Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

73
BAHAN OSOCA BLOK 8 BAHAN OSOCA BLOK 8 SKE D Deasy Fajarina, 60 tahun, 80 kg, 160 cm, berobat ke dokter praktek swasta dengan keluhan utama nyeri sendi lutut. Dia merasa nyeri sendi sangat dalam, terlokalisir, dans ering menyebabkan gangguan tidur. Ketika dia bangun pagi, dia merasa kaku pada sendi lutut kurang dari 30 menit dan dia merasa sulit berjalan secara langsung dari tempat tidur ke kamar mandi. Keluahan ini sudah ada sejak 5 tahun yang lalu dan dia harus minum obat untuk mengurangi. Pemeriksaan Fisik ; Tekanan darah 110/70 mmHg. Dari pemeriksaan ekstremitas bawah : penurunan ROM sendi lutut, hangat, nyeri (+), efusi minimal dan krepitasi pada sendi lutut. Pemeriksaan radiologi : spur formation pada sendi lutut. IDENTIFIKASI MASALAH 1. Deasy Fajarina, 60 tahun, 80 kg, 160 cm, dengan keluhan utama nyri sendi lutut. 2. Deasy merasa nyeri sendi sangat dalam, terlokalisir, dan sering menyebabkan gangguan tidur. 3. Ketika bangun pagi, merasa kaku pada sendi lutut kurang dari 30 menit, dan merasa sulit berjalan secara langsung dari tempat tidur ke kamar mandi. 4. Keluhan ini sudah ada sejak 5 tahun yang lalu dan harus minum obat untuk mengurangi sakitnya. 5. Pemeriksaan fisik : a. tekanan darah 110/70 mmHg b. penurunan ROM sendi lutut, hangat, nyeri (+)

description

read this :)

Transcript of Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

Page 1: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

BAHAN OSOCA BLOK 8

SKE D

Deasy Fajarina, 60 tahun, 80 kg, 160 cm, berobat ke dokter praktek swasta dengan keluhan utama nyeri sendi lutut.

Dia merasa nyeri sendi sangat dalam, terlokalisir, dans ering menyebabkan gangguan tidur. Ketika dia bangun

pagi, dia merasa kaku pada sendi lutut kurang dari 30 menit dan dia merasa sulit berjalan secara langsung dari

tempat tidur ke kamar mandi. Keluahan ini sudah ada sejak 5 tahun yang lalu dan dia harus minum obat untuk

mengurangi.

Pemeriksaan Fisik ;

Tekanan darah 110/70 mmHg. Dari pemeriksaan ekstremitas bawah : penurunan ROM sendi lutut, hangat, nyeri

(+), efusi minimal dan krepitasi pada sendi lutut.

Pemeriksaan radiologi : spur formation pada sendi lutut.

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Deasy Fajarina, 60 tahun, 80 kg, 160 cm, dengan keluhan utama nyri sendi lutut.

2. Deasy merasa nyeri sendi sangat dalam, terlokalisir, dan sering menyebabkan gangguan tidur.

3. Ketika bangun pagi, merasa kaku pada sendi lutut kurang dari 30 menit, dan merasa sulit berjalan secara

langsung dari tempat tidur ke kamar mandi.

4. Keluhan ini sudah ada sejak 5 tahun yang lalu dan harus minum obat untuk mengurangi sakitnya.

5. Pemeriksaan fisik :

a. tekanan darah 110/70 mmHg

b. penurunan ROM sendi lutut, hangat, nyeri (+)

c. krepitasi pada sendi lutut

d. Pemeriksaan radiologi : spur formation sendi lutut.

ANALISIS MASALAH

1. a. Apa itu nyeri ?

pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan atau potensial

akan menyebabkan kerusakan jaringan. (The International Assosiation for the Study of Pain/IASP)

b. Apa saja tipe nyeri ?

Page 2: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

a) Noniseptif <akibat perasangan noniseptor (serabut a-delta dan serabut-c) o/ rangsangan mekanik,

termal, atau kemikal>

b) Neuropatik <timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf>

c) Somatik <nyeri pada organ non viseral, misalnya nyeri pasca bedah, nyeri tulang>

d) Viseral <nyeri dari organ viseral, biasanya akibat distensi <jarak> organ yang berongga, misalnya

usus, kandung empedu, pankreas, jantung. diikuti referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan

muntah.>

e) Psiokogenik <untuk depresi atau kelainan psikosomatik>

c. Apa saja penyebab nyeri pada lutut ?

a) Nyeri sendi lutut akut :

setelah melakukan aktivitas yang berat seperti loncat, lari, setelah mendapat trauma misalnya cedera

olah raga dan kecelakaan lalu lintas.

b) Nyeri sendi lutut kronis :

osteoarthritis (pengapuran sendi), bursitis (radang bantalan sendi), tendinitis (radang ujung otot),

rematoid arthritis dan gout.

d. Apakah normal berat badan dan tinggi badan Deasy ?

BMI = 31,25 <obesitas>

Page 3: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Catatan. Tabel ini berlaku untuk orang dewasa (20 tahun ke atas). Remaja dan anak-anak menggunakan

interpretasi yang berbeda karena dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.

f. Adakah hubungan dengan umur, berat badan, tinggi badan, dan jenis kelamin terhadap nyeri pada sendi

lutut tersebut ?Usia

Perubahan fungsi tubuh

Glukosamin

Cairan Sinovial

Estrogen

Chondrosit

Gangguan pembentukkan tulang

Proteoglikan Collagen tapi mudah hancur

Cartilage breakdown (osteofit)

Kehilangan sifat kompresibilitas

BMI tidak normal

sinovitis “Swelling” sehingga menekan persarafan

Nyeri di lutut

Lebih sering terjadi pada ♀Pengaruh estrogen

Page 4: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

g. Bagaimana anatomi normal dan abnormal articulatio genue ?

Anatomi Normal

Terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus femoris medialis dan lateralis dengan condylus

tibiae yang bersesuaian serta sebuah sendi plana antara patella dan facies patellaris femoris.

Diatasnya ada condylus femoralis yang bulat, dibawahnya ada condylus tibiae dan meniskus

cartilaginosa, didepannya terdapat articulatio ujung bawah femur dan patella.

Perbandingan anatomi normal dan abnormal Articulatio Genue

Page 5: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

h. Bagaimana fisiologi genue ?

dapat melakukan gerakan fleksi, ekstensi, dan rotasi.

i. Bagaimana histologi genue ?

j.

k. Gambar 2.4 Histologi Normal Knee Joint dengan Pewarnaan H.E.

l.

m.

n. Gambar 2.5 Histologi Abnormal Knee Joint

2. Mengapa nyeri sendi lutut terasa sangat dalam, terlokalisir dan menyebabkan gangguan tidur ?

Page 6: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

3. a. Apa itu kaku sendi lutut ?

rasa seperti diikat, lebih terasa pada pagi hari dan berkurang setelah digerak-gerakkan pada lutut,

berlangsung ringan dan singkat.

b. Bagaimana mekanisme terjadinya kaku pada sendi lutut ?

c. Apa yang menyebabkan gangguan pada sendi ?

Pain Feels Deep, Localized, and Often Interfering Sleep

Chondrocytes Proteoglycans + collagen↑ but easy to break

Imbalance Cartilage forming < break down

Collagen type II Collagen type I + osteophytes forming

LOCALIZED in joint PAIN FEELS DEEP

Easy to feel tired

Taking rest Joint is not used Stiffness

INTERFERING SLEEP Pain + uncomfortable

Sendi tidak dapat difungsikan setelah melakukan istirahat

Kaku Sendi Lutut

Cartligo rusak

Cairan syovial sedikit

Pembengkakan

Berat Badan tidak seimbang

Page 7: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

a) Faktor degenerasi (ketuaan);

b) Faktor genetik (keturunan);

c) Rematik;

d) Infeksi;

e) Cedera;

f) aktifitas fisik;

g) obesitas.

d. Mengapa perasaan kaku pada sendi terasa pada pagi hari ?

Karena pada malam hari melakukan istirahat yang cukup lama (immobilitas) penumpukan cairan

dalam sendi pembengkakan karena pengecilan otot disekitarnya gerakan sendi tidak licin

krepitus kontraktur (tertarik) sendi dan keterbatasan gerak sendi lebih kaku.

e. Mengapa ada jedah waktu ± 30 menit untuk berjalan dari tempat tidur ke kamar mandi ?

Karena desakan cairan yang berada di sekitar jaringan yang mengalami inflamasi (kapsul sendi, sinovia,

atau bursa) digerak-gerakkan cairan akan menyebar dari jaringan yang mengalami inflamasi

penderita merasa terlepas dari ikatan bisa menggerakkan sendinya kembali dengan waktu kurang

lebih 30 menit.

4. a. Apa hubungan nyeri pada sendi lutut dengan keluhan yang dialami sejak 5 tahun yang lalu ?

nyeri yang dirasakan saat ini merupakan klimaks dari keluhan nyeri sendi 5 tahun yang lalu, dimana

selama kurun waktu 5 tahun, sendi lutut mengalami degenerasi terus menerus.

b. Apa saja obat-obat yang biasa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri ?

Obat Anti Inflamasi (anti radang) Non-Steroid (OAINS), seperti :

asetaminofen (parasetamol),

Natrium Diklofenak, Piroksikam, Ibuprofen

c. Bagaimana sifat-sifat farmakologi dan aktivasitas terapeutik obat tersebut ?

asetaminofen (parasetamol),

Page 8: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

a) mempunyai efek analgesik, hanya efektif pada nyeri intesnsitas rendah sampai sedang

b) mempunyai efek antipiretik dengan kemampuan menghambat siklooksigenase di otak

c) tidak mempunyai efek antiradang karena efektif menghambat siklooksigenase di otak tetapi tidak

di tempat peradangan jaringan perifer.

d) tidak menghambat aktivasi neutrofil

Natrium Diklofenak, Piroksikam, Ibuprofen

a) mempunyai efek antipiretik, menurunkan suhu tubuh saat demam,

b) Mempunyai efek analgesik, hanya efektif pada nyeri intesnsitas rendah sampai sedang

c) Mempunyai efek antiradang, memberikan peredaan simptomatis pada nyeri dan peradangan yang

menyertai penyakit dan tidak menghentikan cidera patologis jaringan.

d) Menghambat aktivasi neutrofil

d. Bagaimana efek samping obat tersebut ?

asetaminofen (parasetamol),

a) ruam kulit berupa urtikaria, kadang lebih parah disertai demam obat atau lesi mukosa

b) neutropenia

c) trombositopenia

d) nekrosis hati

e) nekrosis tubulus ginjal

f) koma hipoglikemik

Natrium Diklofenak, Piroksikam, Ibuprofen

a) gangguan saluran cerna seperti menginduksi ulser lambung/usus disertai anemia akibat banyak

kehilangan darah, nyeri epigastrik, dan mual.

b) efek SSP

c) ruam kulit

d) reaksi alergi

e) sakit kepala

f) retensi cairan dan edema

g) gangguan fungsi ginjal

5. a. Bagaimana interpretasi dan mekanime tekanan darah 110/70 mmHg, penurunan ROM sendi lutut,

hangat, nyeri (+), efusi minimal dan krepitasi pada sendi lutut ?

TD : 110/70 mmHg = diambang batas normal.

Ny. Deasy Fajarina

Cairan Sinovial Kartilago Hyaline

Produksi Cairan Sinovial

Menerima Cairan dari Plasma

Penurunan ROM sendi lutut

(Kekakuan)

Sifat Hidrofilik proteoglikan

kemampuan menahan beban

berat

Kerusakan Cartilago Hyaline

Berat badan berlebih

Peradangan Setempat

Respon mikrosirkulasi

Migrasi Sel Leukosit PMN

Nyeri TerlokasiMerangsang Pelepasan Mediator

Prostaglandin

Vasodilatasi Perifer

Terasa Hangat

Edema Setempa

t

Pembengkakan Jar. Lunak

Sekitar Sendi

Pembengkakan pada Sinovial

Efusi Minimal

Gerakan sendi tidak licin

krepitus

Page 9: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

b. Bagaimana cara pemeriksaan ROM pada sendi lutut ?

Secara normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-1450 dan gerakan ekstensi 00 dan mungkin

dapat ditemukkan hiperekstensi sebesar 100.

c. Apasaja pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan ?

a) Pemeriksaan radiologis rutin yaitu foto polos AP dan lateral dimana bagian dari femur dan tibia

harus terlihat.

Page 10: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

b) Pemeriksaan Sky Line atau pemeriksaan tangensial yang berguna untuk mengetahui osteoarthritis

patelo-femoral.

c) Pemeriksaan radiologi dengan kontras yaitu artrografi.

d. Bagaimana interpretasi spur formation ?

Tulang baru yang sering kali menyerupai duri (taji) dimana tulang ini tidak sekokoh tulang asli, tapi

lebih rapuh, secara keseluruhan didapati gambaran osteoporotik di sekitar sendi tsb.

e. Bagaimana mekanisme dari spur formation ?

IL1 menstimulasi sintesis dan sekresi dan stromelisin, kolagenase, gelatinase dan tissue plasminogen

activator jumlah reseptor IL-1 kondrosit Hilangnya rawan sendi sebagian bertahap

mengalami degradasi progresif jumlah proteoglikan growth factor sintesis proteoglikan

kolagen dan hialuronan , mengurangi reseptor IL-1 kondrosit, dan menurunkan degenarasi

proteoglikan perbaikan tidak sebagus normal rawan sendi hilang seluruhnya pecahan rawan

sendi menepi spur formation.

6. Apa yang terjadi dengan Deasy ?

nyeri sendi lutut yang disebabkan osteoarthritis.

7. Apa etiologi penyakitnya ?

Belum diketahui secara pasti

8. Bagaimana risk faktor penyakitnya ?

1) Faktor predisposisi umum : antara lain umur, jenis kelamin, kegemukan, hereditas; hipermobilitas,

merokok, densitas tulang, hormonal dam penyakit reumatik kronik lainnya.

2) Faktor mekanik : antara lain trauma, bentuk sendi, penggunaan sendi yang berlebihan karena

pekerjaan/aktivitas.

9. Bagaimana epidemiologi penyakitnya ?

a. 35-50% memiliki gejala sakit, kekakuan atau ketebatasan gerak sendi.

Page 11: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

b. Prevalensi dari osteoarthritis + 2% pada orang yang berusia < 45 thn, 30% pada orang berusia 45-64 thn,

dan 63-85% pada orang berusia > 65 thn.

c. prevalensi ostearthritis meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dengan perbandingan wanita : pria =

2:1.

d. gambaran radiologis osteoarthritis pada lutut > didapatkan pada wanita, sedangkan laki-laki > di panggul

10. Bagaimana klasifikasi penyakitnya ?

a. OA Primer: dialami > usia 45 tahun, proses penuaan alami, tidak diketahui penyebab pastinya, menyerang

secara perlahan tapi progresif, dan dapat mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi

yang menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang punggung, leher, dan jari-

jari.

b. OA Sekunder: dialami < usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma (instabilitas) yang menyebabkan

luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi tidak sejajar), akibat sendi yang longgar,

dan pembedahan pada sendi. Penyebab lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolik.

11. Bagaimana patogenesis penyakitnya ?

12. Bagaimana differensial diagnosis penyakitnya ?

a. Reumatoid Artritis (RA)

b. Osteoarthritis (OA)

c. Arthritis Gout (AG)

13. Bagaimana diagnosis kerjanya ?

Osteoarthritis ecausa nyeri sendi lutut.

14. Bagaimana penatalaksanaannya ?

a. Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA. Dua hal yang menjadi tujuan edukasi adalah bagaimana

mengatasi nyeri dan disabilitas.

b. Terapi fisik bertujuan untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien

untuk melindungi sendi yang sakit.

c. Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada pasien OA yang gemuk. Penurunan berat badan dapat

mengurangi keluhan dan peradangan. Penurunan energi intake yang aman pemberian defisit energi antara

500-1000 kalori perhari, sehingga akan terjadi pembakaran lemak tubuh dan penurunan berat badan 0,5 –

1 kg per minggu. Intake energi diberikan 1200-1300 kal per hari, dan paling rendah 800 kal per hari.

Page 12: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Contoh komposisi makanan yang kami anjurkan adalah dalam sehari pasien bisa memasak 1 gelas beras

(550 kal), 4 potong tempe sedang (150 kal), 1 buah telur (100 kal), 2 potong ayam sedang (300 kal) dan 1

ikat sayuran kangkung (75 kal).

d. Terapi farmakologis pada penderita OA biasanya bersifat simptomatis.

- Asetaminophen = nyeri ringan, per oral dosis untuk nyeri akut yaitu 325-500 mg 4 kali sehari.

- Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) = Untuk nyeri sedang sampai berat, atau ada inflamasi,

maka OAINS yang selektif COX-2 merupakan pilihan pertama, kecuali jika pasien mempunyai risiko

tinggi untuk terjadinya hipertensi dan penyakit ginjal dan perhatian khusus terhadap gangguan

pencernaan. Untuk Na-diklofenak dengan dosis 2x50 mg.

- Tramadol = diberikan tersendiri atau dengan kombinasi dengan analgetika lain jika nyerinya belum

berkurang.

- Opioid = jika analgetika yang lain kurang memberikan manfaat.

e. Terapi pembedahan. Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan rehabilitasi tidak berhasil

untuk mengurangi rasa sakit; dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas yang

menimbulkan gangguan mobilisasi sendi yang mengganggu aktifitas sehari-hari. Operasi dipertimbangkan

pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi.

Teknik yang digunakan adalah total joint arthroplasty dan revision arthroplasty. Sebelum diputuskan

untuk melakukan terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih dahulu risiko dan keuntungannya.

15. Bagaimana pemeriksaan penunjangnya ?

a. Pemeriksaan laboratorium --> biasanya tidak dijumpai kelainan

b. Foto polos sendi (roentgen) --> dapat terlihat penyempitan rongga sendi, pembentukan osteofit (tonjolan-

tonjolan kecil pada tulang), perubahan bentuk sendi, dan destruksi tulang

c. Pemeriksaan cairan sendi --> dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan sendi

d. Pemeriksaan artroskopi --> dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan sebelum tampak di foto polos

16. Bagaimana komplikasi ?

- Deep Vein Thrombosis

- Infeksi

- Loosening

- Gangguan pada patella

- Rekuren dislokasi

- Fraktur

- Tibia Tray Wear

Page 13: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

- Peroneal Palsy

17. Bagaimana prognosis ?

Umumnya baik, sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat

yang memerlukan operasi.

18. Bagaimana preventif dan promotionnya ?

OA dapat dihindari dengan mengeliminir faktor predisposisi yang ada. Hal yang dapat dilakukan :

1. Menjaga berat badan.

2. Melakukan jenis olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian atau yang menyebabkan

terjadinya perlukaan sendi. Contohnya berenang dan olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk dan

tiduran.

3. Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur.

4. Menghindari perlukaan pada persendian

5. Meminum obat-obatan suplemen sendi (atas anjuran dokter)

6. Mengkonsumsi makanan sehat.

7. Memilih alas kaki yang tepat & nyaman.

8. Lakukan relaksasi dengan berbagai teknik.

9. Hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.

10. Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. Hal tersebut akan

menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.

HIPOTESIS

Ny. Deasy Fajarina menderita nyeri pada sendi lutut yang disebabkan oleh Osteoarthritis.

Kerangka Konsep :

Deasy Fajarina, ♀, 60 th, 80 kg, 160 cm

NYERI SENDI

Nyeri sangat dalam

Kaku ± 30 menit pada pagi hari

Sulit berjalan

terlokalisir

Menyebabkan gangguan tidur

Nyeri sejak 5 tahun lalu

Radiologi :spur formation sendi

lutut.

Differensial Diagnosa:Osteoarthritis

Reumatoid ArthritisGout Arthritis

Osteoarthritis

Ekstremitas Bawah :tekanan darah 110/70

mmHgpenurunan ROM sendi

lutut, hangat, nyeri (+)

krepitasi pada sendi lutut

Dokter praktek swasta

Page 14: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

BAHAN OSOCA BLOK 8

Page 15: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

SKE C

Pak Faisal, 54 tahun, selama 3 tahun ini menderita hypertensi sedang. Kemarin lebih kurang jam 21.00, Pak

Faisal tiba di Palembang dari Jakarta dengan menumpang Travel Mini Bus Full AC. Keesokkan harinya, pada

waktu bangun tidur Pak Faisal juga merasa pipi kirinya terasa kebas. Kemudian Pak Faisal mengunjungi dokter

keluarga. Disamping kondisi di atas, Pak Faisal juga merasa pendengaran telinga kirinya lebih keras suaranya bila

dibandingkan dengan telinga kanan dan adanya gangguan pada indera pengecap dilidahnya.

Pada Pemeriksaan fisik dijumpai :

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 170/90 mmHg

Pemeriksaan lainnya : dalam batas normal

Pemeriksaan Neurologist dijumpai ;

Hypestesia : disekitar pipi

Mengangkat alis : kerutan kulit pada kening asymetris

Menyeringai : bibir kanan lebih tinggi

Refleks-refleks fisiologis : (+) normal

Refleks-refleks patologis : (-)

Identifikasi Masalah

1. Pak Faisal, 54 tahun, 3 tahun menderita hypertensi sedang.

2. Pak Faisal merasa pipi kirinya kebas, sebelumnya Pak Faisal menumpang Travel Mini Bus Full AC dari Jakarta-

Palembang.

3. Pak Faisal ke Dokter Keluarga, Pak Faisal juga merasa pendengaran telinga kiri lebih keras dari kanan, dan

merasa ada gangguan di indra pengecapnya.

4. Pemeriksaan fisik : Td : 170/90 mmHg

5. Pemeriksaan Neurologis :

Hypestesia : di sekitar pipi kiri

Mengangkat alis : kerutan kulit pada kening asymetris

Menyeringai : bibir kanan lebih tinggi

Analisis Masalah

1. a. Apa yang dimaksud dengan Hypertensi?

Page 16: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

kondisi medis peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic

lebih dari 90 mmHg.

b. Bagaimana tingkatan dari Hypertensi?

- Stadium I, Ringan :

Sistolik : 140-159 mmHg

Diastolik : 60-90 mmHg

- Stadium II, Sedang :

Sistolik : 160-179 mmHg

Diastolik : 100-109 mmHg

- Stadium III, Berat :

Sistolik : 180-209 mmHg

Diastolik : 110-119 mmHg

- Maligna :

Sistolik : ≥ 210 mmHg

Diastolik : ≥ 120 mmHg

c. Apa penyebab Hypertensi?

Hipertensi primer

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti : genetika, lingkungan,

hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, systemrennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok

dan stress.

Hipertensi sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil,

gangguan endokrin.

d. Bagaimana hubungan umur dan hypertensi?

Semakin tua usia seseorang, serat kolagen pada dinding arteri dan arteriole menebal pembuluh darah

menjadi lebih kaku elastisitas yang berkurang diameter berkurang tekanan .

e. Bagaimana mencegah Hypertensi?

Page 17: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

a) Menghindari ''Junk food” dan makanan yang mengandung banyak garam perlu dihindari. Juga makanan

yang terlalu lama di freezer. Konsumsi gula juga perlu dibatasi. Kalau perlu cukup mengonsumsi satu

sendok gula setiap hari.

b) Menghindari makanan yang mengandung vetsin

c) Menghentikan kebiasaan merokok. Sebab satu batang rokok bisa meningkatkan tekanan darah sistolik

hanya dalam waktu lima menit. Asap rokok merupakan radikal bebas yang bisa mengakibatkan

penyempitan pembuluh darah.

d) Perlu istirahat dan tidur yang cukup.

g. Bagaimana mekanisme Hypertensi?

2. a. Apa itu paralysis?

hilangnya kekuatan yang dalam hal ini mempengaruhi anggota tubuh yaitu kaki dan lengan ataupun

kelompok otot.

b. Bagaimana klasifikasi paralysis?

- Monoplegia<satu anggota badan>

- diplegia <bagian badan sama pada kedua sisi badan, contohnya:kedua lengan atau kedua sisi wajah>

- hemiplegia <satu sisi badan atau separuh badan>

- quadriplegia <semua keempat anggota badan dan batang tubuh>

c. Apa penyebab paralysis?

ArterioleImbalans Elektrolit

Arteri

vasokonstriksi

arterosklerosis

hipertensi

pengaruh syaraf/ hormon dalam darah

diabetic neuropatiGMCpolisistik disease

(tumor)chronic tububointestilnefritishiperlipidemiausia lanjut

Page 18: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

pada otak adalah : stroke, tumor, truma (disebabkan jatuh atau pukulan), multiple sclerosis (penyakit

yang merusak bungkus pelindung yang menutupi sel saraf), serebral palsy (keadaan yang disebabkan

injuri pada otak yang terjadi sesaat setelah lahir), gangguan metabolik (gangguan dalam penghambatan

kemampuan tubuh untuk mempertahankannya).

pada batang otak lebih sering disebabkan trauma, seperti jatuh atau kecelakaan mobil.

pada tulang belakang termasuk : tumor, herniasi sendi (juga disebut ruptur sendi), spondilosis, rematoid

artrirtis pada tulang belakang atau multiple sklerosis.

pada saraf tepi mungkin disebabkan trauma, carpal tunel sindrom, Gullain Barre Syndrom, radiasi, toksin

atau racun, CIDP, penyakit dimielinisasi.

d. Bagaimana anatomi pipi (kiri dan kanan)?

e. Apa hubungan kebas di pipi kiri dan AC di travel?

Angin dari AC

Masuk ke tengkorak melalui foramen stylomastoideus

Vasokonstriksi arteriole

Iskemik primer

Nervus facialis terjepit

Iskemik sekunder pada jaringan nervus facialis

Gangguan penghantaran impuls n. facialis

Motorik terganggu

Left facial palsy

Vasodilatasi pembuluh darah kapiler

yang terletak antar n. facialis dan canalis facialis

Mekanisme kompensasi

Page 19: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

f. Mengapa kebas terjadi di pipi kiri?

karena setelah terpajanan udara dingin dari travel mini bus full AC terpusat pada satu tempat canalis

facialis berupa tulang, saraf tidak dapat membesar terjadi kompresi dan iskemia otot-otot wajah

menjadi lumpuh (kebas) pada satu sisi.

g. Apa hubungan kebas dengan Hypertensi?

Aterosklerosis & peningkatan tahanan

perifer pada hipertensi

Ketidakmampuan N.VII untuk meneruskan impuls

saraf

penyempitan pembuluh darah

Pembengkakan N.VII

ischemia

Kekurangan nutrisi dan oksigen

Aliran darah menuju jaringan terhambat

Terjadi terus menerus

Jika terjadi di tempat asal nervus VII

Page 20: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

h. Mengapa kebas baru terasa di keesokkan paginya?

karena waktu untuk terjadinya kelumpuhan dibutuhkan waktu sampai dengan 48 jam.

3. a. Apa yang seharusnya dokter keluarga lakukan?

a) pemeriksaan fisis

b) pemeriksaan neurologis

c) untuk treatment lebih lanjut di lakukan rujukan kepada dokter spesialis.

b. Mengapa pendengaran sebelah kiri lebih keras dari pada sebelah kanan?

Page 21: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Mekanisme Hyperacusis

Gelombang suara

Ditangkap daun telinga

Menggetarkan membrantimpani

Menggetarkan maleus

Menggetarkan inkus

Menggetarkan stapes

N. Vestibulococlear

Peredaman oleh M. stapedius

N. Facialis

N. Brachial motor

c. Apa hubungan antara pendengaran telinga kiri dan kebas di sebelah kiri?

Lesi LMN di os petrosum atau cavum timpani dan pada cabang-cabang tepi nervus facialis. Proses

patologik di sekitar meatus akustikus internus akan melibatkan nervus facialis dan akustikus. Maka paralisis

LMN akan timbul bergandengan dengan reaksi pendengaran.

d. Bagaimana anatomi telinga?

e. Bagaimana histologi telinga?

Page 22: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

f. Bagaimana fisiologi telinga?

a) menangkap suara untuk mendengar

b) sebagai aksesoris

g. Bagaimana anatomi lidah?

h. Bagaimana histologi lidah?

Page 23: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Gambar 2.5 Histologi Lidah

Keterangan :

LEAF SHAPED PAPILLAE OF THE TONGUE

(Stained with haematoxylin and eosin)

1 - epithelium covering papilla (stratified squamous nonkeratinizing)

2 - core of the papilla (lamina propria of the mucosa of dorsal surface of the tongue)

3 - taste bude

i. Bagaimana fisiologi lidah?

a) mengidentifikasi makanan

b) membantu tindakan berbicara

c) merespon rasa manis, asin, asam, dan pahit

j. Apa penyebab gangguan indra pengecap pada Pak Faisal?

k. Apa hubungan antara kebas di pipi, indra pengecap, dan gangguan pendengaran ? Jelaskan!

makanan2/3 anterior lidah(papilla

filipormis,papilla fungiformis,papilla vallata

Corda timpani

Gang. Dalam merasakan makanan

Gyrus post centralis di operculum insula parietalis

Gangguan penghantaran impuls

N.Fasialis terganggu

Page 24: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

4. Apa intetrpretasi dari TD : 170/90 mmHg?

termasuk hipertensi sedang

5. a. Bagaimana interpretasi Hypertesia pipi kiri?

menurunnya kemampuan fungsi otot di bagian sekitar pipi kiri

b. Bagaimana interpretasi dan mekanisme kerutan kiri pada kening asimetris?

Interpretasi : Kelumpuhan n. Facialis central.

Mekanisme :

dahi di kerutkan → inervasi bilateral → kening asimetris

c. Bagaimana interpretasi bibir kanan lebih tinggi?

asimetris diantara kedua bagian

6. Apa yang terjadi pada Pak Faisal?

menderita Bell’s Palsy

7. Apa saja organ yang terlibat? (neuroanatomi)

LMN pada nervus facialis N.VII

8. Bagaimana etiologinya?

Tidak diketahui.

Page 25: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

9. Bagaimana epidemiologinya?

Bell’s palsy menempati urutan ketiga penyebab terbanyak dari paralysis fasial akut. Penderita diabetes

mempunyai resiko 29% lebih tinggi, dibanding non-diabetes. Bell’s palsy mengenai laki-laki dan wanita

dengan perbandingan yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun lebih rentan terkena

daripada laki-laki pada kelompok umur yang sama. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun lebih

sering terjadi pada umur 15-50 tahun. Pada kehamilan trisemester ketiga dan 2 minggu pasca persalinan

kemungkinan timbulnya Bell’s palsy lebih tinggi daripada wanita tidak hamil, bahkan bisa mencapai 10 kali

lipat .

10. Bagaimana Risk Factor-nya?

(1) Usia di atas 60 tahun

(2) Paralisis komplit

(3) Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh,

(4) Nyeri pada bagian belakang telinga dan

(5) Berkurangnya air mata

11. Bagaimana patogenesisnya?

Hingga kini belum ada pesesuaian pendapat. Teori yang dianut saat ini yaitu teori vaskuler.

vasodilatasi pembuluh darah yang terletak antara n. fasialis dan dinding kanalis fasialis iskemi primer n.

fasialis gangguan fungsi n. fasialis

12. Bagaimana Differensial Diagnosanya?

a. Bell’s Palsy

b. Facial Palsy

c. Miastemia Gravis

13. Bagaimana diagnosa kerjanya ?

Bell’s Palsy ecausa pajanan dingin dari AC yang terpusat pada pipi kiri.

14. Bagaimana penatalaksanaannya?

a. Istirahat terutama pada keadaan akut

Page 26: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

b. Medikamentosa

- Prednison : pemberian sebaiknya selekas-lekasnya terutama pada kasus BP yang secara elektrik

menunjukkan denervasi. Tujuannya untuk mengurangi udem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang

dianjurkan 3 mg/kg BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2

minggu. dosis tinggi : 40 – 60 mg /hr selama 5 hr (u/ masa akut)

- Vitamin B1

c. Fisioterapi

Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan

fisioterapi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu :

mengurut/massage otot wajah selama 5 menit pagi-sore atau dengan faradisasi.

d. Operasi

Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal

maupun intrakranial. Tindakan operatif dilakukan apabila :

• tidak terdapat penyembuhan spontan

• tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan prednison

• pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total.

Beberapa tindakan operatif yang dapat dikerjakan pada BP antara lain

- dekompresi n. fasialis yaitu membuka kanalis fasialis pars piramidalis mulai dari foramen

stilomastoideum

- nerve graft

- operasi plastik untuk kosmetik (muscle sling, tarsoraphi).

15. Bagaimana pemeriksaan penunjangnya?

1) Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)

Pemeriksaan ini membandingkan kontraksi otot-otot wajah kiri & kanan setelah diberi rangsang listrik.

Perbedaan rang sang lebih 3,5 mA menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA menunjukkan

kerusakan it fasialis ireversibel.

2) Uji konduksi saraf (nerve conduction test)

Pemeriksaan untuk menentukan derajat denervasi dengan cara mengukur kecepatan hantaran listrik pada n.

fasialis kiri dan kanan.

3) Elektromiografi

Pemeriksaan yang menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya otot-otot wajah.

4) Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah Gilroy dan Meyer (1979) menganjurkan pemeriksaan fungsi

pengecap dengan cara sederhana yaitu rasa manis (gula), rasa asant dan rasa pahit (pil kina).

Page 27: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Elektrogustometri membandingkan reaksi antara sisi yang sehat dan yang sakit dengan stimulasi listrik

pada 2/3 bagian depan lidah terhadap rasa kecap pahit atau metalik. Gangguan rasa kecap pada BP

menunjukkan letak lesi n. fasialis setinggi khorda timpani atau proksimalnya.

5) Uji Schirmer

Pemeriksaan ini menggunakan kertas filter khusus yang diletakkan di belakang kelopak mata bagian bawah

kiri dan kanan. Penilaian berdasarkan atas rembesan air mata pada kertas filter; berkurang atau

mengeringnya air mate menunjukkan lesi n. fasialis setinggi ggl. Genikulatum.

16. Bagaimana komplikasinya?

disgeusia atau ageusia, spasme nervus fasialis yang kronik dan kelemahan saraf parasimpatik yang

menyebabkan kelenjar lakrimalis tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi infeksi pada kornea.

17. Bagaimana prognosisnya?

Sangat bergantung kepada derajat kerusakan n. fasialis. Pada anak prognosis umumnya baik oleh karena

jarang terjadi denervasi total. Penyembuhan spontan terlihat beberapa hari setelah onset penyakit dan pada

anak 90% akan mengalami penyembuhan tanpa gejala sisa.

Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih, mempunyai peluang 40% sembuh total dan beresiko tinggi

meninggalkan gejala sisa. Penderita yang berusia 30 tahun atau kurang, hanya punya perbedaan peluang 10-15

persen antara sembuh total dengan meninggalkan gejala sisa. Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka

penderita cenderung meninggalkan gejala sisa, yaitu sinkinesis, crocodile tears dan kadang spasme hemifasial.

Penderita diabetes 30% lebih sering sembuh secara parsial dibanding penderita nondiabetik dan penderita

DM lebih sering kambuh dibanding yang non DM. Hanya 23 % kasus Bells palsy yang mengenai kedua sisi

wajah. Bell’s palsy kambuh pada 10-15 % penderita. Sekitar 30 % penderita yang kambuh ipsilateral

menderita tumor N. VII atau tumor kelenjar parotis.

18. Bagaimana preventif dan promotion-nya?

a. Jika berkendaraan motor, gunakan helm penutup wajah full untuk mencegah angin mengenai wajah.

b. Jika tidur menggunakan kipas angin, jangan biarkan kipas angin menerpa wajah langsung. Arahkan kipas

angin itu ke arah lain. Jika kipas angin terpasang di langit-langit, jangan tidur tepat di bawahnya. Dan selalu

gunakan kecepatan rendah saat pengoperasian kipas.

c. Kalau sering lembur hingga malam, jangan mandi air dingin di malam hari. Selain tidak bagus untuk

jantung, juga tidak baik untuk kulit dan syaraf.

d. Bagi penggemar naik gunung, gunakan penutup wajah / masker dan pelindung mata. Suhu rendah, angin

kencang, dan tekanan atmosfir yang rendah berpotensi tinggi menyebabkan Anda menderita Bell's Palsy.

Page 28: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

e. Setelah berolah raga berat, JANGAN LANGSUNG mandi atau mencuci wajah dengan air dingin.

f. Saat menjalankan pengobatan, jangan membiarkan wajah terkena angin langsung. Tutupi wajah dengan

kain atau penutup.

19. Bagaimana pandangan Islam tentang menjaga kesehatan?

Jika ada diantara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajib atasnya

berfidyah, yaitu berpuasa, atau bersedekah atau berkorban” [Al-Baqarah : 196]

Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”

[Al-A’raf : 157]

Hipotesis :

Pak Faisal 54 tahun menderita Bells Palsy akibat vasocontriksi pembuluh darah perifer setelah terpapar oleh

dinginnya AC.

Kerangka Konsep :

Page 29: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

BAHAN OSOCA BLOK 8

Lk, 54 th Melakukan perjalanan

Menderita Hypertensi sejak 3 thn

lalu

Terpapar AC

Pipi kiri terasa kebas, esok

harinya.

Pendengaran telinga kiri lebih keras

Gangguan pada indera pengecap

Bibir kanan lebih tinggi

Kerutan kulit kening asimetris

Hypesthesia di pipi kiri

TD

170/90 mmHg

Pemeriksaan Neurologist

Pemeriksaan Fisik

Dokter Keluarga

acuteFacial Palsies

Bell’s palsy

Hypertensi sedang

Page 30: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

SKE B

Skenario Kasus

Seorang wanita Ny Yani 58 tahun mengeluh nyeri di pinggul kiri yang semakin lama semakin berat sampai

sulit ber clan. Ketika berumur 55 tahun, Ny. Yani sering sakit pinggang dan menurut Dokter Bedah,

dijumpai tanda patah tulang ringan di tulang belakang. Saat itu, Ny. Yani hanya diberi korset dan makan

obat penghilang nyeri. Ny Yani menopause sejak berumur 42 tahun dan semasa mudanya kurang menyukai

olahraga, tidak mmum susu kecuali terpaksa dan sebagai wanita karir suka, merokok meskipun sedikit demi

pergaulan.

Pada pemeriksaan fisik dijumpai :

Kesadaran compos mentis; frekuensi pernafasan 22 x/menit; denyut nadi 96 x/menit; isi dan tegangan

cukup; tekanan darah 130/85 mmHg; temperatur 37,2° C:

Keadaan spesifik:

Kepala : pupil isokor, refleks cahaya normal; telinga tidak ada kelainan; tenggorokan normal

Leher : tidak ada kaku, kuduk; tidak ada pembesaran kelenjar limfe.

Thoraks : simetris; tidak ada, retraksi; bunyi jantung normal; paru-paru bunyi vesikuler normal; tidak

ada ronchi.

Abdomen : datar ; lemas, bising usus (+) normal.

Ekstremitas atas tidak ada kelainan

Ektremitas bawah : Look : Asimetris pinggul kanan dan kiri

Gerakan terbatas pada pinggul kiri

Feel : Nyeri tekan pada pinggul kiri

Move : gerakan aktif terbatas karena ada rasa sakit pada pinggul kiri gerakan

pasif nyeri pinggul kiri bila digerakkan

ROM : terbatas pada pinggul kiri

Fungsi sensorik : tidak ada kelainan

Pemeriksaan penunjang didapatkan :

BMD dengan hasil -2,5 standar deviasi

Page 31: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

DEXA : hasil masih ditunggu

FOTO POLOS : Discontinuenity tissue left intertrochanterica and Excessive loss of trabecular bone

Ny.Yani dikonsultasikan kepada dokter spesialis bedah tulang. Sebelum konsultasi keluarga telah sepakat

tidak setuju bila dilakukan operasi

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Ny. Yani, 58th, nyeri pinggang dipinggul kiri, makin berat, sulit berjalan.

2. Usia 55 thn, sakit pinggang, ada tanda patah tulang ringan di tulang belakang hanya diberi korset dan makan

obat penghilang rasa nyeri.

3. Usia 42 thn, menopuse, kurang suka olahraga, tidak minum susu kecuali terpaksa, suka merokok sedikit demi

sedikit.

4. Keadaan Spesifik :

Abdomen : datar, lemas

Eks. Bawah : seluruhnya.

5. Pemeriksaan penunjang :

BMD : -2,5 Sd

Foto polos : discontinuenity tissue left intertrochanterica and Escessive loss of trabecular bone.

6. Ny. Yani dikonsultasi ke dokter spesialis bedah tulang namun pihak keluarga sepakat tidak setuju dilakukan

operasi sebelum dikonsultasikan.

ANALISIS MASALAH

1. a. Apakah itu nyeri ?

Page 32: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Sensasi subjektif rasa tidak nyaman yang biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.

b. Apakah penyebab dari nyeri ?

1. Trauma

a. Mekanik

ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, dan luka

b. Thermis

ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal karena api dan air.

c. Khemis

kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat

d. Elektrik

pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan

luka bakar.

2. Neoplasma

a. Jinak

b. Ganas

3. Peradangan

kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit oleh pembengkakan.

Misalnya : abses

4. Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah

5. Trauma psikologis

c. Apa saja tipe nyeri ?

a) Noniseptif <akibat perasangan noniseptor (serabut a-delta dan serabut-c) o/ rangsangan mekanik, termal,

atau kemikal>

b) Neuropatik <timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf>

c) Somatik <nyeri pada organ non viseral, misalnya nyeri pasca bedah, nyeri tulang>

d) Viseral <nyeri dari organ viseral, biasanya akibat distensi <jarak> organ yang berongga, misalnya usus,

kandung empedu, pankreas, jantung. diikuti referred pain dan sensasi otonom, seperti mual dan muntah.>

d. Bagaimana tingkatan nyeri ?

a. Nyeri akut <kerusakan jaringan akut yang durasinya antara beberapa jam sampai beberapa hari>

Page 33: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

b. Nyeri kronik <proses akut membaik atau berkaitan dengan jejas non spesifik>

e. Bagaimana mekanisme nyeri ?

transduksi stimuli akibat kerusakan jaringan dalam saraf sensorik → aktivitas listrik → ditransmisikan

melalui serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula spinalis,

talamus, dan korteks serebri → modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat → Impuls listrik

dipersepsikan dan didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri → rangsangan dapat berupa

rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi →

NYERI

f. Bagaimana cara menghentikan rasa nyeri ?

Dengan pemberian obat-obat analgetik seperti :

a. analgetik opoid

b. analgetik non opoid

c. analgetik adjuvan

Selain obat dan terapi, untuk pertolongan pertama bisa dilakukan kompres. Dari jenisnya, kompres dibagi

menjadi dua, yakni kompres dingin dan hangat, yang memiliki manfaat berikut:

a. Kompres hangat

- menempelkan kantong karet yang diisi air hangat atau handuk yang telah direndam di dalam air hangat,

ke bagian tubuh yang nyeri.

- diikuti dengan latihan pergerakan atau pemijatan.

- Dampak fisiologis dari kompres hangat adalah pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot tubuh lebih

rileks, menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri, dan memperlancar pasokan aliran darah.

b. Kompres dingin

- kantong berisi es batu (cold pack), bisa juga berupa handuk yang dicelupkan ke dalam air dingin.

- Dampak fisiologisnya adalah vasokonstriksi (pembuluh darah penguncup) dan penurunan metabolik,

membantu mengontrol perdarahan dan pembengkakan karena trauma, mengurangi nyeri, dan

menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot.

c. ultrasonik

d. tens

e. akupuntur

f. brofeedback

g. dukungan psikis

Page 34: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

g. Mengapa Ny. Yani mengeluh nyeri di pinggul kiri ?

Karena berkemungkinan adanya fraktur.

h. Mengapa nyeri yang dialami Ny. Yani semakin berat dan hingga sulit berjalan?

Nyeri terjadi karena fraktur, dan dengan bertambahnya usia maka risiko terjadinya fraktur terutama pada

panggul semakin besar.

i. Apakah ada hubungan usia dengan nyeri yang dialami?

Nyeri terjadi karena fraktur, dan dengan bertambahnya usia maka risiko terjadinya fraktur terutama pada

panggul semakin besar.

j. Bagaimana anatomi pinggul?

2. a. Apa hubungan antara patah tulang 3 tahun yang lalu dengan nyeri yang dirasakan hingga sulit berjalan?

Ada hubungannya, karena ada fraktur ringan dan discontinuity.

b. Apakah itu patah tulang (fraktur)?

Page 35: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik dan sudut dari tenaga

tersebut, keadaan dari tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur

yang terjadi itu lengkap, tidak lengkap.

c. Apa saja yang menyebabkan fraktur?

a. Benturan dan cedera (jatuh pada kecelakaan)

b. Fraktur patologik (kelemahan hilang akibat penyakit kanker, osteophorosis)

c. Patah karena letih

d. Patah karena tulang tidak dapat mengabsorbsi energi karena berjalan terlalu jauh.

d. Bagaimana klasifikasi dari fraktur?

1. Patah tulang tertutup (patah tulang simplek).

Tulang yang patah tidak tampak dari luar.

2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk).

Tulang yang patah tampak dari luar karena tulang telah menembus kulit atau kulit mengalami robekan.

Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.

3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan).

akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan

melawan panjangnya tulang. Sering terjadi pada wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi

rapuh karena osteoporosis.

4. Patah tulang karena tergilas.

menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah ke bagian

tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhannya akan berjalan sangat lambat.

5. Patah tulang avulsi.

kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling

sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa juga terjadi pada tungkai dan tumit.

6. Patah tulang patologis.

sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh ke dalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh.

Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cedera ringan atau bahkan tanpa cedera

sama sekali.

e. Apakah fungsi korset (ortose spinal) yang diberi oleh dokter bedah terhadap fraktur yang dialami?

Page 36: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Menfiksasi bagian yang patah agar tidak bergerak dan lebih sering dipakai pada patah tulang belakang

sehingga di pasang melingkar dada dan pinggang.

f. Apakah defenisi dari analgesik?

Analgesik adalah suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri

(diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga

menimbulkan kerusakan pada jaringan yang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan

prostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak) yang secara

umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika non narkotik (seperti: asetosat, parasetamol) dan

analgetika narkotik (seperti : morfin).

g. Apa saja analgelsik yang biasa dikonsumsi pada orang yang mengalami fraktur?

Obat Analgetik Narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat opium atau morfin.

h. Apa efek samping dari analgesik ?

morfin dan kebanyakan agonis opioid mempengaruhi sistem fisiologis secara luas, menyebabkan analgesia,

mempengaruhi mood dan perilaku puas, dan mengubah fungsi pernafasan, kardiovaskular, gastrointestinal,

dan neuroendokrin.

3. a. Berapa usia normal seorang wanita mengalami menopause?

Lebih dari 45 tahun.

b. Apakah penyebab menopause pada usia 42 thn?

a. Genetik

b. Autoimun

c. Rokok

c. Bagaimana hubungan menopause dengan penyakit yang diderita?

Page 37: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

d. Bagaimana hubungan gaya hidup dengan penyakit yang diderita?

4. a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme dari ekstramitas bawah (look, feel, move, ROM)?

Trauma

Low bone mass/

impaired bone

quality

Inadequate peak bone

massMenopause

Decrease in bone

mass/bone quality

Calcium/vitamin D deficiency

Other factors

Fractures

Osteoporosis

estrogen

BMD

Nikotin

osteoclast

Inhibit osteoblast process

Physical Activity

Peak Bone Mass

Wanita Karir

Suka merokok

Jarang minum susu

Nutrition

Page 38: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Menunjukkan keabnormalitasan pada ekstremitas bawah.

5. a. Bagaimana interpretasi dan pemeriksaan pada BDM ?

T-score membandingkan BMD seseorang dengan nilai rata-rata dewasa muda dan dinyatakan dalam

standard deviasi

Normal, T-score lebih 1.0

Low bone mass (osteopenia(low bone density), antara -1.0 sampai -2,5

Osteoporosis, lebih kecil -2,5

Hasil BMD -2,5 standar deviasi pada Ny.Yani menunjukkan bahwa Ny.Yani mengalami Osteoporosis

b. Bagaimana interpretasi dan pemeriksaan foto polos ?

Discontinuenity tissue left intertrochanterica and Escessive loss of trabecular bone menunjukkan telah

terjadinya fraktur pada intertrochanterica kiri Ny.Yani dan penurunan matriks tulang (trabecular bone)

c. Bagaimana interpretasi dan pemeriksaan DEXA?

Hasil DEXA -2,5 SD menunjukkan osteoporosis, namun dapat diklarifikasikan osteoporosis berat jika

disertai satu atau lebih fraktur karena osteoporosis.

Pemeriksaan :

pemeriksaan densitas tulang dilakukan di daerah tulang belakang, panggul dan pergelangan tangan.

6. Bagaimana diferensial diagnosa ?

a. Osteoporosis

b. Osteomalacia

7. Bagaimana pemeriksaan penunjang?

Dengan melakukan pemeriksaan lanjutan seperti :

1. Densitometer (DEXA)

2. Densitometer USB

3. Laboratorium osteocalsin

8. Apakah yang sebenarnya terjadi pada Ny. Yani ?

Page 39: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Jawab :

Ny. Yani mengalami Osteoporosis.

9. Bagaimana diagnosis kerja ?

Fraktur ecausa osteoporosis.

10. Bagaimana etiologi dari penyakit Ny. Yani?

a. Umur

b. Ras kulit putih

c. Wanita yang merupakan faktor resiko osteoporosis

11. Bagaimana epidemiologi ?

Diperkirakan lebih 200 juta orang diseluruh dunia terkena osteoporosis , sepertiganya terjadi pada usia 60-70

th, 2/3nya terjadi pada usia lebih 80 th. Diperkirakan 30% dari wanita di atas usia 50 th mendapat 1 atau

lebih patah tulang vertabra.

Diperkirakan 1 dari 5 pria di atas 50 th mendapat  patah tulang akibat osteoporosis dalam hidupnya. Angka

kematian 5 tahun pertama meningkat sekitar 20 % pada patah tulang vertebra maupun panggul.

12. Bagaimana patogenesis ?

13. Bagaimana penataklaksana ?

a. Diet

b. Pemberian kalsium dosis tinggi

c. Pemberian vitamin D dosis tinggi

d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung

14. Bagaimana komplikasi ?

Patah tulang (fraktur)

15. Bagaimana prognosis ?

Page 40: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

trombosis vena dalam dan / atau emboli paru,

pneumonia

kematian

rasa sakit kronis parah neurogenik asal, yang dapat sulit untuk mengontrol, serta cacat.

Kyphosis

penurunan kualitas yang berhubungan dengan kesehatan hidup.

16. Bagaimana preventif dan promotion ?

Menghindari faktor-faktor risiko osteoporosis seperti rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati

dalam aktivitas fisik.

Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi

17. Bagaimana pandangan islam terhadap gaya hidup dengan pemeliharaan kesehatan ?

Jika ada diantara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajib atasnya

berfidyah, yaitu berpuasa, atau bersedekah atau berkorban” [Al-Baqarah : 196]

Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”

[Al-A’raf : 157]

Hipotesis

“Ny. Yani mederita osteoporosis yang menyebabkan fraktur pada interthrocanterica sinistra dan colummna

vertebra.”

Kerangka konsep

Pr, 58 Thn

Nyeri pinggul kiri yang

makin hebat

Merokok

Minum susu jika terpaksa

Pemeriksaan penunjang

(Foto Polos)

Pemeriksaan Spesifik

(Ext.Bawah)

55thn, Fraktur tulang ringan pd

columna vertebra

Pemeriksaan Fisik

OsteoporosisMenopause sejak usia 42

thn

Kurang Olahraga

Penggunaan korset dan pemberian

analgesik

Page 41: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

BAHAN BLOK 8

Page 42: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Skenario

Fajrianti, anak perempuan umur 4 tahun 7 bulan datang ke UGD dengan kejang. Selama kejang, mata Fajrianti

mendelik keatas, mulutnya mengatup dengan ekspresi menggigit, sehingga ibunya memasukkan sendok

dimulutnya dan dikasih gula merah. Pada saat datang ke UGD ia mengalami kejang yang keempat kalinya dalam 2

jam terakhir. Tiap kali kejang berlangsung selama 15-20 menit.

Menurut ibunya, Fajrianti sudah mengalami demam sejak 3 hari yang lalu dan mengeluh sakit kalau menelan.

Orang tuannya telah memberikan sirup paracetamol, namun panasnya tidak turun. Kadang-kadang suhu tubuhnya

normal, adakalanya panas kembali.

Kejang yang dialami Fajrianti ini sudah pernah dialami beberapa kali sejak berusia 1 tahun. Fajrianti adalah

anak kelima dari keluarga miskin. Fajrianti dilahirkan belum cukup bulan denngan berat badan 2000gr.

Dokter jaga yang melakukan pemeriksaan fisik pada Fajrianti mendapatkan hasil : Kesadaran compos mentis ;

frekuensi pernafasan 24x/menit; denyut nadi 128x/menit; isi dan tegangan cukup; tekanan darah 90/60 mmHg;

temperatur 39,6 Co

Keadaan Spesifik

Kepala : pupil isokor, refleks cahaya normal; telinga tidak ada kelainan; tenggorokkan hiperemis

Leher : tidak ada kaku kuduk; tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thoraks : simetris; tidak ada reaksi; bunyi jantung normal; paru-paru bunyi vesikuler normal; tidak ada

ronchi

Abdomen : datar; lemas; bising usus (+) normal

Ekstremitas : tidak ada sianosis; tidak ada akral dingin

Status neurologikus :

Fungsi Motorik :

Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan 4 5 5 5

Tonus + normal + normal + normal + normal

Klonus - - - -

Refleks Fisiologis + normal + normal + normal + normal

Refleks Patologis - - - -

Page 43: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Fungsi sensorik : tidak ada kelainan

Gejala rangsan meningeal : tidak ada

Nn. Craniales : tidak ada kelainan

Laboratorium klinik :

Darah : Urine :

Hb : 12,6 % Sel epitel : +

Leukosit : 11.000/mm3 Leukosit : 0-1/LPB

LED : 12 mm/jam Eritrosit : 0-1/LPB

Trombosit : 200.000/ mm3 Silinder : -

Hitung jenis : 0/0/0/52/48/0

Feses :

WBC : 1-2/LPB RBC : 0-2/LPB

Fungsi Lumbal : LCS jernih, pancaran biasa, Pandy test (-), jumlah sel (-)

EEG : Abnormal (disfungsi iritatif)

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Fajrianti, anak perempuan umur 4 tahun 7 bulan datang ke UGD dengan kejang. Selama kejang, mata Fajrianti

mendelik keatas, mulutnya mengatup dengan ekspresi menggigit, sehingga ibunya memasukkan sendok

dimulutnya dan dikasih gula merah.

2. Pada saat datang ke UGD ia mengalami kejang yang keempat kalinya dalam 2 jam terakhir. Tiap kali kejang

berlangsung selama 15-20 menit.

3. Fajrianti sudah mengalami demam sejak 3 hari yang lalu dan mengeluh sakit kalau menelan. Orang tuannya

telah memberikan sirup paracetamol, namun panasnya tidak turun. Kadang-kadang suhu tubuhnya normal,

adakalanya panas kembali.

4. Kejang yang dialami Fajrianti ini sudah pernah dialami beberapa kali sejak berusia 1 tahun. Fajrianti adalah

anak kelima dari keluarga miskin. Fajrianti dilahirkan belum cukup bulan denngan berat badan 2000gr.

5. Hasil pemeriksaan Fisik dan Keadaan Spesifik Fajrianti

6. Hasil pemeriksaan fungsi motorik

7. Hasil pemeriksaan laboratorium klinik

ANALISIS MASALAH

Page 44: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

1. a. Apa yang dimaksud dengan kejang ?

Kejang atau convulsion adalah suatu manifestasi klinis sebagai akibat dari cetusan yang berlebihan dan

abnormal dari sel-sel neuron di otak.

b. Apa saja jenis kejang ?

1. Kejang parsial <kesadaran utuh walaupun berubah, fokus satu bagian tetapi dapat menyebar ke bagian

lain>

- Parsial sederhana :

< bersifat motorik, sensorik, autonomik, psikik; kurang dari 1 menit>

- Parsial kompleks :

<Dimulai sebagai kejang parsial sederhana perubahan kesadaran disertai gejala motorik, sensorik,

otomatisme dapat menjadi kejang generalisata; selama 1-3 menit>

2. Kejang generalisata < hilangnya kesadaran, tidak ada awitan fokal, bilateral dan simetrik, tidak ada

aura>

- Tonik-Klonik <spasme tonik-klonik otot, inkontinesia urin dan alvi, menggigit lidah>

- Absence <sering salah didiagnosis sebagai melamun. Menatap kosong, kepala sedikit lunglai,

kelopak mata bergetar atau berkedip secara cepat, tonus postural tidak hilang; beberapa detik>

- Mioklonik <mirip syok mendadak yang terbatas beberapa otot atau tungkai, cenderung singkat>

- Atonik <hilangnya secara mendadak tonus otot disertai lenyapnya postur tubuh (drop attacks)>

- Klonik <gerakan menyentak, repetitif, tajam, lambat, dan tunggal atau multiple di lengan, tungkai,

atau torso>

- Tonik <peningkatan mendadak tonus otot (menjadi kaku, kontraksi)wajah dan tubuh bagian atas,

fleksi lengan dan ekstensi tungkai. Mata dan kepala berputar ke satu sisi, dapat menyebabkan henti

nafas>

c. Apa yang menyebabkan terjadinya kejang ?

d. Bagaimana mekanisme terjadinya kejang ?

Page 45: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

e. Organ apa saja yang terlibat pada saat kejang ?

otot rangka dan sistem neuro nya.

f. Termasuk kejang apa yang dialami oleh Fajrianti ?

Kejang demam kompleks.

g. Bagaimana respon fisiologis tubuh Fajrianti saat kejang ?

Gangguan Membran Sel

Gangguan Membran Sel

Gangguan keseimbangan

Ion

Gangguan keseimbangan

Ion

Gangguan pompa Na - K

Gangguan pompa Na - K

Depolarisasi

Depolarisasi

Potensial AksiPotensial Aksi

Pelepasan neurotransmiter

di ujung akson

Pelepasan neurotransmiter

di ujung akson

Reseptor GABA & As. Glutamat di pre sinap

Reseptor GABA & As. Glutamat di pre sinap

Eksitasi > InhibisiEksitasi > Inhibisi

Depolarisasi post sinap

Depolarisasi post sinap

KejangKejang

Page 46: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

Mata Mendelik

N.occulomotorius

Depolarisasi neuron

M. Superior rectus

KontraksiM. Superior rectus

Bola mata berputarke atas

1 = Annulus tendineus communis2 = Superior rectus muscle3 = Inferior rectus muscle4 = Medial rectus muscle5 = Lateral rectus muscle6 = Superior oblique muscle7 = Trochlea of superior oblique8 = Inferior oblique muscle9 = Levator palpebrae superioris muscle10 = Eyelid11 = Eyeball12 = Optic nerve

BAHAN OSOCA BLOK 8

Respon fisiologi tubuh Fajrianti pada saat kejang

Kurang dari 15 menit Berlangsung 15 – 30 menit Ongoing

Increase of frequency respiration.

Increase of blood pressure.

Increase of sugar-content.

Increase of body centre temperature.

Increase of white blood cells.

Decrease of blood pressure.

Decrease of sugar-content.

Disarytmia.

Hypotension cerebrum.

Edema cerebrum.

h. Apakah normal anak yang berumur 4 tahun 7 bulan mengalami kejang ?

Iya. Karena pada anak berumur dibawah 5 tahun lebih rentan terkena kejang, perkembangan otak masih

belum matang dan juga disebabkan :

- Ketidak matangan otak dan meningkatnya kebutuhan oksigen ketika demam berlangsung

- Belum sempurnanya mekanisme pengaturan suhu pada anak.

- Terbatasnya kemampuan sel untuk meningkatkan metabolisme pada temperatur tertentu.

i. Mengapa selama kejang matanya mendelik ke atas, mulut mengatup dan mengekspresikan menggigit ?

Depolarisasi neuron yang menyebabkan kejang mengakibatkan terjadinya kontraksi pada otot-otot wajah.

j. Apakah diperbolehkan ibunya memasukkan sendok ke dalam mulut dan memberikan gula merah ?

Page 47: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Tidak, hal itu tidak disarankan, karena memang tujuannya agar lidahnya tidak tergigit, namun dengan

memasukkan sendok dapat menghambat jalan nafas dan dapat menyebabkan fraktur pada rahang. Begitu

juga dengan gula merah yang tujuannya mengembalikan kondisi yang hipoglikemia, namun dapat

menghambat jalan nafas.

2. a. Apa dampak kejang yang berulang ?

b. Mengapa kejang Fajrianti berulang ?

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang yang berulang antara lain :

- Usia < 15 bulan saat kejang pertama

- Riwayat kejang dalam keluarga

- Kejang terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal

- Riwayat demam yang sering

- Kejang pertama adalah complex febrile seizure

c. Apa pertolongan pertama pada kejang ?

1. Longgarkan pakaian, agar ia lebih mudah bernafas.

Apnea

hypoxemiahypercapnia

Metabolism anaerobik

Acidosis laktat

Denyut jantung

tidak teratur

temperature

Brain metabolism

Kerusakan neuron

otak

Page 48: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

2. Bebaskan jalan napas anak agar pernapasannya tidak terganggu

3. Baringkan dengan posisi miring ke arah anda, sehingga anda bisa melihat kondisinya. Selain itu, agar

apabila ada muntahan bisa terkumpul di pipi bagian bawah dan mudah dikeluarkan. Posisi miring juga

dimaksudkan untuk menghindari bahaya tersedak.

4. Usahakan posisi kepalanya lebih rendah dari kaki agar muntahan tidak masuk ke jalan pernapasan.

5. Bawalah segera ke RS apabila :Kejangnya tidak berhenti dalam waktu 5 menit, kejang berulang atau

lebih dari 1 kali dalam 24 jam, panas tinggi lebih dari 40 C. kejangnya fokal (sebagian tubuh), atau tidak

sadar setelah kejang berhenti

6. Bila kuatir kejang akan berulang, sediakan obat penurun panas dan obat utk menghentikan kejang, yang

dimasukkan ke duburnya. Tentunya penyediaan obat ini harus dikonsultasikan dulu dengan dokter anda.

3. a. Apa yang menyebabkan rasa sakit pada saat menelan ?

Fajrianti diduga mengalami Pharyngitis (radang tenggorokan), ditandai dengan adanya tenggorakan

hiperemis yang dapat disebabkan oleh beberapa sebab antara lain karena terjadinya infeksi pada

tenggorokan. Hal ini menyebabkan peradangan pada tenggorokan Fajrianti sehingga menyebabkan rasa

sakit jika ada makanan yang masuk (pada saat menelan)

b. Apakah hubungan demam dan kejang yang dialami Fajrianti ?

demam dimana terjadi peningkatan suhu mempengaruhi peningkatan metabolisme basal 10% - 15% dan

kebutuhan Oksigen 20% (jika suhu tubuh naik 1o) perubahan keseimbangan dari membran sel otak dan

dalam waktu singkat difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui membran terjadi lepasnya

muatan listrik meluas ke seluruh sel / membran sel di dekatnya dengan bantuan neurotransmitter,

kejang.

c. Apa sifat farmakologis parasetamol ?

a) mempunyai efek analgesik, hanya efektif pada nyeri intesnsitas rendah sampai sedang

b) mempunyai efek antipiretik dengan kemampuan menghambat siklooksigenase di otak

c) tidak mempunyai efek antiradang karena efektif menghambat siklooksigenase di otak tetapi tidak di

tempat peradangan jaringan perifer.

d) tidak menghambat aktivasi neutrofil

d. Apa efek samping dari parasetamol ?

a) ruam kulit berupa urtikaria, kadang lebih parah disertai demam obat atau lesi mukosa

Page 49: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

b) neutropenia

c) trombositopenia

d) nekrosis hati

e) nekrosis tubulus ginjal

f) koma hipoglikemik

4. Apakah kejang yang dialami Fajrianti di turunkan ?

Iya kejang yang dialami oleh seseorang dapat diturunkan secara autosomal dominant.

5. Bagaimana interpretasi KU dan KS serta mekanismenya ?

1. Compos Mentis : Kesadarannya penuh

2. Respiration rate : 30x per menit Dalam batas normal

Tabel Laju Pernapasan Normal per Menit

UMUR RENTANG RATA-RATA WAKTU TIDUR

Neonatus 30-60 35

1 bulan – 1 tahun 30-60 30

1 tahun – 2 tahun 25-50 25

3 tahun – 4 tahun 20-30 22

5 tahun – 9 tahun 15-30 18

10 tahun atau lebih 15-30 15

3. Denyut nadi : 128x/menit Dalam batas normal

Tabel Laju Nadi Normal pada Bayi dan Anak

Page 50: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

UMUR Laju (denyut/ menit)

Istirahat

(bangun)

Istirahat (tidur) Aktif/ demam

Baru lahir 100 – 180 80 – 60 Sampai 220

1 minggu – 3

bulan

100 – 220 80 – 200 Sampai 220

3 bulan – 2

tahun

80 – 150 70 – 120 Sampai 200

2 tahun – 10

tahun

70 - 140 60 – 90 Sampai 200

>10 tahun 70 – 110 50 – 90 Sampai 200

4. Tekanan darah : 90/ 60 mmHg dalam batas normal

Tabel Tekanan Darah pada Bayi dan Anak

Usia Sistolik (2 SD) mmHg Diastolik (2 SD)

mmHg

Neonatus 80 (16) 45 (15)

6 – 12 bulan 90 (30) 60 (10)

1 – 5 tahun 95 (25) 65 (20)

5 – 10 tahun 100 (15) 60 (10)

10 – 15 tahun 115 (17) 60 10)

5. Temperature : 39, 6o C Febris

Normal body temperature : 37°C.

Interpretasi Hasil pemeriksaan spesifik pada Fajrianti

Kepala : - Pupil isokor (Normal pupil),

- Refleks cahaya normal (normal) ;

- Telinga tidak ada kelainan (normal);

- Tenggorokkan hiperemis (telah terjadi Pharyngitis)

Leher : - Tidak ada kaku kuduk;

- Tidak ada pembesaran kelenjar limfe (Normal)

Thoraks : Simetris; tidak ada reaksi; bunyi jantung normal;

Page 51: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

paru-paru bunyi vesikuler normal; tidak ada ronchi (Normal)

Abdomen : Datar; lemas; bising usus (+) normal (Normal)

Ekstremitas : - Tidak ada sianosis;

- Tidak ada akral dingin (Normal)

Tenggorokan hiperemis dapat menjadi alasan adanya radang akibat infeksi di

tenggorokan yang mengakibatkan kejang-demam (KD).

6. Bagaimana interpretasi Fungsi Motorik dan mekanismenya ?

Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Luas Luas Luas Luas

Kekuatan 4 5 5 5

Tonus + normal + normal + normal + normal

Klonus - - - -

Refleks Fisiologis + normal + normal + normal + normal

Refleks Patologis - - - -

Fungsi sensorik : tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : tidak ada

Nn. Craniales : tidak ada kelainan

Hasil pemeriksaan status neurologi yang normal mengindikasikan bahwa Fajrianti tidak menderita Epilepsi

7. Bagaimana interpretasi Laboratorium Klinik dan mekanismenya ?

a. Darah

Hb : 12,6 g% (normal)

Leukosit : 11.000/mm3 (abnormal, meningkat dari nilai normal)

LED : 12mm/jam (normal)

Trombosit : 200.000/mm3 (normal)

Hitung jenis : 0/0/0/52/48/0 (ada infeksi kronis)

basofil/eosinofil/batang/segmen/lymphocyte/monocyte

Page 52: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Hasil jumlah leukosit dan hitung jenis yang normal dapat mengeliminasi DD Kejang-demam akibat

tetanus.

b. Feses

WBC : 1-2/LPB

RBC : 0-2/LPB

LP : LCS jernih, pancaran biasa, Pandy test (-), jumlah sel (-)

Menunjukan bahwa Fajrianti tidak mengalami kejang-demam akibat meningitis dan ensepalitis

c. Urin

Sel epitel : +

Leukosit : 0-1/LPB

Eritrosit : 0-1/LPB

Silinder : -

8. Bagaimana diferensial diagnosanya ?

a. Kejang Demam

b. Epilepsi

c. Meningitis

9. Bagaimana pemeriksaan penunjangnya ?

1. Pemeriksaan radiologi:

X-ray kepala, CT Scan kepala atau MRI tidak rutin dan hanya dikerjakan atas indikasi

2. Pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS):

Tindakan pungsi lumbal untuk pemeriksaan CSS dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan

kemungkinan meningitis.

Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal dikerjakan dengan ketentuan

sebagai berikut:

1. Bayi < 12 bulan: diharuskan

2.  Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan

3.  Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis

3. Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG):

normal

normal

Page 53: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Tidak direkomendasikan, kecuali pada kejang demam yang tidak khas (misalnya kejang demam komplikata

pada anak usia >6 tahun atau kejang demam fokal)

10. Apa yang terjadi pada Fajrianti ?

Kejang Demam yang bersifat Kompleks atau KDK

11. Bagaimana diagnosis kerjanya ?

Kenjang demam ecausa Pharingitis.

12. Bagaimana penatalaksanaannya ?

Penatalaksanaan kejang demam meliputi penanganan pada saat kejang dan pencegahan kejang.

1.  Penanganan Pada Saat Kejang

Menghentikan kejang: Diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/KgBB/dosis IV (perlahan-lahan) atau 0,4-

0,6mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA. Bila kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan

dosis yang sama 20 menit kemudian.

Turunkan demam:

Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO,

keduanya diberikan 3-4 kali perhari

Kompres: suhu > 390C: air hangat; suhu >380C: air biasa

Pengobatan penyebab: antibiotika diberikan sesuai indikasi dengan penyakit dasarnya

Penanganan suportif lainnya meliputi:

o Bebaskan jalan nafas

o Pemberian oksigen

o Menjaga keseimbangan air dan elektrolit

o Pertahankan keseimbangan tekanan darah

2. Pencegahan Kejang

Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis

PO dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam

Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO

dibagi dalam 2-3 dosis

13. Bagaimana komplikasinya ?

a) Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15 menit dan bersifat unilateral

b) Kelumpuhan

Page 54: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

c) Epilepsy

d) Hemi paresis (if convulsion >30minutes)

14. Bagaimana prognosanya ?

a. Dubia et bonam :

Jika ditangani dengan baik, dapat sembuh.

b. Dubia et malam : Apabila tidak diterapi dengan baik, kejang demam dapat berkembang menjadi :

a) Kejang demam berulang

b) Epilepsi

c) Kelainan motorik

d) Gangguan mental dan belajar

e) Kematian

15. Bagaimana preventifnya ?

a. Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana dengan Diazepam 0,3mg/kgBB/dosis PO

dan antipiretika pada saat anak menderita penyakit yang disertai demam.

b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata dengan Asam Valproat 15-40mg/kgBB/hari PO

dibagi dalam 2-3 dosis.

Hipotesis

“Fajrianti, 4 tahun 7 bulan, mengalami kejang karena kejang demam yang kompleks disebabkan pharyngitis”

Kerangka Konsep

Page 55: Oa, Bells Paly, Fraktur (Osteoporosis) Kejang Demam

BAHAN OSOCA BLOK 8

Fajrianti, perempuan, 4 th 7 bln

Pharyngitis

Demam sejak 3 hari dan sulit menelan

Diberi syrup paracetamol

Kejang DemamRiwayat sejak

usia 1 tahun

Mata mendelik

Mulut mengatup

Ekspresi Menggigil

KU : Temp 39,6 C KS : Tenggorokan Hiperemis

Fungsi Motorik Laboratorium

- Anak ke- 5

- Lahir prematur