Askep Osteoartritis &OA

23
Askep osteoartritis KELAINAN SENDI DEGENERATIF A. Pengertian Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087) Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997). Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. ( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999) B. KLASIFIKASI Osteoartritis diklasifikasikan menjadi : a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C Barbara, 1996 hal 336) C. Penyebab Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: 1. Umur Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.

Transcript of Askep Osteoartritis &OA

Page 1: Askep Osteoartritis &OA

Askep osteoartritis

KELAINAN SENDI DEGENERATIF

A.    PengertianOsteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis

(sekalipun terdapat inflamasi ) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)

Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)

 B.     KLASIFIKASI

Osteoartritis diklasifikasikan menjadi :

a. Tipe primer ( idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis

b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur

(Long, C Barbara, 1996  hal 336)

C.    PenyebabBeberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:

1.      Umur

Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan

penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang

berwarna kuning.

2.      Pengausan (wear and tear)

Page 2: Askep Osteoartritis &OA

Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui

dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus

dikandungnya.

3.      Kegemukan

Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,

sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan

seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan.

4.      Trauma

Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan

kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.

5.      Keturunan

Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan

pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya

salah satu dari orang tuanya yang terkena.

6.      Akibat penyakit radang sendi lain

Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan

dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi  oleh membran sinovial dan sel-

sel radang.

7.      Joint Mallignment

Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan

membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat

proses degenerasi.

8.      Penyakit endokrin

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang

berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi,

ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.

Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun.

9.      Deposit pada rawan sendi

Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat mengendapkan

hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat

dalam rawan sendi.

D.    Patofisiologi

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan

progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi

mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru

pada bagian tepi sendi.

Page 3: Askep Osteoartritis &OA

Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan

unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik

tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein

yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan

tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung

berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal

dan proksimasi.

Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal

ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan

ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. 

Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa

tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit

peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat

intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya

perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan

mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan

rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi

atau nodulus. ( Soeparman ,1995)

Page 5: Askep Osteoartritis &OA

E.    Gambaran Klinis

1. Rasa nyeri pada sendi

Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik. 

2. Kekakuan dan keterbatasan gerak

Biasanya akan berlangsung 15 – 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.

3. Peradangan

Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri. 

4. Mekanik

Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.

5. Pembengkakan Sendi

Page 6: Askep Osteoartritis &OA

Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.

6. Deformitas

Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.

7. Gangguan Fungsi

Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

F.     PEMERIKSAAN PENUNJANG-          Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai

penyempitan rongga sendi-          Serologi dan cairan sinovial dalam batas normal

G.    PENATALAKSANAANa.    Tindakan preventif

-          Penurunan berat badan-          Pencegahan cedera-          Screening sendi paha-          Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja

b.Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul

c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi

d. Irigasi tidal ( pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,e. Pembedahan;  artroplasti

H . P E N G K A J I A N

1.      Aktivitas/Istirahat-          Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stress pada sendi,

kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris limitimasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan, malaise.Keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot.

2.      Kardiovaskuler

Page 7: Askep Osteoartritis &OA

-          Fenomena Raynaud dari tangan (misalnya pucat litermiten, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.

3.      Integritas Ego-          Faktor-faktor stress akut/kronis (misalnya finansial pekerjaan, ketidakmampuan,

faktor-faktor hubungan.-          Keputusasaan dan ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan).-          Ancaman pada konsep diri, gambaran tubuh, identitas pribadi, misalnya

ketergantungan pada orang lain.

4.      Makanan / Cairan-          Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengkonsumsi makanan atau cairan

adekuat mual, anoreksia.-          Kesulitan untuk mengunyah, penurunan berat badan, kekeringan pada membran

mukosa. 

5.      Hygiene-          Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri, ketergantungan

pada orang lain.

6.      Neurosensori-          Kesemutan pada tangan dan kaki, pembengkakan sendi

7.      Nyeri/kenyamanan-          Fase akut nyeri (kemungkinan tidak disertai dengan pembengkakan jaringan lunak

pada sendi. Rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pagi hari).

8.      Keamanan-          Kulit mengkilat, tegang, nodul sub mitaneus-          Lesi kulit, ulkas kaki-          Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga-          Demam ringan menetap-          Kekeringan pada mata dan membran mukosa

9.      Interaksi Sosial-          Kerusakan interaksi dengan keluarga atau orang lain, perubahan peran: isolasi.

10.  Penyuluhan/Pembelajaran-          Riwayat rematik pada keluarga-          Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, penyembuhan penyakit tanpa pengujian-          Riwayat perikarditis, lesi tepi katup. Fibrosis pulmonal, pkeuritis.

Page 8: Askep Osteoartritis &OA

11.  Pemeriksaan Diagnostik-          Reaksi aglutinasi: positif-           LED meningkat pesat-          protein C reaktif : positif pada masa inkubasi.-          SDP: meningkat pada proses inflamasi-          JDL: Menunjukkan ancaman sedang-          Ig (Igm & Ig G) peningkatan besar menunjukkan proses autoimun-          RO: menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, erosi sendi, osteoporosis pada

tulang yang berdekatan, formasi kista tulang, penyempitan ruang sendi.

I.  DIAGNOSA YANG MUNGKIN TIMBUL DAN INTERVENSINYA

a.       Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.Intervensi:

-          Kaji keluhan nyeri; catat lokasi dan intensitas nyeri (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa nyeri non verbal

-          Beri matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan tempat tidur sesuai kebutuhan saat klien beristirahat/tidur.

-          Bantu klien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.

-          Pantau penggunaan bantal.-          Dorong klien untuk sering mengubah posisi.-          Bantu klien untuk mandi hangat pada waktu bangun tidur.-          Bantu klien untuk mengompres hangat pada sendi-sendi yang sakit beberapa kali

sehari.-          Pantau suhu kompres.-          Berikan masase yang lembut.-          Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya relaksasi progresif sentuhan

terapeutik bio feedback, visualisasi, pedoman imajinasi hipnotis diri dan pengendalian nafas.

-          Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.-          Beri obat sebelum aktivitas/latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.-          Bantu klien dengan terapi fisik.

Hasil yang diharapkan/Kriteria evaluasi-          Menunjukkan nyeri berkurang atau terkontrol-          Terlihat rileks, dapat istirahat, tidur dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai

kemampuan.-          Mengikuti program terapi.-          Menggunakan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol

nyeri.

Page 9: Askep Osteoartritis &OA

b.      Kerusakan Mobilitas Fisik Berhubungan dengan :-          Deformitas skeletal-         Nyeri, ketidaknyamanan-         Penurunan kekuatan otot

Intervensi:-         Pantau tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi-         Pertahankan tirah baring/duduk jika diperlukan-         Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus-

menerus dan tidur malam hari tidak terganggu.-         Bantu klien dengan rentang gerak aktif/pasif dan latihan resistif dan

isometric jika memungkinkan-         Dorongkan untuk mempertahankan posisi tegak dan duduk tinggi,

berdiri, dan berjalan.-         Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi/kloset,

menggunakan pegangan tinggi dan bak dan toilet, penggunaan alat bantu mobilitas/kursi roda penyelamat

-         Kolaborasi ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vasional.Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi

-         Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/pembatasan kontraktor

-         Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari kompensasi bagian tubuh

-         Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas.

c.       Gangguan Citra Tubuh/Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan:-          Perubahan kemampuan melakukan tugas-tugas umum-          Peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Intervensi:-          Dorong klien mengungkapkan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan

masa depan.-          Diskusikan dari arti kehilangan/perubahan pada seseorang. Memastikan bagaimana

pandangan pribadi klien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual

-          Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan-          Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu

memperhatikan tubuh/perubahan. -          Susun batasan pada perilaku maladaptif, bantu klien untuk mengidentifikasi perilaku

positif yang dapat membantu koping.-          Bantu kebutuhan perawatan yang diperlukan klien.-          Ikutsertakan klien dalam merencanakan dan membuat jadwal aktivitas.

Page 10: Askep Osteoartritis &OA

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:-          Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi

penyakit, perubahan pada gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.-          Menyusun tujuan atau rencana realistis untuk masa mendatang.

d.      Kurang Perawatan Diri berhubungan dengan Kerusakan Auskuloskeletal: Penurunan Kekuatan, Daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, Depresi.Intervensi:

-          Diskusikan tingkat  fungsi umum; sebelum timbul eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.

-          Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.-          Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi rencana untuk

memodifikasi lingkungan.-          Kolaborasi untuk mencapai terapi okupasi.

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:-          Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten pada kemampuan

klien.-          Mendemonstrasikan perubahan teknik/gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri.-          Mengidentifikasikan sumber-sumber pribadi/komunitas yang dapat memenuhi

kebutuhan.

e.       Resiko Tinggi terhadap Kerusakan Penatalaksanaan Lingkungan berhubungan dengan :

-          Proses penyakit degeneratif jangka panjang.-          Sistem pendukung tidak adekuat.

Intervensi:-          Kaji tingkat fungsi fisik-          Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri.-          Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual.-          Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan misal alat bantu mobilisasi.

Hasil yang Diharapkan/Kriteria Evaluasi :-          Mempertahankan keamanan lingkungan yang meningkatkan perkembangan.-          Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.

 f.       Kurang Pengetahuan (Kebutuhan Belajar) Mengenai Penyakit, Prognosis dan

Kebutuhan Perawatan dan Pengobatan berhubungan dengan:-          Kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.

Intervensi :-          Tinjau proses penyakit, prognosis dan harapan masa depan-          Diskusikan kebiasaan pasien dalam melaksanakan proses sakit melalui diet, obat-

obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.

Page 11: Askep Osteoartritis &OA

-          Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis, istirahat, perawatan diri, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stress.

-          Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakologi terapi.-          Identifikasi efek samping obat.-          Diskusikan teknik menghemat energi.-          Berikan informasi tentang alat bantu misalnya tongkat, tempat duduk, dan palang

keamanan.-          Dorong klien untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat

maupun pada saat melakukan aktivitas.-          Diskusikan pentingnya pemeriksaan lanjutan misalnya LED, kadar salisilat, PT.-          Beri konseling sesuai dengan prioritas kebutuhan klien.

Hasil yang diharapkan/Kriteria Evaluasi:-          Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/pragnosis dan perawatan.-          Mengembangkan rencana untuk perawatan diri termasuk modifikasi gaya hidup  yang

konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Askep Artritis Reumatoid

( Asuhan Keperawatan Klien  Artritis Reumatoid )

Nursing Care Plan on Clients Rheumatoid Arthritis

Pengertian Artritis Reumatoid

Artritis Reumatoid (Rheumatoid arthritis)  is a chronic inflammatory disease with primary manifestation poliartritis progressive and involve all the organs, jadi merupakan suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2001)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang tidak diketahui penyebabnya, dikarakteristikan oleh kerusakan dan proliferasi membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas. (Doenges, E Marilynn, 2000 : hal 859)

Artritis reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.(Kapita Selekta Kedokteran, 2001 : hal 536)

Page 12: Askep Osteoartritis &OA

Artritis Reumatoid adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).

Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )

Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.(Susan Martin Tucker.1998)

Penyebab / Etiologi Artritis Reumatoid

Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001).

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu:1. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.2. Endokrin3. Autoimmun4. Metabolik5. Faktor genetik serta pemicu lingkunganPada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

Epidemiologi Artritis Reumatoid

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria sebesar 3: 1. kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.

Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid

Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang  ditemukan pada penderita reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi.a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam.b. Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.d. Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang .e. Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi.f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.g. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada  myocardium dan katup jantung , lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

Patofisiologi Artritis Reumatoid

Page 13: Askep Osteoartritis &OA

Membran syinovial pada pasien reumatoid artritis mengalami hiperplasia, peningkatan vaskulariasi, dan ilfiltrasi sel-sel pencetus inflamasi, terutama sel T CD4+. Sel T CD4+ ini sangat berperan dalam respon immun. Pada penelitian terbaru di bidang genetik, reumatoid artritis sangat berhubungan dengan major-histocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan DRB1*0401. Fungsi utama dari molekul HLA class II adalah untuk mempresentasikan antigenic peptide kepada CD4+ sel T yang menujukkan bahwa reumatoid artritis disebabkan oleh arthritogenic yang belim teridentifikasi. Antigen ini bisa berupa antigen eksogen, seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini sejumlah antigen endogen telah teridentifikasi, seperti citrullinated protein dan human cartilage glycoprotein 39.

Patofisiologi Artritis Reumatoid

Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.

Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid artritis.

Page 14: Askep Osteoartritis &OA

Komplikasi Artritis Reumatoid

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid.

Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

Diagnostik Artritis Reumatoid

Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen.Kriteria artritis rematoid menurut American reumatism Association ( ARA ) adalah:1. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari ( Morning Stiffness ).2. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya pada satu sendi.3. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-kurangnya selama 6 minggu.4. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.5. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.6. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.7. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid8. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid9. Pengendapan cairan musin yang jelek10. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia11. Gambaran histologik yang khas pada nodul.Berdasarkan kriteria ini maka disebut :

Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu

Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 minggu.

Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya selama 4 minggu.

Penatalaksanaan / Perawatan Artritis Reumatoid

Oleh karena kausa pasti arthritis reumatoid tidak diketahui maka tidak ada pengobatan kausatif yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Hal ini harus benar-benar dijelaskan kepada penderita sehingga tahu bahwa pengobatan yang diberikan bertujuan mengurangi keluhan/ gejala memperlambat progresifvtas penyakit.Tujuan utama dari program penatalaksanaan/ perawatan adalah sebagai berikut :

Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan

Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita

Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada sendi

Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang lain.

Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, yaitu :a. PendidikanLangkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah  memberikan pendidikan yang cukup  tentang penyakit kepada penderita, keluarganya dan siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian, patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus.b. IstirahatMerupakan hal penting karena reumatik biasanya disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.

Page 15: Askep Osteoartritis &OA

c. Latihan Fisik dan TermoterapiLatihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit, sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres hangatpada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa diatur serta mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah. Latihan dan termoterapi ini paling baik diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja. Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.d. Diet/ GiziPenderita Reumatik tidak memerlukan diet khusus. Ada sejumlah cara pemberian diet dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya belum terbukti kebenarannya. Prinsip umum untuk memperoleh diet seimbang adalah penting.e. Obat-obatanPemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program penatalaksanaan penyakit reumatik. Obat-obatan yang dipakai untuk mengurangi nyeri, meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.

Konsep Keperawatan Artritis Reumatoid

PengkajianData dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.

1. Aktivitas/ istirahatGejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan, keletihan.Tanda : MalaiseKeterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktur/ kelaianan pada sendi.

2. KardiovaskulerGejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).

3. Integritas egoGejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada orang lain).4. Makanan/ cairanGejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksiaKesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ )Tanda : Penurunan berat badanKekeringan pada membran mukosa.5. HygieneGejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi. Ketergantungan

6. NeurosensoriGejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.Gejala : Pembengkakan sendi simetris.7. Nyeri/ kenyamananGejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).8. KeamananGejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus.Lesi kulit, ulkus kaki.Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.Demam ringan menetapKekeringan pada meta dan membran mukosa.9. Interaksi sosialGejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.10. Penyuluhan/ pembelajaranGajala : Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja )Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, ” penyembuhan ” arthritis tanpa pengujian.Riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis.Pertimbangan : DRG Menunjukkan rerata lama dirawat : 4,8 hari.Rencana Pemulanagan: Mungkin membutuhkan bantuan pada transportasi, aktivitas perawatan diri, dan tugas/ pemeliharaan rumah tangga.

Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid

Page 16: Askep Osteoartritis &OA

Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus.Fiksasi lateks: Positif pada 75 % dari kasus-kasus khas.Reaksi-reaksi aglutinasi : Positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas.LED : Umumnya meningkat pesat ( 80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala-gejala meningkatProtein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.SDP: Meningkat pada waktu timbul proses inflamasi.JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang.Ig ( Ig M dan Ig G); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR.Sinar x dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinoviumArtroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendiAspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.Prioritas Keperawatan1. Menghilangkan nyeri2. Meningkatkan mobilitas.3. Meningkatkan monsep diri yang positif4. mendukung kemandirian5. Memberikan informasi mengenai proses penyakit/ prognosis dan keperluan pengobatan.

Tujuan Pemulangan1. Nyeri hilang/ terkontrol2. Pasien menghadapi saat ini dengan realistis3. Pasien dapat menangani AKS sendiri/ dengan bantuan sesuai kebutuhan.4. Proses/ prognosis penyakit dan aturan terapeutik dipahami.

Pohon Masalah

Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid

1. Nyeri Akut/ KronisDapat dihubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.Dapat dibuktikan oleh : Keluhan nyeri,ketidaknyamanan, kelelahan.Berfokus pada diri sendiri/ penyempitan fokusPerilaku distraksi/ respons autonomicPerilaku yang bersifart ahti-hati/ melindungi

Page 17: Askep Osteoartritis &OA

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan:Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrolTerlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.Mengikuti program farmakologis yang diresepkanMenggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.

Intervensi dan Rasional:a. Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal (R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program)b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan (R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi/nyeri)c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan)f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan kemampuan koping)Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)h. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)i. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)j. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut)

2. Mobilitas Fisik,M KerusakanDapat dihubungkan dengan : Deformitas skeletalNyeri, ketidaknyamananIntoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.Dapat dibuktikan oleh : Keengganan untuk mencoba bergerak/ ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot/ kontrol dan massa ( tahap lanjut ).Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitasIntervensi dan Rasional:a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)b. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)c. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan (R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi)d. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)e. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher. (R/ Mencegah fleksi leher)g. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi. (R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)j. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk mengurangi risiko imobilitas)k. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)

3. Gangguan Citra Tubuh/ Perubahan Penampilan PeranDapat dihubungkan dengan : Perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan

Page 18: Askep Osteoartritis &OA

energi, ketidakseimbangan mobilitas.Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan penampilan.Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran, kehilangan pekerjaan, ketergantungan p[ada orang terdekat.Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.Perasaan tidak berdaya, putus asa.Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.Menyusun rencana realistis untuk masa depan.Intervensi dan Rasional:a. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)b. Diskeusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual. (R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling lebih lanjut)c. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan umum terjadi)e. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)f. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat meningkatkan perasaan harga diri)g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)i. Berikan bantuan positif bila perlu. (R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampuan)k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/ Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif)

4. Kurang Perawatan DiriDapat dihubungkan dengan : Kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.

Intervensi dan Rasional:a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).b. Pertakhankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)c. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/ Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)d. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)5. Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah, Keruasakan, Resiko Tinggi TerhadapFaktor risiko meliputi : Proses penyakit degeneratif jangka panjang, sistem pendukung tidak adekuat.Dapat dibuktikan oleh : (Tidak dapat diterapkan; adanya tanda dan gejala membuat diagnosa menjadi aktual)Hasil yang dihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Mempertahankan keamanan, lingkungan yang meningkatkan pertumbuhan.Mendemonstrasikan penggunaan sumber-sumber yang efektif dan tepat.Intervensi dan Rasional:a. Kaji tingkat fungsi fisik (R/ Mengidentifikasi bantuan/ dukungan yang diperlukan)

Page 19: Askep Osteoartritis &OA

b. Evaluasi lingkungan untuk mengkaji kemampuan dalam perawatan untuk diri sendiri. (R/ Menentukan kemungkinan susunan yang ada/ perubahan susunan rumah untuk memenuhi kebutuhan individu)c. Tentukan sumber-sumber finansial untuk memenuhi kebutuhan situasi individual. Identifikasi sistem pendukung yang tersedia untuk pasien, mis: membagi tugas-tugas rumah tangga antara anggota keluarga. (R/ Menjamin bahwa kebutuhan akan dipenuhi secara terus-menerus)d. Identifikasi untuk peralatan yang diperlukan, mis: lift, peninggian dudukan toilet. (R/ Memberikan kesempatan untuk mendapatkan peralatan sebelum pulang)e. Kolaborasi: Koordinasikan evaluasi di rumah dengan ahli terapi okupasi. (R/ Bermanfaat untuk mengidentifikasi peralatan, cara-cara untuk mengubah tugas-tugas untuk mengubah tugas-tugas untuk mempertahankan kemandirian)f. Kolaborasi: Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: pelayanan pembantu rumah tangga bila ada. (R/ Memberikan kemudahan berpindah pada/mendukung kontinuitas dalam situasi rumah).6. Kurang Pengetahuan ( Kebutuhan Belajar ), Mengenai Penyakit, Prognosis, Dan Kebutuhan Pengobatan.Dapat dihubungkan dengan : Kurangnya pemajanan/ mengingat.Kesalahan interpretasi informasi.Dapat dibuktikan oleh : Pertanyaan/ permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.Tidak tepat mengikuti instruksi/ terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.Hasil yangdihapkan/ kriteria Evaluasi-Pasien akan :Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.

Intervensi dan Rasional:a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan. (R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi)b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas)c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik. (R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis)e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari)f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik. (R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi)g. Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter. (R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/ Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)i. Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi, terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)j. Berikan informasi mengenai alat bantu (R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)k. Diskusikan tekinik menghemat energi, mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)l. Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R: mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit )n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan ( R: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R: bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan maksimal).

Bibliography

Doenges E Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. .Jakarta: EGC.

Page 20: Askep Osteoartritis &OA

Marilynn E. Doenges dkk. Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta : EGC, 1999.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilik 2. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.

Carpenito, Lynda Juall. Diagnosa Keperawatan. Jakarata : EGC, 1999.

Page 21: Askep Osteoartritis &OA

DAFTAR PUSTAKA

Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996

Smeltzer C. Suzannne, (2002  ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Alih Bahasa Andry

Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Doenges, EM. (2000   ), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001),

Jakarta, EGC.

Price, S.A. R. Wilson CL (1991), Pathophisiology Clinical Concept of Disease Process, Alih

Bahasa Adji Dharma (1995), Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses

Penyakit, Jakarta, EGC.

Depkes, RI (1995), Penerapan Proses Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem

Maskuloskeletal, Jakarta, Pusdiknakes.

R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi (1999), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut, Jakarta,

Balai Penerbit FK Universitas Indonesia.A.    Soeparman (1995), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.