Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat...

60
Juni 2010 Juni 2010 Edisi I, 2010 UU Keterbukaan Informasi Publik Jadi Harapan

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat...

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

Juni 2010Juni 2010 Edisi I, 2010

UU Keterbukaan Informasi Publik Jadi Harapan

Membidani

Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

2

Juni 2010Juni 2010Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan olehKelompok Kerja Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

(Pokja AMPL)

Penanggung JawabDirektur Permukiman dan Perumahan

BappenasDirektur Penyehatan Lingkungan

Kementerian KesehatanDirektur Pengembangan Air Minum

Kementerian Pekerjaan UmumDirektur Bina Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna Kementerian Dalam Negeri

Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Kementerian Dalam Negeri

Pemimpin RedaksiOswar Mungkasa

Dewan RedaksiMaraita Listyasari

Nugroho Tri Utomo

Redaktur PelaksanaEko Budi Harsono

Desain dan ProduksiAgus Sumarno

Sofyar

Sirkulasi/SekretariatAgus Syuhada

Nur Aini

Alamat RedaksiJl. RP Soeroso 50, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113Situs Web: http//www.ampl.or.ide-mail: [email protected]

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar.

Isi berkaitan dengan air minum dan penyehatan lingkungan.

DaftarIsi

Dari Redaksi ............................................................................................................. 3 Suara Anda................................................................................................................ 4Laporan Utama

Perlunya PIN AMPL: Menuju Era Manajemen Pengetahuan....................... 5Sekilas PIN AMPL ....................................................................................... 8

Upaya Mewujudkan PIN AMPL Nasional .................................................. 10 Sejarah Panjang IRC................................................................................... 15 Produk PIN AMPL....................................................................................... 17Wawancara Budi Hidayat, Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas ............... 19Peraturan Undang Undang Keterbukaan Informasi Publik Jadi Harapan................... 21Agenda Hari Kesehatan : Lingkungan dan Sanitasi Sehat Rakyat Sehat.................. 23 Hari Bumi : Manusia Picu Perubahan Bumi............................................... 26 Hari Air Dunia : Air Bersih Untuk Dunia Sehat .......................................... 28 Wacana PenilaianPartisipatifuntukPantauKeberlanjutanAMPL oleh Alma Arief dan Hari Wijarno ............................................................. 30 Sisi Lain Hasil Studi IRC: Waspadai Krisis Air ........................................................... 33Inovasi Mengubah Sampah Jadi Energi Listrik oleh Haryo Nugroho ..................... 34Panduan Kiat Mudah Membuat Lubang Resapan Biopori....................................... 37Reportase - Menteri PU Terkesan Pokja AMPL di Pameran Hari Air Sedunia.............. 39 -DEWATSConferenceandExhibition: Pembangunan Sanitasi dengan Sistem Terdesentralisasi........................ 40 - Pembelajaran dari Pengalaman Pakar.................................................. 43 - Pembangunan Sarana AMPL Berbasis Masyarakat Proyek CWSH....... 45Testimoni Ketua Pokja AMPL Kota Tegal, EkoSetiawan,JuruKampanyeKelilingyangAmpuh..................................48Fakta Krisis Air Bersih Kembali Landa DKI Jakarta............................................... 50Catatan Perjalanan International Learning Exchange - 2010 For Water, Sanitation and Hygiene Education, India, 13-24 April 2010 oleh Maraita Listyasari............................................................................... 52Info Buku................................................................................................................. 56Info Situs ................................................................................................................ 58Pustaka AMPL.......................................................................................................... 59

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

3

Juni 2010Juni 2010

Pembaca setia Percik, kita bertemu lagi setelah sekitar satu setengah tahun Percik edisi regular tidak terbit. Walaupun demikian, Percik tidak benar-benar vakum. Terbukti dengan terbitnya Percik edisi khusus

sebanyak tiga kali yaitu edisi Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (PSBM), edisi SANIMAS, dan edisi WASPOLA. Ketiganya merupakan edisi hasil kerjasama dengan mitra kerja yaitu BORDA (2 edisi) dan WASPOLA Facility.

Kali ini kami hadir dalam edisi regular mengusung tema Pusat Informasi Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (PIN AMPL). Tentunya, pertanyaan pertama yang akan muncul apa itu PIN, dan seperti apa kiprahnya bagi pembangunan AMPL.

Sejak 8 tahun lalu, mulai timbul kesadaran di kalangan anggota Pokja AMPL tentang pentingnya keberadaan data dan informasi yang handal. Hal ini dilandasi kemasygulan pemangku kepentingan melihat kondisi data AMPL yang tidak memadai. Berjalannya waktu kemudian menyadarkan Pokja AMPL untuk segera mulai membenahi kondisi ini. Disadari pula tentunya bahwa membenahi data bukan pekerjaan gampang dan cepat. Dibutuhkan waktu yang cukup lama dan bertahap.

Awalnya dimulai dengan mengumpulkan data yang ada, kemudian meningkat menerbitkan majalah, membangun situs internet, dan seterusnya. Sampai kemudian produk dan upaya yang dihasilkan semakin banyak. Ketika kemudian kami mencoba melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan, Pokja AMPL tersadar telah begitu banyak yang dihasilkan. Bahkan sudah jauh melampaui apa yang dibayangkan pada awalnya.

Coba kita simak apa saja yang dihasilkan oleh Pokja AMPL terkait dengan pembenahan data dan informasi. Bersama dengan BPS menyusun pertanyaan Susenas 2007. Bersama dengan Waspola memfasilitasi Pokja AMPL Kabupaten Bangka melakukan survai data AMPL. Secara rutin memproduksi kumpulan data AMPL dalam bentuk CD. Membangun situs AMPL

bahkan telah beranak pinak menjadi 7 situs (Situs Pokja AMPL Daerah, Situs AMPL Yunior, Situs Jejaring AMPL, Situs WES Unicef, Situs STBM, Digital Library AMPL, disamping situs AMPL sebagai situs induk). Membuat majalah Percik (Indonesia dan Inggris), bahkan juga majalah AMPL buat anak-anak Percik Yunior. Menerbitkan buku terkait AMPL seperti Pembelajaran AMPL di Indonesia, Kumpulan Regulasi AMPL, Web Site AMPL dan sebagainya. Membentuk jejaring perpustakaan. Dan seterusnya.

Sementara itu, sejak tiga tahun lalu, anggota Pokja AMPL kemudian mulai menyadari pentingnya membenahi data dan informasi secara terstruktur dan bukan sporadik seperti selama ini. Bersamaan dengan itu mulai mengemuka konsep pengelolaan pengetahuan (knowledge management), yaitu upaya memandang data tidak hanya sekedar data tetapi dapat diproses menjadi informasi yang kemudian dengan pengalaman dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang kemudian dapat terbentuk pengetahuan (knowledge).

Kesemua ini kemudian mendorong Pokja AMPL mulai mengumandangkan ide membentuk PIN AMPL. Artinya membenahi data tidak bisa dilakukan sendiri saja tetapi bersama-sama dengan beragam pemangku kepentingan lainnya. Melalui PIN AMPL, diharapkan upaya pembenahan data dan informasi dapat dilakukan bersama secara berjejaring. Jadi PIN AMPL tidak akan berpretensi menjadi satu-satunya pusat data dan informasi AMPL tetapi bersinergi dengan pemangku

kepentingan lainnya. Ide ini kemudian mulai mendapat angin ketika

Plan International Indonesia melalui kerjasama dengan Bappenas dan Pokja AMPL meluncurkan majalah Percik Yunior, menerbitkan buku, meluncurkan Digital Library AMPL. Lalu disambut oleh bantuan teknis Waspola Facility. Dipuncaki dengan pelaksanaan Lokakarya Pengembangan PIN AMPL hasil kerjasama Pokja AMPL, Waspola Facility dan IHE.

Percik menjadikan PIN AMPL sebagai tema edisi kali ini sebagai bagian dari upaya mengkampanyekan PIN AMPL kepada seluruh pemangku kepentingan. Berharap keberadaan PIN AMPL menjadi lebih dikenal, sehingga tujuan pembentukan PIN AMPL sebagai pusat data dan informasi AMPL benar-benar dapat terwujud. Sehingga diharapkan pembangunan AMPL dapat lebih baik lagi ke depannya.

Selamat membaca (OM)

DariRedaksi

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

4

Juni 2010Juni 2010

Kapan Majalah Percik TerbitPerkenalkan saya Ridwan Hadi dosen Fa kul-

tas Tehnik Lingkungan di salah satu per guruan tinggi di Jakarta. Saya dan sejumlah temansangat merasakan manfaat yang sangat besar dari penerbitan majalah Percik yang secara khusus memuat beragam isu dan persoalan terkait masalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Namun dalam beberapa bulan ini, saya tidakmenerima kirimanmajalah Percikyang telah lebih dari 8 tahun menjadi sumber inspirasi saya dan sejumlah dosen untuk memperoleh bahan belajar.

Saya sangat berharap pengelola majalah Percik dapat segera menerbitkan majalah ini. Banyak pembelajaran dan pengetahuan baru dalam bidang AMPL yang kami dapatkan dari Majalah Percik. Salam Percik

Ridwan Hadi, Dosen FT Ilmu Lingkungan di Jakarta

Terima kasih atas kepercayaan Anda dan teman-teman dosen Teknik Lingkungan yang telah menjadikan Majalah Percik sebagai sumber inspirasi belajar. Karena persoalan teknis pengelolaan kami mohon maaf sehingga majalah yang kita sayangi ini terlambat sampai di tangan pembacanya. Kami akan terus meningkatkan mutu dan perbaikan sehingga kehadiran majalah ini dapat memberikan manfaat serta nilai positif bagi masyarakat luas. Salam Percik

Sayangilah Air Siapakah yang bisa hidup tanpa air?

Begitu besar kegunaan air dalam kehidupan di dunia ini. Saat kita gerah dan kotor setelah beraktifitas sehari-hari, kita menyiramkanbadan kita dengan air untuk mandi. Kemudian kita meneguk air kalau dahaga, dan begitu banyak sekali aktifitas kehidupan kita yangsangat bergantung pada air.

Begitu lekatnya air dalam kehidupan kita, sehinggabisasajaadayangtidakmenyadarimanfaatnya. Manfaat itu baru terasa bila kita mengalami kesulitan mendapatkan air bersih.

Ketika saluranairmengalamigangguan,dan keluarnya air menjadi mampat dan kotor, itu sudah sangat meresahkan kita. Bagaimana

kalauairsudahtidakkitadapatilagi?

Bencana kekeringan yang menimpa, selain bencana banjir yang begitu dahsyat terjadi karena kesalahan mahluk di dunia ini yangbegituserakahdantidakpedulidengankondisi alamnya.

Begitu besar kekuatan air dalam kehidupan ini, karena itulah sayangilah air dengan menggunakannya sebaik-baiknya. Selain itu, kekuatan air akan semakin bertambah dan berpengaruh positif padadiri kita bila saat hendak menggunakan air, misalnya mau minum, kita berdoa terlebih dahulu.

Rini Utami Azis,Solo, Jawa Tengah

Memperoleh Bundel PercikBapak ibu Redaksi Majalah Percik yang

terhormat, pernalkan nama saya Dewi Kusuma aktivis lingkungan dan kesehatanmasyarakat Yayasan Pelangi Nusantara di Bogor, Jawa Barat. Saya langsung jatuh cinta ketikapertamakalimembacamajalahPercikpertama kali tahun lalu ketika berada dikantor Unicef. Saya melihat majalah ini cukup lengkap, edisi bahasa Ingrris dan Indonesia, juga ada Percik Yunior buat anak-anak. Bagaimana ya caranya memperoleh majalah ini secara teratur? Sejumlah informasi dan artikel yang disajikan majalah ini sangatbermanfaat bagi teman-teman aktivis yangbekerja di bidang sanitasi dan kesehatan masyarakatsepertikami.Terimakasih

Dewi Kusumah,Yayasan Pelangi Nusantara

Bogor, Jawa Barat

Terima kasih banyak atas apresiasi dan penghargaan yang ibu sampaikan tentang majalah Percik. Memang betul kami mengemas majalah ini dalam dua edisi yaitu Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, juga ada terbitan Percik Yunior untuk anak-anak. Kami akan catat lembaga ibu untuk memperoleh majalah ini secara tetap. Salam Percik

Perang Dimasa Depan Menyangkut Air

Air, pendidikan dan kesehatan adalah kebutuhan dasar publik, sebagai kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin konstitusi, pasal 33 UUD 1945, ayat 3 yangberbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Agenda privatisasi diberbagai negaramenunjukkan fenomena monopoli baru dan

harga yang meningkat beberapa kali lipat. Seperti yang terjadi di Manila dan Filipina,yang menaikkan tarif air hingga 500%. Bolivia merupakan salah satu contoh kasusprivatisasi yang didiktekan secara gamblangdan ternyata bertujuan untuk menaikkan tarif air masyarakat miskin (petani dan masyarakat pedesaan). Mereka adalah kelompok yang paling menderita karena tidak mampumembayar.

Penyediaan air minum di wilayah Jakarta pun jauh lebih buruk setelah diprivatisasikepada PT Lyonaise dan PT. Thames. Hal ini bertolak belakang dengan asumsi World Bank, IMFdanADBbahwaprivatisasibukanjawaban kinerja buruk pemerintah, dilihat dari indikator kualitas pelayanan air minum, target pertambahan pelanggan tidakmencapai ketentuan kontrak, target teknis pemakaianairtidaktercapai,tetapdibawahkinerja PAM Jaya.

Seperti ungkapan Vice PresidentWorld Bank, Ismail Serageldin, “Perang di masa depan akan menyangkut air”, karena bisnis air ibarat bisnis minyak. Setiaporang menggunakan air sehingga menjadi pangsa pasar yang menarik. Inilah maksud dari perusahaan raksasa melalui lembaga keuanganinternational.

Masihkan kita melakukan privatisasiair? Yang jelas-jelas pada akhirnya akan membuat rakyat menderita. Dimanakah pemerintah sebagai instrumen negara dalam menyediakan pelayanan publik? Akankah kita “terjajah lagi” karena kebodohan kita?

Muhammad Solihin,Bandung, Jawa Barat

Sanitasi Kota Tegal DiperbaikiSanitasi merupakan sebuah permasalahan

baru yang sangat membutuhkan perhatiandari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat Kota Tegal. Rendahnya pembangunan sanitasi serta fasilitas yang belum memadai menimbulkan angka kematianyangsangattinggi. Sanitasi yangburuk dalam perkotaan–seperti sungai-sungai dan parit yang kotor- terutama adalah akibat masyarakat yang membuang sampah tidakpadatempatnya.

Sebenarnya pembangunan sanitasi sudah dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga lain, namun pembangunan sanitasi ini berjalan tumpang tindih dan kurangnyaperhatian pembangunan berkelanjutan,sehingga pembangunan ini manfaat yang dirasakan oleh masyarakat sangat berkurang atau belum menyentuh.

Tasmawi, Tegal Jawa Tengah.

SuaraAnda

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

5

Juni 2010Juni 2010

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kondisi data di hampir semua bidang pembangunan di Indone-sia masih belum dapat di-

andalkan, termasuk data air minum dan penyehatan lingkungan. Sebagai salah satu contoh, data Millenium Development Goals (MDGs) untuk akses air minum dan sanitasi baru da-pat disepakati pada awal tahun 2010. Sementara MDGs sendiri sudah akan berakhir pada tahun 2015. Itu pun, tidak lama kemudian data yang di-sepakati tersebut diralat karena ternya-ta terjadi kesalahan perhitungan. Kita tidak mau menyalahkan siapa-siapa, tetapi fakta ini menunjukkan bahwa kondisi data kita masih jauh dari me-madai.

Sementara, melengkapi fakta di atas, kesadaran para pemangku ten-tang pentingnya data masih belum terlihat. Walaupun di tingkat nasional sudah disepakati data akses air minum dan sanitasi, tetapi di tingkat daerah yang nota bene berdasarkan undang-undang otonomi daerah merupakan pihak yang bertanggungjawab bagi tersedianya layanan air minum dan sanitasi, data AMPL masih simpang siur. Dapat dibayangkan kualitas perencanaan ketika data yang handal masih menjadi pertanyaan.

Isu yang mengemuka di tingkat kabupaten/kota dan propinsi adalah beragamnya data yang tersedia. Se-bagai contoh, untuk jenis data yang sama dapat diperoleh data yang ber-beda dari beragam pemangku kepen-

tingan. Jangan tanya data mana yang valid.

Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan menyadari sepenuhnya kon-disi ini, sehingga sejak sekitar 8 tahun yang lalu telah mulai dirintis upaya mengelola data di tingkat nasional secara lebih baik. Namun demikian karena upaya ini dilakukan hanya oleh Pokja AMPL, yang nota bene ke-wenangannya terbatas, maka hasilnya masih kurang bergaung, walaupun beberapa hasilnya telah mulai terlihat. Salah satunya berupa upaya pemben-tukan Pusat Informasi Nasional (PIN)

AMPL yang didukung oleh Bappenas, Waspola Facility dan Plan Interna-tional Indonesia.

PIN AMPL dimaksudkan sebagai suatu wadah menyinergikan data-data yang berserakan di masing-masing pemangku kepentingan, sehingga da-pat diakses oleh seluruh pihak yang berkepentingan. Data tersebut nanti-nya dapat dikelola agar dapat men-jadi informasi bahkan pengetahuan sebagai bagian dari konsep manaje-men pengetahuan (knowledge mana­gement). “Saya harapkan nantinya dengan terbentuknya Pusat Informasi Nasional AMPL ini akan membantu para pemangku kepentingan dalam mendapatkan data dan informasi terkait masalah sanitasi, air bersih dan kesehatan lingkungan. Keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku ke-pentingan dan media massa sebagai pilar keempat demokrasi yang di-harapkan memiliki peran sangat besar dalam menjadikan program ini lebih bermakna,” ujar Direktur Permu-kiman dan Perumahan Bappenas, Budi Hidayat.

Menanti Sang BayiIbarat perempuan yang

tengah hamil tua anak per tama,

Perlunya PIN AMPL:

Menuju Era Manajemen Pengetahuan

Keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan

dari para pemangku kepentingan dan

media massa.

LaporanUtama

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

6

Juni 2010Juni 2010

banyak pihak menunggu dan mem-beri dukungan penuh agar proses persalinan lahirnya si jabang bayi ber-jalan mulus. Jabang bayi yang dimak-sud adalah Pusat Informasi Nasional (PIN) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL). Sebut saja, orang tua “sang bayi” adalah Bappe-nas, Pokja AMPL, Plan International Indonesia dan Waspola Facility.

Salah satu sosok yang sangat antusias atas kelahiran PIN AMPL adalah Carel Keuls, penasihat manajemen penge-tahuan di UNES-CO-IHE yang juga Ketua Tim Sumber Daya Air dan Iriga-si. Menurut Keuls dalam m e n g e m -bangkan sebuah manajemen proyek pem-bangunan berbasis kapasi-tas jaringan, sebuah Pusat Informasi Nasional me-mang layak untuk diben-tuk.

“Kami sangat mendu-kung pembentukan Pusat Informasi Nasional ini, karena inisiatif di sekitar pembangun-an Pusat Informasi Nasional Air Mi-num dan Sanitasi Lingkungan adalah fokus kami. Saya benar-benar ingin mengucapkan selamat kepada Anda dengan inisiatif ini dan saya berharap bahwa Anda akan segera membentuk PIN AMPL ini. Semoga secepatnya lembaga informasi ini terbentuk,” tu-kasnya.

Mengapa inisiatif pembentukan PIN AMPL tersebut begitu penting dibuat, Carel Keuls menjelaskan bah-

wa dengan dibentuknya P I N

ini akan memungkinkan pemerin-tah menunjukkan keseriusannya ke-pada seluruh pemangku kepentingan AMPL dalam melaksanakan pemba-ngunan AMPL.

Lewat layanan PIN ini, memung-kinkan akses ke informasi dan penge-tahuan diperoleh banyak pihak secara tepat. Sebagai gerbang pusat data dan informasi maka PIN memungkinkan untuk membiarkan aliran pengeta-huan yang tersedia dari banyak pihak

untuk di akses seluruh pe-mangku kepentingan.

“Hal ini akan men-dorong ‘proses belajar’

lebih cepat bagaimana kita harus melakukan ini, ba-

gaimana kita bisa mening-katkan itu. Dalam

presentasinya dia menantang dengan pertanyaan-pertan-yaan berikut: Apa yang bisa kita pela-jari atau knowledge management yang relevan agar sebuah program AMPL menjadi sukses? Apa yang dapat kita lakukan untuk menghindari jebak-an adanya polemik?

Apa dan bagaimana proses dilalui dan membutuhkan kepemim pinan dan manajemen seperti apa? Dan bagaimana dengan dukungan media. Ini adalah beberapa pertanyaan yang sangat mendasar,” paparnya.

Dengan dibentuknya PIN ini pihaknya akan mendorong jaringan pengetahuan CKNet-INA (saat ini jaringan dari 10 universitas) untuk berkolaborasi dan memberikan infor-masi seluasnya soal layanan kapasitas untuk sektor air di bidang infrastruk-tur dan manajemen lingkungan. Se-perti diketahui UNESCO-IHE sa-

ngat banyak terlibat dalam mendu-kung pengembangan kapasitas di sek-tor air di Indonesia, melalui program pendidikan dan dukungan lain dalam kegiatan proyek AMPL.

Sebagai sebuah gerbang atau pintu masuk pengetahuan tentang AMPL, sebetulnya PIN AMPL ini nantinya akan dapat menjadi center of excellence atau pusat keunggulan informasi. Karena itu, sumber daya yang ada dalam Pusat Informasi Nasional ini harus mampu mengelola dan berbagi informasi.

Portal dan Gerbang Dukungan lahirnya PIN AMPL

juga dikemukakan oleh Abdul Rah-man Rosyid, Communication Special­ist dan Randy Salim, External Com­munication World Bank. “Kami sa-ngat menyambut baik gagasan terben-tuknya PIN AMPL ini. Saya berharap nantinya PIN AMPL dapat berperan sebagai portal gerbang dan pilar per-tama yang di butuhkan masyarakat luas menyangkut kebutuh an infor-masi dan sebagainya tentang AMPL,” paparnya.

Dalam presentasinya tentang knowledge management, Abdul Rah-man Rosyid menegaskan nantinya lewat PIN AMPL pembelajaran yang dapat diambil adalah suatu proses untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, wawasan dan akhirnya percaya diri yang diharapkan akan menunjang peningkatan kinerja indi-vidu dan organisasi untuk menghasil-kan nilai-tambah agar visi dan misi soal AMPL dapat tercapai.

Dijelaskan, pengetahuan atau knowledge, bukanlah data, bukan pula informasi, namun sulit sekali dipisah-kan dari keduanya. Perbedaan antara data, informasi dan pengetahuan se-ringkali hanya pada masalah derajat kedalamannya, dimana pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang lebih

DOK. POKJA AMPL

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

7

Juni 2010Juni 2010

mendalam dibandingkan informasi, apalagi data. Secara intuitif, keba-nyakan orang merasa bahwa penge-tahuan merupakan sesuatu yang lebih luas, lebih mendalam, serta lebih kaya dibandingkan informasi, apalagi data.

Kebanyakan orang mengatakan seseorang yang berpengetahuan atau knowledgeable person, merujuk pada seseorang yang berpendidikan, cer-das, memiliki pemahaman yang men-dalam dan dapat dipercaya mengenai suatu subyek. Tidak pernah terdengar orang membicarakan pengetahuan de-ngan merujuk pada dokumen, memo, atau basis-data, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa hal-hal tersebut memang dihasilkan oleh orang-orang yang berpengetahuan. “Karena itu, dengan lahirnya PIN AMPL ini maka informasi yang cerdas, akurat dan ber-nas dapat dimiliki setiap orang yang membutuhkannya. Karena itu, saya secara pribadi sangat mendukung la-hirnya PIN AMPL ini,” ujarnya.

Menanggapi dukungan yang san-gat positif tersebut, Team Leader WASPOLA Facility, Gary Swisher menjelaskan tidak dapat dipungkiri pembangunan air minum dan penye-hatan lingkungan telah berlangsung cukup lama. Cukup banyak inovasi, terobosan dan kiat yang dilakukan untuk menjadikan persoalan AMPL ini menjadi sebuah agenda besar masyarakat Indonesia untuk disikapi.

Hingga saat ini, seluruh pemang-ku kepentingan tidak dapat memung-kiri bahwa telah banyak pembelajaran dan pencapaian yang diraih, terutama dalam lima tahun terakhir. Namun demikian, disadari juga bahwa hasil pembangunan ini masih belum op-timal dan perlu ditingkatkan. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pembangunan AMPL selama ini adalah kurangnya ketersediaan data dan informasi terkait sektor air

minum dan penyehatan lingkungan yang lengkap dan handal.

Kita semua menyadari bahwa da-lam pelaksanaan pembangunan, ket-ersediaan data dan informasi yang handal, akurat, lengkap serta gampang untuk diakses merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Selain itu, terutama dalam kurun lima terakhir, banyak sekali pembelajaran maupun pencapaian pembangunan AMPL yang harusnya terdokumentasikan dan terinformasikan dengan baik ke-pada masyarakat dan pemangku ke-

pentingan, sehingga isu AMPL dapat menjadi salah satu isu utama dalam konteks pembangunan nasional.

Menambahkan keterangan Garry, Ketua Harian Pokja AMPL, Oswar Mungkasa menandaskan berangkat dari kebutuhan akan tersedianya data dan informasi yang dapat didisemi-nasikan dengan baik tersebut, Pokja AMPL Nasional tengah mengem-bangkan sebuah Pusat Informasi ber-skala nasional di bidang AMPL. Pusat Informasi Nasional (PIN) AMPL ini merupakan suatu resource center yang mengumpulkan, mengelola, dan mendiseminasikan data dan informasi yang terkait dengan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia.

Keberadaan PIN AMPL ini diharap-kan dapat membantu para pemangku kepentingan dalam mendapatkan data dan informasi terkait.

Namun, keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku kepentingan. PIN AMPL tidak akan mungkin da-pat melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang sedemikian banyak dan masif tanpa bantuan pihak lain. Untuk itulah, guna mewujudkan PIN AMPL seba-gai pusat informasi berskala nasional

di bidang AMPL, dukungan para pe-mangku kepentingan sangat diharap-kan.

Koordinasi dan kerjasama para pe-mangku kepentingan sangat diperlu-kan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menyediakan data dan informa-si AMPL yang lengkap, handal, serta mudah diakses oleh semua pihak. Terkait dengan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu pertemuan atau lokakarya yang dapat mempertemu-kan para pemangku kepentingan da-lam suatu forum untuk menghasilkan suatu rencana untuk pengem-bangan PIN AMPL.[Eko]

DOK. POKJA AMPL

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

8

Juni 2010Juni 2010

Secara spesifik, tujuan pem-bentukan PIN AMPL adalah untuk menjawab kebutuhan para pemang-ku kepentingan, para ahli,

aktivis, akademisi, pelaku bisnis dan industri/swasta serta masyarakat luas akan informasi AMPL di Indonesia, sehingga diharapkan dapat mem-mem-percepat pencapaian pembangunan AMPL di Indonesia.

Selaras dengan itu, agar dapat mencapai tujuannya, peran dan fung-si Pusat Informasi AMPL Nasional setidaknya melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang terkait dengan AMPL, kemu-dian menyebarluaskan informasi, te-muan dan pesan penting yang terkait dengan AMPL melalui kegi atan ko-munikasi, advokasi dan relasi media massa lebih intensif. Adapun bentuk

keluaran PIN AMPL berupa doku-men data dan informasi dalam be-ragam bentuk media, sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku ke-pentingan, tersedianya media penye-ersedianya media penye-barluasan informasi berupa jaringan perpustakaan yang berskala nasional, dan situs AMPL terpadu.

Sebagai tahap awal, direncanakan struktur Pusat Informasi Nasional AMPL akan terbagi ke dalam bebera-

Sekilas PIN AMPL

DOK. POKJA AMPL

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

9

Juni 2010Juni 2010

pa divisi yaitu (i) Divisi Perpustakaan, yang bertanggungjawab atas segala proses terkait pengembangan dan pengelolaan pustaka terkait AMPL di Indonesia. Ruang lingkup kegiatan divisi ini secara spesifik adalah me-ngembangkan dan mengelola koleksi pustaka AMPL melalui Perpustakaan AMPL, menyebarluaskan informasi serta mengembangkan kerjasama ja-ringan perpustakaan AMPL; (ii) Divi-si Data, yang bertanggungjawab atas segala proses terkait pengelolaan data dan informasi terkait AMPL di Indo-nesia. Ruang lingkup kegiatan divisi ini secara spesifik adalah membangun koleksi data baseline, data monitor-ing dan evaluasi AMPL, melaku-kan pemetaan persebaran kegiatan pembangun an AMPL di Indonesia, melakukan sosialisasi terkait pengelo-elakukan sosialisasi terkait pengelo-laan pengetahuan melalui serangkaian kegiatan seminar/lokakarya; (iii) Di-visi Komunikasi dan Publikasi, yang bertanggungjawab atas segala proses terkait penyebaran informasi serta kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Pokja AMPL dalam rangka mela-kukan sosialisasi dan advokasi untuk pengarus utamaan (mainstreaming) pembangunan AMPL di Indonesia. Kegiatan divisi ini secara spesifik ada-lah melakukan upaya untuk mening-katkan kepedulian masyarakat terha-dap isu air minum dan penyehat an lingkung an, khususnya mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat, dan memperluas wilayah cakup-an edukasi terkait isu air minum dan penyehatan lingkung an melalui kerja-sama dengan media massa; (iv) Divisi Teknologi Informasi, yang bertang-

gungjawab atas segala proses terkait pengelolaan dan pe ngembangan sis-tem informasi dan komunikasi Pokja AMPL. Ruang lingkup kegiatan divisi ini secara spesifik adalah melakukan kegiatan pengelolaan data dan infor-masi yang dimiliki untuk situs, dan melakukan pemeliharaan peralatan pendukung kegiatan pengelolaan data dan informasi.

Road map PIN AMPL dalam bentuk yang sederhana telah disepa-kati paling tidak sampai tahun 2013, yaitu dalam bentuk penetapan empat fase pengembangan (a) Fase I (Janu-Fase I (Janu-ari 2010 – Desember 2010) yang

merupakan tahap pembentukan dan persiapan. Kegiatan pada fase ini berkonsentrasi pada pengadaan dan penguatan sarana dan prasarana pen-dukung untuk operasionalisasi Pusat Informasi AMPL Nasional; (b) Fase II (Januari 2011 – Desember 2011) yang merupakan tahap peluncuran. Kegiatannya lebih pada kegiatan yang bersifat sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku kepentingan mengenai keberadaan Pusat Informasi AMPL Nasional; (c) Fase III (Januari 2012 – Desember 2012) yang meru-

pakan tahap pengembangan dan kemitraan. PIN AMPL berkonsen-trasi pada kegiatan pengembangan kemitraan dengan pihak lain, khusus-nya dengan pihak swasta dan media massa; (d) Fase IV (Januari 2013 – Desember 2013), yang merupakan tahap penguatan. Kegiatannya pada penguatan sarana dan prasarana de-ngan mengembangkan inovasi-inovasi terbaru (seperti penyediaan media ko-munikasi dalam dua bahasa/bilingual, kemitraan dengan pihak asing).

Disadari bersama bahwa keber-hasilan PIN AMPL harus dapat diu-kur, dan tentunya menggunakan in-

dikator yang sederhana. Untuk itu, telah ditetapkan indikator kinerja PIN AMPL yaitu jumlah, intensitas dan kualitas pelaksanaan kegiatan yang terlaksana; jumlah kelengkapan dan keragaman informasi yang tersedia; jumlah materi dan pesan komunikasi yang disebarkan; jumlah tanggapan khalayak atas kegiatan, pelayanan dan akses data/informasi yang dibu-tuhkan; jumlah dukungan dan peningkatan kerja sama antar lembaga (OM)

Bentuk keluaran PIN AMPL berupa dokumen data dan informasi dalam beragam bentuk media, sosialisasi dan advokasi kepada para pemangku kepentingan.

DOK. POKJA AMPL

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

10

Juni 2010Juni 2010

Pemahaman tentang pen-tingnya data dan infor-masi sebenarnya telah lama berkembang di kalangan pemangku ke-

pentingan AMPL. Hal ini lah yang kemudian mendorong dimulainya pengumpulan dan pendiseminasian data dan informasi oleh Pokja AMPL. Awalnya dilakukan secara sporadik dan berlangsung sekitar 5 tahun, sebelum timbul kesadaran untuk melakukannya dalam suatu langkah yang teratur dan terukur. Pada saat itu lah kemudian muncul ide memben-tuk Pusat Informasi Nasional AMPL sebagai wadah pengumpulan, peng-olahan dan pendiseminasian data dan informasi AMPL.

Ide ini kemudian berkembang subur setelah mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dimulai dengan dukungan Plan Internasional Indone-sia dalam bentuk kerjasama penerbit-an majalah anak-anak Percik Yunior, peluncuran situs Digilib (digital li­brary) AMPL, bahkan berkembang menjadi dukungan dana operasional PIN AMPL nantinya. Pada saat ber-samaan Waspola Facility juga mem-berikan dukungannya dalam bentuk bantuan teknis dan dukungan dana operasional tiga tahun kedepan. Ke-beradaan jejaring AMPL sejak tiga ta-hun lalu juga turut mendorong Pokja AMPL untuk mulai menyosialisasikan ide ini di kalangan pemangku kepen-

tingan AMPL. Sehing-ga kemu-

dian mulai terjalin kerjasama dengan beberapa perpustakaan seperti per-pustakaan kementerian, LSM, proyek bahkan pemerintah daerah.

Kondisi di atas kemudian meya-kinkan Pokja AMPL untuk melaksa-nakan suatu Lokakarya Pengembang-an PIN AMPL sebagai suatu upaya untuk mendapatkan masukan bagi pembentukan PIN AMPL Nasi o-nal. Lokakarya tersebut merupakan

bagian dari kerja bersama antara Pok-ja AMPL, Waspola Facility, Plan In-ternational Indonesia, Jejaring AMPL dan IHE.

Selain itu, diharapkan melalui lokakarya tersebut dapat dijalin ker-jasama diantara pemangku kepenting-an dalam pengembangan PIN AMPL kedepannya. Keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku kepentingan.

PIN AMPL tidak akan mungkin da-pat melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang sedemikian banyak dan masif tanpa bantuan pihak lain. Koordinasi dan kerjasama para pemangku kepen-tingan sangat diperlukan untuk men-capai tujuan bersama yaitu menyedia-kan data dan informasi AMPL yang lengkap, handal, serta mudah diakses oleh semua pihak.

Lokakarya berlangsung pada tang-gal 13 April 2010 di Jakarta yang di-hadiri oleh sekitar 60 peserta terdiri dari wakil pusat data dan informasi, lembaga penelitian, BPS, perguruan tinggi, LSM, proyek, lembaga donor, kementerian, serta media massa. Di-awali dengan sambutan Gary Swisher, Team Leader WASPOLA Facility, yang dalam pidato selamat datangnya men-jelaskan mengapa WASPOLA Faci-lity membantu Pokja AMPL dalam menginisiasi pengembangan PIN ke depan. Sebagai bagian dari kegiat an WASPOLA Facility khususnya da-lam hal memperkuat sinergi program atau proyek, Pokja AMPL be rencana mengembangkan information desk (meja informasi) AMPL, yang di sebut sebagai Pusat Informasi Nasional (PIN), yang bertujuan untuk mening-katkan mekanisme Knowledge Ma­nagement antarpelaku pembangun an AMPL, melalui pengembangan ter-padu sistem publikasi, komunikasi, pendataan, teknologi informasi dan perpustakaan. Terkait dengan hal tersebut, untuk tujuan merancang

Lokakarya Pengembangan PIN AMPL

Upaya Mewujudkan PIN AMPL Nasional

Direktur Permukiman dan Perumahan Bap-penas, Budi Hidayat, ketika membuka acara lokakarya.

DOK. POKJA AMPL

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

11

Juni 2010Juni 2010

PIN sekaligus mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan, Pokja AMPL melaksanakan Lokakarya Pengem bangan PIN.

Sedangkan Budi Hidayat, Direk-tur Permukiman dan Perumahan Bappenas selaku Ketua Pokja AMPL, menyampaikan bahwasanya dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pe-mangku kepentingan sektor Air Mi-num dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) telah mengupayakan adanya sinergi pelaksanaan pembangunan AMPL di Indonesia dalam rangka memperluas, mempercepat dan me-ningkatkan pelayanan sektor AMPL. Upaya sinergi tersebut, tidak saja ditujukan di tingkat implementasi (lapangan), namun juga pada tingkat-an manajerial melalui pengkoordina-sian, pertukaran informasi program atau proyek dan saling dukung (cross support). PIN diharapkan mengini-siasi pertukaran data dan informasi dengan lebih optimal ke depannya sehingga bisa membantu memonitor-ing dan mendorong kinerja cakupan layanan AMPL ke depan.

Konsep dan Desain PIN Menurut Oswar Mungkasa, data

merupakan hal yang paling lemah di AMPL. Semua orang bisa melakukan hal yang sama tetapi tidak ada koor-dinasi, misalnya adanya puskom di masing-masing departemen tetapi ja-rang berbagi informasi. Tiap proyek ada bagian data dan informasi tetapi masing-masing tidak pernah ber-hubungan. Maka hal yang penting dilakukan adalah membuat semua pelaku ini bersinergi

Maka tujuh tahun berselang, Pokja AMPL memulai dengan membuat si-tus, membuat milis dan menerbitkan majalah Percik dengan mulai aktif menghubungi semua proyek, semua

puskom, BPS, walaupun semua tidak terkumpul, tetapi situs ini yang paling lengkap di Indonesia tentang AMPL. Situs AMPL rutin diakses 300 – 400 orang per hari serta perpustakaan maya (digital library) dikunjungi 2.000 orang/hari. Ini menunjukkan bahwa orang memang memerlukan data ten-tang AMPL. Situs lebih sebagai portal, sebagai pintu masuk bagi orang lain untuk mendapatkan informasi

Maka konsep pengembangan PIN pada dasarnya adalah mencip-takan kumpulan dokumentasi segala hal terkait AMPL, diseminasi dengan segala cara dan upaya yang dapat di lakukan (digital library, majalah, milis, newsletter online mingguan dan gerai AMPL, facebook, forum wartawan AMPL). Visi ke depan menjadikan PIN sebagai sumber referensi yang akurat, lengkap, terkini dan terpercaya bagi khalayak luas dalam mencari ber-bagai macam informasi mengenai sek-tor AMPL. Selengkapnya tentang PIN AMPL pada bagian lain edisi ini.

Pengelolaan Pengetahuan (know­ledge management) dan media

Seorang ahli dan praktisi know­ledge management yaitu Carel Keuls dari IHE Delft, serta dua orang prak-tisi media dari tim komunikasi World Bank yaitu Abdul A. Rasyid dan Ran-dy Salim, berkesempatan memberi masukan bagi pengembangan PIN.

Menurut Carel Keuls, pusat akses informasi dan pengetahuan tentang air minum dan penyehatan lingkungan, menjadi sesuatu yang penting dalam mendorong ketersediaan arus infor-masi dan mendorong semakin cepat-nya “proses pembelajaran” di bidang AMPL kepada semua pihak yang ter-libat. Kalau PIN akan menggunakan proses knowledge management, maka pengetahuan sebagai sumber utamanya. Perlu dibedakan

Data merupakan hal yang paling lemah di

AMPL. Semua orang bisa melakukan hal yang

sama tetapi tidak ada koordinasi.

DOK. POKJA AMPL

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

12

Juni 2010Juni 2010

antara data, informasi dan pengeta-huan. Data umumnya bersifat mentah dan apa adanya. Sedangkan informasi adalah data yang sudah diolah dan di-jadikan sesuatu yang bermakna bagi pengguna. Sedangkan pengetahuan adalah kemampuan, kekuatan dan kapasitas personal untuk menjalankan suatu tugas tertentu (mis. meramalkan suatu dampak). Komponen pengeta-huan selain informasi, juga meliputi pengalaman, keterampilan dan sikap. Tantangannya pengetahuan diban-ding informasi yang bisa siap dibuat dalam bentuk “stok pengetahuan” di-gital, tetapi pengetahuan hanya dapat ditransfer lewat proses sosialisasi de-ngan pendekatan dinamis, yaitu “arus komunikasi” yang terus mengalir.

Mengarahkan PIN melalui proses pengetahuan harus melalui beberapa tahapan yang ditandai dengan perta-nyaan antara lain (i) produk dan pro-ses kerjanya?; (ii) dampak yang ingin dicapai?; (iii) bidang pengetahuan

yang dianggap pen-ting?; (iv)

bentuk pengetahuan dan proses pembelajaran yang ingin diatur?; (v) siapa yang akan ter-libat?; (vi) apa saja yang mendorong pertukaran serta berbagi informasi tersebut?; (vii) sarana apa saja yang perlu ditata?; (viii) pendekatan yang terbaik untuk diterapkan bagi bidang pengetahuan tertentu?.

Berdasar dari pengalaman lapan-gan, ciri-ciri dari PIN yang sukses antara lain ditentukan oleh pemi-lihan dan penempatan posisinya serta mo del bisnisnya jelas, kemampuan meng organisir, cara menentukan ke-

butuhan dukungan lewat interaksi dengan kelompok sasaran (layanan berorientasi ke permintaan), men-jaga selalu konsisten, dan menghin-dari dampak serta mengintegrasikan know ledge management ke dalam pro-ses yang berjalan ditambah adanya ja-minan kualitas. Hal-hal penting yang harus dikerjakan adalah menetapkan kelompok sasaran dan cakupannya, dan melibatkan mereka dalam proses. Kemudian hal penting lainnya ada-lah kemampuan penguasaan ICT (penyedia layanan teknologi), ka rena ICT memberikan solusi caranya dan PIN berfungsi sebagai penyedia in-formasi dan pengatur permintaan dan pasokan infiormasi yang dibu-tuhkan pengguna. Apabila PIN akan diarahkan menuju konsep pengelo-laan pengetahuan maka harus diingat prinsip siklus pengetahuan yaitu bah-wa temukan-ciptakan, kelola, berbagi informasi, gunakan dan gunakan lagi demikian seterusnya dalam suatu si-klus yang berkelanjutan.

Bentuk layanan yang bisa dise-diakan PIN antara lain (a) layanan informasi yang bisa berupa deskripsi proyek, laporan per tema, evalu-asi proyek, pembelajaran kumpulan pengetahuan tentang AMPL (misal-nya informasi per tema, tanya jawab, diskusi dan newsgroup, majalah online, kepustakaan fisik, layanan referensi dan newsletter); (b) dukungan dan petunjuk (panduan proyek, metode dan teknik, laporan akhir proyek, hasil riset, kampanye dan toolkit un-tuk pendidikan); (c) Layanan dalam bentuk kegiatan (berupa kunjungan lapangan, lokakarya pendalaman, pasar pengetahuan, hari berbagi infor-masi, konferensi, forum dunia maya (virtual).

Abdul A. Rosyid, praktisi komu-nikasi dari World Bank dan mantan jurnalis Metro TV mengaitkan PIN dengan pendekatan media audit (pe-

Ciri-ciri dari PIN yang sukses antara

lain ditentukan oleh pemilihan dan

penempatan posisinya serta model bisnisnya

jelas, kemampuan mengorganisir.

Pembahas dari IHE Delft Belanda, Carel Keuls, dan tim komunikasi World Bank, Abdul A. Rasyid dan Randy Salim, memberikan masukan terhadap konsep PIN AMPL dengan dimoderatori oleh Wiwit Heris (WASPOLA Facility).

DOK. POKJA AMPL

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

13

Juni 2010Juni 2010

mantauan media) untuk memahami isu penting, entitas dan persepsi publik yang sedang terjadi di bidang AMPL. Langkah penting adalah me-netapkan prioritas informasi yang akan dikelola dan didistribusikan oleh PIN. Seperti yang pernah dilakukan oleh World Bank mengenai isu ban-jir. Dari persepsi 32 media massa na-sional dan lokal Jakarta, terlihat topik yang negatif dari media massa menge-nai banjir lebih besar daripada topik positif. Narasumber juga melakukan simulasi mengenai media audit un-tuk AMPL, yang 61% lebih bernada negatif, sedangkan isu yang banyak diangkat adalah sektor limbah dan pengolahannya, dan persepsi publik menunjukkan bahwa itu terkait de-ngan kinerja pemerintah daerah dan pengusaha. Untuk itu, dalam mena-ngani PIN terutama sisi komunikasi-nya, perlu upaya dalam pengembang-an materi publikasinya, pendekatan kepada stakeholder dan distribusi me-dia informasi yang tepat.

Randy Salim menambahkan da-lam pengalaman World Bank, men-

jalin kemitraan dengan pengambil keputusan menjadi suatu kunci ke-berhasilan untuk membangun ke-percayaan terhadap positioning PIN. Kemudian bagaimana suatu pusat informasi bukan seperti sesuatu yang angkuh, tetapi rendah hati dan mau berinteraksi dengan pengguna dan para pemangku kepentingannya. Per-lu diupayakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya komunikasi dua arah.

Menambahkan presentasinya, Keuls menyatakan bahwa mencocok-kan kebutuhan akan informasi dan pasokan informasi yang ada bukan hal yang mudah, bahkan relatif sulit tetapi bisa dilakukan. Dalam PIN, idealnya harus jelas siapa yang akan memegang peran sebagai penengah antara orang yang membutuhkan dan orang yang memiliki informasi, termasuk dapat memainkan peran se-bagai penengah yang akan membantu menemukan informasi yang tepat dan dibutuhkan. Peran PIN seharusnya juga disesuaikan dengan kebutuhan informasi dari pemakai yang berbeda. PIN juga harus punya gambaran yang

tepat mengenai konteks in-formasi yang dibutuhkan para pengguna itu, dimana informasi itu dapat ditemukan, dan PIN harus melakukan koordinasi antar keduan-ya. Sifat dan fungsi PIN yang utama adalah sebagai penengah (broker) in-formasi. Tidak ada jawaban yang pal-ing benar, karena menciptakan suatu sistem baru adalah suatu proses, yang kemudian dengan sendirinya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sendiri.

Menurut Randy Salim, tim ko-munikasi World Bank menekankan bahwa perubahan kinerja dimana

Menjalin kemitraan dengan pengambil keputusan menjadi suatu kunci keberhasilan untuk membangun kepercayaan terhadap positioning PIN.

Salah satu kelompok diskusi yang membahas mengenai PIN AMPL.

DOK. POKJA AMPL

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

14

Juni 2010Juni 2010

suatu institusi berusaha tampil lebih rendah diri, dan dalam hal ini World Bank menyadari bahwa dia bukan satu-satunya sumber bantuan. Maka World Bank harus lebih banyak ber-gaul dengan banyak pihak. Kita tidak mau menguasai dan menyetir suatu diskusi atau dialog, kita hanya salah satu pihak yang berperan di dalam proses ini. Maka mengapa dari sistem informasi terpusat kemudian dikem-bangkan menjadi sistem informasi yang terdistribusi ke pihak-pihak mi-tra lain dari World Bank yaitu univer-sitas-universitas.

Keuls menambahkan bahwa ter-dapat perbedaan mengenai apa yang anda baca atau tersedia di media de-ngan data riset. Akses untuk menda-patkan data faktual mengenai apa yang mengakibatkan terjadinya suatu situasi tidak dapat anda dapatkan be-gitu saja dari media. Untuk memecah-kan masalah tersebut, anda perlu tahu darimana anda harus mulai. Mungkin PIN dapat memainkan peran untuk menjadi semacam penyimpan data dan info yang independen. Hal lain yang cukup penting adalah upaya bagaimana kita mendidik para war-tawan untuk menulis dengan tepat mengenai masalah-masalah air bersih dan sanitasi, misalnya.

Peran kunci PIN adalah seba-gai sumber sekaligus saluran, berarti PIN tidak bermaksud membuat se-suatu yang baru, tetapi lebih sebagai semacam portal informasi. Menurut pendapat Nugroho Tri Utomo (Bap-penas), pertemuan ini diselenggara-kan untuk melakukan positioning un-tuk PIN, karena tidak perlu menjadi formal dan frontal dengan institusi dengan fungsi serupa yang sudah ada. Kalau ada pertanyaan posisi nya dima-na, pusat informasi modern sekarang sudah punya ciri-ciri yang lebih inde-

penden.

PIN adalah komunitas data, tidak ada standar, tidak ada format, tidak ada kualitas data tetapi bisa berkore-lasi dengan lembaga kompeten yang ada untuk sistem validasi. Ada premi­um service, misal untuk analisa data. PIN bisa membuat profil real time in­formation (informasi profil seketika),

dan hal ini tentu akan menarik pengguna.

KesimpulanPada dasarnya konsep

PIN AMPL ini memang tidak mulai dari nol, tetapi mengem-bangkan sumber daya yang telah ada. Meski demikian, gagasan ini perlu diungkapkan untuk menggalang ke-terlibatan dan partisipasi banyak pihak dalam pengelolaannya. Pelibat-an para pemangku kepenting an da-pat dilakukan dengan menyiner gikan sumber daya yang telah me reka miliki. Selain itu, perlu dilakukan pula kajian terhadap kebu tuhan target sasaran, se hingga pengembangan PIN AMPL ini sesuai dengan apa yang dibutuh-kan oleh publik.

Terkait dengan pendanaan, untuk lima tahun ke depan, PIN AMPL ini akan didukung oleh WASPOLA Faci-lity. Untuk itu, perlu dipikirkan secara matang mengenai pengorganisasian dan pengelolaannya, agar PIN AMPL ini bisa bersifat independen.

Seperti yang telah ditekankan sebelumnya, peran PIN AMPL nanti-nya tidak akan menggantikan posisi

pusat-pusat data, tapi lebih ke media-si. Persoalannya, yang harus dilakukan adalah dalam membuat PIN AMPL separtisipatif mungkin. Namun, jika bersentuhan dengan birokrasi pe-merintah, mau tidak mau posisi PIN AMPL juga menjadi bersifat birokra-tis dan tidak lagi independen. Untuk itu, dipikirkan kembali bagaimana posisi PIN yang paling enak.

Selain itu, Keuls juga menekankan bahwa dari sudut pandang knowledge management, PIN harus mengerti dan menyadari siapa dan informasi apa yang dibutuhkan. PIN bisa mem-fasilitasi kegiatan pertemuan untuk sosialisasi dan pengumpulan penge-tahuan. Tentunya hal tersebut tidak mudah dilakukan, oleh karena itu, pertukaran informasi dengan sumber-sumber perlu dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.

Untuk dapat segera menjalankan fungsi-fungsinya, terdapat dua hal yang perlu segera ditindaklanjuti, yak-ni membentuk tim kecil dan segera melakukan kajian terhadap kebutuh-an target sasaran. Forum kemudian menyepakati beberapa hal:

Membentuk tim kecil untuk me-1. ru muskan konsep PIN yang ber-anggotakan dari perwakilan pe-serta diskusi dari masing-masing kelompok, yaitu dari Rositayanti Hadisoebroto (Universitas Tri-sakti), Erita Christiani (CKNET-Ina), Edward (Puskom PU), Naldi (Litbang Depdagri), Alwis Rustam (USDP), dan Dini Haryati (Sekre-tariat Pokja AMPL);Untuk ke depannya, yang perlu di-2. lakukan adalah penjajakan dengan target sasaran PIN untuk melihat kebutuhan (knowing demand), misal melalui kuesioner ke daerah-daerah. Dengan demikian nantinya akan terlihat kebutuhan yang belum ter-layani oleh layanan informasi AMPL yang telah ada saat ini.

Pada dasarnya konsep PIN AMPL ini memang tidak mulai dari nol,

tetapi mengembangkan sumber daya yang

telah ada.

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

15

Juni 2010Juni 2010

Jika kita mengunjungi situs International Reference Cen-ter (IRC) International Water and Sanitation Centre, segera terbaca motto mereka yaitu

menjembatani kesenjangan pe-ngetahuan dan belajar bersama mitra tentang air, sanitasi dan higinitas ber-biaya rendah di negara berkembang. Sangat kental nuansa pengelolaan pengetahuan (knowledge manage­ment). Upaya ini dimulai sejak 1968 ketika IRC terbentuk, dan tetap kon-sisten sampai saat ini.

IRC dibentuk oleh World Health Organization (WHO) dan pemerin-tah Belanda sebagai salah satu pusat kerjasama WHO. Sejak terbentuknya, IRC International Water and Sanita­tion Centre telah banyak memfasilitasi kegiatan pembelajaran, promosi, dan pemanfaatan pengetahuan sehingga pemerintah, professional, dan organ-isasi dapat mendukung secara lebih

baik penduduk miskin, di negara berkembang untuk mendapatkan air, dan sanitasi.

Saat ini IRC dikelola oleh 61 pe-gawai yang berasal dari beragam ke-bangsaan, bidang keilmuan terkait air dan sanitasi, termasuk sains, teknolo-gi informasi, sosiologi, anthropologi, ekonomi, dan publisistik. Sebagian besar pegawai bekerja sebagai fasili-tator, IRC telah menjalin kemitraan dengan beragam jaringan interna-sional.

IRC telah menjadi yayasan oto-nom sejak tahun 2006, mengakhiri keterikatan dengan pemerintah Be-landa. Untuk itu, badan pengawas dibentuk sebagai badan pengelola tertinggi, dengan dewan direktur ber-tugas sebagai pengelola operasional.

Lingkup kerja IRC mencakup ber-bagi pengetahuan, diseminasi berbiaya rendah, dan fasilitasi pusat informasi di negara berkembang.

Sejarah Panjang Empat DekadePerjalanan panjang IRC secara

umum dapat dibagi dalam empat dekade dengan fokusnya masing-masing yaitu (i) 1968-1979 terutama pada pengembangan teknologi; (ii) 1980-1990 berubah orientasi men-jadi partisipasi masyarakat; (iii) 1990-2000 berubah menjadi pengelolaan air minum perdesaan oleh komunitas, dan perhatian terhadap sanitasi mulai muncul; (iv) 2000-2008 berkembang menjadi pendekatan terpadu air, sani-tasi dan higinitas dengan fokus lebih pada keberlanjutan dan pengurangan kemiskinan.

Pada dekade pertama (1968-1979), pekerjaan masih berupa pen-dokumentasian dan baru pada akhir dekade pertama lah dimulainya kemi-traan dengan lembaga lain. Jum-lah pegawai berkembang dari hanya dua menjadi 17 pegawai .

Sejarah Panjang IRC:

Belajar Dari Portal Kelas Dunia

ISTIMEWA

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

16

Juni 2010Juni 2010

Walaupun demikian beberapa tong-gak penting telah berhasil dicanang-kan diantaranya IRC newsletter di-luncurkan (1970). Pada dekade beri-kutnya (1980-1990), pekerjaan tidak lagi sekedar pendokumentasian tetapi juga telah merambah publikasi dan pelatihan. Salah satu publikasi yang laris adalah buku Small Communities Water Supply (1981). Selain itu, berhasil diter-bitkan Intermediate Thesaurus on Commu­nity Water Supply and Sanitation for Develop­ing Countries (1983), yang diikuti INTER­WATER Thesaurus for Community Water Supply and Sanitation, (1987) dalam beberapa bahasa. Pelatihan juga telah dimulai pertama kali pada tahun 1986.

Kemitraan lokal dan internasional dimulai pada dekade ketiga (1990-2000). Sepanjang tahun 1991-1997, IRC mengelola kelompok kerja In­formation Management, sebagaimana kelompok kerja internasional Informa­tion, Education and Communication (IEC) dari WSSCC, yang mengem-bangkan beragam perangkat komu-nikasi dan advokasi. Sementara sejak 1998, berita elektronik Source Water and Sanitation News diterbitkan.

Pada dekade terakhir (2000-2008) pengelolaan sumber daya air telah bergeser dari tingkat masyarakat men-jadi tingkat pemerintah daerah. Selain itu, sejak 2007, IRC menjadi institusi otonom dan beralih ke pasar untuk memperoleh dana. Pencapaian utama adalah pada periode 2001-2007 ber-hasil mendapatkan kontrak pengelo-laan WELL Resource Centre Network on water, sanitation and environmen­tal bekerja sama dengan 8 negara

berkembang.

Terkait dengan Indonesia, pada saat ini IRC sedang menjalin kemi-traan dengan SIMAVI dalam mem-bantu pemantauan dan pendoku-mentasian kemajuan program higini-tas, air dan sanitasi di 9 kabupaten di Indonesia Timur.

ProdukIRC menyedia-

kan berita pemba-ngunan dan kegiatan di bidang air dan sanitasi. Selain itu, juga menawarkan akses bagi masyarakat umum terhadap in-

formasi dan perang-kat interaktif, termasuk layanan tanya jawab.

Sejumlah produk IRC sebagai sebuah pusat informasi diantaranya:

PublikasiSelama bertahun-tahun IRC

menerbitkan lebih dari 100 buku, pamflet dan makalah. Keseluruhannya tersedia secara on line.

DigilibPara pengelola IRC menyadari

dalam proses transformasi dimasa de-pan, perpustakaan akan menjadi per-pustakaan digital sepenuhnya. Dalam kasus tidak tersedia file elektronik, disediakan alamat email yang dapat dihubungi.

Transformasi ke dalam perpusta-kaan digital telah dimulai tahun lalu. Berbagai promosi dan pemanfaatan pengetahuan dan informasi telah di-fasilitasi oleh IRC sejak berdirinya pada tahun 1968. Pada tahun 1984 mulai dibuat untuk katalog perpusta-kaan digital, dan pada 2001 katalog ini dapat diakses di Internet.

Perpustakaan digital IRCDOC (perpustakaan digital IRC) merupa-kan ujung tombak layanan IRC, yang

memiliki 16.000 dokumen teks leng-kap siap pakai. Keberadaan IRCDOC bermanfaat untuk meningkatkan pe-luang berhubungan dengan organisasi lain, meningkatkan aksesibilitas mela-lui mesin pencari Google, meningkat-kan nilai tambah dari informasi IRC. Untuk informasi lebih lanjut tentang layanan perpustakaan digital atau in-formasi lainnya, silakan hubungi [email protected]

IRCDOC diperbarui setiap hari dan menyediakan sekitar 16.000 ref-erensi dokumen termasuk 2.100 buku, 5.500 laporan, 2.900 jurnal artikel dan makalah konferensi, 660 manual pelatihan.

InterWATER ThesaurusThe Tesaurus InterWATER da-

pat digunakan untuk informasi pengindeksan; untuk mencari atau mengambil informasi; dan sebagai penterjemah

InterWATER organisasiInterWATER menawarkan in-

formasi tentang lebih dari 650 orga-nisasi dan jaringan dalam penyediaan air dan sanitasi yang berhubungan dengan negara-negara berkembang. Setiap organisasi memiliki gambaran singkat, rincian kontak, e-mail dan alamat situs Web, dan situs terkait yang berlaku.

Jasa konsultasi dan pelatihanBentuk layanan berupa dukungan

teknis IRC dalam pengembangan, perumusan, penilaian dan evaluasi program, berpotensi dikombinasikan dengan berbagai kegiatan pengem-bangan kapasitas.

Layanan PerpustakaanIRC menyediakan berbagai layan-

an informasi dan dokumentasi yang berkaitan dengan air dan sanitasi di negara-negara berkembang.

CD

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

17

Juni 2010Juni 2010

1. Situs atau Portal AMPL. Situs AMPL yang berala-matdihttp://www.ampl.or.idiniberisikanberba-gai macam informasi terbaru yang terkait dengan

masalah air minum dan penyehatan lingkungan yang akan diperbaha-ruisetiapharilayaknyasitus kantor berita atau harian. Situs ini berfungsi sebagai situs induk bagi situs lainnya yang dikelola oleh Pokja AMPL yaitu:

a. Digital Library (http://www.digilib-ampl.net). Merupakan portal bahan pustaka yang ber-fungsi sebagai sumber data dan informasi yang handalbagipemangkukepentinganAMPL.Tersedia beragam bentuk informasi mulai dari kliping, makalah, buku, disertasi, karya ilmiah dan lainnya yang terkemas secara elektronik. Kelebihan dari situs ini adalah bahwa informasi yang tersaji merupakan gabungan lebih dari 20 perpustakaan di Indonesia yang membentuk jejaring pustaka AMPL.

b. Situs jejaring AMPL. Situs jeja-ring AMPL merupakan sebuah situs yang dibuat guna memfa-silitasi sejumlah arus informasi yang diperuntukkan bagi sejumlah stakeholders atau pemangku kepen-tingandalambidangAMPL. Situs jejaring AMPL ini beralamat di http://www.jejaring-ampl.org

c.SitusWESUNICEF.SitusWaterEnviron-mentandSanitationUNICEFmerupakansitus yang dibuat atas prakarsa Pokja AMPL bekerjasama dengan WES-UNICEF untuk memberikan informasi secara luas kepada

masyarakat mengenai program WES UNICEF yang mencakup 31 kabupaten/kota di Indone-siaTimur.Situsiniberalamatdihttp://www.wes-riunicef.org

d. Situs STBM. Salah satu program andalan pemerintah dalam rangka mencapai target MDGs dan RPJMN adalah Sanitasi Total Berba-sis Masyarakat (STBM). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi sanitasi dengan menjadikan masyarakat sebagai subyek. Situs STBM dimaksudkan sebagai sumber informasi terkinitentangSTBM.Alamatsitusdihttp://www.stbm-indonesia.org

e. Situs AMPL Yunior. Disadari sepenuhnya bahwa pembangunanAMPLtidakhanyamenyangkutaspekfisiktetapijugaaspekperubahanperi-laku. Perubahan perilaku itu sendiri sebaiknya

dimulai sejak dini. Situs ini dimaksudkan seba-gai sumber informasi bagi anak-anak maupun pemangkukepenting-an yang berhubungan dengan program AMPL. http://yunior.ampl.or.id

e. Situs Pokja AMPL daerah. Saat ini telah terbentuk sekitar ham-

pir 200 Pokja AMPL kabupaten/kota maupun propinsi. Pokja AMPL nasional memandang perlu untuk mewadahi data dan informasi terkait seluruh kegi-atan Pokja AMPL daerah. De-ngan demikian, terjadi proses

pertukaran pengalam an diantara Pokja AMPL daerah maupun dengan pemangkukepentinganlainnya.http://dae-rah.ampl.or.id

Produk PIN AMPL

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

18

Juni 2010Juni 2010

2. Majalah. Pada saat ini Pokja AMPL telah mener-bitkan dua majalah yaitu Percik dan Percik Yunior. - Majalah Percik merupakan majalah yang diter-

bitkanolehPokjaAMPLsetiaptigabulansekalisecara teratur. Majalah yang telah hadir sejak tahun 2003 ini merupakan media yang sangat efektifyangdapatdipergunakanolehPokjaAMPL dalam bertukar informasi, pengalaman antarpemangkukepentingandibidangAMPL.Majalah ini dicetak dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, dengan oplah mencapai 7.500 eksemplar. Selain itu, juga diterbitkan edisi khusus dengan tema ter-tentu yang merupakan hasil kerjasama dengan pemangkukepentingan.Sampaisaatinitelahditerbitkan 3 edisi khusus, dan dalam waktu dekat akan terbit 4 edisi khusus lainnya.

- Majalah Percik Yunior, merupakan hasil ker-jasamadenganPlanInternationalIndonesiadan diterbitkan 4 kali setahun. Sampai saat ini telah mencapai 15 edisi, dengan oplah 17.500 eksemplar.

3. Kliping Bulanan. Kliping bulanan merupakan kumpulanberitamaupunartikelyangberasaldarimedia cetak dan internet yang terkait dengan masalah AMPL. Pencarian materi kliping dilaku-kansetiapharimelaluibeberapasitussuratkabar terkemuka, maupun dengan berlangganan informasi dari kantor berita nasional. Klipingnya sendiriditaruhdimilisAMPLsetiaphari.

4. Paket Informasi dalam CD. Beberapa paket infor-masidikemasdalambentukCDsepertiPercik,data,regulasi,kliping,newsletter,panduanyangdisampaikan secara regular.

5. News Letter.Newsletterditerbitkandalamduaversiyaitucetak(bulanan)danonline(ming-guan).Versicetakberisikanseluruhkegiatanterkait AMPL baik yang dilakukan oleh Pokja AMPl maupunpemangkukepentinganlainnya.Semen-taraversionlineberisikandatadaninformasiyang disajikan melalui situs-situs Pokja AMPL setiapminggu.NewsLetterinidikirimkanmelaluiemail kepada para anggota milis AMPL secara regular. Disamping dikemas dalam bentuk barang cetakannewsletterAMPLjugadidikemasdalambentuk elektronik yang terintegrasi dengan situs AMPLataudihttp://www.ampl.or.id/newsletter+-

6. Katalog Pustaka AMPL. Pokja AMPL memiliki se-jumlah koleksi pustaka baik dalam bentuk buku, artikelmaupunmakalahyangberkaitandenganmasalahAMPL.Melaluikatalogpustakainitiaporang dapat memperoleh informasi mengenai buku-buku yang dibutuhkan secara lebih mudah.

7. Buku. Beberapa buku telah diterbitkan baik oleh Pokja AMPL sendiri maupun bekerjasama de-nganpemangkukepentinganantaralain;SampahJadikan Kawan, Kumpulan Regulasi Terkait AMPL, Katalog Website, Pembelajaran Pembangunan AMPL di Indonesia, Buku Data Pembangunan AMPL Nasional, Saatnya Masyarakat Berkawan [eko]

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

19

Juni 2010Juni 2010

“Saya harap PIN dapat menjadi portal dan basis data informasi AMPL”

Wawancara

Sebagaimana diketahui bahwa pengembangan PIN AMPL diinisiasi oleh Pokja AMPL sejak be-berapa tahun yang lalu. Terkait dengan itu, Percik

berkesempatan mewawancarai Budi Hidayat dalam ka-pasitasnya sebagai Ketua Pokja AMPL berkenaan dengan keberadaan PIN AMPL.

Pertanyaan: Apa yang bisa dimaknai dari Pembangunan AMPL

dalam kurun waktu lima tahun ini?Jawaban: Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan

telah berlangsung cukup lama. Telah banyak pembela-jaran dan pencapaian yang diraih, terutama dalam lima tahun terakhir. Namun demikian, disadari juga bahwa hasil pembangunan ini masih belum optimal dan perlu ditingkatkan. Salah satu kendala utama yang dihadapi dalam pembangunan AMPL selama ini adalah kurangnya ketersediaan data dan informasi terkait sektor air minum dan penyehatan lingkungan yang lengkap dan handal. Kita semua menyadari bahwa dalam pelaksanaan pembangunan, ketersediaan data dan informasi yang handal, akurat, lengkap serta gampang untuk diakses merupa-kan suatu hal yang mutlak diperlukan.

Selain itu, terutama dalam ku-

run lima terakhir, banyak sekali pembelajaran maupun pencapaian pembangunan AMPL yang harusnya terdo-kumentasikan dan terinformasikan dengan baik kepada masyarakat dan pemangku kepentingan, sehingga isu AMPL dapat menjadi salah satu isu utama dalam konteks pembangunan nasional.

Pertanyaan: Apa tantangan terbesar dalam pembangunan AMPL

hingga saat ini?Jawaban:Salah satu tantangan terbesar dalam penanganan

AMPL di Indonesia terutama terkait sanitasi yaitu mer-ubah pemahaman dan perilaku masyarakat tentang sani-tasi. Penanganan sanitasi antara lain dengan melakukan edukasi dan sosialisasi kepada generasi muda. Kami akan terus melakukan edukasi dan sosialisasi sanitasi kepada anak-anak berumur 15 tahun ke bawah untuk merubah cara pikir dan perilakunya.

Selain generasi muda, sasaran edukasi sanitasi lainnya ialah kaum perempuan terutama para ibu, hal tersebut terkait perilaku para ibu yang senang bercerita kepada keluarga, sehingga bila sang ibu telah mendapatkan pengetahuan yang baik ten-tang sanitasi maka akan ditularkan kepada anak dan suaminya.

Pentingnya perubahan pemahaman dan pe-rilaku masyarakat ini sangat penting.

Dicontohkan program pemerin-tah Sanitasi oleh Masyarakat

Budi Hidayat, Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas

DOK. POKJA AMPL

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

20

Juni 2010Juni 2010

(Sanimas) di pedesaan. Program tersebut dinilai berhasil meningkatkan penggunaan sarana sanitasi dasar seperti jamban oleh masyarakat desa. Demikian juga dengan program Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang dikembangkan di 330 Kabupaten atau Kota.

Dengan pendekatan yang intensif kepada masyarakat maka terbukti terjadi perubahan pemikiran dan tingkah laku. Seperti kejadian satu desa dimana awalnya peng-gunaan jamban hanya 30 persen dengan edukasi secara menerus jumlah tersebut menjadi 100 persen dalam ku-run waktu 29 – 90 hari.

Pertanyaan:Terkait dengan rencana pembentukan

PIN AMPL, apa yang menjadi dasar ? Jawaban: Berangkat dari kebutuhan akan terse-

dianya data dan informasi yang dapat di-diseminasikan dengan baik tersebut, Pokja AMPL Nasional tengah mengembangkan sebuah Pusat Informasi berskala nasional di bidang AMPL. Pusat Informasi Nasional (PIN) AMPL ini nantinya saya harapkan merupakan suatu resource center yang me-ngumpulkan, mengelola, dan mendiseminasikan data dan informasi yang terkait dengan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Diharapkan keberadaan PIN AMPL ini akan membantu para pemangku kepentingan dalam mendapatkan data dan informasi terkait.

Satu hal yang harus ditegaskan, keberadaan PIN tidak akan berarti tanpa adanya dukungan dari para pemangku kepentingan. Hampir tidak mungkin bila PIN AMPL sendirian melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang sedemikian banyak dan masif. Un-tuk itulah, guna mewujudkan PIN AMPL sebagai pusat informasi berskala nasional di bidang AMPL, dukungan para pemangku kepentingan sangat diharapkan. Koordi-nasi dan kerjasama antara pusat data, informasi, dan ko-munikasi dari berbagai lembaga terkait sangat diperlukan untuk mencapai tujuan bersama yaitu menyediakan data dan informasi AMPL yang lengkap, handal, serta mudah diakses oleh semua pihak.

Pertanyaan: Bagaimana keterlibatan para pemangku kepentingan

lain di PIN AMPL nantinya?Jawaban:Saya harapkan setelah lokakarya yang lalu terben-

tuk konsep PIN AMPL yang telah disepakati oleh para pemangku kepentingan AMPL dan ka-

langan luas, sekaligus untuk

mendapatkan masukan dari para pemangku kepentingan tentang pengembangan PIN sebagai suatu knowledge management dan resource center, khususnya dalam aspek komunikasi, pendataan, teknologi informasi dan perpus-takaan.

Pertanyaan: Bagaimana peran pemerintah dalam PIN AMPL

nantinya?Jawaban:Tentu saja pemerintah hanya memberi ruang dan juga

akan terus berupaya menjadi katalisator serta berposisi mendorong masyarakat dan pemangku kepentingan agar program pembangunan AMPL menjadi lebih baik.

Karena itu, untuk mewujudkan PIN AMPL ini perlu pendiseminasian informasi secara mas-sif dan berkelanjutan dalam rangka pengarusutamaan pembangunan AMPL. Dengan visi yang jelas yaitu menjadikan PIN AMPL sebagai sum-ber referensi yang akurat, lengkap, terkini dan terpercaya bagi khalayak luas dalam mencari berbagai macam informasi mengenai sektor AMPL. Visi

ini diharapkan menjadi komitmen bersama seluruh pemangku kepentingan AMPL agar tujuan pengarusutamaan pembangun-an AMPL tercapai.

Sedangkan misi dibentuknya PIN AMPL adalah melakukan pengumpulan dan pengelolaan bahan pustaka, melakukan pengumpulan, pengelolaan dan penyajian data AMPL, melakukan pendiseminasian informasi melalui kegiatan-kegiatan komunikasi maupun dengan mengguna-kan media komunikasi dalam bented maupun digital.

Sedangkan tujuannya adalah terbangunnya sistem informasi yang dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi pembelajaran dan pengetahuan (knowledge management) sehingga pengarusutamaan pembangunan AMPL terca-pai. Selain itu, dengan PIN AMPL ini akan semakin ter-jawabnya kebutuhan para pemangku kepentingan, para ahli, aktivis, akademisi, pelaku bisnis dan industri atau swasta serta masyarakat luas tentang apa dan bagaimana mengelola AMPL yang tepat.

Peran dan fungsi PIN nantinya antara lain melakukan pengumpulan dan pengelolaan data dan informasi yang terkait dengan AMPL, menyediakan kebutuhan data dan informasi yang terkait dengan AMPL, menyebarluaskan informasi, temuan dan pesan penting yang terkait dengan AMPL melalui kegiatan komunikasi, advokasi dan relasi media massa lebih intensif.

Mewujudkan PIN AMPL ini perlu

pendiseminasian informasi secara

massif dan berkelanjutan.

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

21

Juni 2010Juni 2010

NEGERI ini baru saja memi-liki UU yang menjamin hak atas informasi. Artinya, ha-

rapan akan terwujudnya pemerintahan yang transparan dan akuntabel sudah terlembagakan. Masyarakat sudah memiliki jaminan hukum yang meng-atur haknya untuk mengakses infor-masi dari badan publik. Mereka da-pat meminta informasi yang dibutuhkan dalam rangka ikut mengawasi jalannya pe-merintahan. Pengesahan UU KIP ini pada tanggal 30 April 2008 juga menjadi akhir dari proses panjang pembahasan-nya. UU ini memerlukan waktu tujuh tahun artinya, baru disahkan se telah DPR dua periode, 1999-2004 dan 2004-2009 untuk menyele-saikannya. UU ini sendiri terdiri dari 14 bab dan 64 pasal, dan baru dinyatakan efektif dua tahun setelah disahkan, yaitu per 1 Mei 2010.

RUU KIP menjadi usul inisi-atif DPR untuk kali pertama pada 2001. Meskipun ada kekurangan, ke-beradaan UU KIP tentu menggembi-rakan. UU KIP memberikan garansi bahwa rakyat sebagai pembayar pajak mendapatkan haknya untuk menda-patkan informasi dari lembaga yang dibiayai dari pajak. UU KIP sebagai salah satu wujud konkrit dari proses demokratisasi di Indonesia.

Keberadaan UU ini juga patut di-

syukuri karena belum banyak negara di dunia yang mempunyai UU sejenis ini. Walaupun era keterbukaan infor-masi telah mulai menjadi arus utama di seluruh dunia namun baru sekitar 50 negara yang mempunyai UU se-jenis ini. Di Asia baru Jepang, Korea Selatan, Pakistan, Pilipina, India dan Thailand yang memilikinya.

Transparansi atas setiap informasi publik membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengendali-kan setiap langkah dan kebijakan yang diambil pemerintah sehingga penye-lenggaraan kekuasaan dalam negara demokrasi dapat dipertanggungjawab-kan kembali kepada rakyat.

Dampak positif UU KIP adalah transparansi dan akuntabilitas ba-dan publik meningkat, akselerasi pem berantasan KKN, optimalisasi perlindung an hak-hak masyarakat terhadap pelayanan publik, tercipta-

nya pemerintahan yang baik dan tata kelola badan publik, serta akselerasi demokratisasi.

Kebijakan DasarMerujuk pada pasal 28F UUD

1945 bahwa setiap orang berhak un-tuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan

pribadi dan lingkungan so-sialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memi-liki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.

ArahSetidaknya terdapat tiga

hal yang ingin dicapai yaitu pengelolaan informasi yang berkualitas, pelayanan infor-masi secara mudah, cepat

dan biaya ringan; kinerja badan publik yang transparan, efektif, efisien dan akuntabel.

Asas dan TujuanSetiap informasi publik bersifat

terbuka dan dapat diakses; harus da-pat diperoleh setiap pemohon dengan cepat, tepat waktu, biaya ringan dan cara sederhana. Walaupun demikian informasi publik dapat dikecualikan sehingga bersifat rahasia.

Regulasi

UU Keterbukaan Informasi Publik

Jadi Harapan Terwujudnya Pemerintahan Transparan dan Akuntabel

DOK. POKJA AMPL

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

22

Juni 2010Juni 2010

Sekilas Isi Undang-UndangInformasi publik adalah informasi

yang dihasilkan, disimpan, dikelola dan/atau dikirim/diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan badan publik lainnya yang sesuai dengan undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Keterbukaan informasi publik me ru pakan sarana dalam mengopti-malkan pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan badan publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada kepentingan publik. Setiap informasi publik bersifat terbu-ka dan dapat diakses oleh setiap Peng-guna Informasi Publik. Oleh ka rena itu, tujuan undang-undang ini dian-taranya untuk menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan proses pengam-bilan keputusan publik, serta alasan pengambilan suatu keputus an publik; mendorong partisipasi masyarakat; mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik; me ningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkung-an badan publik.

Hak dan KewajibanHak pemohon adalah memper-

oleh informasi, melihat dan mengeta-hui informasi publik, menghadiri per-temuan publik, mendapatkan salinan informasi, menyebarluaskan informa-si, mengajukan permintaan disertai alasan, dan mengajukan gugatan.

Hak badan publik berupa meno-lak member informasi yang bersifat rahasia, atau tidak sesuai per uu an. Walaupun demikian setiap penolakan harus dengan alasan jelas.

Kewajiban badan publik adalah (i) menyediakan, membe-

rikan dan/

atau menerbitkan informasi publik, yang akurat, benar dan tidak menye-satkan. Selain itu, membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi secara baik, efisien dan dapat diakses dengan mudah.

Klasifikasi InformasiMempertimbangkan banyaknya

informasi maka dilakukan pengklas-ifikasian jenis informasi yaitu (i) in-formasi yang wajib disediakan dan di-umumkan berkala; (ii) informasi yang wajib diumumkan serta merta; (iii) informasi yang wajib tersedia setiap saat; (iv) informasi yang dikecualikan; (v) informasi yang diperoleh berdasar permintaan.

Komisi InformasiDalam peraturan ini juga dise-

butkan mengenai Komisi Informasi, yaitu lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan Undang-Undang ini dan peraturan pelaksanaannya dengan menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik dan me-nyelesaikan sengketa informasi pub-lik melalui media dan/atau ajudikasi non-litigasi.

KeberatanSetiap pemohon informasi publik

dapat mengajukan keberatan secara tertulis kepada atasan Pejabat Penge-lola Informasi dan Dokumentasi. Untuk penyelesaian sengketa melalui mediasi, hal ini merupakan pilihan para pihak dan bersifat sukarela.

Dalam hal pengajuan gugatan da-pat dilakukan melalui pengadilan tata usaha negara apabila yang digugat adalah Badan Publik Negara. Pihak yang tidak menerima putusan PTUN atau Pengadilan Negeri (PN) dapat mengajukan kasasi kepada Mahka-mah Agung paling lambat 14 hari se-jak diterima nya putusan PTUN atau PN.

Ketentuan PidanaUU ini juga mengatur ketentuan

pidana jika seseorang sengaja meng-gunakan informasi publik secara me-la wan hukum, badan publik yang de-ngan sengaja tidak menyediakan, tidak memberikan, dan/atau tidak mener-bitkan informasi publik, termasuk orang yang menghancurkan, merusak dan/atau menghilangkan dokumen informasi publik dengan sengaja

KritikKeberadaan UU ini juga tidak ter-

lepas dari beberapa kritik terhadap be-berapa pasal diantaranya pertama pemo-hon informasi hanyalah warga negara atau badan hukum Indonesia. Ketentuan ini berpotensi menimbulkan diskrimi-nasi informasi. Selain bertentangan de-ngan standar internasio nal yang menya-takan hak mengakses informasi adalah hak semua orang, hal ini juga membuat Indonesia menutup diri dari arus infor-masi global. Kedua, ketentuan keharusan pemohon informasi mencantumkan alas-an saat me minta informasi. Hal ini tidak menjadi masalah jika untuk kepentingan tertib administrasi belaka. Tapi, menjadi persoalan jika keharusan mencantumkan alasan menjadi dalih pejabat dokumenta-si dan informasi untuk menolak permin-taan informasi dari masyarakat. Ketiga, penetapan pasal pengecualian. UU KIP sudah menetapkan serangkai an kategori informasi yang dikecualikan. Sementara kewenangan penetapannya ada pada pe-jabat dokumentasi dan informasi mela-lui pengujian yang mempertimbangkan baik buruknya bagi kepentingan publik. Jika pene tapan sebuah informasi masuk kate gori dikecualikan tidak berhati-hati, undang-undang ini justru akan mem-belenggu hak masyarakat mengetahui informasi publik. Kita memang masih dapat mengajukan keberatan penetapan informasi yang masuk kategori dikecuali-kan melalui komisi informasi atau peng-adilan negeri [Dewi/Eko/OM]

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

23

Juni 2010Juni 2010

Menteri Kesehatan RI dr. Endang Rahayu Sedyan-ingsih, MPH, DR. PH.

mengajak seluruh jajaran kesehatan, masyarakat, sektor usaha dan kom-ponen bangsa untuk saling bersinergi dalam meningkatkan kualitas kesehat-an lingkungan. Hal ini disampaikan Menkes dalam pidatonya di hadapan seluruh jajaran Departemen Kesehat-

an pada apel Peringatan Hari Kesehat-an Nasional ke-45, yang diperingati pada setiap tanggal 12 Nopember, dan pada tahun ini mengusung tema ”Lingkungan dan Sanitasi Sehat Rakyat Sehat”.

Menurut Menkes, kesehatan ling-kungan yang ditandai dengan keter-sediaan dan akses air bersih, akses sanitasi, pengendalian polusi udara

dan perilaku hidup bersih dan sehat, masih menjadi tantangan yang cukup besar di bidang kesehatan. Padahal kesehatan lingkungan berkaitan erat dengan kesehatan ibu dan anak, sta-tus gizi masyarakat serta pencegahan penyakit menular, yang merupakan penentu status kesehatan masyarakat dan berdampak pada kualitas bangsa.

Mengutip hasil Riset Kesehatan

Agenda

Hari Kesehatan NasionalLingkungan dan Sanitasi Sehat,

Rakyat Sehat!

ISTIMEWA

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

24

Juni 2010Juni 2010

Dasar 2008 yang di-lakukan Kantor Ke-menterian Kesehatan (Kemenkes), Menkes mengatakan bahwa 24,8% rumah tangga masih tidak menggu-nakan fasilitas buang air besar, dan 32,5% tidak memiliki saluran pembuangan air limbah.

”Dalam momentum peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-45, kita harus berupaya secara terus-menerus untuk melakukan peningkatan dan perbaikan dalam meningkatkan ling-kungan sehat. Salah satu indikator kinerja Kementerian Kesehatan pada tahun 2014 bidang kesehatan ling-kungan yaitu tercapainya program air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan peningkatan sanitasi dasar berkualitas baik untuk 75% penduduk. Dengan demikian, penya-kit-penyakit yang dapat ditimbulkan karena lingkungan yang tidak sehat seperti diare, ISPA, TBC, malaria, frambusia, demam berdarah dan flu burung diharapkan akan menurun.” kata Menkes.

Menkes menambahkan, upaya peningkatan kualitas dan kesehatan lingkungan mencakup penyediaan ke-butuhan akan ketersediaan air minum dan sanitasi; peningkatan perilaku higienis; pengembangan kabupaten/kota sehat; pengendalian bahan ber-bahaya dan logam berat; penanganan limbah rumah tangga, industri dan institusi pelayanan kesehatan, seper-ti Rumah Sakit dan Puskesmas serta penanganan kedaruratan lingkungan dalam situasi bencana. Upaya-upaya tersebut dan upaya membuat rakyat sehat, lanjut Menkes, tidak mungkin dilaksanakan oleh bidang kesehatan secara sendirian dan untuk itu me-merlukan dukungan dan sinergi dari

masyarakat, jajaran ke-sehatan,

sektor swasta dan dunia usaha, serta berbagai komponen bangsa.

Perilaku Sehat Bagi masyarakat

luas, Menkes me-nyerukan pentingnya perilaku sehat. Men-kes menyampaikan bahwa lingkung an se-

hat merupakan cermin perilaku se-hat, yang menunjukkan kemandirian masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatannya, yang dengan dukungan pelayanan ke-sehatan yang bermutu dapat mening-katkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal.

Bagi jajaran kesehatan, Menkes menghimbau agar memiliki prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. ”Kita perlu mengembangkan paradigma baru di jajaran kesehatan, jika masyarakat sebelumnya ditempatkan sebagai obyek pelayanan kesehatan, saat ini mereka harus didorong dan diberdayakan un-

tuk mampu sebagai subyek dan mampu secara mandiri dalam menjamin ter-penuhinya kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan. Jajaran kesehatan juga diharapkan dapat mengembang-kan berbagai prakarsa dalam memba-ngun lingkungan sehat dengan melibat-kan masyarakat seperti kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat dan pengem-bangan wilayah/kawasan sehat.”

Bagi masyarakat, sektor swasta dan dunia usaha, Menkes menekankan perlunya kemitraan dalam mencegah dan menyelesaikan masalah kesehat-an disamping keterlibatan penyedia layanan kesehatan dan lintas sektor. Berbagai komponen bangsa diharap-kan dapat membentuk aliansi-aliansi gerakan masyarakat sehat untuk ber-peran aktif dalam mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehat-an, dan siap menjadi barisan terdepan sebagai modal kekuatan bangsa untuk memelihara dan meningkatkan de-rajat kesehatan masyarakat serta men-jadikan kualitas bangsa yang bermar-tabat [Eko/Humas Kepmenkes]

Setiap tahun pada tanggal 11 April dilangsungkan

perayaan hari Kesehatan Dunia, yang sekaligus merupayakan tanggal terbentuknya World Health Organization (WHO). DI Indonesia, puncak peringatan Hari Kesehatan Sedunia (HKS) ke-62 tahun 2010 dipusatkan di Pasar Modern Bumi Serpong Damai (BSD) Kota Tangerang Selatan.

Tahun ini Peringatan Hari Kesehatan Sedunia mengambil tema “Kota Sehat, Warga Sehat” hal ini sesuai dengan tema global

yang ditetapkan oleh WHO “Urbanisasi dan Kesehatan”. Penetapan tema nasional ini untuk mengingatkan semua pihak bahwa dampak urbanisasi terhadap ke-sehatan sangat bermakna apabila tidak dikelola secara baik serta akan

mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.

Dalam sambutannya, Menteri Kesehatan, dr.Endang Rahayu Sedyaningsih,MPH,Dr.PH menya-takan bahwa masalah kesehatan yang terjadi di perkotaan lebih kompleks dan beragam.Masalah kesehatan

Hari Kesehatan se Dunia ke 62

Lingkungan sehat merupakan cermin

perilaku sehat, yang menunjukkan

kemandirian masyarakat.

ISTIMEWA

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

25

Juni 2010Juni 2010

yang seringkali terjadi di masyarakat meliputi berbagai penyakit infeksi dan menular, kurang gizi dan penya-kit yang terkait de ngan lingkungan buruk. Hal tersebut diperparah de-ngan buruknya sanitasi dan kebersih-an serta kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan.

Selain itu, masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat seperti timbulnya berbagai macam penyakit degena rif, penyakit/kelainan mental, penya lahgunaan obat/NAPZA dan minum an keras, penyakit karena

keke rasan dan kecelakaan, permukim-an kumuh, pencemaran udara, air dan tanah serta perilaku menyim-pang.

Lebih lanjut Menkes menga-takan bahwa munculnya berbagai masalah kesehatan di perkotaan merupakan akibat dari berbagai faktor seperti tingginya jumlah pen-duduk yang kurang memiliki akses kesehatan, pengangguran, serta perubahan lingkungan karena tidak dapat menampung akibat arus ur-banisasi tersebut. Untuk merespon

dampak urbanisasi ini, pemerintah berupaya mengembangkan kota yang berwawasan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.

Peringatan Hari Kesehatan Se-dunia ke-62 tahun ini mempunyai slogan “1000 Kota, 1000 Kehidup-an” yang mengandung makna ajakan dan motivasi kepada pimpinan dan para penentu kebijakan agar dapat merumuskan dan menerapkan kebi-jakan publik berwawasan kesehatan.

(www.pusat-intelegensia.com)

Pada sekitar tahun 1960-an malaria merupa-kan salah satu penyakit rakyat yang berkem-bangdengansubur.Ratusanribujiwamati

akibat malaria. Berdasarkan penyelidikan dan pengalaman, sebenarnya penyakit malaria di Indo-nesia dapat dilenyapkan. Untuk itu cara kerja harus dirubah dan diperbarui. Maka pada September 1959 dibentuk Dinas Pembasmian Malaria (DPM) yang kemudian pada Januari 1963 dirubah menjadi Komando Operasi Pembasmian Malaria (KOPEM). Pembasmian malaria tersebut ditangani secara serius oleh pemerintah de-ngan dibantu oleh USAID dan WHO. Direncanakan bahwa pada tahun 1970 malaria hilang dari bumi Indonesia.

Pada akhir tahun 1963, dalam rangka pembasmian malaria dengan racun serangga DDT, telah di-jalankan penyemprotan rumah-rumah di seluruh Jawa, Bali dan Lampung, sehingga sekitar 64,5 juta penduduk telah mendapat perlindungan dari kemung-

kinan serangan malaria. Usaha itu juga dilanjutkan dengansurveilansyangberhasilmenurunkan”para-site index” dengan cepat, yaitu dari 15 % menjadi hanya 2%.

Pada saat itulah, tepatnya pada tanggal 12 No-vember1964,peristiwapenyemprotannyamukmalaria secara simbolis dilakukan oleh Bung Karno selaku Presiden RI di desa Kalasan, sekitar 10 km disebelahtimurkotaYogyakarta.Meskipunpe-ristiwanyasendirimerupakanupacarasimbolispe-nyemprotan nyamuk, tetapi kegiatan tersebut harus

dibarengi dengan kegiatan pendidikan atau penyuluh-an kepada masyarakat. Peristiwaitukemudiandikenal sebagai Hari Ke-sehatan Nasional (HKN), yangsetiaptahunterusmenerusdiperingatisampaisekarang. Sejak itu, HKN dijadikan momentum untuk melakukan pendidikan/pe-nyuluhan kesehatan kepada masyarakat.

www.promosikesehat an.com

Penetapan Hari Kesehatan Nasional

ISTIMEWA

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

26

Juni 2010Juni 2010

Hari Bumi yang diperingati setiap tanggal 22 April, me-nandai hari lahirnya sebuah

perubahan pergerakan kepedulian terhadap lingkungan tahun 1970-an. Hari Bumi lahir diprakarsai oleh se-orang senator Amerika Serikat, Gay-lord Nelson. Saat itu ia melakukan protes secara nasional terhadap ka-langan politik terkait permasalahan lingkungan. Ia mendesak agar isu-isu tersebut dimasukkan dalam agenda nasional.

Bumi sekarang ini telah berubah dengan cepat. Manusialah yang memicu perubahan ini dengan ter-us memproduksi Gas Rumah Kaca (GRK) dalam aktifitas kesehariannya seperti karbondioksida (CO2), meta-na (CH4), dinitro oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluoro-karbon (PFC), sampai sulfur heksa-fluorida (SF6).

GRK menyebabkan radiasi sinar matahari yang dipantulkan kembali

oleh bumi ke luar ang-kasa ter-

hambat karena dipantulkan kembali oleh GRK, akibatnya terjadi akumula-si panas di atmosfer bumi, inilah yang di sebut dengan efek Rumah Kaca. Disebut demikian karena peristiwa-nya serupa dengan yang terjadi dalam sebuah rumah kaca (green house) yang biasa digunakan pada kegiatan perta-nian untuk menjaga suhu agar tanam-an di dalamnya tetap hangat.

Meningkatnya konsentrasi GRK menyebabkan peningkatan pada radia-si matahari yang terperangkap dalam atmosfer bumi, akibatnya suhu rata-rata di seluruh permukaan bumi akan

meningkat. Fenomena pening kat an suhu permukaan bumi ini di sebut Pe-manasan Global (Global Warming).

Meningkatnya suhu permukaan bumi akibat pemanasan global me-nyebabkan terjadinya perubahan un-sur-unsur iklim, seperti naiknya suhu air laut, naiknya penguapan di udara, perubahan pada pola hujan dan te-kanan udara, sehingga pada akhirnya merubah pola iklim dunia, fenomena ini dikenal sebagai perubahan iklim

Perjuangan Gaylord Nelson dimu-lai sekitar lebih dari 7 tahun sebelum Hari Bumi pertama. Pada awalnya Gaylord berharap pemikirannya ter-capai melalui kunjungan yang dilaku-kan Presiden Kennedy ke-11 negara bagian pada September 1963, namun dengan beberapa alasan kunjungan tersebut tidak mampu membawa isu lingkungan ke dalam agenda nasional. Upaya terus dilakukan Gaylord untuk merealisasikan idenya. Setelah tur Kennedy, Gaylord melakukan kam-panyenya sendiri ke beberapa negara bagian. Di seluruh pelosok negara,

ISTIMEWA

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

27

Juni 2010Juni 2010

bukti penurunan kualitas lingkungan terjadi di mana-mana. Semua orang menyadarinya, kecuali kalangan poli-tik.

Akhirnya pada musim panas 1969 Gaylord mengetahui bahwa aksi demonstrasi anti-perang Vietnam te-lah menyebar secara luas melalui per-guruan tinggi di seluruh negeri. Dari sana ia mendapat ide untuk melaku-kan hal yang sama dalam kempanye lingkungannya. Ia memilih kalangan bawah dalam melakukan aksi protes terhadap kerusakan lingkungan. Pada

sebuah konferensi di Seattle Septem-ber 1969, Gaylord mengumumkan akan mengadakan demonstrasi secara nasional pada musim semi 1970 atas nama lingkungan dan setiap orang diundang untuk berpartisipasi. Se-telah itu, berbagai surat, telegram, dan telepon mengalir dari seluruh negeri. Warga Amerika akhirnya menemukan sebuah forum untuk mengungkapkan kepeduliannya atas penurunan kuali-tas tanah, sungai, danau, dan udara di lingkungan mereka. Pada 30 Novem-ber 1969 New York Times melapor-kan terjadinya peningkatan aktivitas kepedulian terhadap lingkungan di seluruh negeri terutama di kampus-kampus dan suatu hari untuk peringa-tan permasalahan lingkung an tengah dirancang untuk musim semi menda-

tang yang dikoordinasi oleh Senator Gaylord Nelson. Hal ini menjadi buk-ti keberhasilan perjuangan Gaylord Nelson dalam mengedepankan isu lingkungan sebagai agenda nasional.

Pada tanggal 22 April 1970, ak-hirnya sekitar 20 juta warga Amerika turun ke jalanan serta memenuhi se-jumlah taman dan auditorium untuk mengkampanyekan kesehatan dan keberlangsungan lingkungan. Ribuan mahasiswa berkumpul menentang kerusakan lingkungan. Kelompok-kelompok yang sudah sejak lama

menentang adanya tumpahan min-yak di lingkungan, pabrik-pabrik dan pembangkit listrik penyebab polusi, buruknya saluran pembuangan, pem-buangan bahan-bahan berbahaya, pestisida, jalan raya, hilangnya hutan belantara, serta semakin punahnya ke-hidupan liar menyadari adanya keber-samaan atas perjuangan mereka dari masyarakat.

Hari Bumi pada tahun 1970 te-lah menghasilkan persatuan kalangan politik yang sebenarnya jarang terjadi, yang berasal dari kaum republik mau-pun demokrat, dan berbagai pencam-puran kalangan lainnya. Hari Bumi pertama menjadi awal terbentuknya United States Environmental Protec­tion Agency/US EPA (sebuah badan perlindungan lingkungan Amerika)

dan juga sebagai langkah awal menuju lingkungan dengan udara dan air yang bersih, serta perlindungan terhadap mahkluk hidup.

Pada tahun 1990, peringatan Hari Bumi mulai berkembang secara glo-bal. Sekitar 200 juta orang dari 141 negara di dunia tergerak untuk meng-angkat isu lingkungan dalam skala global. Hari Bumi 1990 pun menjadi titik tolak terlaksananya KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro.

Tahun 2000 Hari Bumi mendapat bantuan dengan adanya internet un-tuk menghubungkan para aktivis di seluruh dunia. Pada tanggal 22 April sekitar 5.000 kelompok pemerhati lingkungan di seluruh dunia merang-kul ratusan juta penduduk di 184 negara yang menjadi rekor baru untuk Hari Bumi.

Berbagai kegiatan diselenggarakan secara bervariasi mulai dari rantaian suara genderang dari desa ke desa di Gabon, Afrika hingga ratusan ribu warga yang berkumpul di National Mall, Washington D.C., Amerika Se-rikat. Hari Bumi 2000 secara keras dan jelas menyerukan pesan bahwa penduduk dunia menginginkan tin-dakan yang cepat dan tegas untuk penggunaan energi yang bersih dan ramah lingkungan.

Dalam rangka memperingati Hari Bumi, tidak ada salahnya kalau manusia yang ada di bumi ini harus “santun” terhadap alam, bisa juga ke-langsungan hidup umat manusia ter-gantung pada “kesantunan” kita pada alam, kita harus bisa membaca dan memahami isyaratnya. Pemanasan global dan kelangkaan pangan adalah salah satu isyarat bagi manusia agar kita “santun” terhadap alam, merawat bumi dengan cara memberi “nutrisi” pada bumi merupakan salah satu contohnya.

ISTIMEWA

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

28

Juni 2010Juni 2010

Tema Hari Air DuniaTemaHari Air Dunia (WorldWaterDay –WWD), setiap tahun ditetapkan oleh PBBberganti-ganti,sesuaidenganisusumberdayaairyangdianggappentingpadasaatitudanperlumendapatkanperhatiandunia.1994: Caring for Our Water Resources is Everyone’s Business (PeduliakanSumberdayaAiradalahUrusanSetiapOrang);1995: Water and Woman(WanitadanAir);1996: Water for Thirsty City(AiruntukKota-kotayangKehausan);1997: The World’s Water: is There Enough?(AirDunia:Cukupkah?);1998: Groundwater – the Invisible Resource (AirTanahSumberDayayangTakTerlihat);1999: Everyone Lives Downstream(SetiapOrangTinggaldiBagianHilir);2000: Water for 21st Century(AiruntukAbad21);2001: Water for Health(AiruntukKesehatan);2002: Water for Development(AiruntukPembangunan);2003: Water for Future(AiruntukMasaDepan);2004: Water and Disasters(AirdanBencana);

PBB dalam Sidang Umum ke-58 bulan Desember 2003 menetapkan, “International De-cade for Action; Water for Life 2005 – 2015”. Tema-tema HAD dalam satu dasawarsa tersebut mendukung “Water for Life”.2005: Water for Life(AiruntukKehidupan);2006: Water and Culture(AirdanBudaya);2007: Coping with Water Scarcity (Mengatasi Kelangkaan Air).2008: Sanitation (Sanitasi) untuk mendukung International Year of sanitation 2009 : Transboundary Water Management (Pengelolaan Air Terpadu)2010: Clean Water for a Healthy World” (Air Bersih untuk Dunia yang Sehat)

Hari Air Sedunia diper-ingati setiap tanggal 22 Maret. Tahun 2010 ini tema besar peringatan bertajuk Clean Water for

a Healthy World (Air Bersih untuk Dunia yang Sehat). Peringatan ini merupakan wa-hana memperbarui tekad kita untuk melak-sanakan Agenda 21 yang dicetuskan pada tahun 1992 dalam United Nations Con­ference on Environment and Development (UNCED) yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, atau secara populer disebut sebagai Earth Summit.

Hari Air Dunia mulai diperingati sejak tahun 1993 oleh negara-negara anggota PBB. Setiap tahunnya, pada Hari Air Se-dunia terdapat tema khusus agar menjadi perhatian bagi warga dunia tentang betapa

pentingnya air sebagai sum-ber kehidupan.

Peringatan Hari Air 2010

Clean Water for a Healthy World (Air Bersih untuk Dunia yang Sehat)

ISTIMEWA

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

29

Juni 2010Juni 2010

Tema Hari Air DuniaTemaHari Air Dunia (WorldWaterDay –WWD), setiap tahun ditetapkan oleh PBBberganti-ganti,sesuaidenganisusumberdayaairyangdianggappentingpadasaatitudanperlumendapatkanperhatiandunia.1994: Caring for Our Water Resources is Everyone’s Business (PeduliakanSumberdayaAiradalahUrusanSetiapOrang);1995: Water and Woman(WanitadanAir);1996: Water for Thirsty City(AiruntukKota-kotayangKehausan);1997: The World’s Water: is There Enough?(AirDunia:Cukupkah?);1998: Groundwater – the Invisible Resource (AirTanahSumberDayayangTakTerlihat);1999: Everyone Lives Downstream(SetiapOrangTinggaldiBagianHilir);2000: Water for 21st Century(AiruntukAbad21);2001: Water for Health(AiruntukKesehatan);2002: Water for Development(AiruntukPembangunan);2003: Water for Future(AiruntukMasaDepan);2004: Water and Disasters(AirdanBencana);

PBB dalam Sidang Umum ke-58 bulan Desember 2003 menetapkan, “International De-cade for Action; Water for Life 2005 – 2015”. Tema-tema HAD dalam satu dasawarsa tersebut mendukung “Water for Life”.2005: Water for Life(AiruntukKehidupan);2006: Water and Culture(AirdanBudaya);2007: Coping with Water Scarcity (Mengatasi Kelangkaan Air).2008: Sanitation (Sanitasi) untuk mendukung International Year of sanitation 2009 : Transboundary Water Management (Pengelolaan Air Terpadu)2010: Clean Water for a Healthy World” (Air Bersih untuk Dunia yang Sehat)

Tiap tanggal 22 Maret warga dunia memperingati Hari Air Sedunia. Hari Air Sedunia merupakan peringatan yang ditujukan sebagai usaha-usaha

menarik perhatian publik akan pentingnya air bersih dan usaha penyadaran untuk pengelolaan sumber-sumber air bersih yang berkelanjutan. Pasalnya kelangkaan air se-makin menjadi kecemasan dunia. Meski-pun bumi 75% terdiri dari air, tapi ha-nya kurang dari 2,5 % yang benar meru-pakan air yang siap digunakan. Krisis air bersih sudah melanda diberbagai belah-an dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Banyak daerah-daerah di Indonesia yang mengalami krisis air bersih yang parah

Sekilas tampak cadangan air kita sangatlah tidak terhingga: mulai dari air di lautan, sungai, danau dan sum-ber-sumber air lainnya menutupi se-bagian besar muka bumi ini. Cadangan air yang ada di planet ini sejak jutaan tahun lamanya, semakin lama semakin cepat habis atau sudah begitu tercemar, sehingga tidak layak lagi untuk diguna-kan. Ini tak lain diantaranya merupa-kan dampak dari industrialisasi dengan pembuangan limbah dan wilayah-wilayah tinggal yang padat.

Dampak dari industrialisasi dengan pembuangan lim-bah dan wilayah-wilayah tinggal yang padat di sekeliling-nya adalah pencemaran air. Sebuah pengalaman pahit yang sejak sepuluh tahun lamanya membuat geram mantan Menteri Pertambangan dan Energi Kuntoro Mangkusu-broto. Kepada media asing, ia mengomentari keadaan sungai Citarum, yang terletak di Jawa Barat:

„Kita tidak perlu melihat airnya, cukup dengan men-cium baunya saja kita sudah tahu bahwa sungai ini sudah sangat terkontaminasi. Airnya hitam. Di dalamnya ada banyak segala macam sampah, plastik, kaleng. Sungai ini sudah seperti tempat sampah. Tidak perlu jadi orang pin-tar untuk mengetahui bahwa kwalitas air sungai Citarum sangat buruk!“

Kuntoro Mangkusubroto yang mendirikan sebuah or-ganisasi untuk mengusahakan penyelamatan Sungai Cita-rum ini menambahkan: „Di Ciparay, sebuah kota kecil di daerah Bandung yang dekat dengan sumber airnya, orang masih dapat meminum air dari sungai Citarum setelah

dimasak sampai matang. Tetapi setelah Bendungan Sagu-ling, bendungan pertama dari dari tiga bendungan yang dibangun sepanjang sungai ini, orang sudah bisa melihat bahwa semua sampah dari Bandung mengalir di sungai ini. Dari baunya saja sudah ketahuan.“

Dengan berkembangnya pusat industri tekstil di Ban-dung, limbah dari kota, kawasan indus-

tri serta pertanian dialirkan begitu saja ke sungai. Padahal sungai Citarum memasok 80% air minum di ibukota Jakarta. Sudah bertahun-tahun lamanya Citarum ditetapkan sebagai sungai ter-polusi di dunia, yang hampir seluruh permukaannya tertutupi sampah.

Saat ini pemerintah Indonesia be-kerja sama dengan Bank Pembangunan Asia ADB telah memulai sebuah proyek pembersihan sungai Citarum. Biayanya diperkirakan mencapai 500 juta dolar AS.

Sampah pembuangan, limbah dan fasilitas-fasilitas industri menghasilkan bahan-bahan berbahaya yang menyeli-nap dalam daur kehidupan. Lebih dari satu milyar orang tidak memiliki akses untuk air bersih untuk minum, hampir 2,5 milyar orang tidak memiliki sistem

sanitasi yang layak. Di seluruh dunia lebih dari 5.000 anak-anak setiap harinya meninggal dunia akibat kotornya lingkungan dan pencemaran air.

Produksi industri seharusnya tidak hanya memikirkan penjualan hasil produksinya belaka, melainkan juga wajib memperhatikan lingkungan hidup.

SeremonialPeringatan Hari Air Dunia dari tahun ke tahun masih

sangat kental dengan bobot seremonial. Hari ini kita memperingati, hari esok kita melupakannya. Hal ini ter-lihat dari tema-tema yang dipilih setiap tahunnya, sangat bombastis, tetapi dari tahun ke tahun faktanya air semakin sulit diperoleh dan kualitasnya pun buruk.

Hari Air Dunia adalah saat yang baik untuk tidak seka-dar berseremonial, tetapi bertindak dengan langkah strategis agar kita mampu menyelamatkan diri dari krisis air.

Peringatan Hari Air Dunia dari tahun ke tahun masih sangat kental dengan bobot seremonial. Hari ini kita memperingati,

hari esok kita melupakannya.

Refleksi Hari Air Sedunia

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

30

Juni 2010Juni 2010

Terinspirasi Analisis Kemiskinan Partisipato-ris yang di bagian akhirnya selalu meng-hasilkan sebuah gambar ringkas mengenai aset masyarakat di masing-masing desa—menggambarkan kondisi terkini akses

masyarakat miskin terhadap sumberdaya yang ada—saya menjadi berpikir bahwa Analisis Partisipatoris di bidang air minum dan penyehatan lingkungan dengan meng-gunakan perangkat MPA (Method for Participatory Assess­ment) harus bisa menghasilkan hal yang serupa. Tentunya bila analisis dilakukan secara benar, sehingga Informasi yang dikum-pulkan memadai, sehingga bisa bermanfaat dalam arti bisa digu-nakan untuk memantau tingkat keberlanjanjutan sarana AMPL sepanjang masa, dan mengambil keputusan melakukan intervensi cepat (darurat) bila ada berbagai masalah serius.

Informasi MPA sangat lengkapBila MPA dilakukan seluruhnya dan dilakukan oleh

orang yang mampu menggunakannya, informasi yang di-kumpulkan sangat kaya dan memiliki tingkat ketepatan yang tinggi. Perangkat MPA ada beberapa komponen, antara lain : pedoman untuk diskusi terfokus bersama ang-

gota masyarakat, pedoman wawancara men-dalam untuk pengelola sarana,

perangkat untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat, melakukan penilaian kualitas sarana, dan mengamati kualitas lingkungan di sekitar bak pe-nangkap air. (Untuk lebih rinci mengenai perangkat MPA, bisa di lihat pada Percik edisi khusus WASPOLA, 2009).

Sejauh pengalaman mengikuti penilaian PPA (Partici­patory Poverty Assessment) dan MPA (Metod for Participatory Assessment), penilaian ragam dan jumlah perangkat MPA, hampir sama dengan PPA karena keduanya memang satu

rumpun yaitu metode penilaian partisipatoris untuk melakukan evaluasi, menyusun perencanaan, mengambil kesimpulan dan reko-mendasi. Penambahan pedoman wawancara mendalam dan transek pada MPA bisa menghasilkan data yang berkualitas. Ditambah de-ngan pleno hasil penilaian yang melibatkan pemangku kepenting-an luas, kualitas data yang dida-patkan bisa di jamin, karena veri-

fikasi akurasi informasi dilakukan secara berlapis. Dalam metode penilaian partisipatif verifikasi dari berbagai sudut pandang tersebut disebut triangulasi, atau mungkin lebih tepat disebut multi angulasi karena lebih dari tiga cara/sumber pengumpulan informasi.

Masalahnya, bila di akhir kajian PPA selalu bisa menghasilkan sebuah gambar ringkas dalam bentuk pen­tagonal aset masyarakat miskin (menggambarkan kondisi masyarakat miskin dari aspek: sumberdaya manusia, akses

Visualisasi Hasil Akhir Penilaian Partisipasif

Untuk Memantau Tingkat Keberlanjutan Pembangunan AMPL

Alma Arief dan Heri Widjanarko

sumberdaya alam, akses terhadap sarana fisik, aset sosial, dan aspek ekonomi), analisis partisipatoris (MPA) yang pernah dilakukan tidak pernah menghasilkan gambaran ringkas pentagonal keberlanjutan pembangunan AMPL se-perti itu. Padahal secara konseptual dikenal juga abstraksi hubungan sistemis variabel yang menentukan keberlanjut-an pembangunan AMPL tersebut dalam skema konseptual pentagonal keberlanjutan pembangunan AMPL.

Dalam analisis Kemiskinan Partisipatoris, Pentagonal SLH (sustainable livelihood) yang dihasilkan benar benar bisa meringkaskan kondisi kemiskinan masyarakat yang dikaji dari berbagai variabel utama (besar) dalam bentuk pentagonal SLH. Sebagai contoh, dibawah adalah gambar pentagonal SLH masyarakat miskin di desa Kuala Ge-lumpang, kabupaten Aceh Timur (hasil kajian lembaga Penelitian SMERU)

Gambar 1 Kondisi Kemiskinan Desa Kuala Gamping

Gambar diatas merupakan visualisasi kondisi kemis-kinan masyarakat miskin di desa Kuala Gelumpang.

Garis tebal adalah kondisi kemiskinan masyarakat mis-- kin di lihat dari 5 variabel besar yaitu : akses terhadap SDA, akses terhadap infrastruktur, kondisi modal so-sial, akses terhadap sumber sumber ekonomi (modal), kualitas SDM.Garis tebal putus-putus adalah kondisi umum - masyarakat Kuala Gelumpang di lihat dari 5 variabel besar SLH.Garis tipis hitam terputus yang membentuk jaring laba-- laba menunjukkan kondisi penghidupan masyarakat berdasar skala 1 (terdalam) sampai 5 (terluar). Skala 5 adalah kondisi ideal penghidupan masyarakat.Pada gambar tersebut terlihat bahwa masyarakat Kuala

gelumpang secara umum taraf hidupnya masih belum ide-al (belum mencapai skala 5 pada masing masing variabel besar). Terlebih lagi masyarakat miskin, dimana terlihat dengan nyata bahwa pada variabel SDA (akses terhadap sumberdaya alam), dan variabel ekonomi (khususnya akses terhadap sumberdaya modal), sama sekali belum berkem-bang, yaitu berada pada skala 1. Dari gambar tersebut juga nampak jelas bagian mana yang di prioritaskan untuk di intervensi dalam rangka meningkatkan taraf hidup mere-ka. Intervensi tersebut dalam bentuk program (input pro-gram) atau bantuan agar skalanya meningkat mendekati skala 5 (ideal).

Penyajian Hasil Kajian Menggunakan MPA.Selama mengikuti Analisis Partisipatoris di bidang

AMPL dengan menggunakan perangkat MPA, hasilnya menggembirakan dalam arti metode penilaian tersebut memang mampu menggali informasi yang cukup luas dan dalam, sehingga bisa dipergunakan untuk berbagai kepen-tingan lain. Namun sebagai peneliti, bila ditanya mengenai apa hasil lebih lanjut dari penilaian tersebut, jawaban yang bisa di berikan adalah : kumpulan data dari berbagai desa, beberapa tumpukan laporan lapangan, beberapa tumpuk-an hasil konsolidasi data, beberapa tumpukan laporan akhir. Bagaimana data dan laporan akhir tersebut—apakah sekedar memenuhi hasrat keingintahuan akademik, untuk kepentingan praktis (seperti memantau/mengevaluasi ki-nerja pembangunan, masukan untuk kebijakan, dan lain-nya), atau semata mata memenuhi hasrat ingin tahu donor mengenai hasil dari dana yang di kucurkan, sudah diluar kewenangan seorang peneliti. Kumpulan data, kumpulan laporan lapangan, laporan akhir penilaian tersebut—siapa-pun bisa memperkirakan—tebalnya tidak kira kira, mini-mal setebal bantal bayi.

Siapakah kemudian yang akan bertekun membaca se-mua material hasil penilaian tersebut?. Paling fihak yang memang secara intensif, utamanya yang langsung terlibat didalamnya, yang mau berkali kali membacanya, berpuas diri dengan temuan temuannya, meskipun orang lain tidak tertarik membaca karena penulisan yang pada umumnya datar, tanpa emosi, tanpa keindahan, karena laporan pe-nelitian memang harus menggunakan bahasa yang sangat netral menghindarkan bercampur aduk dengan opini.

Apabila begitu, yang diperlukan kemudian adalah sebuah ringkasan laporan yang tidak lebih dari 4-7 ha-laman (sebagaimana yang diminta JBIC pada saat melakukan kajian PPA di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). Alternatif yang bagus. Laporan sangat ringkas ini biasanya disebut

Wacana

DOK. POKJA AMPL

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

31

Juni 2010Juni 2010

Terinspirasi Analisis Kemiskinan Partisipato-ris yang di bagian akhirnya selalu meng-hasilkan sebuah gambar ringkas mengenai aset masyarakat di masing-masing desa—menggambarkan kondisi terkini akses

masyarakat miskin terhadap sumberdaya yang ada—saya menjadi berpikir bahwa Analisis Partisipatoris di bidang air minum dan penyehatan lingkungan dengan meng-gunakan perangkat MPA (Method for Participatory Assess­ment) harus bisa menghasilkan hal yang serupa. Tentunya bila analisis dilakukan secara benar, sehingga Informasi yang dikum-pulkan memadai, sehingga bisa bermanfaat dalam arti bisa digu-nakan untuk memantau tingkat keberlanjanjutan sarana AMPL sepanjang masa, dan mengambil keputusan melakukan intervensi cepat (darurat) bila ada berbagai masalah serius.

Informasi MPA sangat lengkapBila MPA dilakukan seluruhnya dan dilakukan oleh

orang yang mampu menggunakannya, informasi yang di-kumpulkan sangat kaya dan memiliki tingkat ketepatan yang tinggi. Perangkat MPA ada beberapa komponen, antara lain : pedoman untuk diskusi terfokus bersama ang-

gota masyarakat, pedoman wawancara men-dalam untuk pengelola sarana,

perangkat untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan masyarakat, melakukan penilaian kualitas sarana, dan mengamati kualitas lingkungan di sekitar bak pe-nangkap air. (Untuk lebih rinci mengenai perangkat MPA, bisa di lihat pada Percik edisi khusus WASPOLA, 2009).

Sejauh pengalaman mengikuti penilaian PPA (Partici­patory Poverty Assessment) dan MPA (Metod for Participatory Assessment), penilaian ragam dan jumlah perangkat MPA, hampir sama dengan PPA karena keduanya memang satu

rumpun yaitu metode penilaian partisipatoris untuk melakukan evaluasi, menyusun perencanaan, mengambil kesimpulan dan reko-mendasi. Penambahan pedoman wawancara mendalam dan transek pada MPA bisa menghasilkan data yang berkualitas. Ditambah de-ngan pleno hasil penilaian yang melibatkan pemangku kepenting-an luas, kualitas data yang dida-patkan bisa di jamin, karena veri-

fikasi akurasi informasi dilakukan secara berlapis. Dalam metode penilaian partisipatif verifikasi dari berbagai sudut pandang tersebut disebut triangulasi, atau mungkin lebih tepat disebut multi angulasi karena lebih dari tiga cara/sumber pengumpulan informasi.

Masalahnya, bila di akhir kajian PPA selalu bisa menghasilkan sebuah gambar ringkas dalam bentuk pen­tagonal aset masyarakat miskin (menggambarkan kondisi masyarakat miskin dari aspek: sumberdaya manusia, akses

Visualisasi Hasil Akhir Penilaian Partisipasif

Untuk Memantau Tingkat Keberlanjutan Pembangunan AMPL

Alma Arief dan Heri Widjanarko

sumberdaya alam, akses terhadap sarana fisik, aset sosial, dan aspek ekonomi), analisis partisipatoris (MPA) yang pernah dilakukan tidak pernah menghasilkan gambaran ringkas pentagonal keberlanjutan pembangunan AMPL se-perti itu. Padahal secara konseptual dikenal juga abstraksi hubungan sistemis variabel yang menentukan keberlanjut-an pembangunan AMPL tersebut dalam skema konseptual pentagonal keberlanjutan pembangunan AMPL.

Dalam analisis Kemiskinan Partisipatoris, Pentagonal SLH (sustainable livelihood) yang dihasilkan benar benar bisa meringkaskan kondisi kemiskinan masyarakat yang dikaji dari berbagai variabel utama (besar) dalam bentuk pentagonal SLH. Sebagai contoh, dibawah adalah gambar pentagonal SLH masyarakat miskin di desa Kuala Ge-lumpang, kabupaten Aceh Timur (hasil kajian lembaga Penelitian SMERU)

Gambar 1 Kondisi Kemiskinan Desa Kuala Gamping

Gambar diatas merupakan visualisasi kondisi kemis-kinan masyarakat miskin di desa Kuala Gelumpang.

Garis tebal adalah kondisi kemiskinan masyarakat mis-- kin di lihat dari 5 variabel besar yaitu : akses terhadap SDA, akses terhadap infrastruktur, kondisi modal so-sial, akses terhadap sumber sumber ekonomi (modal), kualitas SDM.Garis tebal putus-putus adalah kondisi umum - masyarakat Kuala Gelumpang di lihat dari 5 variabel besar SLH.Garis tipis hitam terputus yang membentuk jaring laba-- laba menunjukkan kondisi penghidupan masyarakat berdasar skala 1 (terdalam) sampai 5 (terluar). Skala 5 adalah kondisi ideal penghidupan masyarakat.Pada gambar tersebut terlihat bahwa masyarakat Kuala

gelumpang secara umum taraf hidupnya masih belum ide-al (belum mencapai skala 5 pada masing masing variabel besar). Terlebih lagi masyarakat miskin, dimana terlihat dengan nyata bahwa pada variabel SDA (akses terhadap sumberdaya alam), dan variabel ekonomi (khususnya akses terhadap sumberdaya modal), sama sekali belum berkem-bang, yaitu berada pada skala 1. Dari gambar tersebut juga nampak jelas bagian mana yang di prioritaskan untuk di intervensi dalam rangka meningkatkan taraf hidup mere-ka. Intervensi tersebut dalam bentuk program (input pro-gram) atau bantuan agar skalanya meningkat mendekati skala 5 (ideal).

Penyajian Hasil Kajian Menggunakan MPA.Selama mengikuti Analisis Partisipatoris di bidang

AMPL dengan menggunakan perangkat MPA, hasilnya menggembirakan dalam arti metode penilaian tersebut memang mampu menggali informasi yang cukup luas dan dalam, sehingga bisa dipergunakan untuk berbagai kepen-tingan lain. Namun sebagai peneliti, bila ditanya mengenai apa hasil lebih lanjut dari penilaian tersebut, jawaban yang bisa di berikan adalah : kumpulan data dari berbagai desa, beberapa tumpukan laporan lapangan, beberapa tumpuk-an hasil konsolidasi data, beberapa tumpukan laporan akhir. Bagaimana data dan laporan akhir tersebut—apakah sekedar memenuhi hasrat keingintahuan akademik, untuk kepentingan praktis (seperti memantau/mengevaluasi ki-nerja pembangunan, masukan untuk kebijakan, dan lain-nya), atau semata mata memenuhi hasrat ingin tahu donor mengenai hasil dari dana yang di kucurkan, sudah diluar kewenangan seorang peneliti. Kumpulan data, kumpulan laporan lapangan, laporan akhir penilaian tersebut—siapa-pun bisa memperkirakan—tebalnya tidak kira kira, mini-mal setebal bantal bayi.

Siapakah kemudian yang akan bertekun membaca se-mua material hasil penilaian tersebut?. Paling fihak yang memang secara intensif, utamanya yang langsung terlibat didalamnya, yang mau berkali kali membacanya, berpuas diri dengan temuan temuannya, meskipun orang lain tidak tertarik membaca karena penulisan yang pada umumnya datar, tanpa emosi, tanpa keindahan, karena laporan pe-nelitian memang harus menggunakan bahasa yang sangat netral menghindarkan bercampur aduk dengan opini.

Apabila begitu, yang diperlukan kemudian adalah sebuah ringkasan laporan yang tidak lebih dari 4-7 ha-laman (sebagaimana yang diminta JBIC pada saat melakukan kajian PPA di Jawa Barat dan Sulawesi Selatan). Alternatif yang bagus. Laporan sangat ringkas ini biasanya disebut

Wacana

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

32

Juni 2010Juni 2010

ringkasan eksekutif, karena memang diperuntukkan bagi para pengambil keputusan yang tidak memiliki banyak waktu untuk berkerut dahi membaca laporan setebal ban-tal. Kebutuhannya adalah ringkasan laporan.

Alternatif lain adalah ringkasan laporan yang menye-luruh, dalam bentuk gambar skematik yang menunjuk-kan kesalingkaitan antarvariabel. Gambar tersebut disertai skala yang terukur, sebagaimana yang di sajikan pada gam-bar 1 diatas (kondisi kemiskinan masyarakat di desa Kuala Gelumpang, Aceh Timur).

Penggunaan MPA-PHAST selain menghasilkan lapor-an tebal yang disertai ringkasan eksekutif yang hanya beberapa halaman, bisa juga menghasilkan gambar seperti diatas yang pada dasarnya cukup menjelaskan hasil penilai-an. Tampilan dari gambar hasil akhir penilaian bisa dalam bentuk gambar rekaan sebagai berikut.

Gambar 2 Keberlanjutan Pembangunan AMPL

Garis paling luar dengan dan berada pada skala 5 - adalah kondisi ideal dari pembangunan AMPL yaitu, semua variabel mencapai skala maksimal 5. Bila pem-bangunan sarana berada dalam kondisi ini maka di-pastikan—bila dari waktu kewaktu stabil—sarana dan layanan akan optimal dan berkelanjutan.Garis tebal yang tidak beraturan (tidak seimbang) ada-- lah kondisi terkini pembangunan AMPL pada saat di-lakukan penilaian, dan bisa dianggap sebagai dasar. Melihat gambar diatas, dengan cepat di tarik pengertian

bahwa kondisi pembangunan AMPL di desa tersebut da-lam keadaan yang tidak menggembirakan, dalam arti ada ancaman serius, yaitu layanan akan tidak berlanjut. Perlu dilakukan intervensi segera (darurat) pada aspek kelem-bagaan, keuangan (hasil iuran), dan aspek teknologi, dan lingkungan. Perlu informasi tambahan mengenai aspek

genting apa yang terjadi pada masing masing variabel besar tersebut.

Informasi Cepat untuk Tindakan Emergensi.Gambar hasil akhir penilaian tersebut bisa dengan

cepat dan mudah difahami oleh siapa saja, termasuk masyarakat desa. Karenanya bisa dipakai sebagai alat pe-mantauan perkembangan/ kemunduran dari sarana yang dibangun di desa.

Hasil penilaian partisipatif, bisa di anggap sebagai data dasar (mendasarkan pada kondisi terkini pada saat dilaku-kan penilaian). Gambar hasil penilaian inilah yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam melihat kemajuan/ke-munduran yang terjadi, sehingga bisa untuk mengambil tindakan/ intervensi cepat bila ada masalah serius.

Untuk melakukan pemantauan rutin (misal 3 bulanan atau 6 bulanan), setiap desa harus memiliki gambar dasar tersebut (basis data dalam gambar). Dengan metode check list sederhana, pengelola sarana di tingkat desa bisa melaku-kan penilaian sendiri, dan secara periodik melaporkan ke Pokja AMPL Kabupaten, yang bila diperlukan melanjut-kan ke Pokja Propinsi dan Pusat.

Dengan demikian, seluruh sarana yang di bangun akan tekendali status tingkat keberlanjutannya, dan pada gi-lirannya, bila diketahui ada masalah serius yang diluar ke-mampuan masyarakat desa untuk menyelesaikannya, bisa dilakukan intervensi program (input bantuan). Semuanya hanya tertuang dalam selembar kertas untuk masing- ma-sing desa, bukan satu jilid laporan yang terdiri dari puluh-an halaman. Sangat ringkas, tentu saja.

Hasil Studi IRC Soal Air dan Sanitasi Waspadai Krisis Air: Timbulkan Konflik Lintas Negara di Afrika

DOK. POKJA AMPL

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

33

Juni 2010Juni 2010

ringkasan eksekutif, karena memang diperuntukkan bagi para pengambil keputusan yang tidak memiliki banyak waktu untuk berkerut dahi membaca laporan setebal ban-tal. Kebutuhannya adalah ringkasan laporan.

Alternatif lain adalah ringkasan laporan yang menye-luruh, dalam bentuk gambar skematik yang menunjuk-kan kesalingkaitan antarvariabel. Gambar tersebut disertai skala yang terukur, sebagaimana yang di sajikan pada gam-bar 1 diatas (kondisi kemiskinan masyarakat di desa Kuala Gelumpang, Aceh Timur).

Penggunaan MPA-PHAST selain menghasilkan lapor-an tebal yang disertai ringkasan eksekutif yang hanya beberapa halaman, bisa juga menghasilkan gambar seperti diatas yang pada dasarnya cukup menjelaskan hasil penilai-an. Tampilan dari gambar hasil akhir penilaian bisa dalam bentuk gambar rekaan sebagai berikut.

Gambar 2 Keberlanjutan Pembangunan AMPL

Garis paling luar dengan dan berada pada skala 5 - adalah kondisi ideal dari pembangunan AMPL yaitu, semua variabel mencapai skala maksimal 5. Bila pem-bangunan sarana berada dalam kondisi ini maka di-pastikan—bila dari waktu kewaktu stabil—sarana dan layanan akan optimal dan berkelanjutan.Garis tebal yang tidak beraturan (tidak seimbang) ada-- lah kondisi terkini pembangunan AMPL pada saat di-lakukan penilaian, dan bisa dianggap sebagai dasar. Melihat gambar diatas, dengan cepat di tarik pengertian

bahwa kondisi pembangunan AMPL di desa tersebut da-lam keadaan yang tidak menggembirakan, dalam arti ada ancaman serius, yaitu layanan akan tidak berlanjut. Perlu dilakukan intervensi segera (darurat) pada aspek kelem-bagaan, keuangan (hasil iuran), dan aspek teknologi, dan lingkungan. Perlu informasi tambahan mengenai aspek

genting apa yang terjadi pada masing masing variabel besar tersebut.

Informasi Cepat untuk Tindakan Emergensi.Gambar hasil akhir penilaian tersebut bisa dengan

cepat dan mudah difahami oleh siapa saja, termasuk masyarakat desa. Karenanya bisa dipakai sebagai alat pe-mantauan perkembangan/ kemunduran dari sarana yang dibangun di desa.

Hasil penilaian partisipatif, bisa di anggap sebagai data dasar (mendasarkan pada kondisi terkini pada saat dilaku-kan penilaian). Gambar hasil penilaian inilah yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam melihat kemajuan/ke-munduran yang terjadi, sehingga bisa untuk mengambil tindakan/ intervensi cepat bila ada masalah serius.

Untuk melakukan pemantauan rutin (misal 3 bulanan atau 6 bulanan), setiap desa harus memiliki gambar dasar tersebut (basis data dalam gambar). Dengan metode check list sederhana, pengelola sarana di tingkat desa bisa melaku-kan penilaian sendiri, dan secara periodik melaporkan ke Pokja AMPL Kabupaten, yang bila diperlukan melanjut-kan ke Pokja Propinsi dan Pusat.

Dengan demikian, seluruh sarana yang di bangun akan tekendali status tingkat keberlanjutannya, dan pada gi-lirannya, bila diketahui ada masalah serius yang diluar ke-mampuan masyarakat desa untuk menyelesaikannya, bisa dilakukan intervensi program (input bantuan). Semuanya hanya tertuang dalam selembar kertas untuk masing- ma-sing desa, bukan satu jilid laporan yang terdiri dari puluh-an halaman. Sangat ringkas, tentu saja.

SEBUAH riset dilakukan oleh International Reference Centre (IRC) for Water and Sanitation, sebuah Portal dunia yang secara khusus menangani masalah Air Bersih dan Sanitasi.Penelitiandilakukantahun2008dan

dipublikasikantahunlaluitusecaragamblangmenyorotisejumlah persoalan mengenai air bersih serta dampak buruknya sanitasi di sejumlah negara. Tidak tanggung-tanggungsedikitnya340penelitidari48negaradilibatkandalampenelitianmereka.

PenelitianyangdilakukanIRC inijugamenyorotimasalahkonflikairbersihyangkerapterjadidalamsuatunegara, kawasan, ataupun berdampak luas kesejumlah negara karena penggunaan air secara bersama-sama. Di Afrika, misalnya, lebih dari 57 sungai besar atau lembah danau digunakan bersama oleh sejumlah negara atau lebih.Karenaitu,parapenelitiIRCmerekomendasikanparapemukakepentinganmewaspadaiterjadinyakonflikyangakanbertambahluasdiAfrikajikakrisisairbersihtidakditangani sesegera mungkin

Sungai Nil misalnya ternyata dimanfaatkan oleh sembilan, dan Sungai Niger oleh 10 negara. Sedangkan di seluruhdunia,lebihdari200sungai,yangmeliputilebihdari separo permukaan bumi, digunakan bersama puluhan negara. Selain itu, banyak lapisan sumber air bawah tanah membentang melintasi batas-batas negara, dan penyedotan olehsuatunegaradapatmenyebabkanketeganganpolitikdengan negara tetangganya.

Beberapa fakta dan temuan yang dihasilkan dari studi ini diantaranya (i) Kelangkaan air terjadi, bahkan di daerah-daerahdimanaterdapatbanyakcurahhujanatauairtawar;(ii)Kelangkaanairmempengaruhisatudaritigaorangdiseluruh dunia. Situasi makin parah karena kebutuhan air meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, dan urbanisasi;(iii)Hampirseperlimadaripendudukdunia(sekitar1,2miliarorang)tinggaldidaerahyangairsecarafisiklangka.Seperempatdaripopulasiglobaljugatinggaldinegara-negara berkembang yang menghadapi kekurangan air karena kurangnya infrastruktur untuk mengambil air dari sungaidansumberair;(iv)Kelangkaanairmemaksaoranguntukmengandalkansumber-sumberyangtidakamanuntuk

airminum.Inijugaberartimerekatidakbisamandiataumembersihkanpakaianataurumahmerekadenganbenar;(v)Kualitasairyangburukdapatmeningkatkanrisikopenyakitdiare,kolera,demamtipus,disentri,daninfeksiyangterbawa

air. Kelangkaan air dapat menyebabkan penyakit-penyakitsepertitrachoma (infeksi mata yang dapat menyebabkan kebutaan), wabah penyakit dan tifus;(vi)Kelangkaanairmendorongorang untuk menyimpan air di rumah mereka. Hal ini dapat meningkatkan risiko pencemaran air rumah tangga

dan menyediakan tempat berkembang biak bagi nyamuk yang merupakan pembawa demam berdarah, malaria dan penyakit lainnya;(vii)Kelangkaanairmenggarisbawahiperlunyapengelolaan air yang lebih baik. Pengelolaan air yang baik juga mengurangi situs perkembangbiakan serangga semacam nyamuk yang dapat menularkan penyakit dan mencegah penyebaraninfeksiyangterbawaairsepertischistosomiasis;(viii)Kurangnyaairtelahmendorongpenggunaanairlimbahuntuk produksi pertanian miskin perkotaan dan masyarakat pedesaan. Lebih dari 10% dari orang di seluruh dunia mengkonsumsi makanan yang diolah menggunakan air irigasi dan air limbah yang mengandung bahan kimia atau organisme penyebabpenyakit;(ix)Airmerupakansumberdayapentinguntukmempertahankankehidupan.Ketikapemerintahdan organisasi masyarakat membuatnya menjadi prioritas, individudapatmembantudenganbelajarbagaimanamelestarikan dan melindungi sumber daya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Selainitu,kelangkaanairdiantaranyaberdampak(i)Setiaphari, ribuan orang meninggal dari kurangnya akses ke air bersih;(ii)3,6jutaorangmeninggalsetiaptahundaripenyakityangberhubungandenganair;(iii)43%kematianterkaitairdisebabkanolehdiare;(iv)98%kematianterkaitairterjadidinegaraberkembang;(v)884jutaorang,kurangmemilikiakses terhadap persediaan air yang aman, atau sekitar satu daridelapanorang;(vi)kematianakibatkrisisairdansanitasilebihbesardaripadaakibatperang;(vii)Padawaktutertentu,setengahdaritempattidurrumahsakitduniaditempatiolehpasienyangmenderitapenyakitterkaitair;

Sementara dampaknya bagi anak-anak diantaranya berupa(i)Setiap15detik,seoranganakmeninggaldaripenyakityangberhubungandenganair;(ii)1,4jutaanakmeninggalakibatdiaresetiaptahun;(iii)90%darisemuakematiandisebabkanolehpenyakitdiareadalahanak-anak di bawah usia 5 tahun, terutama di negara-negara berkembang.

Studi tersebut juga merangkum dampak kelangkaan air bagiperempuandiantaranyayangterpentingbahwajutaan perempuan dan anak-anak menghabiskan beberapa jam sehari untuk mengumpulkan air [irc.nl/Eko]

Sisi Lain

Hasil Studi IRC Soal Air dan Sanitasi Waspadai Krisis Air: Timbulkan Konflik Lintas Negara di Afrika

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

34

Juni 2010Juni 2010

DinegaranegaramajusepertiDenmark,Swis,Amerika dan Prancis, proses pengolahan sampahtidakhanyamengatasibaubusuksaja

tapi sudah merubah sampah menjadi energi listrik. Sebagai ilustrasi, di Denmark 54 % sampah telah berhasil di rubah menjadi energi listrik.

Pernah mendengan PLTSa? Pembangkit Listrik Tenaga Sampah? Suatu isu yang sedang hangat dibicarakan di kota Bandung, yang beberapa waktu yang lalu pernah heboh karena keberadaan sampah yang meluber hingga badan jalan utamanya. Itu dulu. Sekarang, kota Bandung sudah kembali menjadi sedia kala dan salah solusinya melalui PLTSa, yang kemudian menjadi bahan perdebatan.

Tujuan akhir dari sebuah PLTSa ialah untuk mengkonversisampah menjadi energi.

Pada dasarnya ada dua

alternatifprosespengolahansampah menjadi energi, yaitu proses biologis yang menghasilkan gas-bio dan proses thermal yang menghasilkan panas. PLTSa yang sedang diperdebatkan untuk dibangun di Bandung menggunakan proses thermal sebagai proses konversinya.Padakeduaprosestersebut,hasilprosesdapat langsung dimanfaatkan untuk menggerakkan generator listrik. Perbedaan mendasar di antara keduanya ialah proses biologis menghasilkan gas-bio yang kemudian dibakar untuk menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan dengan generator listrik sedangkan proses thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk membangkitkan uap yang kemudian digunakan untuk menggerakkan turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.

OlehPenelitiMadyaBPPT,Haryo Budi Nugroho

Mengubah Sampah Jadi Energi Listrik

Inovasi

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

35

Juni 2010Juni 2010

Proses Konversi ThermalProseskonversithermaldapatdicapaimelalui

beberapacara,yaituinsinerasi,pirolisa,dangasifikasi.Insinerasi pada dasarnya ialah proses oksidasi bahan-bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya sendiri merupakan reaksi oksidasi cepat antara bahan organik dengan oksigen. Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan C) dalam sampahakandikonversimenjadigaskarbondioksida(CO2) dan uap air (H2O). Unsur-unsur penyusun sampahlainnyasepertibelerang(S)dannitrogen(N)akan dioksidasi menjadi oksida-oksida dalam fasa gas (SOx, NOx) yang terbawa di gas produk. Beberapa contoh insinerator ialah open burning, single chamber, open pit, multiple chamber, starved air unit, rotary kiln, dan fluidized bed incinerator.

Pirolisamerupakanproseskonversibahanorganik

padat melalui pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Dengan adanya proses pemanasan dengan temperatur tinggi,molekul-molekulorganikyangberukuranbesarakan terurai menjadi molekul organik yang kecil dan lebih sederhana. Hasil pirolisa dapat berupa tar, larutan asam asetat, methanol, padatan char, dan produk gas.

Gasifikasimerupakanproseskonversitermokimiapadatanorganikmenjadigas.Gasifikasimelibatkanprosesperengkahandanpembakarantidaksempurnapadatemperaturyangrelatiftinggi(sekitar900-1100C).Sepertihalnyapirolisa,prosesgasifikasimenghasilkan gas yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 4000 kJ/Nm3.

Proses Konversi BiologisProseskonversibiologisdapatdicapaidengancara

pencernaan (digestion) secara anaerobik (biogas) atau tanah urug (landfill). Biogas adalah teknologi konversibiomassa(sampah) menjadi gas dengan bantuan mikroba anaerob. Proses biogas menghasilkan gas yang kaya akan methane dan bubur (slurry). Gas methane dapat digunakan untuk berbagai sistem pembangkitan energi sedangkan slurry dapat digunakan sebagai kompos. Produk dari digester tersebut berupa gas methane yang dapat dibakar dengan nilai kalor sekitar 6500 kJ/Nm3.

Incinerator. Sebuah ilustrasi bagian-bagian dalam sebuah incinerator.

DOK. POKJA AMPL

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

36

Juni 2010Juni 2010

Landfill ialah pengelolaan sampah dengan cara menimbunnya di dalam tanah. Di dalam lahan landfill, limbah organik akan didekomposisi oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawa-senyawa gas dan cair. Senyawa-senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh limbah dan air hujan yang masuk ke dalam tanah dan membentuk bahan cair yang disebut lindi (leachate). Jika landfill tidakdidesaindenganbaik,leachate akan mencemari tanah dan masuk ke dalam badan-badan air di dalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunyapermeabilitasyangrendah.Aktifitasmikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada tahap awal – proses aerobik) dan menghasilkan gasmethane(padaprosesanaerobiknya).Gaslandfilltersebut mempunyai nilai kalor sekitar 450-540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya melalui sejumlah pipa-pipa yang dipasang lateral dan dihubungkan denganpompavakumsentral.Selainituterdapatjugasistem pengambilan gas dengan pompa desentralisasi.

Sampah Bantar Gebang Belasan tahun tempat pembuangan akhir (TPA)

sampah di Bantar Gebang, Bekasi, menjadi sumber masalah bagi warga sekitarnya. Kini teknologi mampu menyulap sumber masalah itu menjadi sumber

energi listrik. Pekan lalu, Wakil Presiden Boediono sempat mencoba

menyalakan generator yang digerakkan gas metan (CH4) yang bersumber dari sampah tersebut.

Wali Kota Bekasi Mochtar Muhamad menuturkan, 12 tahun lalu, TPA itu laksana hutan belukar sampah. Pada musin hujan, TPA tersebut berubah menjadi comberan raksasa. Pada musim kemarau, ia menjadi sumber aroma tak sedap yang juga merusak pemandangan. Aroma tercium sampai radius 15 kilometer. Guyonan di sana,lalatdantikuspunharusmemakai masker.

Konon, Bantar Gebang adalah TPA terbesar di

Nusantara. Bukan hanya memunculkanaromatidaksedap,

air sampah yang disebut lindi pun mencemari sungai dansumurwarga.PemerintahdanwargaBekasitidakbisa berbuat banyak. Lahan seluas 120 hektare di BantarGebangitusudahdibeliPemprovDKI(DaerahKhusus Ibukota) untuk dijadikan tempat sampah sejak awal 1990-an.

Secara garis besar, ada empat tahapan untuk me-manfaatkantimbunansampahitumenjadienergilis-trik. Pertama, menimbun sampah ke dalam lubang ta-nah seluas 20 X 100 meter persegi dengan kedalaman tertentu. Lantas, ditambahkan mikroba pengurai.

Langkahkedua,memasangselimutplastikhitamditimbunansampahtersebutdengantujuanagargasyangdayarusaknya21kaliCO2itutidakbeterbangandanmerusakozon.Ketiga,memasangpipa-pipakaretdi tumpukan sampah tersebut untuk mengalirkan gasmetanyangdiproduksitimbunansampahitu.Keempat, gas tersebut dimasukkan ke dalam boks kondensasi untuk memisahkan gas metan dari air. Gas itulah yang kemudian dialirkan untuk menggerakan generator. Kini proses tersebut sudah berhasil dilakukandansetiapharidarigundukansampahBantarGebangsekitar2Megawattdapatdihasilkandari sampah padat kota Jakarta.

PLTSa yang ada menggunakan dua mesin yang masing-masing mampu menghasilkan listrik satu megawatt.

Modern Landfill. Konsep landfill seperti di atas ialah sebuah konsep landfill modern yang di dalam-nya terdapat suatu sistem pengolahan produk buangan yang baik.

Kiat Mudah Membuat Lubang Resapan Biopori

Sistempenangkap gas methan

PenutuplempungSampah

Sistempengolahan

lindi

Sistempengumpul

lindi

BatasLandfill

Sumurpemantau

air tanah

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

37

Juni 2010Juni 2010

Lubang Resapan Biopori (LRB) merupakan teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk mengurangi genangan air dan sampah organik

sertakonservasiairbawahtanah.LRBadalahlubangsilindrisyangdibuatsecaravertikalkedalamtanahdengan diameter 10-30 cm, dengan kedalaman tidakmelebihimukaairtanah.Lubanginikemudiandiisi dengan sampah organik yang berfungsi untuk menghidupkanmikroorganismetanah,seperticacing.Cacing tanah ini akan membentuk pori-pori atau tero-wongan dalam tanah (biopori) yang dapat memperce-pat resapan air ke dalam tanah secara horizontal.

PenelitiInstitutPertanianBogor(IPB),Ir.KamirR.Brata, M.Sc, Lektor Kepala Ekologi Tanah, yang juga staf Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB merupakan sosok sang penemu yang berhasil mengembangkan Teknologi Biopori sa-ngat sederhana yaitu “Lubang Resapan Biopori” untuk mencegah banjir dan kekeringan.

Musim kemarau biasanya mengakibatkan kedalam-an muka air sumur menjadi lebih dalam, sedangkan di musim penghujan berkibat pada terganggunya arus lalu lintas oleh air yang tergenang bahkan sering juga menyebabkan banjir. Apakah semua keadaan ini akan menjadi kebiasaantiaptahunsaja?Tentukitasemuatidakinginsetiapsekali dalam setahun harus mengalami hal demikian, bukan? Salah satu faktor dari ini semua adalah kurangnya daerah resap-an air di sekitar yang kaitannya dengankonservasiair.Airyangseharusnya masuk ke dalam tanah justru mengalir ke selokan lalu mengalir ke sungai sehingga tidakterserapkedalamtanah

untuk menjadi cadangan air tanah.Menurut Ketua Komunitas Usiawan Peduli Ling-

kung an, Soehartono Soedargo, tujuan utama teknologi Lubang Resapan Biopori (LRB) adalah untuk menjaga kesediaan air tanah yang berkualitas secara berkesi-

nambungan serta memproses sampah organik menjadikompos.Volumesampahanorganikyang harus diangkut oleh petugas pengambil sampah akan menjadi sangat berkurag. “Tegas-nya, biopori merupakan lubang silindris yang dibuat oleh fauna tanah. Lubang ini sangat efek-tifmenyalurkanairdanudaradidalamtanah.

Biopori yang terbentuk akan terisi udara dan menjadi jalan lewatnya air ke dalam tanah. Dengan demikian akan memperlancar atau mempercepat peresapan air ke dalam tanah,” tukasnya.

Sebenarnya terdapat berbagai cara untuk menga-tasi krisis cadangan air ini, salah satunya adalah lubang resapan biopori. Lubang kecil yang dibuat dengan kedalaman kurang lebih 1 meter (100 cm), mempunyai fungsi ganda. Pertama sebagai lubang resapan air dan yang kedua adalah sebagai tempat untuk mengubah sampah menjadi kompos. Jika dibandingkan dengan teknologiyanglain,lubangresapanbioporiinitidakmemerlukan biaya yang cukup besar dan sangat cocok bagidaerahperkotaanyangmemangtidakmemilikilahan karena padat oleh bangunan-bangunan.

Bagaimana cara membuat lubang resapan bio-pori ini? Caranya sangat mudah, persiapkan alat yang diperlukan yaitu bor biopori, seember air, cangkul, kayu yang ujungnya tumpul dan tentu saja kumpulan sampah organik. Untuk awalnya buatlah jalur dahulu dengan cangkul, kemudian siram air di lahan yang akan dibor, setelah itu mulailah mengebor tanah dengan diameter10centimeterdankedalaman1meter.Tanah

yang terdapat di ujung bor bisa dibersihkan dengan kayu tumpul-nya. Setelah lubang siap, masuk-kan sekitar 2 atau 3 kg sampah lapuk/organik ke dalamnya, kemudian tutup dengan kawat jaringagartidakterperosokapabila terinjak. Lakukan pengi-sian ulang sampah organik, jika sampah organik sebelumnya te-lah menyusut akibat proses pelapukan.Ketikamusimkemarautiba,komposyang

Panduan

Kiat Mudah Membuat Lubang Resapan Biopori

ISTIMEWA

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

38

Juni 2010Juni 2010

telah terbentuk dapat diambil bersa-maan dengan pemeliharaan terhadap lubang resapan biopori. Untuk mence-gah terjadinya longsoran atau bahaya terperosok ke dalam lubang, maka perkuatlah tutup lubang menggunakan semen di sekeliling lubang.

Lubang Biopori dapat dibuat lebih dari satu dengan jarak sekitar 2 me-ter dengan biopori lainnya. Air hujan akan dengan mudah terserap ke dalam lubangbiopori,sehinggatidaksempattergenang yang dapat mengakibatkan banjir.

Biaya pembuatan lubang resapan bioporiinisangatmurah,tetapiefektivi-tasnya lebih besar. Cukup dengan biaya sekitar Rp 100.000 – Rp 200.000,- untuk membeli bor tanah manual yang dapat dipesandiInstitutPertanianBogor.Bortanah ini dapat dipakai oleh puluhan orang dalam waktu yang lama, dan dapat dipakai untuk membuat lubang tambahan. Dengan lubang kecil ini air akan menyerap lebih cepat ke dalam tanah, sehingga dapat mencegah banjir dan menjadikan cadangan air tanah apabila musim kemarau. Yang harus diingat teknologi lubang resapan biopori ini merupakan karya anak bangsa yang patut dihargai. Sudah sewajarnya pemerintah dan juga masyarakat Indonesia bangga dan mendukungnya. Karena memang manfaat dari lubang resapanbioporiinisudahterbuktisecaraempiris.

Sebagai seorang ahli yang mengetahui sistem ekologi tanah, Kamir menuturkan ekosistem antara makhluk hidup yang berada di dalam tanah dan makhlukyangtidakhidupsalingketergantungan,makakita perlu mengupayakan agar ekosistem tanah tetap utuhdantidakrusakdemikelangsungankeduajenismakhluk yang ada di dalamnya. Sampah yang dibuang, lama kelamaan semakin banyak dan akan menjadi be-ban bagi lingkungan dan bagi manusia, karena tempat tinggalnyaharusdipakaiuntukmembuangsampah.Ba-nyak orang yang membuang air dan sampah ke sungai ataupun saluran air, itupun akan menimbulkan dampak baru yakni meluapnya air sungai.

Kami menegaskan, dengan teknologi ini semua orang dapat memanfaatkan air yang sangat dibu-tuhkan oleh kehidupan di mana saja dan kapan saja.

Karenacurahhujaninitidakhanyajatuh di kawasan situ saja,

sehinggayangpalinggampangagartidakmembebanilingkungan, semua orang harus membuat peresapan itu dengan baik. Oleh karena itu, yang paling dibutuh-kan dalam penerapan teknologi ini adalah kesadaram untuktidakmembuangsampah,karenasampahituadalah sumber daya, apapun jenis sampahnya. Sampah yangtidaklapukbisadimanfaatkanolehpemulungmenjadi bahan industri. Karena itu ubahlah kebiasaan kita, agar selalu memisahkan sampah organik dan non organik. Serta jangan selalu membuang sampah di tempat penampungan, selain menimbulkan bau, saranglalat,dantikus,jugadapatmerusaklingkungan.Apalagi jika diendapkan di tempat pembuangan akhir sampah, lapuknya akan lama dan dapat menghasilkan zatmetanayangbisameledakapabilatidakdisalurkan.

Mengingat curah hujan di wilayah Indonesia yang cukuptinggi,sebenarnyakitatidakperlukhawatirter-hadap krisis cadangan air tanah. Akan tetapi, penyem-pitan lahan yang dilakukan secara terus-menerus inilah yangperludikhawatirkan,karenakaitannyadengansemakin berkurangnya luasan resapan air. Dengan membuat lubang resapan biopori ini diharapakan krisis cadanganairtanahtidakterjadidandapatmencegahterjadinya banjir atau air yang tergenang khususnya di daerah perkotaan. Sementara satu masalah itu terselesaikan, kita juga bisa mengambil manfaat dari lubangresapanbioporiini.Ketikamusimkemarautiba,sampah organik yang telah mengalami proses pelapuk-an dapat kita ambil, dalam bentuk pupuk kompos.

ISTIMEWA

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

39

Juni 2010Juni 2010Reportase

Menteri Pekerjaan Umum, Joko Kirmanto terkesan dengan apa yang dilakukan oleh Pokja AMPL. Hal itu terlihat saat Menteri

PU mengunjungi stan pameran Hari Air Sedunia yang digelar pada tanggal 22-25 April 2010, Kementerian Pekerjaan Umum mengadakan Pameran Hari Air Se-dunia. Acara pameran tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan Kementerian PU bekerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka perin-gatan Hari Air Dunia yang diperingati setiap 22 Maret.

Pameran berlangsung di Lobby Utama gedung Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum, Jl. Pattimura no. 20 Jakarta Selatan, pukul 08.00 - 18.00. Pameran diikuti oleh 80 stan pameran yang diisi dari lembaga perwakilan pemerintah, PDAM, BUMN dan perusahaan yang bergerak dalam pemban-gunan dan penyediaan air.

Pameran dibuka oleh Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, yang dalam pidato pembukaannya mengungkapkan bahwa mulai saat ini seharusnya isu air menjadi urusan semua orang atau “water is everybody business”. Pameran yang diselenggarakan dalam peringa-tan HAD 2010 menurut Menteri PU bermaksud men-jawab stigma selama ini yang mengidentikkan urusan air menjadi urusan pihak–pihak tertentu.

Pengelolaan sumber daya air seperti cara lama yang dilakukan sendiri-sendiri atau terbatas oleh pemerintah dan para ahli bidang air, sudah harus ditinggalkan kare-na kurang efektif memecahkan masalah. Menurutnya pengalaman telah menunjukan bahwa pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan tidak mungkin di-lakukan sendiri oleh pemerintah tetapi juga diperlukan peran aktif seluruh pemangku kepentingan.

Menteri PU Terkesan Pokja AMPL di Pameran Hari Air Sedunia

DOK. POKJA AMPL

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

40

Juni 2010Juni 2010

2,5 juta orang di seluruh dunia belum memi-liki akses terhadap kebutuhan sanitasi dasar. Di Indonesia sendiri, seratus juta

orang masih hidup tanpa akses sanitasi yang layak (WSP 2008). Saat ini isu sanitasi semakin menjadi perhatian dalam pembangunan, terkait dengan eratnya hubungan antara sanitasi yang baik dengan kesehatan, kesejahtera-an, serta kualitas hidup masyarakat, terutama di negara berkembang.

Di Indonesia, kerugian ekonomis akibat buruknya kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan mencapai Rp 56 triliun setiap tahunnya, dimana sekitar 70 juta orang masih melakukan praktek buang air besar sembarangan (BABS). Karena itulah, sanitasi merupakan salah satu permasalahan utama yang mulai menjadi prioritas dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia.

Didasari berbagai latar belakang tersebut, Pokja AMPL dibawah koordinasi Bappenas bekerja sama dengan International Water Association (IWA) dan Bremen Overseas Research and Development Association (BORDA) mengadakan Konferensi Internasional dan Pameran “Decentralized Wastewater Treatment Solutions (DE­WATS) in Developing Countries”. Diadakan di Hotel Sheraton Surabaya, pada tanggal 23 – 26 Maret 2010, acara ini juga terselenggara atas dukungan dari Water and

Sanitation Program (WSP) Bank Dunia bersama Asian Development Bank (ADB).

Konferensi ini mempertemukan para ahli dan pem-buat kebijakan, profesional, peneliti, serta para pelaku pembangunan sanitasi dari kalangan LSM dan swasta untuk mendiskusikan jalan keluar bagi permasalahan sanitasi yang masih dihadapi oleh banyak negara berkem-bang melalui sistem pengolahan air limbah terdesentrali-sasi. Tercatat sebanyak 185 orang peserta menghadiri konferensi ini, yang berasal dari 24 negara dari Asia, Afrika, dan Eropa.

Andreas Ulrich, Direktur Borda, dalam sambutannya pada acara pembukaan di hari pertama (23/3) menyata-kan “Melalui konferensi ini diharapkan akan diperoleh masukan berharga dari peserta yang berasal dari berba-gai latar belakang profesi, sehingga dapat memberikan sumbangan berharga bagi pendekatan maupun konsep pelaksanaan pembangunan sanitasi baik di Indonesia maupun di negara berkembang lainnya.”

Ragam Pendekatan PembangunanSanitasi dengan Sistem Desentralisasi

Pembangunan infrastruktur sanitasi umumnya direncanakan dengan menggunakan sistem terpusat, seperti saluran drainase maupun instalasi pengolahan air limbah. Kelebihan yang dimiliki sistem terpusat antara lain efektifitas pengolahannya yang tinggi, namun dikompensasikan oleh biaya operasional yang mahal dan terbatasnya cakupan yang hanya meliputi wilayah urban. Sistem desentralisasi memungkinkan pengadaan pilihan teknologi pengelolaan air limbah dan sanitasi yang efektif dengan biaya yang rendah melalui pelibatan masyarakat dalam proses pelaksanaannya. Karena itu sistem desen-tralisasi merupakan pendekatan yang cocok bila diterap-kan bagi pembangunan sanitasi di negara berkembang.

Berbagai pendekatan sistem desentralisasi yang didis-kusikan meliputi; Pilihan teknologi (Technical Options for Decentralized Systems), Pemberdayaan masyarakat (Com­munity Aspects for Decentralized Systems), dan pengelolaan yang berkelanjutan (Management Options for Sustainabili­ty). Berbagai pendekatan tersebut dibahas melalui be-berapa sesi paralel pada hari kedua. Pada dasarnya semua pendekatan tersebut merupakan kesatuan yang tidak bisa

DEWATS Conference and Exhibition Pembangunan Sanitasi dengan

Sistem Terdesentralisasi

DOK. POKJA AMPL

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

41

Juni 2010Juni 2010

dipisahkan dalam pelaksanaan pembangunan sanitasi dengan sistem desentralisasi.

Dalam pembahasan mengenai pilihan teknologi, disepakati bahwa pilihan teknologi yang dibutuhkan di negara berkembang adalah pilihan teknologi yang murah, tidak membutuhkan keterampilan yang terlalu tinggi sehingga dapat dioperasikan masyarakat, efisien, hemat energi, dan berkelanjutan. Pada sesi ini disampaikan me-ngenai berbagai pembelajaran penerapan pilihan teknolo-gi dari berbagai negara di Asia, Eropa, dan Afrika. Pilihan teknologi yang disampaikan meliputi penanganan limbah skala rumah tangga, industri, perkotaan, maupun pilihan teknologi yang cocok untuk diterapkan di daerah-daerah khusus yang mengalami kesulitan air maupun berlebihan air (pantai, rawa, sungai, dan lainnya).

Banyak pembelajaran menarik dapat diambil dari sesi ini, baik dari sisi teknis pengelolaan limbah maupun dari beragamnya teknologi sanitasi yang diterapkan di ber-bagai negara dengan beragam kondisi alam dan karakter masyarakatnya masing-masing. Namun benang merah dari semua pemaparan tersebut adalah pada umumnya pilihan teknologi yang dipaparkan diterapkan pada negara berkembang yang memiliki keterbatasan dalam pembangunan sanitasi, terutama dalam hal pendanaan

untuk pengadaan sarana-prasarana, lingkungan alam yang tidak mendukung, serta kurangnya kapasitas sumber daya manusia. Beberapa topik yang relevan dengan keadaan di Indonesia antara lain “Studi Opsi Teknologi Sanitasi bagi Daerah Khusus/Sulit” dari WSP World Bank Indonesia, dan “Emergency Sanitation” yang disampaikan oleh Borda Vietnam.

Dalam beberapa hal, sistem desentralisasi juga mem-butuhkan pemberdayaan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan pelaksanaannya, dan dibahas secara men-detil pada sesi Pemberdayaan masyarakat (Community As­pects for Decentralized Systems). Dalam sesi ini dipaparkan bahwa proses penyediaan fasilitas sanitasi di masyarakat harus melibatkan kaum perempuan dan penduduk mis-kin Dalam hal ini, peran LSM sebagai mitra pemerintah untuk menerapkan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang pro­poor dan pro­gender dirasakan cukup signifikan, terutama di Indonesia.

Di dalam komunitas, terutama komunitas masyarakat perdesaan, sekolah merupakan salah satu komponen masyarakat yang dapat mendorong perubahan perilaku sanitasi, sehingga peningkatan kapasitas perlu dilakukan kepada murid dan guru. Intervensi dan pemberdayaan yang dilakukan di sekolah dalam bidang sanitasi terdiri dari peningkatan kesadaran hidup bersih dan pengenalan serta praktek pembuatan pengolahan air limbah seder-hana.

Selain peningkatan peran masyarakat melalui pember-dayaan, juga diperlukan satu sistem pengelolaan yang ter-integrasi untuk menjaga keberlanjutan sistem DE WATS. Dalam sesi Pengelolaan yang Berkelanjutan (Management Options for Sustainability), dipaparkan mengenai sejarah dan aplikasi DEWATS oleh Direktur Borda, Andreas Ulrich, serta pemaparan berbagai keberhasilan pemba-ngunan sanitasi di negara-negara berkembang seperti di India, Jordania, dan Indonesia. Dari Indonesia disam-paikan mengenai pencapaian program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) oleh Oswar Mungkasa dari Bappenas, dan pencapaian program Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) melalui dukungan SANIMAS oleh J. Sinarko Wibowo dari ISSDP.

Sebagai penutup dari sesi Management Options for Sustainability, disimpulkan bahwa dalam pembangunan sanitasi, peran pemerintah sebagai regulator sangat diper-lukan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan yang dapat memastikan keberlanjutan pembangunan sanitasi yang telah dilakukan di wilayahnya berjalan sesuai yang diharapkan.

DOK. POKJA AMPL

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

42

Juni 2010Juni 2010

PameranParalel dengan konferensi, juga dilakukan pameran

yang diikuti oleh 6 institusi dari dalam dan luar negeri. Keenam institusi tersebut adalah: Jejaring AMPL, WSP World Bank, Malaysia Water Association, Borda and Partner, IWA, dan Bio-Microbics Inc. Jejaring AMPL berkolaborasi dengan Bappenas dalam pameran ini menampilkan berbagai produk kampanye publik Pokja AMPL maupun mitra Pokja AMPL mengenai kebijakan maupun pencapaian pembangunan AMPL berbasis masyarakat yang dilakukan di Indonesia. Dengan stan-nya yang unik dan berbeda dari yang lain, stan Jejaring AMPL cukup menarik rasa ingin tahu peserta konferensi sehingga menjadi stan yang paling ramai dikunjungi. Penjaga stan juga cukup aktif menerangkan mengenai pembangunan AMPL di Indonesia kepada para pengun-jung.

Disela jeda konferensi, Jejaring AMPL mengada-kan dua sesi acara bebas berupa presentasi dan talkshow mengenai dua program sanitasi nasional di Indonesia: Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Perce-patan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Stan Jejaring AMPL merupakan stan yang paling menarik perhatian peserta konferensi, terkait dengan banyaknya produk komunikasi yang dipamerkan serta desain yang paling menarik perhatian (eye catching). Sangat disayang-kan jumlah produk komunikasi yang diproduksi dalam Bahasa Inggris terbatas, sehingga peserta konferensi hanya dapat mendengarkan penjelasan singkat dari anggota Jejaring mengenai Kebijakan Nasional AMPL Berbasis Masyarakat dan Pembelajaran Pembangunan AMPL di

Indonesia. Bila peserta dapat memahami isi dari buku, leaflet, maupun

CD yang dibagikan, tentunya pembelajaran dan kesan yang didapat oleh para pengunjung akan lebih baik lagi.

Pada kesempatan ini juga dilakukan pameran poster pembangunan sanitasi. Terpilih sebagai poster terbaik adalah Poster “ProPoor Septic Tank for Urban Areas – Modular Units Programs of Urban Sanitation and Hygiene Promotion” karya Suryani Amin dari MercyCorps Indone-sia, dan “Performance of Wastewater Treatment with A Constructed Wetland in the Philippines” oleh Jonah Butler dari salah satu LSM di Filipina.

Memasyarakatkan Pembangunan Sanitasi

Sepuluh tahun yang lalu sulit membayangkan bahwa isu sanitasi secara global akan dibicarakan seperti seka-rang. Saat ini kesadaran bahwa sanitasi merupakan salah satu pintu masuk untuk meningkatkan kualitas kehidup-an masyarakat semakin menguat. Pemerintah berbagai negara, terutama negara berkembang, didukung lembaga donor dan LSM mulai memfokuskan perhatiannya pada pembangunan sanitasi. Dengan kondisi tersebut, diharap-kan semakin banyak pihak yang peduli untuk terlibat da-lam pembangunan sanitasi; di negaranya masing-masing, nasional maupun lokal, kota maupun desa.

Keberhasilan pembangunan sanitasi ditentukan dari baiknya koordinasi dan kerjasama dari berbagai sektor. Untuk itu upaya untuk menginspirasi dan mengedukasi semua pemangku kepentingan seperti yang dilakukan melalui konferensi dan pameran internasional ini perlu dilakukan semakin sering. Ditunggu upaya selanjutnya dalam memasyarakatkan pembangunan sanitasi, baik dari Pokja AMPL dan para penggiat AMPL lainnya di Indonesia. [SAZ]

DOK. POKJA AMPL

DOK. POKJA AMPL

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

43

Juni 2010Juni 2010

Konsep DEWATS merupakan konsep yang dikem-bangkan oleh BORDA, sebuah LSM dari Jer-man, dengan wilayah kerja di Asia dan mulai

berkembang di Afrika. Program pembangunan sanitasi ini telah diterapkan sejak tahun 1977, diawali dengan proyek Biogas Technology Transfer di India. Demikian disampai-kan Andreas Ulrich (Jerman), menceritakan mengenai sejarah, teknologi, dan aplikasi konsep DEWATS (Decen­tralized Wastewater Treatment Solutions)

Selain teknologi, di dalam konsep DEWATS juga dikembangkan pendekatan responsif terhadap kebutuhan masyarakat dan selalu berupaya untuk menumbuhkan komitmen masyarakat dalam berkontribusi dalam aspek pembiayaan maupun pengelolaan sistem sanitasi yang dibangun.

Aspek kelembagaan merupakan salah satu aspek pen-ting untuk menjaga keberlanjutan sarana, sehingga diben-tuk organisasi masyarakat yang bertugas untuk menjaga dan mengelola sarana sanitasi yang telah terbangun. Se-jumlah akademisi menyampaikan gagasan serta pesannya dalam pelaksanaan program DEWATS. Pembelajaran dari sejumlah pokok pikiran para pakar terangkum sebagai berikut.

Kathy Eales dari Afrika Selatan menjelaskan rendah-nya kualitas sumber daya manusia pemerintah daerah ber-dampak pada kegagalan penanganan sistem pengelolaan

air limbah khususnya di tingkat kecamatan. Dijelaskan bahwa sekitar 70% penduduk Afrika Selatan saat ini telah memiliki toilet pribadi dan hampir 90% memiliki akses ke air bersih. Afsel mengembangkan sistem pengolahan limbah terpusat, dengan biaya yang cukup tinggi dan membutuhkan sumber daya manusia dengan keterampil-an tinggi untuk mengoperasikannya. Pada tahun 2014, Pemerintah Afsel menargetkan semua warganya memi-liki akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi yang layak. Namun kondisi ini tidak diikuti dengan kapa-sitas peme rintah daerah, sehingga banyak kegagalan pengelolaan limbah terjadi di tingkat kecamatan, dan mulai menyebabkan polusi terhadap sistem pengolahan limbah yang ada. Untuk itu, saat ini Afsel membutuh-kan teknologi dengan biaya lebih rendah dengan sistem pengelolaan lebih sederhana namun tetap memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Untuk itu, pendekatan DE-WATS sudah di mulai dikembangkan di skala kecamatan di Afsel.

Keterjangkauan biaya juga yang menjadi dasar Sulabh Academy-India untuk bekerja sama dengan BORDA, mengembangkan 9 instalasi pengolahan limbah terde-sentralisasi di India pada periode 1995-1998, yang masih berfungsi sampai saat ini. Keseluruhan insta-lasi ini mengolah limbah dari berbagai jenis kegiatan industri dan permu-

DOK. POKJA AMPL

Pembelajaran dari Pengalaman Pakar

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

44

Juni 2010Juni 2010

kiman, seperti asrama, agro-industri, dan pabrik pengo-lahan makanan jadi. Hal ini disampaikan oleh Dr.Pawan Kumar Jha dari Sulabh Academy, India. Kesimpulannya bahwa sistem pengolahan limbah terdesentralisasi meru-pakan satu-satunya metode yang relatif terjangkau untuk mengatasi permasalahan pengolahan limbah di negara berkembang.

Pada kesempatan lain, beberapa pemateri menjelaskan upaya mengurangi dampak lingkungan dari proses penge-lolaan air limbah. Dimulai dengan Mariska Ronteltap (IHE-Belanda) yang memaparkan mengenai kemungkin-an pemisahan limbah urin pada sistem terpusat (offsite), dimulai dari proses pengumpulan, pengolahan, dan ke-mungkinan penggunaan kembali urin. Melalui berbagai proses pengolahan, seperti higienisasi, reduksi volume,

dan pemisahan fosfor dan nitrogen, hasil pengolahan dari urin dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Pada sistem setempat (onsite), walau tanpa melalui proses pengolahan, sistem pemisahan urin dapat mengurangi polusi air tanah.

Sementara Viet-Anh Nguyen dari Vietnam memapar-kan mengenai penggunaan Anaerobic Filter pada Baffled Septic Tank (BASTAF). Penggunaan BASTAF menun-jukkan rata-rata efisiensi pengolahan BOD, COD, dan TSS mencapai 80-90%. Sistem ini telah diterapkan di berbagai wilayah permukiman, apartemen, sekolah, dan perkantoran di Vietnam. Dari Indonesia sendiri, Ellina Pandebesie dari ITS – Indonesia memaparkan tentang pengolahan limbah tangki septik menggunakan construct­

ed wetland system, dengan media tanam an cyperus papyrus dan pasir,

sehingga rembesan limbah cair dari tangki septik tidak mencemari air tanah dan air permukaan.

Chris Buckley (Afrika Selatan) menerangkan penting-nya alkalinitas dalam proses anaerobik pada anaerobic baf­fled reactor. Alkalinitas menjadikan pH air limbah dalam proses anaerobik berkisar antara 6.2-8.2 yang merupakan kisaran pH yang optimal untuk penggumpalan bahan organik sehingga dapat mengendap. Tanpa alkalinitas, pH air limbah cenderung rendah (asam) dikarenakan pembentukan asam pada proses anaerobik; hal ini me-nyebabkan tidak optimalnya proses penggumpalan dan pengemdapan bahan organik.

Terkait pengolahan lumpur tinja dari unit pengolahan air limbah terdesentralisasi, Andreas Schmidt (Jerman) menjelaskan beberapa hal penting yang harus diperhati-

kan dalam pengolahan lumpur ini. Utama-nya, kandungan bakteri pathogen yang harus hilang sebelum lumpur hasil olahan diguna-kan untuk keperluan lain seperti kompos. Aspek kesehatan para pekerja juga menjadi perhatian dalam pengolahan lumpur ini.

Disamping itu, beberapa pemateri juga menjelaskan manfaat sistem DEWATS dari sisi lain. Seperti misalnya Xiaochang Wang (Cina) yang menjelaskan reklamasi air lim-bah dengan unit pengolahan terdesentralisasi juga berguna untuk tujuan estetika dan rekreasi. Dicontohkan di kompleks aparte-men kota Xi’an, Cina. Reklamasi air limbah ini digunakan sebagai untuk mengisi kolam di tengah kompleks yang bertujuan untuk menciptakan suasana yang sejuk. Selain itu, reklamasi ini merupakan solusi karena keter-batasan ketersediaan air di kota tersebut.

Manfaat lainnya dijelaskan oleh Christian Zurbrugg (Switzerland) yang mempresentasikan penerapan biogas sanitation system di sebuah penjara di Nepal. Keuntungan yang didapat dari penerapan sistem ini adalah bahwa gas yang dihasilkan dapat menjadi bahan bakar memasak untuk penghuni penjara. Karena penghuni penjara di Nepal harus mengeluarkan dana pribadi untuk kegiatan sehari-hari, penggantian bahan bakar ini merupakan penghematan bagi mereka. Selain itu, penggunaan bahan bakar gas dapat mengurangi asap di dapur mereka karena biasanya mereka menggunakan kayu bakar untuk me-masak. Penerapan unit pengolahan air limbah di penjara ini merupakan hal yang baru bagi peserta konferensi dan menekankan bahwa sanitasi memang hak untuk semua orang [Eko/OM]

DOK. POKJA AMPL

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

45

Juni 2010Juni 2010

Proyek Pelayanan Air Bersih dan Sanitasi Masyarakat (Community Water Services and Water Health Project – CWSHP) merupakan salah satu

proyek pemerintah dalam bidang AMPL yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, teru-tama dalam menurunkan angka penyakit diare dan pe-nyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkung-an. Proyek ini dilaksanakan di dua puluh kabupaten di empat provinsi, yaitu Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Jambi, dan Bengkulu. CWSH merupakan ker-jasama Pemerintah Indonesia dengan Asian Development Bank (ADB), dengan sumber dana berupa pinjaman (loan) dari ADB. Selain dari loan, CWSHP dilaksanakan juga melalui dana hibah di Aceh dan Nias, sebagai tanggapan terhadap bencana tsunami yang terjadi. Pada kurun 2008-2009, tercatat bantuan CWSHP dari dana pinjaman ini telah melayani 293 desa, dimana 15 desa diantaranya terletak di Kabupaten Kotawar-ingin Timur (Kotim). Dari 15 desa tersebut, empat desa telah dibantu CWSH pada tahun 2008 sedangkan sisanya mendapat bantuan pada tahun 2009.

Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) merupakan satu dari enam kabupaten di Propinsi Kalimantan Tengah yang mendapat-kan bantuan CWSHP. Dari 11 desa di Kotim yang mendapat bantuan pada tahun 2009, tujuh desa telah selesai membangun Sarana Air Bersih dan Sanitasi (SABS), sedangkan pembangunan di empat desa lainnya telah mencapai tahap penyelesaian. Pelaksa-naan acara serah terima SABS dilakukan secara simbolis ke tujuh desa, dan serahterima ke empat desa lainnya akan segera menyusul. Total biaya pembangunan SABS per desa sebesar Rp 250 juta, dengan rincian Rp 200 juta merupakan bantuan dari proyek, dan Rp 50 juta merupa-kan kontribusi masyarakat (tunai Rp 10 juta, tenaga dan bahan Rp 40 juta).

Kabupaten Kota Waringin Timur memiliki tujuh sungai mengalir di sepanjang wilayahnya, dengan sungai yang terbesar adalah Sungai Mentaya. Sebagian desa mau-pun permukiman penduduk terbentuk mengikuti jalur sungai. Selain sebagai sarana transportasi, masyarakat kabupaten Kotim juga memanfaatkan sungai sebagai

sumber air bersih maupun sarana sani-tasi sehari-hari. Pemanfaatan air sungai untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari terkait dengan kondisi air tanah yang buruk. Tanah di kabupaten Kotim, terutama yang terletak di sekitar sungai, merupakan tanah bergambut. Kondisi

tersebut tidak memungkinkan bagi warga untuk membangun sarana air bersih maupun sanitasi biasa, karena air tanah di tanah bergambut mem-

butuhkan penyaringan khusus. Akibatnya pembangunan sarana air bersih dan sanitasi membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk ukuran warga desa di kabupaten Kotim.

Proyek CWSH turut membantu masyarakat di Kotim untuk meningkatkan derajat kesehatannya dengan men-dorong masyarakat untuk merubah perilaku sehari-harinya dalam memanfaatkan air sungai sebagai sumber air bersih sekaligus sarana sanitasi. Menurut Kusrianto, Team Leader CWSH Provinsi Kalteng, selain meningkatkan derajat kesehatan, proyek CWSH memberikan manfaat kepada masyarakat Kalteng dari segi sosial maupun ekonomi mela-lui penyediaan air bersih yang lebih dekat dengan tempat tinggal serta pe ngurangan biaya kesehatan/pengobatan dari penyakit yang ditimbulkan air dan lingkungan.

Proyek CWSH turut membantu masyarakat di Kotim untuk meningkatkan derajat kesehatannya.

DOK. POKJA AMPL

Pembangunan Sarana AMPL Berbasis Masyarakat Proyek CWSH

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

46

Juni 2010Juni 2010

Untuk mendorong perubahan perilaku, CWSH melakukan promosi peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat, pembangunan sarana pras-arana air minum dan penyehatan lingkungan, serta pem-berdayaan masyarakat untuk keberlanjutan pemanfaatan sarana prasarana serta PHBS yang telah dicapai. Selain ketiga komponen tersebut, CWSH juga melakukan pen-ingkatan kapasitas pemerintah daerah dalam bidang pem-bangunan air minum/bersih dan penyehatan lingkungan, serta memberikan dukungan dalam implementasi dan koordinasi proyek melalui CPMU di ting-kat pusat dan PPMU maupun DPMU di tingkat daerah.

Serah Terima SABSSarana Air Bersih dan Sanitasi (SABS)

yang telah selesai dibangun pada tahun 2009 akan diserahterimakan ke Badan Pengelola Sarana Desa yang telah diben-tuk. Terkait dengan serah terima tersebut, pada Hari Minggu, 28 Februari 2010, diselenggarakan acara Peresmian dan Se-rah Terima Sarana Air Bersih (SAB) dan Sanitasi Proyek CWSH di desa Kandan, kecamatan Kota Besi, kabupaten Kotim.

Waktu menunjukkan 10 menit lewat dari pukul sepuluh pagi ketika rombong-an Bupati, Perwakilan CWSH DPMU Kotim, dan Perwakilan CPMU Pusat tiba di desa Kandan. Rombongan disambut di depan gerbang desa dengan upacara adat, dimana seorang wanita tetua adat membacakan doa memohon keselamatan dan kesuk-sesan bagi para rombongan. Upacara ini diakhiri dengan pemotongan palang bambu yang menghalangi gerbang, dan rombongan dipersilahkan memasuki desa Kandan.

Dari obrolan dengan warga desa, masyarakat desa Kandan sangat senang dan bangga ter hadap pembangu-nan sarana air bersih di desa mereka. Terlebih lagi, mereka juga terlibat dalam proses pemba ngunannya. Sarana air bersih yang berupa instalasi pengolahan air sederhana me-mudahkan mereka untuk mendapatkan air bersih tanpa harus pergi ke sungai. Masyarakat cukup mengambil air ke keran umum yang terletak dekat dengan rumah me reka. Ke depannya, masyarakat desa Kandan sedang mempersiapkan penyambungan pipa ke tiap rumah un-tuk lebih mempermudah dalam memperoleh air bersih.

Kebanggaan masyarakat akan SABS yang telah me-reka bangun menimbulkan tanggung jawab

untuk menjaga agar SABS

terbangun dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Bupati Kotim, Wahyudi K. Anwar, dalam sambutannya mengingatkan bahwa “Masyarakat jangan hanya sebatas bangga telah berhasil membangun sarana yang bagus ini, tapi juga harus bangga dan aktif dalam memanfaatkan, menjaga, dan memeliharanya agar manfaatnya dapat se-lalu dirasakan”.

Seusai sambutan, Bupati melakukan penandatanganan prasasti peresmian sarana air bersih desa Kandan, dan melakukan serah terima sarana kepada tujuh Kepala Desa Penerima Bantuan Proyek CWSH di kabupaten Kotim. Ketujuh desa tersebut yaitu desa Kandan, Bukit Indah, Gunung Makmur, Agung Mulya, Tanjung Jariangu, Samuda Besar, dan Babirah. Dari Kepala Desa, Sarana Air

Bersih dan Sanitasi akan diserahkan kepada Badan Penge lola Sarana masing-masing desa.

Seusai peresmian dan serahterima, Bu-pati Kotim didampingi oleh Ibu Pimanih dari CWSH Pusat meninjau SAB terbangun di desa Kandan dan kemudian mengunjungi pameran pelaksanaan CWSH oleh desa-desa yang melakukan serah terima. Kesempatan ini digunakan oleh Tim Kerja Masyarakat dari tiap desa untuk menunjukkan foto-foto dokumentasi proses maupun hasil pelaksan-aan CWSH di desa mereka.

Dalam kesempatan ini, tiga desa juga melakukan Deklarasi ODF (Open Defeca­tion Free/Stop BABS) di hadapan Bupati. Deklarasi ODF ini dilakukan oleh desa-desa

yang semua penduduknya telah berhasil dipicu untuk berhenti melakukan praktik buang air besar sembarang-an (BABS). Diharapkan pelaksanaan deklarasi ini akan memacu desa-desa lainnya di kabupaten Kotim untuk segera menyusul ODF, dan para penduduk di desa yang telah ODF tidak akan kembali melakukan praktek BABS.

Kendala dan PembelajaranCWSH merupakan proyek yang telah menerapkan

pendekatan berbasis masyarakat, untuk itu masyarakat dilibatkan dalam setiap tahapannya. Pelaksanaan AMPL BM menuntut pendampingan menerus dari fasilitator masyarakat, dimulai dari tahap pemicuan hingga tahapan paska proyek, sehingga dalam pelaksanaan pendekatan ini sebaiknya direkrut fasilitator lokal untuk memudahkan proses pendampingan.

Kesulitan yang dihadapi di Kotim, fasilitator yang direkrut bukan berasal dari daerah Kotim dan mereka

Masyarakat jangan hanya sebatas bangga telah berhasil membangun sarana yang bagus ini, tapi juga harus bangga dan aktif dalam memanfaatkan, menjaga, dan memeliharanya.

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

47

Juni 2010Juni 2010

tidak selalu berada di daerah Kotim, sehingga proses pelaksanaan CWSH di beberapa desa berjalan dengan lambat. Proses MPA-PHAST (metodologi pelibatan masyarakat secara langsung dalam penilaian kondisi, dan kebutuhan masyarakat, red.) berlangsung lambat karena minimnya pendampingan fasilitator, akibatnya ada desa yang baru dapat menyelesaikan proses MPA-PHAST dalam waktu lima bulan. Hal ini memperlambat proses penyelesaian pembangunan SABS yang pada mulanya ditargetkan telah selesai semua pada akhir tahun 2009.

Selain kendala mengenai minimnya pendampingan dari fasilitator, kondisi geografis juga menjadi kendala dalam pelaksanaan CWSH, terkait dengan sulitnya akses menuju ke beberapa desa lokasi di Kotim dan juga kondisi lingkungan (karakter tanah, lingkungan, dan sebagainya) yang menyulitkan promosi PHBS dan pem-bangunan SABS. Namun hal ini dapat diatasi dengan pendamping an intensif dari DPMU dan pemerin-tah kabupaten.

Selain kendala diatas, ada beberapa hal dalam pelaksanaan CWSH yang dapat dijadikan pembe-lajaran, terutama dalam hal strategi keberlanjutan program. Guna menjaga keberlanjutan, masyarakat harus dilibatkan dalam menjaga dan me ngelola sarana terbangun. Untuk itu, CWSH mensyaratkan pembentukan Badan Pengelola Sarana (BPS) di tingkat masyarakat. BPS inilah yang akan menjaga dan mengelola sarana, termasuk memu ngut iuran dari para masyarakat. Anggota BPS direkrut dari masyarakat desa yang kebanyakan berpendidikan ren-dah sehingga peningkatan kapasitas mutlak diperlukan, terutama bagi anggota BPS agar dapat mengelola SABS dengan baik. CWSH memfasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat melalui berbagai pelatihan, seperti pelatihan teknik konstruksi, administrasi keuangan, Operational and Maintenance, Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dan Kader Sanitasi.

Saat ini disadari bahwa upaya menjaga keberlanjutan SABS maupun untuk upaya replikasi program AMPL memerlukan peran pemerintah daerah. Dengan komplek-sitas pembangunan AMPL yang merupakan pembangun-an multi-sektor, diperlukan satu koordinasi yang baik di level pemerintah daerah, baik dalam pendampingan

pelaksanaan, monev, maupun replikasi program. Dalam konteks pelaksanan CWSH di Kotim, koordinasi lang-sung dilakukan Bappeda melalui Tim Kerja Kabupaten (TKK) Proyek CWSH. Kelemahannya adalah saat proyek berakhir, TKK tersebut akan bubar sehingga proses pen-dampingan akan sangat tergantung dari kinerja masing-masing sektor.

Untuk lebih mengoptimalkan sinergi masing-masing sektor yang terlibat dalam pembangunan AMPL tanpa tergantung dari keberadaan program/proyek AMPL di daerah, saat ini upaya koordinasi lintas sektor di Ka-bupaten Kotim sedang diupayakan untuk diformalkan ke dalam satu wadah lembaga Kelompok Kerja (Pokja) AMPL melalui fasilitasi CWSH. Lembaga Pokja AMPL inilah yang diharapkan akan mengawal keberlanjutan SABS yang sudah dibangun, dan lebih lanjut lagi akan mendorong replikasi program CWSH maupun melan-

jutkan pembangunan AMPL secara lintas sektor di Kabu-paten Kotim.

Upaya Keberlanjutan Proyek Proses pemba ngunan

AMPL masih belum selesai pada saat sarana selesai diba-ngun, tantangan terbesarnya adalah menjaga bagaimana sa-rana terbangun dapat diman-faatkan secara berkelanjutan. Upaya CWSH mendorong masyarakat membentuk Ba-

dan Pengelola Sarana, dengan sebelumnya meningkatkan kapasitas masyarakat, agar siap menjaga dan merawat sarana terbangun merupakan salah satu strategi untuk menciptakan keberlanjutan dari sisi masyarakat.

Dari pemerintah daerah, Bupati Kotim telah meng-instruksikan dinas-dinas terkait untuk melakukan pen-dampingan BPS dengan menggunakan anggaran APBD daerah. Selain itu, Bupati juga berkomitmen untuk me-niru pola pemberdayaan masyarakat dalam pemba ngunan AMPL daerah Kotim untuk desa-desa yang belum mendapatkan bantuan, melalui APBD. Ispanur, anggota Tim Kerja Kabupaten(TKK) dari Bappeda, selanjutnya menambahkan bahwa dinas-dinas terkait dalam pemba-ngunan AMPL dan terlibat dalam pelaksanaan CWSH melalui TKK telah berkomitmen untuk melanjutkan koordinasi dalam wadah Pokja AMPL yang akan dibentuk sebelum pertengahan tahun ini.[SAZ]

DOK. POKJA AMPL

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

48

Juni 2010Juni 2010

Program Tegal Sehat 2010 meluncur seolah tanpa gema, paling tidak hal ini tertangkap dari peng-akuan sejumlah warga Kota Tegal yang tidak tahu

menahu soal program kesehatan dan perbaikan kualitas lingkungan di kota Tegal. “Gema Tegal Sehat 2010 di masyarakat kurang mendapat tanggapan. Berbeda ketika Pemerintah Kota Tegal meluncurkan Program Kesehatan Gratis beberapa waktu lalu yang ditanggapi secara antu-sias oleh masyarakat. Apakah karena Program Ke-sehatan Gratis dipandang lebih mengena pada masyarakat, sehingga masyarakat be-gitu apresiatif menyambutnya. Inilah yang menjadi tantangan saya untuk segera mem-buat program AMPL mendapat tempat di Kota Tegal,” ujar Ketua Pokja AMPL Kota Tegal, Eko Setiawan (38) kepada Percik di Jakarta, belum lama ini.

Padahal, lanjut Eko, program Tegal Se-hat 2010 ini lebih strategis karena di da-lamnya memuat desain pembangunan ke-sehatan baik secara mikro maupun makro. Pilihan tahun 2010 hanyalah pijakan pro-gram kesehatan yang dirancang berkesi-nambungan dalam cakupan tahapan-tahapan capaiannya. Bolehlah dikata bahwa Program Kesehatan Gratis merupa-kan bagian dari Tegal Sehat 2010.

“Inilah yang kemudian menginspirasi saya untuk be-kerja lebih keras bersama teman-teman di Pokja AMPL Kota Tegal agar program Tegal Sehat 2010 lebih mem-bumi. Padahal, program ini juga senafas dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan yang secara jelas dalam Pasal 4 menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat

kesehatan yang optimal,” paparnya. Arah pembangunan Tegal

Sehat 2010, lanjutnya tentunya merupakan bagian dari desain besar pembangunan nasional yang bertujuan bukan hanya membangun kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, tetapi bagaimana meletak-kan hak sehat itu sebagai hak asasi yang patut dimiliki se tiap warga masyarakat, dan pemerintah memberikan ruang bagi terpenuhinya.

Hal seperti ini, menyangkut derajat kesehatan masyarakat yang seharusnya terjamin. Tentunya, pemba-ngunan ke arah sana memerlukan sinergitas dari berbagai pihak, pemerintah kota Tegal, masyarakat, bahkan swasta

patut terlibat di dalamnya. Untuk mem-bangun sinergitas tersebut tentunya membutuhkan kerja keras.

Kesehatan sebagai bagian dari im-plementasi visi kota Tegal didalamnya ingin mewujudkan masyarakat yang bermoral, berbudaya dan berdaya saing untuk mencapai kota Tegal sebagai pusat perdagangan, jasa, industri dan maritim menuju masyarakat yang partisipatif dan sejahtera, tentu saja arah kesana mem-butuhkan derajat kesehatan masyarakat

yang tinggi, pelayanan kesehatan yang berkualitas, merata dan terjangkau bagi

seti ap lapisan masyarakat. Dikatakan, makna yang hendak diberikan dari Tegal

Sehat 2010 ini sebetulnya ingin menempatkan masyarakat kota Tegal dalam lingkungan yang sehat, memiliki perilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan yang bermutu, dan yang lebih penting memiliki kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatannya. Hal yang sa-ngat disadari, bahwa rakyat sehat adalah suatu kekuatan dari negara.

Rakyat yang sehat pula merupakan wujud nyata keulet-

Masalah lingkungan masih merupakan

tantangan yang cukup berat bagi

kota Tegal sebagai daerah pesisir.

Ketua Pokja AMPL Kota Tegal, Eko Setiawan

Testimoni

Juru Kampanye Kesehatan Lingkungan Yang Ampuh

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

49

Juni 2010Juni 2010

an dan ketangguhan suatu masyarakat, secara sederhana dapat digambarkan jika secara fisik, mental dan sosialnya sehat, maka produktivitasnya juga tinggi. Selanjutnya produktivitas yang tinggi akan berbanding lurus dengan ketahanan ekonomi.

Tantangan Berat Ayah dua orang anak ini mengatakan masalah ling-

kung an masih merupakan tantangan yang cukup berat bagi kota Tegal sebagai daerah pesisir. Tingkat kualitas alam menjadi permasalahan tersendiri seperti terbatasnya akses air bersih dan sanitasi, tingginya polusi dan ting-kat pencemaran air sungai menjadi masalah lingkungan tersendiri yang perlu mendapat perhatian bersama.

Paradigma kesehatan sudah waktunya dirubah, jika sebelumnya pelayanan kesehatan masih menempat-kan masyarakat sebagai obyek, maka perlu didorong pola kemandirian yang ditandai dengan pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan. Masyarakat diberdayakan untuk mampu secara mandiri memenuhi kesehatannya, mengembangkan prakarsa membangun lingkungan sehat yang melibatkan masyarakat. Hal seperti ini tentunya, membutuhkan jajaran promosi kesehatan yang kuat di daerah untuk membangkitkan prakarsa masyarakat di bi-dang kesehatan. Karena bagaimanapun kualitas kemandi-rian masyarakat di bidang kesehatan menjadi indikator komposit kemajuan masyarakat.

Penyusunan Strategi Sanitasi Kota merupakan bagian ketiga dari rangkaian proses pelaksanaan Pembangunan Sanitasi Kota yang terdiri dari lima tahapan yakni:

Tahap A: Pengenalan program dan pembentukan Pok-

ja Sanitasi KotaTahap B: Penilaian Pemetaan Sanitasi Kota (Penyusun an Buku Putih Sanitasi Kota)Tahap C: Penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK)Tahap D: Penyusunan Rencana Tindak SanitasiTahap E: Pemantauan dan EvaluasiSebagaimana dengan panduan penyusunan Buku

Putih Sanitasi Kota, panduan penyusunan Strategi Sani-tasi Kota (SSK) disusun berdasarkan berbagai teori yang ada, petunjuk-petunjuk Pemerintah Pusat, dan berbagai pengalaman yang diperoleh selama mendampingi bebera-pa kota untuk menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK).

Panduan ini berupaya mendorong terciptanya dialog interaktif di antara anggota-anggota Pokja Sanitasi Kota dan akhirnya mendorong proses pengembangan kapasi-tas. Tetapi selain itu proses yang dibangun melalui manual ini dimaksudkan juga agar Pokja memiliki rasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap apa yang sudah disusun-nya secara bersama-sama.

Pada saat awal-awal program, panduan yang disusun masih bersifat sementara. Kualitas SSK yang dihasilkan oleh kota-kota pun mungkin masih belum memadai, teru-tama dari sudut pandang akademis. Tetapi yang terpenting ialah bahwa Pokja sudah mampu bekerja sama (termasuk belajar bersama) untuk menghasilkan sebuah rencana strategis yang terintegrasi. Ini adalah prestasi yang sangat tinggi mengingat bahwa hal tersebut selama ini sukar di-jalankan. Panduan penyusunan SSK ini di antaranya juga memuat pengalaman-pengalaman Pokja Sanitasi Kota.

Hasil yang akan dicapai melalui proses ini adalah:• Identifikasi temuan-temuan penting di dalam Buku

Putih• Kesamaan pemahaman tentang kondisi sanitasi kota• Kesamaan pemahaman tentang rujukan lainnya• Jadwal, rencana kerja, dan pembagian tugas penye-

lesaian SSKSebelum memulai penyusunan SSK, sebaiknya Pokja

mengkaji-ulang Buku Putih Sanitasi Kota. Beberapa orang anggota yang ditunjuk, diminta membuat ringkasan Buku Putih dan mempresentasikannya di depan para anggota lain guna mengingatkan kembali hal-hal yang dituliskan dalam buku tersebut. Sebelum itu anggota-anggota Pokja sebaiknya berkunjung ke lapangan untuk memastikan atau mengkonfirmasi ulang bahwa apa yang ditulis di dalam Buku Putih sesuai dengan kondisi nyata di lapangan. Jika ada perbedaan antara kondisi lapangan dan isi Buku Putih, Pokja bisa memperbaiki atau menambahkan-nya ke dalam Buku Putih.[Eko]

DOK. POKJA AMPL

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

50

Juni 2010Juni 2010

W arga DKI Jakarta mengalami krisis air bersih lantaran berkurangnya pasokan air oleh dua operator PAM yang diduga akibat perbaikan pompa air baku oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II dan PT Aerta Air Jakarta. Sebanyak 81 ke-

lurahan yang merupakan pelanggan air bersih di wilayah layanan Palyja mengalami gangguan pasokan air bersih yakni 38 kelurahan mengalami penghentian pasokan air bersih dan 43 kelurahan mengalami penurunan volume air bersih.

Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengaku telah mengetahui kekurangan suplai air bersih bagi warga Jakarta meskipun belum mendapatkan laporan resmi dari kedua operator PAM yakni Aetra dan Palyja. “Saya menunggu laporan dari operator. Namun saya imbau agar warga Jakarta hemat air bersih, jangan boros mengguna-kan air,” kata Fauzi Bowo. Karena belum adanya laporan tersebut, maka belum dapat diketahui apakah kekurangan air itu diakibatkan kekeringan yang sedang melanda Ja-karta atau diakibatkan masalah lain.

Kalangan politisi DPRD DKI menilai kedua operator merupakan pihak yang bertanggung jawab atas krisis air

bersih tersebut sebagai rekanan dari PD PAM Jaya. “Me-reka itu kan berperan sebagai petugas penyediaan air bersih bagi warga Jakarta. Seharusnya masalah kekeringan atau berkurangnya pasokan air baku karena musim kemarau sudah bisa diantisipasi,” kata anggota Komisi D DPRD DKI, Prya Ramadhani di DPRD DKI.

Seperti diketahui, musim kemarau dan musim hujan selalu terjadi setiap tahun sehingga seharusnya PDAM Jaya dan kedua operator sudah memiliki solusinya. Krisis air bersih saat ini disebabkan pasokan air bersih kepada se-bagian besar pelanggan PT Palyja di wilayah Barat Jakarta mengalami gangguan akibat penurunan pasokan air baku ke Instalasi Pengolahan Air (IPA) Pejompongan I dan II. Penurunan pasokan juga terjadi di operator air PAM lain-nya yaitu PT Aetra Air Jakarta dimana kualitas air baku menurun antara lain berwarna kehitaman dan menge-luarkan bau yang menyengat yang disebabkan terjadinya penurunan volume air baku dari Curug sebagai akibat dari perbaikan pompa air baku oleh Perum Jasa Tirta (PJT) II.

Corporate Secretary Aetra, Yosua L Tobing, mengatakan berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran terhadap air baku berasal dari Kalimalang yang dilakukan secara te-rus menerus oleh tim produksi dan trunk main PT Aerta di IPA Buaran, terpantau tingkat konsentrasi dari salah satu parameter terdapat ammonia telah mencapai lebih dari 1.7 ppm padahal kondisi normal hanya berkisar maksimum 0.5 ppm. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa secara kasat mata air baku yang diterima terlihat berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat.

Meskipun mengalami penurunan kualitas air baku, pihak Aetra tetap berusaha memproduksi air bersih sesuai standar yang ditentukan Kementerian Kesehatan. Aetra berkomitmen untuk memproduksi air dengan standar kualitas air minum sesuai dengan Kepmenkes 907/2002 pada seluruh IPA Buaran I dan II serta IPA Pulogadung.

Fakta

Krisis Air Bersih Kembali Landa DKI Jakarta

81 Kelurahan Terganggu Peroleh Pasokan Air Bersih

ISTIMEWA

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

51

Juni 2010Juni 2010

Untuk itu, Aetra telah melakukan tindakan penggelon-toran pipa agar kualitas air yang diterima pelanggan tidak keruh.

Ganggu PerkantoranKrisis air bersih yang melanda Jakarta diperkirakan

masih akan berlangsung beberapa saat lagi. Tak hanya menyengsarakan masyarakat, krisis itu juga mengganggu perkantoran seperti dialami Pemkot Administrasi Jakarta Utara. Terganggunya pasokan air bersih ke gedung per-kantoran Pemkot Administrasi Jakarta Utara memaksa Kepala Bagian Umum Tjiknan Marsuf melayangkan su-rat ke PT Aetra untuk secepatnya mengedrop air bersih untuk kebutuhan kantor. Secepatnya pasokan air harus bisa direalisasikan. Pemkot bahkan bersedia membeli air untuk mengisi tangki penampungan berkapasitas 50 kilo-liter. Terhentinya pasokan air hingga dua hari ke depan berdampak buruk pada kondisi Kantor Wali Kota. Sudah pasti menimbulkan bau yang kurang sedap hingga ke ru-ang kerja di setiap lantai.

Ketika krisis air PAM di Jakarta belum berakhir. Sejum-lah warga Jakarta pun menjerit. “Air PAM mati melulu. Pengelolaan air baku bagaimana? Apa dari awal tidak ada perencanaan yang matang? Jangan pikirkan keuntungan sepihak. Pikirkan kerugian orang banyak,” tulis seorang pelanggan air PAM, Temmy. Keluhan lain disampaikan puluhan warga Jakarta. Sudah lebih dari sehari air tidak mengalir normal. Dalam sehari air mati di sejumlah tem-

pat bisa sampai tiga kali mati. Dalam waktu 3X24 jam air di Pademangan mati.

Sementara Resfiando menulis. “Sudah 2 hari, suplai air di Rawamangun, Jakarta Timur berhenti. Tidak ada yang mau bertanggung jawab untuk mengatasi permasalah an ini. Aetra sudah tidak layak lagi mengurus suplai air. Ka-lau urusan tagihan, cepatnya bukan main, tapi kalo sudah mandek gini cuma diam saja,” tulisnya.

Warga pun meminta kejelasan dari operator perusahan air bersih. Mereka menuntut ada perbaikan pelayanan. “Hampir seluruh pelanggan Aetra di Jakarta Timur-Jakarta Utara-Jakarta Pusat krisis air. Kapan pihak Aetra memberi penjelasan resmi melalui media cetak atau media elektro-nik kepada pelanggannya? Jika Pompa rusak sampai kapan pasokan air kembali normal?” tanya Anna

Keluhan terhentinya pasokan air juga disampaikan oleh warga Semper Barat, Cilincing. Seorang warga, Rodiah (30), mengatakan, tanda-tanda terganggunya pasokan air bersih sudah terjadi sejak tiga hari lalu. “Air memang ngucur, tapi pelan dan sedikit,” katanya. Acong, warga Karanganyar, Ja-karta Pusat, menyebutkan, pasokan air ke rumahnya tidak mengalir sejak dua hari terakhir. Dua hari sebelumnya sem-pat mengalir sedikit. “Benar-benar sengsara tidak tahu kapan derita kami berakhir,” katanya. Warga di daerah itu terpaksa menggunakan air minum isi ulang seharga Rp 3.500-Rp 4.000 per galon (19 liter) untuk berbagai keperluan, seperti mandi, cuci, dan memasak.

Siaran pers dari PT Aetra menyebutkan, dampak dari perbaikan kerusakan pada pompa air baku Pulogadung, sekitar 40 persen layanan Aetra terganggu. Corporate Secre­tary PT Aetra, Yosua L Tobing, mengatakan, daerah yang mengalami gangguan pasokan air bersih antara lain di se-bagian Jakarta Pusat, sebagian Jakarta Utara, dan sebagian Jakarta Timur. Dengan kondisi ini, Aetra terpaksa menu-runkan produksi sebesar 40 persen dari produksi normal. Dalam tiga hari ke depan diupayakan kapasitas produksi dapat meningkat sehingga pemulihan gangguan suplai air bersih dapat diupayakan secara bertahap.

Ganti Rugi Anggota Badan Pengurus Yayasan Lembaga Konsumen

Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan, konsumen berhak mendapatkan ganti rugi karena buruknya mana-jemen PAM. “PAM harus memberikan ganti rugi atau setidaknya memberikan diskon kepada pelanggan akibat matinya aliran air,” ujarnya. PAM, kata Tulus, dini-lai melanggar UU No 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen dan UU 25 Tahun 1999 tentang Pelayanan Publik.

FAKTA • Kurang dari 1% dari air tawar dunia (atau sekitar

0,007% dari semua air di bumi) adalah mudah diakses untuk digunakan manusia secara langsung.

• Tanpa makanan seseorang bisa hidup selama ber-minggu-minggu, tetapi tanpa air Anda dapat berharap untuk hidup hanya beberapa hari.

• Kebutuhanharianuntuksanitasi,mandi,danmema-sak kebutuhan, serta untuk menjamin kelangsungan hidup, adalah sekitar 13,2 galon per orang.

• Orang miskin yang tinggal di daerah kumuh seringmembayar 5-10 kali lebih banyak per liter air daripada orangkayayangtinggaldikotayangsama.

ISTIMEWA

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

52

Juni 2010Juni 2010CatatanPerjalanan

Oleh Maraita Listyasari

I nternational Learning Exchange (ILE) merupakan pertemuan 2 tahunan yang diselenggarakan oleh UNICEF-India, UNICEF WES (Water and En­vironmental Sanitation) New York dan Pemerin-tah India. Pertemuan ini merupakan forum ber-

bagi pengalaman dan pengetahuan atas kisah sukses dan tantangan yang dihadapi sektor air minum dan sanitasi.

ILE yang diselenggarakan pada tanggal 13 hingga 23 April ini diikuti oleh 17 negara dan 56 peserta. Delegasi Indonesia terdiri dari Maraita Listyasari, mewakili Pemerintah Indonesia, dan Julianty Sopacua, mewakili UNICEF Indonesia-Jakarta.

Secara keseluruhan, ILE terdiri dari pertemuan besar yang dihadiri oleh seluruh peserta kemudian dilanjutkan dengan kunjungan lapangan (site visit) sesuai dengan fokus prioritas setiap peserta. Fokus utama dari ILE ke-4 ini adalah berbagi pengalaman atas berbagai pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah India serta upaya pencapaian Millennium Development Goals (MDG) khususnya target air minum dan sanitasi, yang terbagi atas 4 modul pembelajaran: (A) Water Safety and Security, (B) Household Sanitation and Home Hygiene, (C) Water and Sanitation in Schools; (D) Community and School Water Supply and Sanitation in Tribal Areas.

Pertemuan dimulai dengan Inaugural Session, yang dihadiri oleh Minister Rural Development, Secretary Menister for Water Supply, UNICEF Representatives dan seluruh peserta dari 18 negara. Pada sesi ini dinyatakan maksud dan tujuan diselenggarakan ILE, yaitu untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan untuk meningkatkan kualitas penyediaan air minum dan sanitasi di India maupun pada

negara peserta. Saat ini India telah berhasil mencapai MDG khusus target

air minum melalui penyediaan air minum bagi penduduk perdesaan sebesar 84%, dimana target MDG mencapai 82%. Namun demikian, India masih memiliki tantangan untuk menyediakan sumber air minum yang lebih baik bagi setiap rumah tangga sehingga kebijakan penyediaan air minum 5 tahun kedepan adalah pembangunan sistem air minum perpipaan bagi masyarakat perdesaan. Disisi lain, India telah berhasil meningkatkan cakupan pelayanan sanitasi dari hanya sebesar 1% pada tahun 1981 menjadi 64% pada tahun 2010 ini. Peningkatan cakupan yang sangat fenomenal ini merupakan hasil dari pelaksanaan program TSC (Total Sanitation Campaign) yang diiringi dengan penerapan skema insentif, yaitu berupa pemberian penghargaan Nirmal Gram Puraskar (NGP) dari Presiden India. Pengalaman pelaksanaan program TSC yang dilengkapi dengan penyusunan berbagai model pelaksanaan yang beragam, inovatif, efektif dan praktikal tersebut merupakan salah satu program yang akan diambil pelajarannya oleh pelaku pembangunan sanitasi di negara-negara lain.

Sekilas mengenai TOTAL SANITATION CAMPAIGN

Pembangunan sanitasi di India dilak-sanakan melalui program Total Sanitation Campaign (TSC) yang dijalankan oleh seluruh pelaku pembangunan di India. Sebelumnya, Pemerintah India menjalankan program Central Rural

Sanitation Programme (CRSP) yang mulai diadopsi pada tahun 1986 dengan didasarkan pada asumsi bahwa pemberian subsidi akan berdampak pada peningkatan cakupan masyarakat terhadap layanan sanitasi. Namun demikian, pada tahun 1999 Pemerintah India merestrukturisasi CRSP menjadi TSC, yang merupakan program tanggap kebutuhan (demand driven) dengan

International Learning Exchange - 2010 For Water, Sanitation and Hygiene Education

India, 13-24 April 2010

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

53

Juni 2010Juni 2010

pendekatan tanpa subsidi. Program TSC ini memberikan penekanan pada peningkatan kesadaran masyarakat melalui IEC (information, education and communication) mengenai perubahan sikap dan perilaku terkait dengan kebersihan pribadi (higienitas). TSC bukan merupakan program yang bersifat fisik (hardware programme) yang menyediakan bantuan teknis pada pembangunan jamban bagi masyarakat berpenghasilan rendah (Below Poverty Line – BPL), melainkan suatu program yang memfasilitasi proses kampanye bagi peningkatan kebutuhan akan fasilitas jamban dan memenuhi kebutuhan jamban tersebut dengan menyediakan pilihan teknologi yang beragam sesuai dengan penghasilan dan kondisi ketersediaan air.

Tujuan utama dari TSC adalah:a. Meningkatkan kualitas hidup di daerah perdesaan b. Meningkatkan cakupan sanitasi di daerah perdesaanc. Menciptakan kebutuhan terhadap fasilitasi sanitasi

me la lui peningkatan kepedulian dan pendidikan kesehatan

d. Melengkapi sekolah/paud di daerah perdesaan dengan fasilitasi sanitasi dan memperkenalkan pendidikan hygiene dan kebiasaan sanitasi diantara para murid

e. Meningkatkan penerapan biaya yang efektif dan tek-nologi yang tepat pada layanan sanitasi

f. Menghilangkan praktek buang air besar di sembarang tempat untuk mengurangi risiko kontaminasi sumber air minum dan makanan

g. Mengubah jamban kering menjadi jamban siram (pour flush latrine) di daerah perdesaan. Beberapa komponen dan kegiatan dari pelak­

sanaan program TSC adalah sebagai berikut: a. Kegiatan awal. Pada awal pelaksanaan program TSC,

yang dilakukan adalah survey pendahuluan untuk menilai status sanitasi dan praktek hygine, kebiasaan masyarakat dan kebutuhan masyarakat terhadap peningkatan kualitas sanitasi, dan sebagainya.

b. Kegiatan IEC. Komponen Information, education and communication (IEC) ini bertujuan untuk menciptakan kebutuhan fasilitas jamban di daerah perdesaan bagi rumah tangga, sekolah maupun PAUD (pendidikan anak usia dini). Setiap district harus memiliki detail rencana kerja IEC yang memuat strategi untuk memotivasti masyarakat agar dapat mengadopsi perilaku hygiene sebagai jalan hidup sehingga dapat membangun dan memelihara seluruh fasilitas yang terbangun melalui program TSC ini.

c. Pusat penjualan dan produksi sarana sanitasi perdesaan (Rural Sanitary Marts and production centres). Rural

Sanitary Mart (RSM) merupakan pusat penjualan material yang diperlukan untuk konstruksi, yang tidak hanya diperlukan untuk pembangunan jamban melainkan untuk sarana sanitasi lainnya yang diperlukan untuk individu, keluarga dan lingkungan pada daerah perdesaan. Selain menyediakan material, RSM juga memberikan layanan dan petunjuk yang diperlukan untuk membangun berbagai jenis jamban dan fasilitas sanitasi lainnya. Adapun pusat produksi (production centres) merupakan pusat pembuatan bahan-bahan (material) bagi pembangunan sarana jamban dengan harga yang terjangkau. Pusat produksi dan penjualan ini dibuka dan dioperasikan oleh LSM, organisasi perempuan atau masyarakat desa.

d. Pembangunan Jamban Keluarga. Selain bertujuan agar setiap rumah tangga memiliki sarana jamban, program TSC juga bertujuan untuk mengubah seluruh jamban kering di daerah perdesaan menjadi jamban siram (pour flush latrines). Pada program ini masyarakat berpendapatan rendah (BPL) mendapatkan insentif setelah BPL tersebut selesai membangun sendiri jambannya. Adapun pola pemberian insentif adalah sebagai berikut:

e. Kompleks Sanitary Masyarakat; merupakan suatu kumpulan dari sarana jamban yang ditempatkan pada lokasi dimana jamban keluarga tidak mungkin dibangun, seperti tempat umum, pasar dan tempat-tempat lain dimana masyarakat seringkali berkumpul. Tujuan pembangunan kompleks ini adalah untuk mengajarkan masyarakat mengenai praktek PHBS.

f. Sanitasi sekolah dan pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat. Anak-anak sangat terbuka terhadap pemikiran baru, sedangkan sekolah/PAUD merupakan institusi yang tepat untuk mengenalkan perubahan perilaku, pola pikir dan kebiasaan anak-anak dari buang air besar sembarangan hingga menggunakan toilet melalui motivasi dan pendidikan. Berdasarkan alasan tersebut maka sanitasi sekolah merupakan bagian dari setiap proyek TSC. Tidak hanya pembangunan toilet pada setiap sekolah, Proyek TSC

Unit Biaya Dasar (Rs)

Kontribusi

PemPus Pemda Masyarakat

BPL APL BPL APL BPL APL

Hingga Rs.625/- (single pit) 60% 0 20% 0 20% 100%

Rs.625/- s/d Rs.1000/- 30% 0 30% 0 40% 100%

Lebih dari Rs.1000/- 0 0 0 0 100% 100%Keterangan: BPL = below poverty line;APL=above poverty line; 1 US$ = 40Rs

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

54

Juni 2010Juni 2010

juga menyediakan toilet lelaki dan perempuan secara terpisah. Biaya pembangunan sekolah disediakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan Guru/Orang Tua/Kelompok Masyarakat dengan perbandingan 60:30:10. Selain pembangunan jamban di sekolah, proyek TSC juga melatih pendidikan kesehatan setidaknya satu orang guru agar dapat mengajarkan kepada anak-anak melalui kegiatan yang menarik.

Kunjungan Lapangan Modul B – household sanitation

and home hygiene (sanitasi keluarga dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat). Tujuan dari modul ini adalah meningkatkan pemahaman peserta terhadap program sanitasi nasional, yang bertujuan untuk memotivasi setiap rumah tangga di perdesaan untuk memiliki sarana jamban dan mengadopsi perubahan perilaku. Beberapa poin penting yang diharapkan dapat dipahami adalah sebagai berikut:

l Strategi dan komponen kuncil Pasar sanitasi di desa (Rural Sanitation Mart) l Penghargaan dan insentifl Pengaturan lembagal Kegiatan-kegiatan yang inovatif pa da pengelolaan

per sampahan dan air limbah, air minum dan konservasi energi.

Lokasi Kunjungan LapanganBeberapa lokasi yang didatangi adalah sebagai berikut: - State: Karnataka, Bangalorel District Shimoga l Village Hadonalli l Village Bheemanakone l Village Heggodu - State: West Bengal, Kolkatal District Purba Medinipur l Village Nirbhaypur l Village Podumkhana l Village Barodal Village Tangrakhali

Beberapa hal yang ditemui dilapangan: Setiap rumah tangga telah memiliki jamban yang

dilengkapi dengan unit pengolah air limbah berupa cubluk (baik cubluk tunggal

maupun cubluk kembar)

dan bio-digester. Demikian pula dengan sekolah, anganwari (PAUD/pendidikan anak usia dini) dan tempat-tempat umum. Bahkan, karena masyarakat merasa pentingnya kepemilikan jamban yang dilengkapi dengan unit pengolah air limbah, maka ada yang membangun cubluk dibawah dapur miliknya karena ketidaksediaan lahan yang cukup.

Peningkatan kualitas sarana jamban juga terlihat di lapangan. Sebuah keluarga pada awalnya memiliki jamban seadanya, dengan dinding jamban (super structure) terbuat dari ilalang, tanpa atap (lihat gambar). Setelah memiliki cukup dana, akhirnya keluarga tersebut membangun sebuah jamban baru, yang lebih dekat dengan lokasi rumah dan merupakan bangunan permanen. Keluarga tersebut mengaku bahwa peningkatan kualitas jamban ini sebagai simbol prestise bahwa mereka bisa memiliki jamban dengan kualitas yang lebih bagus. Karena letaknya dekat dengan kebun sebagai tempat mereka bekerja, maka jamban ‘non-permanen’ masih mereka gunakan.

Target yang ingin dicapai adalah termotivasinya masyarakat terhadap perlaku hidup bersih dan sehat serta setiap rumah tangga dapat memiliki jamban tersendiri. Kepemilikan tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa penggunakan fasilitas skala bersama tidak mampu menjamin pengelolaan dan perawatan terhadap sarana

2 unit jamban keluarga yang dibangun bersebelahan. Bak air disimpan diluar jamban. (gambar kiri). Dapur salah seorang warga yang dibawahnya terdapat cubluk untuk mengolah limbah domestik(gambar kanan).

(1) Jamban rumah tangga dengan dinding permanen;(2)jambandikebun;(3)jamban

dengan dinding ilalang.

1 2

3

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

55

Juni 2010Juni 2010jamban yang telah terbangun tersebut. Bahkan pengelolaan limbah cair bio-digester juga dimiliki oleh satu keluarga, walaupun sebagai input tidak hanya menggunakan limbah domestik (tinja manusia) melainkan kotoran hewan ternak, terutama sapi.

Tidak hanya pembangunan fasilitas jamban, perilaku hidup bersih dan sehat juga diwujudkan dari pembuatan tungku masak sehat yang memungkinkan asap dari pembakaran tungku dapat dialirkan keluar ruangan.

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara pada masyarakat, kesehatan keluarga terutama merupakan tanggung jawab ibu. Untuk itu, program TSC difokuskan pada kaum perempuan serta melibatkan anak-anak melalui pendidikan hygiene di sekolah-sekolah.

Beberapa desa yang dikunjungi telah memperoleh Nirmal Gram Puraskar yang menunjukkan bahwa seluruh desa telah terbebas dari buang air besar sembarangan.

Pembelajaranl Perencanaan terpadu; kebijakan dan rencana pe lak-

sanaan yang jelas l Keinginan politik yang kuatl Komitmen dan kepemimpinan yang kuat termasuk

keuangan pada semua tingkatanl Sistem insentif dan penganugerahan Nirmal Gram

Puraskar (NGP)l Pasokan sesuai dengan permintaan; penciptaan ke-

butuhan dan ketersediaan pusat produksil IEC yang terdesain baik dan sesuai kondisi setempatl Keterlibatan semua pemangku kepentinganl Keterlibatan aktif wanita dan anak-anakl Peran kuat LSMl Pengujian kualitas air rutinl Tingkat melek huruf tinggi l Ketersediaan pilihan teknologil Pilihan sumber pembiayaan tersedia l Pemantauan dan evaluasi di berbagai tingkatanl Pengelolaan pengetahuan yang memadai. Setiap de-

sa memiliki sistem pendataan tersendiri sehingga terlihta perkembangan kondisi kesehatan masyarakat sebagai dampak dari pembangunan sarana jamban dan diterapkannya praktek hidup bersih dan sehat.

lUpaya-upaya perbaikan kondisi sanitasi mulai di-ikut kan pada skema CDM (Clean Development Management) sehingga dari penjualan karbon didapatkan sumber pendanaan sebagai insentif bagi masyarakat.

lPengelolaan persampahan skala rumah tangga dilakukan dengan mengaitkan dengan kegiatan peningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.

Perlu ditingkatkan:lAntisipasi pertumbuhan penduduk yang tinggi lAkses ke toilet umum di sekitar tempat kerja lKurang kepedulian terhadap konservasi sumber airlMemasukkan pengelolaan drainaselPeningkatan jangkauan penampungan air hujanlLimbah yang dihasilkan bio gas perlu diujiPengelolaan Tinja HewanlHewan dalam rumahlCubluk tunggallKualitas air tanah terganggu oleh teknologi sanitasi

yang kurang tepatlKekurangan fasilitas sanitasi sekolah

Tindak LanjutYang terpenting dari ILE ini adalah upaya tindak

lanjut yang akan dilaksanakan di Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan air minum dan –terutama- sanitasi bagi masyarakat. Upaya tindak lanjut yang dilakukan dapat berupa penyusunan kebijakan, penerapan strategi hingga penguatan kapasitas dari berbagai pelaku kepentingan.

1

(1) Kompor gas yang menggunakan gashasilpengolahantinja,terlihatslang yang mengalirkan gas dari bio digester. (2) Tungku yang dilengkapi dengan pipa penyalur asap. (3) kumpulan kotoran ternak yang disimpan dibelakang jamban, dekat unit pengolahan limbah, yang akan diolahbersamalimbahdomestik.(4) Jamban yang dilengkapi dengan bio digester, terlihat pipa dan slang penyalur gas hasil pengolahan limbah.

4

3

2

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

56

Juni 2010Juni 2010

KETIKA menyikapi sebuah kebijakan tentang air bersih, sanitasi dan kesehatan lingkungan, kerap terjadi dalam sebuah dialog berujung

pada perbedaan pendapat serta cara pandang dalam menafsirkan sebuah kebijakan. Perbedaan cara pandang tersebut paling sering muncul diantara pemangkukepentingansepertiantaralembaga swadaya masyarakat, industri swasta,utilitaspublik,serikatburuh,berbagai kelompok sipil dan pemerintah yang kemudian lebih sering berada di tengahdalamsetiapperbedaanyangterjadi.

Lewat buku bertajuk A Guide to Multistakeholder Work dengan sub judul Lesson from The Water Dialogues yang ditulis Hilary Coulby ini coba ditelusuri dan di cari pemecahannya apa dan bagaimana sejumlah pihak yang kerap berbeda pandangan ini baik LSM, sektor swasta, pemerintah danutilitaspubliklainnyadapatsalingberkontribusiuntuk mencapai sebuah tujuan mulia yaitu akses air bersih, dan sanitasi, yang terjangkau dan berkesinambungan dengan fokus pada kebutuhan masyarakat miskin. Buku ini menekankan bahwa dialog merupakanrintisanpendekatanyangtransparandanadil untuk penyusunan kebijakan.

Satu diantara masalah paling krusial dalam dialog air dan sanitasi adalah dialog yang terjadi cenderungbersifatelitis,dalamartitidakmenyentuhakarrumput.Artinyamerekayangnotabenesangatmembutuhkansebagianbesartidaktersentuh.

Hal ini karena dialog itu lebih banyak menggarap persoalan-

persoalandiseputarisuelitisdannormatifdaripadaisu kemanusiaan nyata yang dihadapi secara bersama-samaolehsemuapemangkukepentingansoalAMPL.

Akibatnya, masyarakat di akar rumput tidakpernahbenar-benarmerasakanmanfaat dialog itu bagi kehidupan mereka.Dialogbersifatelitis,tidaksearah dan sebangun bagi masyarakat awam adalah sebuah konsep yang terlalumuluk,dantidakpernahmemberikan kontribusi apapun bagi penyelesaian persoalan nyata yang menghimpit mereka.

Kitaseringkalilupabahwakonflikairdansanitasiyangterjaditidakselaludapat dijelaskan dengan melihat sebab yang bersifat kasat mata. Tak jarang konflikituterjadikarenalatarbelakang

ekonomi,politikatausosiokulturaltertentu.Persoalankemiskinan,kecemburuanekonomi,ketidakadilanperlakuandibidangpolitik,pendidikanadalahsebagian dari masalah sosial yang dapat membawa-bawa nama air dan sanitasi untuk diseret ke dalam jebakankonflik.Jadimasalahkebijakantentangairbersihdansanitasisebenarnyatidakselalumenjadifaktorutamapenyebabkonflik.Karenaitulahdialogantarpemangkukepentingantentangairdansanitasiseharusnya juga menyentuh persoalan nyata di tengah masyarakat, bukannya terus berkutat di seputar isu elitisdanberbuntutkepentingansesaatyangtakberkesudahan.

Dialog Air (Water Dialog)Pada dasarnya buku ini merupakan rangkuman

pembelajaran proses dialog diantara pemangku

Panduan untuk Multipihak, Sejumlah Pelajaran Berharga dari Dialog tentang Air Bersih

Info Buku

Page 57: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

57

Juni 2010Juni 2010

kepentingandibeberapanegaratermasukIndonesia,yang terjadi dalam periode sekitar 4 tahun sejak 2004-2008. Proses dialog ini difasilitasi oleh suatu forum Water Dialog yang berskala internasional. Hal menarikdariprosesdialoginikarenamelibatkantigapihak yang saling berbeda paham tentang penyediaan air minum. Di satu sisi terdapat LSM yang nota bene mengharamkan keterlibatan swasta, dan pihak swasta yang terlibat langsung sebagai penyedia air minum, serta pemerintah yang berfungsi sebagai regulator.

Tahapandialog,kumpulaninovasisertapembelajaran yang terekam dalam proses dialog tersebut yang terjadi di beberapa negara kemudian dibukukan. Proses penyusunan buku ini sendiri melalui tahapan pengumpulan data, wawancara, dan diskusi yang kemudian dituangkan oleh penulisnya yang juga sekaligus menjadi koordinator internasional dari keseluruhan proses dialog ini. Kekuatan dari buku ini kemudian adalah karena disusun oleh penulis yang menjadi fasilitator proses dialog.

PembelajaranSejumlahmanfaatterpetikdaribukuyangmenjadi

panduan untuk memecahkan persoalan air bersih dan sanitasi ini. Dalam buku setebal 107 halaman yang ditulis diatas kertas art paper ini memuat sejumlah hal antaralain;•Pengalamandialogskalanasionalyangterjadidisejumlahtempattentangairbersihdansanitasi;

•DasarbagidialogskalanasionalbagisejumlahpemangkukepentinganAMPLyangakanmengarahpadapengembanganadvokasidanpesankomunikasi;

•Dasardiskusipadatingkatanmajelisinternasionalterutamamenyangkutsengketayangpelik;

•Kerangkakerjabagipihakluaruntukmemahamidialogtentangairdansanitasi;

•Pentingnyaprosesdialoguntukdonor,pihakswasta,lembaga swadaya masyarakat, pemerintah dan khalayak yang lebih luas.

Melalui buku ini juga dipaparkan bagaimana dialog air bersih dan sanitasi memberikan kontribusi terhadap perdebatan yang sedang berlangsung dalam penyediaanair?Setiapnegaratelahmengadopsisendiri kumpulan strategi dan pendekatan. Tulisan ini menyorotiinovasiyangberbedapadatingkatnegarayang akan menarik bagi masyarakat internasional: •Membuatmetodeinovatifuntukpenelitianberbasiskonsensuspadapersoalanpartisipasisektorswasta

(PSP) (Brazil) •Mencobamemahamiketerlibatanswastadalam

penyediaan air minum secara lebih baik melalui penyusunanBukuPutihKeterlibatanSwastadalamPenyediaan Air Minum di Indonesia dan Studi Kasus Perbandingan Penyediaan Air Minum oleh PDAM dan Swasta (Indonesia)

•Peranpentingyangdimainkanolehpenyediaairminum skala kecil (Uganda)

•Menciptakanforumbaruuntukdialog(Filipina)Terlepas dari perbedaan paham yang kadang-

kadangcukuptajamdiantarapemangkukepentingan,beberapahalberhasildisepakatidiantaranyapentingnyaketerlibatanpemerintahdalamforumdialogsepertiiniagarkesepakatanyangdicapaidapat menjangkau pengambil keputusan. Selain itu, masuknyaberbagaipemangkukepentingankunciyangdiperlukan merupakan faktor yang menentukan. Ini tidakberartibahwasemuakelompokharusterlibattetapisetidaknyaketerlibatanpemangkukepentinganutama sangat mendorong tercapainya konsensus pentingdiantarapemangkukepentingan.

Terlepas dari beberapa kekurangan dari buku ini, namunkeberadaannyasetidaknyabisamembantumenjadipanduanbagipemangkukepentinganyangingin mengedepankan proses dialog dalam pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan di Indonesia [Eko/OM]

ISTIMEWA

Page 58: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

58

Juni 2010Juni 2010

Sejumlah Situs PentingDunia soal AMPL

International Reference Centre (IRC) for Water and Sanitation.

Sebuah portal atau Pusat Informasi Internasional yang khusus menangani masalah air bersih dan sanitasi. Sebagai sebuah portal dan pusat informasi hampir seluruh produk komunikasi publik terdapat dalam portal ini. Tidak itu saja, hasil penelitian dan

kajian strategis juga disajikan. Portal yang berbasis di Belanda ini merupakan portal sanitasi dan air bersih paling banyak dikunjungi masyarakat dunia. Bahkan dapat dikatakan merupakan portal air dan sanitasi terbaik di dunia. Termasuk juga jika menyangkut manajemen pengetahuan.

IWA Publishing Onlinehttp://www.iwaponline.com

Situs ini milik IWA Publishing’s Water and Wastewater Online Journal. Di dalam situs ini pengunjung dapat memperoleh jurnal-jurnal yang berkaitan dengan air dalam berbagai topik seperti Journal of Hydroinformatics, Journal

of Water and Health, Journal of Water Supply: Research and Technology-Aqua, Nordic Hydrology, Water Asset Management International, Water Intelligence Online, Water Practice and Technology, Water Policy, Water Research, Water Science and Technology, Water Science and Technology: Water Supply, Water Utility Management International. Disini pengunjung juga dapat mendaftarkan dirinya untuk berlangganan online

jurnal yang ada.

ASCE Research Libraryscitation.aip.org/iro

Situs ini milik the ASCE Online Researh Library, yaitu suatu perpustakaan penelitian (research library) yang memiliki koleksi lebih dari 33.000 full text papers yang berasal dari ASCE Journals dan proceedings yang telah diterbitkan

sejumlah 300.000 halaman dan setiap tahunnya sekitar 4.000 makalah baru ditambahkan. Jurnal yang terdapat di ASCE library antara lain: Journal of Water Resources and Planning Management, Journal of Waterway, Portal, Coast, and Ocean Engineering, Practice Periodical of Hazardous, Toxic, and Radioactive Waste Management, Journal of Hydrologic Engineering, Journal of Environmental Engineering, Journal of Irrigation and Drainage Engineering, Natural Hazard Review, dan lain sebagainya.

Water Aidhttp://www.wateraid.org.uk

Di dalam situs ini pengunjung dapat memperoleh berbagai macam materi edukasi seputar air yang diperuntukan bagi para guru, anak-anak dan masyarakat umum. Materi edukasi yang dapat diperoleh disini antara lain berupa film pendek, permainan, studi kasus, dan paket ajaran. Disini juga tersedia dokumen

dan materi publikasi yang berkaitan dengan kebijakan dan program kerja di negara-negara tempat mitra mereka. WaterAid merupakan organisasi pemberi santunan yang bertujuan untuk membantu masyarakat terbebas dari kemiskinan dan penyakit yang diakibatkan oleh tidak terpenuhinya air bersih dan sanitasi yang baik di dalam kehidupan mereka sehari-hari. Visi dari WaterAid adalah terciptanya dunia yang mana masyarakat di dalamnya memiliki akses untuk mendapatkan air bersih dan sanitasi yang baik.

Info Situs

Page 59: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL

59

Juni 2010Juni 2010

Majalah Majalah Percik Edisik Khusus Sani-mas Terbit Maret 2010

Percik Yunior Edisi 15, Juni 2010 ”Kurangi & Pakai Lagi“

Petunjuk Petunjuk 10-Langkah Program Promosi (Ringkasan: Layanan Air Membantu Profesional Mening-katkan Air, Sanitasi, dan Program

Kebersihan). Penerbit: Asia-Water-links, USAID, 2009.

Petujuk soal Air, Sanitasi, Higiene, dan Habitat di Lingkungan Lapas & Rutan. Penulis: Pier Giorgio Nem-berini, penerbit: Jakarta Publishing, 2007.

Buku Pedoman 3R Berbasis Masyarakat Di Kawasan Permukim-an. Penerbit: PU-Cipta Karya, 2008

Info CD CD Himpunan Peraturan Perun-dangan Mengenai Air Minum dan PenyehatanLingkunganV.14.0610,Juni 2010

CD Data Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Indonesia Juni 2010

CD Bangkik Basamo: Mambuek Rumah Ramah Gampo (Stand Up Together: Building Earthquake Safer Houses). CD Bangkit Bersama : Membuat Rumah Tahan Gempa

CDiniberisi2filmpendekdiNiasandSimeulueSettlementsSupportProgrammeandAcehSanitationAssessment and Assistance Pro-gramme (ASAAP). Film ini menceri-takan program bantuan UN-Habitat dalampembangunanseptictankdan rumah pasca tsunami di Nias dan Aceh tahun 2004 lalu

Laporan Data Perkem-bangan Pengelolaan Perusahaan Daerah Air Mi-num (PDAM) Seluruh Indo-nesia.

PustakaAMPL

Page 60: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi I Tahun 2010 Tema Membidani Pusat Informasi Nasional AMPL