MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING...

14
MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN TAHUN AJARAN 2016/2017 ARTIKEL TUGAS AKHIR Oleh Restu Maha Dyanzari 132013029 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017

Transcript of MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING...

MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING

KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN

TAHUN AJARAN 2016/2017

ARTIKEL TUGAS AKHIR

Oleh

Restu Maha Dyanzari

132013029

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017

MENURUNKAN KECEMASAN SOSIAL MELALUI KONSELING

KELOMPOK RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 SUSUKAN

TAHUN AJARAN 2016/2017

Restu Maha Dyanzari

Dr. Yari Dwikurnaningsih, M.Pd dan Setyorini, M.Pd

Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi penurunan kecemasan

sosial siswa menggunakan konseling kelompok pendekatan rational emotive

behavior. Subjek penelitian ini adalah 14 siswa kelas VIII A dan VIII F SMP

Negeri 2 Susukan yang termasuk dalam kategori kecemasan sosial sangat tinggi

dan tinggi yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen

semu dengan desain penelitian Pre-test - Post-test Control Group Design. Teknik

analisis data yang digunakan adalah Mann Whitney U menunjukkan hasil Asymp.

Sig. (2-tailed) 0,700>0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol sehingga penelitian ini

dapat dilanjutkan. Hasil post-test kedua kelompok diuji menggunakan Mann

Whitney U menunjukkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) 0,002<0,05 yang artinya

terdapat perbedaan yang signfikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil dari mean rank pre-test

kelompok eksperimen sebesar 7,93 dan mean rank post-test kelompok eksperimen

sebesar 4,00, sedangkan untuk post-test kelompok kontrolsebesar 11,00. Hal ini

dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok pedekatan rational emotive

behavior secara signifikan dapat menurunkan kecemasan sosial. Penurunan

kecemasan sosial sebesar 3,93.

Kata kunci : Kecemasan Sosial, Konseling Kelompok Rational Emotive

Behavior, Siswa Kelas VIII SMP

PENDAHULUAN

Kecemasan sosial adalah

istilah untuk ketakutan, rasa gugup

dan kecemasan yang dirasakan

seseorang saat melakukan interaksi

sosial dengan orang lain. Kecemasan

sosial “menyerang” saat seseorang

berpikir jika dia melakukan sesuatu,

mereka akan diberi label negatif oleh

orang lain atau berpikir dirinya akan

melakukan sesuatu yang memalukan

dihadapan orang lain (Butler, 1999).

Berdasarkan hasil studi awal

menggunakan skala kecemasan

sosial (pre test) di SMP N 2 Susukan

kelas VIII A dan F dengan jumlah

murid 57 menunjukkan bahwa ada 2

(3.51%) siswa termasuk dalam

katergori kecemasan sosial sangat

tinggi, 12 (21.05%) siswa kategori

tinggi, 23 (40.35%) kategori rendah

dan 20 (35.09%) siswa termasuk

kategori sangat rendah.

Dalam konseling kelompok

rational emotive behavior, konselor

berupaya untuk mendorong

perubahan perilaku, kognitif dan

rasional klien. Pada konseling

kelompok REB ini, mengajarkan

mereka bertanggungjawab atas

gangguan yang dialami dan

membantu mereka mengidentifikasi

serta meninggalkan proses

indoktrinasi diri, menghilangkan

persepektif klien yang irasional

tentang kehidupan dan menggantinya

dengan persepektif yang rasional

(Gibson & Mitchell, 2011).

Ellis berpendapat (Ellis,

2007) bahwa perasaan cemas,

kekhawatiran kehati hatian

kewaspadaan dan apa yang disebut

kecemasan ringan adalah normal dan

sehat. Akan tetapi, kecemasan yang

parah, kegelisahan, ketakutan yang

berat, dan panik adalah normal (atau

sering terjadi tetapi tidak sehat).

Kecemasan yang parah

menyebabkan kekhawatiran

berlebihan yang merugikan, perasaan

mengalami teror dan rasa takut yang

sangat besar, hal tersebut dapat

membekukan dan membuat

seseorang bersikap secara tidak

kompeten dan tidak sosial. Karena

itu, perasaan hati-hati dan waspada

yang dimiliki perlu dipertahankan,

akan tetapi seseorang tidak perlu

memiliki kekhawatiran yang

berlebihan karena kekhawatiran yang

berlebihan akan menimbulkan

kecemasan sosial.

Berdasarkan uraian latar

belakang diatas dapat dirumuskan

masalah dalam penelitian ini:

“Apakah konseling kelompok

dengan pendekatan rational emotif

behavior secara signifikan dapat

menurunkan kecemasan sosial diri

siswa kelas VIII SMP N 2 Susukan?”

Penelitian ini dilaksanakan

dengan tujuan:“untuk mengetahui

signifikansi penurunan kecemasan

sosial siswa kelas VIII SMP N 2

Susukan dengan konseling kelompok

pendekatan rational

emotifbehavior.”

LANDASAN TEORI

Kecemasan Sosial

Menurut American

Psychiatric Association (APA)

kecemasan sosial adalah ketakutan

yang menetap terhadap sebuah atau

lebih situasi sosial yang terkait

berhubungan dengan performa, yang

membuat individu harus berhadapan

dengan orang-orang yang tidak

dikenalnya atau menghadapi

kemungkinan diamati oleh orang

lain, takut bahwa dirinya akan

dipermalukan atau dihina (dalamLa

Greca, et al, 1998).

La Greca dan Lopez

(Olivarez, 2005) mengemukakan ada

tiga aspek kecemasan sosial:

1. Ketakutan akan evaluasi negatif.

2. Penghindaran sosial dan rasa

tertekan dalam situasi yang

baru/berhubungan dengan orang

asing/baru.

3. Penghindaran sosial dan rasa

tertekan yang dialami secara

umum atau dengan orang yang

dikenal.

Konseling Kelompok

Gadza memberikan

pengertian tentang konseling

kelompok dalam bukunya Group

Counseling :A Developmental

Approach (Nursalim dan Hariastuti,

2007): “Konseling kelompok adalah

suatu proses interpersonal yang

dinamis yang memusatkan pada

kesadaran berpikir,tingkahlaku serta

melibatkan fungsi-fungsi terapi yang

dimungkinkan serta berorientasi pada

kenyataan-kenyataan, membersihkan

jiwa, saling percaya dan

mempercayai pemeliharaan,

pengertian, penerimaan dan bantuan.

Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan

dan dipelihara dalam wadah

kelompok kecil melalui sumbangan

(saling berbagi) dari setiap anggota

kelompok dan konselor.”

Konseling Rational Emotive

Behavior

Menurut Ellis dalam

Gladding (dalam Nursalim &

Hariastuti, 2007) Untuk mencapai

tujuan konseling Rational Emotif

Behavior(REB) konselor dapat

melakukan tahap-tahap konseling

diantaranya sebagai berikut:

1. Pemimpin kelompok

memperkenalkan teori rational

emotive behavior kepada anggota

kelompok.

2. Pemimpin kelompok mengajak

anggota kelompok untuk saling

berbagi kesulitan atau masalah

pribadi.

3. Menganalisis suatu situasi

kesulitan yang telah dinyatakan

anggota dengan menggunakan

intervensi terapiutik ABCDE.

4. Pemimpin dan anggota kelompok

memberikan umpan balik dan

anjuran kepada konseli yang

bermasalah. Umpan balik

diberikan dalam bentuk

argumentasi (kognitif, afektif

atau perilaku).

5. Pemimpin kelompok mendorong

para anggota untuk lebih

memberikan perhatian pada

peristiwa disini dan sekarang dan

bukan pada masa lampau.

6. Pemimpin kelompok menerapkan

teknik yang ada dalam

pendekatan REBT, diantaranya:

a. Menyangkal pikiran konseli

yang bersifat irasional yang

meliputi kognitif, afektif

dan behavior.

b. Membantu konseli meyakini

bahwa pikiran yang

irasional dapat ditantang

dan diubah.

c. Membantu konseli

memahami bagaimana dan

mengapa bisa menjadi

demikian, serta

menunjukkan hubungan

gangguan hubungan yang

irasional itu dengan ketidak

bahagiaan dan gangguan

emosional yang dialami.

PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang dikemukakan

oleh peneliti ini didukung oleh

penelitian-penelitian sebelumnya.

Adapun penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya, sebagai

berikut:

Penelitian Widyani (2011)

tentang penurunan kecemasan

komunikasi interpersonal dengan

layanan konseling kelompok

pendekatan rational emotive

behavior pada siswa kelas VIIIE

SMP N 09 Salatiga, menunjukkan

hasil bahwa konseling kelompok

pendekatan REB dapat menurunkan

kecemasan komunikasi interpersonal

siswa dengan hasil post test

kelompok kontrol (yang tidak diberi

layanan) 53,04 % dan kelompok

eksperimen (yang diberikan layanan)

sekitar 46,96%.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk

eksperimen semu. Dalam desain

penelitian ini, kelompok yang

digunakan tidak dapat dipilih secara

random (Sugiyono, 2009). Sebelum

diberi perlakuan, kelompok diberikan

pre-test dengan maksud untuk

mengetahui keadaan awal kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen.

Penelitian ini kedua

kelompok diperlakukan secara

berbeda, untuk kelompok eksperimen

diberikan treatment dengan

konseling kelompok melalui

pendekatan rational emotive

behavior, kemudian dilakukan post-

test untuk mengetahui tingkat

keberhasilan dari treatment yang

diberikan. Kelompok kontrol hanya

diberikan pre-test dan post-test

saja.Penelitian ini menggunakan

desain Pretest – Posttest Control

Design.

Subjek dalam penelitian ini

adalah siswa kelas VIII SMP N 2

Susukan. Penentuan Subjek

penelitian ini dilakukan setelah

memperoleh hasil skor penyebaran

skala kecemasan sosial dengan

kategori sangat tinggi dan kategori

tinggi yang dilakukan di kelas VIII A

dan kelas VIII F. Sebanyak 2 siswa

termasuk kategori sangat tinggi dan

12 siswa kategori tinggi.

Berdasarkan uraian tersebut, 7 siswa

yang memiliki kategori kecemasan

sosial yang sangat tinggi dijadikan

sebagai kelompok eksperimen atau

kelompok yang diberikan treatment,

untuk kelompok kontrol adalah 7

siswa yang termasuk kategori

kecemasan sosial yang tinggi.

Pengumpulan data yang

dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan skala kecemasan

sosial yang diadaptasi dan

memodifikasi dari penelitian Solihat

(2011) berdasarkan pengembangan

dari teori La Greca Lopez (Olivarez,

2005), dimana dalam kecemasan

sosial terdapat tiga aspek yaitu

Ketakutan akan evaluasi negatif,

Penghindaran sosial dan rasa tertekan

dalam situasi yang baru/berhubungan

dengan orang asing/baru dan

Penghindaran sosial dan rasa tertekan

yang dialami secara umum atau

dengan orang yang dikenal. Ketiga

aspek ini dijadikan dasar untuk

menyusun item-item kecemasan

sosial yang terdiri dari 35 item

pernyataan.

Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Man Whitneyyang

diperoleh dengan menggunakan

SPSS 20.0 yaitu untuk melihat

perbedaan nilai tes akhir (post-test)

pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Uji Man Whitney

mensyaratkan skala data ordinal

dalam pengujiannya (Sugiyono,

2010) dan skala yang digunakan

dalam penelitian ini adalah skala data

ordinal.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan prosedur

penelitian ini setelah kelompok

eksperimen diberikan perlakuan

dengan konseling kelompok

pendekatan rational emotive

behavior, dilakukan pre-test

kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol diperoleh data

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Mean Rank Pre-Test

Kecemasan Sosial Pada Kelompok

Eksperimen Dan Kontrol

Ranks

KELOMPOK N Mean

Rank

Sum of

Ranks

PRE

EKPERIME

N

7 7,93 55,50

PRE

KONTROL 7 7,07 49,50

Total 1

4

Pada tabel 4.3 jumlah subjek

untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol sebanyak 14 siswa

dengan masing-masing kelompok

terdiri dari 7 siswa. Skor mean rank

pada kelompok eksperimen 7.93 dan

mean rank untuk kelompok kontrol

7.07. Kemudian sum of rank pada

kelompok eksperimen 55.50 dan

sum of rank pada kelompok kontrol

49.50.

Tabel 4.4 Hasil Uji Mann Whitney

U Pre-Test Kecemasan Sosial Pada

Kelompok Eksperimen Dan

Kontrol Test Statistics

a

NILAI

Mann-Whitney U 21,500

Wilcoxon W 49,500

Z -,386

Asymp. Sig. (2-tailed) ,700

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,710

b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

Pada tabel 4.4 diatas dapat

diketahui hasil uji Mann-Whitney U

= 21,500 dengan koefisien

Asyim.Sig.(2-tailed) 0,700>0,05,

maka dapat disimpulkan bahwa tidak

ada perbedaan yang signifikan antara

kecemasan sosial kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol,

sehingga penelitian dapat dilanjutkan

dengan pemberian treatment atau

perlakuan dengan konseling

kelompokrational emotive behavior.

Berdasarkan prosedur

penelitian ini setelah kelompok

eksperimen diberikan perlakuan

dengan konseling kelompok

pendekatan rational emotive

behavior, dilakukan post-test

kelompok eksperimen dengan

kelompok kontrol diperoleh data

sebagai berikut:

Tabel 4.9 Mean Rank Hasil Post-

Test Kecemasan Sosial Kelompok

Eksperimen Dan Kelompok

Kontrol

Ranks

Kelompok N Mean

Rank

Sum

of

Rank

Eksperimen 7 4,00 28,00

Kontrol 7 11,00 77,00

Total 14

Pada tabel diatas jumlah

subjek untuk kelompok eksperimen

sebanyak 7 siswa dan subjek dalam

kelompok kontrol sebanyak 7 siswa.

Skor mean rank post-test yang

diperoleh untuk kelompok

eksperimen adalah 4.00 dan mean

rank post-test kelompok kontrol

adalah 11.00. Sum of rank untuk

kelompok eksperimen 28,00 dan Sum

of rank kelompok kontrol adalah

77,00.

Tabel 4.10 Uji Mann Whitney Post-

Test Kecemasan Sosial Kelompok

Eksperimen Dan Kelompok

Kontrol

Test Statistics

a

NILAI

Mann-Whitney U ,000

Wilcoxon W 28,000

Z -3,151

Asymp. Sig. (2-tailed) ,002

Exact Sig. [2*(1-tailed

Sig.)] ,001

b

a. Grouping Variable: KELOMPOK

b. Not corrected for ties.

Dari tabel diatas dapat

diketahui nilai hitung Mann Whitney

U=0.00 dan koefisien Asymp. Sig (2-

tailed) 0,002<0,05. Perhitungan

statistik tersebut menunjukan bahwa

ada perbedaan yang signifikan

kecemasan sosial antara kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

Perbedaan tersebut menunjukan

adanya perbedaan kelompok

eksperimen dan kontrol setelah

kelompok eksperimen diberikan

treatment (perlakuan) dengan

konseling kelompok pendekatan

rational emotive behavior.

Tabel 4.11 Penurunan Skor

Kecemasan Sosial

Kategori

Range

Jumlah siswa

Pre test Post test

Eks Kon Eks Kon

Sangat

Tinggi

99-

113 2 - - -

Tinggi 84-98 5 7 -

Rendah 69-83 - - 6 5

Sangat

rendah 54-68 - - 1 2

Jumlah siswa 14 siswa 14 siswa

Dari tabel diatas diatas

menunjukkan bahwa ada 14 siswa

dari kelompok eksperimen dan

kontrol. Pada saat pre test kedua

kelompok sama-sama berada dalam

kategori sangat tinggi dan tinggi.

Dari kelompok eksperimen pada saat

pre test terdapat 2 siswa dalam

kategori sangat tinggi dan 5 siswa

dalam kategori tinggi. Terjadi

perubahan pada saat post test

menjadi 6 siswa yang masuk dalam

kategori rendah dan 1 siswa masuk

dalam kategori sangat rendah.

Artinya ada penurunan kecemasan

sosial pada kelompok eksperimen

secara signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa konseling

kelompok pendekata rational

emotive behavior dapat digunakan

untuk menurunkan kecemasan sosial

siswa kelas VIIII SMP N 2 Susukan.

Pada kelompok kontrol pada saat pre

test terdapat 7 siswa masuk dalam

kategori tinggi. Meskipun ada

perubahan ketika post test yaitu 5

siswa masuk dalam kategori tinggi

dan 2 siswa masuk dalam kategori

rendah, tidak ada siswa yang masuk

kategori sangat rendah.

Berdasarkan hasil analisis Uji

Mann Whitney Upost- test yang

dapat dilihat pada tabel 4.9

menunjukkan koefisien Asymp. Sig.

(2-tailed) 0,002<0,05, Skor mean

rank post-test yang diperoleh untuk

kelompok eksperimen adalah 4.00

dan mean rank post-test kelompok

kontrol adalah 11,00. Kemudian sum

of rank untuk kelompok eksperimen

28,00 dan sum of rank kelompok

kontrol adalah 77,00.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji beda

yang telah dilaksanakan pada saat

pre-test, tidak ada perbedaan

kecemasan sosial yang signifikan

antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Hal ini

ditunjukkan dengan Asymp Sig. (2-

Tailed) 0,700>0,05. Dalam

penelitian ini, sebelum diberikan

treatment, kelompok eksperimen

memiliki kecemasan sosial yang

tinggi sama dengan siswa dalam

kelompok kontrol. Setelah kelompok

eksperimen diberikan konseling

kelompok sebanyak 8 sesi, siswa

dirasa sudah memiliki kesadaran

akan kecemasan yang mereka

miliki.Pada setiap sesinya, kegiatan

konseling ini membahas

permasalahan siswa yang sama

seperti dalam aspek-aspek

kecemasan sosial ssesuai

kesepakatan.

Menurut Gazda, konseling

kelompok adalah suatu proses

interpersonal yang dinamis yang

memusatkan pada kesadaran

berpikir, tinggkahlaku serta

melibatkan fungsi-fungsi terapi yang

dimungkinkan serta berorientasi pada

kenyataan-kenyataan, membersihkan

jiwa, saling percaya dan

mempercayai, pemeliharaan dalam

wadah kelompok kecil melalui

sumbangan (saling berbagi) dari

setiap anggota kelompok dan

konselor.

Pendekatan rational emotive

behavior menekankan bahwa

perilaku menyalahkan adalah

merupakan inti dari sebagian besar

gangguan emosional. Menurut Corey

(2010), orang perlu belajar menerima

dirinya sendiri dengan segala

kekurangan yang dimiliki. Oleh

karena itu, untuk menyembuhkannya

orang harus didorong untuk memiliki

pemikiran-pemikiran yang objektif

dan rasional terhadap perasaan-

perasaan yang berkembang pada

dirinya.

Setelah pemberian treatment

selesai kemudian peneliti

menyebarkan kembali skala

kecemasan sosial pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

sebagai post-test.Hasilnya

menunjukkan Asymp. Sig. (2-tailed)

0,002< 0,05, ini berarti bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara

kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol setelah kelompok eksperimen

diberi perlakuan dengan konseling

kelompok rational emotive behavior.

Jadi hasil post-test menunjukkan

bahwa konseling kelompok rational

emotive behavior dapat digunakan

untuk menurunkan kecemasan sosial

siswa.

Keberhasilan konseling

kelompok pendekatan rational

emotive behavior untuk menurunkan

kecemasan sosial didukung respon

anggota kelompok yang baik selama

delapan sesi konseling terutama pada

sesi ke 5 dan 6 yang membahas

permasalahan tentang gugup. Pada

sesi ini, anggota kelompok dapat

mengikuti kegiatan konseling dengan

baik, mereka aktif dalam

mengemukakan pendapat tanpa perlu

diarahkan oleh pemimpin kelompok.

Pada mulanya, ketika sesi

awal konseling anggota kelompok

lebih banyak merespon segala

sesuatu seperlunya. Akan tetapi

seiring berjalannya waktu mereka

dapat menyesuaikan diri untuk

mengikuti kegiatan konseling

kelompok. Anggota kelompok

memberikan tanggapan mengenai

permasalahan yang dibahas, sehingga

konseling kelompok berjalan

sebagaimana mestinya. Selama

pemberian treatment anggota

kelompok mulai menyadari bahwa

rasa cemas yang mereka alami

adalah hal yang berlebihan dan

merugikan diri sehingga mereka

mulai mengendalikannya.

Dengan demikian penelitian

ini mendukung penelitian yang

dilakukan oleh Widyani (2011) yang

pada akhir penelitian menyimpulkan

bahwa layanan konseling kelompok

rational emotive behavior efektif

dapat digunakan untuk menurunkan

kecemasan sosial siswa.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis

data penelitian dapat disimpulkan

bahwa konseling kelompok rational

emotive behavior secara

signifikandapatmenurunkan

kecemasan sosial pada diri siswa

kelas VIII SMP N 2 Susukan tahun

ajaran 2016/2017 ini dibuktikan

dengan hasil analisis menggunakan

uji Mann Whitney U diperoleh skor

signifikansi Asymp.Sig.(2-tailed)

0,002<0,05, perbedaanskor mean

rank pre-test yang diperoleh untuk

kelompok eksperimen adalah 7,93

dan mean rank post-test kelompok

eksperimen 4.00 sertamean rank

post-test kelompok kontrol adalah

11,00. Hal ini menunjukkan hasil

yang signifikan berupa penurunan

skor kecemasan sosial pada

kelompok eksperimen sebesar 3,93.

DAFTAR RUJUKAN

Butler, Gillian. 1999. Overcoming

Social Anxiety and Shyness.

London. (diakses pada

Februari 2017)

Corey, Gerald. 2010. Teori dan

Praktek Konseling dan

Psikoterapi. Terjemahan

E. Koeswara. Theory and

Practice of Counseling and

Psychotherapy. 1997.

Bandung: Refika Aditama.

Ellis, Albert. 2007. Terapi R.E.B :

Agar Hidup Bebas Derita.

Bandung : Mizan Media

Utama.

Gibson. Robert L., & Marianne H.

Mitchell. 2011. Bimbingan

dan Konseling.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

La Greca, A. M, Lopez, N (1998).

Social anxiety among

adolescent: Linkages with

peer relation and friendships.

Journal of abnormal Child

Psychology.

www.academicjournals.org.

(April)

Nursalim, Mochamad & Retno Tri

Hariastuti. 2007. Konseling

Kelompok. Surabaya: Unesa

University Press.

Olivares, Jose. 2005. Social Anxiety

Scale for Adolescents (SAS-

A):Psychometric

Properties in a spanish-

speaking population.

International Journal of

Clinical and Health

Psychology, Vol 5, No. 1.

(diakses pada Februari

2017)

Solihat, Iin Siti. 2011.Efektivitas

Teknik Restrukturisasi

Kognitif untuk Mereduksi

Kecemasan Sosial Remaja

(Studi Quasi-Eksperimen

terhadap Siswa Kelas X SMA

YAS Bandung Tahun Ajaran

2011/2012). Skripsi.

Universitas Pendidikan

Indonesia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualititatif dan

R&D. Bandung :

Alfabeta Bandung.

-----------. 2010. Statistik untuk

Penelitian. Bandung :

Alfabeta Bandung.

Widyani, Septiana Panca. 2011).

Penurunan Kecemasan

Komunikasi Interpersonal

Dengan Layanan Konseling

Kelompok Pendekatan

Rational Emotive

Behaviour Pada Siswa Kelas

VIIE SMP N 09 Salatiga.

Skipsi: Universitas Kristen

Satya Wacana. (tidak

diterbitkan)