4. Krepitus atau suara yang berderak yang terjadi bila sendi digerakkan.

E. Penatalaksanaan

Terapi Non Farmakologi Langkah pertama yang perlu dilakukan dalah memberikan edukasi pada pasien tentang penyakit, prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu, diperlukan konseling diet untuk pasien OA yang kelebihan berat badan. Terapi fisik dengan pengobatan panas atau dingin dan program olahraga membantu menjaga dan mengembalikan rentang pergerakan sendi dan menguranig rasa sakit dan spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan tekhnik isometrik didiesain untuk menguatkan otot, memperbaiki fungsi sendi dan pregerakan, dan menururnkan ketidakmampuan, rasa sakit, dan kebutuhan akan penggunaan analgesik.Latihan atau olahraga ringan dapat membantu OA lutut.Penguatan otot-otot

1. Duduk dengan posisi kedua tungkai lurus pada lantai, tempat tidur atau tempat duduk yang panjang. Gerakkan telapak kaki mendekat ke arah tubuh dan tekan lutut hingga mengenai lantai, untuk menguatkan otot-otot di sekitar lutut. Tahan dalam lima hitungan, lalu istirahatkan.

2. Seperti posisi diatas, lalu angkat tungkai hingga membentuk sudut 30 derajat dengan lantai, usahakan lutut tetap lurus dan angkat 2 sampai 3 inci. Tahan dalam 5 hitungan.

3. Seperti posisi di atas, letakkan gulungan kain/selimut/bola tenis. Tekan lutut keatas benda tersebut, tahan dalam 5 hitungan. Latihan ini sebaiknya dilakukan 20 kali untuk masing-masing lutut, 2-5 kali sehari. Sewaktu tidur tidak diperkenankan menggunakan bantalan untuk mengganjal bagian bawah sendi lutut, karena akan menyebabkan lutut bengkok menetap dan cacat.

4. Duduk dengan posisi kedua lutut tepat pada tepi kursi. Lalu angkat salah satu kaki dengan kekuatan penuh sampai posisi kaki lurus, tahan dalam 5 hitungan. Lakukan bergantian. Bila memungkinkan, tambahkan beban pada kaki. Dapat dilakukan dengan mengikatkan kaus kaki dengan benda kecil pada kedua pergelangan kaki. Penambahan beban harus dilakukan secara bertahap. Tidak banyak pengaruh diet pada terjadinya OA. Penderita OA disarankan untuk mengurangi berat badan agar mengurangi beban pada sendi, terutama sendi lutut. Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan, alat banntu gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama olahraga atau aktivitas harian. Prosedur operasi (mis. Osteotomi, pengangkatan sendi, penghilangan osteofit, artoplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan untuk pasien dengan rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya hidup.Terapi Farmakologi Terapi obat pada OA ditargetkan pada penghilangan rasa sakit. Karena oA sering tejadi pada individu yang lebih tua yang memiliki kondisis medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap pengobatan obat. Untuk sakit yang ringan atau sedang, analgesik topikal atau asetaminofen dapat digunakan. Jika hal ini gagal atau terjadi inflamasi, obat AINS dapat berguna. Ketika terapi obat dimulai, terapi non-obat yang cocok harus diteruskan.

a) Golongan AINS

Mekanisme Kerja ObatDalam dosis tunggal anti inflamasi nonsteroid (AINS) mempunyai aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih disukai terutama untuk pasien lanjut. Kombinasi opioid (kodein) dan parasetamol akan memberikan efek analgesik yang lebih baik dibandingkan pemberian parasetamol saja.Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulaang akibat radang. Oleh karena itu, walau parasetamol sering mengatasi nyeri dengan baik pada osteoartritis, AINS lebih tepat daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang (yaitu artritis reumatoid) dan pada beberapa kasus osteoartritis lanjut.Hanya sedikit perbedaan dalam aktivitas inflamasi antara berbagai AINS, namun ada variasi yang cukup besardalam respon pasien secara individual. Sekitar 60% pasien akan bereaksi terhadap semua AINS. Sementara yang lainnya ada yang tidak bereaksi terhadap salah satunya, dan bereaksi baik terhadap yang lain. Efek analgesik normalnya harus diperoleh dalam selang seminggu, sementara efek antiinflamasi mungkin belum tercapai. Jika respon memadai belum diperoleh dalam selang waktu itu, harus dicoba AINS lain.

Indikasi Rematoid artritis (RA) (kecuali ketoroolak, asam mefenamat dan meloksikan) dan osteoartritis (OA) (kecuali ketorolak dan asam mefenamat): meredakan tanda-tanda dan gejala Nyeri ringan dan sedang Dismenorea primer.

KontraindikasiAINS dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitsnya yang dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif. Pasien yang sebelumnya, atau sedang, mengidap tukak atau pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindarinya dan menghentikannya jika muncul lesi saluran cerna.

PeringatanAINS harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, pada gangguan alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan pada gangguan koagulasi.Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati, dibutuhkan kehati-hatian, sebab penggunaan AINS bisa menyebabkan membururknya fungsi ginjal, dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus dipantau. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif.

b) Kortikosteroid

Mekanisme KerjaKortikosteroid memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang sangat beragam yang meliputi efek terhadap meetabolisme karbohidrat, protein, dan lipid. Efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan efek terhadap pemelihaaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun, feknya dibedakan efek retensi Na, efek terhadap metabolisme KH (glukoneogenesis), dan efek antiinflamasi.Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Protein yang terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh, misalnya, efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, meningkatnya reabsorpsi Na, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi.

IndikasiSebagai antiinflamasi. Kortikosteroid digunakan dalam dosis yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam untuk individu yang berbeda, agar dapat dijamin rasio manfaat dan resiko yang setinggi-tingginya. Sebagai penyelamat jiwa atau memperpanjang hidup, misalnya pada leukimia akut, pemfigus, dermatitis eksfoliatif, reaksi penolakan akut terhadap cangkokan, maka kortikosteroid digunakan dalam dosis besar dalam jangka lama. Tetapi untuk penyakit yang relatif ringan, misalnya artritis rematoid, penggunaan jangka lama manfaaatnya tidak lebih besar daripada resikonya. Colitis ulserativ memerlukan kortikosteroid sistemik dan topikal. Hiperplasia adrenal kongenital memerlukan glukokortikoid untuk menekan sekresi kortikotropin yang dosisnya disesuaikan dengan kadar androgen dan 17--hidroksi progesteron. Efek penekanan poros hipotalamus hipofisis adrenal lebih kuat dan lama bila bila obat diberikan malam hari sehingga betametason dan deksametason 1 mg cukup untuk supresi 24 jam. Udem otak juga diobati dengan betametason da ndeksametason yang tidak menambah resiko retensi cairan. Reaksi hipersensitif akut seperti angioudem dan syok anafilaksis memerlukan adrenalin sebagai antagonis faalan. Kortikosteroid merupakan obat tambahan, dalam hal ini digunakan 100-300 mg hidrokortison iv. Kortikosteroid efektif menekan radang pada demam rematik, hepatits aktif kronik, dan sarkoidisis, juga menyebabkan remisis pada anemia hemolitik, sebagian kasus sindrom nefrotik (khususnya pada anak), dan purpura trombositopenis.

KontraindikasiInfeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotik sistemik; hindari vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima imunosupresif.

PeringaatanSupresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan bertahan beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Pengurangan dosis yang tiba-tiba setelah penggunaan lama (lebih dari 7 hari) dapat menyebabkan insufisiensi adrenal akut, hipotensi, dan kematian. Oleh karena itu penghentian harus bertahap.

Efek SampingPenggunaan kortikosteroid jangka lam akan akan menimbulkan efek samping akibat khasiat glukokortikoid maupun khasiat mineralokortikoid. Efek samping glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.Efek samping mineralokortikoid adalah hipertensi, retensi Na dan cairan, dan hipokalemia.

Sediaan Beredar DeksametasonDexamethason, camideson. HidrokortisonSilecort, solu-cortef. KortisonCortison asetat TriamnisolonKenacort-A

c) Golongan Analgesik

A. Golongan Analgesik Non Narkotik

1. Asetaminofen (analgesik oral)

Mekanisme KerjaBelum jelas,asetaminofen menghambat sistesis prostaglandin pada ssp.

IndikasiNyeri ringan sampai sedang; demam.

KontraindikasiPasien dengan fenilketonuria (kekurangan homozigot fenilalanin hidroksilase) dan pasien yang harus membatasi masukan fenilalanin.

PeringatanBerkurangnya fungsi hati dan ginjal; ketergantungan pada alkohol.

Efek sampingJarang, kecuali ruam kulit, kelainan darah,setelah penggunaan jangka panjang; penting pada kerusakan hati setelah overdosis.

2. Kapsaisin (analgesik topikal)

Mekanisme KerjaSuatu ekstrak dari lada merah yang menyebabkan pelepasan dan pengososngan substansi P dari serabut saraf.

IndikasiBermanfaaat dala menghilangkan ras sakit pada OA jika digunakan secar topikal pada sendi yang dipengaruhi. Kapsaisin dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan analgesik oral atau AINS.

PeringatanPasien harus diperingatkan untuk tidak mengoleskan krim ini pada mata atau mulut dan untuk mencuci tangan setelah penggunaan.

Efek SampingDitoleransi dengan baik, tetapi pada bebeapa pasien mengalami rasa terbakar untuk sementara pada area yang dioleskan.

3. Glukosamin dan Kondroitin (Analgesik Topikal)

Mekanisme kerjaMengurangi penyempitan ruang sendi.

IndikasiSebagai suplemen makanan yang telah menunjukkan hasil yang superior terhadap plasebo dalam meredakan rasa sakit pada OA lutut atau pinggul.

B. Analgesik Narkotika

IndikasiNyeri sedang sampai berat, terutama yang berasal dari viseral.

KontraindikasiHindari pada depresi napas akut. Tidak dianjurkan pada akut abdomen, juga hindari pada tekanan intrakranial yang tinggi.

PeringatanHipotensi, hipotiroidisme, asma, wanita hamil dan menyusui, dapat memicu koma pada kerusakan hati. Tidak dianjurkan pada anak-anak dan harus dihindari pada mereka dibawah satu tahun.

Sediaan BeredarMorphin HCl, kodein fosfat, fentanil, tramadol, petidin.

4. Obat OA lainnya

Injeksi hialuronat.

Mekanisme kerjaMeningkatkan viskositas cairan sinovial.

IndikasiMenurunkan rasa sakit.

Sediaan BeredarAsam hyaluronat, hylan G-F 20.

GOUT1. Definisi

Artritis gout adalah suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak dan berulang, dikarenakan adanya endapan kristal monosodium urat di dalam sendi.Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama, gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi. Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia).

2. Etiologi

Dari hasil kepustakaan menyatakan bahwa penyebab terjadinya serangan gout disebabkan oleh beberapa faktor risiko seperti diet, gaya hidup, konsumsi obat, umur dan jenis kelamin. Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya artritis gout dibagi menjadi dua yaitu faktor risiko modifiable (dapat dimodifikasi) dan faktor risiko nonmodiefiable (tidak dapat dimodifikasi). Contoh faktor risiko nonmodiefiable antara lain umur dan jenis kelamin, yang mana dikatakan bahwa terjadinya penyakit artritis gout meningkat seiring umur atau bisa dikatakan penyakit artritis gout adalah age - related - disease, seperti sindroma metabolik dan hipertensi. Walaupun gout diketahui sebagai penyakit yang banyak pada laki-laki, tetapi ada persamaan distribusi jenis kelamin pada pasien-pasien tua. Sedangkan faktor risiko Modifiable antara lain obesitas, penggunaan obat, pengkonsumsian tinggi purin dan pengkonsumsian alkohol tinggi purin. Kenaikan prevalensi gout yang meluas dikarenakan tingginya urea dalam darah atau hiperurisemia, oleh sebab itu penting untuk mengidentifikasi hiperurisemia pasien pada awal proses penyakit, supaya menghindari serangan gout selanjutnya. faktor risiko paling sering yang dapat menyebabkan hiperurisemia dan artritis gout adalah konsumsi makanan tinggi purin seperti daging merah dan alkohol.

3. Faktor Resiko

Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout adalah:

a. Suku bangsa /ras Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di Australia. Prevalensi suku Maori terserang penyakit asam urat tinggi sekali sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alkohol.

b. Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum.

c. Konsumsi ikan laut Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat.

d. Obat-obatan Beberapa obat-obat yang turut mempengaruhi terjadinya hiperurisemia. Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout. Gout yang disebabkan oleh pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Serangan Gout juga bisa dipicu oleh kondisi seperti cedera dan infeksi.hal tersebut dapat menjadi potensi memicu asam urat. Hipertensi dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting independen untuk gout.Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis rendah menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat, sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.e. Jenis Kelamin Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. Laki-laki dengan perempuan secara keseluruhan berkisar antara 7:1 dan 9:1. Dalam populasi managed care di Amerika Serikat, rasio jenis kelamin pasien laki-laki dan perempuan dengan gout adalah 4:1 pada mereka yang lebih muda dari 65 tahun, dan 3:1 pada mereka lima puluh persen lebih dari 65 tahun. Pada pasien perempuan yang lebih tua dari 60 tahun dengan keluhan sendi datang ke dokter didiagnosa sebagai gout, dan proporsi dapat melebihi 50% pada mereka yang lebih tua dari 80 tahun.

f. Konsumsi Makanan Tinggi PurinPasien dengan gout disarankan untuk menghindari kebiasaan konsumsi makanan tinggi purin seperti daging merah, makanan laut, sayuran kaya purin dan protein hewani.g. PenyakitPenyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Seperti obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat terutama pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah pelindung.

4. Gejala Klinis

Manifestasi klinis yang ditimbulkan pada penyakit asam urat antara lain adalah sebagai berikut:

a. Nyeri hebat pada malam hari, sehingga penderita sering terbangun saat tidur.b. Saat dalam kondisi akut, sendi tampak terlihat bengkak, merah dan terasa panas. Keadaan akut biasanya berlangsung 3 hingga 10 hari, dilanjutkan dengan periode tenang. Keadaan akut dan masa tenang dapat terjadi berulang kali dan makin lama makin berat. Dan bila berlanjut akan mengenai beberapa sendi dan jaringan bukan sendi.c. Disertai pembentukan kristal natrium urat yang dinamaka thopi.d. Terjadi deformitas (kerusakan) sendi secara kronis.e. Berdasarkan diagnosis dari american Rheumatism Association (ARA), seseorang dikatakan menderita asam urat jika memenuhi beberapa kriteria berikut:1. Terdapat kristal MSO (Monosodiun Urat) di dalam cairan sendi.2. Terdapat kristal MSO (Monosodiun Urat) di dalam thopi, ditentukan berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.3. Didapatkan 6 dari 12 kriteria di bawah ini:a) Terjadi serangan artritis akut lebih dari satu kali.b) Terjadi peradangan maksimal pada hari pertama gejala atau serangan datang.c) Merupakan artritis monartikuler (hanya terjadi di satu sisi persendian).d) Sendi yang terserang berwarrna kemerahan.e) Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) erasa sakit atau membengkak.f) Serangan nyeri unilateral (di salah satu sisi) pada sendi metatarsophalangeal.g) Serangan nyeri unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).h) Adanya thopi (deposit besar dan tidak teratur yagn berasal dari natrium urat) di kartilago artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.i) Terjadinya peningkatan kadar asam urat dalam darah (lebih dari 7,5 mg/dL)j) Pada gambaran radiologis tamapak pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).k) Pada gambaran radiologis tampak kista subkortikal tanpa erosi.l) Hasil kultur cairan sendi menunjukkan nilai negatif.

5. Penatalaksanaan

Non farmakologis

Secara umum, penanganan gout arthritis adalah memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahat sendi dan pengobatan. Terapi nonobat merupakan strategi esensial dalam penanganan gout. Gout adalah gangguan metabolik, yang dipengaruhi oleh diet, asupan alkohol, hiperlipidemia dan berat badan. Intervensi seperti istirahat yang cukup, penggunaan kompres dingin, modifikasi diet, mengurangi asupan alkohol dan menurunkan berat badan pada pasien yang kelebihan berat badan terbukti efektif.Olahraga secara teratur dapat menmbulkan aliran sirkulasi darah pada sendi menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Pelepasan endorfin alami dapat menigkat dengan olahraga teratur yang akan menekan pelepasan prstaglandin, selain itu mampu menguatkan kadar beta endorfin yaitu suatu zat kimia otak yang berfungsi meredakan rasa sakit.

Farmakologis

a) Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)

Contoh: diklofenak, indometasin, sulindak, tolmetin, celecoxib, veldecoxib,meklofenamant, asam mefenamat, nambumeton, piroksikam, meloksikam, fenoprofen, flubirofen, ibu profen, ketoprofen, naproksen, oksaprozin,etodolak, ketorolak.

Mekanisme kerja obatDalam dosis tunggal AINS mempunyai aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih disukai terutama untuk pasien lanjut.Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. Oleh karena itu, walau parasetamol sering mengatasi nyeri dengan pada osteoartritis, AINS lebih tepat daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang dan pada beberapa kasus osteoartritis lanjut.

Indikasi Rematoid artritis (RA) (kecuali ketoroolak, asam mefenamat dan meloksikan) dan osteoartritis (OA) (kecuali ketorolak dan asam mefenamat): meredakan tanda-tanda dan gejala Nyeri ringan dan sedang Dismenorea primer.

KontraindikasiAINS dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitsnya yang dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif. Pasien yang sebelumnya, atau sedang, mengidap tukak atau pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindarinya dan menghentikannya jika muncul lesi saluran cerna.

PeringatanAINS harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, pada gangguan alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan pada gangguan koagulasi.Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati, dibutuhkan kehati-hatian, sebab penggunaan AINS bisa menyebabkan membururknya fungsi ginjal, dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus dipantau. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif.

b) Kortikosteroid

Mekanisme KerjaKortikosteroid memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang sangat beragam yang meliputi efek terhadap meetabolisme karbohidrat, protein, dan lipid. Efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan efek terhadap pemelihaaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun, feknya dibedakan efek retensi Na, efek terhadap metabolisme KH (glukoneogenesis), dan efek antiinflamasi.Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Protein yang terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh, misalnya, efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, meningkatnya reabsorpsi Na, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi.

IndikasiSebagai antiinflamasi. Kortikosteroid digunakan dalam dosis yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam untuk individu yang berbeda, agar dapat dijamin rasio manfaat dan resiko yang setinggi-tingginya. Sebagai penyelamat jiwa atau memperpanjang hidup, misalnya pada leukimia akut, pemfigus, dermatitis eksfoliatif, reaksi penolakan akut terhadap cangkokan, maka kortikosteroid digunakan dalam dosis besar dalam jangka lama. Tetapi untuk penyakit yang relatif ringan, misalnya artritis rematoid, penggunaan jangka lama manfaaatnya tidak lebih besar daripada resikonya. Colitis ulserativ memerlukan kortikosteroid sistemik dan topikal. Hiperplasia adrenal kongenital memerlukan glukokortikoid untuk menekan sekresi kortikotropin yang dosisnya disesuaikan dengan kadar androgen dan 17--hidroksi progesteron. Efek penekanan poros hipotalamus hipofisis adrenal lebih kuat dan lama bila bila obat diberikan malam hari sehingga betametason dan deksametason 1 mg cukup untuk supresi 24 jam. Udem otak juga diobati dengan betametason da ndeksametason yang tidak menambah resiko retensi cairan. Reaksi hipersensitif akut seperti angioudem dan syok anafilaksis memerlukan adrenalin sebagai antagonis faalan. Kortikosteroid merupakan obat tambahan, dalam hal ini digunakan 100-300 mg hidrokortison iv. Kortikosteroid efektif menekan radang pada demam rematik, hepatits aktif kronik, dan sarkoidisis, juga menyebabkan remisis pada anemia hemolitik, sebagian kasus sindrom nefrotik (khususnya pada anak), dan purpura trombositopenis.

KontraindikasiInfeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotik sistemik; hindari vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima imunosupresif.

PeringaatanSupresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan bertahan beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Pengurangan dosis yang tiba-tiba setelah penggunaan lama (lebih dari 7 hari) dapat menyebabkan insufisiensi adrenal akut, hipotensi, dan kematian. Oleh karena itu penghentian harus bertahap.

Efek SampingPenggunaan kortikosteroid jangka lam akan akan menimbulkan efek samping akibat khasiat glukokortikoid maupun khasiat mineralokortikoid. Efek samping glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.Efek samping mineralokortikoid adalah hipertensi, retensi Na dan cairan, dan hipokalemia.

Sediaan Beredar DeksametasonDexamethason, camideson. HidrokortisonSilecort, solu-cortef. KortisonCortison asetat TriamnisolonKenacort-A

c) Obat-obat Untuk Mengatasi Gout

Obat-obat yang digunakan untuk mengatsi gout dibedakan menjadi obat untuk penanganan serrangan akut dan obat yang digunakan untuk penanganan jangka panjang penyakit ini. Obat jangka panjang akan menimbulkan kame buhan dan memperpanjang manifestaasi akut bila dimulai saat serangan.Serangan gout biasanya diobati dngan AINS dosis tinggi. Kolkisin bisa dijadikan alternatif. Kolkisin mungkin sama efektifnya dengan AINS. Untuk pengendalian gout dalam jangka panjang (interval), pembentukan asam urat dan purin bisa dikurangi dengan penghambat xantin okisdase alopurinol, atau urikosurik seperti probenesid atau sulfinprazon bisa digunakan untuk meningkatkan eksresi asam urat dalam urin.

Kolkisin

Mekanisme kerjaMekanisme pasti kerja kolkisin belum diketahui. Kolkisin menunjukkan efeknya dengan mengurangi respon inflamasi terhadap kristal yang terdeposit dan juga dengan mengurangi fagositosis. Kolkisin mengurangi produksi asam laktat oklah leukosit secara langsung dan dengan mengurangi fagositosis sehingga mengganggu siklus deposisi kristal urat dan respon inflamasi.

IndikasiGout akut, profilaksis jangka pendek, selama terapi awal dengan alopurinol dan urikosurik.

KontraindikasiWanita hamil dan menyusui.

Efek SampingMual, muntah, dan nyeri pada perut. Dosis yang berlebihan juga dapat menyebabkan diare, pendarahan saluran cerna, ruam, kerusakan pada ginjal dan hati.

Sediaan BeredarRecolfar.

Alopurinol

Mekanisme KerjaAlopurinol dan metabolit utamanya oksipurinol, merupakan inhibitor xantin oksidase dan mempengaruhi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. Alopurinol juga menrunkan konsentrasi intraselular PRPP. Oleh karena waktu paruh metabolitnya yan panjang, alopurinol dapat diberikan sehari sekali. Dosis oral harian sebesar 300 mg biasanya mencukupi. Adakalanya diperlukan dosis sebesar 600-800 mg/hari.

IndikasiProfilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal.

KontraindikasiBukan pengobatan untuk gout akut tetapi teruskan jika terjadi serangan ketika sudah memakai alopurinol, dan atasi serangan secara khusus.

PeringatanBerikan kolkisisn profilaktik atau AINS (bukan asetosal atau salisilat) hingga setidaknya satu bulan setelah hiperurisemia dikoreksi; pastikan asupan cairan yang memadai (2 liter sehari); gagal hati dan gagal ginjal. Dalam kondisi neoplastik, pengobatan dengan alopurinol (bila perlu) harus dimulai sebelum pemberian obat sitotoksik.

Efek SampingRuam (hentikan terapi, jika terjadi ruam ringan gunakan kembali dengan hati-hati namun hentikan segera apabila muncul kembali reaksi kulit dikaitkan dengan pengelupasan kulit, demam, limfadenopati, artralgia, dan eosinofilia. Sakit kepala, vertigo, mengantuk, gangguan pengecapan, hipertensi,hepatotoksik,dan neuropati.

Probenesid

Mekanisme KerjaProbenesid merupakan agen pemblok tubulus ginjal. Obat ini secara kompetitif menghambat reabsorpsi asam urat pada tubulus proksimal sehingga meningkatkan eksresi asam urat dan mengurangi konsentrasi urat serum.

IndikasiProfilaksis gout (untuk mengoreksi hiperurisemia); pengurangan eksresi tubular penisilin dan sefalosporin tertentu.

KontrindikasiRiwayat gangguan darah, nefrilitiasis, porfiria, serangan gout akut, hindari saetosal dan salisilat.

PeeringatanSelama awal terapi gout berikan kolkisisn profilaktik atau AINS (jangan asetosal atau salisilat), pastikan asupan cairan asupan yang memadai (kira-kira 2,5 liter sehari), usahakan agar urin bersifat basa jika asam urat sangat tinggi; tukak lambung, gagal ginjal.

Sulfinprazon

IndikasiProfilaksis gout, hiperurisemia.

Peringatan dan KontraindikasiSelama awal terapi gout berikan kolkisisn profilaktik atau AINS (jangan asetosal atau salisilat), pastikan asupan cairan asupan yang memadai (kira-kira 2,5 liter sehari), usahakan agar urin bersifat basa jika asam urat sangat tinggi; tukak lambung, gagal ginjal.Dianjurkan secara rutin cek darah, hindari pada sensitifitas terhadap AINS dan penyakit jantung.

Efek SampingGangguan saluran cerna, kadang timbul reaksi alergi kulit, retensi garam dan air, tukak dan pendarahan di saluran cerna, gagal ginjal akut, iktrus dan hepatitis.

RHEUMATOID ARTHRITIS1. DefinisiKata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.Arthritis rheumatoid adalah tipe arthritis yang paling parah dan dapat menyebabkan cacat, kebanyakan menyerang perempuan hingga tiga sampai empat kali daripada laki-laki (Bakti Husada, 2006).

2. Etiologi

Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai belahan dunia, namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering dicurigai sebagai pencetusnya. Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa beberapa faktor resiko seperti faktor genetik dan kondisi lingkungan pun ikut berperan dalam timbulnya RA, seperti:

a. GenetikTerdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.

b. Hormon SexFaktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.

c. InfeksiDengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh bakteri, mikroplasma atau virus.

d. Heart Shock Protein (HSP)HSP merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh sebagai respon terhadap stres.

e. Radikal BebasRadikal superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya prostaglandin dan pembengkakan.

3. Faktor Resiko

Rheumatoid arthritis secara global menyerang semua etnis dan usia, dengan angka kejadian yang berbeda-beda sebesar 0,3-5 persen. Tapi gangguan itu cenderung meningkat pada usia dewasa muda atau usia pertengahan dan usia produktif. Wanita 3-4 kali lebih berisiko terkena, serta lebih banyak terjadi di negara berkembang. Prevalensi penyakit RA di Indonesia saat ini belum diketahui secara pasti.Di Indonesia, diperkirakan, pada kelompok dewasa di atas 18 tahun ada 0,1-0,3 persen penderita. Sedangkan pada anak-anak dan remaja yang kurang dari 18 tahun ada 1 dari 100 ribu penduduk. Kini diperkirakan ada sekitar 360 ribu pasien rheumatoid arthritis dewasa di Indonesia. Kendati prevalensinya rendah, penyakit ini sangat progresif dan paling sering menyebabkan kecacatan. Kerusakan sendi sudah mulai terjadi pada enam bulan pertama setelah terserang penyakit ini, sedangkan kecacatan terjadi 2-3 tahun kemudian bila tidak diobati

4. Gejala Klinis

Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita reumatoid artritis. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam dapat bersifat generalisasi terutama menyerang sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.e. Deformitas. kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis rheumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak. Kelainan yang terjadi pada daerah artikule dibagi menjadi dalam 3 stadium, yaitu :a. Stadium SinovitisPada stadium ini terjadi perubahan diri pada jaringan sinovium (jaringan sendi tipis yang berada di sendi). Sinovitis aktif mempunyai tanda-tanda hangat, pembengkakan di sekitar sendi yang radang, nyeri saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan. Sendi-sendi yang terkena biasanya sendi-sendi superficial dimana kapsul sendi mudah dilihat seperti, lutut, pergelangan tangan dan jari-jari.b. Stadium DestruksiPada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitar, ditandai adanya kontraksi tendon. Destruksi sendi yang progresif atau sub luksasio (dislokasi parsial) terjadi ketika satu tulang bergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi. Selain tanda dan gejala tesebut terjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari Swan-Neck.c. Stadium DeformitasPada stadium ini, terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali sinovitis berlanjut pada pembentukan pannus, ankilisis fibrosa dan terakhir ankilosis tilang. Deformitas disebabkan oleh ketidaksejajaran sendi (misalignment) yang terjadi akibat pembengkakan.

Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia, yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang.

5. Penatalaksanaan

Rheumatoid Arhtritis (RA) saat ini belum ada obatnya, kecuali dibebabkan oleh infeksi. Obat yang tersedia hanya mengatasi gejala penyakitnya. Tujuan pengobatan yang dilakukan adalah untuk mengurangi nyeri, mengurangi terjadinya proses inflamasi pada sendi, memelihara, dan memperbaiki fungsi sendi dan mencegah kerusakan tulang.Mengingat keluhan utama penderita Rheumatoid Arhtritis adalah timbulnya rasa nyeri, inflamasi, kekakuan, maka strategi penetalaksanaanya nyeri mencangkup pendekatan farmakologi dan non farmakologi.

Non FarmakologiTerapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.Tindakan non farmakologi mencangkup intervensi perilaku-kognitif danpenggunaan agen-agen fisik. Tujuannya adalah mengubah persepsi penderita tentangpenyakit, mengubah perilaku, dan memberikan rasa pengendalian yang lebih besar. Menggunakan terapi modalitas maupun terapi komplementer yang digunakan pada kasus dengan Rheumatoid Arhtritis pada lansia mencangkup :

Terapi Modalitas

a) Diet makanan merupakan alternatif pengobatan non farmakologi untuk penderita Rheumatoid Arhtritis. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang bagi pederita dengan Rheumatoid Arhtritis adalah penting di mana pengaturan diet seimbang pada penderita akan menurunkan kadar asam urat dalam darah. Umumya penderita akan mudah menjadi terlalu gemuk disebabkan oleh aktivitas penderita rendah. Bertambahnya berat badan dapat menambah tekanan pada sendi panggul, lutut, dan sendi-sendi pada kaki. Diet dan terapi yang berfungsi sebagai pengobatan bagi penderita Rheumatoid Arhtritis seperti mengkonsumsi jus seledri dan daun salada, kubis, bawang putih, bawang merah, dan wortel.Penderita dapat juga mengkonsumsi buah musiman yaitu anggur, ceryy, sirsak, aprikort, dan buah tin serta sebaiknya hindari makanan seperti lobak, buncis, kacang tanah, adas, dan tomat. Mengkonsumsi minyak ikan yang mengandung Omega 3 seperti ikan salmon, tuna, sarden, dan makarel akan mengurangi dan menghilangkan kekakuan pada sendi di pagi hari dan pembengkakan. 1 gram minyak ikan yang dikonsumsi dapat menurunkan pembengkakan dan nyeri pada sendi. Begitu pula dengan mengkonsumsi multivitamin setiap hari yang mempunyai sifat anti inflamasi dan anti oksidan sangat bermanfaat bagi penderita Rheumatoid Arhtritis.Adapun makanan yang sebaiknya dihindari oleh penderita Rheumatoid Arhtritis seperti minuman alkohol, bersoda dan kafein, tinggi protein, jeroan (hati,ginjal), makanan laut, seafood, gorengan, emping, dan kuah daging atau daging merah serta merokok. Akan tetapi makanan yang bersumber dari hewani seperti, ikan tawar sangat penting dalam mencegah dan mengobati Rheumatoid Arhtritis. Dalam mengkonsumsi makanan pada lansia dengan Rheumatoid Arhtritis, jumlah proteinnya harus dibatasi sebesar 20-40 gram/hari.b) Kompres panas dan dingin serta massase. Penelitian membuktikan bahwakompres panas sama efektifnya dalam mengurangi nyeri. Pilihan terapi panas dan dingin bervariasi menurut kondisi penderita, misalnya panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi yang mengalami peradangan. Namun pada sebagian penderita, kompres hangat dapat meningkatkan rasa nyeri, spasme otot, dan volume cairan sinovial. Jika proses inflamsi bersifat akut, kompres dingin dapat di coba dalam bentuk kantung air dingin atau kantung es. Massase dengan menggunakan es dan kompres menggunakan kantung es sangat efektif menghilangkan nyeri. Meletakkan es di atas kulit memberikan tekanan yang kuat, diikuti dengan massase melingkar, tetap, dan perlahan. Lokasi pengompresan yang paling efektif berada di dekat lokasi aktual nyeri, serta memakan waktu 5 sampai 10 menit dalam mengkompres dingin.c) Olah raga dan istirahat. Penderita Rheumatoid Arhtritis harus menyeimbangkan kehidupannya dengan istirahat dan beraktivitas. Saat lansia merasa nyeri atau pegal maka harus beristirahat. Istirahat tidak boleh berlebihan karena akan mengakibatkan kekakuan pada sendi. Latihan gerak (Range of Motion) merupakan terapi latihan untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan otot. Otot yang kuat membantu dan menjaga sendi yang terserang penyakit Rheumatoid Arhtritis. Ketidakaktifan penderita dapat menimbulkan dekondisioning oleh karena itu tindakan untuk membangun kertahankan fisik harus dilaksanakan dengan latihan kondisioning seperti berjalan kaki, senam, berenang atau bersepeda, dan berkebun dilakukan secara bertahap dan dengan pemantauan. Dengan berolahraga, penderita Rheumatoid Arhtritis akan menurunkan nyeri sendi, mengurangi kekauan, meningkatkan kelenturan otot, meningkatkan daya tahan tubuh, tidur menjadi nyenyak, dan mengurangi kecemasan. Adanya nyeri, pembatasan gerak, keletihan, maupun malaise dapat menggangu istirahat oleh karena itu penderita sebaiknya menggunakan kasur atau matras yang keras dengan meninggikannya sesuai kebutuhan, mengambil posisi yang nyaman saat tidur atau duduk di kursi, gunakan bantal untuk menyokong sendi yang sakit dalam mempertahankan posisi netral, ataupun memberikan massase yang lembu. Mencegah ketidaknyamanan akibat stress aktivitas atau stress akibat menanggung beban berat pada sendi, penggunaan verban tekan, bidai, dan alat bantu mobilitas seperti tongkat, kruk, dan tripod dapat membantu mengurangi rasa nyeri dengan membatasi gerakan.d) Sinar Inframerah. Cara yang lebih modern untuk menhilangkan rasa saklit akibat rematik adalah penyinaran menggunakan sinar inframerah. Meskipun umumnya dilakukan di tempat-tempat fisioterapi, penyinaran tidak boleh melampaui 15 menit dengan jarak lampu dan bagian tubuh yang disinari sekitar 1 meter. Harus diperhatikan juga agar kulit di tempat rasa sakit tadi tidak sampai terbakar

Farmakologi

a) Golongan Imunosupresan

Azatioprin

Mekanisme kerjaBelum diketahui.

IndikasiDigunakan luas untuk pasien yang menjalani transplantasi dan untuk penyakit autoiimun (termasuk rheumatoid arthritis) yang tidak dapat dikendalikan dengan kortikosteroid saja.

KontraindikasiHipersensitivitas azatioprin atau merkaptopurin; kehamilan.

PeringatanHanya digunakan bila monitoring selama penggunaannya dapat dilaksanakan; yang harus dipantau adalah hitung darah lengakap, yaitu setiap minggu selama 8 minggu pertama, lalu setiap 3 bulan. Dosis dikurangi pada gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati dan manula. Pasien diingatkan untuk segera melaporkan bila ada tanda-tanda infeksi, luka yang tidak jelas penyebabnya, pendarahan dan manifestasi lain penekanan sum-sum tulang.

Efek sampingReaksi hipersensitivitas (malaise, pusing, mual, demam, nyeri oto, nyeri sendi, gangguan fungsi hati, ikterus, aritmia, hipotensi, nefritis intertisial).

Metotreksat

Mekanisme KerjaBelum diketahui, diduga mempengaruhi fungsi imun. Metotreksat menghambat reduktase asam dihidrofolat dan bertentangan dengan sintesis, perbaikan dan replikasi DNA.

IndikasiReumatoid artritis aktif yang berat yang tidak memberikan respon terhadap terapi konvensional.

KontraindikasiKerusakan signifikan pada ginjal, fungsi hati yang abnormal, kehamilan dan menyusui, sindrom imunodefisiensi.

PeringatanMetotreksat adalah anti metabolik yang toksik terhadap darah, paru, saluran cerna dan lainnya. Hanya digunakan oleh spesialis, pemeriksaan yang diperlukan sebelum memulai pengobatan termasuk analisa hematologi lengkap, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati dilanjutkan dengan monitoring yang terus menerus. Penggunaa pada usia lanjut di pertimbangkan pengurangan dosis, pada anak-anak tidak dianjurkan.

Efek SampingMengurangi kesuburan pria dan wanita, harus sangat hati-hati pada ulkus peptikum, kolitis ulseratif, diare dan stomatitis ulseratif.

Siklosporin

Mekanisme kerjaBerpotensi sebagai agen imunosupresan pada transplantasi organ. Siklosporin telah dibuktikan dapat menurunkan imunitas humoral. Efektivitas siklosporin terlihat dari inhibisi imunokompeten limfosit yang spesifik dan irreversibel pada fase G0 dan G1 pada siklus sel. Limfosit T dihambat dengan baik sel T helper adalah target utama walaupun sel T supresor juga dihambat. Siklosporin juga menghambat limpokin dan pelepasan termasuk interleukin-2.

IndikasiRA, dermatitis atopik, psoriasis, transplantasi organ.

KontraindikasiPada fungsi ginjal yang abnormal, hipertensi yang tidak terkendali, dan malignansi.

PeringatanMonitor fungsi ginjal yaitu menigkatnya kreatinin dan ureun darah dalam minggu-minggu pertama pertanda dosis harus diturunkan, monitor fungsi hati, monitor tekanan darah, obat dihentikan bila terjadi hipertensi yang tidak dapat dikendalikan oleh obat, hiperurisemia, pada disfungsi ginjal berat hindari makanan berkalium tinggi, ukur lipid plasma sebelum pengobatan dan setelahnya, kehamilan, porfiria.

Efek SampingKreatinin dan ureum darah menigkat sesuai dengan tinggi dosis, perubahan struktur ginjal pada penggunaan jangka lama, hipertrikosis, tremor, hipertensi, disfungsi hati, kelelahan, hipertrofi gusi, gangguan saluran cerna, rasa terbakar di tangan dan kaki, kadang-kadang sakit kepala, kulit memerah, anemia ringan, hiperkalemia, hiperurisemia, gout, berat badan naik, edema, pankreatitis, neuropati.

Sulfasalazin

IndikasiEfek reutamtik dapat terlihat dalam waktu 1 sampai 2 bulan. Sulfasalazin digunakan juga untuk ulcerative colitis.

KontraindikasiPada pasien yang mengalami kerusakan saluran urinari atau intestinal.

PeringatanPemasukan cairan harus seimbang untuk mengurangi resiko kristaluria.

Efek SampingMeliputi efek GI (anoreksia, nausea, muntah, diare), dermatologi (rash, urtikaria), hematologi (leukopenia, agranulositosis), dan hepatik (kelebihan enzim).

b) AINS Contoh: diklofenak, indometasin, sulindak, tolmetin, celecoxib, veldecoxib,meklofenamant, asam mefenamat, nambumeton, piroksikam, meloksikam, fenoprofen, flubirofen, ibu profen, ketoprofen, naproksen, oksaprozin,etodolak, ketorolak.

Mekanisme kerja obatDalam dosis tunggal AINS mempunyai aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol, tetapi parasetamol lebih disukai terutama untuk pasien lanjut.Dalam dosis penuh yang lazim AINS sekaligus memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau nyeri berulang akibat radang. Oleh karena itu, walau parasetamol sering mengatasi nyeri dengan pada osteoartritis, AINS lebih tepat daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam artritis meradang dan pada beberapa kasus osteoartritis lanjut.

Indikasi Rematoid artritis (RA) (kecuali ketoroolak, asam mefenamat dan meloksikan) dan osteoartritis (OA) (kecuali ketorolak dan asam mefenamat): meredakan tanda-tanda dan gejala Nyeri ringan dan sedang Dismenorea primer.

KontraindikasiAINS dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitifitas terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang serangan asma, angiodema, urtikaria, atau rinitsnya yang dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif. Pasien yang sebelumnya, atau sedang, mengidap tukak atau pendarahan saluran cerna, lebih baik menghindarinya dan menghentikannya jika muncul lesi saluran cerna.

PeringatanAINS harus digunakan hati-hati pada pasien usia lanjut, pada gangguan alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan pada gangguan koagulasi.Pada pasien gagal ginjal, payah jantung, atau gagal hati, dibutuhkan kehati-hatian, sebab penggunaan AINS bisa menyebabkan membururknya fungsi ginjal, dosis harus dijaga serendah mungkin dan fungsi ginjal harus dipantau. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap tukak lambung aktif.Efek SampingKadang timbul rasa tidak nyaman pada saluran cerna, mual, diare, dan kadang pendarahan dan tukak, dispepsia bisa di tekan dengan meminum obat ini bersama makanan atau susu. Efek samping lain termasuk reaksi hipersensitivitas, sakit kepala, pusing, vertigo,. Retensi cairan bisa terjadi.

c) Kortikosteroid

Mekanisme KerjaKortikosteroid memiliki aktivitas glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang sangat beragam yang meliputi efek terhadap meetabolisme karbohidrat, protein, dan lipid. Efek terhadap kesetimbangan air dan elektrolit; dan efek terhadap pemelihaaan fungsi berbagai sistem dalam tubuh. Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada kondisi hormonal seseorang. Namun, feknya dibedakan efek retensi Na, efek terhadap metabolisme KH (glukoneogenesis), dan efek antiinflamasi.Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein lain. Protein yang terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ target sehingga diperoleh, misalnya, efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, meningkatnya reabsorpsi Na, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi.

IndikasiSebagai antiinflamasi. Kortikosteroid digunakan dalam dosis yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam untuk individu yang berbeda, agar dapat dijamin rasio manfaat dan resiko yang setinggi-tingginya. Sebagai penyelamat jiwa atau memperpanjang hidup, misalnya pada leukimia akut, pemfigus, dermatitis eksfoliatif, reaksi penolakan akut terhadap cangkokan, maka kortikosteroid digunakan dalam dosis besar dalam jangka lama. Tetapi untuk penyakit yang relatif ringan, misalnya artritis rematoid, penggunaan jangka lama manfaaatnya tidak lebih besar daripada resikonya. Colitis ulserativ memerlukan kortikosteroid sistemik dan topikal. Hiperplasia adrenal kongenital memerlukan glukokortikoid untuk menekan sekresi kortikotropin yang dosisnya disesuaikan dengan kadar androgen dan 17--hidroksi progesteron. Efek penekanan poros hipotalamus hipofisis adrenal lebih kuat dan lama bila bila obat diberikan malam hari sehingga betametason dan deksametason 1 mg cukup untuk supresi 24 jam. Udem otak juga diobati dengan betametason da ndeksametason yang tidak menambah resiko retensi cairan. Reaksi hipersensitif akut seperti angioudem dan syok anafilaksis memerlukan adrenalin sebagai antagonis faalan. Kortikosteroid merupakan obat tambahan, dalam hal ini digunakan 100-300 mg hidrokortison iv. Kortikosteroid efektif menekan radang pada demam rematik, hepatits aktif kronik, dan sarkoidisis, juga menyebabkan remisis pada anemia hemolitik, sebagian kasus sindrom nefrotik (khususnya pada anak), dan purpura trombositopenis.

KontraindikasiInfeksi sistemik, kecuali bila diberikan antibiotik sistemik; hindari vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima imunosupresif.

PeringaatanSupresi adrenal dapat terjadi pada penggunaan jangka lama dan bertahan beberapa tahun setelah pengobatan dihentikan. Pengurangan dosis yang tiba-tiba setelah penggunaan lama (lebih dari 7 hari) dapat menyebabkan insufisiensi adrenal akut, hipotensi, dan kematian. Oleh karena itu penghentian harus bertahap.

Efek SampingPenggunaan kortikosteroid jangka lam akan akan menimbulkan efek samping akibat khasiat glukokortikoid maupun khasiat mineralokortikoid. Efek samping glukokortikoid meliputi diabetes dan osteoporosis yang terutama berbahaya bagi usia lanjut.Efek samping mineralokortikoid adalah hipertensi, retensi Na dan cairan, dan hipokalemia.

Sediaan Beredar DeksametasonDexamethason, camideson. HidrokortisonSilecort, solu-cortef. KortisonCortison asetat TriamnisolonKenacort-A

d) Golongan Emas

Aurothioglucose dan Gold Sodium Thiomalate

IndikasiAurothioglucose (suspensi dalam minyak) dan gold sodium thiomalate (larutan berair) merupakan sediaan IM dengan onset lama yaitu 3 sampai 6 bulan. Obat-obat ini memerlukan penginjeksian perminggu selama 22 minggu sebelum dimulainya regimen pemeliharaan dengan frekuensi yang dikurangi. Digunakan untuk RA.

KontrindikasiObat ini kontrindikasi pada pasien dengan sejarah toksisitas yang parah akibat sering terpapar emas dan logam berat lainnya. Juga pada pasien dengan kerusakan fungsi renal/ hepatik, colitis atau yang memiliki sejarah hepatitis atau dermatitis.

Efek SampingGI (nausea, muntah, diare), dermatologi (rash, stomatitis), renal (proteinuria dan hematuria), dan hematologi (anemia, leukopenia, trombositopenia). Pasien yang menerima IM gold mungkin mengalami penyakit postinjeksi selama 1 sampai 2 ahri setelah injeksi.

Auranofin

IndikasiDigunakan untuk RA

KontraindikasiObat ini kontrindikasi pada pasien dengan sejarah toksisitas yang parah akibat sering terpapar emas dan logam berat lainnya. Juga pada pasien dengan urtikaria, eczema, colitis, debilitasi parah, kondisi hemiragik dan pada pasien yang sedang terapi radiasi.

Efek SampingGI (nausea, muntah, diare), dermatologi (rash, stomatitis), renal (proteinuria dan hematuria), dan hematologi (anemia, leukopenia, trombositopenia).e) Agen Biologi

Etanercept

Mekanisme kerjaEtanercept adalah leburan protein yang mengandung 2 p75-soluble reseptor TNF berhubungan dengan fragmen Fc pada IgG1 manusia. Obat ini terikat dan menginaktifasi TNF, menceegahnya berinteraksi dengan permukaan sel reseptor TNF dan dengan demikian mengaktivasi sel.

IndikasiMenekan perkembangan penyakit yang erosif dibandingkan oral metotreksat.

KontraindikasiPasien dengan preexisting infeksi dan memiliki resiko tinggi terhadap peningkan infeksi.PeringatanPengobatan sebaiknya dihentikan secara temporal bila infeksi terjadi selama terapi.

Efek SampingReaksi lokal pada bagian injeksi, pancutopenia neurologic demyelinating syndrome.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. (2006). Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Artritis Rematik. Gunadi, R. W. 2007. Osteoartritis Alias Pengapuran Sendi. Bandung.Johnstone, A. 2005. Pharmacological Gout. (Editor). Lyrawati, D (Penterjemah). Gout Farmakologi. 2008.Mahajan, A., S. Verma., V. Tandon. 2005. Osteoarthritis. JAPI. 53. 2.Nur, F. A. (2009). Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1 Cipayung. Jakarta.Pratiwi, E. M. (2007).Faktor-Faktor Resiko Osteoartritis Lutut (Studi Kasus Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang). Jakarta.Suryana, P., E. Sulistyowati., D. O. Diningrum. Hubungan Antara Konsumsi Makanan Tinggi Purin dan Serangan Gout di Rumah Sakit Umum Saiful Anwar.Yulinah, E. S. Et al. (2009). Iso Farmakoterapi. Jakarta; Isfi Penerbitan.