Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2006. Tema Membendung...

56

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2006. Tema Membendung...

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Membendung Sampah Bandung 3

Pengurangan Sampah di Sumber 7

Pilihan Konsep Penanganan Sampah Kota Bandung 8

Walikota Bandung: Tak Bisa Lagi Cara Tradisional 9

Pembelajaran Darurat Sampah Bandung 12

Wawancara

Direktur Pengairan dan Irigasi Bappenas:

Jawa Butuh Storage-storage Baru 15

Inovasi

Filter Penjernih Segala Jenis Air 19

Peraturan

PP No. 16 Tahun 2005 21

Teropong

PDAM Sragen, Perpaduan Komitmen dan Manajemen 22

Bupati Sragen: PDAM Harus Profesional 24

Klinik IATPI 25

Kisah

Srikandi-srikandi Jamban 27

Abstrak 29

Wawasan

Makna Kelembagaan AMPL Bagi Keberlanjutan Sarana 30

Misteri Lorong Waktu Peradaban Teknologi Keairan 33

Pembangunan dan Pemberdayaan 37

Seputar AMPL 41

Seputar WASPOLA 47

Info Buku 48

Info CD 49

Info Situs 50

Agenda 51

Pustaka AMPL 52

Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL)

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Air dan Sanitasi,

DEPKESDirektur Pengembangan Air Minum,

Dep. Pekerjaan UmumDirektur Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman,Dep. Pekerjaan Umum

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Supriyanto, Johan Susmono,

Indar Parawansa, Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rewang Budiyana,

Rheidda Pramudhy, Joko Wartono,Essy Asiah, Mujiyanto

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Agus Syuhada

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.Silahkan kirim ke alamat di atas.

Tanpa terasa, tiga tahunsudah kami hadir di ruangbaca Anda. Tepat Agustus

2003, kami terbit perdana. Waktuitu Percik hanya 24 halaman hitamputih. Rubriknya pun sedikit. Tataletak masih sederhana. Peredar-annya pun terbatas. Percik saatitu hanya dicetak 500 eksemplar.Sangat terbatas. Mungkin Andayang ada di daerah tak kenal seper-ti apa Percik edisi awal.

Kini Percik telah 14 kali terbit.Berbagai pembenahan terjadi disana-sini, termasuk pengayaan ru-brik, penambahan warna halaman,dan perbaikan tata letak. Perciktelah menjangkau seluruh kabu-paten/kota di tanah air, termasukkalangan LSM, perguruan tinggi,dan kedutaan asing, serta sebagianmasyarakat. Di jajaran stakeholderair minum dan penyehatan ling-kungan sepertinya Percik telah men-dapat tempat tersendiri. Tujuanpenerbitan Percik sebagai saranainformasi dan komunikasi stake-holder AMPL tampaknya sudah ter-wujud.

Kendati begitu, bukan berartikami telah puas. Kami akan terusmengadakan perbaikan. Rencananyamulai edisi depan, kami akan mener-bitkan Percik Yunior. Sisipan iniberisi informasi mengenai AMPLkhusus bagi kalangan anak-anak.Kami berharap anak-anak pun bisamulai peduli dengan masalah AMPL.Seperti apa Percik Yunior ini, tunggukehadirannya.

Di edisi ulang tahun ini, kamimenampilkan tema utama mengenaisampah Kota Bandung. Menurutkami, ini adalah topik yang masihcukup menarik. Hingga kini per-soalan persampahan di kota tersebutbelum tuntas. Penyelesaian yang ada

masih bersifat sementara. Tarikmenarik antar kepentingan ada disana. Apalagi semua orang tahu adadana sangat besar untuk menyele-saikan masalah ini. Biasanya 'ada gulapasti ada semut.'

Pembelajaran dari kasus sampahBandung ini adalah betapa kita masihbelum memberikan kepedulian yangcukup terhadap kebersihan, khusus-nya sampah. Kita masih lebih mem-prioritaskan sektor-sektor lain. Pa-dahal kebersihan memberi dampakyang signifikan bagi kesehatan dankeindahan. Pengabaian terhadapTPA, misalnya, terbukti menimbul-kan korban jiwa. Sampah yang takterbuang terbukti meresahkan wargadan merusak keindahan kota. Pe-nanganan sampah ternyata bukan halyang mudah. Butuh kerja sama antar-wilayah atau antardaerah. Musibahsampah Bandung menunjukkanpemerintah kota saja tak cukup mam-pu menanganinya. Bahkan pemerin-

tah propinsi dan pusat pun ha-rus turun tangan. Oleh karenaitu, ini merupakan pelajaranberharga bagi kota-kota lain diIndonesia. Jangan sampai musi-bah serupa terjadi. Sayang, keti-ka tulisan ini disusun, musibahsampah terjadi di Bantar Ge-bang, Bekasi.

Di rubrik Inovasi, kami me-nampilkan sebuah temuan yangdilakukan oleh seorang kakek diBandung. Filter air ini mampumenjernihkan berbagai jenis air.Bukan tidak mungkin ini bisadikembangkan untuk mengatasimasalah air di Indonesia. Dirubrik Teropong, kita akan meli-hat model terobosan baru pena-nganan PDAM. Terobosan itudilakukan oleh Pemda Kab.Sragen, pemda yang kita kenalmemiliki banyak terobosan

dalam administrasi pemerintahan. Sedangkan di rubrik Kisah, kami

menampilkan sosok-sosok pejuangjamban dari berbagai daerah. Berkatperan ibu-ibu inilah, program bebasbuang air besar sembarangan diwilayah mereka masing-masing suk-ses. Kini mereka menjadi contohbetapa masyarakat yang berdaya dandiberdayakan akan mampu men-dorong dan memicu proses pemba-ngunan, kendati mereka sendiri puntak mendapat imbalan.

Tak kalah menariknya, kami me-wawancarai Direktur Irigasi danPengairan Bappenas berkenaan de-ngan kekeringan yang melanda seba-gian wilayah Indonesia saat ini. Ter-nyata persoalan manajemen air men-jadi salah satu sebab kejadian terse-but, selain masalah alam dan ling-kungan. Akhirnya semoga Anda bisamengambil banyak manfaat dariPercik edisi ini. Wassalam.

DARI REDAKSI

Percik Agustus 2006 1

Hadits CLTS

Pada tanggal 16-20 Mei 2006 adapelatihan CLTS yang melibatkan tigakabupaten di Pulau Lombok (Lotim,Loteng & Lobar). Masing-masing kabu-paten ada tiga desa yang akan menjaditempat uji coba lapangan.

Khusus untuk Kab. Lombok Timur,pelatihan CLTS dilaksanakan pada 16-18 Mei 2006, bertempat Hotel Meliwis,Jl. Labuhan Haji - Lombok Timur. Padasaat RTL di kelas (hari terakhir tanggal18 Mei 2006), hadir beberapa orangdari tiga desa lokasi uji coba, yaitu DesaSikur, Kerongkong, dan Teros.

Peserta sangat terkesima/termoti-vasi oleh salah seorang peserta dariDesa Sikur yaitu Ustadz MohamadSaleh (Kadus Segire/Binong) yangmenyampaikan hadits riwayat Muslimdan Abu Daud, yang terkait denganCLTS, yaitu sangat dilaknat jika ham-bah Allah membuang hajat/kotorandijalan dan di tempat manusia berte-duh.

Adapun arti dari hadits tersebutyaitu:

"Takutlah akan dua hal yang men-datangkan laknat", Para sahabatbertanya :"Apakah dua hal yang mendatang-kan laknat itu, wahai Rasullullah?Bersabdalah Rasullullah SAW :"Ialah yang buang hajat/kotorandi jalan tempat lewat manusiaatau buang hajat/kotoran ditem-pat manusia berteduh"(Hadits riwayat Muslim dan AbuDaud)

"Barang siapa yang buang airhendaknya ditutup/dihalangi, ti-dak terbuka"(Hadits riwayat Abu Daud)

"Janganlah kamu melakukan ke-mudharatan terhadap dirimu danorang lain"(Hadits riwayat Ibnu Majah danAd-Daruqutni)

Ada hal yang cukup menarik jugadari salah seorang peserta perempuandari Desa Teros yaitu Ibu Murni (KaderPosyandu sekaligus berperan sebagaikoordinator kesehatan masyarakat/pro-mosi kesehatan TKM Desa Taros). Diamemberikan informasi bahwa dirinyacukup terpicu untuk segera membuatjamban walaupun harus dengan meng-gali sendiri, tanpa menunggu bantuansuami, karena dia memiliki prinsipbahwa jika mau memotivasi orang lain,harus dimulai dari sendiri dan harusbisa menjadi contoh bukan hanya bisasekedar pemberi contoh bagi orang lain.

Sugito,Lombok Timur

Suara Bising danBau Tak Sedap

Saya mewakili warga di Vila DagoTol, Kelurahan Serua, Kecamatan Cipu-tat, Kabupaten Tangerang, Banten ber-sama ini menyampaikan bahwa di tem-pat kami, tepatnya di depan blok rumahkami yang hanya dibatasi oleh aliran su-ngai yang membatasi Kecamatan Ci-putat dan Serpong, terdapat pabrikpengolahan karet dan peternakan babi.

Keberadaan itu memunculkan ma-salah yaitu:

1. Suara bising dari mesin pengolahkaret dan mesin air untuk pengolahankaret yang berlangsung dari pagi hingga

larut malam. (Saat ini hampir selama 24jam).

2. Bau tak sedap tercium dari salahsatu atau kedua tempat tersebut.

Sehubungan dengan hal itu, kamimohon kiranya Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL) dapat memeriksa standarkelayakan dari pabrik/pengolahan karetdan peternakan babi tersebut, apakahsudah sesuai dengan aturan yangberlaku baik dari sisi standar kebisingandan bau yang dapat diterima olehmanusia, maupun dari sisi dampaklingkungan (AMDAL). Kami khawatirkejadian ini akan berdampak kepadakesehatan masyarakat khususnya kelu-arga kami baik dalam jangka pendekmaupun panjang.

Sebelumnya warga telah menyampai-kan permasalahan ini kepada pejabatlingkungan (RT/RW) tetapi sampai saatini tidak ada tindak lanjutnya. Besar ha-rapan kami Pokja AMPL dapat membantukami mencarikan jalan keluar.

A. Cholid, SIP(021) 74701362

Terima kasih atas perhatiannya.Surat Anda akan kami lanjutkan kepihak-pihak yang terkait langsungdengan wilayah di mana Anda beradayakni Bapedalda Kab. Tangerang.Semoga permasalahan ini segera tun-tas. (Redaksi).

SUARA ANDA

Percik Agustus 2006 2

1.

2.

3.

KARIKATUR:RUDI KOSASIH

P E R C I K A R T U N

Andai tidak ada tragedi Leuwigajah, 21 Februari2005, mungkin perhatian kita terhadap per-soalan sampah tetap saja minim. Kejadian itu

seolah menyentakkan kita untuk melihat masalah per-sampahan ini secara lebih serius. Ternyata kita takmemiliki sarana pendukung baik fisik maupun non fisik(peraturan) yang komprehensif untuk mengatasimasalah persampahan baik di tingkat lokal maupunnasional.

Tragedi sampah terbesar di Indonesia itu telah terja-di. Sebanyak 146 jiwa melayang sia-sia. Tak hanya itu,tragedi itu menyisakan persoalan baru khususnya bagiKota Bandung dan sekitarnya. Penutupan TempatPembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah menyebabkankota itu sulit membuang sampahnya.

Selama 41 hari sampah di Kota Bandung parkir ditempatnya. Paris van Java ini berubah julukan menjadikota sampah. Bau tak sedap tercium di mana-mana.Rombongan lalat berkeliaran ke sana ke mari.Onggokan-onggokan sampah mengganggu arus lalu lin-tas. Tak heran bila kemudian Bandung mendapatpredikat Kota Terkotor di Indonesia dari KementerianLingkungan Hidup pada peringatan Hari LingkunganHidup Sedunia. Predikat yang sangat memalukan.

Tanggap DaruratBerdasarkan prediksi, setiap hari warga Bandung

dan sekitarnya menghasilkan sampah sebanyak 7.500meter kubik. Sejak Leuwigajah ditutup, sampah-sam-pah itu untuk sementara dibuang ke TPA Jelekong,Cicabe, dan Pasir Impun yang difungsikan sebagai TPAdarurat. Ini mau tidak mau harus dilakukan karenadalam kondisi seperti itu, Kota Bandung harus menjadituan rumah peringatan Hari Ulang Tahun KonferensiAsia Afrika ke-50.

Pengoperasian kembali TPA lama ini tidak mudah.Warga di sekitar TPA, misalnya di Jelekong, tidak maumenerima kenyataan pemfungsian kembali TPA terse-but. Selain itu, kapasitas TPA memang terbatas.

TPA Jelekong seluas 10 hektar yang dibuka kembaliMaret 2005, akhirnya ditutup 31 Desember 2005.Sebagai gantinya sampah dibuang ke TPA Cicabe mulai9 Januari 2006. Sebagian lainnya dibuang ke TPA PasirImpun, yang sebenarnya telah ditutup tahun 1990, gunamenghadapi HUT KAA. Akhirnya kedua TPA itu puntak mampu lagi menampung sampah Kota Bandung.Sejak 15 April 2006 tak ada lagi TPA sampah.

Sebenarnya, Pemkot Bandung juga telah berupayamengurangi timbulan sampah dari sumbernya. Surat

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 3

Gara-gara sampah, Bandung jadi kota terkotor di Indonesia.Beberapa langkah telah diupayakan untuk mengatasinya.

Mampukah ini bisa bertahan lama?Strategi apa untuk penanganan ke depan?

Edaran Walikota Nomor : 658.1 / SE055 - BPOD tanggal, 28 April 2005 ten-tang langkah-langkah proaktif pena-nganan sampah Kota Bandung melaluiprogram 3 R, dan Surat Edaran Wali-kota Bandung Nomor : 658.1 / SE. 135 -PD.KBR tanggal, 27 Desember 2005tentang optimalisasi Surat Edaran No-mor : 658.1 / SE 055 - BPOD. Berbagaiupaya telah dilakukan oleh masyarakat(Lihat: Kegiatan Persampahan Masya-rakat di Bandung). Tapi hasilnya kurangsignifikan. Kegiatan ini maksimumhanya mampu mengurangi 10 persendari total timbunan sampah.

Bersamaan dengan itu, PemkotBandung mencari lahan kosong milikpemerintah kota, masyarakat danbadan usaha untuk digunakan sebagaitempat penimbunan sampah. Lokasiyang didapat yakni Kecamatan Regol(200 m2), Cibenying Kaler (50 m2),Kiaracondong (400 m2), BandungKidul (50 m2), Sumur Bandung (60m2), Bandung Kulon (264 m2), danArcamanik (1.800 m2). Karena hanyauntuk menimbun, lahan-lahan itu punpenuh.

Kondisi ini memaksa Pemkot Ban-dung mencari alternatif. Tapi itu tidakmudah. Ada 31 lokasi yang diharapkanbisa menjadi TPA baru atau darurat.Dari jumlah tersebut tiga daerah menja-di nominasi yakni Blok Cimerang, DesaCitatah, Kab. Bandung; Blok LegokNangka, Kec. Nagrek, Kab. Bandung;dan Desa Sumur Bandung, Kec. Cipatat,Kab. Bandung. Namun ada kendala per-izinan. Sebagian ada kendala penolakandari masyarakat sekitar lokasi.

Pemerintah Propinsi Jawa Baratturun tangan. Apalagi pemerintah pusatmenaruh perhatian besar terhadap kon-disi Kota Bandung. Pemprop bersamaMuspida, Pemkot Bandung, PemkabBandung, Pemkot Cimahi, PerumPerhutani Unit III Jabar, Kodam IIISiliwangi, dan PTP VIII melalui se-rangkaian pembicaraan menyepakati

tiga lokasi untuk dijadikan TPAsementara. Lokasi itu yaitu

Blok Cikubang, Desa Sumur Bandung,Kec. Cipatat, Kab. Bandung (milik TNIAD) seluas 1,5 hektar; Blok Cigedig,Desa Sarimukti, Kec. Cipatat, Kab.Bandung (milik Perum Perhutani) selu-as 21,2 hektar; dan Blok Gunung Hejo,Desa Cianting, Kec. Sukatani, Kab.Bandung (milik PTP VIII). Blok yangterakhir belum bisa digunakan. BlokCikubang digunakan pada 26 Mei hing-ga 11 Juni 2006. Sedangkan BlokCigedig digunakan mulai 28 Mei hinggasaat ini.

Selama 15 April 2006-26 Mei 2006,sampah menumpuk. Volumenya diper-kirakan mencapai sekitar 400 ribumeter kubik. Sampah-sampah itu telahdipindahkan ke Blok Cigedig, Sarimuktidengan memaksimalkan armada yangada-sekitar 140 truk sampah dari PDKebersihan Kota Bandung, sewa truk,dan bantuan truk TNI. Sementara per-sampahan tertangani.

Program Jangka Panjang PemkotBandung kini sudah bersih. Predikat

kota terkotor, mungkin sudah bisadicabut. Tapi bukan berarti permasa-lahan persampahan di kota ini sudah

usai. Pekerjaan rumah besar kini yangmenanti yaitu bagaimana mengelolasampah kota dalam jangka panjang.Kalau tidak, persoalan ini akan menjadibom waktu yang bisa kapan sajameledak dan membawa bencana.

Pemerintah kota sendiri telah me-rencanakan untuk membangun pabrikpengolah sampah. Rencana ini munculsetelah Walikota Bandung mengunjungiShanghai Cina dan Singapura untukmelihat dari dekat proses penanganansampah di kedua kota tersebut.''Ternyata ada pengolah sampah di te-ngah kota yang menghasilkan energi.Prosesnya tidak menyisakan sampahsedikitpun. Kota Bandung inginmenuju ke sana,'' kata H. Dada Ro-sada beberapa waktu lalu.

Untuk kebutuhan itu, Pemkottelah mencari lahan sebagai lokasipabrik. Letaknya di dalam kota, diwilayah Bandung timur. Luasnya 20hektar dengan pembagian 5 hektaruntuk bangunan pabrik, 5 hektar untuklahan cadangan, dan 10 hektar untukpenghijauan. Lokasi ini pun, menurutWalikota, secara prinsip tak masalahkarena hanya dimiliki oleh satu orang

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 4

FOTO:MUJIYANTO

TPA darurat Sarimukti.

dan yang bersangkutan tak keberatan.Rencana Pemkot Bandung ini

didasarkan pada konsep strategis peng-olahan sampah yakni (i) mengubah carapandang dan persepsi tentang sampah(bagi penimbul sampah dan pengelolasampah) dari sesuatu yang harusdibuang dan dimusnahkan, menjadisesuatu yang masuk memiliki nilai man-faat dan sebagai sumber daya yang ter-habiskan (sustainable resources), (ii)menjaga keberlanjutan sistem opera-sional pelayanan, karena dengan sistempengolahan akan mengurangi kerentan-an macet atau jenuhnya mata rantaioperasional yaitu sistem pembuangan.Bila mata rantai pembuangan macetatau jenuh maka akan memacetkanmata rantai sistem pelayanan lainnyaseperti pengumpulan dan pengang-kutan sehingga sampah akan tertumpukdi TPS-TPS dan tempat lainnya.

Sembari menuju ke arah sana,Pemkot bekerja sama dengan InstitutTeknologi Bandung (ITB) mengem-bangkan pabrik pengolah sampah skalakecil. Setiap hari pabrik ini mengolah 24ton sampah. Energi yang dihasilkansebesar 500 kWh.

Energi ini dinilai terlalu kecil danbelum ekonomis. Nantinya pabrik yangakan dibangun mampu menghasilkanenergi 25-30 Mega Watt. Sementaraasupannya berupa sampah seberat1.500 ton per hari. Pabrik ini jugamenghasilkan uap air dan abu untukbahan bangunan (batako). Listrik terse-but nanti akan dijual kepada masyara-kat.

Niat Pemkot ini tampaknya akanterwujud. Pemkot telah menggandengPT. Bandung Raya Indah Lestari (BRIL)dan Daarut Tauhid, ITB, dan PLN.Pemkot akan bertindak sebagai pemiliksampah. PT BRIL dan Daarut Tauhidsebagai pengolah sampah, PLN sebagaipembeli dan penjual listrik. ITB bertu-gas menangani perencanaan tekno-loginya. Jika tidak ada aral melintang,

pabrik akan berdiri tahundepan.

Dalam kaitan manajemen, Pemkotmenyiapkan konsep. Pertama, padaperhitungan kondisi usaha berjalan danberoperasi sesuai dengan mekanismepasar (layak usaha), manajemen pabrikdapat sepenuhnya diserahkan kepadaswasta. Kedua, jika pabrik tidak dapatberjalan dan beroperasi sesuai denganmekanisme pasar (hasil penjualan pro-duk tidak mencukupi untuk men-jalankan usaha pabrik) manajemenpabrik dikelola bersama antara swastadan pemerintah kota dengan meka-nisme subsidi.

Menurut Walikota rencana pemba-ngunan pabrik ini tidak akan meng-ganggu program Greater BandungWaste Management Corporation(GBWMC). Dia menilai sampah Ban-dung itu banyak. ''Kita akan tetap ikutprogram itu,'' kata Dada.

Kebijakan Hasil Panitia Ad HocPenanganan sampah di Kota Ban-

dung memang tak bisa hanya di-bebankan kepada Pemkot. Banyak pi-hak terkait dalam masalah ini, termasukpemerintah daerah di sekitar ibukotaPropinsi Jawa Barat tersebut. Mau tidakmau penanganannya pun harus terinte-grasi antarsemua stakeholder baikdalam jangka pendek (hingga akhir2007), menengah (2-3 tahun), dan pan-jang (10 tahun). Atas dasar itu, pe-

merintah pusat pada 23 Juni 2006membentuk panitia ad hoc.Panitia itu beranggotakan timdaerah (Pemkot Bandung, Pem-kab Bandung, Pemkot Cimahi, danITB) dan tim pusat (Bappenas, Dep.PU, Kementerian LH, dan BPPT).Panitia ini bertugas menyusun langkah-langkah strategis dalam upaya penang-gulangan krisis sampah di MetropolitanBandung, sekaligus melakukan koordi-nasi dan mempererat kerja sama.

Melalui serangkaian pertemuan,panitia ad hoc menetapkan prinsipdasar bagi strategi program. Prinsip ituadalah:

1. Pengurangan timbulan sampahdimulai dari sumbernya - gerakan 3 R(Reduce, Reuse dan Recycle) sehinggasampah yang dikumpulkan, diangkut,dan dibuang menjadi minim.

2. Azas polluter pays principle, yangmewajibkan siapapun yang meng-hasilkan sampah menanggung biayapenanganan sampah.

3. Penyediaan TPA masih dibu-tuhkan dalam pengelolaan persam-pahan perkotaan.

4. Kerja sama regional untukmemperoleh lokasi TPA dan mena-nganinya secara bersama.

5. Program pengembanganlebih lanjut, yaitu memanfaatkansampah untuk kepentingan lain dan

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 5

NO. KOMPONEN BERAT DAN VOLUME

Berat (ton) % Berat Vol (m3) %Vol

1. Sampah basah 1.11 59,5 3.592,5 47,9

2. Kertas 223 11,9 2.235 29,8

3. Tekstil 10 0,5 112,5 1,5

4. Plastik 236 12,6 697,5 9,3

5. Pecah belah 26 1,4 60 0,8

6. Logam 28 1,5 292,5 3,9

7. Lain-lain 236 12,8 525 7,0

Jumlah 1.875 100,0 7.500 100.0

KONDISI FISIK SAMPAH KOTA BANDUNG PER HARI

sumber: Pemkot Bandung

sekaligus mengurangi jumlahnya secaraefektif, seperti penerapan Waste toEnergy

Dalam jangka pendek, penanganansampah di sumber akan dilakukan de-ngan program pemilahan, 3R, dan com-posting skala rumah tangga. Untuk ituakan ada sosialisasi, pelatihan dan pem-bentukan KSM (Kelompok SwadayaMasyarakat), proyek composting skalarumah tangga, disertai penegakan atur-an. Di tingkat TPS, program berupapeningkatan cakupan pelayanan peng-angkutan. Caranya dengan penambah-an jumlah armada pengangkutan,inventarisasi dan revitalisasi TPS, peng-aturan rute berbasis GIS (GeographicInformation System) dan jadwalnya, re-plikasi program composting skala ka-wasan, serta studi dan Konstruksi TPS.Sedangkan di TPA, TPA Sarimukti akandirevitalisasi (landfill 21,2 Ha) melaluiDetail Engineering Design (DED) danKonstruksi, pembangunan instalasi kom-pos, serta operasi dan pemeliharaan. Selainitu, penetapan Lokasi, Instalasi PengolahanTerpadu (IPT), Pembebasan Lahan, Anali-sis Dampak Lingkungan (AMDAL), DED,

TPA Citiis/Legok Nangka; identifikasi ren-cana aksi sesuai hasil GBWMC; dan penye-lesaian status hukum TPA Leuwigajah.

Pada jangka menengah, di tingkatsumber, program berupa replikasi pro-gram pemilahan, 3R, composting skalarumah tangga, serta pemberlakuansanksi denda terhadap pelanggaranaturan. Di TPS, peningkatan cakupan pe-layanan pengangkutan, replikasi programcomposting skala kawasan, serta studi dankonstruksi SPA. Di TPA, studi kelayakan,Amdal, dan DED TPA Citiis/Legok Nang-ka; sosialisasi teknologi Reusable SanitaryLandfill (RSL) dan Sanitary landfill (SL)di TPA Leuwigajah; studi kelayakan TPARegional-Sanitary landfill; peraturankerja sama antar daerah; kerja sama de-ngan swasta; DED pengolahan sampahterpadu; Pilot Project Waste to : (i) Energi(ii) Pupuk organik; dan pilot ProjectLandfill Gas to Energy (LFGTE).

Sedangkan pada jangka panjang, pe-nanganan sampah di sumber sama de-ngan tahap sebelumnya. Di tingkat TPS,programnya yakni efisiensi dan pening-katan kapasitas manajemen pengelolaanpersampahan, pencapaian target "full

cost recovery" pada periode perencana-an jangka panjang dan pilot proyek com-posting skala kawasan. Di TPA, programberupa konstruksi teknologi RSL dan SL diTPA Leuwigajah; pembangunan Peng-olahan Sampah Terpadu (kapasitas 100m3/hari, lahan: 1500 m2, dengan perkira-an investasi Rp. 2,3 milyar); Waste to Ener-gy - Pilot Project (konstruksi pilot projectWaste to Energy (100 ton/hari), supervisipilot project Waste to Energy, dan Evaluasipilot project Waste to Energy).

Penanganan sampah hasil panitia adhoc ini, kalau disimak merupakan hasilkompilasi dan kompromi dari berbagaiusulan dari stakeholder. (Lihat: PilihanKonsep Penanganan Sampah KotaBandung). Secara teori, kebijakan itucukup menjanjikan. Tapi apakahcukup aplikatif? Pertanyaan iniperlu diajukan mengingat imple-mentasi yang melibatkan banyak pihakbiasanya justru malah tidak bisa ber-jalan sesuai harapan. Semoga ini hanyasebuah kekhawatiran yang tak terbukti.Sekarang kita tinggal menunggu, aksimana yang akan bisa membendungsampah Kota Bandung. mujiyanto

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 6

Greater Bandung Waste Management Corporation (GBWMC) adalahsebuah lembaga yang dibentuk untuk menangani sampah

Metropolitan Bandung (Bandung dan sekitarnya). Pembentukan kelemba-gaan ini didasarkan atas nota kesepahaman pengelolaan sampahMetropolitan Bandung 7 Maret 2005, SK Gubernur Jawa Barat tentangPembentukan Tim Perumus Pengelolaan Sampah di Metropolitan Bandung,dan SKB Pembentukan Wadah Pengelolaan Sampah Bersama diMetropolitan Bandung 27 Desember 2005. Pemerintah daerah yang terli-bat dalam GBWMC ini adalah Kota Bandung, Kota Cimahi, Kab. Bandung,Kabupaten Garut, dan Kabupaten Sumedang. Dua kabupaten lainnya yakniPurwakarta dan Cianjur belum ada kepastian.

Strategi pelaksanaan GBWMC menggunakan tiga prinsip yakni:1. Strategi teknis

a. Pencegahan sampah dari sumber: permukiman, pertanian,pertokoan, termasuk kantor dan sekolah (Perlu regulasi dan enforcement)

b. TPA masih diperlukan2. Strategi kelembagaan dan SDM

a. Sampah merupakan masalah public managementb. Peningkatan kapasitas aparatur publik atau out sourcing

3. Strategi budaya dan spirituala. Sampah fisik merupakan resultan sampah non fisikb. Pendekatan: budaya/keteladanan dan spiritual

(perlu kampanye/sosialisasi)

Nantinya akan ada dua TPA untuk wilayah Metropolitan Bandung. Satuuntuk kawasan timur dan satunya untuk kawasan barat. Berdasarkansurvei ada dua daerah yang terpilih yakni Citiis (100 ha), dan Legok Selong(70 ha). Sementara tahap pengolahan sampah sebagai berikut.

Pelaksanaan GBWMC (TPA Sanitary landfill dan pengurangan sampahdi sumber) membutuhkan dana sebesar Rp. 385 milyar. Skenario pendanaan-nya ada empat yaitu (i) sharing pusat-propinsi-kab/kota, (ii) sharing propinsi-kab/kota, (iii) sharing propinsi-kab/kota-investor, (iv) dana pinjaman dariBank Dunia dengan melibatkan swasta sebagai operator.

GBWMC merencanakan selambat-lambatnya 27 Desember 2006 wadahpengelolaan sampah bersama di Metropolitan Bandung telah resmi terben-tuk. Gubernur Jawa Barat juga diharapkan telah mengeluarkan SK untukpenunjukan lokasi TPA. MJ

S E K I L A S P R O G R A M G B W M C

Area 1 TPAMasa Pakai

ModelPenanganan

SampahProduksi

Pendapatan

TAHAP PENGOLAHAN SAMPAHTahap-1 Tahap-2 Tahap-3

100 ha20-25 tahun

TPASanitaryLandfill

----Rp. 0

100 ha> 25 tahun

- gas, komposRp. XXX

100 ha>>> 25 tahun

- listrik, bhn kimiaRp. YYY

TPA

Recovery Storage

TPA Storage

Waste to Energy

Pengomposan oleh Yayasan Bitari di Eks TPAPasir Impun

Luas Lahan = 2000 m2Volume sampah yang masuk = ± 20 m3/hariProduksi Kompos = 660 Kg/ Hari

Daur Ulang Plastik oleh CV Fajat di eks TPA Pasir Impundan Jl. Holis

Luas Lahan = 2000 m2Volume sampah Plastik = ± 0,5 - 1 ton/hariJenis Produksi = Chips dan Kontainer

Selain itu ada pula kegiatan melalui bantuan programWJEMP - CEF. Kegiatan yang sudah dilaksanakan yaitu pengomposan di 5 RW Kelurahan Gegerkalong, Keca-matan Sukasari

Luas Lahan = ± 300 m2Volume sampah yang masuk = ± 2-3 ton /hariProduksi kompos = ± 1 - 1,5 ton/hari Residu Non Organik dipilah dan dijual

Kegiatan Melalui Swadaya MasyarakatPT PINDAD

Luas Lahan = 600 m2Volume sampah yang masuk = 9 - 10 m3/hariProduksi Kompos = 500 - 1000 Kg/ Hari Jenis Sampah yang masuk kelokasi 90 % da-un, 10 % hasil kegiatan kantor (kertas+sisa makanan) Residu Non Organik dibakar.

RW 11 CibangkongLuas Lahan = ± 400 m2(berikut lahan untuk uji coba tanaman)

Volume sampah yang masuk = ± 10 m3/hariProduksi Kompos = 1 - 1,5 ton/ Hari Residu Non Organik dipilah dan dijual

Jhon PietersLokasi RW 06 dan Jl. Cipamokolan No. 77 Kel.Cipamokolan Kec.Rancasari

Luas Lahan = ± 2.500 m2Volume sampah plastik = ± 6 ton/hariVolume sampah logam = ± 8 ton/hariProduk : Pelet plastik

Pengomposan dengan Green Phoskko RW 04 KelurahanCipadung, Kecamatan Cibiru

Luas Lahan = ± 100 m2Volume sampah yang masuk = ± 2 m3/hariProduksi kompos = ± 0.35 m3/hari Residu Non Organik dipilah dan dijualLindi dari pengomposan untuk pupuk cair

Pengomposan dengan Green Phoskko RW 14 Kelurah-an Palasari, Kecamatan Cibiru

Luas Lahan = ± 100 m2Volume sampah yang masuk = ± 1,2 m3 /hariProduksi kompos = ± 0,2 m3/hari Residu Non Organik dipilah dan dijualResidu Non Organik dibakar,abu dibuat bata.

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 7

S elain mencari alternatif TPA, PD Kebersihan Bandungmengadakan kerja sama dengan berbagai pihak untuk

mengolah sampah di sumber sampah atau TPS. Kemitraanyang terjalin itu yaitu composting di Eks TPA Pasir Impun,

daur ulang plastik jenis PET dan PE (Botol dan Gelas kemasanair minum mineral), dan daur ulang plastik menjadi kon-tainer (bin) sampah.

Kegiatan-kegiatan itu antara lain :

Pengurangan Sampah di Sumber

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 8

Sampah Bandung memang sudahterbendung kendati masih se-mentara waktu. Musibah sam-

pah ini mengundang berbagai pihak un-tuk ikut urun rembug dalam rangkamemecahkan persoalan tersebut. Seti-daknya ada tiga instansi yang memilikikonsep, selain Pemerintah Kota Ban-dung sendiri. Usulan itu berasal dariBadan Pengkajian dan Penerapan Tek-nologi (BPPT), Institut Teknologi Ban-dung (ITB), dan Kementerian Ling-kungan Hidup. Berikut usulan masing-masing lembaga tersebut.

PE M K O T BA N D U N GJangka Pendek sebelum ada teknologipengolahan

Peran serta masyarakat melaluikonsep 3 R (Reduce, reuse, danrecycle)Pengomposan, insinerator mikroskala RW/pembakaran (hati-hati)Penimbunan setempat

Pengolahan sampah dengan basisteknologi modern

Pembangunan pabrik pengolahsampah yang bisa mengubah sam-pah menjadi energi listrik, pupukorganik, atau produk lain. Kapa-sitas pabrik 1.500ton/hari, operasi24 jam/hari. Ener-gi yang dihasilkan30 M Watt.Manajemen sepe-nuhnya diserahkanswasta bila perhi-tungan usaha sesuaimekanisme pasar.Jika tidak, pabrikdikelola bersamaantara swasta danpemerintah kota.

ITBPengelolaan sampah terpadu, yakni

Komposter rumah tanggaPengomposan Skala RT/RW, seki-tar 10 RT: 3 gerobak sampah de-ngan volume 4,5-5 m3/hariPengolah sampah terpadu kapasi-tas 100 m3/hari. Butuh lahan1.500 m2. Butuh hanggar utama,hanggar kompos, rumah kaca,conveyor belt, mesin pencacahsampah organik, sistem suplaiudara pengomposan aerasi, unitreactor uji coba gasifikasi dan bio-gas, penyaring kompos, insinera-tor, mesin batako, pencacah plas-tic, container stok, timbangan dansebagainya. Biaya operasi padakapasitas minimum (20 m3) yakniRp. 27.000/m3 dan pada kapasi-tas maksimum kompos cepat (100m3) yakni Rp. 5.400/m3.

KE M E N T E R I A N LHPenerapan konsep 3 R dengan me-maksimalkan 6 lokasi TPS potensialselama tahun 2006. Metode ini diper-kirakan dapat mengurangi sampahsebesar 725 m3 atau sekitar 22,66persen (total sampah terangkut 3.200

m3/hari). Untuk jangka panjang pe-nerapan konsep 3R dapat mencapai40-60 persen dari total timbulan sam-pah. Total biaya yang dibutuhkan se-lama tahun 2006 yakni Rp. 2 milyar.

B P P TSkenario 1

Rehabilitasi dan pemakaian kembaliTPA Leuwigajah (jika TPA itu bisadimanfaatkan) menjadi reusablesanitary landfill dan pengelo-laan sampah terpadu berbasis3 R. Biaya pengolahan per tonsampah adalah Rp. 79.074.

Skenario 2Penerapan TPA reusable sanitarylandfill (jika TPA Leuwigajahtidak dapat dimanfaatkan dan jikadidapatkan TPA baru dengan luasanyang memadai) dan penerapan pe-ngelolaan sampah terpadu berbasis3 R. Butuh dua lokasi RSL dengankapasitas 13.000 m3/hari dan 7.000m3/hari. Biaya pengolahan Rp.87.079 per ton sampah.

Skenario 3Penerapan pengolahan sampah men-jadi energi melalui teknologi insinera-tor, TPA RSL ukuran kecil, dan pene-

rapan pengelolaan sampah terpaduberbasis gerakan 3 R (jika TPA Leu-wigajah tidak dapat digunakan dandidapatkan TPA baru denganluasan yang relatif sempit). Insi-nerator yang akan dibangun mem-punyai kapasitas 1.000 ton per hariyang dilengkapi sistem peman-faatan panas pembakaran untukenergi. Butuh lahan 5 hektar dandua lokasi TPA RSL dengankapasitas tampung masing-masing 8.000 m3/hari. Bia-ya perkiraan per ton sampahyakni Rp. 124.870. MJ

PILIHAN KONSEP PENANGANANSAMPAH KOTA BANDUNG

FOTO:MUJIYANTO

Bisa digambarkan sepertiapa pengelolaan sampah dikota Bandung sebelum ter-

jadinya darurat sampah?Selama ini pengelolaan sampah di-

lakukan secara tradisional yaitu sani-tary landfill, paling juga meningkatpada control landfill. Kalau sanitarylandfill, sampah dibuang saja kemudiandiratakan pada satu lokasi tertentu. Se-dangkan control landfill, sampah dira-takan kemudian ditumpuk tanah. Baiksanitary maupun control landfill ter-nyata keduanya menimbulkan masalahke depan kalau dibiarkan terus.

Sanitary landfill kan membutuhkantanah yang luas. Kalau tanahnya sempit,pada suatu saat bisa menimbulkanmusibah. Contohnya di Leuwigajah.Kalau kita menumpuk tanah akanberakibat yang sama juga karena airlindinya dan ambrolnya sampah bisaterjadi. Kalau kita mau membuat ver-tikal, memangnya mau ditembok keatas? Dengan terjadinya kasus Leuwi-gajah kita harus berbuat lebih baik dantidak mengulangi lagi kasus tersebutyang jelas menimbulkan korban danmerugikan masyarakat dan pemerintahkota.

Apa yang dilakukan Pemdasetelah Leuwigajah longsor?

Seizin gubernur secara lisan, sekitarbulan Maret 2005 kami mengundang 16pengusaha yang mau bergerak di bidangpengolahan sampah baik yang mengha-silkan kompos, pupuk, energi, briket,batubata, semen dan sebagainya. Me-reka berasal dari dalam dan luar negeri.Untuk menyeleksi mereka, kami mem-bentuk tim perumus yang terdiri daripemerintah kota, pakar lingkungan, dandari Unpad. Tim bekerja dan akhirnya

terseleksi menjadi lima, dan akhirnyamenjadi tiga. Tiga itu kemudian mem-bentuk konsorsium yang namanya PTBRIL yaitu Bandung Raya IndahLestari. Pada September 2005 kitamengadakan MoU dengan perusahaantersebut. Kewajiban PT BRIL adalahmencari tanah dan membebaskannyauntuk pabrik, kemudian membuat pab-rik sendiri. Sebelumnya pada Juli-Agustus kita ke Shanghai, Cina, melihatpabrik di sana. Apa yang kita lakukanmengadopsi dari sana. Walaupun sayapribadi pernah dapat training denganBupati Bandung dan Walikota Cimahidalam bidang sampah. Sehingga saya bi-sa melengkapi komparasi Jepang danCina itu. Setelah September, BRIL men-cari lahan. Ternyata tidak mudah. Yangdicari di Kab. Bandung dan Garut. Bebe-rapa lokasi di Bandung, masyarakat se-tuju, kita setuju, tapi Pemda Kab. Ban-dung tidak setuju. Ada juga yang kabu-paten setuju tapi masyarakat tidak se-tuju. Jadi tidak mudah. Yang terakhir ki-ta masih membuang sampah di Jelekong,Kab. Bandung. Terus ditutup. Kita juga

punya di Pasir Impun, 7 Ha juga ditu-tup. Juga di Cicabe, 14 April ditutup.Jadi pada 15 April kita tak bisa mem-buang sampah ke mana-mana. Sampai26 Mei 2006 sampah menumpuk.Lamanya 41 hari. Setiap hari ada 7.500meter kubik sampah. Kali 41 hari jadisekitar 400 ribu meter kubik. Oleh kare-na itu saya katakan Bandung itu musi-bah darurat sampah. Dan ini bukanhanya isu nasional tapi juga interna-sional. Saya terus berupaya menyele-saikannya. Pada 26 Mei Pak Gubernurdan Panglima Kodam III Siliwangiturun tangan sehingga mendapatkantanah di Sarimukti, milik Perhutaniseluas 21 hektar. Saat itu juga kitamemakai tanah Kodam di Cikubangseluas 2,5 ha, dan itu hanya mampudipakai selama 10 hari. Sekarang kitamenggunakan Sarimukti. Dengan Sari-mukti, 7 Agustus lalu Pak Gubernur me-nandatangani perjanjian dengan Perhu-tani sebagai payung hukum penggunaanlahan tersebut. Bahwa sampah yang di-buang oleh Kab. Bandung, Cimahi, KotaBandung, nantinya akan dijadikan tem-pat pengolahan menjadi kompos. Ini ju-ga atas saran tim yang dibentuk olehMen PPN/Ketua bappenas, Meneg LH,Menteri Ristek. Pemerintah menyedia-kan dana Rp. 14 milyar. Pembagiannya,Kota Bandung Rp. 1,5 milyar untukmembangun fasilitas pengolahan kom-pos menjadi sampah di Sarimukti. Tapisetelah saya komparasi ke Singapura se-minggu lalu, ternyata ada fasilitas peng-olahan sampah di tengah kota menjadienergi, pembersih air. Ada empat lokasi.Sehingga untuk energi listrik, Kota Ban-dung sangat memungkinkan karena ha-nya menggunakan 5 ha untuk pabrik, 15ha untuk green belt-nya. Saya meng-hendaki 5 ha untuk pabrik, 5 ha untuk

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 9

Walikota Bandung, H. Dada Rosada:Tak Bisa Lagi Cara Tradisional

FOTO:MUJIYANTO

cadangan, dan 10 ha untuk penghijau-an. Dari pengalaman di beberapa ne-gara, ternyata prosesnya tidak menyisa-kan sampah sedikitpun karena sampahdiolah terus. Kota Bandung ingin menu-ju ke sana. Mudah-mudahan kalau initeralisasi, ini menjadikan yang pertamadi Indonesia.

Apakah Pemkot hanya bekerjasama dengan swasta itu saja?

Pada 31 Juli lalu, kerja sama PemkotBandung dengan PT BRIL dikembang-kan lagi dengan ITB, PLN, dan DarutTauhid. Keputusannya, Pemkot yangmempunyai sampah, PT BRIL dan Da-rut Tauhid yang mengolah sampah,PLN yang membeli dan menjual, danITB yang menangani perencanaan tek-nologinya. Sebelumnya ITB dan PLNsudah mengadakan kerja sama denganskala kecil 1 hari 24 ton menghasilkanenergi listrik 500 kWH. Ini dinilai ter-lalu kecil sehingga PLN menyarankanbekerja sama dengan Pemkot karenapunya sampah banyak. Kita ancer-ancer 1500 ton per hari dapat meng-hasilkan 25 Mega Watt.

Kerja sama regional antarpem-da sendiri seperti apa?

Kerja sama antar Pemkot, PemkabBandung, dan Cimahi wujudnya yapembuangan bersama di Sarimukti, Kab

Bandung itu. Kabupaten Bandung danCimahi sampahnya tidak banyak. Kalaukota Bandung per hari 7.500 meterkubik, sedangkan Cimahi tiga bulan saja450 meter kubik. Kami yang terbanyakmenginginkan sampah ini jadi energilistrik. Kebetulan PLN juga belum bisamelayani semua warga.

Di mana lokasi pabrik yangdirencanakan?

Ada di Bandung timur. Prosesnyasedang berlangsung. Insya Allah tidakakan mengalami kesulitan karena yangmempunyai tanah hanya seorang dansudah menyerahkan kepada kita. Kitaberharap tidak akan terjadi seperti yangdi Bojong. Masyarakat sudah kita sosi-alisasikan dan mau.

Soal anggaran bagaimana?Ya anggarannya bertahap.

Berapa alokasinya?Kita belum menentukan. Yang pen-

ting sekarang adalah payung hukumnyadulu. Business plan-nya belum dibuat.Kerja kita banyak terganggu, misalnyamencari lahan saja kan tidak gampang.

Dengan kasus musibah sampahini, apakah Bandung memperta-hankan master plan yang sudahada atau membuat yang baru?

Kita membuat yang baru. Yang lamakan sanitary landfill. Itu sudah tidakbisa lagi. Sekarang master plan sedangdibuat. Jadi master plan baru titiklokasi saja. Bahwa di RTRW danRDTRK-nya kita memplot Bandungtimur sebagai lokasi industri nonpolu-tan dan pergudangan.

Apa yang Anda sampaikanmenunjukkan bagaimana sampahakhir itu diolah. Lalu bagaimanadengan pemberdayaan masyara-kat dalam mengurangi sampah?

Masyarakat kita imbau untuk memi-lah sampah di rumah dulu. Ini sepertiyang dilakukan di negara-negara maju.Paling tidak dipilah antara yang organikdan anorganik. Sampah itu kemudiankita ambil dan dibawa ke depot. Di situjuga ada orang yang memilah. Di pabriknantinya akan ada tenaga kerja darimulai yang kasar sampai yang trampilyang memiliki keahlian khusus.

Bagaimana bentuk kerja samadengan pihak swasta?

Semua kita serahkan kepada swasta.Nah kita tinggal nyicil, entah seperti apabentuknya nanti. Operatornya swasta, kitabayar kepada mereka. Jadi mereka itu me-lakukan investasi dan yang mengoperasi-kannya. Jadi kita menyerahkan sampahdan kita bayar. Mereka memperoleh ke-

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 10

PEMKOT

ILLUSTRASI:RUDI KOZ

untungan dari situ. Selain itu mereka men-jual hasil sampah berupa energi ke PLN.

Bagaimana dampak adanyapabrik sampah terhadap kinerjaPD Kebersihan Kota Bandung?

Ya secara bertahap, mungkin kitakerja samakan. Yang akan datang kanakan kembali menjadi milik pemerintahkota jika BOT atau BTO selesai.

Berapa jangka waktu kerja sa-ma dengan swasta ini?

Ya, minimal 20 tahun.

Apakah pemda menyiapkanPerda khusus untuk mengawalkerja sama ini?

Ya, harus itu. Sekarang sudah ada per-danya. Judulnya yang ada PengelolaanSampah, dari rumah ke TPS dilakukanmasyarakat bersama RT/RW, dari TPSdiangkut ke TPA dan tidak diapa-apain.Masyarakat ditarik retribusi karena dariTPS ke TPA kita yang mengangkutnya.

Belum ada perda khusus dalamkaitan kerja sama ini?

Baru MoU.

Berarti harus ada payung hu-kum?

Harus. Apalagi kerja sama itu jugamenyangkut ITB, PLN, dan DarutTauhid.

Berapa sih anggaran untuk pe-ngelolaan sampah selama ini?

Dari Pemda kita membantu sebesarRp. 20 milyar. Tapi beban yang dibe-rikan kepada PD Kebersihan untuk re-tribusi kan hanya 53 persen-an dari ke-butuhan anggaran yang lebih dari 20milyar.

Mungkin Anda punya saran ba-

gi kota lain agar tidak terjadi mu-sibah seperti di Bandung, apayang harus dilakukan?

Yang pertama, harus mengubah pe-rilaku. Tak bisa lagi membuang sampahseenaknya. Memilah sampah. Dan pe-merintah daerah tidak lagi mengguna-kan cara-cara yang tradisional, sanitarylandfill.

Apa yang harus dilakukan olehpemerintah daerah jika merekamengalami darurat sampah?

Yang harus mengacu pada peng-olahan sampah secara teknologi, apa-kah bergabung (dengan pihak/pemdalain) atau sendiri-sendiri.

Maksudnya dalam kondisi da-rurat?

Ya kita dengan seluruh potensi ma-syarakat melaksanakan 3 R itu. Reduce,Reuse, dan Recycle. Tapi itu sangatdarurat sekali. Itupun hasilnya tidakbanyak. Selama 41 hari ada sampah se-kitar 400 ribu meter kubik. Dengan 3 Rkita bisa mengurangi paling hanya 10ribu meter kubik. Di samping itu prosesitu tidak cepat untuk menimbulkan re-volusi. Model seperti ini untuk jangkapanjang. Membuat pengelolaan sampahdi rumah kan juga tidak semua orangsanggup untuk itu. Jadi pengelolaansampah dari tradisional ke teknologi itumutlak.

Mulai kapan pabrik berope-rasi?

Tahun ini kan baru pembangunanpabrik. Butuh waktu 1 tahun. Selamaitu sampah kita buang di Sarimukti.Jadi ini sudah bagus sekali.

Apakah langkah Anda tidakberbenturan dengan programGBWMC?

GBWMC tidak ada masalah. Kitaakan tetap ikut dalam program tersebut.Lagipula sampah Bandung itu kanbanyak. Jadi tidak perlu ada kekhawa-tiran dengan Sarimukti. MJ

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 11

Kita dengan seluruhpotensi masyarakatmelaksanakan 3 R.Reduce, Reuse, dan

Recycle. Tapi itusangat darurat

sekali. Itupun hasilnyatidak banyak.

FOTO:MUJIYANTO

Sudut Kota Bandung yang sudah mulai bersih.

Kondisi persampahan di Indone-sia sudah sedemikian carutmarut yang ditandai dengan

berbagai kasus pencemaran akibat sam-pah. Puncaknya ketika TPA Leuwigajahlongsor pada bulan Februari lalu yangmemakan korban meninggal 146 orangdan diikuti dengan berbagai perdebatansengit, saling menyalahkan. Namunseperti hal yang lazim terjadi diRepublik kita tercinta ini, bencana long-sornya TPA Leuwigajah pun tidak diiku-ti dengan upaya perbaikan yang me-madai baik secara teknis maupun poli-tis. Rasanya itulah titik nadir palingrendah dalam dunia persampahan diIndonesia selama ini.

Meskipun tidak ada pernyataanresmi Pemerintah mengenai "keadaandarurat" sampah di wilayah Bandung,kenyataannya sejak bulan Mei 2006

setelah TPA Leuwigajah longsor, se-banyak 300.000 m3 sampah tertahan didalam kota karena tidak ada TPA yangdapat menerima sampah yang setiapharinya mencapai 4.000 m3 atau lebihtepat karena kuatnya penolakan wargayang keberatan dengan keberadaan TPAalternatif (TPA Jelekong, TPA Babakan,dan lain-lain). Dengan kondisi demi-kian, sudah dapat dipastikan Bandungyang terkenal sejuk dan indah berubahmenjadi kota lautan sampah yang baudan menjijikkan bahkan kekhawatiranterjadinya penyebaran penyakit sempatterjadi di beberapa lokasi.

Namun ada atau tidaknya pernya-taan darurat sampah Bandung secararesmi dari Pemerintah, kita mengakui

bahwa kondisinya memang sudah superkritis dan harus segera ditangani de-ngan segera. Pada akhirnya tidak ku-rang dari empat menteri (PU, LH,Bappenas dan BPPT) dan bahkan ITBdisibukkan oleh kegiatan tanggap daru-rat sampah tersebut meskipun instruksiPresiden untuk mengatasi masalahsampah Bandung hanya ditujukankepada Menteri Lingkungan Hidup.

Dalam kondisi tanggap darurat ini,TNI juga turun gunung (tepatnya turunkota) untuk mengevakuasi sampah daridalam kota (tentunya dibantu oleh apa-rat pemerintah daerah dan PD Keber-sihan Bandung), dengan mengerahkanpersonel, kendaraan dan alat berat sertamenyediakan lokasi milik TNI di Ciku-bang, Kecamatan Darangdan-Kabu-paten Purwakarta (luas 4 ha) sebagaitempat pembuangan sampah. Inilahbarangkali yang dapat digunakan seba-gai indikator sampah Bandung dalamkeadaan darurat, yaitu seperti dalamkondisi perang. TNI berada digarisdepan. Selain itu juga dibentuknya timSatgas dan tim Ad Hoc.

Selain itu sampah juga dibuang kelokasi perkebunan milik Perhutani didesa Sarimukti (luas 21 ha), kecamatanCipatat-Rajamandala, Kabupaten Ban-dung. Sebenarnya ada banyak pilihanlokasi yang dapat digunakan sebagaitempat darurat pembuangan sampah,namun banyaknya penolakan dari pihakmasyarakat, akhirnya Gubernur memi-lih 3 lokasi yaitu :

Cikubang (luas 4 ha), jarak dari kotaBandung 28 km, tanah milik TNIyang terletak di Kabupaten Pur-wakartaSarimukti (21 ha), jarak dari kota

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 12

Pembelajaran DaruratSampah Bandung

Oleh: Endang Setyaningrum*

-

-

FOTO:ENDANG SETYANINGRUM

Sampah menumpuk di TPS.

Bandung 42 km, tanah milik Perhu-tani di wilayah kabupaten BandungGunung Hejo (8 ha), jarak dari kotaBandung 33 km, tanah milik PTP VIIIdi wilayah Kabupaten PurwakartaProses pembuangan di lokasi Ciku-

bang dilakukan oleh personil TNI de-ngan metode pembuangan "darurat"yang lumayan, yaitu metode gali dantimbun. Saya sempat berpikir, ternyatatentara tidak hanya belajar masalahkemiliteran saja tetapi juga tahu bagai-mana cara membuang sampah dengan"metode kucing" tersebut. Sayangnyasampah yang dapat ditampung di Ci-kubang kurang lebih hanya 50.000 m3(luas lahan yang dapat digunakan hanya1,5 ha dari 4 ha yang ada) selama 30hari.

Sedangkan proses pembuangan dilokasi Sarimukti lebih darurat lagi kare-na hanya mengandalkan open dumpingdisertai pemadatan (tanpa penutupantanah seperti yang dilakukan Cikubang)dengan kapasitas pembuangan menca-pai 800 m3/hari (saat ini telah menam-pung 70.000 m3). Sebenarnya izinpenggunaan lokasi Sarimukti adalahuntuk pembuatan kompos, namunmengingat kondisi darurat ini, maka ke-giatan kompos sampai saat ini juga be-lum dilakukan.

Sementara itu untuk pemanfaatanlokasi di Gunung Hejo (luas 8 ha, dapatdimanfaatkan 5,5 ha) yang terletak disisi jalan tol Cipularang, belum sempatdilakukan. Meskipun telah dilakukansuatu quick detail engineering designuntuk menerapkan metode pembuang-an akhir sampah yang lebih baik, meng-ingat terdapatnya mata air di sekitar lo-kasi tersebut, namun sayang kemudianlokasi tersebut ditolak oleh DPRDKabupaten Purwakarta meskipun per-syaratan penyediaan air bersih bagiwarga di sekitar lokasi (Kampung Ci-bentar dan Pasirmalaka) sudah dipe-nuhi oleh Departemen PU. Bahkan izinjalan masuk melalui jalan TOL saat itusedang diproses oleh Menteri PekerjaanUmum.

Harga Tanggap Darurat Upaya tanggap darurat yang semula

diharapkan dapat selesai dalam 1 bulansesuai instruksi Presiden, namunakhirnya memakan waktu sampai 3bulan. Dalam kurun waktu tersebut,telah banyak dana yang harus dibayaroleh berbagai pihak untuk hal-hal seba-gai berikut :

Biaya angkutan (Rp. 750.000 / rit) yangmencapai 180 truk (2 rit/hari) selama 3bulan mencapai Rp. 8,1 milyar.Biaya pembuangan di Cikubang (alatberat, personel dan infrastrukturpengamanan lingkungan)Biaya pembuangan di Sarimukti (alatberat, personel, perbaikan jalan

masuk menuju lokasi)Biaya DED SarimuktiBiaya penyiapan lokasi Gunung Hejo(DED, penyediaan air bersih)Tujuh unit alat berat senilai Rp. 11MilyarBiaya penyediaan air bersih di lokasiGunung Hejo

Biaya tersebut belum termasukbiaya yang jumlahnya sulit diperkirakanseperti biaya lahan baik di Cikubangmaupun di Sarimukti, biaya koordinasi,biaya angkutan sampah yang telahberulang kali ditolak warga, biaya kese-hatan masyarakat yang sakit akibatpencemaran sampah di dalam kota,biaya akibat menurunnya turisdomestik yang batal ke Bandung danlain-lain.

Betapa mahalnya harga sebuahdarurat sampah di wilayah Bandungtercinta, andai dulu TPA Leuwigajahtidak longsor, andai TPA Leuwigajahdapat dioperasikan dengan metode sa-nitary landfill yang benar, andai alokasidana untuk mengelola sampah cukupmemadai (sekarang hanya tersedia danaRp 15.000,-/ m3, masih jauh di bawahkewajaran harga suatu pengelolaansampah). Pada akhirnya kita memanghanya dapat berandai-andai saja.

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 13

Sekarang hanyatersedia dana

Rp 15.000,-/ m3,masih jauh di bawah

kewajaran harga suatupengelolaan sampah.

Pada akhirnyakita memang hanya dapat

berandai-andai saja.

-

-

-

-

--

-

-

Antrian Truk Sampah di Jalan Masuk TPA Cikubang

FOTO:ENDANG SETYANINGRUM

Kapan Darurat Berakhir?Setelah 3 bulan berlalu dan dari

hitung-hitungan matematik volumesampah yang berhasil dievakuasi darikota Bandung dan Cimahi ke lokasi TPAdarurat, sebenarnya masih ada puluhanribu m3 sampah yang masih tertahan dikota meskipun tidak se-jorok sebelum-nya. Bandung relatif kembali bersihbahkan sudah dipenuhi lagi oleh turisJakarta terutama pada hari libur danakhir pekan.

Apakah itu berarti proses tanggapdarurat berakhir? Bagaimana dengankelanjutan peningkatan kualitas TPA diSarimukti yang hanya dilaksanakansecara open dumping dan kemungkinanleachatenya sudah mulai mencemarilingkungan? Bagaimana kelanjutanpelaksanaan unit produksi kompos ter-padu di Sarimukti (sesuai dengan izinPerhutani)? Masih banyak hal yangperlu ditindaklanjuti agar tidak ada lagi"darurat sampah jilid 2".

Skenario Pasca Tanggap DaruratUntuk skenario pasca tanggap daru-

rat diusulkan perbaikan infrastruktur dilokasi Cikubang dan Sarimukti untukmengatasi masalah pencemaran ling-kungan yang sudah mulai terlihat dilokasi Sarimukti, terutama pencemaranleachate dan penyediaan fasilitas peng-olahan sampah terpadu (kompos dandaur ulang)

Sedangkan tahap lanjutannyaadalah selain kembali ke skenario usu-lan WJEMP (GBWMC), yang meliputi :

Pelaksanaan sosialisasi kepada ma-syarakat dan pihak-pihak terkait un-tuk menghindari masalah konfliksosial seperti yang selama ini terjadi Pembebasan lahan (lokasi Citiis danKebon Nangka-Nagrek) dengan gantirugi yang memadai.Penyediaan fasilitas landfill dan peng-olahan sampah yang memadai teruta-ma yang berkaitan dengan penyediaanzona penyangga, fasilitas perlindunganlingkungan dan lain-lain. Pengoperasian TPA (tempat pem-

buangan/pemrosesan akhir) sampahperlu dilakukan secara profesionaldan tidak menimbulkan dampaknegatif maupun masalah sosial. Jugapenanganan pasca longsor TPALeuwigajah dan TPA Jelekong.

Renungan untuk PembelajaranMeskipun badai (sampah) sudah ber-

lalu dari Bandung, rasanya penting bagikita semua untuk merenung, meng-endapkan semua yang terjadi di Bandungsebagai titik tolak menuju semangat pe-ngelolaan sampah yang lebih baik.

Timbulnya kesadaran warga untukmengurangi volume sampah yangdibuang ke TPA dengan cara membuatkompos dan daur ulang sedekatmungkin dengan sumbernya, perludiberikan dorongan, seperti pemberianinsentif.

Seyogyanya pihak eksekutif dan le-gislatif tidak lagi setengah hati dalammengalokasikan dana untuk suatu pe-ngelolaan persampahan yang memadai,terutama untuk peningkatan kualitasTPA pasca tanggap darurat (TPA Sa-rimukti) dan merealisasikan komposterpadu skala besar.

Pada akhirnya master plan sampahperlu ada dan menjadi acuan jangkapanjang bagi semua pihak termasukalokasi ruang untuk lokasi TPA yangdilengkapi dengan zona penyangga danpemberlakuan "garis sempadan TPA".Alokasi TPA adalah juga investasi jang-ka panjang karena kita akan menda-patkan "lahan baru" pasca TPA, mung-kin menjadi ruang terbuka hijau.

* Staf Direktorat Pengembangan PenyehatanLingkungan Permukiman

Direktorat Jenderal Cipta KaryaDepartemen Pekerjaan Umum

LAPORAN UTAMA

Percik Agustus 2006 14

Seyogyanya pihakeksekutif dan legislatiftidak lagi setengah hatidalam mengalokasikan

dana untuk suatupengelolaan

persampahan yangmemadai.

-

-

-

- Kondisi Jalan Masuk ke TPA Cikubang.

FOTO:ENDANG SETYANINGRUM

K ekeringan melanda berbagaidaerah di Indonesia. Apa penye-babnya?

Ada tiga faktor utama. Yang perta-ma, mungkin global climate change,perubahan iklim global. Karena hujandan kekeringan terjadi di luar bulan-bulan yang standar. Yang kedua, faktorlingkungan. Yang ketiga, infrastruktursumber daya air. Sektor lingkungansudah jelas, ada sektor-sektor di luarpengairan itu sendiri yang sangatberpengaruh misalnya kehutanan, per-tanian lahan kering, dan sebagainyasehingga membuat kapasitas penyalur-an air secara natural maupun buatanmenjadi berkurang. Kita melihat wa-duk-waduk yang dibuat endapannyasangat tinggi.

Kalau soal infrastruktur bagai-mana?

Soal infrastruktur, kita sendirisudah punya investasi di sumber dayaair termasuk irigasi, pengendalian su-ngai dan juga pengembangan rawa

hampir sebesar 10 milyar dolar sejakawal Orde Baru. Yang terbesar irigasi,karena saat itu kita didorong untuk swa-sembada pangan sehingga pembangunanirigasi berlangsung besar-besaran.Sampai sekarang kita punya irigasi teknissebesar 4,6 juta hektar, full control. Adayang dikatakan semi teknis dan se-derhana hampir 7,2 juta hektar. Ada lagiirigasi tadah hujan. Biasanya di perde-saan yang tidak ada irigasi teknisnya.

Sejauh mana hal itu mempe-ngaruhi kekeringan?

Kalau bicara kekeringan, sering ter-jadi dua hal, seperti sebuah mata uang.Satu sisi kekeringan, tapi sisi lain ke-banjiran. Ini menunjukkan kemampuansuatu wilayah daerah aliran sungai yangberubah sehingga tidak mampu mena-han air yang cukup karena catchmentarea-nya sudah hancur dan sebagainya.Yang sedang kita teliti sekarang, apakahdaerah yang kekeringan itu pada musimhujan juga kebanjiran? Ternyata su-ngai-sungai besar umumnya demikian.

Tapi untuk wilayah-wilayah pengem-bangan seperti daerah irigasi, itu tidakselalu terjadi. Berarti ini masalah kon-trol. Di daerah-daerah yang artifisial,daerah-daerah irigasi buatan, pada saatbanjir dia bisa melepaskan airnya kesungai, dan saat musim kering ditahan.Pola irigasi di Indonesia umumnya iri-gasi gravitasi. Jadi hanya membendungdan menaikkan air saja. Tidak ada kon-trol volume air, kecuali ada waduk.Itulah fungsi waduk-waduk besar. Inifull control. Tapi sebagian besar irigasikita semi kontrol yaitu irigasi denganmenaikkan airnya.

Campur tangan terhadap fak-tor lingkungan seperti apa?

Soal lingkungan kita hanya bisamengimbau. Hutan-hutan jangan dite-bangi. Para petani di upper catchmentarea yang berpendapatan rendah biasa-nya juga menanam tanaman sepertisingkong, jagung yang sangat burukuntuk aliran sungai karena tanaman itutidak mampu menahan air. Permukim-an-permukiman sampai saat ini seringbegitu banyaknya developer lupa bahwadaerah itu sebenarnya tempat parkirair. Misalnya dulu Jakarta punya ba-nyak rawa. Rawa itu sebenarnya tempatparkir air sebelum mengalir ke laut.Sekarang itu dikembangkan, dinaikkandan sebagainya sehingga air tak memi-liki tempat parkir. Itu sering menye-babkan banjir.

Adakah kaitan antara keke-ringan dan karakter sungai-su-ngai kita?

Umumnya sungai di Jawa itu curamtapi pendek sehingga flushing-nya ce-

WAWANCARA

Percik Agustus 2006 15

Direktur Pengairan dan Irigasi, Bappenas, Ir. M. Dony Azdan, MA, MS, PhD:

Jawa ButuhStorage-storage Baru

Akhir-akhir ini kekeringan melandaberbagai daerah di Indonesia. Kondisi inimenyebabkan kerugian yang tidak sedikitjumlahnya. Anehnya, di beberapa daerah

tersebut pada musim hujan justrukebanjiran. Ini fenomena yang menarik

untuk diperbincangkan. Mengapa ini bisaterjadi dan apakah ini sekadar masalahalam atau ada campur tangan manusia?

Untuk itu Percik mewawancarai DirekturPengairan dan Irigasi Bappenas, M Dony Azdan

di kantornya. Berikut petikannya.

FOTO:ISTIMEWA

pat. Sementara itu kita tidak punya sto-rage-storage yang relatif cukup untukmenahan air tersebut untuk musim ke-ring. Kita tidak sempat saving. Saat inikita punya 120 dam dengan waduk. Te-tapi kalau kita lihat, khususnya di Jawa,air yang bisa kita saving itu hanya 10persen. 90 persen air tidak pernah digu-nakan sebelum air itu sampai ke laut.Sudah alirannya curam, pendek, flush-ing, dan juga tidak punya storage.Sampai tahun 90-an, sebetulnya kitabanyak membangun waduk-waduk.Dari awal 80-an sampai akhir 90-an,pertentangan dari teman-teman LHuntuk membangun dam itu sangatbesar dengan alasan perubahan efeklingkungan dan sebagainya yang mem-buat kita susah betul membuat waduk.Mereka membandingkan dengan Ame-rika atau Eropa. Amerika itu damnyaada 25 ribu. Kita cuma ratusan. Me-mang ada dua hal yaitu masalah pembe-basan tanah dan perubahan lingkungantetapi memang kalau saya pribadimenganggap storage perlu. Kalau seka-rang kita perlu membangun dam, yaharus dibangun. Kebutuhannya besar.

Artinya dengan kondisi alamitu sebenarnya kekeringan bisadiprediksi?

Dari seluruh Indonesia, ada duadaerah yang mempunyai potensi defisitair yaitu Jawa dan Nusa Tenggara. Lain-nya berdasarkan skala water balanceglobal, tidak defisit. Hanya saja kitamelihat lokal per lokal. Intinya kalaukita melihat per kepulauan maka Jawaitu adalah daerah kritis defisit air.Perhitungan global kita, dari hasil studistrategi penanganan sumber daya airPulau Jawa, Jawa defisit 5 milyar meterkubik per tahun. Itu berarti tingkat sa-ving harus dinaikkan. Kita masih butuhstorage-storage yang cukup besar. Stra-teginya sekarang karena banyak perten-tangan dari sisi lingkungan hidup untukdam-dam besar, maka kita akan usa-hakan yang medium dan small scale

yang banyak seperti embung-embung.Setiap kabupaten misalnya, harus pu-nya satu.

Bisa dijelaskan seperti apakondisi Pulau Jawa dari studi itu?

Kita mendapatkan suatu potensikabupaten-kabupaten yang defisit sete-lah kita lihat hidrologi dan demand-nyabagi sektor pertanian dan industri.Sebanyak 77 persen kabupaten di Jawamengalami defisit. Defisit itu ada tigakategori yaitu biasa antara 0-3 bulanper tahun, sedang 3-6 bulan, dan parahlebih besar dari 6 bulan. Kalau kondisikita biarkan tanpa ada intervensi infra-struktur maka tahun 2015, 78 persenakan mengalami defisit. Tetapi dariyang biasa ke sedang atau ke parah akansemakin besar. Lokasi tidak banyakberubah, tapi defisitnya semakin parah.Pada 2025 defisit bisa menjadi 80,5persen. Begitu kita coba list dari infor-masi yang ada, ada 26 area yang keke-ringan. Misalnya Bandung, terjadi keke-ringan. Memang dalam studi daerahtersebut termasuk agak parah. Garutdefisit biasa. Indramayu parah. Kebu-men agak parah. Wonosobo agak aneh,harusnya tidak defisit, tapi kok faktanyadefisit. Berarti ini ada masalah manaje-men air. Semarang defisit biasa. Pur-balingga harusnya tidak bermasalah ka-rena dapat air dari Comal dan Serayuyang cukup besar. Tapi kenapa keke-ringan? Ini ada masalah manajemen.

Ini yang sekarang sedang kita teliti.

Manajemen yang bagaimanaagar tak terjadi kekeringan?

Ambil contoh Jatiluhur yang fullcontrol. Punya saluran yang ke baratuntuk suplai Jakarta, ke timur untukdaerah sampai Indramayu, ke utarauntuk daerah-daerah pantai. Biasanyadi akhir musim hujan atau pertengahanmusim hujan, bisa dilihat tahun initahun kering atau tahun basah. Kalautahun ini tahun kering berarti ditutupsemua pintunya supaya muka air naiksampai optimal, tidak harus dilepassetiap saat. Kalau tahun ini agak basah,sebagian di lepas. Katakanlah di tahunini kita sudah punya storage, setelah itumaka kita ada pola tanam khususnya diujung. Jadi di Kabupaten Karawang,Purwakarta, yang luasan hektarnyananti akan dapat catuan air sekian me-ter kubik untuk luasan sekian. Adadaerah-daerah yang umumnya airnyaitu sudah kecil, maka biasanya kita pa-kai penggolongan. Sampai pada titiktertentu, jika air agak susut maka harusada rencana pola tanam yang ditetap-kan. Misalnya, kali ini Indramayu ja-ngan menamam padilah karena airnyatidak cukup. Maka ada penggolonganmisalnya dari padi-padi-palawija men-jadi padi-palawija-palawija. Dulu mana-jemen ini, ada ulu-ulu yang memegangkewenangan sangat kuat. Tapi di zamansekarang petani susah diatur. Sudahtahu musim pertengahan kering, diatanam padi lagi. Pada saatnya tidak da-pat air, marah. Sebetulnya sepanjangsaluran, petani tidak boleh mengambilair begitu saja. Sebab ini kan sudah di-atur, untuk yang paling hilir. Kan se-mua dapat jatah. Kadang-kadang, pom-pa mudah, ambil aja sehingga yang dihilir sebenarnya belum waktunya keke-ringan jadi kekeringan.

Bagaimana dengan enforcement?Sekarang repot. Dulu semua meng-

ikuti ulu-ulu, sekarang tidak. Mana-

WAWANCARA

Percik Agustus 2006 16

Kalau kita melihatper kepulauan makaJawa adalah daerah

kritis defisit air.Perhitungan global kita,

Jawa defisit 5 milyarmeter kubik per tahun.

Itu berarti tingkatsaving harus dinaikkan.

jemen ini sedikit berubah dengan ada-nya otonomi. Siapa yang bertanggungjawab? Walaupun sudah ada UU, untukirigasi yang di atas 3 ribu hektar itutanggung jawab pemerintah pusat, 1-3ribu propinsi, di bawah seribu tanggungjawab kabupaten, tapi apakah insti-tusinya sudah siap? Misalnya yang diatas 3 ribu, sekarang pusat yang ada disana siapa? Mau tidak mau kan harusada tugas perbantuan ke daerah. Kalaubegitu, daerah terbebani. Propinsi jugabegitu, belum tentu dia punya orang-nya. Akhirnya tugas perbantuan juga.Unit-unit ini sendiri sedang berubah.Dulu kan idealnya, meskipun dia orangpusat, dia kan tetap bisa digunakan olehorang dinas di Kab/prop. Makanya darisisi manajemen masih dalam prosesimprovement.

Berapa kebutuhan storage ki-ta?

Untuk Jawa saja 5 milyar meter ku-bik. Sebagai ilustrasi, Indramayu itudaerah yang kering. Dari mana dapatair? Dia disuplai dari Jatiluhur. Maka-nya ada desain untuk Cimanuk yaituJatigede. Kalau waduk Jatigede terba-ngun maka storage-nya itu akan kitagunakan untuk daerah Indramayu danSumedang. Ini berarti akan mengurangipenggunaan air Jatiluhur. Jatiluhurakan kita gunakan lebih banyak ke baratatau ke utara. Misalnya kalau Jatigedehampir 500 juta meter kubik, maka bu-tuh 10 waduk sebesar Jatigede. Tapi kitabisa juga bikin waduk yang kecil-kecil.Bagus jika misalnya ada embung-em-bung kabupaten atau kecamatan. Bah-kan ada satu ide, per hektar ada tempatpenampung air. Permasalahan di Jawakepemilihan lahan kecil, rata-rata 0,25hektar. Juga daerah-daerah subur,hampir 100 persen tidak mempunyaimasalah air. Tapi di daerah kering, airjuga sulit. Jadi ini bukan hanya sekadarmasalah tempat tapi transformasi air itusendiri. Misalnya ada orang cari airsampai 12 km, kalau diberi storage disitu juga belum tentu ada air.

Bagaimana kondisi infrastruk-tur keairan kita saat ini?

Dari sisi infrastruktur, kita punyamasalah dengan operasi dan pemeliha-raan. Ternyata kalau kita membanguntempat lain, tempat yang pertama lupadipelihara. Operasi dan pemeliharaanitu telah menjadi masalah sejak tahun80-an. Misalnya jaringan irigasi yangsudah kita tetapkan ternyata operasipemeliharaannya sangat terbatas se-hingga baru 5 tahun harus direhabili-tasi. Sebetulnya kalau kita punya peren-canaan yang baik, mestinya 15 tahunbaru direhab. Ini yang menjadi masalahdi infrastruktur sumber daya air dan iniyang menjadi prioritas kita ke depan.Memang kita sangat mengerti pemerin-tah sendiri tidak mungkin, operasi danpemeliharaan itu kan butuh ownership.Oleh sebab itu pendekatan kita, yangpaling mendapat benefit adalah petanidan dia yang paling tahu mana yangdiperlukan terlebih dahulu dalam me-melihara. Lain kalau orang dinas,mungkin hanya melihat mana penam-pakan infrastruturnya yang baik kendatibelum tentu fungsinya berjalan baik.Oleh karena itu kita introdusir sejaktahun 1990-an bahwa untuk operasi pe-meliharaan kita memintakan partisipasidari petani. Tadinya malah mau dise-rahkan tapi ada komplain yang luar

biasa. Tapi ini hanya untuk saluran ter-siernya saja, yang primer dan sekundertetap di tangan pemerintah karena iturentan konflik karena penggunanyatidak hanya petani. Tersier ini kita ha-rapkan petani dengan membuat kelom-pok ikut memelihara infrastruktur ter-sebut. Untuk pendanaannya, pemerin-tah masih bisa membantu.

Bagaimana komposisi penggu-naan sumber daya air?

Biasanya, irigasi 89-94 persen. DMImunicipal dan industri itu antara 4-11persen. Untuk daerah yang sedangberkembang bisa 8-9 persen. MisalnyaBekasi dan Karawang. Jadi masihbanyak untuk irigasi.

Artinya yang akan banyak me-nanggung beban kekeringan sek-tor pertanian?

Kekeringan dampaknya lebih ba-nyak di pertanian. Tetapi juga tidak se-lalu. Ada daerah-daerah yang dari awalkering/defisit, misalnya Pacitan atauIndramayu. Problemnya itu kalau kitabicara untuk municipal dan industri,khususnya municipal, kualitas air jadimasalah. Kalau irigasi, kualitas air takterlalu dipersoalkan. Problem utamakita berubah dari kawasan pertanianmenjadi kawasan urban, tidak serta

WAWANCARA

Percik Agustus 2006 17

FOTO:MUJIYANTO

Stok air di Situ Cibereum, Bandung, menurun.

merta air itu bisa ditransformasikan.Untuk daerah-daerah urban atau ruralyang kekeringan, mereka lebih banyaktergantung pada cekungan ari tanah.Problem air cekungan dengan air per-mukaan itu sangat berbeda, kalau dilapisan antara 30-60 meter di bawahpermukaan, masih ada kemungkinanhubungan. Tetapi jika kedalaman lebihdari 60 meter, berdiri sendiri. Mungkintidak lagi begitu mudah untuk recovery.Daerah terpencil, sulit dapat air per-mukaan, mungkin sulit juga bisa mem-buat sumur. Cekungan air bawah tanahpunya resapan air di hulu, kalau kitabisa memelihara hulu sebetulnya mem-bantu dua hal yaitu air permukaan itusendiri biar lebih bersih dan kapasitas-nya bagus, perkolasi lebih bagus sehing-ga air tanah bisa dipertahankan, tapiuntuk yang kedalamannya sedang 30-60 meter. Kalau misalnya 125, mungkinlebih jauh lagi, mungkin di balik catch-ment area yang lain.

Bagaimana bentuk kerja samadengan instansi terkait untukmenjaga SDA kita?

Sejak 2001 ada TKSDA (Tim Koor-dinasi Sumber Daya Air), denganKeppres No 123. Ketuanya Menko

Ekuin dan wakilnya Bappenas, ketuahariannya Menteri PU dengan anggota11 menteri. Tim ini adalah suatu wadahuntuk membicarakan masalah-masalahair yang saling terkait antarsektor. AdaESDM, Menkes, MenLH, Perhub dansebagainya. Harapannya jika ada ma-salah bisa diselesaikan bersama. Timinilah yang membuat draft-draft regu-lasi. Salah satunya adalah UU SDA. Didalam UU No 7 itu kita sudah meng-introdusir selain kewenangan pemerin-tah pusat sampai ke kabupaten, jugaintegrasi antara yang mengusahakan,mengelola SDA, dan yang diberi hakmengelola. Dan itu akan dijabarkan kedalam PP masalah sungai, PP tentangIrigasi, dsb. Juga kepmen dan keppres.Penginterasian inilah yang diharapkanada partisipasi sektor-sektor terkait.Selain itu ada lagi gerakan nasionalkemitraan penyelamatan air (GNKPA).Kalau bisa itu masuk level implemen-tasi. Program itu kini memilih wilayah-wilayah sungai untuk diperbaiki. Upa-ya-upaya lain di dalam GNKPA itu tidakhanya pemerintah tapi kita minta se-mua stakeholder. Selain itu, sekarangsedang kita introdusir integrated waterresource management. Buat kita itubukan hal yang baru tapi bagaimana

mengimlementasikannya. Artinya sia-papun tahu dululah bahwa setiapkegiatan dia pasti akan terkait denganair.

Kita punya grand design soalair?

Partisipasi. Salah satu yang palingpenting bagi kita adalah bahwa inibukan hanya pekerjaan pemerintah.Yang bisa mengelola dengan baik ada-lah masyarakat. Yang perlu menjadi ke-sadaran adalah bagaimana konsep ma-syarakat terhadap air. Kita ini kan orangyang baru sadar kalau sudah kejadian.Kalau bisa kita masuk ke pendidikan.Gerakan-gerakan penyelamatan air ti-dak hanya gerakan yang sifatnya fisiktapi dari anak-anak harus sudah diajar-kan. Di wilayah-wilayah DAS akan disu-sun pola dan rencana. Setiap wilayahsungai harus punya pola dan rencana.Dulu kita punya master plan. BengawanSolo, isinya bagaimana membangun wa-duk, buat tanggul, ngeruk sungainyayang lebih pada fasilitas fisik. Pola di-maksudnya untuk menata apa yang ha-rus kita lakukan supaya SDA air kita te-tap berkelanjutan. Di dalam rencana,juga tidak melulu fisik. Ini yang sedangkita lakukan untuk Citarum. Di situnanti sektor apa mengerjakan apa sa-ngat jelas, kabupaten apa tanggungjawab apa, sekarang lagi didesain.

Imbauan Anda terhadap ma-syarakat?

Ikuti balai-balai atau dinas-dinas,khususnya penyuluh pertanian. Kalaumemang wilayah memungkinkan, buatstorage meskipun kecil. Juga kita harushemat air. Mulai sekarang masyarakatharus betul-betul menghargai air. Inimasalah kultur. Dianggap sungai tem-pat pembuangan. Ini masih kuat sekalidi Jawa. Sungai harus dilihat sebagaisumber air yang sangat berharga. Ma-syarakat juga harus ikut mengawasipenggunaan air dan air yang dibuang kesungai. Kalau perlu digugat bagi yangmelanggar. MJ

WAWANCARA

Percik Agustus 2006 18

FOTO:ISTIMEWA

Anda mungkin sudah mengenalsaringan pasir aktif. Saringanini tersusun dari batu kerikil,

arang, pasir, abu, dan ijuk. Saringan inibisa digunakan untuk membersihkanair kotor/keruh. Namun hasilnya seringtidak memuaskan. Walhasil, orangakhirnya sering membeli saja saringanair pabrikan, baik produk dari dalamnegeri atau impor. Harganya lumayanmahal. Daya tahannya pun kadang tidakterlalu lama.

Padahal, kalau tepat menyusunkomposisi, kita bisa dapatkan saringanair yang sangat baik. Air apa saja bisadisaring dan bisa langsung diminum.Anda tentu tak percaya. Tapi ini sudahdibuktikan oleh H. Ali Dinar, wargaCipamokolan, Bandung. Alat ini diberinama "Filter Penjernih Air ala H. AliDinar".

Alat ini, menurut H. Ali, mengan-dung tiga komposisi utama yakni abu,pasir, dan ijuk. Hanya saja, tentu diamemiliki resep sendiri untuk meramukomposisi ini sehingga mampu menya-ring segala jenis air. Saat ini, temuanyang sebenarnya telah diaplikasikan se-jak tahun 2003 itu memasuki pematen-an.

Selain komposisi utama itu, adakomposisi tambahan. Bahan tambahanini berasal dari berbagai jenis bahanalami yang didapatkan di alam/pasar.Misalnya semen merah, kapur, tanahmerah, dan lem kayu. ''Penggunaanbahan ini tergantung jenis air yang akandisaring,'' kata H. Ali, kakek berusia 58tahun ini.

Alat ini tidak dijual langsung kepasar. Tapi harus pesan terlebih dahulu.Mengapa? Karena, setiap air di suatudaerah memiliki karakter tersendiri.

Saringannya pun bisa berbeda-bedauntuk setiap sumber air. Maka H. Ali,akan melakukan percobaan dulu ter-hadap contoh air yang akan disaring.Dia menyusun komposisi filter yangtepat. Kalau hasil uji itu bagus, barulahH. Ali akan memproduksi filter itu, baiksatuan maupun massal. Sebelumnya diajuga menguji mutu air tersebut ke labo-ratorium untuk memastikan bahwa ha-silnya siap dikonsumsi. ''Supaya terja-min,'' kata kakek yang tidak lulus SD ini.

Filter penjernih ini berbentuk me-nyerupai tabung. Diameternya 6 inci,dengan tinggi 30 cm, dan ketebalansisinya 2 cm. Untuk kapasitas filter 500liter, berat saringan ini hanya sekitar 1kg. Ukuran filter bisa disesuaikan de-ngan volume air yang disaring. ''Bisa,sampai berapa pun bisa,'' katanya.

Uji alat ini pertama kali dilak-sanakan tahun 2004 atas bantuan dana

Camat Rancasari. Pemeriksaan mutuair dilakukukan oleh Dinas KesehatanKota Bandung. Saat itu air yang disaringadalah air di kantor kecamatan yang ti-dak jauh dari rumah H. Ali. Hasil ujitertera pada tabel di bawah.

Alat ini telah menyebar ke berbagaidaerah. Dari mulai Jakarta, Karawang,hingga ke Riau. Para pengguna alat initahu dari mulut ke mulut. Produksinyasudah mencapai lebih dari seribu buah.

Saat ini H. Ali sedang mendesain fil-ter untuk air di tiga kabupaten di sepan-jang Sungai Siak, Riau. Dia menerimaorder dari perusahaan minyak besar disana. ''Sekarang hasilnya lagi ditunggudi Riau,'' katanya.

H. Ali membawa sampel dari sembi-lan titik di kawasan tersebut ke rumah-nya. Air ini berwarna hitam seperti oli.''Itu mah gampang. Lebih gampang dariair di Cipamokolan,'' katanya. Di rumah

INOVASI

Percik Agustus 2006 19

Filter Penjernih SegalaJenis Air Ala H. Ali Dinar

No.

1.2.3.4.5.6.

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.

Satuan

-mg/LSkala NTU-CelciusSkala TCU

mg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/Lmg/L

Kadar Maksimum yangDiperbolehkan

-1.0005-Suhu udara 30 C15

0,201,01,50,025-1,05002500,05101,06,5-9,00,002-0,14000,05-2,00,01-5,0

Hasil Periksaan

Tidak berbau

0.00Tidak berasa

1,5

0,000,030,300,001070,000,050,0027,80,04600,350,0

Parameter

A. FISIKABauJumlah zat padat terlarutKekeruhanRasaSuhuWarna B. KIMIAAluminiumBesiFluoridaKadmiumKesadahan (CaCO3)KloridaManganNitrat, sebagai NNitrit, sebagai NpHSianidaSulfatTembagaTimbal

HASIL UJI AIR PERDANA FILTER BUATAN H. ALI DINAR

yang terletak di pinggir kali itulah diamendesain sendiri filter dengan dibantudua orang pekerja. Hasil penyaringankemudian dimasukkan ke laboratoriumdi Jakarta. Dia pun menyatakan mampumembuat filter untuk air asin.

Filter penjernih air ini sementaradijual dalam dua jenis yakni Rp. 1,2 jutauntuk kapasitas 500 liter, dan Rp. 1,5juta untuk kapasitas 1.000 liter.Sedangkan untuk prasarana masjid,kakek ini menggratiskannya. Produk itudigaransi satu tahun penuh. Sementaraalat itu sendiri bisa bertahan hinggalima tahun.

Kendati telah sukses dengantemuannya, dia terus mengembangkanproduk tersebut. Saat ini dia sedangmencoba menyaring air bekas minumanseperti Fanta dan Coca-cola. Hasil awalmenunjukkan air ini bisa disaring de-ngan sukses. ''Warnanya jernih, danrasanya hilang sama sekali. Jadi kayakair tawar,'' katanya seraya menam-bahkan bahwa untuk tambahan bahanfilter dipergunakan puing semen bekas

tembok yang dihaluskan.Selain menemukan alat penyaring

air, H. Ali pun berhasil mengem-bangkan indikator untuk mengecekmutu air secara sederhana. Indikator inididapatkan oleh istrinya berdasarkan

pengamatan di kolam ikan miliknya.Indikator ini adalah daun jambu biji,daun salam, dan sebuah akar yang dira-hasiakan. Dengan mencampurkanremasan daun itu, kondisi air bisaditentukan.

INOVASI

Percik Agustus 2006 20

Kalau para ilmuwan menemukansesuatu dari proses penelitian

yang panjang dan melelahkan sertamakan biaya besar, H. Ali Dinar justrumampu membuat alat penjernih airini gara-gara mimpi. Awalnya, keluar-ga ini dililit kesulitan air bersih. Ituterjadi tahun 2002. Untuk mengatasiitu keluarga ini membeli mesin pen-jernih air produksi luar negeri.Namun mesin ini tak berfungsi de-ngan baik. Sampai-sampai keluargaH. Ali membeli tiga kali dengan hargaRp. 2 juta, Rp. 2,5 juta, dan Rp. 750ribu. Tetap saja filer itu tak mampumenjernihkan air yang disedot daritanah di samping rumahnya.

Kenyataan ini membuat istrinyaHj. Dedeh marah-marah. ''Dia maksasaya beli penjernih yang harganyaRp. 8 juta. Saya nggak mau,'' kenangH. Ali. Keributan pun terjadi. Suamiistri ini pun akhirnya pisah ranjang.

Dalam kondisi itulah, kata H. Ali,

istrinya didatangi seorang tua. Orangitu menyuruhnya membuat saringanair dengan bahan abu, pasir, danijuk. Mimpi ini langsung disampaikanke suaminya. ''Besoknya saya lang-sung praktek,'' kata H. Ali. Upaya itugagal. ''Air memang bisa bening, tapiabu tetap terbawa.''

Dia tidak patah semangat. Dia

mencari jalan bagaimana agar abutidak terbawa. Hari itu juga diaberhasil. ''Tapi saya tak yakin air bisadiminum. Air itu hanya kami buatmandi saja. Air minum tetap kamibeli,'' ujarnya.

Tahun 2004 dia bertemu denganCamat Rancasari. Kepadanya, camatmemintanya untuk membersihkan airyang ada di kecamatan. Air yang sa-ngat kotor itu berhasil disaring men-jadi air yang jernih. Camat kemudianmenyarankan kepada H. Ali untukmemeriksakan air hasil penyaringanke laboratorium. ''Saya sempat ber-tanya, buat apa?'' kata H. Ali. Me-nurut Camat, siapa tahu hasil sa-ringan itu memang bagus karena se-cara kasat mata memang air itu san-gat baik. Camat pun memberikan da-na untuk itu. Hasilnya sangat me-muaskan. Dari situlah, H. Ali Dinarmengembangkan temuannya sampaisekarang. Mujiyanto

I l h a m M i m p i

FOTO:MUJIYANTO

FOTO:MUJIYANTO

H. Ali dengan saringan air di depan rumahnya.

Sebagai tindak lanjut ketentuanPasal 40 Undang-undang No. 7Tahun 2004, tentang Sumber

Daya Air pemerintah menetapkan Per-aturan Pemerintah tentang Pengem-bangan Sistem Penyediaan Air Minum(SPAM). Pengaturan SPAM ini bertuju-an mewujudkan pengelolaan dan pela-yanan air minum yang berkualitas de-ngan harga yang terjangkau; mencapaikepentingan yang seimbang antara kon-sumen dan penyedia jasa pelayanan;dan meningkatkan peningkatan efisien-si dan cakupan pelayanan air minum.

Pengaturan dalam PP ini mencakupSPAM; Perlindungan Air Baku; Penye-lenggaraan; Wewenang dan TanggungJawab; Badan Pendukung Pengem-bangan SPAM; Pembiayaan dan Tarif;Tugas, Tanggung Jawab, Peran, Hak,dan Kewajiban; Pembinaan dan Peng-awasan; Sanksi Administratif; dan Ke-tentuan Peralihan. PP terdiri atas sem-bilan bab dan 79 pasal.

Berdasarkan peraturan ini pengem-bangan SPAM harus terpadu denganpengembangan Prasarana dan SaranaSanitasi yang berkaitan dengan air mi-num-yakni air limbah dan persampah-an--serta berdasarkan asas kelestarian,keseimbangan, kemanfaatan umum, ke-terpaduan dan keserasian, keberlanjut-an, keadilan, kemandirian, serta trans-paransi dan akuntabilitas.

Air minum yang dihasilkan dari SPAMyang digunakan oleh masyarakat peng-guna/pelanggan harus memenuhi syaratkualitas berdasarkan peraturan menteriyang menyelenggarakan urusan pe-merintahan di bidang kesehatan. Air mi-num yang tidak memenuhi syarat dilarang

didistribusikan kepada masyarakat.Selain air minum, air bakunya pun

harus memenuhi baku mutu yang dite-tapkan untuk penyediaan air minum se-suai ketentuan. Tugas menjamin keter-sediaan air baku ini terletak di pundakpemerintah dan pemerintah daerah.Pengusahaan air baku untuk keperluanpengusahaan air minum wajib berda-sarkan izin hak guna usaha air.

Pengembangan SPAM menjaditanggung jawab Pemerintah dan Peme-rintah Daerah untuk menjamin hak se-tiap orang dalam mendapatkan air mi-num bagi kebutuhan pokok minimal se-hari-hari guna memenuhi kehidupanyang sehat, bersih, dan produktif. Pe-nyelenggaraannya dilakukan olehBUMN atau BUMD yang dibentuk se-cara khusus. Koperasi, badan usahaswasta, dan/atau masyarakat boleh ikutserta bila BUMN atau BUMD tak mam-pu meningkatkan kualitas dan kuantitaslayanan.

Khusus mengenai tarif dan retribusi,peraturan pemerintah ini menetapkanbahwa tarif air minum merupakan biayajasa pelayanan air minum dan jasa pe-layanan air limbah. Perhitungan danpenetapan tarif air minum harus dida-sarkan pada prinsip-prinsip keterjang-kauan dan keadilan; mutu pelayanan;

pemulihan biaya; efisiensi pemakaianair; transparansi dan akuntabilitas; danperlindungan air baku. Sedangkan kom-ponen biaya yang diperhitungkan me-liputi biaya operasi dan pemeliharaan;biaya depresiasi/amortisasi; biaya bu-nga pinjaman; biaya-biaya lain; dan ke-untungan yang wajar. Yang menetapkantarif ini yaitu Kepala Daerah berdasar-kan usulan direksi, setelah disetujuioleh Dewan Pengawas.

Menyangkut peran koperasi, badanusaha swasta, dan masyarakat, PP inimembatasi hanya pada daerah, wilayahatau kawasan yang belum terjangkaupelayanan BUMD/BUMN. Selain itumereka wajib menyerahkan seluruhasetnya bila masa perjanjian berakhir.

Yang agak maju dari peraturan iniyaitu adanya hak-hak pelanggan, disamping kewajiban. Pelanggan berhakmemperoleh pelayanan air minum yangmemenuhi syarat kualitas, kuantitas,dan kontinuitas sesuai dengan standaryang ditetapkan; mendapatkan infor-masi tentang struktur dan besaran tarifserta tagihan; mengajukan gugatan ataspelayanan yang merugikan dirinya kepengadilan; mendapatkan ganti rugiyang layak sebagai akibat kelalaian pe-layanan; dan memperoleh pelayananpembuangan air limbah atau penyedot-an lumpur tinja.

Peraturan ini menegaskan semua pe-nyelenggara SPAM wajib memiliki ren-cana induk. Bagi yang belum punya, wajibmelengkapinya paling lambat 1 Januari2010. Sedangkan yang sudah punya ren-cana induk, wajib menyesuaikan denganketentuan Peraturan Pemerintah ini pa-ling lambat 1 Januari 2008. MJ

PERATURAN

Percik Agustus 2006 21

Peraturan Pemerintah No. 16Tahun 2005 Tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air MinumPerhitungan dan

penetapan tarif airminum harus didasarkan

pada prinsip-prinsipketerjangkauan dan

keadilan.

Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) biasanya identik de-ngan kerugian, utang, kinerja

perusahaan yang rendah, manajementidak profesional, dan sumber daya ma-nusia yang kurang berkualitas. Berbagaialasan mendasari kondisi ini.

Bagi beberapa PDAM, mitos sepertiitu tampaknya sulit diubah. Akibatnya,sebagian besar PDAM di Indonesia ti-dak mampu bangkit dari keterpurukan-nya. Utang PDAM masih tetap berjibun.Lalu apakah PDAM akan terus sepertiini? Kapan PDAM akan mampu menja-di perusahaan yang sehat dan menjadikebanggaan daerah?

PDAM Sragen menjadi salah satuPDAM yang berusaha mengubah mitostersebut. Hanya butuh waktu tiga ta-hun. PDAM yang semula merugi itu, ta-hun 2005 lalu sudah mampu meraupkeuntungan sekaligus mampu memba-yar utang perusahaan.

Keberhasilan ini tak lepas dari ko-mitmen kuat Bupati Sragen H. UntungWiyono, untuk menjadikan PDAMSragen sebagai institusi bisnis murni.''Bisnis harus dikelola secara profesio-nal,'' tegasnya. Dalam rangka itu diamengambil langkah yang mungkin tidakumum bagi PDAM lain di Indonesiayakni mengambil alih utang PDAM danmelunasinya tahun 2003 ke Depar-temen Keuangan. Selain itu, dia men-cari kalangan profesional untuk me-ngelola perusahaan daerah ini.

Sejak tahun 2003, PDAM Sragen di-kendalikan oleh orang luar. Dia adalahJoko Suprapto, SE, MM, seorang profe-sional yang terpilih dalam fit and pro-per test yang diadakan oleh Pemda

Sragen. Bupati memberinya wewenangpenuh untuk mengelola PDAM secaraprofesional.

PembenahanPerubahan terkadang sulit diterima

bagi yang sudah terbiasa dengan ke-adaan. ''Ibaratnya dulu kita itu sedangtidur, tahu-tahu diajak lari. Pasti kaget,''kata Siswanto, Kepala Bagian Per-sonalia PDAM Sragen. Tapi mau tidakmau, langkah lokomotif baru harusdiikuti oleh seluruh gerbong.

Direktur Utama baru PDAM sangatmenyadari bahwa masih ada jurangpemisah yang sangat dalam antarabudaya yang ada dan budaya yangdiharapkan. Ini tantangan berat yangharus dihadapi, termasuk bagaimanamenyamakan persepsi terhadap visi danmisi perusahaan agar muncul strategidan implementasi yang tepat.

Langkah yang diambil dalam tahapawal pembenahan ini, pertama, peru-musan nilai-nilai inti perusahaan yangakan ditempuh seperti jujur, disiplin,anti-KKN, berorientasi hasil terbaik,dan sebagainya; kedua, mendesainkembali pengembangan sistem budayaseperti restrukturisasi, rotasi, pembe-rian fasilitas studi, insentif, rekrutmen

tenaga khusus sistem kontrak dan se-bagainya. Selain itu, perusahaan meru-muskan kembali tekad dan misinyadalam bentuk yang konkret yakni (i)penyedia air bersih yang handal, (ii)optimalisasi keuntungan perusahaan,dan (iii) peningkatan SDM dan kese-jahteraan.

Pengubahan sistem budaya initernyata tidak mudah. Paling tidak bu-tuh waktu setahun untuk mendapatkanhasilnya. Muncul komitmen bersamaseluruh karyawan yang berjumlah seki-tar 115 personel itu. ''Kami punya ko-mitmen tinggi. Mati, hidup, sejahtera,atau tidak tergantung pada kerja kamisendiri,'' jelas Supardi, Kepala BagianPerencanaan PDAM Sragen.

Motivasi kerja pun terus didong-krak. Insentif perusahaan seperti gajiberkala dan jaminan hari tua pun di-penuhi. Beberapa orang disekolahkanke jenjang yang lebih tinggi. ''Dulu, da-na untuk SDM sangat minim,'' kataSupardi seraya menambahkan bahwaperhatian perusahaan ke sumber dayamanusia sangat menonjol.

Menuju SehatSejak tahun 1997, tarif PDAM Sra-

gen tak pernah naik. Tarif berkisar diangka Rp. 425 per meter kubik. Tak he-ran bila perusahaan itu selalu meraihkeuntungan minus alias rugi. Kondisiini tak bisa dibiarkan bila menginginkanperusahaan yang sehat. Jalan yang bisaditempuh yakni menaikkan tarif.

Namun langkah ini pun tidakmudah sebagaimana dialami PDAM-PDAM lain di Indonesia. Banyak gan-jalan dan rintangan dari berbagai pihak.

TEROPONG

Percik Agustus 2006 22

PDAM Sragen

Perpaduan Komitmendan Manajemen

FOTO:MUJIYANTO

Apalagi kenaikan yang diusulkanlumayan tinggi dari Rp. 425 menjadiRp. 1.300. Maka perlu ada terobosanmenuju ke kenaikan tarif. Bupati me-ngusulkan kenaikan dilaksanakan se-cara bertahap mulai tahun 2005, 2006,dan 2007. Manajemen setuju.

Manajemen menyusun strategi so-sialisasi ke tengah-tengah masyarakat.Salah satu caranya dengan meman-faatkan siaran radio. PDAM menga-dakan acara talk show setiap mingguselama setahun penuh. Bersamaan itu,perusahaan membenahi titik-titik me-rah (daerah bocor) serta layanan.

Pada kesempatan lain, PDAM mem-fasilitasi seluruh stakeholder untukmembicarakan kenaikan tarif itu diPendopo Kabupaten. Hasilnya, kenaik-an itu gol. ''Komplain kenaikan hanya0,05 persen,'' kata Supardi.

Kenaikan tarif langsung berdampakpositif bagi kesehatan perusahaan.Tahun 2005, PDAM bisa memperolehlaba perusahaan. Besarnya lumayan,Rp. 605.615.652, 77.

Kenyataan itu menjadikan PDAMmulai mampu membayar utangnya kePemda. Tahun 2007 mendatang, selu-ruh utang PDAM akan terlunasi. DanPDAM pun telah menjadi sumber pen-dapatan yang bisa diandalkan olehPemda setempat. Apalagi tahun depandiperkirakan PDAM akan untung lebihdari 2 milyar rupiah.

Tantangan PengembanganTahun ini PDAM Sragen mempu-

nyai tekad yang kuat untuk meng-hasilkan air siap minum sebagaimananamanya Perusahaan Daerah Air Mi-num. Berbagai persiapan telah dila-kukan untuk mencapai cita-cita itu.Rencananya September ini air siapminum telah bisa dinikmati oleh sekitar1.000 pelanggan. Tahun depan, air siap

minum ini akan ditingkatkan jangkauanlayanannya kepada sekitar 4.500pelanggan baru.

Di samping itu, PDAM masih meng-hadapi berbagai kendala. Pipa-pipa trans-misi berdiameter 300 mm sepanjang4.551 meter telah habis masa pakainya(usia terpasang 26 tahun). Tak heran bilapipa-pipa yang ditanam di bawah jalan inipatah atau rubbering aus (keropos).Minimal setiap bulan ada tiga lokasi kebo-coran. Gangguan juga terjadi pada pipacollector dan distribusi. Perbaikan seluruhpipa ACP ini membutuhkan investasi yangsangat besar.

Yang kini menjadi pekerjaan rumahPDAM yakni pelayanan terhadappelanggan baru. Jumlahnya semakinhari semakin meningkat. Hanya sajakapasitas terpasang belum bisa me-menuhi permintaan. Upaya untukmembangun sumur-sumur produksi se-kaligus reservoir terganjal biaya inves-tasi yang besar. Tapi tekad untuk terusmelayani masyarakat tak pernah pa-dam. (MJ)

TEROPONG

Percik Agustus 2006 23

NO PERKIRAAN 2001 2002 2003 2004 2005

1 Pendapatan Usaha 4.550 4.572 4.776 5.355 7.907

2 Biaya Langsung Usaha 2.896 3.311 3.813 3.964 4.774

3 Laba (rugi) Kotor Usaha 1.654 1.261 963 1.390 3.133

4 Biaya tidak langsung 1.807 2.197 1.985 1.547 2.626

5 Laba (rugi) usaha (153) (936) (1.022) (156) 507

6 Pendapatan/Biaya lain2 87 89 94 98 99

7 Laba (rugi) Sebelum Pajak (66) (847) (928) (58) 606

8 Laba (Rugi) Bersih (66) (847) (928) (58) 606

NO URAIAN VOLUME 2001 2002 2003 2004 2005

1 Kapasitas

terpasang Liter/detik 346,50 335,35 366 373 398

2 Kapasitas

produksi Liter/detik 267,25 274,14 288 293 332

3 Produksi air m3 6.434.266 7.814.004 8.127.869 8.945.614 3.085.863

4 Air terdistribusi m3 6.225.341 7.748.894 8.030.926 8.943.288 3.085.863

5 Air terjual m3 5.388.313 6.064.776 6.327.604 6.850.579 2.277.308

6 Kehilangan air m3 947.028 1.684.118 1.800.185 2.095.035 808.555

7 Penduduk

Terlayani Jiwa 169.124 170.324 173.151 170.073 181.306

8 Pelanggan Pelanggan 27.481 28.270 28.761 29.725 30.132

9 Karyawan Orang 114 114 116 114 113

Cakupan layanan di kota Sragen : 90 persenCakupan layanan total : 65 persenJumlah sumur dalam : 21 unitMata air : 2 unitArea layanan : 14 kecamatan dari 20 kecamatan yang ada

Data Teknik PDAM Sragen 2001-2005

Laporan laba/rugi PDAM Sragen Tahun 2001-2005(dalam juta)

Anda mengambil kebijakanuntuk mengangkat orangdari luar birokrasi untuk

mengelola PDAM Sragen. Apa la-tar belakangnya?

PDAM itu kan intinya bisnis. Bisnisitu harus profesional. Kalau PNS-nyaada yang mampu so what. Tapi kalaumemang tidak mampu, ya kita cari yangprofesional. Yang kedua, bisnis itu ha-rus dikelola secara bisnis. Manaje-mennya pun harus manajemen bisnis.Kita tidak pandang bulu siapa saja (bisamengelola).

Apakah terobosan Anda ini ti-dak menghadapi hambatan biro-krasi dari mereka yang selama inimenikmati posisinya?

Nggak…..Nggak ada masalah.Profesional kok.

Pemda lain belum beranimengambil terobosan seperti ini?

Wah, saya no comment. PDAM sayadulu kan nggak untung, sekarang jadiuntung. Dan kita juga tidak tinggi dalammenjual air. Justru public service-nyayang kita utamakan. Kita hanya mem-berikan tarif Rp. 600 per meter kubik.Tapi kita bisa untung. Ini persoalan sis-tem manajemen. How to manage.Harus profesional. Kita juga bayarutang tahun 2003 lunas. Sekarang kitatidak punya utang bahkan bisa mema-sukkan pendapatan ke PAD dengancukup signifikan.

Katanya Pemda mengambilalih utang PDAM waktu itu, bisadijelaskan?

Saya ingin perusahaan itu neracanyabersih. Dan dalam perhitungan, bisa ba-yar. Tapi supaya tidak ada utang ke pi-hak ketiga ya kita (Pemda) lunasi dulu.

Itu yang kami lakukan.

Apakah terobosan itu tidakmembebani anggaran?

No…Tidak membebani anggaran sa-ma sekali. Karena kalau kita pinjam daripemerintah pusat ini kan pinaltinyaada, kita sudah kirim transfer tapi be-lum sampai ke bendahara kita kenacharge. Ini kan high cost. Maka ini(utang) kita lunasi dulu.

Sejauh mana Anda memberi-kan kewenangan kepada profesio-nal?

Kita lepas saja. Kita kan ada Perdayang mengatur ini itu. Ini yang tidak bo-leh dilanggar. Untuk inovasi atau apa-pun ya silakan jalan. Kita tugasnya ha-nya mengontrol.

Bagaimana dengan staf di ba-wahnya?

No problem. Malah justru bagus ka-rena ada sistem personalia yang benar.Keuangan yang lebih tertib, terus pe-layanan publik yang lebih baik, mainte-nance yang lebih bagus dan serius.

Menurut Anda, sebenarnya apapersoalan PDAM di Indonesia?

Persoalannya menyangkut lima hal.Pertama, cost operational itu sangat

tinggi. Kedua, customer kita itu kan ri-buan. Ini kan perlu ada sistem adminis-trasi yang benar. Terus masalah mainte-nance, berapa live time pipa-pipa yangdipasang. Ini kan gak sembarang orangtahu. Dan keempat bagaimana me-nyangkut pelayanan ke masyarakat. Ke-lima sistem ekonominya, manajemenkeuangannya. Ini yang paling kunci. Ka-lau orang bisnis itu kan harus balance.Bila customer banyak biasanya kontrol-nya juga tidak mudah. Itu yang haruskita create. Ada internal control, audit-ing control.

Jadi tidak sekadar sosok mana-jernya saja?

No. Kontrol dong.

Bagaimana proses pemilihanmanajemen baru di PDAM Anda?

Kita tes. Jadi ada pengalaman, kitates visi misi mereka. Nggak ada KKN.

Apa dampak perubahan ini ba-gi masyarakat?

Masyarakat lebih responsif, ada pe-ngaduan dan sebagainya.

Apa saran Anda terhadap pe-ngelolaan PDAM lain?

Itu tinggal komitmen pemimpinnya.Setiap kepala daerah kan berhak untukmembangun sistem, punishment personalyang tidak benar. Jadi itu tergantung padadecision maker-nya, bupati/walikota.Kalau concern ya pasti bagus.

Menurut Anda, PDAM lain bisaberubah lebih baik?

Kenapa nggak bisa? Kan semuapunya customer yang jelas. Merekamana ada yang nunggak sih? Nggak ada.Ada tagihan yang bisa diskedul dandiestimasi. MJ

TEROPONG

Percik Agustus 2006 24

Bupati Sragen, H. Untung WiyonoPDAM Harus Profesional

FOTO:MUJIYANTO

Bencana datang tanpa didugaseperti yang telah terjadi dibeberapa tempat di Indonesia.

Informasi tentang penanganan pascabencana bagi masyarakat tidak kalahpentingnya dengan informasi caramengantisipasi bencana apalagi untukpenyediaan air minum yang merupakankebutuhan dasar.

Artikel berikut memaparkan pengo-lahan sederhana air minum di tingkatpengguna/masyarakat yang dapatdilakukan setelah bencana atau dalamkeadaan darurat. Pengolahan ini men-cakup air yang diambil dari semua sum-ber, tetapi umumnya hanya dapatmenghilangkan kontaminasi fisik danbiologis. Kontaminasi kimiawi biasanyatidak dapat dihilangkan dengan prosesini karena membutuhkan pengolahanlanjutan yang lebih spesifik.

Secara umum, pengolahan air ditingkat rumah tangga mengikuti prosesyang digambarkan dalam diagram 1.Namun beberapa proses mungkin tidakdibutuhkan tergantung pada kualitas airyang akan diolah.

PenyaringanMenyaring air dengan menggunakan

selembar kain katun yang bersih akanmenghilangkan endapan dan materi ter-larut. Kebersihan kain yang digunakansangat penting karena kain yang kotormalah akan menambah kontaminasi. Jikatersedia dapat digunakan kain khususyang juga dapat menyaring organismeseperti cacing pita, kain ini bernama"copepods". Kain ini harus digunakandengan permukaan penyaring yang sama.Kain ini bisa dibersihkan dengan caradicuci dengan sabun dan air bersih.

AerasiAerasi adalah proses pengolahan

dengan membuat air berkontak denganudara dengan tujuan untuk me-ningkatkan kadar oksigen di dalam air.Dengan meningkatnya kadar oksigenakan:

Menghilangkan gas-gas yang menye-babkan air berbau dan berasaMineral terlarut seperti besi dan ma-ngan akan teroksidasi yang kemudianbisa dihilangkan dengan proses pe-ngendapan dan filtrasi

Kontak antara air dengan udaradapat dilakukan dengan berbagai cara.Misalnya mengocok dengan cepat tem-pat penyimpanan air (misalnya jerigen)yang terisi setengahnya selama kira-kira5 menit kemudian dibiarkan selama 30menit agar materi-materi terlarutmengendap. Untuk skala yang lebihbesar, aerasi bisa dilakukan denganmengalirkan air dalam tangki perforasiyang terbagi dalam bagian-bagian kecilyang berisi kerikil. Kemudian air yangditampung di tangki pengumpul jugadibiarkan selama kurang lebih 30 menituntuk mengendapkan materi terlarut.

Penyimpanan dan PengendapanKetika air disimpan selama sehari

dalam kondisi aman/bersih, lebih dari50 persen bakteri yang umum dijumpaiakan mati. Selain itu selama penyim-panan materi-materi terlarut dan seba-gian bakteri patogen (penyebab penya-kit) akan mengendap di dasar tempatpenyimpanan. Tempat yang digunakanuntuk penyimpanan dan pengendapanharus mempunyai tutup untuk meng-hindari kontaminasi kembali, tetapiharus ada bukaan yang memungkinkanuntuk dilakukan pencucian secaraberkala, misalnya ember dengan tutup.Air harus diambil dari bagian palingatas tempat penyimpanan, bagian dimana air paling bersih dan paling sedi-kit mengandung bakteri patogen.Semakin lama waktu penyimpanankualitas air biasanya akan lebih baik.

Rumah tangga bisa memaksimalkanmanfaat dari penyimpanan dan pengen-dapan dengan menggunakan "sistemtiga tempat" seperti yang digambarkanberikut: (lihat halaman sebelah).

FiltrasiFiltrasi adalah proses penyaringan

dengan mengalirkan air melalui mediayang porous (misalnya pasir), proses inimengunakan prinsip pembersihanalami. Ada beberapa cara filtrasi yangbisa dilakukan, yakni

1. Filter pasir sederhanaFilter sederhana untuk rumah tang-

ga bisa dibuat dari wadah/tangki ge-rabah/tanah liat, logam, atau plastik.Wadah ini diisi dengan lapisan pasirdan kerikil yang juga dilengkapi bebera-pa pipa yang memungkinkan air meng-

KLINIK IATPI

Percik Agustus 2006 25

Pengolahan Air Minum di TingkatPengguna Pasca Bencana

atau Dalam Keadaan DaruratPenyaringan

Penyimpanan/Pengendapan

Filtrasi

Desinfeksi

Diagram 1. Langkah-langkah Umum Pengolahan Air di Tingkat Rumah Tangga

alir ke atas atau sebaliknya melaluilapisan tadi. Filter ini bisa juga dibuatskala besar dengan menggunakan drumberkapsitas 200 liter. Filter ini harusdibersihkan secara berkala untuk meng-angkat kotoran atau lumpur yang me-nempel pada pasir dan kerikil. Freku-ensi membersihkan tergantung daritingkat kekeruhan air. Semakin keruhsemakin sering dibersihkan. Filter initidak efektif untuk menghilangkan bak-teri patogen. Oleh karena itu air hasilfiltrasi masih perlu didesinfiksi atau di-simpan paling tidak selama 48 jam.

2. Filter karbon/arangKarbon/arang dikenal cukup efek-

tif untuk menghilangkan rasa, bau danwarna. Karbon/arang biasa yangtersedia di pasar lokal dapat digu-nakan sebagai media, namun karbonaktif dikenal lebih efektif walaupunharganya lebih mahal. Akan tetapi jikakarbon tidak secara berkala digantiatau jika filter tidak digunakan untukbeberapa waktu, diindikasikan malahmenjadi tempat berkembang biak bak-teri berbahaya.

3. Filter keramikBeberapa filter ada yang dilapisi

dengan zat/materi tertentu yangberfungsi sebagai desinfektan namunharganya relatif lebih mahal, saat initelah banyak filter keramik yang dibuatlokal. Air yang telah difilter tetap harusdirebus atau didesinfeksi sebelumdikonsumsi.

DesinfeksiPenting sekali air yang diminum

harus bebas dari organisme berbahaya.Penyimpanan, pengendapan dan filtrasidapat mengurangi bakteri berbahayatapi tidak ada satu pun yang bisa men-jamin bahwa bakteri dapat dihilangkanseluruhnya. Desinfeksi adalah prosesyang menjamin bahwa air minum yangakan dikonsumsi bebas dari organismaberbahaya atau bakteri patogen. Adabeberapa cara untuk mendesinfeksi airdi tingkat rumah tangga, yaitu:

1) MerebusMerebus merupakan cara yang sa-

ngat efektif untuk menghilangkan bak-teri berbahaya seperti virus, spora, dan

telur cacing walaupun metoda ini relatifmengkonsumsi energi. Sebaiknya airdibiarkan mendidih selama paling tidak5 menit untuk mematikan semua bak-teri patogen/berbahaya.

2) Menggunakan kaporit/klorKaporit/klor adalah zat kimia yang

paling banyak digunakan untuk desinfek-si air minum karena relatif mudah untukdigunakan, cukup efektif, mudah didapatdan harganya cukup murah. Jika digu-nakan secara benar kaporit akan mem-bunuh semua virus dan bakteri tetapibeberapa jenis protozoa tetap bisa berta-han. Kaporit harus ditambahkan dalamjumlah yang memadai tetapi juga tidakberlebihan dan dibiarkan kontak denganair selama paling tidak 30 menit.

3) Menggunakan sinar matahariMetoda ini bisa dilakukan dengan

memasukkan air ke dalam wadah plastiktransparan dan menjemurnya di bawahsinar matahari selama 5 jam (atau selama2 hari jika berawan/mendung).

Kontributor:Lina Damayanti ([email protected])

dan Winarko Hadi ([email protected])

KLINIK IATPI

Percik Agustus 2006 26

Untuk Air Minum: Selalu ambil dari tempat No. 3, air ini telah disimpan paling tidak selama 2 hari dan kualitasnya telahmembaik. Secara berkala tempat ini harus dibersihkan dan jika mungkin disterilisasi dengan air panas/mendidih.Setiap hari ketika air dari sumber dibawa ke rumah :(a) Perlahan-lahan masukkan air yang tersimpan di tempat 2 ke tempat 3, bersihkan tempat 2(b) Perlahan-lahan masukkan air yang tersimpan di tempat 1 ke tempat 2, bersihkan tempat 1(c) Tuangkan air yang diambil dari sumber (ember 4) ke dalam tempat 1, disarankan sambil disaring dengan kain bersih.Untuk mencegah endapan terbawa disarankan untuk memakai selang plastik yang lentur untuk memindahkan ataumengambil air.

Supini, begitu dia biasa dipanggil.Ibu muda ini berasal dari DusunKali Gedog, Desa Margourip,

Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.Dia memiliki tiga orang anak. Anakyang pertama duduk di bangku SMP ke-las 1 dan dua anak lainnya masih di SD.Suaminya bekerja di Surabaya. Sehari-hari Supini tinggal bersama ketigaanaknya.

Kondisi demikian tidak membuat-nya kecil hati. Guratan wajahnya me-nunjukkan semangat yang tak pernahpadam untuk menghadapi kehidupan.Sejak remaja dia sudah terbiasa untukhidup mandiri dan lepas dari keluarga-

nya. Bahkan dia sempat bekerja di luarnegeri meski menurut pengakuannyadia tidak sempat menamatkan sekolahdasar (SD).

Suatu ketika di desanya, Dusun KaliGedog dipakai tempat praktek pemicu-an Community-Led Total Sanitation(CLTS) oleh peserta orientasi CLTSlokasi WSLIC-2 di kawasan IndonesiaTimur yang berlokasi di Hotel InsumoKediri. Dia menjadi salah satu pesertayang hadir dalam pemicuan itu. Diamengikuti acara itu secara seksama.Buahnya, dia pun tergerak hatinya kare-na keluarga dan dan semua tetangganyabuang air besar (BAB) di sungai yang

mengalir tepat di depan rumahnya,tepat di tepi jalan.

Setelah pemicuan, Supini terpilihuntuk ikut dalam diskusi yang dihadirioleh Dirjen PP dan PL Depkes RI. Sepu-lang dari pertemuan evaluasi tersebut,ibu muda ini berpikir dan menetapkandia harus membuat jamban, apapunbentuknya, agar dia bersama keluargadapat terlindung dari penyakit dandapat berperilaku hidup yang bersihdan sehat.

Esoknya niat itu diwujudkannya.Dia mengambil cangkul dan perabotanpendukung lainnya. Bersama ketigaanaknya, dia mulai menggali lubang dibelakang rumahnya. Tak butuh waktulama. Lubang sedalam 150 cm itu puntergali.

Hari berikutnya, dia menebang be-berapa pohon melinjo yang sudah tidakbisa berbuah. Batang pohon ini diguna-kan sebagai gelogor (penyangga) penu-tup lubang jamban. Sebagai dinding, diamenanam bunga puring di sekelilingjamban. Lumayan, agar saat jongkok diatas jamban ini, orang lain tak melihat-nya.

Nah, mulai saat itulah Supini ber-sama ketiga anaknya meninggalkankebiasaan lamanya, berak ke sungai.Dia sudah bisa berbangga dengan jam-ban cubluknya, kendati apa adanya.

Dengan kemampuannya, dia jugatelah mendidik anak-anaknya untukmengubah perilakunya. Ini terbukti pa-da anak bungsunya yang duduk di bang-ku kelas 2 SD. Ketika ditanyakan kepa-danya mengapa tidak buang air di su-ngai lain, dengan enteng dia menjawab,"Tidak, nanti bisa kena sakit gatal dan dibelakang sudah punya jamban".

Suatu kali, Supini diberi kesem-

KISAH

Percik Agustus 2006 27

Sr ikandi -sr ikandiJamban

FOTO:DPMU KEDIRI

Supini sedang menyampaikan pengalamannya membuat jamban

patan oleh DPMU Kediri untukmemaparkan pengalamannya pa-da acara orientasi CLTS bagi Or-mas dan masyarakat di Kediri.Tanpa diduga, dia melantunkansebuah lagu gubahannya, yaitu"Perjuangan Membuat Jamban".Kreativitas ini membuat pesertaterkesima.

Nun jauh dari Kediri, ada seo-rang ibu yang juga gigih berjuanguntuk jamban. Hanya saja, ini tidakdilakukan untuk dirinya sendiri tapiuntuk masyarakatnya. Dia seorangdokter gigi yang sekaligus KepalaPuskesmas Kecamatan Lembak,Kabupaten Muara Enim, Sumatera Se-latan. Namanya Agustin P. Siahaan.

Semangat Agustin untuk mendo-rong masyarakat di wilayahnya untukmembangun jamban ini juga dipicu olehpelatihan CLTS. Dan secara fakta, me-mang di wilayah kecamatan itu sangatsedikit yang mau buang air besar dijamban. ''Orang sudah ke bulan, kitakok masih seperti ini,'' pikirnya saat itu.

Dia menilai program CLTS lain dariprogram-program sebelumnya. Menu-rutnya, program lain menempatkanaparat pemerintah seolah-olah lebihpintar daripada masyarakat sehinggapesannya kurang didengar. ''KalauCLTS pendekatannya lebih manusiawi,''katanya.

Untuk mewujudkan niatnya dia me-latih stafnya di Puskesmas. Setelah itu,dia bersama mereka langsung turun kedesa-desa. Kebetulan kegiatan di Pus-kesmas setiap awal tahun agak longgar.Setelah pukul 12.00, dia turun ke desa-desa. ''Kadang kita gak pakai seragam,supaya bisa lebih dekat dengan masya-rakat. Saya juga tidak mengaku sebagaidokter,'' kata ibu satu anak ini.

Jam kerja yang seharusnya hanyasampai pukul 14.00 pun terpaksa hinggapukul 17.00. Ini disebabkan ada kesulitanmengumpulkan warga masyarakat.Mereka hanya bisa diajak kumpul sorehari. ''Kadang kita harus mendatangi darirumah ke rumah,'' kenangnya.

Usaha kerasnya bersama staf Pus-kesmas ini membawa hasil. Satu desaberhasil berubah 100 persen. Keberha-silan ini tak menghentikan niatnya.''Masak cuma satu desa? Desa lainbagaimana? Saya malu kalau programini tidak berkembang,'' ungkapnya.

Berbekal niat dan semangat tersebutdia terus bergerak ke seluruh desa dikecamatan. Hasilnya luar biasa, seluruhkecamatan telah bebas dari buang airsembarangan. Keberhasilan itu pulayang menjadi poin tersendiri baginyauntuk terpilih sebagai dokter teladantingkat Sumatera Selatan. Karena itudia berhak ke Jakarta mengikutiperingatan detik-detik proklamasi.''Saya tak pernah membayangkansemua ini,'' aku Agustin.

Dia merasakan program ini telahmenjadi pemicu bagi program-programlainnya. Masyarakat, jelasnya, sekaranglebih mudah digerakkan misalnya da-lam hal persampahan, sanitasi, dansebagainya. Bahkan kini dia sedangmengembangkan Posyandu TumbuhKembang Anak. Dua uji coba berhasildan kini sedang diperluas.

Sosok lainnya yang tak kalah gigihmemicu warganya yakni Ny. Suparti.Dia adalah istri Kepala Desa Kenongo,Kecamatan Guci Alit, Kabupaten Luma-jang, Jawa Timur. Hanya butuh waktusebulan, dari target enam bulan, dia dantimnya berhasil menjadikan masyarakat

di dusunnya, Dusun Margodadi,meninggalkan kebiasaan buang airbesar sembarangan.

Ny. Suparti yang biasa dipang-gil Ibu Inggih ini saat itu men-datangi setiap rumah. Itu dilaku-kannya setelah desanya menjaditempat uji coba program CLTSyang pertama kali. ''Saya selalubilang kepada warga, sakit itumahal. Biar tak mahal maka kitaperlu jamban untuk menghindaripenyakit,'' katanya.

Ibu guru SD ini pun tergolongpunya banyak ide. Dia me-ngumpulkan kopi dari warga un-

tuk membantu pembangunan jamban-jamban baru. Selain itu dia mengajakwarga untuk bergotong royong. ''Intinyakita harus kerja sama, kalau sendiri-sendiri berat,'' katanya.

Atas keberhasilannya itu, kini Ny.Suparti sering diundang berbagai acaraterkait dengan CLTS di pusat dan dae-rah. Desanya juga menjadi daerah tu-juan studi banding. ''Semuanya nggakpernah saya bayangkan sebelumnya,''katanya.

Srikandi jamban ada di mana-mana.Di Jambi tepatnya di Kecamatan JambiLuar Kota, Kabupaten Muaro Jambi,ada seorang ibu yang begitu gigih me-ngajak masyarakatnya untuk mening-galkan buang air sembarangan. Diaadalah Ny. Habibah, istri Camat JambiLuar Kota. Hari-harinya diisi denganmemicu warga Desa Sukamenanti, didesa yang menjadi daerah uji coba CLTSdi Jambi. Tak heran bila warga begitumengenalnya.

Dia bertekad untuk menjadikan wi-layah kerja suaminya itu bebas BABsembarangan mengingat sebagian besarwilayah tersebut berada di pinggir su-ngai. Kondisi ini mendorong masyara-kat lebih suka buang air di sungai.Berbagai ide kreatif muncul darinyauntuk menjadikan masyarakat terpicu,seperti lomba kebersihan, gotong ro-yong membuat jamban dan seba-gainya. MJ/DPMU Kab. Kediri

KISAH

Percik Agustus 2006 28

Agustin sedang melatih stafnya.

FOTO:ISTIMEWA

TPA Bantar Gebang beroperasisejak 1989. Masa kontrak pakaioleh Pemerintah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta berakhir tanggal 31Desember 2003. Untuk mengatasi per-masalahan TPA sampah pascaoperasiperlu dilakukan kajian dan analisisuntuk melihat kemungkinan yang terja-di di masa depan berdasarkan padakeadaan saat ini seperti sumber dayadan lingkungan alam, sosial ekonomi,fisik, kimia, mikrobiologi, dan keterli-batan masyarakat dalam pemanfaatanTPA sampah pascaoperasi berbasismasyarakat.

Tujuan dan manfaat penelitian iniantara lain (i) melakukan eva-luasi terhadap kualitas airsumur, air sungai, air lindi, danmikrobiologi; (ii) memilih alter-natif yang sesuai untuk peman-faatan TPA sampah pascaoperasiberbasis masyarakat. Penelitianini menggunakan fisik kimia,sosial ekonomi, dan prospektifanalisis serta Analitic Hyerar-chy Process (AHP).

Penelitian ini mendapatkanbahwa kualitas fisik, kimia, danbiologi air sumur, air sungai, danair lindi masih di bawah ambangbatas yang diperbolehkan, kecualiuntuk kekeruhan air sungai, kandungannitrat, nitrit, BOD5, COD air lindi.Selain itu, berdasarkan penelitian inimaka TPA ini masih dimanfaatkansebagai TPA Terpadu dengan pemba-gian zonasi sebagai berikut. Zone I danII sebagai hutan kota/penghijauan.Zone III, IV, dan V sebagai zone TPAsampah. Pemanfaatan sebagai TPATerpadu menjadi sinergis antara penge-

lolaan sampah dengan hutan ko-ta/penghijauan, daur ulang, dan kom-pos. Faktor yang dominan dalam penen-tuan strategi bagi pemanfaatan TPA sam-pah pascaoperasi berbasis masyarakatantara lain luas lahan, Instalasi Pengolah-an Air Sampah (IPAS), peraturan perun-dangan, pendanaan, keterlibatan swasta,teknologi, dan donor agency. KesuksesanTPA Terpadu juga tergantung pada du-kungan masyarakat.

Pemanfaatan sebagai TPA Terpaduakan menimbulkan dampak bergandabaik bagi lingkungan, masyarakat seki-tar lokasi TPA dan pemerintah.Pengaruh itu yakni (i) bagi masyarakat

sekitar lokasi TPA, terciptanya lapang-an kerja mulai dari perencanaan, kon-struksi, dan pada saat operasi sertaketerlibatan dalam pemilahan sampah,pembuatan kompos, dan pembuatanbahan-bahan bangunan; (ii) bagi ling-kungan, pupuk kompos yang dihasilkandapat bermanfaat untuk meningkatkantingkat kesuburan lingkungan melaluikegiatan penghijauan, pemulihan atau

memperbaiki ekosistem yang rusak ser-ta dapat menghemat penggunaan lahanTPA; (iii) bagi peningkatan pertanian,pupuk kompos yang dihasilkan dapatmengurangi tingkat keasaman tanahlahan pertanian akibat penggunaanpupuk kimia secara terus menerus, disamping itu pupuk kompos dapat me-ningkatkan produktivitas lahan; (iv) pe-ngembangan ekonomi lokal, denganterkonsentrasinya tenaga kerja dalamjumlah besar dapat membuka peluangusaha baru bagi kegiatan lainnya berupakegiatan usaha warungan, usaha-usahajasa keuangan, jasa catering untuk ma-kan para pekerja serta usaha ru-

mah/kost/pengontrakan rumah; dan(v) bagi pemerintah daerah, tenagakerja yang terserap dalam kegiatan inidapat mengurangi kerawanan sosialyang ditimbulkan karena ketiadaanlapangan kerja. Hasil produk dari ke-giatan ini dapat menjadi sumber PADbagi pemerintah dan sumber peneri-maan pajak bagi negara.

Penelitian ini menyarankan agarpengelolaan lindi pada IPAS 1-4masih di tangan Pemda DKI. Pena-nganannya perlu ditingkatkan mela-lui pengurangan BOD dan CODsampai batas yang dipersyaratkanbaku mutu lingkungan, beban IPAS

perlu dijaga dengan menambah bangu-nan interceptor dan melengkapi IPAS de-ngan aerator. Selain itu, TPA Terpadusebaiknya dimanfaatkan oleh Pemda DKIdan Kota Bekasi. Yang diperlukan lagi me-nyangkut model pemanfaatan TPA iniyakni analisis dinamis untuk memprediksiperubahan dari waktu ke waktu. MJ

Sumber dari Disertasi Dr. Royadi,

Sekolah Pascasarjana IPB

ABSTRAK

Percik Agustus 2006 29

Analisis Pemanfaatan TPA SampahPascaoperasi Berbasis Masyarakat

(Studi Kasus Bantar Gebang)

FOTO:ISTIMEWA

Salah satu sudut TPA Bantar Gebang

Pengalaman selama mengikutievaluasi pembangunan air mi-num dan penyehatan lingkung-

an (AMPL) dan fasilitasi operasionali-sasi kebijakan Nasional PembangunanAMPL Berbasis Masyarakat telah meng-antar pada kesimpulan bahwa "kelem-bagaan pengelola sarana air mempunyaiperan sangat penting bagi keberlanjut-an sarana dan layanan". Hasil penilaianyang dilakukan WASPOLA bekerjasama dengan Yayasan Pradipta Parami-tha (Flores revisited: 2002) mengung-kapkan bahwa ada korelasi positif an-tara fungsi kelembagaan dan iuran air,serta antara fungsi kelembagaan daniuran air dengan keberlanjutan saranaAMPL (korelasi spearman rho).

Begitu juga pengalaman selamamemfasilitasi operasionalisasi Kebi-jakan Nasional AMPL-BM di PropinsiJawa Tengah dan Propinsi Gorontalo,menemukan gejala yang sama. Kajianlapangan tentang keberhasilan dan ke-gagalan pembangunan AMPL yang di-lakukan di beberapa desa yaitu Talu-melito, Molintogupo, dan Tangga Jaya,dengan sangat nyata menunjukkan be-tapa penting peran kelembagaan AMPLbagi keberlanjutan sarana. Di tiga desaini, semua sarana air sudah mengalamikerusakan berat, sementara kelembaga-an pengelola air minum sama sekalitidak berfungsi.

Di Kabupaten Kebumen informasimengenai keberlanjutan sarana air mi-num diperoleh baik dari kunjungan la-pangan maupun data sekunder. Dari se-bagian data yang ada bisa diketahui de-ngan sangat jelas bahwa keberfungsianlembaga pengelola sangat menentukankeberlanjutan sarana air. Dari 28 sara-na air perpipaan yang terdata, 14 di an-

taranya berfungsi baik, sedangkan se-lebihnya sama sekali tidak berfungsi.Dari 14 sarana yang berfungsi baik, 12 diantaranya memiliki lembaga pengelolasarana yang juga berfungsi, sedangkandua di antaranya memiliki pengelola sa-rana tetapi tidak berfungsi. Di pihak la-in, 14 sarana yang tidak berfungsi se-mua lembaga pengelolanya juga tidakberfungsi.

Berbagai informasi di atas menjelas-kan mengenai peran penting kelemba-gaan pengelola sarana air minum. Tu-lisan ini akan menggambarkan menge-nai kompleksitas permasalahan yangmuncul dalam pengelolaan dan layananair minum berdasarkan pengalamanmelakukan penilaian dan kajian la-pangan.

Berbagai MasalahPengelolaan sarana AMPL, khusus-

nya sarana air perpipaan, bukanlah halyang sederhana. Dalam beberapa kasusjustru sangat kompleks. Bukan hanyakarena dimensi permasalahannya yangcukup luas dan beragam, tetapi juga si-fatnya yang sangat lokal, sehingga per-masalahan di satu wilayah, bahkanantara satu desa dan lainnya, bisa sa-ngat berbeda. Permasalahan air bisaberubah mulai dari permasalahan yangmenyangkut kondisi lingkungan, tekno-logi yang diterapkan, keuangan, sosialbudaya, dan kelembagaan pengelola air.Karena sifat permasalahannya yang bisamenjadi sangat luas dan kompleks,maka sarana AMPL sangat disarankanagar dikelola oleh orang-orang yang be-nar-benar memiliki keberanian, bijak-

sana, dan berwawasan luas. Kelemba-gaan pengelola yang kuat akan mampumenanggulangi berbagai permasalahanyang timbul, sejauh dalam batas yangbisa ditanggulangi. Berbagai permasa-lahan tersebut yaitu:

A. Masalah lingkunganDi berbagai wilayah, masalah ling-

kungan sangat menentukan keberlan-jutan sarana AMPL. Di Desa Lewolaga,Kab. Larantuka, di Desa Wonda, KabEnde, di Desa Adiwarno, Kab. Kebu-men, sarana air minum sering kali pu-tus berantakan karena tanah longsordan/atau batu longsor. Di Lewolaga, se-lain tanah longsor juga banjir dan po-hon besar yang tumbang pernah memu-tuskan pipa air minum. Banjir besar disungai menghanyutkan pipa besi karenapipa tidak digantung pada saat melin-tasi sungai. Di Desa Adiwarno, bak pe-nampung air ambrol terbawa tanahlongsor, sedangkan di Wonda, pipayang menyusuri jalan di tepi tebing han-cur berantakan karena tebing yang run-tuh/longsor.

Di Sumba Tirmur masalah AMPLyang berkaitan dengan lingkungan ber-beda dengan di daerah lain. Di Ka-bupaten ini, karena banyak ternak (sa-pi) berkeliaran dalam jumlah sangatbesar, maka pipa bisa putus karena di-terjang gelombang gerombolan sapi.Masalah lingkungan di Gorontalo, padaakhir-akhir ini mulai muncul, sepertimisalnya kasus Talumelito. Di Talume-lito, sarana air menjadi tidak berfungsikarena debit air di bak penangkap tidakmemadai. Hal ini terjadi karena hutandi daerah tangkapan air telah digantioleh penduduk dengan tanaman pangan(jagung). Sedangkan di Molintogupo,

WAWASAN

Percik Agustus 2006 30

Makna Kelembagaan AMPLBagi Keberlanjutan Sarana

Oleh: Alma Arief *

yang menjadi masalah adalah pipa danbak penangkap yang berada di tengahsungai hanyut karena banjir besar.

Di Propinsi Bangka Belitung, hutan-hutan mengalami kerusakan karenapenambangan ilegal. Karena dalam me-lakukan penambangan timah menggu-nakan bahan-bahan kimia berbahayadalam melakukan pemrosesan, makabahan baku air minum menjadi tidakmemenuhi standar untuk air minum.

B. Masalah TeknologiMasalah teknologi, dalam banyak

hal berkaitan dengan lingkungan. Jenisteknologi apa yang diterapkan, sangatditentukan oleh kondisi lingkungan. DiKelurahan Dembe I, Gorontalo, danKelurahan Wonokromo Kab. Kebumen,pipa air kadangkala pecah, utamanyapada malam hari ketika penggunaan airsangat berkurang. Hal ini disebabkankuatnya tekanan air ke pipa, sehinggaperlu menggunakan bak pelepas tekanatau kelep pelepas tekan.

Di Kabupaten Sumba Timur, karenapanas matahari sangat terik, berbagaisarana air dibangun dengan mengom-binasikan panel surya sebagai pem-bangkit energi listrik untuk penggerakpompa air. Namun karena teknologinyacukup canggih dan sulit pemeliharaan-nya, akhirnya sarana yang dibangunmengalami kerusakan tanpa bisa diper-baiki, di samping panel-panel suryanyalambat laun habis dicuri orang. DiSumba Timur, selain teknologi panelsurya juga diterapkan kincir angin seba-gai sumber energi (listrik) untuk me-mompa air dan pembuatan es. Semuasarana kincir angin ini yang semula ber-jumlah 10, mengalami kerusakan.

Di beberapa desa di Kebumen, kare-na airnya keruh, maka tidak bisa secaralangsung di konsumsi oleh rumah tang-ga, tetapi harus terlebih dahulu disa-ring (bisa menggunakan saringan ru-mah tangga atau saringan pasir lambat).

C. Masalah Sosial BudayaMasalah sosial budaya tampaknya

lebih rumit dibandingkan variabel lain-nya, dan sifatnya menjadi sangat lokal,bisa berakar pada nilai sosial budayamasyarakat, konflik antardesa, konflikantardusun, konflik internal pengelola,tingkat penghasilan yang tidak merata,dan sebagainya.

Di Kecamatan Solor Timur, Kab.Larantuka, keberlanjutan suplai air sa-ngat tergantung pada regularitas dankemampuan membayar sejumlah Rp1.250.000/tahun kepada orang yangmemiliki/menguasai sumber air. Se-dangkan di Desa Wonda, KabupatenEnde, NTT, karena sumber air berada didesa lain, maka untuk bisa menggunakansumber air untuk mensuplai air bersihbagi penduduk Wonda, terlebih dahuludibuat negosiasi dan kesepakatan-kese-pakatan adat. Di Desa Lewolaga, Laran-tuka, karena sumber air berada di desalain yang jaraknya bahkan sampai lebihdari 10 km, maka untuk bisa menggu-nakan sumber air terlebih dahulu dila-kukan perkawinan secara adat.

Masalah sosial budaya juga me-nyangkut konflik antardesa, karena ja-lur pipa melalui desa-desa lain. KasusDesa Lewolaga, karena jalur pipa mele-wati hutan dan ladang penduduk desalain, sering kali pipa (PVC) dipecah pen-duduk. Menurut informasi, pendudukdesa yang dilewati jalur pipa, menghen-daki agar diberi bagian air. Hal yangsama juga terjadi di Desa Haikatapu,Kab. Sumba Timur, di mana pipa pipabanyak yang hilang diambil orang se-hingga praktis sarana menjadi tidakberfungsi. Hal ini dikarenakan jalur pi-pa melewati ladang-ladang pendudukyang tidak kebagian layanan air minum.

Di Desa Banyumudal, Kebumen,masalah sosial budaya berkombinasidengan masalah lingkungan. Awalnyaadalah menurun drastisnya sumber airdi musim kemarau. Hal ini terjadi-se-belumnya tidak pernah terjadi-karenapenebangan hutan di daerah tangkapanair. Menurunnya debit air, menyebab-kan penduduk yang selama ini tidakpernah mengalami kesulitan air, uta-

manya di daerah hulu yang berdekatandengan sumber air, menjadi marah danmenjebol bangunan penangkap air. Le-bih lanjut, karena pengurus sarana airmemperoleh tekanan dari sebagian pen-duduk, mereka bahkan mengundurkandiri, dan sampai kini kepengurusan airbelum lagi terbentuk. Padahal padawaktu sebelumnya sudah dikelola de-ngan sangat rapih, termasuk pembu-kuan iuran, cara meminta sambunganair, denda bila mengalami keterlambat-an, dan sebagainya.

Di Talumelito, Gorontalo, unit pe-ngelola sarana menjadi sama sekali ti-dak berfungsi setelah suplai air yang se-mula regular, menjadi sangat menurun(tidak regular, hanya dibagian huluyang memperoleh bagian), karena debitair menurun drastis, dan orang di ba-gian hulu cenderung menggunakan airsemaunya seperti tidak menutup krandan sebagainya, dan kemudian diikutipembelotan sebagian masyarakat (dibagian hilir) untuk membayar iuran air.Dengan sendirinya UPS akhirnya takberfungsi. Menurunnya debit air di Ta-lumelito dikarenakan hutan di wilayahtangkapan air diganti oleh pendudukmenjadi tanaman pangan (jagung).

D. Masalah KeuanganIuran penggunaan air mutlak diper-

lukan dalam rangka pemeliharaan danpengembangan. Dari hasil penilaiandan kajian lapangan, diketahui bahwatidak semua desa yang memiliki saranaair minum (perpipaan) memungut bi-aya atau yang semula memungut iuransecara regular, karena suplai air tidakbisa merata sebagian penduduk kemu-dian tidak mau membayar iuran. Aki-batnya iuran menjadi tidak lagi berjalandan pengelola sarana menjadi kolaps.Juga diketahui bahwa iuran pemakaianair sangat tidak memadai. Di DesaLonuo, Gorontalo, iuran per bulan Rp500, sedangkan di desa Balaweling,Solor Timur, iurannya Rp 200/orang/-bulan. Tentu saja iuran tersebut tidakmemadai, tidak mampu untuk

WAWASAN

Percik Agustus 2006 31

melakukan pengembangan atau per-baikan kerusakan yang cukup besar.

E. Masalah KelembagaanMasalah kelembagaan pada dasar-

nya menyangkut norma-norma, danmanusia yang ada di dalamnya. Peranpengelola sarana air sebagai telah di-uraikan di atas, sangat penting, karenapermasalahan yang dihadapi cukupkompleks, sehingga memerlukanorang-orang yang tangguh dalam artimemiliki keberanian, bijaksana, danberwawasan luas. Orang yang akan di-dudukkan sebagai pengurus pengelolasarana, hendaknya dipilih oleh semuayang terkait dengan pemakaian air ka-rena mereka akan mendapat dukung-an/legitimasi, dan akan terpilih orangyang tangguh yang memenuhi per-syaratan.

Kelembagaan juga menyangkutmasalah norma-norma/peraturan yangmengatur hak dan kewajiban baik pe-ngurus sarana air, maupun pemakaisarana air. Dalam hal ini, akan sangatlegitimate apabila pembuatan peratur-an yang ada melibatkan semua yangberkait dengan pemakaian air. Yang adaselama ini ada standarisasi pengelolasarana. Lembaga pengelola air memi-liki nama yang sama (bahkan di seluruhwilayah). Selain itu, aturan-aturan yangada serta struktur kelembagaannya punsama pula. Ini artinya, keberadaan ke-lembagaan pengelola air sifatnya masihbentukan dari atas bukan inisiatif ma-syarakat sendiri. Akan sangat lebih baikapabila dalam aspek kelembagaan, ma-syarakat juga diberi kewenangan yangluas untuk menyusunnya sendiri.

Ada sebuah kasus yang menarikyang menyangkut masalah kelembaga-an tersebut. Di Sumba Timur ada se-buah desa, Tamburi namanya, yang me-miliki sarana air sangat terawat, dantampak akan lebih berkelanjutan (satu-satunya sarana yang bagus di Sumba Ti-mur yang penulis pernah temui). Di siniada sebuah LSM yang memfasilitasipembangunan sarana dan penyusunan

kelembagaannya. Struktur organisasidan peraturan bagi pemakai sarana se-muanya penduduk yang menyusun me-lalui pertemuan dengan semua warga.Meskipun bunyi redaksional peraturantidak bagus (standar legal) namunmasyarakat mematuhi karena semua-nya adalah hasil kesepakatan bersama.

Mengapa Kelembagaan tidak Ber-fungsi?

Mengapa lembaga pengelola airtidak berfungsi, bisa jadi variabelnyajuga sangat beragam. Untuk memper-oleh jawaban yang akurat mengenai halitu, perlu dilakukan penelitian secaracermat. Bukan hanya karena lembagapengelola air mempunyai peran sangatmenentukan bagi keberlanjutan saranatetapi hasilnya juga bisa dipergunakanuntuk membuat rekayasa (intervensi)untuk memecahkan masalah danmenentukan kelembagaan yang sepertiapa yang ideal berdasarkan hasilpenelitian tersebut. Untuk sementara,jawaban mengenai hal itu bisa men-dasarkan pada asumsi-asumsi saja,meskipun di beberapa desa sudah tam-pak begitu jelas.

Di Desa Banyu Mudal, sebagaimisal, lembaga pengelola sarana bubarkarena pengurusnya mengundurkandiri dan tidak dilakukan pembentukanyang baru. Pengurusnya mengundurkandiri karena merasa tidak mampu

menyelesaikan konflik yang terjadi an-tara dusun satu dengan lainnya menyang-kut penggunaan air. Di Desa Lonuo,Gorontalo, Unit Pengelola Sarana (UPS)secara mendadak mati, karena pem-bangkangan penduduk yang tidak maumematuhi aturan dan tidak mau mem-bayar iuran air. Preseden pemilihan ke-pala desa yang salah satu kandidatnyamenjanjikan "bebas iuran air", dan ter-jadinya kubu politik di mana UPS me-mihak pada salah satunya telah menjadisebab utama mati mendadaknya UPS.

Di tempat lain UPS tidak berfungsisegera setelah beroperasinya layanandan segera itu pula sarananya meng-alami kerusakan. Yang seperti ini terja-di di Desa Molinto Gupo dan TanggaJaya. Sedangkan di Talumelito, Go-rontalo, UPS yang semula berfungsisangat prima, menjadi mati karena dis-tribusi air tidak bisa merata dan tidakregular sehingga penduduk tidak maumembayar iuran. Barangkali masih adasebab-sebab lain di tempat-tempat lain-nya. Untuk itu perlu dilakukan peneli-tian secara mendalam.

Jalan KeluarBerbagai saran untuk memecahkan

masalah ketidakberlanjutan saranayang berakar pada tidak berfungsinyalembaga pengelola air adalah sebagaiberikut.

Dipilih oleh masyarakat denganbeberapa persyaratan yang men-dasarkan pada kapabilitas calonuntuk memecahkan berbagai masa-lah yang kemungkinan dihadapi yangcukup rumit.Cepat melakukan pemilihan/per-gantian pengurus bila tidak bisamelaksanakan fungsinyaSegera melakukan pemecahan ma-salah melalui musyawarah .Penyusunan struktur organisasi danpenyusunan aturan yang mengatur hakdan kewajiban pemakai sarana olehsemua pemakai sarana dan disesuaikandengan kebutuhan setempat.

* Konsultan WASPOLA

WAWASAN

Percik Agustus 2006 32

1.

2.

3.

4.

Kelembagaan jugamenyangkut masalah

norma-norma/peraturanyang mengatur hak dan

kewajiban baik pengurussarana air, maupun

pemakai sarana air. Dalamhal ini, akan sangat legiti-mate apabila pembuatanperaturan yang ada meli-

batkan semua yang berkaitdengan pemakaian air.

Waduk Toltec untuk Irigasidan Air Bersih: Paralel de-ngan pembangunan yang dila-

kukan oleh peradaban Kaum Zapotekdan Maya, diperkirakan salah satukelompok peradaban Toltec mencapaikejayaannya antara tahun 500 sampai1100 M. Untuk memfasilitasi irigasi danair bersih, juga diketemukan wadukyang terbesar di kawasan tersebut beru-pa waduk memanjang (long storage)dilengkapi dengan fasilitas waduk un-tuk pengamanan sungai (river-trainingdam) dan bangunan bagi air (diversionstructure) di sebelah hilirnya.

Jaringan Waduk Anasazi: Secaraterpisah dari pembangunan yang dilak-sanakan di Mexico, khususnya di baratlaut Amerika Serikat, beberapa kelom-pok komunitas tradisional agaknyasecara terpisah telah mengembangkanteknik hidraulik yang cukup majudalam upaya mempertahankan kelesta-rian lingkungannya yang relatif bercua-ca kering. Beberapa waduk khusus telahdibangun oleh Kaum Anasazi di sebelahselatan Colorado dan lainnya di NewMexico, yang kemudian menjadi terke-nal dengan sistem huniannya yang ber-tingkat banyak, kemudian tercatat seba-gai tempat kelahiran pencakar langityang pertama di dunia modern.

Bendungan dan Tanggul Pening-galan Bangsa Aztec: Beberapa abadsebelum pendudukan bangsa Spanyolpada tahun 1518 M, Bangsa Aztec sudahmencapai tingkat supermasi yang tinggidi Mexico. Pada masa itu, mereka mem-bangun ibu kotanya Tenochtitlan di te-ngah-tengah kota Mexico yang dikenaldewasa ini. Pusat pemerintahan terse-but berbentuk enklave (pulau) di lokasisebelah barat Danau Texcoco, sebuah

danau yang menutupi sebagian besarlembah Kota Mexico. Di sebelah timurhilir, bagian dari airnya mengandungasam nitrat yang berbahaya bagi per-tumbuhan tanaman pada pulau buatanmanusia yang terdiri dari endapan lum-pur dan tanaman aquatik, terkenal de-ngan sebutan "Kebun Gantung" (Flo-ating Gardens), yang sampai saat inimasih dapat disaksikan di Xochimileosebelah selatan Kota Mexico.

Peninggalan Masa Kejayaan Ro-mawi

Menjelang abad kelima SM, BangsaRomawi membangun jaringan drainaseperkotaan untuk Kota Forum denganjaringan sanitasi Cloaca Maxima. Dalamkurun waktu yang sama, mereka jugamembangun saluran drainase lembahAricca dengan terowongan sepanjang607 m yang terletak sekitar 30 km sebe-lah tenggara Kota Roma. Pada tahun396 SM, mereka menurunkan muka airdanau Albano melalui terowongan se-panjang 1.200 m untuk mendapatkantambahan lahan pertanian. Dari tahun312 SM sampai tahun 52 M Bangsa Ro-mawi juga membangun sembilan talangair dengan panjang total 423 km untukmensuplai air bersih bagi kota-kotanya.Pada pertengahan abad pertama sebe-lum Masehi, Bangsa Romawi mengem-bangkan pembangunan waduk di ka-wasan Timur Dekat dan kemudian di-perkenalkan dengan Teknologi ben-dungan Israelite, Nabatean dan Ben-dungan Ptolmatic.

Selama periode awal pembangunan

oleh Bangsa Romawi, mereka sudahmenggunakan berbagai peralatan ukurtanah dan penyipat datar untuk uitzetbangunan, penggunaan abacus untukmenghitung, juga penggunaan mistardan pita ukur, serta peralatan pertu-kangan, benang sipat, unting-untingdan semacamnya - yang hingga era mo-dern saat ini masih masih banyak diper-gunakan.

Peninggalan Peradaban Islam La-ma

Melalui pengalaman Bangsa-bangsaArab generasi terdahulu dengan pem-berdayaan lebih lanjut melalui perada-ban Islam, bangsa-bangsa Arab sangatcepat berkembang dalam waktu hanyasekitar satu abad, terutama di kawasanAfrika Utara dan Spanyol, juga dikawasan Barat Daya Asia sampai kekawasan Sungai Indus dan Uzbekistan.Diperkirakan bahwa sebagai keberlan-jutan tradisi lama, oleh pendahuluBangsa Yamani, mereka membangunbeberapa bendungan untuk irigasi disekitar pusat peradaban Islam di KotaMekkah dan Madinah.

Bendungan Abbasid di Sungai Adha-im dan Bendungan Bujid di Sungai Kur:Pada abad kesembilan Masehi, RajaAbbasid dari Baghdad membangun se-buah bendungan di Sungai Adhaim de-ngan bentang 130 m, yang berlokasi se-kitar 150 km sebelah utara Kota Bagh-dad.

Sekitar satu abad kemudian, rang-kaian sistem irigasi di Sungai Kur sebe-lah selatan Shiraz di sebelah selatanIran dibangun serangkaian bendunganuntuk pembangkit tenaga kincir air(bendungan tersebut melayani sekitar30 kincir air). Demikian juga dengan

WAWASAN

Percik Agustus 2006 33

Misteri Lorong WaktuPeradaban Teknologi Keairan

Oleh: A. Hafied A. Gany*

(Bagian Kedua-Selesai)

pembangunan bendungan untuk meng-operasikan kincir air "PenggilinganAruban" pada abad kedua Masehi diIsrael, juga hal yang sama sebelumnyadibangun di Deh Luran, Iran.

Permasalahan umum yang dihadapipada masa itu adalah tingginya tingkatpengangkutan sedimen akibat proseserosi - terutama karena terbatasnya pe-nutupan permukaan bumi secara vege-tatif. Banyak di antaranya malahan wa-duk penampungan airnya penuh de-ngan endapan sedimen, namun darisegi konstruksi, sekitar sepertiganya cu-kup mantap terhadap gaya guling.

Perpaduan Teknologi Zaman Ro-mawi dan Zaman Kejayaan Islam

Pada tahun 711 Masehi, orang-orangIslam dalam upaya penyiaran agamamenyeberang Selat Gibraltar dan ber-gerak terus menuju ke sebelah baratdaya Spanyol melewati KerajaanVisigothic Spanyol sampai ke per-batasan Perancis Selatan. Di kawasanValencia, sekirat 300 km sebelah teng-gara Kota Madrid, mereka melak-sanakan pekerjaan rekonstruksi ba-ngunan irigasi, termasuk bangunan bagiyang membentang di Sungai Turia.Pada abad ke-11 Masehi, orang-orangIslam membangun sekitar sembilanbangunan bagi pada kawasan sejarak 12km keliling dari lokasi Sungai Turiatersebut.

Bendungan Besar Parada: Padasekitar tahun 970 M, bendungan besarParada dibangun pada sungai Segura disebelah hulu Murcia, sekitar 350 msebelah barat daya Kota Madrid. Ka-wasan tersebut pada waktu itu didudukioleh orang-orang Yamani yang mem-bawa dan memperkenalkan budayanyadalam pembangunan irigasi dan ben-dungan pengairan selama lebih dariseribu tahun.

Peninggalan Peradaban Pengair-an di Indonesia

Dibandingkan dengan peradabanteknologi air dan lingkungan yang

terungkap pada komunitas purba diberbagai belahan bumi, bukti-bukti arti-fak purba di Indonesia tergolong jauhlebih muda. Sepanjang catatan sejarahdi Indonesia, ada tiga titik tolak yangdapat memberikan bukti konkret ten-tang pengembangan dan pengelolaanSDA. Masing-masing berturut-turutadalah temuan batu bertulis Harinjingyang ditemukan di Desa Kepung, Keca-matan Pare, dalam kawasan wilayahSungai Brantas, Provinsi Jawa Timur.Penemuan tersebut berupa prasastiyang bertanggal 726 Tahun Caka, atau808 Masehi. Temuan kedua juga berupaprasasti bertanggal 843 Tahun Caka,atau 921 Masehi. Temuan batu bertuliske tiga bertanggal 849 Tahun Caka atau927 Masehi. Namun, sepanjang catatansejarah yang ditemukan buktinya sam-pai saat ini, diketahui dari batu bertulisTugu bahwa bangunan pengairan yangpertama (tertua) di Indonesia sampaisaat ini adalah Saluran Chandra Bhagadi sekitar Sungai Cilincing.

Prasasti tersebut menyebutkan bah-wa Raja Purnawaman mendekritkanuntuk menggali saluran terobosan diSungai Candra Bhaga untuk meng-alirkan air langsung ke laut, sepanjangIstana Candra Bhaga (Sungai Bekasi).Sementara itu analisis geomorphologimemperkirakan bahwa Lokasi CandraBhaga adalah Sungai Cakung yang dike-nal saat ini. Batu bertulis ini menyebut-kan bahwa sejak abad ke-5 Masehidataran rendah yang menjadi lokasiKota Jakarta yang dikenal saat ini sudahterlanda masalah banjir. Hal ini mem-berikan bukti baru bahwa bangunan airtertua di Indonesia yang semula dike-tahui yakni Tanggul Harinjing (804 M)ditepis dengan keterangan pada batubertulis Tugu yang mengungkapkan Sa-luran Chandra Bhaga di sungai Cakung,dibangun pada abad ke-5 Masehi.

Hipotesis tentang Misteri ArtifakPurba: Dalam kaitannya dengan buktipeninggalan sejarah di bidang pengem-bangan dan pengelolaan SDA, adakalangan yang berpendapat bahwa

Indonesia sebagai negara tropis akansangat sulit menyimpan situs-situs arti-fak bangunan yang relatif kecil dan de-ngan bahan bangunan organik dalamkurun waktu yang panjang tanpa meng-alami pelapukan. Dengan demikian be-kas peninggalan artifak semacam buktisejarah tersebut di atas tidak akan ter-tinggal atau sulit ditemukan setelah ri-buan tahun berselang. Kalau hipotesisitu benar, maka diperkirakan banyakbukti aktivitas peradaban manusia pur-ba tersebut di bumi Nusantara yang te-tap misteri dan tidak bisa ditelusuri, se-telah berlangsung ribuan tahun.

Di sisi lain, ada juga sementara ka-langan yang mengetengahkan argumen-tasi bahwa mengingat Nusantara Indo-nesia secara alamiah sudah terbentukmenjadi kumpulan kepulauan tropis de-ngan beragam kesatuan budaya masya-rakat yang terpencar dalam wujud ke-lompok-kelompok kecil, maka di sisipembangunan infrastruktur pengairan,manusia pada waktu itu tidaklah ditun-tut dengan pengembangan waduk besaratau infrastruktur yang permanen un-tuk memenuhi hajat hidup warganya.Apalagi kalau dikaitkan dengan karuniakeberlimpahan air yang dimiliki ka-wasan Nusantara, sehingga kebanyakantanaman bisa tumbuh tanpa infrastruk-tur pengairan yang besar atau perma-nen.

Kalaupun seandainya bangunan se-derhana tersebut dihanyutkan banjirpada setiap musim hujan, mereka akanmampu memperbaikinya tanpa upayakonstruksi yang rumit. Mereka akan le-bih senang meluangkan waktu dan te-naga untuk melaksanakan perbaikan ta-hunan bangunan sederhana yang adasecara "gotong-royong" ketimbang me-melihara bangunan (infrastruktur) yangpermanen sepanjang tahun.

Dengan argumentasi ini, dapat dipa-hami kalau peradaban teknologi keairandengan sistem infrastruktur sederhana,yang meskipun sudah dilaksanakan se-lama ribuan tahun, tidak pernah dapattertinggal reruntuhannya sebagai arti-

WAWASAN

Percik Agustus 2006 34

fak untuk berbicara kepada generasipenerusnya, tanpa lapuk ditelan masa.

Relief pada berbagai candi: Meski-pun bukti-bukti teknologi yang ada diIndonesia hingga saat ini jauh lebih mu-da usianya, nampaknya nenek moyangkita sudah cukup lama dan sudah cukupberpengalaman dalam teknologi air danlingkungan di bumi Nusantara. Nenekmoyang kita, rupanya sudah berusahauntuk mengkomunikasikan pengala-man dan kepiawaiannya dalam teknolo-gi keairan dan lingkungan, denganmengukirkannya pada dinding-dindingcandi yang tersebar di beberapa tempatdi Pulau Jawa bahkan di luar Jawa yangmungkin sebagiannya belum diketemu-kan.

Sekalipun belum dapat diketahui se-cara pasti sejak kapan mulai dikenalnyaperadaban teknologi keairan, namundari gambaran nyata pada beberapa re-lief di Candi Borobudur (yang dibangunpada Abad ke 7-8 M), jelas terlihat pe-san tentang penerapan pemanfaatan airuntuk memasak dan untuk konsumsi airminum (Lihat Gambar 5 dan 6).

Dari Gambar 5, jelas terlihat bagai-mana memanfaatkan air untuk me-masak makanan mereka sehari-hari,merebus air, sementara seorang di de-pannya sedang membersihkan ikan un-tuk dimasak. Dari Gambar 6, terlihatbagaimana seorang perempuan sedang

melayani suguhan minuman pada suatukesempatan. Pada relief tersebut jelasterlihat bagaimana air (minuman) yangtersimpan pada kendi dan menuang-kannya ke dalam sebuah mangkok(cangkir) - yang bentuk dan fungsinyatidak jauh berbeda dengan peralatandapur yang dipakai pada era modernsekarang ini.

Memang dari gambar tersebut tidakjelas apakah mereka sudah mengguna-kan teknologi air, namun bila kita men-coba menghubungkannya dengan ber-bagai artifak yang serupa, di CandiPrambanan, misalnya, mereka pada za-mannya sudah pasti melibatkan per-adaban teknologi air untuk penyediaanair dan pelestarian lingkungan. Daribeberapa relief yang terpampang padadi dinding Candi Prambanan, terlihatdengan jelas bagaimana peradaban tek-nologi air sudah berkembang untuk pe-nyediaan dan pengamanan SDA danekosistemnya, bukan hanya untuk ke-hidupan manusia, tapi juga untuk floradan fauna yang ada (Lihat Gambar 7dan 8).

Dari Gambar 7, jelas terlihat bagai-mana upaya manusia memanfaatkan airdengan pendekatan keterpaduan antarapenyediaan prasarana SDA dan pelesta-rian ekosistem yang berkelanjutan. Se-mentara pada Gambar 8, jelas terlihatbagaimana peranan air dengan penggu-

naan teknologi pancuran untuk menun-jang air bagi kehidupan, bukan hanyauntuk manusia, tapi juga bagi keberlan-jutan hidup fauna dan flora serta ke-lestarian ekosistem keairan.

Pesan nenek moyang tentang budayadan teknologi irigasi untuk bertanam padisawah, misalnya, cukup jelas terbacapada dua relief yang tersimpan di mu-sium Trowulan, Jawa Timur, bagaimanapetani sedang menanam benih padi disawah. Dari relief tersebut jelas bahwasaat bertanam padi sawah orang harusmenanam benih, yang berbeda denganladang, di mana benih harus disebar, atauditanam. Jadi yang dimaksud dalam relieftersebut pastilah menanam padi denganmenggunakan medium air sebagai pelu-nak tanahnya. Bagaimanapun seder-hananya, yang pasti bahwa mereka sudahmenggunakan upaya mendatangkan airatau setidaknya menggali sumur ataumenjernihkan air agar cukup bersihuntuk dikonsumsi.

Seandainya relief-relief tersebut,yang jelas dibuat dengan sempurna de-ngan relief yang sangat mengagumkanpada era Candi Borobudur, Prambanandan lainnya, di abad ke 7-8 Masehi, ma-ka dapat dipastikan bahwa peradabanteknologi air yang digambarkan dengansempurna tersebut, pasti sudah jauh le-bih lama dari pembangunan candi itusendiri. Sayangnya bahwa sampai saatini kita belum bisa mengungkapkanbukti sejarah, sejak kapan nenek mo-yang bangsa Indonesia mengenal tekno-logi air dan lingkungan, sebagaimanadibuktikan oleh bangsa-bangsa lain diberbagai belahan bumi. Apakah me-mang kita lebih belakangan, atau me-mang belum diketemukan bukti-buktiarkeologinya? Atau barangkali asumsibahwa peninggalan artifak dengan kon-struksi sederhana sudah hancur ter-kubur dengan dipacu proses oksidasidan pelapukan di iklim tropis? Perta-nyaan-pertanyaan tersebut merupakantantangan ke depan bagi kita untuk da-pat mengungkapkan fakta yang sebe-narnya.

WAWASAN

Percik Agustus 2006 35

Gambar 5.Relief Karmawibangga pada Candi Borobudur menggambarkan kegiatan penggunaan air masyarakatpurba pada saat itu untuk memasak.Gambar 6. Relief Karmawibangga pada Candi Borobudur menggambarkan kegiatan penggunaan air untuk minum.

5 6

Misteri Lorong Waktu Meskipun fakta yang tersaji dalam

uraian ini belum dapat menjadi argu-mentasi yang mewakili kondisi senya-tanya secara universal, sepanjang bukti-bukti arkeologi yang sudah terungkapoleh manusia modern, tampaknyauntuk sementara sudah dapat ditarikkesimpulan tentang asumsi lorongwaktu peradaban teknologi keairansampai ke era modern di mana kitahidup saat ini.

Dari berbagai temuan arkeologi,budaya kehidupan manusia, dapat dite-lusuri sampai sejauh 7000-an tahunyang lalu, namun dari segi peradabanteknologi keairan dan lingkungan, be-lum ada fakta yang dapat membuka ta-bir misteri mengenai awal mula penera-pannya.

Di Nusantara, tampaknya sejarahpengembangan teknologi keairan danlingkungan sejauh yang dapat dikete-ngahkan bukti konkretnya, adalah pem-bangunan saluran Chandra Bagha padasekitar Tahun 500 Masehi, mendahuluipembangunan Candi Borobudur yangberlangsung antara abad ketujuh danabad kedelapan tarikh masehi.

Jadi sepanjang sejarah manusia, se-bagaimana tercatat pada bukti-bukti ar-keologi (kepurbakalaan) yang ada, tam-paknya terbentang lorong waktu per-adaban teknologi keairan dan ling-kungan yang cukup panjang, yakni sejak

Raja Scorpion dari Mesir meresmikanpembangunan salah satu jaringan iriga-sinya pada tahun 3.100 SM sampai za-man modern saat ini, atau tidak kurangdari 5.100 tahun yang lalu. Tidak adayang bisa menyangkal bahwa periodetersebut benar-benar merupakan Mis-teri Lorong Waktu yang cukup panjangditinjau dari umur peradaban dan bu-daya manusia, namun sangat singkat bi-la diukur dengan umur geologis bumipijakan kita saat ini, yang parameterwaktunya adalah milennium dan bukanabad atau tahun.

Renungan untuk PembelajaranMasa Depan

Dari bukti-bukti yang ada, banyakpembelajaran yang dapat dipetik mulaidari tahapan perencanaan, pembangun-an sampai ke upaya pengelolaan SDAdan pelestarian lingkungan ekosistemair. Di bidang teknologi perencanaan,misalnya, banyak dijumpai pengalamanterjadinya under-designed, dan atauover-designed, di mana under-designedmengakibatkan kecilnya kapasitas tam-pung untuk menampung banjir besar,sehingga bangunan tidak berumur lama- demikian juga sebaliknya terhadapdampak negatif over-designed. Di bi-dang konstruksi, juga banyak dijumpaipada awal-awal pembangunan prasara-na bendungan purba yang tidak difasili-tasi dengan terowongan atau saluran

pengelak sehingga mengalami jebol da-lam periode banjir sebelum pelak-sanaan konstruksinya selesai.

Dalam bidang pengendalian banjirdan konservasi SDA, banyak pengalam-an yang dapat ditimba dari orang-orangNabaten, misalnya yang membanguncheck dam untuk menahan laju erosi, dimana endapan yang terjadi diman-faatkan sebagai lahan untuk bercocoktanam. Hal ini sekaligus merupakanteknologi konservasi lahan dan air yangjustru menjadi isu sentral pengembang-an dan pengelolaan SDA di alam mo-dern sekarang ini.

Menarik dijadikan renungan untukbahan pertimbangan ke depan, bahwasejak ribuan tahun yang lalu, manusiasudah menerapkan teknologi pengelola-an SDA terpadu, padahal pada saat ter-sebut masalah kependudukan belumbegitu mengemuka. Dapat dibayangkanbagaimana Bangsa Iraq di lembah su-ngai Tikris dan Euphrate ribuan tahunyang lalu sudah menerapkan pengelola-an SDA terpadu dalam pengelolaanjaringan irigasi terpisah secara fisik,yakni Kisrawi, Tamara, dan Nahrawan,sehingga penggunaan airnya terin-tegrasi dan menjadi berkelanjutan.

Dengan segala kepiawaian pakar ke-purbakalaan di era modern ini, ternyatatemuan demi temuan masih juga terusterungkap dari waktu ke waktu. Inimembuktikan betapa masih banyaknyamisteri kehidupan di sepanjang lorongwaktu peradaban manusia yang belumterungkap hingga kini.

Pengalaman peradaban manusia disepanjang lorong waktu penerapanteknologi keairan dan lingkungan tidakdapat diabaikan oleh manusia modernyang semakin sesak huniannya di PlanetBumi.

* Widya Iswara Utama Departemen PekerjaanUmum bidang "Teknologi dan Manajemen

Keairan"; Board of Director, InternationalNetworks on Participatory Irrigation

Management; dan Anggota Working Group onIrrigation and Drainage History of

the World, ICID, mewakili Indonesia.

WAWASAN

Percik Agustus 2006 36

Gambar 7.Relief di Candi Prambanan tentang teknolologi pemanfaatan dan pelestarian air.Gambar 8.Relief di Candi Prambanan yang menggambarkan peranan air bagi kehidupan manusia, flora, fauna danlingkungan hidup.

7 8

Pemberdayaan adalah konsepyang paling sering kita pergu-nakan dalam kurun waktu lima

tahun terakhir ini. Namun demikian,acapkali kita sering tidak memahamisecara mendalam makna darinya,bahkan kita seringkali mempersaling-gantikan kedua kata tersebut. Memang,tidak ada sebuah pemahaman yangbenar secara absolut tetapi upaya untukmemahami suatu konsep dengan baikadalah langkah awal dari sebuah pro-gram pembangunan yang baik.

Tidak Sekadar DayaPemberdayaan berasal dari penerje-

mahan bahasa Inggris "empowerment"yang juga dapat bermakna sebagai "pem-berian kekuasaan", karena power bukansekadar "daya" tetapi juga "kekuasaan",sehingga kata "daya" tidak saja bermakna"mampu" tetapi juga "mempunyai kua-sa". Di sini dipergunakan proposisi LordActon secara terbalik. Kata filsuf Inggrisini power tend to corrupt, absolute po-wer corrupt absolutely. Memang, kalaupenguasa menjadi penguasa absolut, mi-salnya seorang diktator, maka ia cende-rung untuk mengorupsi semua yang ada-karena kekuasaan pun sudah dikorupsihabis olehnya.

Kita seringkali menjadi romantikbahwa orang yang papa atau miskin ab-solut kekuasaan "tidak mungkin korup-si. Sebaliknya, absolute no-power cor-rupt absolutely, too. Jika individu atausuatu kelompok "sama sekali" tidakmemiliki kekuasaan, maka ia pun men-jadi "korup" secara absolut pula. Dalambahasa Inggris, kita mengenal kata"amock" yang berarti marah secara tiba-tiba dan kemudian melakukan perusak-an yang tidak dapat dipahami alasannyasecara nalar. Di Surabaya atau Malang,

Anda jangan pernah menyerempetbecak, diserempet becak pun Andamasih dimaki-maki oleh tukang becak."Matane gak ndelok, ta!" (Matanya tidakmelihat, ya). Mahasiswa melakukan tin-dak anarki sepanjang 1998-2001 jugadikarenakan selama ini mereka dikebiritotal kekuasaan kebebasan kampusnya.Massa yang merusak properti keturunanCina ketika kerusuhan terjadi juga karenamereka selama ini merasa diinjak-injakhak ekonominya oleh pemerintah danKKN-nya pemerintah. Jika kita punyabinatang piaraan selalu diikat maka keti-ka ia sempat lepas, ia akan menjadi liar,berandalan, dan tidak kenal aturan.Itulah sebabnya, kita memerlukan pem-berdayaan, khususnya kepada merekayang "lemah" dan "tidak berdaya".

Tiga Sisi PemberdayaanPemberdayaan adalah sebuah "pro-

ses menjadi", bukan sebuah "proses ins-tan". Sebagai proses, maka pemberda-yaan mempunyai tiga tahapan: penya-daran, pengkapasitasan, dan pendaya-an. Sederhananya dapat digambarkansebagai berikut:

Tahap pertama adalah penyadaran.Pada tahap ini, target yang hendak di-berdayakan diberikan "pencerahan" da-lam bentuk diberikan penyadaran bah-wa mereka mempunyai hak untukmempunyai "sesuatu". Misalnya, target-nya adalah kelompok masyarakat yangmiskin. Kepada mereka diberikan pe-mahaman bahwa mereka dapat menjadiberada, dan itu dapat dilakukan jikamereka mempunyai kapasitas untuk ke-luar dari kemiskinannya.

Pada tahap ini program-programyang dapat dilakukan misalnya membe-rikan pengetahuan yang bersifat kogni-si, belief, dan healing. Prinsip dasarnyaadalah membuat target mengerti bahwamereka perlu (membangun "demand")diberdayakan, dan proses pemberdaya-an itu dimulai dari dalam diri mereka(tidak dari orang luar).

Setelah menyadari, maka tahap ke-dua adalah pengkapasitasan. Inilahyang sering kita sebut sebagai "capacitybuilding", atau dalam bahasa yang lebihsederhana memampukan atau ena-bling. Untuk diberikan daya atau kuasa,yang bersangkutan harus mampu terle-bih dahulu. Misalnya, sebelum membe-rikan otonomi daerah seharusnya dae-rah-daerah yang hendak diotonomkan

diberi program pemampuan ataucapacity building untuk membu-

at mereka "cakap" (skilfull) didalam mengelola otonomi

yang diberikan. Proses ca-pacity building terdiri daritiga jenis: manusia, organi-sasi, dan sistem nilai.

Pengkapasitasan manu-sia di dalam arti memampu-

kan manusia, baik dalam kon-teks individu maupun kelompok.

Kita tidak asing dengan konsep ini,

WAWASAN

Percik Agustus 2006 37

Pembangunandan Pemberdayaan

Oleh: Riant Nugroho Dwijowijoto*

karena kita sudah amat sering melaku-kan training (pelatihan), workshop (lo-ka latih), seminar, dan sejenisnya-dimasa "Orba" kita juga sering memper-gunakan istilah "simulasi" untuk sosiali-sasi P4. Arti dasarnya adalah membe-rikan kapasitas kepada individu dan ke-lompok manusia untuk mampu meneri-ma daya atau kekuasaan yang akan di-berikan.

Pengkapasitasan organisasi dilaku-kan dalam bentuk restrukturisasi orga-nisasi yang hendak menerima daya ataukapasitas tersebut. Misalnya, sebelumdiberikan peluang usaha, maka kelom-pok miskin dibuatkan Badan Usaha Mi-lik Rakyat (BUMR). Agar menjadi efisi-en dalam manajemennya, maka daerahotonom ditata ulang organisasinya se-hingga berpola structure follow functi-ons. Pengkapasitasan organisasi ini se-ringkali kita abaikan, pada maknanyaibarat "menyiapkan medium sebelummeletakkan sediaan"; sama halnya se-belum kita menanam bibit jagung, makakita siapkan pula lahannya. Bukankahkita tidak mungkin menabur bibit ja-gung sekehendak hati kita? Menabur bi-bit jagung di atas karang atau jalan rayatidak akan memberikan tumbuhan ja-gung, bukan? Perlu diakui, bahwa peng-kapasitasan kedua ini jarang dilakukankarena kita acapkali take it for granteddengan berpikir bahwa "toh kalau ma-nusianya sudah dikapasitaskan ia akanmelakukan pengkapasitasan organisasisendiri". Kadang premis ini berlaku, na-mun pada prakteknya, premis ini seringtidak berlaku.

Pengkapasitasan ketiga adalah sistemnilai. Setelah orang dan wadahnya dika-pasitaskan, maka sistem nilainya pun de-mikian juga. Sistem nilai adalah "aturanmain". Dalam cakupan suatu organisasi,maka sistem nilai tersebut berkenaan de-ngan Anggaran Dasar dan Anggaran Ru-mah Tangga, Sistem dan Prosedur, Per-aturan Koperasi, dan sejenisnya. Padatingkat yang lebih maju, maka sistem nilaiterdiri pula oleh budaya organisasi, etika,dan good governance.

Pengkapasitasan sistem nilai dilaku-kan dengan membantu target untukmembuatkan "aturan main" di antaramereka sendiri. Pada program BUMR diLumajang dan Bengkalis, setelah manu-sianya diberi kapasitas manajerial, di-berikan organisasi atau lembaga usaha,kepada mereka juga berikan "aturanmain" agar kelak kalau usahanya men-jadi besar tidak menjadi berebut ataumenjadi ajang sengketa yang justru me-rugikan mereka sendiri. Hal yang samadengan otonomi daerah, kepada daerahotonom difasilitasi agar membuat Per-aturan Daerah yang mengatur "rule ofthe game" di dalam daerah otonom, an-tar daerah otonom, serta antara daerahotonom dan pemerintah pusat. Samahalnya dengan pengkapasitasan organi-sasi, pengkapasitasan sistem nilai ja-rang kita lakukan, karena kita mempu-nyai stereotip bahwa "kalau manu-sianya dikapasitaskan, toh mereka akanmembuat aturan main sendiri yangbaik". Pengalaman di lapangan menun-jukkan hal yang lain. Setelah pengkapa-sitasan manusia, yang terjadi merekatinggal sebagai individu yang "tercerai-berai" dan "tak bersistem nilai tunggal".

Tahap ketiga adalah pemberiaandaya itu sendiri-atau "empowerment"

dalam makna sempit. Pada tahap ini,kepada target diberikan daya, kekua-saan, otoritas, atau peluang. Pemberianini sesuai dengan kualitas kecakapanyang telah dimiliki. Tahap ini sangatpenting karena pada saat ini pembentuk-an kabupaten-kabupaten baru cende-rung dilakukan tidak atas dasar keca-kapan yang memadai melainkan lebihbanyak kepada syarat-syarat adminis-tratif, misalnya minimal ada tiga keca-matan. Di Sulawesi dan Maluku Utaradiperkirakan lebih dari 50 persen kabu-paten baru tidak mampu melaksanakanotonomi daerah dengan baik dan benarkarena masalah tidak memadainya ke-cakapan daerah untuk melaksanakanotonomi daerah. Biaya otonomi daerahdengan demikian menjadi sangat ma-hal, karena pengkapasitasan pasca-pemberian otonomi bertemu dengan re-sistensi dan ketegangan-keteganganyang seharusnya tidak terjadi.

Prosedur pada tahap ketiga ini cu-kup sederhana, namun seringkali kitatidak cakap menjalankannya karenamengabaikan bahwa di dalam keseder-hanaan pun ada ukurannya. Pokok ga-gasannya adalah dalam proses pemberi-an daya atau kekuasaan diberikan se-suai dengan kecakapan dari penerima.

WAWASAN

Percik Agustus 2006 38

FOTO:DOK/POKJA

Pemberian kredit kepada suatu kelom-pok miskin yang sudah melalui prosespenyadaran dan pengkapasitasan, ma-sih perlu disesuaikan dengan kemam-puannya mengelola usaha. Jika per-putaran usahanya hanya mampu men-capai Rp 5 juta, tidaklah bijaksana jikadiberikan pinjaman atau modal sebesarRp 50 juta.

Seni dari Proses AlamiahPemberdayaan pada akhirnya bu-

kanlah "teori". Sebagaimana dikatakanoleh Ron Johnson dan David Redmod(The Art of Empowerment, 1992), bah-wa at last, empowerment is about art.It is about value we believe. Tatkalapemberdayaan menjadi sebuah seni,maka yang mengemuka adalah bagai-mana membangun keindahan dalamproses pemberdayaan. Artinya, mem-berdayakan tidak boleh bermakna "me-robotkan" atau "menyeragamkan".Pemberdayaan juga memberi ruang ke-pada pengembangan keberagaman ke-mampuan dari manusia yang beragam,dengan asumsi, satu sama lain akan sa-ling melengkapi. Di sini, kita sampai pa-

da pemahaman, bahwa value dari pem-berdayaan adalah bahwa ia merupakanproses yang alamiah.

Pemberdayaan adalah sebuah pro-ses yang alamiah, dalam arti kita alamidalam kehidupan wajar sehari-hari. Ke-tika bayi, seorang anak makan ASI danbubur. Menanjak bocah, ia makan nasi,sagu, jagung roti, atau mie. Ketika ia su-dah menjelang akhil balik, maka ia me-merlukan kemandirian. Mendekati usiatersebut, biasanya para orang tua mulai

mengajari memegang uang sendiri de-ngan jumlah yang dibatasi dan membe-lanjakan sendiri dengan bijaksana, sam-bil diawasi. Tujuannya, ketika sudah di-lepas, ia akan mampu membelanjakanuangnya dengan bijaksana pula.

Begitu alamiahnya pemberdayaansehingga kita lupa bahwa "proses itupenting". Kebiasaan manusia Indonesiauntuk take it for granted membuat pem-berdayaan menjadi sebuah kegiatanyang dianggap "jadi dengan sendirinya".Pada abad ke 18, ilmuwan sosialPrancis, Alexis de Tocqueville, mene-mukan bahwa keunggulan bangsaAmerika disebabkan mereka mempu-nyai kemampuan asosiasional yang ku-at. Artinya, bangsa tersebut mempunyaikemampuan yang kuat untuk membuatorganisasi dan memanajemeninya.Bangsa Indonesia hampir sama: mudahmembuat organisasi, tetapi tidak mem-punyai kecakapan dalam memanaje-meninya. Republik Indonesia adalah se-buah organisasi milik bangsa Indonesia.Dengan kekayaan yang berlimpah ruah,toh administrasi negara RI tidak cukupmenghasilkan bangsa Indonesia yangterunggul, paling tidak di Asia. HumanDevelopment Index kita masih kalahdibanding negara-negara tetangga.

Laporan Human Development Pro-gress yang diterbitkan UNDP padatahun 2004 meletakkan Human Deve-lopment Score Indonesia pada rankingHDI ke-112 dari 175 negara yang di-survei. Posisi ini di bawah RRC (104),Sri Lanka (99), dan negara-negaraASEAN yaitu Singapura (28), Brunei(31), Malaysia (58), Thailand (74), danFilipina (85). Posisi ini bahkan meru-pakan penurunan dari prestasi sebe-lumnya. Pada tahun 2002 UNDP mela-porkan bahwa Indonesia mendapatnilai 0,684 atau rangking 110 di bawahVietnam yang mendapat nilai 0,688(urutan 109), Cina 0,762 (urutan 96),Filipina 0,754 (urutan 77), Thailand0,762 (urutan 70), Malaysia 0,782(urutan 59), Brunei Darussalam 0,856(urutan 32), Singapura 0,885 (urutan

WAWASAN

Percik Agustus 2006 39

Begitu alamiahnyapemberdayaan sehingga

kita lupa bahwa"proses itu penting".Kebiasaan manusia

Indonesia untuk takeit for granted membuatpemberdayaan menjadi

sebuah kegiatanyang dianggap

"jadi dengan sendirinya".

FOTO:DOK/POKJA

25), dan Jepang 0,933 (urutan 9). Un-tuk diketahui, HDI adalah indeks cam-puran yang merupakan ukuran rata-ra-ta prestasi penting atas tiga dimensi da-sar dalam pengembangan atau pemba-ngunan manusia, yaitu (a) kesehatan (along and healty life); (b) pengetahuan(knowledge); (c) kelayakan standar hi-dup (a decent standard of living). Se-mentara itu, dalam hal korupsi, menu-rut Transparency International Indo-nesia "masih" menduduki posisi kelimanegara paling korup di dunia (membaikdari posisi kedua pada tahun lalu).

Pemberdayaan adalah sebuah kon-sep bahwa meskipun itu kehidupan ada-lah proses alami, namun kehidupan punperlu dan harus dimanajemeni. Konsep"memanajemeni" berbeda dengan "re-kayasa", karena manajemen lebih fokuskepada meningkatkan "nilai tambah"dari "sesuatu aset". Jadi, pemberdayaanbukanlah semata-mata konsep politik,melainkan lebih suatu konsep manaje-men. Dan, sebagai konsep manajemen,pada akhirnya pemberdayaan harusmempunyai indikator keberhasilan.

Para relawan sosial, khususnya yangbergerak pada program pengarusuta-maan gender (gender mainsteraming)biasanya memberikan empat indikatorbagi kualitas kesetaraan gender, yangternyata cukup sesuai jika diterapkanuntuk mengukur pemberdayaan. Perta-ma, akses, yang berarti target yang di-berdayakan pada akhirnya mempunyaiakses akan sumber daya yang diperlu-kannya untuk mengembangkan diri.Kedua, partisipasi, yang berarti targetyang diberdayakan pada akhirnya dapatberpartisipasi mendayagunakan sum-ber daya yang diaksesnya tersebut. Ke-tiga, kontrol, dalam arti target yang di-berdayakan pada akhirnya mempunyaikemampuan mengontrol proses penda-yagunaan sumber daya tersebut. Ke-empat, kesetaraan, dalam arti padatingkat tertentu di mana terjadi konflik,target mempunyai kedudukan yang sa-ma dengan yang lain di dalam pemecah-an masalah tersebut.

Agenda PembangunanAkhirnya, pemerintahan Presiden

Yudhoyono perlu untuk sampai kepadasebuah pemahaman bersama bahwabangsa Indonesia perlu membangunpemberdayaan sebagai metode pemba-ngunan nasional. Bukan saja karena"pemerintah tidak mempunyai uangyang cukup banyak untuk melakukanpembangunan berpola government dri-ven", namun juga karena model ini akanmenjadikan pembangunan sebagai ke-wajiban bersama antara pemerintahdan rakyat. Tatkala pemahaman ini ter-bangun maka dalam kondisi perekono-mian yang sulit, rakyat akan dapat dia-jak berbicara untuk berkorban bersama.Misalnya tidak tersedia lagi subsidi bagiBBM, rakyat dapat diajak untuk ber-bicara dan membuat keputusan bahwa"we don't need another subsidy".

Negara dengan rakyat yang "tidakberdaya" akan berisi pemerintahanyang berhadapan dengan rakyat yangmanja, menang sendiri, dan tidak maudiajak bertanggungjawab. Hari ini punkita sudah melihatnya. Desakan untukmempunyai the strong leader, atau kon-sep "Ratu Adil" adalah konsep dari rak-yat yang "tidak berdaya", dan sekaligus

memberitahu kita sebuah fenomena"rakyat yang tidak dewasa". Seperti lelu-con politik: PM Inggris, PM Prancis,dan Presiden Indonesia berwisata ber-sama. Mendadak masing-masing ken-tut. PM Inggris berkata "forgive me";PM Prancis berkata "pardon me";Presiden Indonesia berkata, "not me!".Karena di Indonesia pun kentut diang-gap salah--padahal baik demi kese-hatan-- apa lagi berbuat yang lain.

Pembangunan perlu menjadikanpemberdayaan sebagai nilai dan pilihankebijakan, sekaligus juga sebagai pem-belajaran sosial, dalam arti kita selalubelajar bagaimana melakukan pember-dayaan yang semakin hari semakinbaik. Karena, seperti kata cendekiawanSoedjatmoko, bahwa pembangunantidak lain adalah belajar untuk hiduplebih baik daripada hari kemarin. Dan,pembelajaran adalah bagian inti daripembangunan pada zaman kini dan,mungkin, sampai kurun waktu yangpanjang di masa depan.

* Konsultan manajemen strategisuntuk sektor bisnis dan publik.

Menulis lebih dari 40 buku.Saat ini ia menjabat sebagai

Board Member dari Badan RegulatorPelayanan Air Minum DKI Jakarta.

WAWASAN

Percik Agustus 2006 40

FOTO:DOK/POKJA

Lokakarya Kajian Hu-kum dan Perundang-an Terkait Air Mi-

num dan Penyehatan Ling-kungan di Indonesia ber-langsung 13 Juli 2006 di Ho-tel Bumi Karsa Bidakara, Ja-karta. Lokakarya ini dihadirioleh utusan dari beberapainstansi seperti Bappenas,Departemen Kesehatan, De-partemen Dalam Negeri, De-partemen Pekerjaan Umum,WASPOLA dan Pokja AMPL.Acara ini diselenggarakanoleh Pokja AMPL melaluiDitjen PMD DepartemenDalam Negeri.

Lokakarya bertujuan me-ningkatkan pengetahuan pesertamengenai peran dan fungsi peraturanperundang-undangan dalam mendo-rong proses adopsi kebijakan dan hu-bungan sinergis antara peraturan per-undang-undangan yang dimaksud de-ngan kebijakan nasional pembangunanair minum dan penyehatan lingkungan.

Lokakarya ini dibagi menjadi duasesi. Narasumber pada sesi I yaitu Ef-fendi Mansyur dan Hilwan, MSc (ke-duanya anggota Badan Pendukung Pe-ngembangan Sistem Penyediaan Air Mi-num-BPP SPAM). Masing-masingmembahas tentang UU No. 7 Tahun2004 tentang Sumber Daya Air dan PPNo. 16 Tahun 2005 tentang Pengem-bangan Sistem Penyediaan Air Minum.Sedangkan narasumber pada sesi IIadalah Edward Sitorus (Dit. Peme-rintahan Desa, Ditjen PMD, Depdagri)dengan materi tentang hubungan anta-ra UU No.32 Tahun 2004 tentang Pe-merintahan Daerah, PP No.72 Tahun2005 tentang Desa, dan PP No.73 Ta-hun 2005 tentang Kelurahan dengan

kebijakan nasional pembangunanAMPL berbasis masyarakat.

Effendi Mansyur, menjelaskan lan-dasan hukum pengembangan SistemPenyediaan Air Minum (air minum, airlimbah, dan sampah domestik) yaknipasal 40 UU No.7 Tahun 2004 tentangSumber Daya Air. Pasal tersebutsebelumnya sempat menjadi perde-batan di DPR dan ditolak oleh LSMserta Mahkamah Konstitusi pada waktuitu. Terutama pasal 40 ayat (4) yangberbunyi: "Koperasi, Badan UsahaSwasta dan masyarakat dapat berperandalam penyelenggaraan pengem-bangan sistem penyediaan air mi-num". Pasal ini dianggap mendukungtimbulnya privatisasi. PDAM seolah-olah mempunyai hak ekslusif dalamhal penyelenggaraan Sistem Penye-diaan Air Minum (SPAM). Dalam halini harus dilihat bahwa yang diusa-hakan adalah barang publik yang sa-ngat dibutuhkan oleh masyarakat.

PP No.16 Tahun 2005 tentang Pe-ngembangan Sistem Penyediaan Air

Minum menjelaskan bahwaswasta hanya diberi hak konsesiyang bersifat sementara. Haltersebut berlaku apabila jang-kauan pelayanan berada di luarjangkauan PDAM (ServiceArea/Coverage Area). Artinyahak konsesi tersebut tidak sela-manya dimiliki oleh swasta.Karena itu, kata Effendi, aturanini semakin mempertegas isti-lah privatisasi tidak berlaku.Termasuk masalah perizinanuntuk melakukan penyeleng-garaan pengembangan SPAM,swasta tidak perlu meminta izinterlebih dahulu kepada PDAM.Dalam hal ini yang diperlukanadalah perijinan dari pemerin-

tah dan/atau pemerintah daerah sesuaikewenangannya.

Sementara itu, Hilwan, anggota BPPSPAM menyampaikan bahwa tantanganpengembangan sistem penyediaan airminum sampai tahun 2015 adalah mani-festasi dari kesepakatan KTT BumiJohannesburg September 2002 dalampencapaian target MDG, dan dalam rangkamengurangi separuh dari jumlah pen-duduk yang belum mendapatkanpelayanan air minum. Menurut perkiraandiperlukan dana investasi kurang lebihRp.25 trilyun untuk tambahan kapasitas61.000 l/dt serta sambungan pelayanan-nya, sementara kemampuan Pemerintahper tahun sekitar Rp.600 milyar.

Edward Sitorus, Dit.PemerintahanDesa, Ditjen PMD, Depdagri dalam lo-kakarya ini menekankan perlunya di-bentuk suatu wadah yaitu Badan UsahaMilik Desa (BumDes) yang disebut de-ngan Perusahaan Desa (PerDes) yangberbentuk badan hukum apabila sistempenyediaan air minum akan diseleng-garakan di tingkat desa. (DEW)

SEPUTAR AMPL

Percik Agustus 2006 41

Lokakarya Kajian Hukumdan Perundangan Terkait AMPL

FOTO:DORMARINGAN

Sampah perkotaan, khusus dikota-kota di Jawa, menjadi per-masalahan pelik. Penanganan

selama ini dianggap tidak serius.Dampak negatif telah terjadi di Ban-dung. Kota tersebut mengalami musi-bah sampah. Seharusnya ini tidak perluterjadi jika ada komitmen kuat daripemerintah dan stakeholder untukmenangani masalah ini. Atas kondisitersebut, Pusat Penelitian LingkunganHidup, Lembaga Penelitian dan Pem-berdayaan Masyarakat Institut Perta-nian Bogor mengadakan lokakarya.

Lokakarya ini terbagi dalam duasesi. Pertama, membedah permasalah-an sampah perkotaan dengan narasum-ber Kepala Dinas Kebersihan DKIJakarta, Dirut PD Kebersihan KotaBandung, dan Direktur CV Sinar Ken-cana. Kedua, mengkaji strategi dan sis-tem pengelolaan sampah berbasis ma-syarakat dengan pembicara Dr. Joni P.Sakti (ahli rekayasa dan manajemenlingkungan), Dr. Suryo Adiwibowo dariIPB, dan Direktur CV Arya Kemuning.

Kepala Dinas Kebersihan DKI Ja-karta, Rama Boedi, menjelaskan kondisipersampahan di Jakarta. Dari tahun ketahun sampah cenderung meningkat.Rata-rata timbulan sampah saat ini se-kitar 6.000 ton/hari. Komposisi sam-pah tersebut (2005) yakni 55,37 persenorganik dan 44,63 persen anorganik.Hampir semua sampah itu tertanganiyakni 97,94 (2005).

Ia membantah Jakarta tidak memi-liki konsep penanganan sampah. Iamenyebut DKI telah memiliki masterplan persampahan yang disusun JICApada tahun 1987. ''Namun ternyatamaster plan itu tidak dilaksanakansecara konsisten,'' tandasnya.

Tahun lalu DKI mengkaji kembalimaster plan itu. Hasilnya, tersusunaction plan pengelolaan sampah DKItahun 2005-2015. Isi action plan ituantara lain mengurangi dan meman-faatkan sampah sebanyak mungkin disumber sebelum dibuang ke TPA; pemi-lahan; pembangunan fasilitas pengolahsampah di berbagai lokasi dan zonasipenanganan sampah; aplikasi teknologitinggi; penanganan sampah B3 secarakhusus; membuka peluang kerja samaregional dan swasta; dan perubahanparadigma masyarakat bahwa sampahbisa menjadi sumber daya yangekonomis.

Sedangkan Dirut PD KebersihanBandung Awan Gumelar menyatakansaat ini Kota Bandung telah bersih darisampah. Menurutnya, musibah sampahtelah mendorong warga Bandung untukmelakukan 3R (reuse, reduce, dan recy-cle). Kini telah banyak rumah tanggayang mengomposkan sampahnya.

Baik Rama maupun Awan sependa-pat bahwa persoalan sampah di perko-taan cukup rumit. Banyak pihak yangterkait. Persoalannya pun tidak sekadarmasalah teknis tapi lebih banyak nonteknis. Di sini diperlukan kebijakanyang jelas dalam masalah ini.

Sementara itu pembicara yang lainmenawarkan alternatif penangananpersampahan. Dr. Joni P. Sakti mem-perkenalkan BioCORE TRS. BioCORE(BioConversion of Organic Refuse toEnergy) adalah suatu proses dimanasampah organik (SO) diubah menjadienergi dan produk-produk berhargalainnya (biogas, listrik, dan/atau briketSO) dengan menggunakan metode fer-mentasi anaerobik yang efisien, efektif,dan ekonomis. Sedangkan TRS adalah

total recycling system atau daur ulangmenyeluruh. Artinya semua sampahanorganik (sisa dari SO) menjalaniproses daur ulang dan pakai lagi semak-simal mungkin. ''Ini adalah sistemwaste to energy,'' jelasnya. Denganmetode ini sampah yang masuk ke land-fill bisa kurang dari 5 persen dari volu-me total sampah. Teknik ini akandipatenkan di Amerika, tapi beberapakota di negara lain telah mencoba.

Model penanganan ini, kata Joni,mampu direkayasa, dibangun, dandioperasikan oleh putra-putri Indonesiadengan hasil jauh lebih kompetitif, efek-tif, dan fisibel dibandingan sistem-sis-tem waste to energy di negara-negaramauju lainnya. Selain itu, cara ini bisadijadikan bisnis skala besar yang meng-untungkan dan tahan banting, ramahlingkungan dengan potensi pendapatanlebih dari 3 milyar dolar dan tingkatpengembalian investasi di atas 24persen per tahun.

Sonson Garsoni dari CV SinarKencana menguraikan pengalamannyamendampingi warga melakukan pe-ngomposan rumah tangga dan skalakomunitas di Bandung. Ia mengem-bangkan produk yang bisa memper-cepat pembuatan kompos. Produk-pro-duk ada yang untuk skala rumah tang-ga dan ada yang untuk skala komunitas.

Pembicara lainnya Illan R. Suriadimenjelaskan tentang peluang daur ulangsampah plastik. Jenis-jenis plastik yangbiasa didaur ulang dibedakan menjadijenis PP (poly prophilene), HDPP (highdensity poly prophilene), HIPS (highimpact poly styrene), ABS (acrylonitilebutadien styrene), PVC (poly vinyl chlo-rine), PS (poly styrene), akralit dan LDPE(low density poly etilene). MJ

SEPUTAR AMPL

Percik Agustus 2006 42

Lokakarya Pengelolaan SampahPerkotaan Berbasis Masyarakat

S ANIMAS tahun ini akan direpli-kasikan di 100 kota/kabupaten ter-

pilih, dengan dana murni dari dalamnegeri, gabungan APBN, APBD provin-si, APBD kab/kota, dan masyarakat.Sebagai persiapan replikasi tersebut,Direktorat PLP, Ditjen. Cipta Karya,Dept. PU mengadakan pelatihan bagiTim Fasilitator Lapangan (TFL) SANI-MAS 4 - 14 Juni 2006 di BP ABPLPSurabaya. Peserta calon TFL ini berasaldari lima propinsi, yaitu: Jambi, Bang-ka-Belitung, Kalimantan Selatan, NusaTenggara Timur, dan Sulawesi Teng-gara.

Pelatihan selama dua minggu ini

berisikan materi antara lain prinsip dankonsep dasar SANIMAS, metode selfselection, teknik rapid participationasessment, komunikasi dasar di masya-rakat, dan penyusunan rencana kerjamasyarakat.

Sebagai bagian dari pemahamanpendekatan SANIMAS kepada para pe-serta, pelatihan menggunakan metodepartisipatif. Pada pertengahan pelatih-an, peserta diajak berkunjung ke lokasipilot SANIMAS yang berhasil yakniMojokerto dan Blitar. Peserta berinter-aksi dengan pengguna dan pengelolaSANIMAS sehingga mereka mengetahuikelemahan dan keunggulan program

tersebut. Hasil pelatihan diwujudkandengan menyusun Rencana TindakLanjut dari masing-masing TFL ko-ta/kab yang akan diterapkan di daerahmasing-masing.

Salah satu yang menjadi permasa-lahan yang muncul di kalangan pesertaTFL yaitu daerah/lokasi kampung telahditetapkan/ditunjuk oleh walikota/bu-pati. Dengan demikian, praktek self se-lection kurang bisa diimplementasikansebagaimana mestinya. Maka dikha-watirkan lokasi/kampung tersebut ku-rang memiliki keinginan kuat untukmembangun maupun merawat fasilitasSANIMAS. MJ

SEPUTAR AMPL

Percik Agustus 2006 43

Pelatihan Tim Fasilitator Lapangan SANIMAS

D irektorat Jenderal Cipta Karya,Departemen PU, 23-25 Agustus

2006, menyelenggarakan Forum DialogInvestasi Penanganan Air Limbah.Acara ini dihadiri oleh instansi yangterkait dengan penanganan air limbahdomestik baik dari pusat maupun dae-rah, dan juga diikuti oleh beberapa lem-baga/organisasi non departemen(PDAM, Forkalim, Borda, BEST, PSLH-UI dan beberapa perusahaan swasta).

Forum dialog ini dibuka oleh DirjenCipta Karya-PU, yang dilanjutkan de-ngan pembahasan Kebijakan NasionalBidang Air Limbah oleh DirekturPermukiman dan Perumahan-Bappenas, serta penjelasan mengenaiInvestasi dan Pelaksanaan ProgramBidang Air Limbah oleh Direktur PLP-Ditjen Cipta Karya-PU. Dialog inimemaparkan kinerja kota/kabupatendalam penanganan air limbah, yangdiwakili oleh PDAM Surakarta dan

PDAM Banjarmasin.Direktur Utama PDAM Surakarta

Abimanyu menjelaskan pembangunansanitasi kota Surakarta telah dilaksanakanpada tahun 1995-2001 senilai Rp. 41,4 mil-yar melalui Proyek Pembangunan Pra-sarana Kota Terpadu yang dalam imple-mentasinya bersamaan dengan KotaSemarang. Proyek tersebut yaitu SSUDP(Semarang-Surakarta Urban Develop-ment Program).

Saat ini Kota Surakarta telah mem-punyai sarana pengelolaan air limbaheksisting secara terpusat (off site) de-ngan prosentase pelayanan sekitar10,64 persen. Seiring dengan pertam-bahan jumlah penduduk dan aktivitaskota Surakarta yang menjadi sentra bagikota sekitarnya, dirasakan perlu di-lakukan pengelolaan secara profesionaldan berkelanjutan serta dilakukanpenambahan cakupan pelayanannya.

Tarif jasa pengelolaan air kotor

bervariasi mulai dari Rp. 5.000 hinggaRp. 100 ribu. Ini tergantung kategoripengguna layanan. Sayangnya tingkatpembayarannya masih rendah yaknihanya 30 persen.

Sementara itu salah satu direkturPDAM Banjarmasin menjelaskan kon-disi pengelolaan air limbah di kotatersebut. Kota tersebut memiliki bebe-rapa IPAL seperti di kawasan LambungMangkurat, dan kawasan PekapuranRaya dengan kapasitas 500 m3/hari.Kini sedang ada upaya untuk memben-tuk PD PAL dengan penyertaan modalPemkot senilai Rp. 4,3 milyar.

Alfred dari WASPOLA memaparkantentang Pengelolaan Air Limbah Berba-sis Masyarakat. Sedangkan Direktur Per-kotaan, Departemen Dalam Negeri me-nyampaikan alternatif bentuk kelemba-gaan pengelola air limbah. Acara diakhiridengan kunjungan ke Waduk Setiabudiyang dikelola PD PAL Jaya. (RAH)

Forum Dialog InvestasiPenanganan Air Limbah Domestik

F ORKAMI, bekerja samadengan TPJ, NZAID, ESP-

USAID dan pemerintah tingkatkelurahan di sepanjang KaliCiliwung menggelar serangkaianacara dalam rangka mening-katkan kesadaran masyarakat(Community Awareness Rai-sing/CAR) di bidang kualitas airdi skala rumah tangga dan seki-tarnya. Kegiatan ini berlangsungdi tiga tempat yakni di Ke-lurahan Cawang (12/8), Bali-mester (26/8), dan KebonManggis (9/9).

Kegiatan ini bertujuan untukmeningkatkan pengetahuan ma-syarakat mengenai aspek-aspek kualitasair minum, meningkatkan perubahanperilaku kritis terhadap kualitas airminum, dan sebagai langkah awal bagi

segenap masyarakat dalam memper-lakukan air di sekitarnya secara benar.Pemilihan daerah Kali Ciliwungdidasari kondisi lingkungan di kawasan

itu yang jelek padahal wilayahtersebut berada di ibukota Ja-karta. Daerah ini menjadi lang-ganan banjir setiap tahun.

Acara CAR ini dihadiri pu-luhan orang warga desa. Merekadilibatkan dalam diskusi kelom-pok dengan bantuan fasilitator.Diskusi berlangsung interaktif.Sebelumnya mereka diberikanpencerahan oleh para narasum-ber tentang kualitas air seperti pe-ngertian pH, apa yang menyebab-kan kekeruhan pada air kran, me-ngapa air berbau, dan sebagainya.

Kegiatan ini dimeriahkanpula oleh produsen-produsen

consumers goods seperti Unilever danNestle. Produsen tersebut membagi-bagikan hadiah hiburan kepada peser-ta. MJ

SEPUTAR AMPL

Percik Agustus 2006 44

Program Peningkatan Kesadaran MasyarakatMengenai Pengenalan Aspek Air Minum

G una meningkatkan pengetahuan,keterampilan dan sikap peserta

sebagai pelatih/fasilitator, DirektoratJenderal Pembinaan Masyarakat danDesa Departemen Dalam Negeri menye-lenggarakan pelatihan keterampilandasar fasilitasi dalam rangka implemen-tasi kebijakan pembangunan AMPLberbasis masyarakat (BM) pada 3-7 Julidi Yogyakarta.

Pelatihan ini diikuti oleh utusan dariDitjen PMD Depdagri, Ditjen Bangda,Direktorat PLP Ditjen Cipta Karya,Sekretariat ISSDP Jakarta, SekretariatPokja AMPL Pusat, Pokja AMPL PropSulsel, Bappeda Kabupaten Brebes,Bappeda Kabupaten Kebumen, Bappe-da Kabupaten Purbalingga, Bappeda

Propinsi Banten, Dinas Praswil Prop.Banten, Bappeda Propinsi Jateng, Di-nas Kesehatan Provinsi Jateng,Bappeda Kabupaten Tangerang, danBappeda Propinsi Kalteng.

Pada pelatihan dasar-dasar fasilitasiini, peserta dibekali pengetahuan me-ngenai teknik-teknik berkomunikasi,teknik penyajian kegiatan, media fasili-tasi dan etika fasilitator serta bagai-mana berkomunikasi dihadapan orangbanyak, menyajikan sebuah kegiatandan media apa saja yang dapat digu-nakan untuk melakukan sebuah fasili-tasi.

Secara umum pelatihan dasar-dasarfasilitasi ini berjalan dengan baik.Terdapat beberapa masukan, antaralain lokasi pelatihan terlalu dekat de-ngan pusat wisata belanja sehinggakurang kondusif, alokasi waktu yang di-berikan kurang sehingga beberapa ma-teri diberikan hanya sekilas. MJ

Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi dalam rangkaImplementasi Kebijakan Pembangunan AMPL BM

FOTO:FORKAMI

FOTO:DOK/POKJA

Kelompok Kerja AirMinum dan Penyehat-an Lingkungan (Pokja

AMPL), 18-19 Juli 2006 meng-gelar pertemuan di Cibogo, Bo-gor. Kegiatan bertajuk "Perte-muan Evaluasi dan Perenca-naan Pokja AMPL TA 2007" inidihadiri oleh seluruh kompo-nen Pokja AMPL dan proyek-proyek yang terkait (CWSHP,WSLIC, ProAir, CLTS, Plan,dan WASPOLA).

Pertemuan ini membahasdua agenda utama, yaitu eva-luasi kegiatan Pokja AMPL se-mester I tahun anggaran 2006dan perencanaan Pokja AMPLTA 2007. Evaluasi hasil kegiat-an selama semester I antara lain:

WASPOLAKegiatan WASPOLA dinilai masih

lebih banyak pada pemasyarakatan ke-bijakan belum masuk ke strategi meng-implementasikan kebijakan secara na-sional. Diharapkan tahun 2007-2008seluruh propinsi sudah terfasilitasi. Un-tuk mengatasi hal tersebut perlu socialmarketing tool berupa strategi komu-nikasi yang digunakan untuk mengim-plementasikan kebijakan pada saat ber-hadapan dengan masyarakat, eksekutifdan terutama legislatif.

Pada tahun 2007, WASPOLA akanmempersiapkan exit strategy dan diha-rapkan ketika kegiatan WASPOLA telahusai, Pokja AMPL memiliki cukup stra-tegi dan alat untuk mengimplementasi-kan kebijakan.

ProAirKeharusan keterlibatan masyarakat

dalam proyek sebesar 4 persen in cashmenjadi kendala, hal ini dikarenakanbesarnya proyek itu sendiri tidak adabatasan plafon. Beberapa wilayah yangmembutuhkan teknologi kompleks me-nyebabkan nilai proyek membengkaksehingga mempengaruhi besarnya incash yang harus disediakan oleh masya-rakat. Hal ini mengakibatkan kegiatandi beberapa wilayah terpaksa diaden-dum beberapa kali.

Wilayah Kodi perlu diberikan perha-tian lebih, dikarenakan dua hal, yaitu :

a. Terdapat satu sumber mata airyang digunakan oleh 15 desa, perhatianperlu dititikberatkan pada kerjasamamulti desa dalam pengelolaan sumberair tersebut berdasarkan PP 16 tahun2005 tentang pengembangan SPAM,

b. Kesediaan GTZ dan KfW menye-

diakan dana Rp. 17 milyaruntuk pembangunan SPAMdi wilayah Kodi, yang akandikelola secara profesionaloleh satu asosiasi. Karenaitu perlu perhatian terhadaprambu-rambu yang berlakuseperti dasar hukum penye-rahan aset kepada asosiasi,pembentukan asosiasi danlain-lain.

CLTSAkan dilakukan studi

evaluasi yang terstrukturmengenai CLTS sehinggabukti keberhasilan CLTSdapat terekam dengan baik.Karena dikhawatirkan CLTS

menjadi bermasalah di masa depan,dikarenakan keinginan replikasi CLTSbukan dari masyarakat, melainkanberasal dari Pemda. Selain itu, CLTSsebaiknya tidak hanya bergantung adaanggaran 69, namun bisa juga menggu-nakan dana dari APBN. CLTS se-baiknya dijadikan suatu gerakan, seper-ti gerakan 3M demam berdarah, namunperlu dibuat studi tentang strategipemasaran yang tepat.

Plan IndonesiaKerja sama Plan Indonesia dan

Bappenas belum memiliki StandarOperating Procedure (SOP) sehinggaSOP itu perlu segera dibuat danditandatangani kedua belah pihak.

SANIMASTahun 2007 sebanyak 87 kabupaten

akan melaksanakan SANIMAS.

SEPUTAR AMPL

Percik Agustus 2006 45

Pertemuan Evaluasi danPerencanaan Kegiatan Pokja AMPL

Tahun Anggaran 2007FOTO:MUJIYANTO

Kegiatan CLTS di Sukabumi, Jawa Barat.

Beberapa isu penting adalah rentangkendali dan penyiapan fasilitator.

Sekretariat Pokja Beberapa kendala masih dihadapi

Pokja AMPL Pusat seperti koordinasi, pen-cairan dana dan pelaporan hasil kegiatan.

Selain evaluasi, pertemuan itumenyepakati beberapa kegiatan yangakan dilakukan pada tahun anggaran2007 yakni:

WASPOLAPerluasan kebijakan nasional AMPLBM di seluruh wilayah Indonesia.Penguatan kebijakan nasional AMPLBM melalui penguatan kebijakan di-sektor sanitasi.Melanjutkan pembahasan kebijakandi sektor AMPL berbasis lembaga.

ProAirPembuatan buku saku ProAirMonitoring, Evaluasi dan Advokasike daerahPembuatan petunjuk operasionalProAirPenguatan kelembagaan multidesapasca konstruksiPelatihan teknis bagi pengelolaProAir di KupangPelatihan pasca konstruksi bagipengelola ProAir di Kupang Lokakarya penyediaan air minumberbasis masyarakat di daerahProAir

CLTSOrientasi pendekatan CLTS regionaltimur dan regional baratPenyusunan baseline data fasilitatoryang sudah dilatihPenyusunan VCD dan modul sebagaisupplemen tambahan untuk pesertapelatihanStudi evaluasi secara menyeluruh me-ngenai CLTS, juga penyusunan lessonlearned CLTS sehingga dapat ditam-pilkan pada pertemuan nasional CLTS.

Plan IndonesiaPengembangan Prosedur Kebijakandan Pedoman untuk Plan Indonesiasesuai dengan Kebijakan NasionalPemerintah IndonesiaUji Coba Program Air Minum danPenyehatan Lingkungan di WilayahKerja Plan sesuai dengan KebijakanNasionalModul Teknologi Tepat Guna Penye-diaan Air MinumPengembangan Modul Promosi Ke-sehatan untuk Anak SekolahPelatihan Fasilitator Program SANI-MASPokja AMPL Resource CenterBuku: "Pembangunan Air Minum danSanitasi Indonesia: Pembelajaran dariKegagalan dan Keberhasilan"Majalah Percik JuniorSosialisasi MDG di DaerahBaseline Knowledge Attitude &PracticePengawasan Kualitas Air di PedesaanKoordinasi Kegiatan Kerjasama Pe-merintah Indonesia-Plan Indonesia

SANIMASPelatihan fasilitator seperti yangtelah dilakukan pada tahun 2006Pelatihan SANIMAS (untuk pengajardan masyarakat), kemungkinan biaya-

nya akan ditanggung oleh LSMEvaluasi O&M, akan ditunjuk konsultanperorangan untuk melakukan evaluasiPembuatan VCD audio visualPelatihan teknis pasca konstruksi

CWSHPPelatihan konstruksi pengolahan airgambutPelatihan teknis laboratorium dansurvei kualitas airPelatihan metodologi promosiPelatihan O&MPelatihan yang berkaitan dengan ma-najemen, antara lain:

Pengembangan kelembagaan desaPengkajian pengembangan masya-rakat mandiri, bekerjasama de-ngan WASPOLAPenguatan penyusunan strategipembangunan daerah

Pertemuan TKK-TKP

Sekretariat Pokja AMPLKegiatan yang berkaitan dengan ko-

munikasi yaitu produksi majalah, leaflet de-ngan berbagai tema, CD, guidelines bookAMPL, buku saku AMPL, pameran, MediaGathering, dan Press Tour. Sedangkan ke-giatan penunjang lainnya yaitu PenyajianInformasi Kebijakan Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan berbasis Geografisdengan menggunakan MapInfo. (MJ)

SEPUTAR AMPL

Percik Agustus 2006 46

1.

2.

3.

1.

2.

3.

4.

a.b.

c.

1.

2.

3.

4.

5.

6.7.

8.9.

10.

11.12.

1.2.

3.

4.

5.

6.

7.

1.

2.

3. 4.5.

6.

3.

4.5.

1.

2.

FOTO:MUJIYANTO

Diseminasi Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat.

G una menindaklanjuti perte-muan mengenai Penyusunan

Strategi Komunikasi AMPL di dae-rah, sebuah lokakarya bertajukOrientasi Komunikasi AMPL di-adakan di Serang, Banten, 26-27Juni 2006. Acara ini diikuti olehinstansi terkait AMPL di PemdaBanten.

Lokakarya ini dimaksudkanuntuk menjaring masukan daristakeholder dalam penyusunanpanduan strategi informasi dan komu-nikasi yang hasilnya akan menjadibahan dalam Lokakarya Nasional Stra-tegi Komunikasi AMPL Berbasis Ma-syarakat yang akan datang.

Lokakarya ini diisi dengan materiantara lain pentingnya komunikasidalam pelaksanaan pembangunanAMPL, bahasa foto, dan apresiasi mediakomunikasi.

Pembuatan strategi komunikasimencakup lima tahapan yaitu: Pen-

jajakan - Perencanaan (Planning / Pre-paration) - Produksi Media (MediaProduction) - Implementasi (Imple-mentation) - Monitoring & Evaluasi(Monitoring & Evaluation).

Di sesi bahasa foto yang dipandufasilitator dari WASPOLA, peserta di-ajak melihat foto-foto AMPL dan di-minta untuk menganalis situasi danidentifikasi dari foto tersebut. Selain itupeserta diminta mengidentifikasi au-diens sasaran dan kontribusi apa yang

bisa diberikan untuk mengatasimasalah yang terjadi.

Pada apresiasi media komu-nikasi, peserta diperkenalkan ten-tang media-media yang dapat diper-gunakan dalam mengkomunika-sikan pembangunan AMPL kepadaaudiens. Media-media tersebutantara lain media audio, media visu-al dan media audio-visual. Masing-masing media tersebut memilikikelebihan dan kekurangannya ma-

sing-masing. Oleh karena itu, pelak-sanaan analisis situasi dan identifikasiterhadap audiens yang tepat sangatberpengaruh dalam menentukan mediayang sesuai untuk mengkomunikasikanpesan.

Di bagian akhir lokakarya, pesertadiminta memetakan kondisi AMPL didaerahnya masing-masing dan kemudi-an membuat rencana kerja untuk jangkapendek dan panjang. Mereka cukupantusias. rie

P ada 12 Juli 2006 lalu, Pokja AMPLPusat menggelar Lokakarya Stra-

tegi Komunikasi AMPL di Jakarta. Lo-kakarya ini merupakan tindak lanjutpenyusunan Strategi KomunikasiAMPL-Berbasis Masyarakat yang telahdilakukan sejak bulan Maret 2006.Acara ini diikuti oleh anggota PokjaAMPL Pusat.

Lokakarya dibuka oleh Direktur Fa-silitasi Penataan Ruang dan Lingkung-an Hidup Ditjen. Bina Bangda Depda-gri, Prof. Dr. Tjahya Supriatna. Dia me-nyatakan perlu ada strategi komunikasiyang tepat dalam menyampaikan pro-gram-program AMPL kepada masya-rakat sasaran agar pesan yang disam-

paikan sampai kepada mereka. Lokakarya ini diisi dengan diskusi

dan ceramah dari Bestian Nainggolan(Wakil Kepala Litbang Harian Kompas).Peserta diajak untuk melakukan simu-lasi penyampaian pesan melalui mediakomunikasi. Ada tiga media komunikasiyang diperkenalkan yakni audio, mediavisual dan media audio visual. Ketigajenis media tersebut memiliki kelebihandan kekurangannya masing-masing.Media audio biasanya sangat efektif dalammenyampaikan pesan yang berusahauntuk menggugah perasaan atau memoti-vasi, media visual sangat efektif dalammenyampaikan pesan yang sifatnya mem-berikan instruksi atau penjelasan, sedang-

kan media audio-visual merupakan ga-bungan antara keduanya yaitu dapatmenggugah pemikiran maupun perasaan.

Selain itu Bestian menyampaikan kiat-kiat mengembangkan opini publik melaluimedia massa. Kiat-kiat ini sangat pentinguntuk diketahui karena Pokja AMPL-WASPOLA memang sangat membu-tuhkan suatu dukungan yang kuat daripihak media dalam upayanya untuk men-sosialisasikan Kebijakan Nasional AMPL-Berbasis Masyarakat kepada publik.Menurutnya, hampir semua media massadi Indonesia tidak memiliki agenda.Karenanya Pokja bisa mengambil peransebagai pihak yang memberikan agendakepada media massa. rie

SEPUTAR WASPOLA

Percik Agustus 2006 47

Lokakarya OrientasiKomunikasi AMPL di Daerah

Lokakarya Strategi Komunikasi AMPL

FOTO:ASTRI HANDAYANI

Living Planet Index (Indeks Kehi-dupan Planet) mengukur secaramenyeluruh kecenderungan po-

pulasi dari spesies liar di dunia. Indeksitu menyediakan indikator kondisialami suatu negara di dunia. Secaraumum LPI menurun 40 persen. Penye-babnya yakni penurunan kondisi ling-kungan. Salah satu di antaranya dise-babkan oleh sampah.

Di Eropa, 1,3 milyar ton sampah di-hasilkan per tahun, 40 juta ton di anta-ranya termasuk sampah berbahaya. Di-perkirakan tahun 2020, jumlah sampahitu akan meningkat 45 persen. Di Ame-rika Serikat, sampah mencapai 409 jutaton per tahun. Pantas jika bumi terbe-bani bahan-bahan buangan tersebutdan terganggu keseimbangannya.

Dampak pembuangan sampah yangtidak terkontrol antara lain kontaminasi

air permukaan, meningkatnya risiko pe-nyakit karena penyebaran oleh seranggaatau tikus, banjir atau air yang mengge-nang, peningkatan emisi rumah kaca,polusi perairan dan badan-badan su-ngai, polusi di darat, dan kerugian eko-nomi.

Sebuah riset yang dilakukan olehMount Sinai School of Medicine di NewYork bekerja sama dengan Environ-

mental Working Group and Common-weal, menemukan ada 167 bahan kimiapada darah dan urine sembilan suka-relawan yang diteliti. Kebanyakan polutandan kontaminan itu masuk melalui produkyang digunakan oleh para sukarelawanbukan karena mereka bekerja atau tinggaldi sekitar kawasan industri.

Oleh karena itu, dunia perlu meng-ubah kondisinya. Kepedulian terhadapmanajemen sampah secara ekologi takbisa ditawar-tawar lagi. Karenanyabuku ini menjadi sangat penting bagicalon trainer yang akan bergerak meng-ubah masyarakat khususnya di pusat-pusat bisnis. Panduan pelatihan inicukup lengkap. Di dalamnya juga adapembelajaran dari beberapa pusat bis-nis di Filipina. Di Indonesia, kita tinggalmemodifikasinya karena persoalannyatak jauh beda. MJ

Pengumpulan dan pengangkutansampah menjadi hal yang pen-ting dalam manajemen pengelo-

laan sampah. Ketidakberesan dalam ta-hap tersebut akan menimbulkan dam-pak yang tidak baik bagi lingkungan danmanusia. Hal itu banyak dijumpai di ko-ta-kota besar.

Hal-hal penting dalam pengumpulansampah yakni pemilahan, penyimpanan,dan pengumpulan di tempat pembu-angan. Pemilahan dimulai di sumber sam-pah baik itu di rumah tangga, perkan-toran, atau industri. Setelah itu sampahharus disimpan dengan tepat sesuai de-ngan karakter sampah dan waktu tungguhingga sampah diangkut ke tempat pem-buangan akhir. Sedangkan tempat pem-buangan akhir bisa menggunakan sistemindividual atau komunal.

Dalam hal pengangkutan, pemilihanalat angkut yang sesuai menjadi kunci.Angkutan harus disesuaikan dengankapasitas tempat pembuangan akhir,karakteristik sampah, pemeliharaan,dan kemampuan ekonomi. Artinya me-nyesuaikan dengan desain proses pe-ngelolaan sampah secara keseluruhan.

Tak kalah pentingnya dalam mana-jemen ini yakni mendesain rute angkut-an. Sebelum itu perlu ada kajian menge-

nai waktu tempuh dan pergerakanangkutan. Ini untuk mengetahui tingkatefektivitas dan efisiensi sistem peng-angkutan dari sisi alat dan sumber dayamanusia yang terlibat di dalamnya.

Di luar itu, sistem ini membutuhkankepedulian dan edukasi publik terhadapmanajemen persampahan. Sikap ini bi-sa ditumbuhkan dengan sebuah strategikomunikasi publik. Sistem manajemenjuga memerlukan kebijakan yang jelasdan terukur.

Tahapan-tahapan manajemen per-sampahan ini bisa dipelajari dan di-latihkan. Buku ini menampilkan selu-ruh proses tersebut dengan modul-mo-dulnya. Walhasil, buku yang dibuat atasbantuan USAID ini bisa menjadi salahsatu referensi bagi pelatihan manaje-men persampahan. MJ

INFO BUKU

Percik Agustus 2006 48

Judul:Ecological Solid Waste

Management for Central Business District. A Trainer's Manual

Penulis: Ayala FoundationPenerbit: Ayala Foundation

& Solid Waste Management Program

Tahun Terbit: -Tebal: viii + 112

Judul:Manual on Improving Solid

Waste Collectionand Transportation System

Penulis : SWAPPPenerbit: SWAPP

Tahun Terbit: 2003Tebal : 101 halaman

Panduan Pengelolaan Sampahdi Kawasan Bisnis

Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

Kondisi persampahan di Indo-nesia memasuki masa kritis.Sampah menjadi persoalan

yang pelik. Di sisi lain, tidak ada per-aturan perundang-undangan me-nyangkut hal ini. Akibatnya, kasuspersampahan tak pernah tersele-saikan secara tuntas.

Apa yang terjadi di Indonesia miripapa yang terjadi di negara tetanggaFilipina. Sejak beberapa tahun lalunegara ini telah memiliki undang-undang tentang persampahan dan per-aturan lain yang terkait masalah itusehingga persoalan persampahan disana bisa teratasi dengan lebih baik.Kini Indonesia sedang menuju ke sanadengan disusunnya Rancangan Undang-undang tentang Persampahan.

Tidak ada salahnya Indonesia bela-jar pada Filipina. CD ini bisa menjadirujukan. CD yang merupakan kumpulan

peraturan perundang-undangan inimenyajikan secara lengkap peraturanmengenai persampahan dan sanitasi,termasuk lingkungan. Di dalamnya me-muat antara lain tentang kebijakan

umum mengenai lingkungan, sani-tasi, bahan berbahaya beracun, pera-turan daerah, dan sanksi hukum bagipelanggar.

Dalam soal pengawasan terhadaplimbah berbahaya beracun, negaratersebut membentuk dewan penasi-hat yang terdiri atas 10 departemenditambah dari lembaga swadaya ma-syarakat. Sanksi hukum yang diterap-kan bagi pelanggar pun cukup beratbaik berupa penjara dan denda.

Filipina juga telah memiliki pera-turan khusus tentang tempat pem-buangan akhir (TPA) sampah terma-suk kriteria fasilitas yang memenuhisyarat bagi kelompok masyarakat.

Selain itu dalam peraturan perundang-undangan tersebut ada pembagian pe-ran yang jelas stakeholder sampah.Apakah RUU sampah kita sudah sepertiini? MJ

Pembuatan kompos terbilang se-derhana. Begitu sederhananyasehingga jarang ada referensi

yang memadai untuk memelajarinya se-cara mendalam apalagi dalam ben-tuk modul-modul yang mudah un-tuk dipresentasikan. CD ini mengu-raikan secara panjang lebar menge-nai kompos mulai dari filosofi pro-ses tahap demi tahap, jenis-jenispengomposan, pengetahuan bahan(sampah), desain fasilitas, hinggabagaimana harus ada kebijakanagar pengomposan itu berjalan.

CD yang dikeluarkan oleh SolidWaste Management Association ofthe Philippines (SWAPP) pernahdipresentasikan dalam KonferensiSWAPP akhir tahun 2005 yangmengambil tema 'Teknologi Daur

Ulang Sampah Organik bagi KalanganBisnis dan Pengusaha'.

Melalui CD ini, kita bisa menimbapengalaman beberapa komunitas di Fi-

lipina yang telah mempraktekkan pe-ngomposan sesuai dengan pilihan tek-nologi masing-masing. Yang tak kalahpentingnya, CD ini menyediakan modul

presentasi khusus bagi anak-anak tentang bagaimanamengajari mereka membuatkompos.

Model-model penyampaianmateri pembuatan kompos initerasa mudah dan sederhana.Bagi kita di Indonesia, kita ting-gal memodifikasi bahasanyasaja dari bahasa Inggris kebahasa Indonesia. Berbekal CDini, pelatihan pengomposansangat mudah dilaksanakanapalagi di dalamnya juga adarun down-nya. Anda mau men-cobanya? MJ

INFO CD

Percik Agustus 2006 49

Kumpulan Perundangan Persampahan Filipina

Pelatihan Pengomposan

Zero Waste

http://www.ecocenter.org/zerowaste.shtml

B ebas sampah (Zero Waste) adalahsebuah visi pemecahan penangan-

an sampah ke masa depan yang men-janjikan keberlanjutan ekologi. Selamaini proses pengolahan sampah masihbelum memberikan hasil yang opti-mum. Para produsen masih kurang pe-duli dengan sampah yang menjadi ba-han sampingan produk-produknya. Inibisa dilihat dari insentif yang dikeluar-kan oleh perusahaan terhadap masalahini sangat kecil.

Dengan bebas sampah, paling tidakakan mendorong para produsen untukbertanggung jawab terhadap produkdan pembungkus produk mereka. Sela-in itu program ini akan menjadikan pro-dusen untuk lebih sensitif terhadaplingkungan.

Tujuan akhir program bebas sam-pah ini yaitu sebuah alternatif bagipembuangan sampah secara langsungmelalui upaya promosi produksi bersih,mencegah polusi, dan membentuk ko-munitas yang semua produknya didesa-in untuk bisa didaur ulang sehingga bisamenghasilkan nilai ekonomi dan amanbagi lingkungan.

Konsep program bebas sampah initidak hanya terbatas pada barang-ba-rang konsumsi sehari-hari tapi juga ba-rang-barang elektronik. Beberapa peru-

sahaan besar di dunia telah mengadopsiprogram ini. Perusahaan itu antara lainXerox, Toyota, Honda, Hewlett Packarddan Sony Electronics.

Bahaya Insinerator

http://www.zerowasteamerica.org/Incinerators.htm

P enanganan sampah menggunakaninsinerator memang cepat. Sampah

dibakar dan habis. Namun persoalan-nya tidak berhenti sampai di situ. Dam-pak yang ditimbulkan proses pemba-karan ini sangat berbahaya. Pembakar-an sampah sebenarnya hanya mengu-bah bentuk sampah menjadi emisi uda-ra yang berbahaya dan bahan beracun.Berdasarkan penelitian dari EPA, se-banyak 30 persen sampah yang dibakarberubah menjadi bahan beracun. Danyang lebih parah lagi, emisi gas berba-haya itu tidak hanya bersifat lokal tapimenyebar ke seluruh dunia.

Insinerator diyakini mengandungzat karsinogenik (penyebab penyakitkanker) dan bahan kimia beracun darihasil pembakaran, termasuk di dalam-nya logam berat (arsen, cadmium, mer-kuri, kromium, dan beryllium), gasasam, PVC, residu herbisida, dan di-oksin serta furan. Khusus dioksin, ba-han ini telah dinyatakan sebagai karsi-nogenik bagi manusia oleh WHO(1997).

Selain menjelaskan tentang bahaya

insinerator, situs ini menyajikan berba-gai alternatif penanganan sampah di lu-ar pembakaran. Anda juga bisa mene-lusuri lebih jauh tentang berbagai pe-nelitian dan artikel tentang sampah dariberbagai lembaga yang kompeten.

Pengomposan

http://www.compostguide.com/

K ompos adalah satu mulsa alamiterbaik dan menyuburkan tanah

dengan harga sangat murah. BahkanAnda tak perlu mengeluarkan uang se-peser pun untuk membuatnya. Mungkinsudah banyak orang tahu tentang itu ta-pi belum banyak yang mencobanya. Pa-dahal melalui proses ini kita akan me-ringankan beban lingkungan saat ini.Ingin tahu caranya?

Situs ini mencoba memberikan pan-duan bagaimana membuat kompos. Se-lain itu ada beberapa penjelasan menge-nai jenis-jenis sampah dan kandunganyang ada di dalamnya serta karakteristiksampah tersebut. Termasuk pula apakahsampah itu bisa digunakan atau tidak.Misalnya jeruk, tidak bisa digunakanuntuk kompos karena sifatnya dapatmenghentikan aktivitas pengomposan.

Kita juga bisa belajar banyak ten-tang problematika pembuatan komposserta pemecahannya. Ada petunjuk-petunjuk praktis bagaimana memper-lakukan kompos yang bermasalah, mi-salnya terlalu kering atau terlalu basah.Sejumlah artikel tentang kompos ada disitus ini. Mau mencoba? MJ

INFO SITUS

Percik Agustus 2006 50

Percik Agustus 2006 51

3-7 Juli Lokakarya dan Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi, Grage Hotel, Yogyakarta

4-11 Juli Sanitation Conference, Manila

6-14 Juli Pelatihan Tenaga Fasilitator Lapangan SANIMAS 2006, Balai Pelatihan AB PLP, Surabaya

12 Juli Lokakarya Strategi Komunikasi

Field Trip CLTS, Bogor

13 Juli Lokakarya Kajian Hukum, Hotel Binakarna, Jakarta

17 Juli Rapat Persiapan Sosialisasi PAMSIMAS

18 - 19 Juli Rapat Evaluasi Pokja AMPL dan Rencana Anggaran 2007, Hotel Ria Diani, Puncak

20 Juli Pembahasan Draft Data Susenas 2007, Sekretariat Pokja, Jakarta

21 Juli Rapat Draft Kerangka Logis dan Monev Proyek WASPOLA 2, Sekretariat Pokja, Jakarta

24-28 Juli Lokakarya dan Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi, Hotel Mercure, Sanur, Bali

26-27 Juli Lokakarya Peluncuran Program Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, Hotel Novotel, Surabaya

31 Juli Deklarasi Masyarakat Lembak Bebas BAB di Sembarang Tempat dan

Pencanangan Pendekatan CLTS, Desa Tanjung Tiga, Sumatera Selatan

1-3 Agustus Rapat Koordinasi Manajemen RI-UNICEF, Hotel Safari Garden, Puncak

1 Agustus Rapat Pokja AMPL-Rencana Talkshow, Sekretariat Pokja AMPL, Jakarta

1 - 3 Agustus Lokakarya Penyusunan Renstra Kab. Pohuwato, Aula Kantor Bupati Pohuwato, Kab. Pohuwato

1 - 4 Agustus Lokakarya Pemetaan Masalah dan Rencana Strategis AMPL-BM, Gunung Geulis Cottages, Ciawi, Bogor

4 Agustus Pertemuan Pokja NTT-ProAir

7-10 Agustus WASPOLA Mission dalam rangka koordinasi Kebijakan, Jawa Tengah

7 - 11 Agustus WASPOLA Mission dalam rangka koordinasi Kebijakan, NTB

8 Agustus Pertemuan Tim Ad Hoc Sampah Bandung dengan MenPPN

11 Agustus Rapat Koordinasi Proyek ProAir Propinsi NTT, Ged. Dit.PL Depkes, Jakarta

Pembahasan Rencana Air Limbah Batam

14-16 Agustus Lokakarya Strategi Komunikasi, Hotel Acacia, Jakarta

15 Agustus Rapat Koordinasi Kegiatan Pendukung Program CLTS

16 Agustus Pelatihan Strategi Advokasi, Hotel Sofyan Cikini, Jakarta

22-24 Agustus Lokakarya Optimalisasi Keterlibatan Stakeholder Daerah Dalam Pengelolaan Sumber Daya Air Baku

Lintas Wilayah, Pangeran Beach Hotel Padang

23 Agustus Lokakarya Perencanaan Sanitasi Perkotaan

Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi ProAir

23-25 Agustus Forum Dialog Investasi Air Limbah

24 Agustus Lokakarya Pelaksanaan Kegiatan ProAir, Sasando International Hotel, Kupang, NTT

25 Agustus Rapat Uji Coba Data Susenas

28-31 Agustus Orientasi dan Lokakarya MPA PHAST, Hotel Novotel, Pujut, Lombok Tengah

28 Agustus Rapat Uji Coba Data Susenas

Pembahasan Lanjutan Kesepakatan Kegiatan Kerjasama Pemerintah Indonesia - Plan Indonesia,

Sekretariat Pokja AMPL, Jakarta

29 Agustus Presentasi Innovative Decision Making for Sustainable Management of Water In Developing Countries,

Sekretariat Pokja, Jakarta

29-31 Agustus Forum Dialog Investasi Bidang Cipta Karya Sub Bidang Persampahan, Hotel Garden Kemang

30-31 Agustus Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL -BM, Hotel Jayakarta, Bandung

AGENDA

TANGGAL BULAN KEGIATAN

52

B U K U U M U MSanitasi Perkotaan:POTRET, HARAPAN DANPELUANG "INI BUKAN LAGIURUSAN PRIBADI".Penerbit: Bappenas dan WSP-EAP, 2006

TELAAH KUALITAS AIRBagi PengelolaanSumber Daya DanLingkungan PerairanPenerbit: Kanisius, Yogyakarta 2004

PENGOMPOSAN SAMPAHRUMAH TANGGA (SERI

PENDIDIKAN PENGELOLAANLINGKUNGAN TERPADU)Penerbit: Surabaya, Pusdakota Ubaya, 2005

S T A T I S T I KPROYEKSI PENDUDUK INDONESIAMENURUT UMUR, JENIS KELAMIN, KOTA/PERDESAAN TAHUN 2000 - 2025Penerbit: Badan Perencanaan Nasional & UNPF, 2005

PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA(INDONESIA POPULATION PROJECTION)2000-2025Penerbit: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,BPS, UNPF. 2005

PROYEKSI PENDUDUKINDONESIA 2000-2025Penerbit: Badan Perencanaan Pem-bangunan Nasional (Bappenas)

P A N D U A NMANUAL ON IMPROVING SOLIDWASTE COLLECTIONAND TRANSPORT SYSTEMPenerbit: SWAPP (Solid Waste Management Associationof The Philippines) 2003

A TRAINERS MANUAL:ECOLOGICAL SOLID WASTE MANAGEMENTFOR CENTRAL DISTRICSPenerbit: Ayala Foundations, Macaty City

GOVERNANCE FOR CLEAN WATER: A GUIDEFOR LOCAL GOVERNMENTS ON THE CLEANWATER ACT.Penerbit: Philippines, LINAW Project, 2005

ORIENTATION MANUAL ON ECOLOGICALSOLID WASTE MANAGEMENTPenerbit: Philippines, Solid Waste Management Association. 2002

PANDUAN PENILAIAN KINERJA PEMERINTAHDAERAH DI BIDANG PEKERJAAN UMUMPenerbit: Departemen Pekerjaan Umum, 2005

PELATIHAN KETRAMPILAN DASARFASILITASI: DALAM RANGKA IMPLEMENTASIKEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN AIRMINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGANBERBASIS MASYARAKAT: MODUL PELATIHANPenerbit: Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, 2006

M A J A L A H :I N F OSTREAMSSERASI, edisi Mei 2006

COMMUNITY WATER, June 2006

PUSTAKA AMPL

Percik Agustus 2006

Parshal flumeBangunan air yang difungsikan sebagai alat ukur debit pada saluran terbuka. Pengukuran dilakukan dengan cara mengukur

tinggi dan lebar aliran di posisi alat ukur dan menyubsitusikan hasilnya ke dalam suatu formula debit. Biasanya dibangun padainlet instalasi.

Partial flowAliran (air) secara gravitasi di dalam pipa/saluran tertutup yang mengisi hanya sebagian dari penampang pipa/saluran ter-

tutup tersebut.

Partially separate system (of drainage)Salah satu sistem/jenis saluran drainase yang merupakan hasil modifikasi dari sistem terpisah dengan sistem tercampur, di

mana untuk saluran air kotor dibuat cekukan yang lebih kecil di dasar saluran utama.

Paving/pelapisan Pelapisan suatu bidang/area menggunakan material yang berbeda jenis dari material bidang/areal yang dilapisi tersebut.

Paved sludge drying bedsUnit pengering lumpur dengan dasar bak yang dilapisi suatu konstruksi (misalnya lantai beton).

Peak loading (Beban puncak)Besarnya beban (sarana/prasarana) pada kondisi puncak pelayanannya di saat sebagian besar atau seluruh konsumen

secara bersamaan menggunakan jasa layanan tersebut.

Peaking factorAngka/faktor yang menggambarkan perbandingan volume/kapasitas pelayanan pada saat terjadinya puncak pelayanan

dibandingkan dengan saat pelayanan rata-rata.

PE pipes (Pipa PE)Jenis pipa yang dibuat dari Poly-Ethylene-Jenis pipa yang lebih lentur dengan sedikit sambungan karena berupa gulungan

pipa menerus dan menggunakan sistem penyambungan las plastik. Kuat terhadap tekanan hidrolis, tahan korosi, lebih licin,sehingga mempunyai daya hambat (friksi) lebih kecil. Banyak digunakan untuk jaringan distribusi air bersih.

Percolation (Perkolasi)Penembusan/pelulusan air melalui ruang kosong/pori-pori tanah.

Perforated (Berlobang-lobang)Kondisi suatu bidang komponen/pelat struktur unit bangunan (pengolahan) yang berlobang-lobang.

Permeability (Permeabilitas)Pengukur fisis untuk menentukan satuan kemampuan contoh (sampel) tanah untuk meluluskan (perkolasi) air.

Phreatic surfaceDisebut juga ground water table-Elevasi (bagian puncak) dari lapisan tanah yang termasuk zona jenuh air.

Physical characteristic (Karakter fisis)Besaran (kualitas) fisis yang mempengaruhi kualitas air bersih/air limbah secara keseluruhan, meliputi endapan, apungan,

koloid, kandungan yang terlarut, termasuk bau, suhu, kepadatan, warna, dan kekeruhan.

GLOSSARY

Dikutip dari Kamus Istilah dan Singkatan Asing Teknik Penyehatan dan LingkunganPenerbit: Universitas Trisaksti