Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

56

description

 

Transcript of Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Page 1: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau
Page 2: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Dari Redaksi 1

Suara Anda 2

Laporan Utama

Mewujudkan Sekolah yang Bersih dan Nyaman 3

Lebih Jelas Tentang Sekolah Hijau 5

Wawancara

DR Dewi Utama Faizah, Penyebar Inspirasi Hidup Sehat 7

Peraturan

Permendagri No. 23 Tahun 2006 8

Wawasan

Sekolah Hijau (Green School) dan Soal

Kesadaran Lingkungan Hidup 10

Bencana Ekologi dan Gagalnya Model Pembangunan Kota 12

Pengaturan Aliran Air Ala Barugaya 13

Kontribusi Sistem Penyediaan Air Minum 15

Reportase

Kelangkaan Air di Perumahan Mustika 17

Purbalingga Kekeringan 18

Cermin

Belajar Sanitasi dari India 19

Kelurahan Jambangan, Hijau Sepanjang Tahun 22

Festival Anak Kali Surabaya 2007 23

Inspirasi

Sang Pawang Air 24

Tamu Kita

Endang Wardiningsih, Gigih Ajari Siswa Peduli Lingkungan 26

Seputar ISSDP

Potret Bersih di Tengah Kota 28

Tak Cukup Menutup Pabrik, Perlu Komitmen Semua Pihak 29

Ketika Diare 'Menjemput' Noviana 31

Pembentukan Inisiatif Kemitraan Pemerintah-Swasta untuk CTPS 32

Seputar WASPOLA 33

Seputar AMPL 38

Program

SMK Negeri 1 Surabaya, Menuju Sekolah Berbasis Lingkungan 44

Klinik IATPI 47

Info Buku 48

Info Situs 49

Info CD 50

Pustaka AMPL 51

Agenda 52

Glossary

Majalah Percik dapat diakses di situs AMPL: http://www.ampl.or.id

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan oleh:Kelompok Kerja Air Minum

dan Penyehatan Lingkungan(Pokja AMPL)

Penasihat/Pelindung:Direktur Jenderal Cipta Karya

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Penanggung Jawab:Direktur Permukiman dan Perumahan,

BAPPENASDirektur Penyehatan Lingkungan,

DEPKESDirektur Pengembangan Air Minum,

Dep. Pekerjaan UmumDirektur Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman,Dep. Pekerjaan Umum

Direktur Bina Sumber Daya Alam danTeknologi Tepat Guna, DEPDAGRI

Direktur Penataan Ruang danLingkungan Hidup, DEPDAGRI

Pemimpin Redaksi:Oswar Mungkasa

Dewan Redaksi:Zaenal Nampira,Indar Parawansa,

Bambang Purwanto

Redaktur Pelaksana:Maraita Listyasari, Rheidda Pramudhy,Raymond Marpaung, Bowo Leksono

Desain/Ilustrasi:Rudi Kosasih

Produksi:Machrudin

Sirkulasi/Distribusi:Agus Syuhada

Alamat Redaksi:Jl. Cianjur No. 4 Menteng, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113http://www.ampl.or.id

e-mail: [email protected]@ampl.or.id

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar. Isi berkaitan

dengan air minum dan penyehatan lingkungandan belum pernah dipublikasikan.

Panjang naskah tak dibatasi.Sertakan identitas diri.

Redaksi berhak mengeditnya.Silahkan kirim ke alamat di atas.

Page 3: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

DARI REDAKSI

1PercikAgustus 2007

Pada kenyataannya Air Minum danPenyehatan Lingkungan (AMPL)tak pernah lepas dari kehidupan.

Seolah menjadi persoalan yang tak segeraterselesaikan, justru terus bertambahpersoalan seirama perkembangan pen-duduk, sosial dan ekonomi.

Dibutuhkan identifikasi dan penyele-saian masalah sesegera mungkin. Me-nyuarakan secara berkesinambunganupaya pembangunan AMPL kepadamasyarakat luas dirasa sangat penting.Penerbitan majalah ini adalah salah sa-tunya.

Pada terbitan edisi 19 ini ditampilkansekolah yang menerapkan konsep"Sekolah Hijau" atau Green School.Pembahasan Sekolah Hijau ini dijadikanmateri laporan utama. Mengapa? Karena

memang belum banyak sekolah yangpeduli terhadap lingkungannya.

Ini penting, menanamkan kesadaranberperilaku hidup bersih dan sehat sejakdi usia sekolah. Bagaimana pun wargalingkungan sekolah sangatlah beragam,mereka datang dari berbagai lingkungan.Diharapkan ketika berada di luar ling-kungan sekolah, mampu menerapkanhidup bersih dan sehat seperti saat disekolahnya.

Lingkungan sekolah yang kondusifsangat diperlukan dalam menghasilkantamatan yang cakap melalui proses bela-jar mengajar berbasis sistem pendidikanyang bermutu. Tidak itu saja, lingkungansekolah yang kondusif juga akan ikutmendorong terwujudnya pola hidupbermutu yang pada saat ini sangat diper-

lukan dalam meningkatkan daya saingbangsa dimata dunia sekaligus me-lestarikan kekayaan sumber daya alamhayati Indonesia.

Perwujudan sekolah hijau adalahsekolah yang memiliki komitmen dansecara sistematis mengembangkan pro-gram-program untuk menginternalisasi-kan nilai-nilai lingkungan dalam seluruhaktivitas sekolah. Sekolah dengan visi,misi, tujuan dan kebijakan yang mengacupada mutu sekolah, sangat berkepen-tingan mewujudkan pola hidup bermutumelalui program Green School.

Sebenarnya tidaklah mudah mewu-judkan kesejatian sekolah hijau karenatidak sekedar lingkungan fisik bersihyang terlihat, namun lebih pada terba-ngunnya kesadaran lingkungan wargasekolah yang tercermin dalam perilakukeseharian sebagai tuntutan peningkatanmutu hidup.

Perwujudan Sekolah Hijau tidak ter-lepas dari peran swasta, LSM dan peme-rintah. Dan yang paling penting adalahperan warga sekolah itu sendiri. Seluruhsiswa, guru dan karyawan. Diperlukanguru atau beberapa guru untuk menjadipelopor dan contoh bagi siswanya.

Kita bersama-sama menyapa TamuKita, salah satu guru di SMU Negeri 34Jakarta, Endang Wardiningsih yang dengantekun dan berbekal sedikit pengalamanpelatihan lingkungan yang diadakanUnesco, menularkan pada anak didik.

Hasilnya? Materi lingkungan hiduptak hanya masuk ekstrakulikuler namunmenembus mata pelajaran berupamuatan lokal (mulok) bernama Pendi-dikan Lingkungan Hidup, artinya semuasiswa wajib mengikuti pelajaran ini.

Sebagai pemanasan, sedikit diulasmenjelang Konferensi Sanitasi Nasional(KSN) 2007. Seperti kegiatan Talkshowdi TVRI dan kunjungan ke KelurahanPetojo, daerah percontohan sanitasi dijantung Kota Jakarta.

Semoga semua yang dihadirkanPercik edisi ini berguna dan menjadiinspirasi kita semua untuk selalu hidupsehat dan memperhatikan lingkungan.Kritik dan saran senantiasa kami terimadengan lapang dada. Selamat membaca!

Foto: ISSDP

Page 4: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

SUARA ANDA

2 PercikAgustus 2007

Cara Langganan Percik

Saya sebagai salah satu staf penga-jar di jurusan Teknik Lingkungan Uni-versitas Trisakti, ingin informasibagaimana cara berlangganan majalahtersebut.

Atas perhatiannya, banyak terimakasih.

Hormat saya,Pramiati

Ibu Pramiati yang terhormat,Kirim saja alamat lengkap ke

email: [email protected] akan kirim majalah setiap kaliterbit tanpa dipungut biaya.

Demikian terima kasih.

Berlangganan Majalah Percik

Salam lestari,Bersama ini kami mengajukan ber-

langganan Majalah Percik mulai edisiJanuari 2007.

Perlu kami informasikan, bahwalembaga kami "Human ResourceDevelopment and Applied Technology(CREATE) Jawa Timur II" sedangmelakukan kegiatan-kegiatan rehabili-tasi di lokasi bekas Banjir dan TanahLongsor Kecamatan Panti KabupatenJember Jawa Timur, sangat memer-lukan tulisan-tulisan yang bermanfaatbagi masyarakat.

Untuk itu, kami mengajukanberlangganan majalah ini, dan kamiucapkan terima kasih atas perhatiandan kerjasamanya.

Apabila dikabulkan, mohonmajalah dapat dialamatkan ke:

Ir. H.R. Soedradjad, M.Sc.Pimpinan CREATE Jatim IIJl. Semeru VII / M-8JEMBER 68121

Salam,R. Soedradjad

Jember

Dengan senang hati hendak kami

kirim majalah Percik mulai Januari2007 lalu.

Terima Kasih danPindah Alamat

Terima kasih kami ucapkan ataskiriman majalah Percik secara berkalake PT Arutmin Indonesia.

Dengan ini kami informasikanbahwa efektif 21 Mei 2007 lalu, PTArutmin Indonesia pindah alamat dariGedung Mid Plaza 2 Lt 9 ke alamatbaru sbb:

Wisma Bakrie 2 lantai 10Jl. HR Rasuna Said Kav. B-2Jakarta Selatan 12920

SalamDelma Azrin

Pelurusan Artikel PercikEdisi Juli 2007

Artikel saya berjudul TeknologiJamban Yang Tepat Bagi Masya-rakat, di muat di Percik edisi Juli2007. Terima kasih saya ucapkankepada redaksi atas pemuatannya.

Secara keseluruhan tidak adamasalah dengan editing artikel saya.Hanya saja ada yang cukup menggang-gu ketika mengedit bagian "kasus dibeberapa desa". Di bagian ini antaralain disampaikan sbb: "…..Bahkan parapemilik kolam di sebuah desa diKabupaten Banjarnegara, JawaTengah, rela membayar orang yangmau BAB di jamban kolam milik mere-ka". Jelas uraian tersebut mengandungarti bahwa di Banjarnegara ada pemi-lik kolam yang membayar orang yangBAB di kolamnya. Padahal yang sayamaksudkan dalam artikel saya(sebelum diedit) tidak demikian.

Artikel saya (versi asli) sbb: adapemilik kolam yang ketika ditanyamengapa buangan jambannya masukke kolam, maka diperoleh jawaban:

"…saya mau membayar orang yangmau BAB di jamban saya". Jawaban itusama sekali tidak menjelaskan bahwadi Banjarnegara ada pemilik kolamyang membayar orang yang BAB dikolamnya, tetapi lebih merupakanreaksi atas pertanyaan yang dinilaimenyudutkannya, pertanyaan yangmenilai negatif BAB di kolam ikan,dsb. Jawaban tersebut lebih meru-pakan respon pembelaan diri atas peri-lakunya, respon atas ketersinggunganterharap pertanyaan tsb.

Jadi, di Banjarnegara tidak adasumber pendapatan tambahan denganBAB di kolam orang. Terima Kasih ataspemuatan pelurusan artikel saya terse-but

Alma Arief

Terima kasih kembali atas ko-reksinya.

Perubahan Alamat

Saya mengucapkan terima kasihatas kebaikan Dewan Redaksi Percikyang berkenan mengirimkan ma-jalah/jurnal Percik kepada saya seti-ap bulannya. Melihat kemanfaatannya,saya berharap masih dapat menerimaMajalah Percik edisi berikutnya.

Izinkan saya menyampaikan kepin-dahan alamat saya yang baru yaitu :

Jl. Cipinang Asem RT 02 RW 012No. 5 Kelurahan Kebon PalaJakarta Timur 13650

alamat ke:FPPB UBBJl. Diponegoro No. 16Sungai Liat Bangka.

Saya berharap, Dewan RedaksiPercik berkenan melanjutkan ker-jasama yang telah terjalin. Atas perha-tiannya saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,Idha Susanti

Page 5: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

LAPORAN UTAMA

3PercikAgustus 2007

Sekolah adalah bagian lingkungan yang penting bagiperkembangan anak. Dari sinilah mental dan kecerdasananak dididik dan diuji, selain lingkungan rumah dan di

luar rumah atau lingkungan pergaulan.Karena itu, suasana nyaman dan asri sangat dibutuhkan bagi

proses penyerapan dan penerapan ilmu pengetahuan. Tentudengan kesadaran dan tanggung jawab seluruh warga sekolah.

Lingkungan sekolah yang hijau dan asri, sebenarnya bukanhanya dalam pengertian sempit seperti penanaman pohon danlingkungan bersih atau sebatas pembuatan kompos dan daurulang.

Lebih dari itu, wawasan lingkungan lebih tepatnya, yangdiperkenalkan dan diwujudkan kedalam seluruh aktivitas sekolah.Dan semua itu butuh keterlibatanberbagai pihak, guru, siswa,karyawan, dan pihak di luar seko-lah.

Peran guru sebagai pengajarsangat dibutuhkan keteladanan-nya. Tumbuhnya kecintaan ter-hadap sesuatu sedikit banyak diil-hami pengajar yang mengajardengan hati dan memberi inspi-rasi serta teladan.

Sekolah HijauMasalah lingkungan hidup

adalah masalah bersama. Dengankepedulian dan upaya bersama,maka lingkungan bisa disela-matkan. Dan sekolah diharapkandapat menjalankan peran kunciuntuk membangkitkan kepedu-lian lingkungan pada generasimuda sebagai calon pengambilkeputusan dimasa mendatang.

Beberapa tahun terakhir,beberapa sekolah setingkat SMUdan SMP, menerapkan program"Sekolah Hijau" atau dikenal juga"Go Green School". Program ini

tidak terlepas dari peran berbagai pihak; pemerintah, swasta,dan masyarakat.

Pada 4 Agustus 2007 lalu, Menteri Pendidikan NasionalBambang Sudibyo mencanangkan Sekolah Bersih dan Hijausaat kegiatan Jambore UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) TingkatNasional dan Gelar Prestasi Bela Negara Siswa SMK di GOR KenArok, Malang. Pencanangan sekolah bersih dan sehat ini diha-rapkan mampu membangkitkan kesadaran berperilaku sehatsejak dini.

"Sekolah hijau" yaitu sekolah yang memiliki komitmen dansecara sistematis mengembangkan program-program untukmenginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruh

aktifitas sekolah.Untuk memancing semangat

dan keberlanjutan pelaksanaanSekolah Hijau, beberapa pihakswasta seperti Coca-Cola Fo-undation (CCFI) Indonesia danToyota yang bekerja sama de-ngan lembaga swadaya ma-syarakat menggelar berbagaikompetisi sekolah hijau. Kom-petisi dinilai sangat efektif un-tuk menumbuhkembangkan ke-sadaran dan keberlanjutan pro-gram sekolah hijau.

Program Go Green SchoolUntuk mendukung upaya

sekolah di Indonesia menujuSekolah Hijau dan mendorongperilaku ramah lingkungandalam kehidupan sehari-hariyang dimulai dari sekolah, makadigulirkan program Go GreenSchool (GGS). Program ini ditu-jukan bagi sekolah di perkotaandengan pertimbangan bahwapertumbuhan masyarakatperkotaan sangat pesat.

Program GGS digulirkan TheCentre for The Betterment of

Suasana asri tampak dari salah satu sekolah di Jakarta.Foto: Bowo Leksono

Page 6: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Education (CBE), Yayasan KEHATI, danCoca-Cola Foundation Indonesia (CCFI)pada tahun 2005 dengan dukunganKementerian Lingkungan Hidup danDepartemen Pendidikan Nasional untukmemotivasi sekolah, khususnya sekolahmenengah tingkat atas menjadi sekolahhijau.

Deputy Chief Executive OperatingCommittee CCFI Triyono Prijosoesilokepada Percik mengatakan GGS adalahgerakan mendorong terwujudnya sekolahberwawasan lingkungan khususnya ditingkat Sekolah Menengah Umum diJakarta, Bogor, Depok, Tangerang, danBekasi. "Melalui program ini diharapkanlahir konsep dan model Sekolah Hijauyang cocok untuk SMU, terutama diperkotaan Indonesia," tuturnya.

Sekolah Hijau, menurut Tri-yono, adalah sekolah yang war-ganya memiliki kesadaran ling-kungan dan terwujud melalui peri-laku dan pola pengelolaan sekolahyang ramah lingkungan untukmeningkatkan mutu hidup. "Diha-rapkan, sekolah yang telah mera-sakan program ini mampu mem-pertahankan dan menjadi inspirasisekolah-sekolah lainnya," katanya.

Program ini dilatarbelakangikepedulian Yayasan KEHATI danCCFI terhadap sekolah sebagaibasis pendidikan dan institusi yangmemiliki potensi untuk men-

dukung upaya-upaya peningkatan kuali-tas lingkungan. Dengan segala sumber-daya dan cakupannya, sekolah mempu-nyai peran penting dalam penerapanpendidikan lingkungan bagi generasimuda di Indonesia.

Masuk Muatan Lokal (Mulok)Sekolah-sekolah yang mendapat juara

dan bimbingan dari program GGS, telahmemasukan materi lingkungan hidupdalam pelajaran sekolah. SMA WikramaBogor, SMA Negeri 13 Jakarta Utara,SMA Negeri 69 Kepulauan Seribu, SMKAl-Muslim Bekasi, SMA 34 JakartaSelatan, dan beberapa sekolah lainnya.

Materi ini dikenal dengan PendidikanLingkungan Hidup (PLH) yang materi-

nya disusun oleh Lembaga Kajian Ekologidan Konservasi Lahan Basah (Ecoton)bekerjasama dengan Yayasan KEHATI.Kedua lembaga ini memberikan bantuankonsultasi berupa penyediaan materi-materi PLH (buku panduaan, CD, SDMdan pelatihan), training guru untukpenyusunan metode pembelajaran dansilabus PLH, kompetisi implementasiPLH bagi siswa melalui lomba riset danreportase ekosistem, serta studi bandingke sekolah yang telah menerapkan PLH.

Selama ini, PLH masih diartikan ter-batas hanya pada kegiatan menanampohon, mengecat hijau tembok sekolah,mengepel lantai dan membersihkan kaca.Sebenarnya pendidikan lingkunganhidup bisa menumbuhkan kesadaran kri-tis peserta didik untuk memanfaatkansecara arif sumberdaya alam yang adadibumi. PLH juga menekankan metodebelajar dengan prinsip belajar dari alamdengan melakukan eksplorasi fakta-faktalingkungan hidup disekitar kita, lebihmenekankan pada aktivitas indera anak.

Dalam satu kesempatan, MantanMenteri Negara Kependudukan danLingkungan Hidup Emil Salim meng-ungkapkan, keberlanjutan kegiatankompetisi GGS mendatangkan harapanakan lingkungan sebagai arus utamakebijakan dimasa datang dan keterli-batan siswa sangat penting untuk itu."Pada tahun 2025, merekalah yang akanduduk sebagai para pengambil kebijakandi negeri ini. Jadi, sekaranglah saat yang

tepat untuk menumbuhkankecintaan terhadap lingkung-an," katanya.

Program Sekolah Hijausecara nyata telah mem-berikan kesempatan bagi selu-ruh warga sekolah baik siswadan manajemen untuk terlibatlangsung dalam menciptakansuasana belajar-mengajaryang nyaman. Lingkunganhidup yang sehat dan baikadalah dambaan setiap manu-sia. Kesadaran pentingnyapelestarian lingkungan hidupharus di pupuk semenjak dini.

Bowo Leksono

LAPORAN UTAMA

4 PercikAgustus 2007

Sudah semestinya sekolah membudayakan siswa dalam pemilahan sampahFoto: Bowo Leksono

Rumah daur ulang di SMU Negeri 34, Jakarta.Foto: Bowo Leksono

Page 7: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Pengertian

Sekolah Hijau merupakan terjemahan dari Green Schoolyang dimaksudkan sebagai sekolah yang berwawasanlingkungan dan warganya memiliki kesadaran lingkung-

an serta mewujudkannya melalui perilaku yang ramah ling-kungan untuk meningkatkan mutu hidup. Lebih jelasnya seko-lah hijau adalah sekola yang memiliki komitmen dan secara sis-tematis mengembangkan program untuk menginternalisasikannilai lingkungan ke dalam seluruh aktifitas sekolah.

Nilai DasarKonsep dan kegiatan yang dikembangkan bertumpu pada

nilai-nilai luhur kehidupan seperti kemanusiaan, keseti-akawanan, kejujuran, keadilan, dan keseimbangan alam.

Prinsip DasarPartisipatif. Semua warga sekolah dan masyarakat berhak

memperoleh informasi yang memadai dan terlibat dalamkeseluruhan proses (perencanaan, persiapan, pelaksanaan dankontrol) sesuai tanggungjawab dan perannya.

Berkelanjutan. Seluruh kegiatan memiliki manfaat dalamjangka panjang

Menyeluruh. Seluruh warga sekolah selalu mempertim-bangkan seluas-luasnya aspek kehidupan dalam proses peren-canaan, pelaksanaan, dan evaluasi sehingga dapat memberikankontribusi yang sebesar-besarnya bagi lingkungan.

WujudSekolah Hijau setidaknya memenuhi persyaratan (i) memi-

liki kurikulum yang berwawasan lingkungan; (ii) mempunyairancang bangun, penggunaan bahan dan pemeliharaan pra-sarana dan sarana berdasarkan prinsip ramah lingkungan; (iii)memiliki manajemen sekolah yang berwawasan lingkungan; (iv)program sekolah didukung oleh komunitas di luar sekolah; (v)warga sekolah memiliki perilaku peduli lingkungan

ProgramTerdapat 5 (lima) bentuk program sekolah hijau yaitu (i)

pengembangan kurikulum berwawasan lingkungan; (ii) pening-katan kualitas kawasan sekolah dan lingkungan sekitarnya. Inimerupakan bagian dari upaya mendorong warga sekolah dankomunitas sekitar untuk secara aktif melakukan upayameningkatkan kualitas lingkungan, (iii) pengembangan pendi-dikan berbasis komunitas. Sekolah tidak terlepas dari kehidup-an nyata sehingga sekolah dan komunitas merupakan satu

kesatuan yang saling membutuhkan. (iv) pengembangan sistempendukung yang ramah lingkungan. Program ini yang banyakterkait dengan aspek AMPL seperti penghematan air, pengem-bangan sistem sanitasi dan pengelolaan sampah, (v) pengem-bangan manajemen sekolah berwawasan lingkungan. Manaje-men sekolah diharapkan dapat membangun filosofi dan budayasekolah yang berwawasan lingkungan dan ditunjang oleh sum-ber daya manusia yang mumpuni.

ManfaatBeragam manfaat yang dapat diperoleh diantaranya (i)

warga sekolah memiliki pemahaman terpadu mengenai ling-kungan hidup; (ii) sekolah menjadi tempat belajar warga seko-lah mengenai lingkungan secara menarik dan mudah; (iii)metode pembelajaran menjadi lebih dinamis; (iv) potensi dirisiswa, kapasitas guru dan staf dalam aspek lingkungan

LAPORAN UTAMA

5PercikAgustus 2007

Lebih Jelas TentangSekolah Hijau

Kebun di belakang sekolah dengan tanaman apotik hidup.Foto: Bowo Leksono

Page 8: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

meningkat; (v) sekolah memiliki jaringanyang luas dan didukung oleh komunitasdi luar sekolah.

Penerapan Konsep Sekolah Hijaudi Indonesia

Secara umum, masih belum banyaksekolah yang menerapkan konsep sekolahhijau di Indonesia. Diantara segelintir seko-lah yang telah menerapkan adalah SMANegeri 13 Jakarta Utara, SMK Al Muslim,Tambun Bekasi, SMK Wikrama, Bogor.

Faktor PendukungKeberhasilan penerapan konsep seko-

lah hijau tidak terlepas dari kepedulianwarga sekolah baik murid sekolah, guru,maupun orang tua yang kemudianbersinergi dengan ketersediaan dana daripihak luar.

KendalaDisadari bahwa walaupun konsep

sekolah hijau telah berhasil dilaksanakannamun beberapa kendala masih dira-

sakan cukup menghambat terutamaberupa terbatasnya kemampuan danjumlah guru.

Keterkaitan dengan PembangunanAir Minum dan Penyehatan Ling-kungan (AMPL)

Pembangunan air minum dan penye-hatan lingkungan sampai saat ini masihbelum menunjukkan hasil yangmemuaskan, khususnya terkait denganpenanganan sanitasi dan persampahan.Ditengarai bahwa faktor utama yangmenjadi kendala adalah perilaku hidupbersih dan sehat (PHBS) yang belummenjadi anutan sebagian besarmasyarakat. Sehingga disadari sepenuh-nya bahwa perubahan perilaku menjadisyarat utama keberhasilan pembangunanAMPL.

Dilain pihak, perubahan perilakuakan terlaksana dengan lebih baik ketikadilakukan pada usia muda. Untuk itu,sekolah menjadi tempat yang tepat bagiterlaksananya proses perubahan peri-laku. Pengalaman penerapan konsepsekolah hijau di Indonesia membuktikan-nya. Paling tidak hal tersebut terlihat diSMA N 13 Jakarta Utara dengan keber-hasilan mereka dalam melakukan kam-panye daur ulang sampah, di SMK AlMuslim Bekasi dan SMK Wikrama Bogordengan keberhasilan mereka merubahsampah menjadi produk siap pakai seper-ti gantungan kunci, tas, dompet. OM

LAPORAN UTAMA

6 PercikAgustus 2007

Tema

Tujuan

Program

Pengelolaan lingkungan ter-padu warga sekolah danmasyarakat melalui 3 R.

Terbangunnya kepedulianlingkungan, terbangunnyasistem pengelolaan sam-pah terpadu, meningkat-nya peran dan keberadaansekolah bagi masyarakatdalam menangani ling-kungan.

Penguatan kelompokGreen School, penge-lolaan sampah sekolah,pembudidayaan tanamanobat, pemaduan isu ling-kungan kedalam kegiatanpembelajaran, kampanyelingkungan.

Pembelajaran berbasis alamdan lingkungan.

Warga sekolah menerapkanperilaku ramah lingkungan,tersedianya kurikulum mu-atan lokal berbasis ling-kungan.

Pemberdayaan tim relawanGreen Education, kampanyehemat energi dan air, pe-ngelolaan sampah, pema-duan isu lingkungan ke-dalam kegiatan pembela-jaran, open house danlomba pidato lingkungan,manajemen sekolah berba-sis lingkungan

Hidup bermutu dengan Se-kolah Hijau.

Terbangunnya kepeduliansiswa terhadap masalahlingkungan sehingga terben-tuk budaya 'hidup hijau',terciptanya lingkungan hi-dup yang bermutu, ber-jalannya sistem pengen-dalian lingkungan berbasissekolah.

Pengermbangan kurikulumberbasis lingkungan, pe-ngembangan jejaring ker-jasama, pemberdayaan gu-gus siswa berbasis ling-kungan, aplikasi teknologiinformasi dalam penge-lolaan lingkungan, pramukacinta lingkungan, penge-lolaan sampah, budaya hi-dup sehat.

71. Membentuk Kelompok Hijau. Kelompok hijau merupa-kan penggerak dari penerapan konsep sekolah hijau.Terdiri dari pemangku kepentingan (pelajar, guru, pesu-ruh, orang tua, dan komite sekolah). Bersifat terbukadan dijalankan oleh murid. Tugas utamanya melakukankoordinasi seluruh kegiatan, memberikan rekomendasi,dan memfasilitasi komunikasi diantara seluruh komuni-tas sekolah.

2. Menetapkan Visi. Visi sebaiknya dipasang di tempatumum, dan dapat juga didukung melalui suatu pernya-taan sikap dari komite sekolah, maupun persatuanorang tua.

3. Melaksanakan Survei Lingkungan Sekolah. Survei dilakukanuntuk mengidentifikasi permasalahan lingkungan, kemudi-

an hasilnya menjadi masukan bagi penentuan kegiatanprioritas. Survei sebaiknya menyenangkan.

4. Menyusun Rencana Aksi Sekolah Hijau. Sebagai langkahawal, rencana aksi harus realistis dan dapat dicapai de-ngan mudah. Kemudian selanjutnya dapat dilanjutkandengan penyusunan rencana jangka panjang yang lebihmenantang.

5. Memantau dan mengevaluasi kemajuan. Kelompok hijaubersama warga sekolah lainnya secara bersama me-lakukan evaluasi. Hasilnya dipergunakan untuk memas-tikan keberhasilan program.

6. Memasukkan kegiatan lingkungan kedalam kurikulum. 7. Melibatkan semua pihak dan tidak perlu sungkan menye-

barluaskan keberhasilan.

TUJUH LANGKAH MENGHIJAUKAN SEKOLAH(diadopsi dari Eco-Schools International, www.eco-schools.org)

SMA N 13 JAKARTA UTARA SMK AL MUSLIM BEKASI SMK WIKRAMA BOGOR

Sumber: Yayasan Kehati

Page 9: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

B agaimana kondisi pendidikan(perilaku) hidup sehat/bersih

anak-anak Indonesia saat ini?Sangat menyedihkan! Oleh karena

guru-guru kita yang ada di sekolah saatini adalah "guru kurikulum". Merekahanya asik dengan kurikulum dan bukuteks, melupakan harkat para belia murid-muridnya sebagai individu yang tumbuhdan berkembang.

Bagaimana seharusnya pendi-dikan perilaku bagi anak-anak In-donesia?

Berbicara perilaku tidak semudahmentransfer isi buku ke dalam otakmurid. Membentuk perilaku hidup sehatmerupakan serangkaian panjang proseskemanusiaan, dimulai sejak bangun tidurhingga tertidur lagi. Di rumah dan di se-kolah merupakan arena bagi anak me-latih diri untuk membentuk perilakuyang sehat dan baik. Mereka membutuh-kan lingkungan sosial sebagai sarananya.

Terus dengan metode atau caraapa untuk merubah perilaku hidupsehat tersebut?

Berbuat dan membiasakan! Di manasaja anak berada. Di samping dibutuhkanketeladanan guru dan orang dewasa untukmendampingi mereka agar dapat menerap-kan disiplin dan pembiasaan secara terus-menerus. Jika anak dicelupkan dalam kon-disi ini, maka akan tumbuh "perasaan yangmelekat" untuk senantiasa berperilakusehat. Perasaan sehat terkait erat denganemosi, sementara emosi merupakan energiyang akan senantiasa menyala mengobar-kan keinginan anak untuk senantiasa mem-bangun hidup sehat.

Sudah di mana saja program ter-sebut dilaksanakan?

Saya tidak punya program khususuntuk itu. Tapi saya berusaha mengasahkepekaan humanbeing saya di mana sajasaya berada. Saya selalu mengajak paraguru untuk meringankan tangannya

untuk dapat membantu murid-muridnyabisa keluar dari masalah kekumuhan.diri. Dan itu di mulai dari hal yang seder-hana. Misalnya mengatasi pilek dan ingusyang hampir merata di wilayah NTT jugadi NTB. Waktu saya bergabung denganTim Monev pada program KemitraanAusAid di Flores pada tahun 2002 lalu,saya heran kok guru bisa mengajar de-ngan kondisi murid-murid yang amatkotor, hidung memerah dan berlendirhijau, krah baju dan lengan yang hijaumenghitam karena digunakan untukmelap ingus hijau anak-anak.

Ada kendala?Saya tidak mengalami kendala. Oleh

karena budaya hidup bersih merupakankebutuhan setiap manusia. Hanya sajasekolah kita bahkan orang tua kerapmengabaikan dan merasa itu tidak perludipelajari seperti mempelajari pelajaranmatematika dan IPA. Siapa yang tidaksenang memiliki murid-murid yangsehat dan jika mereka pulang ke rumahbadannya wangi, rambutnya bersihbergelombang, dan tersenyum dengangigi-giginya yang putih.

Ada pesan khusus?Ayo kita tularkan virus hidup sehat

kepada semua anak-anak Indonesia.Hidup sehat berawal di tangan mereka,tapi hidup tidak sehat juga berawal ditangan mereka. Tinggal kita koneksikansaja antara head, heart, hand, healthydalam proses pembelajaran di seluruhIndonesia tercinta ini.

Pihak mana saja yang diharap-kan kelak membantu/terlibat?

Saya harapkan guru, masyarakatluas dan stakeholder AMPL dapatmembantu program ini ke depan. Ok?Saya tunggu aksinya. Bowo Leksono

WAWANCARA

DR Dewi Utama Faizah

Penyebar Inspirasi Hidup Sehat

7PercikAgustus 2007

Dewi Utama Faizah bekerja diDirektorat Pembinaan TK dan SDDitjen Dikdasmen, DepartemenPendidikan Nasional sejak 24 tahunyang lalu. Dewi, sapaan akrab pe-rempuan berkerudung ini aktif me-ngembangkan kurikulum agar dapatmenjadi inspirasi bagi guru di lapang-an. Dewi juga membantu banyak pro-gram kerjasama antara pemerintahdengan berbagai negara donor beru-pa Monev dan diklat untuk guru-guru,terutama guru TK dan SD.

Sejak tahun 2000, perempuanyang menyukai warna hitam inibergelut dengan para guru di lapangan, terutama di wilayah TimurIndonesia. Apa saja kegiatan Dewi Utama Faizah selama mendampingi'pahlawan tanpa tanda jasa' ini? Berikut wawancaranya dengan Percik.

Page 10: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Kerugian yang diderita PDAM dalam menjalankan per-annya menyediakan air bagi masyarakat sudah sepertiberita sehari-hari. Tingginya biaya operasional ditam-

bah tingginya persentase kehilangan air semakin menyurutkanaliran pendapatan.

Di lain pihak PDAM seperti berada pada posisi yang sulituntuk menaikkan tarifnya. Protes dari masyarakat termasukanggota dewan sering menjadi batu sandungan. Padahal penda-patan yang berasal dari tarif tersebut sangatpenting untuk menutup biaya operasionalsehari-hari.

Selain itu, sebagian dari pendapatantersebut harus digunakan untuk biaya inves-tasi dalam bentuk perluasan jaringan dis-tribusi yang masih sangat diperlukan untuksebagian masyarakat. Hingga 2006, ca-kupan layanan air perpipaan di Indonesiamasih sekitar 18 persen. Sedangkan masihbanyak PDAM yang memiliki tarif kurangdari Rp 500,-/m3 di bawah tarif rata-ratanasional (Rp 1000,-/m3).

Melakukan pinjaman kepada pihak luarmenjadi pilihan terakhir yang diambil seba-gian besar PDAM di Indonesia. Namun, pin-jaman tersebut malah menambah beban. PDAM tidak dapatmengembalikan pinjaman, kalaupun ada yang dikembalikanbaru bunga pinjamannya saja.

Akhirnya banyak PDAM yang terlilit utang. Dari 318 PDAM(2006), hanya 18 persen saja yang dikategorikan sehat, yaitumampu berkembang, mampu mengelola pinjaman, mampumelakukan penggantian aset, beroperasi dengan efisien, danmeraih keuntungan.

Kehilangan air dipertimbangkan dalam penentuanbiaya dasar

Melihat kondisi ini, pemerintah berupaya membantu PDAMdengan menetapkan Permendagri No. 23 Tahun 2006 tentangPedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minumpada PDAM. Peraturan ini untuk menggantikan PermendagriNo. 2 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan Tarif Air Minum

pada PDAM yang dianggap kurang sesuai dengan keadaanPDAM sekarang ini. Saat ini tarif PDAM tidak mencerminkanprinsip full cost recovery. Dalam peraturan yang baru, terjadibeberapa perubahan dalam pertimbangan dan penentuan tarifPDAM.

Biaya dasar berdasarkan peraturan yang baru memiliki kom-ponen baru baik dalam biaya usaha maupun volume air yangdiproduksi dan yang hilang. Biaya dasar merupakan biaya usaha

dibagi volume air terproduksi setelah diku-rangi volume kehilangan air standar. Biayausaha ini merupakan total biaya untukmenghasilkan air minum yang mencakupbiaya sumber air, biaya pengolahan air,biaya transmisi dan distribusi, biaya kemi-traan, dan biaya umum dan administrasi.Bandingkan dengan biaya dasar lama yanghanya ditentukan berdasarkan biaya tunaiyang terdiri dari biaya operasi, biaya pemeli-haraan, biaya administrasi, biaya bunga pin-jaman serta pokok pinjaman.

Dalam biaya dasar yang baru ini, sudahdipertimbangkan adanya kehilangan air.Sedangkan dalam peraturan yang lama kehi-langan air ini hanya dihitung sebagai keru-

gian yang harus ditanggung PDAM. Selain itu, biaya sumber airmerupakan komponen yang baru yang membantu beberapaPDAM yang harus mengeluarkan biaya untuk pembelian sum-ber air baku.

Hal ini sangat wajar mengingat ada PDAM yang mengalamipeningkatan biaya air baku hingga 10 kali lipat dari tahun 2000hingga 2007. Peraturan yang baru juga telah memperjelas biayaoperasi dan pemeliharaan dalam peraturan lama menjadi biayapengolahan air dan biaya transmisi serta distribusi.

Mutu pelayanan, akuntabilitas, dan perlindungan airbaku sebagai bagian dalam penetapan tarif

Dasar kebijakan penetapan tarif juga mengalami perubahan.Untuk menyempurnakan dasar penetapan yang lama, peraturanyang baru mengarahkan dasar penetapan tarif agar turut mem-pertimbangkan adanya keadilan, perbaikan mutu pelayanan,

PERATURAN

8 PercikAgustus 2007

Permendagri No. 23 Tahun 2006tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara

Pengaturan Tarif Air Minumpada PDAM

Dalam biaya dasaryang baru, sudahdipertimbangkan

adanya kehilangan air.Sedangkan dalam

peraturan yang lamakehilangan air ini hanya

dihitung sebagaikerugian yang harusditanggung PDAM.

Page 11: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

akuntabilitas, dan perlindungan air baku.Dalam peraturan yang baru, tarif PDAMdiarahkan untuk membantu perlidungandan pelestarian sumber air dalam jangkapanjang. Adanya tarif progresif antaralain bertujuan untuk perlindungan airbaku.

Berdasarkan peraturan yang baru,proses perhitungan dan penetapan tarifharus menggunakan landasan perhitung-an yang mudah dipahami dan dapatdipertanggungjawabkan kepada parapemangku kepentingan. Setiap rupiahyang akan dikelola PDAM harustransparan dan bisa dipertanggung-jawabkan terutama kepada masyarakat.Jika tidak, sulit bagi PDAM untukmenaikkan tarif air minum mereka.

Efisiensi pemakaian air masih menja-di bagian dasar penetapan tarif. Efisiensidicapai melalui penerapan tarfi progresifyang dikenakan pada pelanggan yangkonsumsinya melebihi standar kebu-tuhan pokok air minum. Diharapkandengan adanya tarif ini pelanggan jadilebih berhemat sehingga perlindunganair baku bisa tercapai.

Prinsip pemulihan biaya merupakandasar utama penetapan tarif air minumbagi PDAM. Peraturan yang barumerubah perhitungan pada pemulihanbiaya ini. Untuk sekarang, pemulihanbiaya penuh (full cost recovery) dicapaisaat tarif rata-rata minimal sama denganbiaya dasar.

Namun jika akan melakukan pengem-bangan pelayanan, tarif rata-rata tadiharus direncanakan untuk menutupbiaya dasar yang ditambah dengantingkat keuntungan yang wajar.Keuntungan yang wajar ini dicapai jikarasio laba terhadap aktiva produktif sebe-sar 10 persen.

Namun penetapan tarif juga tetapmengedepankan keterjangkauan dankeadilan. Tarif standar kebutuhan airminum harus terjangkau oleh masyarakatpelanggan dengan penghasilan samadengan upah minimum provinsi. Tarifdikatakan terjangkau jika besarnya tidakmelebihi 4 persen pendapatan masya-rakat pelanggan. Untuk keadilan dalampenerapan tarif, dilakukan melalui tarif

diferensiasi dengan subsidi silang antarkelompok pelanggan.

Mutu pelayanan merupakan pertim-bangan yang baru sebagai dasar penetap-an tarif. Mutu pelayanan masih menjadipermasalahan bagi PDAM. Sudah seringtertulis dalam media cetak sebuah PDAMsangat sulit menaikkan tarif akibatpelayanan yang buruk. Di lain kasus,PDAM menaikkan tarif namun pelayanantetap buruk. Adanya pertimbangan mutupelayanan dalam dasar penetapan tarifakan memaksa sebuah PDAM mening-katkan mutu pelayanannya.

Fleksibilitas dalam pembagian blokkonsumsi dan kelompok pelanggan

Untuk mempermudah perhitungantarif, blok konsumsi dan kelompokpelanggan pada peraturan yang barudibuat lebih fleksibel. Blok konsumsidiubah dari tiga menjadi hanya dua blok,yaitu blok konsumsi air minum yangmasih dalam batas standar kebutuhanpokok dan blok konsumsi di atas standarkebutuhan pokok.

Sedangkan kelompok pelanggan men-jadi empat kelompok dari sebelumnyalima kelompok. Untuk peraturan baru,tiap kelompok ditentukan berdasarkankategori tarif yang dibayarkan. Kelompok

I dengan tarif rendah, kelompok II de-ngan tarif dasar, kelompok III dengantarif penuh, dan kelompok khusus ber-dasarkan tarif kesepakatan.

Di sini PDAM diberikan keleluasaanmenentukan kebijakan jenis-jenis pe-langgan untuk tiap-tiap kelompok ber-dasarkan kondisi obyektif dan karakteris-tik pelanggan di daerah masing-masing.Yang penting, PDAM tidak mengubahjumlah kelompok pelanggan yang sudahditetapkan dalam permendagri yang baruini.

Yang paling penting dalam peraturanbaru ini, mekanisme penetapan tarif airminum di sebuah PDAM didasarkan padakeseimbangan kepentingan terhadap ma-syarakat yang menjadi pelanggan, PDAMselaku badan usaha dan penyelenggarapelayanan air minum kepada masya-rakat, dan pemerintah daerah yang ber-kepentingan sebagai pemilik PDAM itusendiri.

Dengan demikian, penetapan tarifharus mengarah pada perbaikan mutupelayanan kepada pelanggan, pencapaiantarget pemulihan biaya penuh, dan hasilpositif seperti keuntungan yang jugadapat digunakan kembali dalam pengem-bangan pelayanan. Afif Nu'man

PERATURAN

9PercikAgustus 2007

Foto: Bowo Leksono

Page 12: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Akhir-akhir ini muncul gerakan lingkungan yang cukupmenggembirakan dari para siswa sekolah, terutamaSMU. Siswa-siswa SMU itu tidak melulu digambarkan

sebagai anak baru gede (ABG) yang penuh kemanjaan dansedang semangat mencari identitas terhadap lawan jenisnya.Sebagian anak-anak SMU itu telah mengubah pandanganumum dengan mencanangkan berbagai kegiatan yang selamaini hanya mereka yang berkutat di organisasi-organisasi terten-tu yang terkait dengan lingkungan hidup.

Apa yang menarik dari kegiatan yang berorientasi lingkung-an hidup ini adalah siswa-siswi SMU sudah menyadari berbagaiakibat negatif dari eksploitasi sumber daya alam dan pecemaranlingkung hidup yang terjadi saat ini. Kegiatan tersebut targetnyatentu bukan mengubah lingkungan yang tercemar secaradramatis menjadi lingkungan yang bersih dan layak huni.

Sasaran utama dari kesadaran lingkungan hidup pada usiaSMU tersebut tak lain meletakkan kesadaran lingkungan sedinimungkin sehingga kelak mereka akan menjadi orang yang per-tama untuk menjaga lingkungan di mana mereka tinggal. Jikaini terjadi, tentu program ini akan menjadi pondasi pertamabagi setiap kampanye atas pentingnya lingkungan hidup. Sebabketika kesadaran terhadap lingkungan telah ada sejak muda,tentu ini akan mempermudah terbentuknya perilaku sadarlingkungan dan tentu lebih mengakar dalam hidup keseharian.

Ambil contoh siswa-siswi SMUN 1 Wringinanon, Gresik,Jawa Timur. Sekolah ini bisa dibilang salah satu yang terdepanuntuk usia segenerasinya dalam hal kesadaran lingkunganhidup. Selain mempraktikkan lingkungan bersih dan hijau de-ngan menanam berbagai tanaman di lingkungan sekolah, mere-ka juga aktif mengikuti berbagai kegiatan berkait denganlingkungan di luar sekolah.

Siswa-siswa ini aktif mengikuti berbagai workshop tentanglingkungan hidup dan yang menarik bersama SMU lain di JawaTimur melakukan penelitian terhadap Kali Brantas. Penelitianini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebersihan Kali Brantasatas berbagai tindak pencemaran di berbagai kota yang dilalui

kali ini. Hasilnya bermacam-macam. Ada yang berkesimpulanKali Brantas yang melewati kota Mojokerto masih belum terlalutercemar sebagaimana ditunjukkan oleh siswa bernama Yogidari SMUN 1 Wringinanom. Ada juga yang menyatakan sudahdemikian tercemar sebagaimana ditunjukan siswa denganmeneliti Kali Brantas yang melewati kota Surabaya (Tempo, 16April 2007).

Pihak sekolah sendiri tak mau tinggal diam dengan kiansuramnya masa depan lingkungan hidup ini. Berbagai sekolahtelah memasukkan kurikulum berbasis lingkungan ini ke dalammata pelajaran ini. Jika dalam rencana SMUN 1 Wringinanomkurikulum ini menjadi mata pelajaran tersendiri dengan caramemberikan 1 jam pelajaran setiap minggunya, maka ada seko-lah yang secara kreatif tidak memberikan 1 jam pelajaran yangterpisah tetapi justru terintegrasi dalam satu rangkaian pela-jaran. Ini dilakukan oleh SMK Wikrama Bogor. SMK ini mema-sukkan materi lingkungan hidup ke dalam mata pelajaran PKN,Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Fisika.Berikut uraiannya:

1. Pendidikan Agama Islam: Kompetensi Kerusakan Alamdan Lingkungan. Disajikan minggu ke 18-21

2. Pendidikan Kewarganegaraan: Kompetensi Sumber Daya

WAWASAN

10 PercikAgustus 2007

Sekolah Hijau

(Green School)dan Soal KesadaranLingkungan Hidup

Oleh: Imam M.*

Berbagai tanaman obat-obatan yang terdapat di sekolah hijau.Foto: Bowo Leksono

Page 13: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Alam. Disajikan minggu ke 61-733. Bahasa Indonesia: Kompetensi level

membaca dan menulis mengguna-kan topik lingkungan alam. Disaji-kan minggu ke 5-25.

4. Bahasa Inggris: Kompetensi levelNovice untuk membaca dan menulismenggunakan topik lingkunganalam dan sekitarnya. Disajikanminggu ke 21-40

5. Matematika: Kompetensi menerap-kan konsep bilangan real. Disajikanminggu ke 1-13

6. Fisika: (a) Menghitung kalor, (b) Me-nerapkan konsep usaha, daya danenergi, (c) Menerapkan konsep Fluida,(d) Thermodinamika, (e) Optik, (f)Konsep Listrik, (g) Produktif RPL1.Dasar-dasar Pemrograman, (h) Tek-nik Komputer dan Jaringan 1. Ins-talasi PC. Disajikan pada mingguke 1-10

Konsep yang dijalankan SMK Wi-krama ini tidak mengganggu jalannyamata pelajaran lantaran tidak menambahbeban siswa karena terintegrasi dalamsatu mata pelajaran. Karena itu, keber-adaan konsep tersebut justru mendukungmata pelajaran itu sendiri dan pada saatyang sama telah memicu kesadaran akanlingkungan hidup.

SMK Wikrama Bogor ini bisa di-katakan telah melakukan satu terobosanyang cukup bagus dengan secara sistema-tis menjawab isu krisis lingkungan hidupsaat ini ke dalam ranah pendidikan mere-ka. Selain mengintegrasikan sistem ku-rikulum, mereka juga mengintegrasikandalam perilaku sehari-hari di sekolah.Masalah penggunaan air dan listrik mere-ka manfaatkan dengan sistem otomati-sasi sehingga dapat melakukan penghe-matan energi secara efektif.

Sementara masalah sampahdisediakan pemisahan tong sampahuntuk yang organik dan yang non-organik. Ini akan mempermudah tahappengolahan akhir sampah denganmembuat kompos dari sampah organik.Selain itu, kesadaran lingkung hidup diSMK Wikrama ini tercermin dariberbagai tanaman keras yang tumbuh

di berbagai sudut halamannya. Sekolahini bukan hanya tampak bersih daridalam tetapi menjadi hijau dari luar sertanyaman dihuni dan akhirnya tempatyang layak untuk menyemaikan benih-benih kepintaran.

Berbagai DukunganKesadaran lingkungan ini juga terlihat

di SMK Al Muslim Bekasi. Sekolah ini pada2005 menerima Hadiah Oksigen dari PTCoca-Cola yang bekerjasama dengan pihakYayasan KEHATI. Hadiah ini bertujuanmenyemaikan benih-benih yang tumbuhdalam diri siswa-siswi agar mendapat per-wujudannya dalam wilayah sosial. Pihakpenyelenggara memberikan uang tunai se-jumlah 25 juta dan 1 tahun pendampingan.

Namun, sebagaimana dikatakan ke-pala sekolah SMK Al Muslim, Dra. ElisSetiawati, "Yang terpenting justru tahappasca bantuan ini. Memang program GoGreen School secara nyata telah mem-berikan kesempatan bagi seluruh wargasekolah baik siswa dan manajemen untukterlibat langsung dalam perkembanganprogram Green Education yang telahkami gagas sejak tahun 1986. Keterli-batan kami dalam perencanaan, im-plementasi, monitoring, laporan danpenyusunan rencana tindak lanjut jugamemperluas wawasan kami untuk men-jalankan dua prinsip utama Program GoGreen School yakni menyeluruh dan

berkelanjutan. Dan yang terpentingadalah mandiri dalam menjalankan pro-gram ini ke depan nantinya".

Sifat dukungan dari berbagai orga-nisasi terhadap kegiatan sekolah berori-entasi lingkungan hidup ini pada intinyamemberi motivasi sekaligus memberiruang untuk mewujudkan kesadaranlingkungan tersebut. SMAN 1 Wringin-anom sendiri telah lama bekerjasamadengan lembaga pemerintahan kabupa-ten Gresik maupun pemerintahan JawaTimur, juga Ecoton dan KEHATI.

Namun, sifat bantuan itu sendiribersifat sementara dengan asumsi ikutmenebarkan benih-benih kesadaranlingkungan hidup yang kelak di kemudi-an harinya akan berguna. Hal ini sesuaisifat dari pendidikan sekolah sendiri yangsifatnya memberi bekal untuk mempersi-apkan diri sebelum peserta didik terjunmenjadi bagian dari masyarakat.

Dan terkait dengan lingkungan hidupyang semakin hari kian menunjukkankeadaan yang memprihatinkan, bekal itusangat penting. Sebab sehebat apa punopini tentang kesadaran lingkunganhidup hendak dibangun tidak banyakgunanya apabila tidak ada kesadarandalam diri setiap individunya. Saya kiradi sini arti pentingnya program sekolahhijau (green school).

* Pengamat ekologi

WAWASAN

11PercikAgustus 2007

Pelataran sekolah yang rimbun dengan pepohonan.Foto: Bowo Leksono

Page 14: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Kota Jakarta berkembang begitupesat sehingga menjadikannyalebih maju dibandingkan kota-

kota lain di Indonesia. Hal itu dibuktikandengan berhasilnya kota ini meraih pen-dapatan per jiwa tertinggi. Pesatnya pem-bangunan di Jakarta juga menyebabkankota ini menjadi pusat perdaganganbarang dan jasa selain sebagai pusatpemerintahan.

Untuk mencapai tingkat pertum-buhan ekonomi yang lebih tinggi diban-dingkan kota lainnya, Pemerintah Daerah(Pemda) DKI Jakarta pun 'mengarahkan'strategi pembangunan pada upaya mena-rik sebanyak mungkin investor untukberinvestasi di kota ini.

Strategi pembangunan yang bertum-pu pada mekanisme pasar pun menjadiparadigma dominan di kota ini. Hal itusemakin nampak dari naiknya laju per-tumbuhan kawasan komersial dari tahunke tahun. Pada tahun 2006 yang lalu mi-salnya, di Jakarta lebih dari 30 perto-

koan, apartemen, dan perkantoran skalabesar telah dibangun. Sementara padaperiode 2007 hingga 2008 sekitar 80pusat perbelanjaan, apartemen dan per-kantoran baru segera dibangun di Ja-karta (Kompas, 10 Februari 2006).

Mekanisme pasar dan banjir diJakarta

Intensifnya pembangunan pusat-pusat komersial di kota Jakarta juga telahmengakibatkan kota ini semakin tidaknyaman bahkan membahayakan parapenghuninya baik secara sosial maupunlingkungan hidup. Hal itu nampak dariterjadinya bencana ekologi berupa banjirbesar pada tahun 2002 dan 2007 yangmenimbulkan banyak korban jiwa danharta warga Jakarta.

Banjir yang terjadi di Jakarta bukan-lah sebuah fenomena alam biasa namunakibat kebijakan Pemda DKI Jakartayang telah menyerahkan strategi pem-bangunan kota sepenuhnya pada meka-

nisme pasar. Bagaimana kaitannya banjirJakarta tahun 2002 dan 2007 dengankebijakan pembangunan yang 'mende-wakan' mekanisme pasar?

Intensifnya pembangunan kawasankomersial di Jakarta telah menggusurbanyak daerah resapan air baik berupaRuang Terbuka Hijau (RTH) maupunsitu/waduk. Hal itu terlihat jelas darisemakin menurunnya luasan RTH diJakarta dari tahun ke tahun.

Pada Master Plan Jakarta tahun 1965-1985 menargetkan luas RTH seluas18.000 Ha. Pada Rencana Umum TataRuang (RUTR) Jakarta tahun 1985-2005target RTH turun menjadi 16.908 Ha,sementara pada Rencana Tata RuangWilayah (RTRW) 2000-2010 turun lagimenjadi hanya 9.560 Ha.

Menurunnya luasan RTH tersebutmengakibatkan meningkatnya air larian(run off) saat terjadi hujan sehinggamengakibatkan banjir di Jakarta. Dataterbaru dari BPLHD DKI Jakarta padatahun 2005 menyebutkan bahwa hanya26,6 persen air hujan yang dapat diseraptanah, sementara 73,4 persen menjadirun off. Fakta tersebut dapat menjelaskanmengapa banjir pada tahun 2007 yanglalu lebih besar dibandingkan tahun2002.

Mekanisme pasar dan biaya sosialDiserahkannya pembangunan kota

sepenuhnya pada mekanisme pasar me-mang telah terbukti mampu mening-katkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)kota Jakarta. Namun jika biaya sosial aki-bat dari bencana lingkungan diperhi-tungkan juga maka besarnya PAD yangdiperoleh kota ini pun akan terkoreksisecara signifikan. Menurut perkiraanBappenas, Bencana Banjir Jabodetabektahun 2007 mengakibatkan kerusakandan kerugian bagi masyarakat danpemerintah sebesar Rp 5,2 T. Sementarakerugian ekonomi tidak langsung menca-pai Rp 3,6 T. Ironisnya, biaya sosialseperti di atas tidak "tertangkap" pasar.

* Pelaksana HarianKaukus Lingkungan Hidup

Jakarta

WAWASAN

Bencana Ekologi danGagalnya Model

Pembangunan Kota

12 PercikAgustus 2007

Oleh : Firdaus Cahyadi *

A IR H UJA N2 0 0 0 JtM 3 /th

A IR H U JA N M EN JE LM A M EN JA D I A IR LA R IA N B A N JIR

JAKA RTA

R un Off1468 Jt

M 3/th(73,4% )

Muka Laut

532 Jtm3/th

(26,6% )

40 Jtm 3/th 37 Jt m 3/th

37 Jt m3/th

AIR TANAH DALAM77 JUTA M 3/TH

A IR TANAH DANGKAL 492 JT M 3/TH

Batas a m a n pen gam bilan air baw ah tanah 3 0-4 0% dari pote nsi a ir ta nah (1 8 6 jt m 3 /th )(Tahun 2 0 05 de fisit a ir ta nah sebesar 6 6,6 5 ju ta m 3 /tahu n )Sum ber: BP LH D D KI Jak arta, 1 5 Febru ari 2 00 7

2 0 0

-4 0

-14 0

-25 0

BOGOR

0

-4 0

-1 4 0

-2 5 0

Page 15: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Bagaimanakah cara membagi secara adil tanggung jawabpembayaran rekening listrik untuk pompa air yangdigunakan secara bersama? Jawaban saya adalah mem-

bagi biaya secara proporsional di antara pengguna. Bisaberdasarkan pemakaian air atau jumlah anggota keluarga. Kalauberdasarkan pemakaian air, berarti tiap pengguna harusdilengkapi alat ukur yang disepakati, yang paling praktis watermeter (meteran air) tentu saja. Kalau ini dianggap tidak praktisdan menjadi mahal, gunakan saja ukuran jumlah pengguna se-tiap keluarga. Harusnya seperti itu menurut saya.

Tetapi tidak demikian menurut warga Dusun Barugaya,Desa Bonto Kadatto yang berjarak satu jam perjalanankendaraan dari Ibu Kota Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.Pikiran saya tersebut menurut mereka terlalu rumit, walaupungagasannya sederhana, tetapi pelaksanaannya memerlukanpengaturan-pengaturan yang rumit.

Katakan saja kalau menggunakan water meter, siapa yang akanmembacanya, kemudian siapa yang akan mengumpulkan iuran,bagaimana kalau ada yang tidak membayar. Kalau tidak menggu-nakan meter, tetapi dengan ukuran keluarga, tidak ada jaminan ke-luarga kecil menggunakan air lebih sedikit dari keluarga besar.

Persoalan ini muncul karena sumber air yang dapat digu-nakan air minum terbatas. Hanya sumur-sumur tertentu yangdapat digunakan. Dan untuk mengalirkan air diperlukan pompadengan memerlukan tenaga listrik.

Menghemat airUntunglah ada Bassere Daeng Ta'le (45 tahun), anggota

masyarakat yang memiliki pengetahuan kelistrikan. Untukmengatasi persoalan pembagian pembayaran listrik, ditetapkanmasing-masing rumah harus menggunakan listrik sendiri.Sehingga tidak perlu ada perselisihan dalam menentukanbesarnya biaya listrik. Pengaturan penggunaan dilakukansendiri, mau menggunakan banyak air artinya membayar listriklebih besar.

Bila hendak menghemat, gunakan air secukupnya. Jalankeluar ini diterima kelompok pengguna air secara aklamasi.Sistem yang dirintis Daeng Ta'le ini sudah dikembangkan sela-ma tiga tahun oleh Daeng Nai (43 tahun). Hal ini terungkap dari

praktek lapangan program orientasi MPA-PHAST yang dise-lenggarakan di Dusun Barugaya, Desa Bonto Kadatto,Kabupaten Takalar. Acara ini diselenggarakan pada Juni 2007oleh Pokja AMPL Nasional bekerja sama dengan Ditjen PMDDepartemen Dalam Negeri.

Cara kerjaBagaimanakah cara kerja sistem yang sudah melayani tiga

lingkungan ini? Pada prinsipnya setiap rumah memiliki sam-bungan listrik yang terhubung dengan kabel utama menujupompa yang diletakkan di sumur. Setiap rumah dilengkapi de-ngan stop kontak untuk memutuskan atau menyambungkan

WAWASAN

13PercikAgustus 2007

Pengatur Aliran AirAla Barugaya

(Local Genius Dusun Barugaya, Desa Bonto Kadatto, Kabupaten Takalar)

Oleh : Sofyan Iskandar*

Pipa air yang melintas ke perumahan warga.Foto: Bowo Leksono

Page 16: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

aliran listrik ke kabel utama. Untukmengatur giliran penggunaan, setiaprumah dilengkapi lampu indikator yangmenyala saat ada rumah yang menggu-nakan pompa.

Aturannya adalah hanya menyalakanpompa (dengan menekan stop kontak)ketika lampu indikator mati. Setelah se-lesai menggunakan pompa, listrik di-matikan dan kran harus ditutup. Skemainstalasi listrik dapat dilihat pada dia-gram. Apakah tidak terjadi arus pendek?Hal ini juga sudah diperhitungkan, kare-na penyambungan diatur pada fase listrikyang sama.

Sistem ini digunakan secara kelom-pok mulai dari 3 rumah sampai dengan12 rumah. Jarak terjauh sumur ataupompa dengan rumah adalah 100 meter.Biaya konstruksi, instalasi pipa dan lis-trik serta pengadaan pompa ditanggungsecara swadaya pengguna.

Saya terpaksa harus menyingkirkananalisa kritis saya dulu terhadap sistemini karena nyatanya sistem ini dapat be-kerja, digunakan dengan baik, bertahansampai tiga tahun, dan dibiayai sendirilagi. Misalnya tentang lampu indikatoryang menyala pada seluruh rumah ketikasatu rumah menyalakan pompa, kalaupengguna sampai 13 rumah, artinya 13x5watt atau 65 watt.

Apabila ditambah dengan daya

pompa 200 watt, setiap rumah menang-gung beban daya 265 watt. Untuk meng-hitung biayanya tinggal dikalikan saja de-ngan waktu yang digunakan. Mungkinlampu 5 watt ini bisa diganti dengan lam-pu indikator yang lebih kecil.

Pada saat pengguna paling ujungmenyalakan pompa, pada dasarnya ru-mah-rumah lain yang dapat membukakran untuk memperoleh air. Tetapi kare-na pengguna berdekatan, kontrol masih

dapat dilakukan, karena aliran air akanke rumah terjauh menjadi lebih kecil.Apabila ada keperluan air mendesak,komunikasi langsung kerap dilakukandengan meminta yang lain untuk mema-tikan aliran listrik.

Sistem yang berkelanjutanMenilik waktu pengembangan yang

sudah tiga tahun dan sekarang kondisinyaberfungsi dengan baik dan terus digu-nakan, menunjukkan bahwa sarana yangdibangun keberlanjutan. Hal ini semakinmemperkukuh keyakinan saya bahwamasyarakat memiliki kemampuan dalammenyelesaikan persoalan sendiri, bahkandalam menemukan teknologi tepat guna.

Bahwa pilihan teknologi perlu dibukadan didiskusikan untung ruginya meru-pakan syarat keberlanjutan. Bahwa kepu-tusan oleh masyarakat menjadi kuncidalam keberlanjutan sarana yang diba-ngun. Bahwa pihak luar tidak harusdatang dengan bantuan fisik, terjadi diBarugaya. Bahwa saya harus lebih banyakbelajar, itu suatu kenyataan, apabila sayamau memberikan sumbangsih dalammengusung keberlanjutan pembangunanair minum di negeri ini.

WAWASAN

14 PercikAgustus 2007

*Konsultan WASPOLA

Bak penampungan air bersih di depan rumah warga.Foto: Bowo Leksono

Pipa-pipa pembagi air bersih.Foto: Bowo Leksono

Page 17: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Penyediaan infrastruktur yanghandal merupakan salah satutonggak dalam penyelenggaraan

pembangunan bangsa. Infrastruktur yangdibangun harus juga selalu ditujukanuntuk meningkatkan taraf kesejahteraanmasyarakat. Berbagai parameter dia-jukan untuk meninjau tingkat keman-faatan pembangunan infrastruktur padakesejahteraan masyarakat.

Salah satu parameter uji yang cukuphandal untuk dinilai, adalah tingkat pem-bukaan lapangan kerja akibat pemba-ngunan infrastruktur tersebut. Berapajumlah lapangan kerja yang dapat dibukaakibat penyediaan infrastruktur tersebut,yang akan berpengaruh pada angka per-tumbuhan ekonomi nasional, merupakan

tolok ukur tingkat kemanfaatan infra-struktur.

Salah satu infrastruktur yang men-dukung pembangunan nasional adalahSistem Penyediaan Air Minum (SPAM).Sejauh mana infrastruktur SPAM mampuberkontribusi dalam pembukaan la-pangan kerja, serta sejauh mana kon-tribusinya dalam satuan persen terhadappertumbuhan ekonomi nasional, seper-tinya menjadi hal yang patut dicermati.

Metodologi perhitunganPembukaan lapangan kerja dinilai

sebagai suatu parameter uji yang cukuphandal untuk melihat aspek kemanfaataninfrastruktur. Dengan pembukaan la-pangan kerja, maka begitu banyak efek

berantai (trickling down effect) yangmemberikan kemanfaatan dan kese-jahteraan bagi masyarakat. Berawal daripembukaan lapangan kerja, menjadikansejumlah kuantitas sumber daya manusiayang terlatih dan mempunyai kesem-patan dalam mengaplikasikan ilmunya.

Selain itu, dengan lapangan kerjayang tersedia, maka tingkat ekonomimasyarakat akan meningkat, yang diser-tai peningkatan kesadaran akan pen-didikan, kesehatan, dan lain-lain.Dampak akhirnya adalah peningkatankualitas sumber daya manusia, yangmerupakan suatu aset nasional yang takakan tergantikan.

Penyediaan infrastruktur SPAM akanberpengaruh pada pembukaan lapangankerja, yang bersifat menyeluruh semen-jak dari survei untuk penyediaan infra-struktur tersebut, hingga ke pengawaslapangan yang bertugas mencatat meterair di tiap sambungan rumah. Berapajumlah tenaga sarjana S1 yang dibu-tuhkan, berapa jumlah tenaga kerja D3yang dibutuhkan, berapa jumlah tenagakerja STM yag dibutuhkan, berapa jum-lah buruh yang bertugas membangun sis-tem Instalasi Pengolahan Air (IPA) dansistem distribusinya, berapa jumlah man-dor yang dibutuhkan untuk mengawasiburuh, berapa jumlah pegawaiPerusahaan Daerah Air Minum (PDAM)yang dibutuhkan, berapa jumlah tenagauntuk pembangunan IPA PAKET yangsiap dipasang di lokasi yang dituju, bera-pa jumlah tenaga pengawas sistemjaringan distribusi yang dibutuhkan, danlain-lain, yang berdampak kepada totaljumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.

Berdasarkan perhitungan tersebut,dapat dihitung berapa jumlah tenagakerja yang dibutuhkan untuk setiappenyediaan 1 liter/detik SPAM. Selain

WAWASAN

15PercikAgustus 2007

Kontribusi Sistem Penyediaan Air Minumterhadap Pertumbuhan Ekonomi Nasional

(Tahun Anggaran 2006)oleh : Sandhi Eko Bramono, S.T., MEnvEngSc.*

Bangunan reservoar hasil kerjasama masyarakat, LSM dan pemerintah daerah. Foto: Bowo Leksono

Page 18: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

itu, biaya investasi yang dibutuhkan juga dapat dihitung, untukdapat membuka lapangan kerja sejumlah tersebut. Denganmembandingkan biaya investasi yang telah ditanamkan setiaptahun anggaran, maka dapat dihitung pula kontribusi pem-bukaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi nasionalsetiap tahunnya dari sektor SPAM.

SPAM di IndonesiaMenurut data dari Kementerian Koordinator Kesejahteraan

Rakyat Republik Indonesia, setiap pembukaan 500 ribu lapang-an kerja, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasionalsebesar 1 persen. Data dari United Nations DevelopmentProgramme (UNDP) pada tahun 2006, di New Delhi (India),akan tercipta 1,72 lapangan kerja/liter/detik SPAM.

Karena ketiadaan data mengenai angka tersebut untukIndonesia, diasumsikan kondisi di India sama dengan diIndonesia (sebagai sesama negara berkembang). Pada tahunanggaran 2006, investasi yang ditanamkan oleh DirektoratPengembangan Air Minum, Direktorat Jenderal Cipta Karya,Departemen Pekerjaan Umum, sejumlah Rp 1,4 triliun berupainvestasi infrastruktur SPAM.

Dengan asumsi kebutuhan air minum di Indonesia menca-pai 200 liter/kapita/hari dan biaya investasi infrastrukturSPAM yang dibutuhkan mencapai Rp 270 ribu/kapita (terma-suk sistem produksi dan distribusi SPAM), maka dapat dihitungsebagai biaya pelayanan sekitar 5,18 juta jiwa pendudukIndonesia atau setara dengan 12 m3/detik SPAM.

Dengan jumlah tersebut, maka lapangan kerja baru yangdapat terbuka mencapai 20.640 tenaga kerja. Jika dibandingkandengan angka 1 persen pertumbuhan ekonomi disokong denganpembukaan 500 ribu lapangan kerja baru, maka SPAM diIndonesia telah berkontribusi sebanyak 0.041 pesen pada tahunanggaran 2006. Sebagai perbandingan, nilai pertumbuhanekonomi nasional pada tahun 2006 sebesar 5,6 persen, dimana0,041 persennya berasal dari sektor SPAM.

Upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi denganSPAM

Metodologi yang tersebut di atas, dapat dikatakan sebagaimetodologi yang cukup jitu dan terukur untuk melihat keman-faatan infrastruktur SPAM dalam kacamata ekonomi nasional.Masih diperlukan lagi pendalaman dan verifikasi data yanglebih akurat, untuk mendapatkan gambaran yang lebih detailmengenai kontribusi infrastruktur SPAM dalam pertumbuhanekonomi nasional.

Melihat perhitungan di atas, adalah memungkinkan untukmemacu pertumbuhan ekonomi lewat penyediaan infrastrukturSPAM. Parameter yang dapat didorong di antaranya, upayamenurunkan biaya investasi/liter/detik infrastruktur SPAM.Dengan begitu, setiap investasi yang ditanamkan akanmeningkatkan cakupan pelayanan air minum, dan akan dikutidengan peningkatan lapangan kerja yang tercipta (karenasemakin tingginya kapasitas pelayanan yang mampu dise-

diakan).Selain itu, dibutuhkan pula pembukaan lapangan kerja yang

lebih luas, agar setiap liter/detik infrastruktur SPAM yang dise-diakan, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya(misalnya dengan pendirian berbagai kontraktor yang mampumerancang IPA PAKET atau perluasan penyerapan tenaga kerjayang mampu merencana dan merancang infrastruktur SPAM),yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Tanpa disadari, anjuran pemerintah untuk hemat air, ikutberperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.Dengan berkurangnya konsumsi air karena anjuran pemerintahtersebut, maka biaya investasi/kapita dapat diturunkan, yangberakibat pada semakin tingginya cakupan pelayanan airminum/liter/detik, dengan menggunakan biaya investasi yangsama besarnya. Hal ini menjadikan semakin tingginya cakupanpelayanan infrastruktur SPAM, dengan harga yang lebih murah,namun mampu membuka lapangan kerja yang lebih banyak,dan meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi nasional.

Tantangan ke depanTenaga perencana dan perancang infrastruktur SPAM ditun-

tut untuk mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional,melalui penyediaan sektor tersebut. Modifikasi seperti yangtersebutkan di atas, merupakan suatu metode untukmeningkatkan cakupan pelayanan air minum dengan hargayang lebih rendah (atau sama), namun mampu menjangkaumasyarakat dengan jumlah yang lebih luas, mampu membukalapangan kerja yang lebih banyak, serta mendongkrakperekonomian nasional lebih tinggi.

Kombinasi kemampuan teknik-ekonomi-sosial-budayamerupakan hal yang mutlak, sehingga dapat mengembangkanmetode-metode yang lebih kreatif untuk mewujudkannya, de-ngan mengandalkan keterbatasan anggaran yang ada.

Bukanlah tidak mungkin bahwa sektor infrastruktur SPAMdapat memberikan porsi persentase yang lebih besar dalam kon-tribusi terhadap angka pertumbuhan ekonomi nasional. Selainmemberikan hajat hidup orang banyak berupa air minum,namun juga mampu memberikan dampak berantai yang lebihmenguntungkan untuk kesejahteraan masyarakat, bahkan diluar sektor air minum itu sendiri.

Dengan kata lain, penyediaan infrastruktur SPAM yang han-dal, mampu memberikan kontribusi yang nyata sebagai dampakikutan yang positif dari pembukaan lapangan kerja yang seluas-luasnya di Indonesia. Juga merupakan hal yang sangat me-mungkinkan, dengan pembukaan lapangan kerja pada sektorini, akan mendongkrak pertumbuhan sektor lain, yang akhirnyajuga akan membuka lapangan-lapangan kerja baru, sebagaidampak ikutannya.

* Penulis adalah staf Sub Direktorat Kebijakan dan Strategi,Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Cipta Karya,

Departemen Pekerjaan Umum. Saat ini tercatat sebagai mahasiswaprogram doktoral di Division of Environmental Science and Engineering,

National University of Singapore (NUS), SingapuraKontak dengan penulis : [email protected]

WAWASAN

16 PercikAgustus 2007

Page 19: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Sebagai kebutuhan dasar manusia,tidak heran bila air kerap menjadipemicu pertengkaran antarwarga.

Bahkan perebutan akses air bersih inibisa memunculkan pertikaian yang ber-akibat fatal.

Seperti yang terjadi di Perumahan Mus-tika Tigaraksa, Desa Pasirnangka, Keca-matan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang,Provinsi Banten. Di komplek perumahanyang dibangun sejak 2001 ini sudah sejakawal mengalami kelangkaan air bersih.

Dimusim kekeringan ini, sempat ter-jadi pertikaian antarwarga hingga salahsatu warga luka terkena bacokan wargalain. Tentu siapapun tidak menginginkanperistiwa berdarah ini terjadi. Semes-tinya, musibah kekurangan air bisa di-jadikan peristiwa yang semakin menya-tukan warga yang merasa senasib.

Perum Mustika terdiri dari delapanRW (rukun warga). Empat RW masukDesa Pasirnangka dan empat RW lagimasuk Desa Mantagara dengan lebih dari3600 kepala keluarga. Struktur tanah diperumahan tipe sederhana itu memangsangat kurang debit airnya.

Kepada Percik, Ketua RW 08 PerumMustika Tigaraksa, Desa PasirnangkaKusdianto, mengatakan pihak pengem-bang perumahan hanya memfasilitasisumur pompa atau pantek bagi tiaprumah. "Sudah sejak awal banyak sumurpompa sedalam 18 sampai 24 meter yangtidak berfungsi. Apalagi dimusim kema-rau, sama sekali tidak keluar air. Kamisudah mengusulkan kepada pengembangagar ada jalan keluarnya, tapi tampaknyabelum ditanggapi," ujarnya. Sebagianwarga mengambil jalan pintas denganmemotong pipa saluran air di depan ru-mah mereka.

Akhirnya, warga berinisiatif memba-ngun satelit atau sumur-sumur bor hing-

ga kedalaman 80 meter. Satu sumur bordimiliki sekitar 7 hingga 10 kepala keluar-ga. Inisiatif ini pun tidak serta-mertamenyelesaikan masalah. Dimusim kema-rau, tetap saja kesulitan air.

Inisiatif lain seperti yang dilakukan AdeRohayati (31). Ibu rumah tangga ini mem-beli air dari truk tangki seharga Rp 135 ribuuntuk setiap 6 ribu liter. "Air akan habisselama seminggu atau 10 hari," katanya.Selama menempati perumahan, Ety, pang-gilan akrab Ade Rohayati, sudah empat kalimembuat sumur bor yang sama sekalitidak keluar air.

Santosa, mewakili suara warga,menginginkan jaringan PDAM (Per-usahaan Daerah Air Minum) masuk kePerumahan Mustika Tigaraksa. "JaringanPDAM terdekat berjarak sekitar satu kilo-meter," ujarnya.

Memanfaatkan Danau Buatan Di tengah-tengah Perumahan Mus-

tika Tigaraksa, terdapat sebuah danaubuatan yang sudah ada sebelum pemba-ngunan perumahan tersebut. Dimusimkemarau, danau buatan tersebut sangatberharga bagi warga perumahan.

Di danau tersebut, beberapa pompaair tertancap dengan puluhan pipa yangdialirkan jauh ke rumah-rumah warga.Satu alat pompa air dimiliki sepuluhatau lebih kepala keluarga. Merekamemanfaatkan air danau buatan secarabersama.

Setiap pagi dan sore hari, wargaberbondong-bondong memanfaatkan airdanau seluas 100 meter x 60 meter. Un-tuk mandi, mencuci, dan kebutuhan air dirumah mereka. Namun saat kemaraumencapai titik puncaknya, air danau itupun menyusut dan kering sama sekali.Rasanya, warga Perumahan MustikaTigaraksa semakin tersiksa dengankelangkaan air yang terjadi sepanjangtahun. Bowo Leksono

REPORTASE

17PercikAgustus 2007

Kelangkaan Airdi Perumahan Mustika

Danau buatan ini menjadi sumber air bersih bagi warga perumahan Mustika Tigaraksa,Tangerang. Foto: Bowo Leksono

Page 20: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Sumarto (65) sembari memikul duaember besar diikuti cucu laki-lakinya, berjalan sepanjang pe-

matang sawah menuju kali Laban. Disana, puluhan orang, laki-laki perem-puan, anak-anak hingga orang dewasatelah menunggu sambil beraktifitas.Mencuci pakaian dan mandi.

Dua kali dalam sehari, pagi dan sore,Sumarto dan puluhan warga KecamatanKaranganyar, Kabupaten Purbalingga,berjalan bolak-balik sepanjang dua kilo-meter ke kali.

Sumarto, seperti halnya beberapawarga lain, membuat kubangan dipinggiran kali Laban untuk mendapatkanair bersih. "Air sumur di rumah mestidiirit-irit karena sebentar lagi pasti akankering," ujarnya. Praktis bila air sumurwarga sudah kering kerontang, sungai lahyang menjadi andalan warga dalammemenuhi kebutuhan air bersih.

Sudah sejak bulan Juli lalu, keke-

ringan melanda Purbalingga dan bebera-pa daerah di Jawa Tengah. Musim kema-rau tahun ini membuat 56 desa di 13kecamatan di Purbalingga mengalamikekeringan dan krisis air bersih. Daerah-

daerah yang kekurangan air rata-ratakarena terletak di dataran tinggi dantidak tersentuh jaringan PDAM.

Puluhan desa itu tersebar di KecamatanBukateja (satu desa), Kemangkon (empatdesa), Pengadegan (lima desa), Karanganyar(delapan desa), Bobotsari (empat desa),Karangreja (tiga desa), Bojongsari (satudesa), Rembang (satu desa), Kejobong (sem-bilan desa), Karangmoncol (enam desa),Kaligondang (11 desa), Kutasari (satu desa),dan Kertanegara (dua desa).

Setiap tahun daerah-daerah tersebutselalu mengalami kekeringan dan biasa-nya puncaknya terjadi di bulan Oktober ."Desa kami belum mendapatkan jatah airbersih dari pemerintah," keluh Sukarli(41), warga Desa Wanalaya, KecamatanKaranganyar.

Wakil Bupati Purbalingga Drs HeruSudjatmoko, M.Si kepada Percik me-ngatakan, Pemkab mengantisipasibencana tahunan ini dengan memberibantuan air bersih ke desa-desa. "Me-mang belum semua desa mendapatkanbantuan air bersih karena belum parah,"ujarnya. Bowo Leksono

REPORTASE

18 PercikAgustus 2007

PURBALINGGAKEKERINGAN

Sudah sebulan sejak akhir Juli, telaga (danau)Slumpit debit airnya mulai menyusut. Tidak lama

lagi, telaga yang menjadi sumber kebutuhan airbersih warga Dusun Nglumpit, Desa Kenteng, Ke-camatan Ponjong, Gunung Kidul, Yogyakarta itu akankering sama sekali.

"Di rumah, kami tidak punya sumur. Andalannyaya telaga ini," ucap Surahmiati (42). Pagi-pagi buta,perempuan dua anak ini telah berada di telaga seluassetengah hektar. Mencuci, mandi, dan mengambil air.Aktifitas yang sama dilakukan kembali di sore hari.

Bila telaga telah benar-benar kering, Surahmiatidan warga dusun lainnya, membeli air tangki dengancara memesan. Air itu ditampung di bak penampung-an di samping rumah. "Satu tangki untuk ukuran 5 ribuliter harganya Rp 120 ribu. Itu untuk kebutuhan dua

sampai tiga minggu," tuturnya.Prasetyo (27) mewakili keluarga, setiap hari

bolak-balik membawa dua tempat air dengan caradipikul. Air dari telaga dipergunakan untuk memasakdan air minum. "Di rumah ada sumur, tapi sudah ke-ring," katanya.

Gunung Kidul, secara geografis diliputi perbuki-tan kapur berakibat sumber air sulit didapat di daerahini. Sementara jaringan PDAM belum menjangkauwilayah rawan kekeringan.

Kemarau panjang yang terjadi tiap tahun mulaimenyapa sebagian besar warga Gunung Kidul. Tahunini, warga kembali disibukkan dengan kelangkaan air.Telaga Slumpit yang menjadi satu-satunya andalan war-ga kondisinya semakin memprihatinkan. Tak lama lagitidak ada air setetes pun di telaga itu. Bowo Leksono

Telaga Slumpit Menyusut

Setiap tahun di musim kemarau, puluhan warga melakukan aktivitas mandi, mencuci danbuang air besar di sungai ini. Foto: Bowo Leksono

Page 21: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Pendekatan Community-Led Total Sanitation (CLTS)telah mulai menunjukkan hasil di Indonesia sejakdiperkenalkan pada Nopember 2004. Data terakhir me-

nunjukkan CLTS telah dilaksanakan pada 20 provinsi, 58 kabu-paten, dan sebanyak paling tidak 150 desa telah mencapai tahapbebas buang air besar (BAB) sembarangan dalam waktu 1,5tahun. Walaupun demikian masih dibutuhkan langkah per-cepatan agar jumlah desa yang bebas BAB sembarangan (opendefecation free/ODF) mencapai jumlah yang signifikan. Masihpuluhan ribu desa yang belum bebas BAB sembarangan.

Melihat dampaknya yang signifikan terhadap perubahanperilaku, percepatan CLTS di Indonesia kemudian menjadisuatu obsesi. Untuk mencapai obsesi tersebut dibutuhkan inputbaru dalam bentuk pembelajaran dari negara lain. India menja-di pilihan tepat. Mereka telah lebih dahulu mengadopsi pen-dekatan CLTS dengan melakukan beberapa penyesuaian sehing-ga namanya pun berubah menjadi Total Sanitation Campaign(TSC).

Kunjungan tim pemerhati sanitasi dari India, Pakistan danBangladesh ke Indonesia pada awal Agustus 2007 untuk melihathasil penerapan CLTS membuka peluang pertukaran pengalam-an. WSP EAP kemudian memfasilitasi Pemerintah Indonesiauntuk melakukan kunjungan balasan ke India pada 27-31Agustus 2007. Daerah yang dikunjungi adalah District of Jalna,Maharastra. Delegasi Indonesia berasal dari berbagai instansiyaitu dr. Wan Alkadri, Zainal Nampira (Depkes), OswarMungkasa (Bappenas), Emah Sujimah (PU), dan dr. BudiRahaju (Dinkes Propinsi Jawa Timur).

Tulisan berikut akan menjelaskan pembelajaran pemba-ngunan sanitasi di India yang diperoleh selama kunjungan ter-sebut.

Total Sanitation Campaign (TSC)Pada dasarnya pendekatan TSC tidak berbeda mendasar

dengan pendekatan CLTS, yaitu fokus pada meniadakan kebi-asaan buang air besar sembarangan dan bukan membangunjamban, mendorong peningkatan kebutuhan layanan sanitasipada tingkat komunitas dan bukan pada tingkat individu, men-dorong kesadaran dari dalam diri sendiri dan bukan penyadaranmelalui penyediaan subsidi. Perbedaannya adalah TSC mem-bolehkan penyediaan pilihan teknologi jamban, penyediaan

insentif bagi komunitas yang telah bebas BAB sembarangan,dan kemungkinan penyediaan kredit mikro.

Pencapaian TSC di MaharastraPencapaian pembangunan sanitasi di Maharastra dalam dua

dekade terakhir sangat rendah. Pembangunan sanitasi padaperiode 1997-2000 menggunakan pendekatan masif berupa

CERMIN

Belajar Sanitasidari India

19PercikAgustus 2007

Penduduk desa India di depan jambannya.Foto: Oswar Mungkasa

Page 22: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

pemberian subsidi bagi kepala keluarga.Sekitar 1,7 juta toilet berhasil terbangun,tetapi tingkat penggunaannya hanyamencapai kurang dari 50 persen, itupunsebagian besar digunakan untuk kegiatanlain seperti gudang dan lainnya. Bahkanstudi mendalam menun-jukkan bahwa sekitar 80 per-sen penduduk masih BABsembarangan.

Kemudian pemerintahMaharastra mengadopsiprinsip TSC yang merupakanprogram pemerintah Indiapada tahun 2002. Uji cobadilaksanakan pada tahun2003 di dua distrik yaituAhmednagar dan Nanded.Kemudian TSC diterapkan diseluruh distrik sejak tahun2004. Hasilnya sungguhmenggembirakan. JumlahGram Panchayats (GP/keca-matan) yang berhasil bebasBAB sembarangan telah men-capai 4.000 kecamatan padatahun 2006, dari hanya 13kecamatan pada tahun 2003.Dalam jangka waktu 2,5tahun, tambahan jumlah pen-duduk yang terjangkau men-capai 8 juta orang, dari awal-nya yang hanya 4.000 orang.

Dukungan penuh Peme-rintah

Dukungan penuh peme-rintah di setiap tingkatanmenjadi suatu keniscayaan.Dukungan yang diberikanberupa penyediaan kebijakan sanitasi,pembentukan gugus tugas yang diberikewenangan penuh mengkoordinasikankegiatan sanitasi, melakukan kemitraandengan pemangku kepentingan lainnya,penyediaan petunjuk, penyediaan danainsentif bagi komunitas yang telah bebasBAB sembarangan, penyelenggaraankompetisi desa bersih (bebas BAB semba-rangan), penyelenggaraan kampanye sa-nitasi. Banyak lagi kegiatan yang seluruh-nya diinisiasi oleh pemerintah, baikpusat, provinsi, kabupaten/kota sampai

desa.Salah satu bentuk dukungan yang ter-

lihat sangat dihargai komunitas desaadalah dalam bentuk penandatangananpiagam penghargaan oleh Presiden India.Tanda tangannya asli bukan cap-capan

yang sering kita lihat di Indonesia. Pada saat kunjungan kami ke semua

desa, yang pertama kali diperlihatkanadalah piagam tersebut berikut pialasebagai pemenang lomba desa. Hal iniyang mendorong pemerintah mengkait-kan kampanye sanitasi tidak hanya sema-ta aspek kesehatan saja tetapi juga kenya-manan, privasi, dan kebanggaan.

Peran yang jelasDisadari bahwa tanggungjawab pem-

bangunan sanitasi sebaiknya diserahkanpada tingkatan pemerintahan yang lang-sung berhubungan dengan masyarakat.Untuk itu, pemerintah India menye-rahkan program TSC kepada pemerintahGram Panchayat (GP/setingkat Keca-

matan). Penyertahan inidilaksanakan secara for-mal melalui undang-un-dang.

Peran National Go-vernment (pemerintah pu-sat) terbatas pada pe-ngembangan kebijakan,melakukan pemantauanserta penyediaan danainsentif bagi desa yangbebas BAB sembarangan,baik yang berupa hadiahbagi desa pemenang mau-pun insentif program bagikomunitas yang berhasilmenuntaskan BAB semba-rangan.

State Government (Pe-merintah provinsi) ber-peran mendukung ZillaParishad (pemerintah ka-bupaten) dalam imple-mentasi berupa pening-katan kapasitas, pe-mantauan daerah bebasBAB sembarangan, danmemfasilitasi penyeleng-garaan lomba desa bersih(desa bebas BAB sem-barangan). Termasuk jugamengembangkan petunjukoperasional, kriteria pe-milihan LSM yang dapat

diajak bekerjasama, dan mengembang-kan sistem pemantauan dan evaluasi,serta penyebarluasan 'lessons learned'(pembelajaran).

Zilla Parishad (pemerintah kabupa-ten) mengembangkan mekanisme danaturan tender, dan sistem pemantauanberdasarkan kriteria yang ditetapkanpemerintah provinsi. Pemerintah kabu-paten harus mengkoordinasikan seluruhinstansi sehingga GP hanya berhubungandengan satu pintu saja.

Peran LSM diarahkan kepada pe-

CERMIN

20 PercikAgustus 2007

Piagam Penghargaan bagi salah satu Gran Panchayat (kecamatan)yang ditandatangani Presiden India Abdul Kalam.

Foto: Oswar Mungkasa

Page 23: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

ngembangan skema pelatihan di tingkatkomunitas dan bekerjasama dengan pe-merintah desa melaksanakan pelatihan.

Sanitasi seharusnya berbasis ko-munitas

Pada dasarnya sanitasi menjadi tang-gungjawab masing-masing keluarga,tetapi kemudian ketika tidak semua kelu-arga menunaikan tanggungjawabnya, ke-seluruhan komunitas akan menanggungdampaknya. Sebagai ilustrasi, hasil studiWater Sanitation Program - South Asia(WSP-SA) pada salah satu desa di Indiamenunjukkan bahwa desa dengan tingkatBAB sembarangan tinggi dan desa de-ngan tingkat BAB sembarangan rendahmempunyai prevalensi diare yang relatifsama. Berbeda dengan desa yang bebasBAB sembarangan, tingkat prevalensi di-arenya sangat rendah (7 persen).Selengkapnya pada Tabel 1.

Fakta bahwa tidak akan ada dampakyang signifikan terhadap penurunanprevalensi diare jika hanya sebagianmasyarakat yang berperilaku hidupbersih dan sehat kemudian mendorongpemerintah India untuk melaksanakanpembangunan sanitasi perdesaan berba-sis komunitas.

'Seeing is believing'Masyarakat cenderung merubah peri-

laku setelah mendapatkan contoh yangnyata. Di Jalna, salah satu kabupaten diProvinsi Maharastra India, pada tahapawal pemerintah daerah melaksanakanuji coba pada satu desa saja. Hal ini untukmemastikan agar hasil uji coba dapatdijadikan contoh bagi komuinitas yanglain. Setelah uji coba berhasil, kemudianpemerintah daerah melakukan kampanye

ke komunitas lain untuk mendatangidesa uji coba tersebut.

Ternyata komunitas yang lain banyakyang tertarik menerapkan program TSCsetelah melihat contoh pada desa ujicoba. Hal ini mendorong pemerintahdaerah menerapkan prinsip 'seeing isbelieving'. Beri contoh yang baik danmasyarakat akan tertarik juga untukmelakukan hal yang sama. Hindarimelaksanakan program pada tahun awalsecara besar-besaran.

Pemberian insentifPemberian insentif dipercaya dapat

mendorong pencapaian desa bebas BAB

sembarangan, tetapi insentif ini harusdiberikan kepada seluruh komunitas se-bagai insentif atas kerjasama dan hadiahatas usaha mereka. Insentif harus dalambentuk penyediaan dana program bagikomunitas tersebut, baik dalam bentukpembangunan jalan, sekolah dan lainnya.

Bentuk insentif lainnya adalah pem-berian hadiah bagi pemenang kontesdesa bebas BAB sembarangan. Kontes inidiadakan secara bertingkat mulai daritingkat kecamatan, kabupaten, provinsidan nasional. Pemenang di setiap tingkatmendapat penghargaan diantaranyaberupa piagam yang ditandatangani lang-sung oleh presiden India dan piala. Jenisinsentif ini sangat berpotensi mendorongdesa untuk berkompetisi karena salahsatu faktor yang mendorong komunitasuntuk berubah adalah adanya keinginanagar desanya menjadi dikenal.

Penentuan desa pemenang dilak-sanakan oleh organisasi independenyaitu LSM yang dipilih oleh pemerintahnasional melalui proses yang terbuka.Kriteria penilaian ditetapkan bersamadan diinformasikan secara terbuka. OM

CERMIN

21PercikAgustus 2007

Lukisan "Kampanye Perilaku Hidup Bersih dan Sehat" di dinding salah satu sekolah.Foto: Oswar Mungkasa

Kategori Desa

BAB sembarangan tinggi

BAB sembarangan rendah

Bebas BAB sembarangan

KK pengguna Jamban(%)

29

95

100

Prevalensi Diare(%)

38

26

7

Sumber: Water Sanitation Program-South Asia

TABEL 1. PRAKTEK SANITASI INDIVIDU MEMPENGARUHI KESELURUHAN KOMUNITAS

Page 24: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Kemeriahan dan keramaian biasa terlihat di semuapelosok negeri ini menjelang perayaan Hari UlangTahun Kemerdekaan yang jatuh setiap bulan Agustus.

Tapi bagi Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan, KotaSurabaya, kemeriahan terpancar sepanjang tahun.

Lebih dari itu, kelurahan yang memiliki 23 Rukun Tetangga(RT) ini, memancarkan aura kebersihan dan keindahanlingkungannya. Sudah sejak tahun 2001, Jambangan melaluitangan terampil Ibu Winarsih sebagai pelopor, menjadi kelurah-an dengan lingkungan yang bersih dan sehat.

Kreatifitas wargaKebersihan lingkungan diterapkan dengan ketersediaan dua

tong sampah di setiap halaman rumah untuk memilah sampah.Sampah kering dan sampah basah. Bahkan kaum ibu rajinmemilah dan mengumpulkan sampah plastik bekas mi instanatau makanan kecil untuk dijadikan kerajinan tangan sepertisandal, tas, rompi, asbak, dan kerajinan lainnya.

Sementara untuk sampah basah, warga mengolah menjadipupuk lewat proses pengomposan. Praktis ini memperingankerja petugas kebersihan karena hampir tidak ada sampah yangterangkut ke luar kelurahan. "Semuanya diolah sendiri olehwarga," kata Ibu Yus, selaku ketua PKK Kelurahan Jambangan.

Kreatifitas warga ini pula yang mengantarkan KelurahanJambangan menjadi juara pertama "Surabaya Green and Clean2007" yang digelar pada bulan Juni silam. Lomba kebersihanlingkungan bergengsi di Kota Surabaya yang digelar tahunan iniatas kerjasama Pemerintah Kota Surabaya, PT Uniliver, danJawa Pos. Sebelumnya, pada tahun 2006, kelurahan ini jugamenyabet juara pertama lomba kebersihan "Merdeka Sampah".

Sayang, kreatifitas warga masih sebatas memproduksi,belum bisa memasarkan barang-barang hasil ketrampilan wargasebagai penambah pendapatan keluarga. "Sementara kamimasih mengharapkan para tamu yang berkunjung ke kelurahankami untuk membelinya," ujar Ibu Purnomo. Bowo Leksono

CERMIN

22 PercikAgustus 2007

KelurahanJambangan HijauSepanjang Tahun

KelurahanJambangan HijauSepanjang Tahun

Siapa menyangka di tengah-tengah kota besar seperti Surabayatersempil wilayah Rukun Tetangga (RT) yang berhasil membuat orang

luar merasa iri. Apa sebenarnya yang membuat perasaan itu muncul?Ya, RT 3 RW III Kelurahan Kupang Prajan, Kecamatan Sawahan,

Kota Surabaya berhasil menciptakan lingkungan bersih dan sehat bagiwarganya. Kenyataan ini tentu membutuhkan kerja keras dan keber-samaan seluruh warga RT.

Nilai kebersamaan dan kegotong-royongan yang kuat adalah poten-si warga RT yang paling berharga. Tanpa dasar itu, bisa dipastikan sia-papun tak akan mampu mewujudkan cita-cita untuk mewujudkanlingkungan yang bersih. Terbukti RT 3 RW III Kelurahan Kupang Prajanmampu menggondol juara pertama lomba "Surabaya Green and Clean2007" kategori daerah kembang (daerah sedang berkembang).

"Potensi warga yang mewujud berupa kebersamaan dan sistem

gotong-royong adalah modal dasar kami dalam menciptakan lingkunganRT yang bersih," tutur Agus Siswoyo, wakil ketua RT 3 RW III, selaku jurubicara saat menyambut kedatangan tim penyusun buku lesson learnedbidang air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL).

Peran serta ibu-ibu PKK dalam memperhatikan kebersihanlingkungan sangat besar. Untuk urusan pengelolaan sampah, menjaditugas rutin para ibu. "Dulu, sekitar dua tahun lalu, pengambilan sam-pah sehari sampai tiga kali dengan dua gerobak sampah. Sekarang pa-ling cuma sekali, ya karena kesadaran warga untuk memilahnya,"ungkap Sri.

Hal yang cukup menarik di lingkungan RT ini, setiap kelahiran danpendatang wajib menyediakan satu tanaman dalam pot di depanrumahnya sehingga akan terwujud kesadaran yang menyeluruh. Bowo Leksono

Kelurahan Kupang Prajan Mutiara di Tengah Kota

Salah satu sudut kelurahan Jambangan, kota Surabaya terlihat asridengan berbagai pepohonan. Foto: Bowo Leksono

Page 25: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Kualitas air Kali Surabaya terus mengalami penurunanakibat aktivitas pembuangan limbah dari ratusanindustri yang ada di sepanjang kali tersebut. Penurunan

itu tampak dari berkurangnya kandungan oksigen dan seringmenyebabkan ribuan ikan dan satwa lainnya mati.

Demikian hasil pemantauan dan temuan yang dilakukan timreportase "Detektif Kali Surabaya" yang terdiri dari 10 sekolahyang telah melakukan penelitian dan pemantauan di sepanjangkali tersebut. Pemaparan hasil reportase tersebut merupakansalah satu rangkaian kegiatan "Festival Anak Kali Surabaya"yang digelar 5 Agustus 2007 silam.

Peristiwa tahunan bertema Save Surabaya River For OurFuture itu digelar Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi La-han Basah (Ecoton), Yayasan Keanekaragaman Hayati (KEHA-TI) dan Perum Jasa Tirta I Malang yang dipusatkan di lapanganBantaran Kali Surabaya.

Direktur Eksekutif Ecoton Prigi Arisandi mengatakan, ke-giatan ini dalam rangka peringatan Hari Anak sekaligus bentukkeprihatinan dan kepedulian anak-anak terhadap kondisi KaliSurabaya yang saat ini tingkat pencemarannya makin tinggi."Berbagai acara dan kegiatan digelar pada festival ini dan selu-ruhnya melibatkan anak-anak dan pelajar," kata Prigi.

Kali Surabaya yang merupakan salah satu hilir sungaiBrantas, mengalir dari Mlirip Mojokerto hingga Jagir Surabayasepanjang kurang lebih 41 KM, memiliki peran sangat pentingsebagai sumber air bagi masyarakat, baik pertanian, industrimaupun kehidupan. PDAM Kota Gresik dan Surabaya jugamemanfaatkan air kali ini sebagai bahan baku air minum bagipelanggan dan masyarakat.

Melibatkan pelajarSejak April 2007, jaringan pemantau atau detektif Kali

Surabaya sudah aktif melakukan pemantauan terhadap ancam-an kualitas air dan potensi keanekaragaman hayati di sungaitersebut.

Para detektif atau reporter merupakan kelompok yang terdi-ri dari 10 guru dan 30 siswa dari 10 Sekolah, yaitu SMP Negeri 1Kedamean, SMU Negeri 1 Driyorejo, SMU Negeri 1 Wri-nginanom dan SMP Negeri 1 Wringinanom, kemudian SMPPGRI 2 Batu dan SMU Muhammadiyah 3 Batu, SMA WachidHasyim 2 Sepanjang, SMP Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo,SMAK St Stanislauss Kalijudan dan SMA Al Falah KetintangSurabaya.

Selain itu, digelar pula pameran lingkungan hidup yangdiikuti 17 stan dari sekolah dan LSM terkemuka sepertiGreenpeace Indonesia, Pusdakota (pengelolaan sampah dengansistem kompos), Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan, WalhiJawa Timur, Ecoton, KEHATI (Program Go Green School dancontoh sukses sekolah di Jakarta dan Tangerang ), Kantor Ke-mentrian Lingkungan Hidup, dan lainnya.

Pada kesempatan itu, sekolah-sekolah yang tergabungdalam jaringan pemantau Kali Surabaya juga menyampaikanpetisi kepada pemerintah daerah terkait kondisi Kali Surabayasaat ini.

Petisi tersebut berisi himbauan kepada Pemerintah ProvinsiJawa Timur untuk tidak lagi mengeluarkan izin mendirikanbangunan di atas bantaran kali. Memulihkan kawasan bantaranKali Surabaya sesuai fungsinya dan melakukan gerakan penghi-jauan pada kawasan-kawasan kritis.

Disamping juga menyosialisasikan penggunaan tanamanobat yang tumbuh di sekitar sungai. Melakukan pemantauandan memberi sanksi tegas pada pihak industri yang melanggarUU Lingkungan No. 23 Tahun 2007 tentang PengelolaanLingkungan Hidup.

Pemerintah dihimbau untuk merancang sebuah kampanyeberkesinambungan kepada masyarakat umum melalui media-media populer seperti televisi, radio, media cetak dan sosialisasikebijakan pada masyarakat yang berkepentingan pada keber-lanjutan Kali Surabaya.

Selain itu, juga perlu ada regulasi yang tegas dan mengikatkepada setiap warga dan lembaga terhadap pembuangan lim-bah. Pengefektifan lembaga pemerintah yang menangani lim-bah yang dibuang ke sungai sehingga ada kejelasan instansimana yang menangani limbah dan kualitas air sungai.

BW/berbagai sumber

CERMIN

23PercikAgustus 2007

Festival Anak Kali SurabayaSungai untuk Kehidupan Mendatang

Karikatur: Rudi Kosasih

Page 26: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Meskipun Indonesia dikaruniai banyak air dengancurah hujan yang relatif tinggi, namun kelangkaanair tetap terjadi di berbagai daerah. Banyak warga

yang kesulitan mengakses air bersih. Air bersih menjadi kebu-tuhan mendasar yang tak terpisahkan dari hidup dan kehidupanmanusia.

Di daerah yang warganya sulit mengakses air bersih, kerapterjadi rebutan air yang berujung pertengkaran. Seperti yangterjadi di Kecamatan Karanglewas, Kabupaten Banyumas,Provinsi Jawa Tengah, sebuah daerah di kaki Gunung Slametbagian Selatan.

Penyebabnya bak penampung air yang dialiri air dari sum-ber mata air, tidak mencukupi kebutuhan warga atau lebihtepatnya tidak adanya pemerataan air bersih yang diperolehwarga. Tidak heran air yang menjadi sumber percekcokan itudikenal warga sebagai "air berisik".

Muncul tokoh Mujamil, warga Desa Singasari, turut men-damaikan warga dengan menciptakan alat pembagi air.Mujamil, laki-laki berusia 52 tahun ini, bukanlah seorang ahliteknik. Ia hanyalah seorang guru agama di sebuah SekolahDasar.

Teknologi sederhanaSebelumnya, warga dimana Mujamil tinggal, memperoleh

air bersih dari bak-bak penampungan yang dibangun dengansistem tradisional. Yaitu mengalirkan air dari sumber mata air

yang ditampung dalam sebuah bak air untuk kemudiandialirkan kembali ke rumah-rumah warga melalui pipa atau pa-ralon.

Menurut Mujamil, sistem ini mempunyai banyak kelemah-an. "Disamping debit air yang kurang untuk sampai ke rumahwarga juga mudah dirusak atau diotak-atik," katanya. Ia men-contohkan, biasanya warga memasukan pipa lebih dalam lagi kebak penampungan untuk menghasilkan aliran air yang lebihbanyak atau merusak jaringan induk sehingga diperoleh air de-ngan debit yang berbeda. Ini yang kemudian menjadi sumberpermasalahan.

Mujamil berpikir keras. "Bagaimana cara menciptakan alatagar kebutuhan warga akan air bersih bisa merata," demikian iamerenung suatu ketika. Berbekal pengalaman bekerja di sebuahkilang minyak Pertamina di Cilacap selama dua tahun ditambahpenalaran-penalaran, bapak empat putra ini memberanikan dirimembuat alat pembagi air.

Dibantu beberapa warga, Mujamil memulai pekerjaannyasetelah mendapatkan dukungan dana dari sebuah organisasikemasyarakatan. Ia membangun alat pembagi air dengan sistemtabung atau yang dikenal dengan teori bejana berhubungan.

Mujamil merancang sedemikian rupa agar sistem pemba-gian air menghasilkan debit kecil namun tetap merata dan amandari upaya perusakan. Dengan mempraktikan sistem bejanaberhubungan, dibuatlah tabung-tabung pembagi air.

Dalam tabung ini dibuat sistem pembagian air agar merata

INSPIRASI

SANG PAWANG AIR

24 PercikAgustus 2007

Page 27: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

hingga konsumen. Untuk mengatasi tempat konsumen yanglebih rendah dibuatlah tabung berbentuk T yang berfungsi seba-gai sirkulasi udara untuk mengatur tekanan air yang keluar,seperti sebuah pompa.

Untuk menghindari perusakan dan kebocoran, ujarMujamil, tabung-tabung sebagai pusat air ini dibeton sehinggaterlihat hanya sebuah tugu. "Karena itu, tidak perlu membangunbak-bak penampung air," katanya.

TantanganSudah sejak tahun 1987 alat pembagi air dengan sistem

tabung diciptakan Mujamil. Pertama diujicobakan di desanyayang saat itu kerap terjadi perebutan dan sabotase air bersih.

Pekerjaan Mujamil tidak langsung berjalan sempurna.Banyak kekurangan di sana-sini. Namun ia selalu optimis danterus berpikir sehingga kekurangan dan kelemahan bisa teratasidengan baik.

Bahkan Pemerintah Daerah setempat sempat tidak meng-akui sistem yang diciptakan Mujamil ini. Padahal uji coba telahberhasil diterapkan. "Saat Desa Singasari hendak menambahtabung pembagi air dengan dana dari proyek P3DT, sempattidak ada titik temu," katanya.

Setelah tim konsultan dari provinsi meneliti, justru membe-narkan dan sangat sepakat dengan sistem bejana berhubunganyang dipakai Mujamil. Sistem ini semakin diperkuat setelahdiuji coba konsultan dari Cipta Karya dan Bina Marga.

Permintaan desa tetanggaSetelah berhasil mengubah "air berisik" menjadi benar-

benar air bersih yang mudah diakses warga secara merata,beberapa desa tetangga yang juga mempunyai persoalan samaterhadap ketersediaan air bersih seperti berlomba-lomba me-minta bantuan Mujamil untuk membangun alat pembagi air de-ngan sistem tabung di desa mereka.

Di Gerumbul Rabuk, Desa Baseh, Kecamatan Karanglewas

telah dibangun satu jaringan pembagi air bersih. Pun di DesaKedung Banteng. Sementara di Desa Beji masih mengadopsi sis-tem tradisional karena dana yang kurang.

Dan yang tak kalah menarik adalah di Desa Panembanganyang membangun alat pembagi air dengan sistem meteranseperti sebuah PDAM, bahkan dapat memperoleh tambahanpendapatan dari desa lain.

Sudah bertahun-tahun sistem tabung dan meteran ini di-terapkan. Menurut Mujamil, tidak ada persoalan berat yangmuncul dan relatif aman. "Saya mampu menjamin air bersihyang menjadi sumber pertengkaran tidak akan "berisik" lagi,"ungkapnya.

Bagi warga yang selama ini mengandalkan bak-bak penam-pung air, tergantikan pipa-pipa paralon yang tertanam dalamtanah sedalam minimal 70 sentimeter. Persediaan air dalamparalon yang terus mengalir sepanjang ratusan meter adalahstok air sekian meter kubik sebanding kebutuhan konsumenakan air bersih.

Keberanian untuk mencoba diikuti kreatifitas ternyata mampumengubah nasib dan persoalan pelik berhubungan dengan kebu-tuhan mendasar berupa air bersih. Dan Mujamil yang hanya lulusanPGA (Pendidikan Guru Agama) mampu membawa warga kepadakemakmuran dari sisi kebutuhan akan air bersih.

Mujamil adalah pahlawan tanpa tanda penghargaan karenamemang ia tidak membutuhkan tanda itu. "Apa yang sayalakukan semata-mata untuk masyarakat," ujarnya. Sebuahkebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi Mujamil, memberikansesuatu yang bermanfaat bagi warga.

Namun semua kerja keras Mujamil akan sia-sia bila tidakdidukung penuh warga. Dan sifat gotong-royong adalah syaratmutlak bagi seluruh warga menuju kemandirian. Dengan kego-tong-royongan semua pekerjaan terasa jauh lebih ringan. Bowo Leksono

25PercikAgustus 2007

INSPIRASI

Jaringan pipa air warga. Foto: Bowo Leksono

Tugu pengatur air di salah satu sudut desa. Foto: Bowo Leksono

Page 28: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Kepedulian akan kelestarian lingkungan hidup tam-paknya kini tidak hanya dimiliki orang dewasa saja,namun telah menyentuh generasi muda khususnya

pelajar. Terbukti semakin banyaknya program pelestarianlingkungan yang digalakkan sekolah-sekolah di berbagai daerahdi Indonesia.

Salah satunya SMU Negeri 34 Jakarta yang terletak di dae-rah Pondok Labu, Jakarta Selatan. Sekolah ini sempat membo-yong juara II lomba "Toyota Eco Youth" sekaligus pemenangpresentasi terbaik di ajang yang sama.

Toyota Eco Youth meru-pakan suatu bentuk kon-

tes peningkatan kon-disi lingkungan hi-dup di sekolah yangdiselenggarakanToyota Astra. Da-lam kontes ToyotaEco Youth, nilai

tertinggi diperolehhasil peni-

laian

kemampuan tiap sekolah melibatkan seluruh komponen seko-lah dalam proyek lingkungan hidup yang dijalankan.

Kemenangan yang diperoleh siswa SMUN 34 dalam kontestersebut tidak akan dapat diperoleh tanpa usaha menyeluruhdari warga sekolah, baik guru pembimbing maupun seluruhsiswa SMU N 34 sendiri.

Salah satu yang memiliki komitmen besar terhadap masalahpeningkatan kondisi lingkungan hidup di sekolah itu adalah En-dang Wardiningsih, guru Kimia sekaligus pembimbing ekstra-kurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) yang merupakanwadah awal program pendidikan lingkungan di SMU N 34.

Awal mula ketertarikan Endang di bidang ini ketika tahun1996 diundang UNESCO untuk mengikuti Lokakarya Penye-lamatan Terumbu Karang. "Salah satu materi yang diberikanpada saat itu adalah mengenai cara-cara menangani sampah,"tuturnya.

Sesusai mengikuti lokakarya tersebut, Endang tergerakmenerapkan pengalaman yang diperoleh selama lokakarya dilingkungan sekolah tempatnya mengajar selama ini. Untukmenerapkan, ia menggunakan wadah KIR sebagai "kendaraan".

Mulanya Endang mengajarkan para anggota KIR bagaimanacara melakukan pemilahan sampah. Selain itu juga kegiatanpengelolaan sampah dengan cara 4R (reduce, reuse, recycle danrecover). "Anak-anak tambah senang, karena tambah penga-laman," ujarnya.

Seiring perjalanan waktu, pihak sekolah melihat kegiatan inimendatangkan manfaat positif bagi sekolah. Untuk itu pada

tahun 2002 pihak sekolah memberikan lahan dan memban-gun Griya Daur Ulang bagi kegiatan ini dengan Endang

sebagai komandannya. Bersama guru Biologi, bahu-membahu melakukanberbagai kegiatan pengelolaan lingkungan sekolah

serta meningkatkan kepedulian warga sekolahakan masalah lingkungan hidup. "Salah sa-

tunya ya menghidupkan Griya DaurUlang, yang terletak di pojok se-

kolah," kata Endang.Kegiatan yangdilakukan di

Griya DaurUlang antara lain

TAMU KITA

E n d a n g W a r d i n i n g s i h

Gigih Ajari SiswaPeduli Lingkungan

26 PercikAgustus 2007

Page 29: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

27PercikAgustus 2007

melakukan pengomposan dengan menggunakan cacing tanah,membuat kertas daur ulang dan kerajinan tangan dari kertasdan karton bekas, produksi pupuk cair (IM 4), penanaman ta-naman obat dan tanaman hidroponik serta melakukan perawat-an lahan hijau sekolah seluas 8.700 meter persegi.

Hasil kerajinan tangan maupun kertas daur ulang yang di-kerjakan anak-anak KIR, dijual kepada teman-teman merekadan sisanya untuk dipamerkan di Griya Daur Ulang. "Kegiatanini menjadi contoh juga untuk siswa-siswa lain di luar KIR,"ucap Endang.

Endang mengatakan, para anggota KIR melakukan aktifitasdi hari Sabtu yang memang dikhususkan untuk melakukankegiatan ekstrakurikuler dan setelah jam sekolah pada haribiasa.

Dalam menjalankan kegiatannya, kata Endang, Griya DaurUlang mendapatkan dukungan dana sepenuhnya dari sekolah."Dana tersebut dipergunakan untuk kegiatan produksi di GriyaDaur Ulang". Selain itu, juga terdapat uang kas yang di-kumpulkan dari anggota KIR serta uang hasil penjualan kertasdaur ulang yang biasanya diperoleh saat digelar acara bazaar.

Muatan lokalSaat ini kegiatan pelestarian lingkungan sekolah sudah

dijadikan muatan lokal (mulok) di SMU N 34 Jakarta Selatan,dengan nama Pendidikan Lingkungan Hidup. Tentunya haltersebut tidak terlepas dari jerih payah Endang Wardiningsihbeserta seluruh jajaran sekolah dan siswa yang aktif mengikutikegiatan ekstrakurikuler KIR.

Mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup dipelajarioleh siswa kelas X dan XII. Melalui kesempatan ini, Endangbeserta beberapa guru berusaha meningkatkan kepedulian

para siswa akan masalah lingkungan hidup aktual yang ter-jadi saat ini.

Dalam memperoleh informasi teraktual seputar masalahlingkungan hidup maupun teknologi yang digunakan, Endangrajin mencari ke bermacam sumber seperti internet, mediamassa, maupun datang langsung ke para pakar lingkungan. "Inisemua demi memperoleh berbagai informasi terbaru untuk di-sajikan kepada para siswa," tuturnya.

Endang bahkan tidak segan mengajak siswanya mendatangipara pakar lingkungan, untuk sekedar menimba ilmu langsungdari sang pakar. Diharapkan kegiatan seperti itu dapatmeningkatkan minat siswanya mendalami masalah pelestarianlingkungan hidup. Saat ini SMU N 34 juga diberi predikat seko-lah berwawasan lingkungan oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKIJakarta.

Pelaksanaan program pelestarian lingkungan di SMU N 34tentu tidak terlepas dari kendala, salah satunya, menurutEndang adalah masih kurangnya kerjasama diantara wargasekolah, baik antarsiswa maupun pegawai sekolah. "Masalah initerlihat dari masih adanya warga sekolah yang tidak membuangsampah di tempat yang sudah disediakan," ujarnya.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Endang beserta seluruhanggota KIR tidak pernah bosan untuk selalu mengingatkan danmenyadarkan warga sekolah hidup bersih dan sehat di berbagaikesempatan.

Kegigihan dan komitmen seorang Endang Wardiningsihmemang patut ditiru jika kita menginginkan generasi penerusbangsa yang sadar dan peduli akan masalah kelestarian ling-kungan hidup. Karena jika tidak dimulai dari sekarang, makakapan lagi? Astri Handayani

Rumah hijau di SMU Negeri 34 Jakarta sebagai pusattanaman hidroponik. Foto-foto: Bowo Leksono.

Page 30: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Kata apa saja yang akan terucapbila ditanya tentang Jakarta?Selain "panas", "macet", "po-

lusi"? Adalah "kumuh". Ya, Jakarta seba-gai ibukota negara dan kota metropolitansudah lama identik dengan semua kataitu.

Wilayah kumuh di kota Jakarta seper-ti tidak pernah lenyap. Bahkan semakinmeluas. Di sudut-sudut kota, di bantaransungai, bantaran rel kereta, dan kam-pung-kampung kumuh lainnya. Kondisiini menjadi keprihatinan abadi.

Untunglah, masih ada sebagianwilayah yang menyumbang kenyamananbagi kota Jakarta. RW 08 Kelurahan

Petojo Utara, Kecamatan Gambir,Jakarta Pusat adalah salah satunya.

"Dulu di sini daerah kumuh danmiskin. Warga buang air dan buang sam-pah sembarangan. Got-got juga kotor,"tutur Ir Irwansyah, Ketua RW 08 PetojoUtara sekaligus motor penggerak peruba-han. Sekarang ini, Petojo pantas menjadipercontohan kota-kota besar lainnya diIndonesia. Untuk itu semua, dibutuhkanpenggerak, dana, dan kesadaran warga.

Irwansyah mengatakan, hampir 30persen warganya belum memiliki kamarmandi. "Ini karena faktor keterbatasanlahan. Bayangkan betapa sumpeknya,mereka hidup beberapa keluarga dengan

lahan paling cuma 2 x 4 meter," pa-parnya.

Bahkan, lebih dari 50 persen peru-mahan masih bergantung pada WCumum atau MCK umum. Di RW 08 ini,terdapat lima buah MCK yang semuanyatidak memiliki tangki septik yang sesuai.Sementara perumahan yang memilikijamban sendiri, pembuangannya lang-sung ke sungai.

Sementara akses air bersih adalahmasalah yang cukup penting karena airtanah yang ada di lingkungan Petojoterkontaminasi atau payau. Untuk men-dapatkan akses air PAM, yang hanya bisamelayani 40 persen dari jumlah keluargayang ada, memiliki masalah dalamkelangsungan dan alur penyediaan airtersebut.

Penyediaan air bagi rumah tanggamemiliki beberapa kombinasi sumber air,seperti air tanah dangkal dan dalam(sumur), koneksi PAM dan air minumbotolan yang berasal dari beragam penye-dia dengan tujuan berbeda.

Kolaborasi programSejak kedatangan ESP (Environ-

mental Service Program), Mercy Corps,Health Service Program (HSP), dan SafeWater System (SWS) pada Mei 2006silam, kampung yang dilewati kali Krukutdan berpenghuni 750 KK itu pun mulaiberubah bersih dan nyaman. Bermacamprogram dijalankan dan warga punmenyambut senang hati.

Program kampung hijau, pemba-ngunan MCK++, cuci tangan pakai sabun(CTPS), kali bersih, pengomposan,Posyandu, Posyandu lansia, Jumatbersih, senam jantung sehat, pengasapan,RW siaga, dan lainnya.

Untuk program pembangunanMCK++ dengan teknologi modern yangmemang baru pertama dan masih satu-

SEPUTAR ISSDP

RW 08 Petojo Utara

Potret Bersih di Tengah Kota

28 PercikAgustus 2007

MCK ++ di RW 08 Petojo Utara, Jakarta Pusat.Foto: Bowo Leksono

Page 31: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

SEPUTAR ISSDP

29PercikAgustus 2007

satunya di wilayah DKI Jakarta, menelanbiaya Rp 360 juta. Dana itu merupakanhibah murni dari USAID.

MCK++ ini terdiri dari 12 ruangan, 4kamar mandi dan 6 WC, satu kamarmandi ibu dan anak, serta ruangPosyandu. Setiap hari digunakan oleh300 orang. Fasilitas ini menggunakanteknologi yang mampu mengolah seluruhair bungan yang dihasilkan menjadi airyang ramah lingkungan.

Pemisahan sampahPetojo dilalui sungai Krukut. Sungai

ini menjadi tempat dimana berkumpulsampah-sampah dan air limbah peru-mahan. Masyarakat masih menganggapsungai menjadi tempat yang efisien untukpembuangan sampah.

"Kami ada program Bersih Kali sebu-lan sekali," kata Irwansyah. Tapi, lanjut-nya, meskipun sudah dibersihkan akankembali kotor sebab ketika air kali itumengalir ke wilayah Petojo membawasampah dari wilayah sebelumnya. "Kamiterus berusaha menyadarkan wilayahtetangga untuk ikut menjaga kali Krukut,"ujar Irwansyah.

Di Petojo, program pemisahan sam-pah dan cuci tangan pakai sabundidukung ESP, SWS dan Mercy Corps.Program ini dimulai dengan penghijauandan program pupuk kompos. Awalnyawarga didorong melakukan pemisahanterhadap sampah-sampah rumah tangga.

Sampah yang bersifat non-organikdikumpulkan pemulung, sementara sam-pah organik dikirim kepada pembuatpupuk kompos. Pupuk kompos ini digu-nakan untuk keperluan aktifitas penghi-jauan.

Melalui kampanye dan penyuluhanyang berkesinambungan, warga RW 08Petojo kini sadar akan pentingnya keber-sihan dan hijaunya lingkungan. Merekasecara rutin melakukan kegiatan kebersi-han lingkungan, tak hanya lingkungansekitar komunitas, namun di sungai-su-ngai (clean river program) dengan tu-juan membersihkan sungai dari sampah.

Cuci tangan pakai sabunProgram yang tak kalah menarik

adalah cuci tangan pakai sabun (CTPS),program yang sedang gencar digem-borkan Pemerintah. Di RW 08 Petojo,semua rumah sudah memiliki sarana cucitangan yang terletak di masing-masingdepan rumah mereka.

Kesadaran yang dilandasi kekom-pakan inilah membuat program ini ber-jalan. Fasilitas cuci tangan yang terbuatdari ember-ember bekas cat tembok itu

tidak sekedar pajangan, namun diman-faatkan warga. "Hal yang penting, paraorang tua mengajarkan anak-anak untukselalu cuci tangan," kata Irwansyah.

Petojo mendapatkan perubahanmenuju perbaikan. Dari persoalan sani-tasi, air bersih, nutrisi balita, dan infra-struktur. Semoga kondisi seperti ini akanselalu menghiasi kampung Petojo Utaradan wilayah lainnya. Bowo Leksono

Dua Kali KLB Muntaber

Tak Cukup Menutup Pabrik,Perlu Komitmen Semua Pihak

Kita semua mendadak terperangahlagi, lihat saja dengan mewabah-nya untuk kedua kali kejadian

muntaber tahun ini di KecamatanSepatan, Pakuhaji, Mauk, dan Sukadiri,Kabupaten Tangerang, sebagian besartidak memiliki jamban keluarga, buangair besar mereka lakukan di mana saja, disungai, sawah, kebun atau selokan.

Tak heran wabah muntaber menye-rang mereka sehingga mendapat statusKejadian Luar Biasa (KLB). Kejadian inijelas menampar aparat Pemerintah

Kabupaten Tangerang dengan teru-langnya kejadian yang sama pada duatahun lalu di periode bulan yang sama.Tetapi, toh masalah yang mendasar itutak pernah teratasi.

Kabupaten Tangerang suatu pelosokyang tak terlalu jauh dari jantung ibu kotanegara, dengan waktu tempuh hanya 1,5jam perjalanan atau sekitar 40 kilometerdari Istana Negara. Hingga 16 Juli 2007,warga desa di Kecamatan Sepatan,Pakuhaji, Mauk, dan Sukadiri, KabupatenTangerang telah berjatuhan korban.

Membudayakan cuci tangan pakai sabun dengan menyediakan peralatan cucitangan di depan rumah. Foto: Bowo Leksono

Page 32: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Pada 15 Juli 2007, sejumlah 469 kor-ban harus dirawat di Puskesmas danrumah sakit serta 3 orang di antaranyameninggal dunia. Kejadian dua tahunlalu bahkan merenggut 17 jiwa melayang.Penyakit muntaber muncul karena wargatak belajar dari pengalaman menjagakebersihan lingkungan dan makanan.

Sehingga beberapa petugas kesehatanmengungkapkan rasa malu atas jatuhnyakorban meninggal dunia atau rawat inapkarena serangan muntaber. "Ini kanpenyakit yang seharusnya sudah tidakada lagi karena menyangkut masalahamat mendasar, kebersihan.

"Di zaman sudah begini maju, adasatelit, internet, tetapi muntaber masihada di Tangerang yang merupakan dae-rah penyangga Ibu Kota," ujar seorangdokter di Tangerang.

Situasi ini terus memiliki mata rantaidengan problematika utama sanitasi,yang meliputi aspek air bersih, limbah,drainase dan sampah. Kenapa? Makinsedikit penduduk yang memiliki hunianyang sehat dan memenuhi standar kese-hatan, pasti makin tinggi pula laju pro-blematika sanitasi di Indonesia. Padahalderajat kesehatan penduduk Indonesiakini betul-betul menghadapi ancamanserius.

Dari rangkaian situasi yang terjadi,

pasti akan terus menggurita berbagaipersoalan baru di belakang masalahburuknya layanan sanitasi pendudukIndonesia, yang langsung dirasakan saatini, yaitu soal hilangnya angka pertum-buhan ekonomi sekitar 65 trilyun selamasatu tahun APBN. Angka itu sama dengan2,4 persen total jumlah APBN yang bisamembuka jutaan angka pekerjaan barubagi puluhan juta angkatan kerja yangmenganggur sekarang ini.

Mengulang apa yang dikemukakanKepala Bidang Pemberantasan Pence-gahan Penyakit Dinas KesehatanKabupaten Tangerang, dr. YuliahIskandar, nampaknya ada empat faktoryang menyebabkan terjadinya wabahmuntaber dikabupaten Tangerang yaitusanitasi lingkungan yang minim dantidak sehat penyumbang terbesar sebesar45 persen. Perilaku penduduk yang tidaksehat atau perilaku hidup biasa sehatsebanyak 35 persen, pelayanan kesehatansebanyak 15 persen, dan keturunan ataukepadatan penduduk sebanyak 5 persen.

"Seharusnya mengambil pelajarandua tahun lalu, akan tetapi masyarakatTangerang tidak mengubah perilakuhidup bersih dan sehat. Mereka tetapBAB di sungai dan menggunakan airtersebut untuk mandi, mencuci danmemasak. "Sekitar 70 persen masyarakat

Kecamatan Sepatan, dan Pakuhajimelakukan BAB di sungai, di selokan dandi kebun, padahal umumnya merekamempunyai kamar mandi dan sumur tapitidak mempunyai jamban." ujar DinkesPPL Tangerang, Dadang Iskandar SKM.

Walau KLB muntaber di minggu inimulai reda, tetapi perlu ada pember-dayaan kepada warga setempat agarmereka mengubah kebiasaan hidup yangtidak sehat. "Beberapa cara pendekatanyang dapat dilakukan adalah denganpenggalangan PHBS (Perilaku HidupBersih dan Sehat) atau perilaku higienis,yang antara lain dengan menyisipkankurikulum kesehatan diusia sekolah SD-SMA selama 1-2 jam serta melibatkanperguruan tinggi setempat dan paratokoh masyarakat untuk melakukan kam-panye PHBS.

Sistem CLTS (Community Led TotalSanitation) yang memperkenalkanmetode pemberian fasilitasi bagi partisi-pasi masyarakat dalam menghilangkankebiasaan buang air besar disembarangtempat dan telah berhasil dikembangkanpada kondisi lingkungan yang sama dibeberapa negara juga dapat diterapkandengan segera membentuk anggota-anggota Pokja AMPL (Air Minum danPenyehatan Lingkungan) hingga ketingkat kecamatan di KabupatenTangerang. Hal tersebut juga sempatdisimpulkan pula dalam rapat PokjaAMPL Provinsi Banten, 17 Juli 2007.

Partisipasi aktif serta aksi masyarakatinilah sangat diperlukan karena penye-baran penyakit muntaber bergerak sa-ngat cepat dan terus bisa terulang kem-bali bila tidak segera diatasi dari sum-bernya. Tidak cukup hanya menutup duapabrik pembuat sirup orson yang dila-kukan Kepolisian Resort (Polres) Ta-ngerang. Dimana semula diduga penyakitmutaber ini disebabkan minuman terse-but karena mengandung kuman e-colidan vibrio cholerae yang ada dalam li-mun tersebut dan merupakan penyebabmeluasnya penyakit muntaber yang me-wabah di Kabupaten Tangerang.

Ahmad Rukny AssegaffCommunication Advocacy Indonesia

Sanitation Sector Development (ISSDP)

SEPUTAR ISSDP

30 PercikAgustus 2007

Perilaku tidak sehat warga menjadi salah satu penyebab terjangkitnya penyakit diare.Foto: Bowo Leksono

Page 33: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

SEPUTAR ISSDP

31PercikAgustus 2007

Mungkin Noviana, begitu nama balitaberusia 2,5 tahun itu diberi nama, tidaktahu mengapa perutnya terus menerus

terasa mulas meski sudah beberapa kali buang airbesar. Seperti anak seusianya, Noviana belum bisamenjelaskan kondisi penyakitnya, sehingga meski-pun parah, kondisinya mungkin tidak dapat di-mengerti dan dianggap biasa saja oleh orang dekat-nya. Cukup diperlakukan 'sebagaimana biasanya'dan akan sembuh seperti sedia kala. Sampai akhir-nya Noviana meninggal dunia. Katanya karena ter-lambat datang ke pusat rehidrasi dan belum sempatmendapat perawatan.

Klise memang kedengarannya, tapi itulah ke-nyataannya. Sebagian orang pasrah menerima pen-jelasan itu. Sebagian lagi gamang dan mulai ber-tanya, apakah memang dari situ awal permasalahannya? Entahlah.

Noviana bisa jadi merupakan korban meninggal dunia pertamadari kejadian luar biasa (KLB) diare Tangerang yang terjadi sejak 12Juli lalu. Bersamanya masih ada 2 orang lagi yang tercatat jugamengalami nasib yang sama. Mungkin yang tidak tercatat lebih ba-nyak lagi.

Meski kasus meninggal dunia pada KLB Tangerang ini di bawah1 persen atau masih di bawah toleransi WHO, namun bukan berar-ti kejadian ini pantas untuk didiamkan. Sejak dinyatakan KLB,Departemen Kesehatan sudah melakukan tindakan cepat berupapengamanan sumber air yang menjadi penyebab wabah diare.Selain itu untuk antisipasi, di lokasi Puskesmas Sepatan, disediakanjamban mobil, serta dikirim pula fasilitas alat penjernih air yang bi-sa bekerja cepat. Sehingga jumlah penderita semakin menurun.

Namun tindakan kuratif nampaknya tidak menyelesaikan akarpersoalan diare, mengingat ini bukan KLB diare pertama di daerahitu. Kejadian yang sama terjadi pada 2005 lalu dan lebih parah daritahun ini. Sekitar 600 korban harus dirawat di Puskesmas dan 17orang (ada yang memberitakan 19 orang) di antaranya meninggaldunia. Lebih lanjut terkait dengan hal tersebut, Republika 14 Juli2007 memuat pernyataan Bupati Tangerang, Ismet Iskandar, yangmengatakan bahwa wabah diare yang kembali terjadi di tiga keca-matan tersebut disebabkan perilaku masyarakat yang kurang sadarmenjaga kebersihan.

Menurut Ismet, pihaknya telah melakukan sosialisasi mening-katkan kesadaran masyarakat akan hidup sehat. Kenyataannya ma-sih banyak warga membuang air besar di sungai yang sebenarnyajuga dikonsumsi masyarakat untuk mandi, mencuci, dan memasak.Padahal, pemerintah setempat telah membuat fasilitas mandi cucikakus (MCK).

Kalau begitu apa persoalannya ? Harusnya tidak susah memintaorang untuk tidak makan 'maaf' kotoran manusia, baik sengaja atautidak sengaja, baik langsung atau tidak langsung! Harusnya tidak su-sah meminta orang untuk tidak memakan bakteri dan kuman yangmenyebabkan mereka sakit! Harusnya tidak susah meminta orang

untuk BAB di tempat yang bersih dan tertutup! Atau mungkin ada yang salah, sehingga fasilitas

yang sudah disediakan tidak dipergunakan dandipelihara dengan semestinya? Sehingga sosialiasiyang disampaikan tidak dapat merubah perilakumasyarakatnya? Atau memang sosialisasi merupa-kan kegiatan yang harus dilakukan secara terus me-nerus untuk selalu mengingatkan? Apapun jawab-annya, yang pasti kejadian serupa telah terjadi lagi.

Berangkat dari adanya kebutuhan penyediaanlayanan air bersih dan sanitasi yang sesuai dengankebutuhan dan kemampuan masyarakat, sebetulnyasaat ini telah dikembangkan metode promosi/sosial-isasi/kampanye yang tidak hanya dapat menum-buhkan rasa memiliki terhadap fasilitas sanitasi,namun juga mampu menggerakkan masyarakat

untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Berdasarkanpengamatan, setidaknya ada 3 nama pendekatan perubahan peri-laku yang cukup populer dikenal tidak hanya di Indonesia tapi jugadunia internasional. Tiga pendekatan itu adalah Community LedTotal Sanitation (CLTS), Total Sanitation Campaign (TSC), danParticipatory Hygiene And Sanitation Transformation (PHAST).

Ketiga pendekatan tersebut telah mulai diterapkan di berbagaidaerah di Indonesia. Tidak ada salahnya untuk memulai me-nerapkan pendekatan perubahan perilaku dalam mengatasi ma-salah sanitasi di Tangerang. Sehingga harapan agar tidak ada lagiNoviana yang lain bukan sekedar mimpi. Hony Irawan

1. Community Led Total Sanitation (CLTS) yang pertama kali dila-kukan di Bangladesh pada tahun 1999 kemudian digunakan juga dibeberapa negara seperti Bolivia, Cambodia, China, Ethiopia, India,Nepal, Pakistan, Tanzania dan Afrika Barat, termasuk Indonesia.Karakteristik CLTS adalah merubah perilaku masyarakat melaluifasilitasi partisipatif, serta tanpa subsidi untuk perangkat keras(jamban keluarga) dan tidak menetapkan jenis jamban yang nanti-nya akan dibangun oleh masyarakat. CLTS ditujukan untuk mengu-rangi/menghilangkan kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di semba-rang tempat atau open defecation.

2. Total Sanitation Campaign (TSC) dikembangkan di Propinsi Maha-rasthra (India) yang mengadopsi pendekatan CLTS ke dalam pro-gram pemerintah India secara massal. Beberapa negara lain seper-ti Cambodia, Afrika, Nepal, dan Mongolia telah menerapkan dalamporsi yang lebih kecil. Berbeda dengan CLTS, TSC memperbolehkanpengenalan pilihan teknologi jamban.

3. Participatory Hygiene And Sanitation Transformation (PHAST) me-rupakan adaptasi metode SARAR (Self-esteem, AssociativeStrengths, Resourcefulness, Action-planning, and Responsibility)yaitu sebuah metode belajar partisipatif membangun kesadaranmasyarakat agar dapat mengatasi persoalannya sendiri. Ruanglingkup PHAST lebih luas, yaitu pendekatan untuk mempromosikankesehatan, sanitasi, dan manajemen fasilitas air dan sanitasimasyarakat. PHAST pernah dilakukan di Afrika, India, dan AmerikaSerikat.

Ketika Diare 'Menjemput' Noviana

Sekilas Beberapa Pendekatan Perubahan Perilaku

Foto: Bowo Leksono

Page 34: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Penyakit diare masih menjadipenyebab kematian balita (bayidibawah lima tahun) terbesar di

dunia. Menurut catatan Unicef, setiapdetik satu balita meninggal karena diare.Di Indonesia, sekitar 162 ribu balitameninggal setiap tahun atau sekitar 460balita setiap harinya.

Dirjen Pemberantasan PenyakitMenular dan Penyehatan Lingkungan(P2MPL) Departemen Kesehatan INyoman Kandun mengatakan tingginyaangka kematian balita akibat diare salahsatu penyebab karena masih rendahnyakesadaran masyarakat dalam menerap-kan pola hidup sehat dan bersih.

"Menghindari diare bukanlah masalahyang sulit. Kebiasaan mencuci tanganmemakai sabun bisa menghindari insidendiare hingga 47 persen," kata Nyoman saatkonferensi pers "Inisiatif KemitraanPemerintah-Swasta untuk Cuci TanganPakai Sabun", Senin (27/8), di Jakarta.

Survei program pelayanan kesehatan2006 tentang persepsi dan perilakumasyarakat terhadap kebiasaan mencucitangan menemukan bahwa sabun telahsampai ke hampir semua rumah diIndonesia. Namun hanya sekitar 3 persenyang menggunakan sabun untuk keperlu-an cuci tangan. Umumnya sabun hanyadigunakan untuk mandi.

Perilaku responden pada lima waktukritis cuci tangan tercatat hanya 12persen saja orang yang mau cuci tangansetelah buang air besar (BAB), 9 persensetelah membantu BAB bayi, 14 persensebelum makan, 7 persen sebelum mem-beri makan bayi dan 6 persen sebelummenyiapkan makanan.

Berdasarkan hal tersebut, dibentuk-lah Inisiatif Kemitraan Pemerintah-Swasta untuk Cuci Tangan Pakai Sabun(KPS-CTPS) sebagai upaya promosi

perubahan perilaku dengan melibatkanperan aktif sektor pemerintah didukungkeahlian marketing dan sumber dayayang dimiliki pihak swasta.

Nyoman melanjutkan, peningkatankesehatan masyarakat memerlukan ker-jasama semua pihak. "Selama ini,

permasalahan kesehatan cenderungditangani dengan fokus pada pemba-ngunan infrastruktur dan pelayanankuratif. Padahal aspek preventif sangatpenting dalam menunjang upaya pe-ningkatan kesehatan," demikian I Nyo-man Kandun. BW

SEPUTAR ISSDP

32 PercikAgustus 2007

Pembentukan Inisiatif KemitraanPemerintah-Swasta untuk

Cuci Tangan Pakai Sabun (IKP-CTPS)

A kses masyarakat terhadap sarana sa-nitasi yang memadai di Indonesia

masih sangat rendah, yaitu kurang dari 50persen. Angka ini masih jauh dari targetMDGs pada tahun 2015, yaitu 72,5 persen.Kondisi ini terjadi antara lain karenakesadaran serta perilaku masyarakat yangmasih harus diperbaiki dan teknologi sani-tasi yang tidak terjangkau masyarakat.

Isu tersebut menjadi bahan diskusidalam acara Talkshow "Saatnya Bekerja" diTVRI. Acara ini disiarkan langsung pada 29Agustus 2007, pukul 18.00 sampai 19.00WIB. Menghadirkan narasumber DR I Nyo-man Kandun, MPH, Dirjen PengendalianPenyakit dan Penyehatan Lingkungan,

Departemen Kesehatan dan Ir Susmono,Direktur Penyehatan Lingkungan Per-mukiman, Ditjen Cipta Karya, DepartemenPekerjaan Umum.

Pada kesempatan ini, Nyoman me-nyampaikan pentingnya perilaku hidupbersih dan sehat untuk meningkatkan kua-litas kesehatan masyarakat. Diantaranyakebiasaan mencuci tangan menggunakansabun yang dapat mencegah penyakitmenular seperti diare.

Menurut Nyoman, pembangunan sani-tasi merupakan tanggung jawab seluruhelemen masyarakat. "Pihak swasta punbertanggung jawab dan dapat berperandalam pembangunan sanitasi melalui pro-

gram CSR (Corporate Social Respon-sibility) yang dimilikinya" ujarnyamenambahkan.

Mengenai teknologi sanitasi yangterjangkau bagi masyarakat, Sus-mono memberikan gambaran bahwasebetulnya teknologi sanitasi itu bisasangat murah dengan tetap memper-timbangkan aspek teknis. "Pada prin-sipnya, asalkan mampu mencegahterjadinya kontak antara kotoran de-ngan lingkungan luar maka itu sudahcukup memadai" ucapnya.

Tim ISSDP

Talkshow "Saatnya Bekerja"

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sertaTeknologi Sanitasi yang Terjangkau

Page 35: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Ruang kantor WASPOLA di Jalan Cianjur 4 lengang sela-ma 3 bulan terakhir ini. Semuanya sedang berkonsen-trasi memaksimalkan fasilitasi ke daerah, baik renstra,

training penguatan kapasitas, implementasi strategi komunikasidan beberapa kegiatan penting lain seperti rakornas dalamrangka monitoring kemajuan pelaksanaan kebijakan di daerahlama maupun yang baru.

Bagi WASPOLA tahun ini merupakan tahun yang cukuppenting untuk meletakkan dasar keberlanjutan KebijakanNasional AMPL dimasa mendatang, mengingat tahun 2008WASPOLA akan phase out. Hal ini menjadi topik diskusi yangserius dan dinamis ketika lokakarya internal tim di Batam padaJuli lalu.

Disisi lain untuk memperluas jangkauan pelaksanaan kebi-jaksanaan, WASPOLA juga aktif membantu Pokja AMPL dalampersiapan proyek Penyediaan Air Minum dan PenyehatanLingkungan Berbasis Masyarakat di Indonesia Timur, yangmerupakan kerjasama Pemerintah Indonesia dengan UNICEF,yang didanai oleh Pemerintah Belanda. Sedangkan untuk koor-dinasi di tingkat pusat WASPOLA aktif memfasilitasi terben-tuknya pertemuan Jejaring AMPL Nasional.

Keragaman Renstra daerahRenstra AMPL di daerah menjadi agenda utama tim imple-

mentasi untuk dianalisa baik dari sisi struktur maupun sub-tansinya. Uniknya, Renstra yang disusun masing-masing daerahberbeda, sesuai dengan situasi dan kebutuhan daerah. Renstraala daerah, kalimat tersebut juga terlontar saat rakornas di Bali

Agustus 2007, dimana masing-masing daerah mempresen-tasikan renstra-nya dengan gaya yang berbeda.

Menurut rencana, lokakarya penyusunan renstra harus dise-lesaikan di seluruh daerah hingga Juni 2007. Namun dalampelaksanaan masih tersisa tiga kabupaten yang belum menyele-saikan, yaitu Kabupaten Bima, Kabupaten Dompu dan KotaCilegon. Daerah dengan kegiatan yang relatif tidak berjalandapat dikatakan tidak memiliki kebutuhan terhadap pelak-sanaan kebijakan, salah satunya adalah Kota Cilegon.

Adapun Lokakarya untuk tindak lanjut penyusunan RenstraAMPL telah dilakukan di beberapa daerah, antara lain men-cakup Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara,Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat,Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan, danKabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.

Pertemuan Koordinasi Nasional Memantau dan mengevaluasi kemajuan pelaksanaan imple-

mentasi kebijakan daerah menjadi acara tahunan rutin WASPO-LA. Pertemuan kawasan Indonesia Timur dilaksanakan pada 30Juli - 1 Agustus 2007 di Hotel Quality Makassar, dikhususkanpada daerah dampingan tahun 2006.

Dihadiri 35 peserta dari Kota Gorontalo, Kabupaten BoneBolango, Gowa, Jeneponto, Wajo, Sopeng, Bima, Dompu, Lom-bok Tengah, Konawe, Konawe Selatan dan Timor Tengah Se-latan. Pertemuan ini dibuka Direktur Fasilitasi LingkunganHidup dan Tata Ruang Depdagri, Sofjan Bakar. Ia menekankan,Renstra daerah harus diimplementasikan dalam program yangkonkrit. "Apabila diperlukan, Depdagri dapat menerbitkan suratedaran sebagai dukungan dalam rangka realisasi Renstra,"ujarnya.

Catatan menarik lainnya adalah daerah meminta perlunyasinergi Pokja AMPL Nasional dengan daerah dalam pelaksanaankebijakan agar Rensta menjadi arus utama dalam perencanaanpembangunan daerah. Pokja pusat menanggapi dengan menje-laskan telah dirintis kerjasama dengan Unicef dalam rangkaoperasionalisasi kebijakan. Pelaksanaan kegiatan dimulai de-ngan pembentukan kegiatan penyusunan renstra. Bagi daerahyang telah mempunyai Pokja AMPL dan renstra dapat langsungke tahap berikutnya.

Beberapa isu dalam pembangunan AMPL yang masihdihadapi pemerintah antara lain, pengelolaan aset pembangun-an AMPL, pengelolaan data, dan strategi komunikasi. Saat inihal yang dirasa menghambat adalah mutasi pegawai yang mem-

SEPUTAR WASPOLA

33PercikAgustus 2007

Fasilitasi Daerah MAKSIMAL,Koordinasi Pusat OPTIMAL

Page 36: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

pengaruhi kinerja Pokja Daerah yangdapat berakibat kurangnya keberlanjutanprogam AMPL. Diperlukan strategi lainyang mengarah pada sosialiasi pen-dekatan pemangku kepentingan yanglebih luas.

Dalam Rakornas tersebut diangkatperlunya komitmen pemerintah pusatuntuk menjamin keberlanjutan kegiatanfasilitasi pelaksanaan kebijakan pascaWASPOLA. Beberapa komitmen disam-paikan Pokja Pusat, antara lain PokjaPusat akan memberikan bentuk penguat-an kapasitas (non-proyek fisik) antaralain memfasilitasi mitra donor, terlibatdalam penyusunan Petunjuk Pelaksa-naan DAK air bersih berbasis masyarakatdan menyediakan serta memfasilitasipengembangan akses informasi yang luasbagi Pokja Daerah.

Rakornas berikutnya untuk daerahdampingan lama, menyusul tanggal 28-31 Agustus 2007, diikuti 6 provinsi yaituProvinsi Kepulauan Bangka Belitung,Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat,Jawa Tengah, Banten dan SumateraBarat. Dengan 15 kabupaten/kota sepertiBangka Selatan, Bangka Barat, KotaPangkalpinang, Takalar, Pangkep, Sela-yar, Lombok Barat, Lombok Timur,Kebumen, Grobogan, Pekalongan, Pan-deglang, Lebak.

Isu-isu yang diangkat selama per-temuan antara lain pentingnya alter-natif pendanaan dalam sektor AMPLdan pentingnya marketing strategysehingga daerah mampu mengem-bangkan fund raising. Peserta jugamemperhatikan mengenai pengelolaankeuangan corporate-based menjadipenting untuk menjalin kerjasama de-ngan pihak swasta.

Disisi lain Pemerintah Daerah sudahsaatnya melaksanakan aset manajemenkarena hal tersebut sangat diperlukanuntuk mengukur kemampuan Pemdadalam mencapai suatu target peren-canaan. Diinformasikan juga bahwapetunjuk teknis tentang Alokasi DanaDesa (Permendagri No. 37 tahun 2007tentang Alokasi Dana Desa) akan segeraditerbitkan, dimana di dalamnya juga ter-dapat sektor AMPL. Hal tersebut dapat

menjadi alternatif pendanaan untukimplementasi sektor AMPL.

Strategi Komunikasi AMPL di-aplikasikan di Daerah

Hasil yang menarik dari pelatihan diBangka Belitung (secara lengkap terdapatdi situs AMPL). Workshop yang diikuti32 peserta ini akhirnya menghasilkandraf rencana strategi komunikasi pem-bangunan AMPL untuk provinsi dan 5kabupaten di Bangka Belitung di tahun2008 yang akan datang.

Salah satu strategi dalam mengatasikerusakan sumber air baku adalah me-nanamkan kesadaran masyarakat untukmenjadi "pendekar penyelamat lingkung-an". Biaya untuk implementasi strategikomunikasi ini dianggarkan pada ABTtahun 2008.

Diskusi yang menarik lainnya adalah"media relationship". Baru terbuka bah-wa selama ini terjadi " prasangka buruk"antara pihak pemerintah dengan mediamassa karena jarangnya berdiskusi ter-buka mengenai masalah AMPL. Setelahmenemukan titik temu, kedua pihakakhirnya menyatakan siap bersinergidalam memacu pembangunan AMPL.

Manager liputan Bangka Pos, DodyHandriyanto menyatakan media massapada dasarnya terbuka untuk beker-jasama dan tidak hanya mengejar berita-berita buruk pemerintah. Dikemukakan

juga beberapa tips dan strategi ker-jasama dengan media massa sehinggabisa berkelanjutan.

Penguatan kapasitasTim WASPOLA pada Juni dan Juli

2007 ini melaksanaan pelatihan MPA-PHAST di Makassar, pelatihan CLTS diUntirta (Universitas Ageng Tirtayasa)Banten, serta memfasilitasi OrientasiDasar-Dasar Fasilitasi di Yogyakarta danMataram bekerjasama dengan DitjenPMD untuk daerah proyek PAMSIMAS.Kegiatan lain adalah pelaksanaan fasili-tasi lokakarya monitoring partisipatifkinerja Pokja AMPL di tingkat provinsiyang diadakan di Tanah Datar.

Kegiatan Manajemen Aset PDAMyang disebut NAMPA (Nasional Aset Ma-nagement Program) telah dimulai dalamperiode ini. Pada persiapan awal, tim stu-di telah melakukan kunjungan ke PDAMKabupaten Tangerang untuk mengidenti-fikasi isu pengelolaan aset di dalamPDAM, sekaligus mendiskusikan rencanapelaksanaan uji coba NAMPA di daerah.Pelaksana studi dari program NAMPA iniadalah perusahaan konsultan GHD.

Mari, kita terus bertindak, untuk terusmenumbuhkan spirit melaksanakan pemba-ngunan AMPL melalui 11 prinsip kebijakansehingga pihak yang tak pernah dilibatkanmenjadi aktif dan pihak miskin yang selaluterpinggirkan semakin terlayani. WH

SEPUTAR WASPOLA

34 PercikAgustus 2007

Page 37: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

SEPUTAR WASPOLA

35PercikAgustus 2007

"Menjawab tantangan danpermasalahan bersama,lebih baik daripada

sendiri-sendiri". Pernyataan itu munculdari beberapa peserta ketika merekabertepuk tangan, saat Basah Hernowo,Direktur Pemukiman dan PerumahanBappenas menyudahi sambutan pem-bukaan acara pertemuan JejaringKomunikasi AMPL ke-3 pada 21 Agustus2007.

Basah Hernowo menekankan, sudahsaatnya AMPL dikerjakan dalam koordi-nasi dan sinergi yang lebih baik sehinggagaung dan dampaknya akan lebih besaruntuk peningkatan kinerja sektor AMPL.Ditekankan pula bahwa disana-sinipemerintah masih banyak kekurangandan keterbatasan. "Sinergi dengan semuapemangku kepentingan adalah alternatifterbaik yang bisa dilakukan," ucapnya.

Sambutan tersebut tampaknya men-dapat antusias dari para peserta yangberjumlah sekitar 60 orang yang mema-dati ruang FG 5 Bappenas. Semangattersebut terlihat ketika memasuki diskusikelompok untuk menentukan kemanaarah Jejaring AMPL ini akan dibawa.Uniknya, ketika pembentukan tim peru-mus, banyak lembaga baru yang baru sajadatang menyediakan dirinya dipilih seba-gai tim perumus sehingga semuanya ada20 kandidat. Akhirnya terpilih 6 institusidari suara terbanyak yaitu, Pokja AMPL,WASPOLA, ISSDP, JAS, EuropromocapIWAT, KAI dan anggota khusus yaitu IHEIndonesia.

Banyak peserta baru yang datangseperti Unicef, Asosiasi Toilet Indonesia,Direktorat Pendidikan Masyarakat Dep-diknas, Tim Penggerak PKK Pusat,Gerakan Kuartir Nasional Pramuka, Tek-nik Lingkungan ITS, STIKES Bandung,FT UI, Yayasan Pelatihan Tirta Dharma,

PD PAL Jaya, PDAM Bekasi, KemitraanAir Indonesia dan Mercy Corps. Walau-pun baru terlibat pertama, tidak menyu-rutkan peserta untuk aktif menyum-bangkan gagasan dan saran sehinggasuasana diskusi benar-benar hidup.

Pertemuan yang diselenggarakanEuropromocap IWAT dan Pokja AMPLini adalah kelanjutan dari pertemuanpertama dan kedua yang telah meng-hasilkan draft concept note JejaringKomunikasi AMPL dari sisi identitas,organisasi dan program kerjanya. Dan dipertemuan ketiga ini semua anggotaberpartisipasi menyempurnakan konsepjejaring dan strategi ke depan.

Dengan difasilitasi tim WASPOLA,IHE Indonesia dan PLAN Indonesia, tigakelompok mempresentasikan koreksidan usulan concept note jejaring, kemu-dian ditampung dan disepakati bersamadalam pleno. Untuk sementara kumpulanpemangku kepentingan ini disebut Je-jaring AMPL, nama akronimnya masihmenjadi pekerjaan rumah bagi tim peru-mus.

Visinya adalah menjadi wadah infor-masi dan komunikasi AMPL yang efektifuntuk mendukung partisipasi pemangkukepentingan (pemerintah, swasta danmasyarakat) dalam proses pembangunanNasional di Indonesia. Organisasinya

bersifat terbuka, formal dan inklusif.Misinya adalah prinsip kemitraan, ker-jasama, peningkatan kapasitas dan pen-ingkatan penyediaan dana di sektorAMPL.

Jejaring AMPL beranggotakan profe-sional perorangan, unsur pemerintah,perguruan tinggi, lembaga penelitian,LSM, lembaga donor, asosiasi profesi,operator AMPL , media massa, konsul-tan, kontraktor dan organisasi masya-rakat. Ide menarik terlontar dari pesertaadalah member get member dalam jeja-ring untuk memperluas ketersediaan danpenyebaran informasi yang lebih cepat.Program kerja yang direncanakan adalahpenyusunan data base, peningkatankepedulian, workshop/pelatihan dan ke-mitraan dengan media.

Agenda lain dalam pertemuan iniadalah presentasi Konferensi NasionalSanitasi, dimana Jejaring AMPL ini akanterlibat dalam diskusi panel, dan pa-meran.

Tim perumus yang terbentuk akanbekerja selama tiga bulan ke depan untukmerumuskan konsep dan arahan strate-gis Jejaring AMPL dengan melibatkanberbagai unsur seperti perguruan tinggi,media massa dan organisasi masyarakatdalam tim kecil untuk finalisasi nantinya.Selain itu akan mempersiapkan keterli-batan Jejaring AMPL dalam KonfererensiSanitasi Nasional (KSN) pada Oktobermendatang dengan melibatkan anggotaJejaring lainnya.

"Semoga program kerja Jejaringsegera selesai, kami siap terlibat," ucapRosi, peserta dari Universitas Tri Sakti."Ayo, ini saatnya beraksi bersama!", ujarEny dari Asosiasi Toilet. Selamat atas ter-bentuknya Jejaring AMPL di tingkatNasional. Mari, membangun kekuatanbersama! WH

Terbentuk Tim PerumusJ e j a r i n g A M P L

Untuk sementarakumpulan pemangku

kepentingan ini disebutJejaring AMPL, nama

akronimnya masih menjadipekerjaan rumahbagi tim perumus.

Page 38: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

SEPUTAR WASPOLA

36 PercikAgustus 2007

AMPL di Benak MerekaApa yang terlintas dibenak para kepala daerah tentang AMPL?

Berikut rangkumannya.

Gusmal Dt. Rj. Lelo, Bupati Solok

"A ir sangat menentukan kehidupan manusia, bukan sembarang air tetapi airyang sehat untuk diminum. Yang lebih penting lagi tidak semua program air

bersih dikelola pemerintah, tetapi juga masyarakat itu sendiri. Hal ini sinergis denganprogram pemberdayaan masyarakat yang sedang saya lakukan. Maka program airbersih, apapun namanya, WSLIC, AMPL akan saya dukung. Hal ini saya masukkandalam tiga isu sentral pembangunan dan masuk dalam RPJMD dan menjadi Perdasehingga tidak akan ditolak DPRD".

Pernyataan ini terlontar saat wawancara Bupati dengan tim WASPOLA dalamrangka penjajakan implementasi strategi komunikasi AMPL di Sumatera Barat,Juni 2007.

David Bobihoe Akib, Bupati Gorontalo

"A MPL itu sudah menjadi kebutuhan rakyat, jadi tidak mungkin daerah meng-abaikan. Ini kebutuhan dasar! Nah, keterlibatan masyarakat menjadi penting

untuk meningkatkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap program ini".Pernyataan ini disampaikansaat menerima kunjungan WASPOLA dan Pokja AMPL Ka-

bupaten Gorontalo, Maret 2007.

Siti Komariyah, Bupati Pekalongan

"P rogram ini prorakyat dan kami memprioritaskan kepentingan rakyat, makakami mendukung DAK Air Bersih dengan pendekatan penyiapan masyara-

kat. Kedepannya program DAK dari pusat akan kami kembangkan dengan pende-katan berbasis masyarakat".

Pernyataan ini dikemukakan saat menerima kunjungan lapangan peserta Lo-kakarya Konsolidasi Kebijakan Nasional, Februari 2007.

Page 39: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

SEPUTAR WASPOLA

37PercikAgustus 2007

Radjamilo, Bupati Kabupaten Jeneponto

"P embangunan MCK umum tidak pas karena tidak terpakai, saya minta DinasPU untuk mengkaji ulang. Lebih baik dana 26 juta dipakai untuk membagi

MCK rumah tangga, bisa jadi 13 unit dan terpakai". Hal itu dikatakan di hadapan sanitarian, bidan desa, camat, kepala dinas dan

Pokja Daerah pada saat membuka lokakarya Pendalaman Kebijakan NasionalAMPL dan Indentifikasi Isu, Desember 2006.

H. Ahmad Dimyati, Bupati Pandeglang

"MURI untuk program jambanisasi ini menjadi penghargaan yang harusmemacu kami untuk melanjutkan program yang bagus ini kepada desa atau

wilayah lain. Tidak hanya berhenti sebatas penghargaan saja, tetapi akan kami imple-mentasikan".

Pernyataan ini keluar saat wawancara dalam jumpa pers penerimaan MURIAward kepada Kabupaten Pandeglang karena berhasil membangun jamban ter-banyak (sekitar 2000) selama satu tahun dengan swadaya masyarakat.

"Untirta sebagai pusatkeilmuan di Banten

telah membuat terobosandengan menggunakan sani-tasi dasar sebagai KuliahKerja Mahasiswa dalam kon-teks pemberdayaan masya-rakat. Saya akan memback-up dan semoga ditiru uni-versitas yang lain".

Pernyataan ini diungkapkan pada pembukaanLokakarya Pembekalan CLTS bagi Mahasiswa danDosen Unitirta, Juni 2007.

Masduki, Wagub Provinsi Banten

"B agi Bukit Tinggi prio-ritas pertama adalah

air minum karena keter-batasan sumber daya airyang diakibatkan ketidak-sesuaian kerjasama dengankabupaten lain".

Hal ini diungkapkanJufri pada lokalatih penyu-

sunan Renstra AMPL, Oktober 2006.)

M. Jufri, Walikota Bukit Tinggi

Page 40: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Departemen Dalam Negeri beker-ja sama dengan Perpamsi me-nyelenggarakan lokakarya ber-

tajuk "Sosialisasi Permendagri Nomor 23Tahun 2006 tentang Pedoman Teknisdan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Mi-num pada PDAM", Kamis (5/7), di Ja-karta. Permendagri ini sebagai pelaksanaketentuan Pasal 60 ayat (8) PeraturanPemerintah Nomor 16 Tahun 2005 ten-tang Pengembangan Sistem PenyediaanAir Minum.

Terkait kurangnya investor yang bia-sanya menjadi pemicu PDAM dalammengubah tarif air minum, PerwakilanDitjen Perbendaharaan Departemen Ke-uangan, Direktur Pengelolaan PenerusanPinjaman, menyampaikan mekanismepenerusan pinjaman pemerintah pusatkepada pemerintah daerah yang dananyadari luar negeri. "Berdasarkan PP No.2/2006, Pemda tidak diperkenankanmelakukan pinjaman langsung ke luar

negeri. Apalagi PDAM yang statusnyasebagai operator dalam penyediaan airminum. Penyediaan dana bagi PDAMadalah tugas Pemda setempat," tuturnya.

Untuk mendapatkan pinjaman,PDAM mengajukan kepada Pemda dilan-jutkan ke Bappenas dan kemudian keMenkeu. Baru kemudian Menkeu me-nyampaikan agar Pemda mengajukanrencana pinjaman kepada Menkeu.

Sehubungan Permendagri yang baruini dalam hal tarif PDAM, Dirjen CiptaKarya Departemen PU Agus Widjanarkomenyampaikan kebijakan pengembang-an sistem penyediaan air minum (SPAM)berdasarkan PP No. 16/2005 yang men-jadi payung bagi Permendagri tersebut.

Eko Subowo dari Ditjen OtonomiDaerah, Depdagri, menyampaikan penje-lasan pedoman penetapan tarif PDAMberdasarkan Permendagri No. 23 Tahun2006. "Hal utama dalam pembahasan iniadalah penjelasan mengenai perubahan

dalam perhitungan biaya usaha dan biayadasar sebagai dasar penentuan tarif yangditerapkan PDAM," ujarnya.

Dalam menyikapi problematika PDAMdalam penyesuaian tarif, yang paling uta-ma adalah adanya akuntabilitas dariPDAM itu sendiri sehingga jika PDAM da-pat meyakinkan setiap stakeholder, se-hingga penyesuaian tarif tersebut akanmengikuti dengan sendirinya. FN

SEPUTAR AMPL

38 PercikAgustus 2007

Sosialisasi Permendagri Nomor 23 Tahun 2006 tentang PedomanTeknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada PDAM

P rogram Cuci Tangan Pakai Sabun(CTPS) merupakan inisiatif global

untuk mempromosikan suatu pernyataanbahwa kebiasaan mencuci tangan pakaisabun dapat mengurangi terjangkitnyapenyakit diare yang merupakan penyebabutama kematian balita di berbagai negaradewasa ini. Untuk memperkuat penca-paian sasaran, program ini dikemas da-lam skema kemitraan pemerintah danswasta (public private partnership/PPP).

Untuk itu, Direktorat PenyehatanLingkungan, Ditjen Pengendalian Penya-kit dan Penyehatan Lingkungan(PP&PL), Departemen Kesehatan meng-gelar "Open Partnership Meeting: Pro-gram Cuci Tangan Pakai Sabun", Senin(9/7), di Gedung Depkes, Jakarta.

Acara ini dibuka Nugroho Tri Utomoselaku perwakilan Bappenas dalam bi-dang air minum dan air limbah dan juga

ISSDP (Indonesia Sanitation Sector De-velopment Program). Ia menyampaikan,dalam kegiatan ini tiap pihak agar dapatbekerjasama dalam kesetaraan berdasar-

kan kompetensi masing-masing.Hadir Suharman Noerman perwa-

kilan Corporate Forum for CommunityDevelopment (CFCD) yang membahasrencana strategi investasi sosial dari su-dut pandang sebuah perusahaan dalamkaitannya dengan CTPS. "Kerjasama da-lam CTPS ini dapat meningkatkan keun-tungan sosial bagi perusahaan melaluibrand image sustainable profit yang pa-da akhirnya juga akan berujung pada ke-untungan finansial perusahaan," tutur-nya.

Berdasarkan pandangan CFCD, pe-merintah dalam hal ini Menteri Kese-hatan dirasakan perlu duduk bersama de-ngan para CEO perusahaan agar pro-gram-program sanitasi seperti CTPS inidapat masuk dalam skema corporate so-cial responsibility (CSR) perusahaan dimasa yang akan datang. FN

Open Partnership Meeting Program Cuci Tangan Pakai Sabun

Page 41: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

U ntuk keduakalinya Pokja AMPLdan WASPOLA mengadakan per-

temuan Jejaring Komunikasi AMPL se-bagai tindak lanjut kesepakatan padapertemuan jejaring pertama, Kamis(12/7), di ruang Sapta Taruna, Depar-temen PU. Pertemuan ini atas partisi-pasi Plan Indonesia dan IHE.

Dalam sambutannya, Handi B.Legowo dari Direktorat PenyehatanLingkungan & Permukiman, DitjenCipta Karya, Departemen PU mengata-kan hasil temuan pada pertemuan jeja-ring pertama dimana strategi komunikasi antara pihak terkaitpembangunan AMPL masih kurang efektif. "Selain itu kerjasa-ma dan kolaborasi di antaranya dirasakan masih belum terli-hat," katanya.

Agenda pertemuan difokuskan untuk memperkuat keber-adaan jejaring. Para peserta yang berasal dari unsur PemerintahPusat, LSM, PDAM, akademisi, dan media massa dibagi dalamtiga kelompok untuk menyusun identitas, pengelolaan, dan pro-gram jejaring. Setiap kelompok melakukan diskusi yang kemu-dian hasilnya diplenokan dalam forum bersama.

Dari hasil pemikiran kelompok perta-ma, ditentukan dasar visi dan misi je-jaring ini. Dari hasil brainstorming ke-lompok pertama, visi jejaring ini adalahterbangunnya isu AMPL yang menjadiarus utama kebijakan. Kelompok keduadengan tugas menentukan bagaimanapengelolaan jejaring ini di kemudian hari,mengusulkan untuk waktu yang akandatang yang akan mengurusi segala kebu-tuhan jejaring ini dilakukan oleh suatusekretariat yang formal dan independen.

Namun, berdasarkan jajak pendapatpeserta di kelompok tiga, sebagai konsekuensinya setiap elemenyang ada dalam jejaring ini menyumbangkan resource-nyamisalnya dalam hal pendanaan untuk membantu sekretariatPokja AMPL bisa turut menjalankan fungsi sebagai koodinatordalam jejaring ini.

Agenda utama lain, dilakukan penjajakan untuk menentukansteering committee (SC) jejaring ini. Pada awalnya SC hanya berisiorang-orang yang berasal dari lima lembaga terpilih berdasarkansuara terbanyak. Namun diputuskan SC terdiri tiap elemen dalamjejaring untuk mencapai keterwakilan suara tiap elemen. FN

SEPUTAR AMPL

39PercikAgustus 2007

Pertemuan Jejaring Komunikasi AMPL Ke-2

D alam rangka meningkatkan kapasi-tas perencanaan, monitoring, dan

evaluasi pembangunan sektor air minumdan penyehatan lingkungan (AMPL), Ba-dan Perencanaan Pembangunan Nasio-nal (Bappenas) mengadakan "PelatihanPengelolaan Data Air Minum dan Pe-nyehatan Lingkungan". Acara yangberlangsung tiga hari, 18-20 Juli2007, bertempat di GedungBappenas, Jakarta.

Bagian pertama pelatihan dija-dikan perkenalan bagi peserta da-lam pengadaan data. Dalam sesiyang berlangsung selama hari per-tama ini diberikan pengenalan da-sar-dasar metode penelitian. Penya-ji dalam sesi ini dihadirkan seorangahli statistik dari Badan Pusat Sta-tistik (BPS).

Hari kedua dan ketiga, yang me-rupakan bagian utama pelatihan,

digunakan untuk membekali peserta agarbisa mengolah data dengan lebih baik.Salah satu cara dengan memperkenalkansoftware database DevInfo dengan ban-tuan fasilitator dari UNICEF Indonesia.

DevInfo adalah sebuah software data-base untuk mengelola dan mempresen-

tasikan data-data indikator pembangun-an sosial secara terintegrasi, lintas sektor,lintas wilayah geografis dan kelompok,lintas waktu serta lintas sumber data.Melalui DevInfo, data-data indikator da-pat dihubungkan dengan berbagai tujuandan sasaran pembangunan, konvensi-

konvensi dan kerangka logisprogram.

Diharapkan pelatihan inidapat dikembangkan dan digu-nakan dalam pengelolaan datayang lebih luas ditiap bidangselain AMPL. Selain itu, salahsatu peserta menyampaikanditahun mendatang pelatihanDevInfo ini dapat dimasukkandalam anggaran salah satu ren-cana kegiatan daerah selanjut-nya dalam pembangunan AMPLsetelah melihat kegunaan-kegu-naan DevInfo. FN

Pelatihan Pengelolaan Data AMPL

Page 42: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

D irektorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,Departemen Dalam Negeri kembali menggelar "Pelatihan

Keterampilan Dasar Fasilitasi" pada 23-27 Juli 2007, di Yog-yakarta.

Dalam sambutannya, Direktur Sumber Daya Alam & Tekno-logi Tepat Guna, Ditjen PMD, Depdagri Johan Susmono menja-barkan tujuan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dankemampuan peserta dalam memahami, membuat, serta meng-gunakan media fasilitasi untuk memotivasi dan memberikandorongan kepada masyarakat. "Hal ini dilakukan agar kita bisaberperan aktif dalam setiap proses pembangunan," katanya.

Pelatihan ini dihadiri 32 peserta yang berasal dari berbagaiinstansi baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah,yaitu Bappenas, Departemen Pekerjaan Umum, Bappeda, DinasPekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, dan Badan PemberdayaanMasyarakat.

Dalam pelatihan ini peserta mendapatkan materi keteram-pilan dasar fasilitasi, meliputi komunikasi dalam fasilitasi, di-namika kelompok, metode fasilitasi, memilih, membuat, danmenggunakan media fasilitasi. Para peserta berkesempatanmengikuti praktek lapangan membuat media fasilitasi di Studio

Audiovisual PUSKAT, Yogyakarta. Peserta mengharapkan ada pelatihan khusus pembuatan

media fasilitasi sehingga dapat meningkatkan pengetahuan pe-serta mengenai media-media yang dapat dipakai dalamberkomunikasi dengan masyarakat tentang permasalahan airdan penyehatan lingkungan yang terdapat di daerah pesertamasing-masing. RDD

SEPUTAR AMPL

40 PercikAgustus 2007

Pelatihan Keterampilan Dasar Fasilitasi

S ejumlah peserta berdiskusi meru-muskan pesan kunci untuk menum-

buhkan kesadaran menyelamatkan ling-kungan yang makin rusak di Bangka Be-litung. Kerusakan tersebut disinyalir ka-rena penambangan yang merusak sum-ber air, perilaku sanitasi yang buruk darimasyarakat, peran pemerintah yangbelum optimal di bidang air minum danpenyehatan lingkungan (AMPL)dan perhatian DPRD yang masihsetengah-setengah.

Maka ketika inspirasi perma-salahan tertuang menjadi pesanyang harus dikomunikasikantercetus gagasan "Dicari pende-kar lingkungan, selamatkan dae-rah kita sekarang juga!". Anggo-ta kelompok yang terdiri dariPokja Provinsi, media massa danuniversitas menjadi antusias un-tuk mengembangkan ide menja-di salah satu strategi komunikasiyang taktis. Rencananya pro-

gram tersebut akan direalisasikan didu-kung anggaran tahun 2008.

Diskusi tersebut merupakan salah sa-tu sesi dalam "Workshop PerencanaanStrategi Komunikasi AMPL" di ProvinsiKepulauan Bangka Belitung yang dise-lenggarakan pada 25-26 Juli 2007 olehPokja Provinsi.

Acara ini dibuka Drs Rasyimin, Ke-

pala Biro Organisasi Provinsi BangkaBelitung, mewakili Gubernur. Dalam pi-datonya gubernur menegaskan agar pem-bangunan AMPL dapat berjalan denganlebih baik mengingat tingginya kebu-tuhan AMPL dan layanan yang masih be-lum optimal. "DPRD Provinsi juga telahmemberikan dukungan terhadap pro-gram ini," tegasnya.

Selama dua hari work-shop yang difasilitasi timkomunikasi WASPOLA initidak hanya sekedar trans-fer ilmu komunikasi prak-tis, tetapi menggunakanprinsip komunikasi efektif"mendengar, melihat dansekaligus mengerjakan".Metode learning by doingini sekaligus memberikanpengalaman kepada peser-ta bagaimana menyusunstrategi komunikasi yangtepat sasaran. WH

Workshop Perencanaan Strategi Komunikasi untuk Pembangunan AMPL

Page 43: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

"Kampung kami sekarang sudahbersih, sungainya mulaijernih. Kami tidak lagi berak

di sungai. Enak deh pokoknya," tuturYayah (36), warga Kampung Wangkal,Desa Kalijaya, Bekasi. Kondisi ini berkatbimbingan Program Cinta Air yangdiprakarsai Coca-Cola Foundation In-donesia (CCFI) dengan USAID/In-donesia.

Salah satu puncak acara adalah de-ngan digelarnya Festival Cinta Air yangdipusatkan di Taman Menteng, JakartaPusat, pada Minggu (5/8). Tak hanyawarga Kampung Wangkal, pelajar SDNegeri Sukadanau dan empat sekolahmenengah atas dari Bekasi, yaitu SMUNegeri 2, SMU Negeri 6, SMU YPI 45,dan SMU Al-Azhar 4 Kemang Pratamapun dilibatkan.

Beragam kegiatan digelar. Para pela-jar yang tergabung dalam program GoGreen School (GGS)/Sekolah Hijaumenyuguhkan peragaan tentang ter-jadinya erosi, simulasi resapan air, kom-pos, dan kertas daur ulang. Sementara diatas panggung, warga Kampung Wangkaldan pelajar SD Negeri Sukadanu berbagipengalaman dengan menyajikan hiburanberupa kesenian lenong.

Deputy Chief Executive CCFI TriyonoPrijosoesilo mengatakan, festival yangmerupakan bagian dari Program CintaAir ini sebagai wadah untuk menggam-barkan keterlibatan masyarakat dansarana pembelajaran dalam memeliharasumber air dan memperbaiki kualitashidup. "Program ini sudah berjalan lebihdari satu tahun. Rencana selesai Agustus2007 ini. Dan kita masih menggodogwilayah dan sekolah mana yang hendakmendapat bimbingan," ungkapnya.

Menurut Triyono, memilih TamanMenteng sebagai tempat festival dimak-sudkan memberikan sarana bagi ma-syarakat luas, khususnya warga ibukota,untuk mendapatkan pengetahuan ten-

tang pemeliharaan sumber air dan pe-ningkatan kualitas hidup. "Taman itupenting bagi warga ibukota sebagai tem-pat peresapan air dan area terbuka yanghijau," ujarnya.

Pada acara festival itu, masyarakatsekitar dan pengunjung berkesempatan

mengikuti lomba menghias tong sampahserta kreasi dari barang-baran bekas. Taklupa dilakukan pula penanaman pohonsebagai simbol intervensi melakukankonservasi sumber daya air sekaligusbingkisan oksigen dari masyarakat Be-kasi untuk Jakarta. Bowo Leksono

SEPUTAR AMPL

41PercikAgustus 2007

Festival Cinta AirMelatih Konservasi Sumber Daya Air

Sebelum menjadi taman kota, tem-pat ini adalah sebuah Stadion Men-

teng dengan kapasitas 10 ribu penon-ton. Lapangan sepakbola yang jugamarkas Persija ini didirikan tahun 1921dengan nama Voetbalbond IndischeOmstreken Sport (Viosveld).

Stadion ini dirancang arsitek Belan-da, F.J. Kubatz dan P.A.J. Moojen. Du-lu, digunakan sebagai pusat olahragaorang-orang Belanda. Dalam perkem-bangannya, sejak 1961 dan hinggasebelum menjadi Taman Menteng, sta-dion ini digunakan sebagai tempatberlatih dan bertanding tim Persija.

Stadion sepakbola Persija ini men-jadi salah satu kebanggaan warga

Jakarta dan paling bersejarah, baiksejarah Kota Jakarta maupun perse-pakbolaan di Jakarta dan Indonesia.Bahkan pada 1975, Surat KeputusanGubernur Jakarta Tahun 1975 mene-tapkan stadion ini sebagai salah satukawasan cagar budaya yang harusdilindungi.

Dan pada masa pemerintahan Gu-bernur Sutiyoso, stadion bersejarahyang sudah berusia 84 tahun itudirobohkan dan dialihfungsikan menja-di taman kota. Pada awalnya memangmenuai protes, tapi akhirnya protesitu reda. Mungkin karena manfaat yangsudah mulai dirasakan dari keberadaanTaman Menteng. BW

S E J A R A H T A M A N M E N T E N G

Suasana meriah saat pelaksanaan Festival Cinta Air yang melibatkan warga danpelajar di Bekasi. Foto: Bowo Leksono

Page 44: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Jari-jari lentik anak-anak itu dibasuh di bawah kran airyang berjajar. Kemudian mereka mengambil sabun danmembilas kembali. Setelah

dirasa bersih, sebuah handuk kecildiambil untuk mengeringkannya.

Demikian perlombaan CuciTangan Pakai Sabun (CTPS) puluhananak-anak di permukiman miskin RW09, Kelurahan Angke, KecamatanTambora, Jakarta Barat, Rabu (13/8).Kegiatan yang dipelopori MercyCorps, sebuah lembaga non-pemerin-tah, ini juga menggelar lomba balitasehat, mewarnai gambar, menyusunpiramida makanan, dan variasi ma-kanan sehat.

Tidak hanya warga RW 09,puluhan warga dari RW lain pun turutmemeriahkan acara tersebut denganmemadati sepanjang jalan di bantarankali Item. Kegiatan yang sekaligusuntuk memeriahkan Agustusan ada-lah bagian dari kampanye perubahanperilaku yang dipromosikan MercyCorps melalui program Senyum (Sehat dan Nyaman untukMasyarakat).

Koordinator program Senyum Fadillah Effendi kepada Percikmengatakan program ini bertujuan mengurangi angka kekurangan

gizi pada balita di wilayah perkotaanmiskin. "Rendahnya perilaku pengasuhananak yang rendah berpengaruh terhadapkesehatan balita," katanya.

Berdasarkan penelitian lembaga ini,pada Oktober 2005 di 17 kelurahan diJakarta Barat, Pusat dan Utara dike-tahui perilaku pengasuhan yang benarterhadap anak masih berada dalamtingkat yang rendah. Ditemukan peri-laku buang air besar (BAB) di WC 44,5persen, pemberian ASI lanjutan (6-24bulan) 65,2 persen, kehadiran diPosyandu 1,94 persen, perilaku pem-berian makanan beragam (nasi, sayur,dan lauk-pauk) untuk anak usia 6-24bulan hanya sebesar 25,5 persen.

Untuk itu sejak satu tahun silam,Mercy Corps mempromosikan tujuhperilaku hidup sehat yaitu, cuci tangansebelum makan, cuti tangan setelahBAB, pemberian ASI sampai anak ber-

usia 2 tahun, pemberian makanan bervariasi, jajanan sehat,BAB di WC, dan ke Posyandu setiap bulan. BW

SEPUTAR AMPL

Promosi 7 Perilaku Hidup Sehat

Secara umum krisis air di beberapawilayah Indonesia sangatdirasakan dewasa ini. Pesatnya

peningkatan jumlah penduduk, pemba-ngunan permukiman, pertanian danindustri telah meningkatkan penggunaanair sehingga menyebabkan terjadinyakelangkaan air.

Demikian yang terungkap padaSeminar Pengelolaan Sumber Daya AirTerpadu bertema "Air dan KelestarianLingkungan" yang digelar Kemitraan AirIndonesia (KAI) dan Global WaterPartnership (GWP), Kamis (6/9), di kom-plek Departemen PU, Jakarta.

Ketua Yayasan Garuda Nusantara,Ully Hary Rusady sebagai salah satupembicara memaparkan, ketersediaansumber daya air sebagai air baku tidakpernah bertambah sementara kebutuhan

air cenderung meningkat sejalan perkem-bangan penduduk dan pembangunan.

"Agar kebutuhan air dapat tercukupisecara berkelanjutan, maka diperlukanupaya pengelolaan yang memadai baik

pengaturan tentang pelestarian potensi,pemanfaatan, distribusi maupun kelem-bagaan," tutur Ully yang juga seorangpenyanyi itu.

Ully menambahkan, sangat perluadanya gerakan masyarakat yang me-ngacu pada tindakan nyata pelestarian airdan lingkungan di kawasan hulu/pegu-nungan darimana air mengalir menujukawasan hilir.

Peningkatan kebutuhan air juga dinya-takan I Gede Wenten dari DepartemenTeknik Kimia ITB. Menurutnya selainkebutuhan domestik, air juga dibutuhkanuntuk industri. "Untuk mengatasi kebu-tuhan air bagi industri, reklamasi sum-ber-sumber air merupakan salah satucara, disamping sistem pengolahan lim-bah dengan konsep guna-ulang," ungkap-nya. BW

Seminar "Air dan Kelestarian Lingkungan"

42 PercikAgustus 2007

Page 45: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

S ebagai lanjutan penyelenggaraanOrientasi MPA/PHAST di Makassar,

dalam mendukung program Pamsimas,Ditjen PMD Depdagri mengadakan Pe-latihan Keterampilan Fasilitasi Dasar diLombok, 29 Agustus-2 September 2007.

Direktur SDA & TTG Dep-dagri, Johan Susmono mema-parkan latar belakang pelak-sanaan pelatihan ini berdasarkankondisi lemahnya pemerintahdalam melakukan komunikasipembangunan AMPL yang ber-ujung pada tidak adanya keber-lanjutan.

Pelatihan dibagi dalam duabagian, yaitu di kelas dan di la-pangan. Di kelas, para pesertadilatih bagaimana melakukanpendidikan kepada orang dewa-

sa, memahami etika seorang fasilitator,mengetahui cara berkomunikasi dalamsebuah fasilitasi, memahami dinamikasebuah kelompok yang meungkin ada dimasyarakat, memahami metode fasilitasidan media komunikasi, serta memahami

metode CLTS sebagai bagian dari ske-nario praktek di lapangan.

Dari hasil evaluasi di lapangan,muncul kekhawatiran terjadinya masalahlain dari adanya CLTS yaitu pencemaranair tanah oleh jamban-jamban yang

hanya dibuat sekedarnya apala-gi jika tanpa pengawasan.

Seorang fasilitator harusmengetahui kondisi ekonomidaerah yang akan dipicu me-lalui CLTS. Praktek pemicuanuntuk pembangunan jambanyang sebenarnya disesuaikankemampuan ekonomi ma-syarakat. Fasilitator juga perlumengetahui kondisi daerahsebagai referensi jamban yangbisa digunakan di daerah pe-micuan. FN

SEPUTAR AMPL

Roadshow Program AMPLdi Wilayah Indonesia Bagian Timur

Pelatihan Keterampilan Fasilitasi Dasar Region Timur

43PercikAgustus 2007

L okakarya Rencana Pemilihan Kabupaten untuk ProgramAir Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis

Masyarakat di Wilayah Indonesia Bagian Timur digelar 8-9Agustus 2007. Kegiatan ini merupakan bagian kerjasama RI-UNICEF.

Sebagai bagian dari kerjasama tersebut, Bappenas berkoor-dinasi dengan departemen teknis terkait (Departemen PU,Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, De-partemen Pendidikan Nasional) sedang menyiapkan programpenyediaan air minum dan penyehatan lingkungan WilayahIndonesia Bagian Timur. Pendanaan dari program ini berasaldari bantuan hibah Pemerintah Belanda dan Swedia.

Tujuan dari program ini adalah meningkatkan kesehatandan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan higienis danpeningkatan akses air minum dan sanitasi. Terdapat tiga kom-ponen program yaitu penyediaan air, perbaikan sanitasi danpengembangan higinitas pada daerah perdesaan, daerah kumuhperkotaan dan sekolah khususnya bagi masyarakat berpenda-patan rendah secara partisipatif.

Telah disepakati untuk melaksanakan program ini di 6propinsi yaitu Provinsi NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Maluku,Papua Barat, dan Papua. Ditargetkan program akan berlang-sung minimal 25 kabupaten yang akan mencakup 180 desa dan

melayani 320 ribu penduduk.Hasil-hasil lokakarya meliputi longlist kabupaten yang men-

jadi calon penerima bantuan Program WES (Water andEnvironmental Sanitation) UNICEF. Longlist kabupaten iniyang akan diundang dalam Roadshow Kabupaten di ibukotaprovinsi masing-masing untuk ditawari program tersebut de-ngan tetap menyertakan sejumlah kontribusi sebagai bagiandari rasa kepemilikan program ini di daerah. GT

Foto: Bowo Leksono

Foto: Afif Nu’man

Page 46: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Ekstrakulikuler (ekskul) di sekolahadalah wadah penyalur hobisiswa. Olahraga dan kesenian

adalah dua bidang yang kerap palingbanyak diminati para siswa. Kegiatan lain

terkadang dianggap 'kelas kedua' bagi pi-lihan siswa.

Kegiatan seperti kebersihan danpenyehatan lingkungan sekolah akanjauh dari peminat. Karena kegiatan ini

tak sekedar membutuhkan hobi tapi jugaminat, kesadaran, dan keikhlasan yangtinggi. Dan bisa dipastikan tidak semuasekolah mempunyai ekskul bidang ini.

Tapi bagi SMK (Sekolah MenengahKejuruan) Negeri 1 Surabaya, ekskul ten-tang kebersihan dan kesehatan mendapattempat di sekolah yang terletak di daerahWonokromo, Kota Surabaya.

Kegiatan ini tidak hanya diminatisiswa namun juga menjadi perhatianpihak sekolah. "Kami memilih kader-kader lingkungan di sekolah ini denganseleksi yang cukup ketat yang dibantusepenuhnya oleh OSIS," ujar WakilKepala Sekolah Bidang Kesiswaan Drs.Suharto kepada Percik di ruang ker-janya beberapa waktu lalu.

Saat ini, SMK dengan total siswa2.405 ini telah memiliki kader lingkung-an sejumlah 120 siswa untuk memotivasidan memberi contoh siswa-siswa lain."Penjaringan minat terhadap kegiatan inidilakukan saat Masa Orientasi Siswa(MOS) baru pada awal tahun pelajaran,"ungkap Suharto. Setelah terjaring, calon-calon kader itu mendapat bimbingan dariguru-guru pembimbing yang sudah men-dapat pelatihan lingkungan.

Uniknya, jenis kegiatan ini tidakdinamakan ekstrakulikuler namun pokja(kelompok kerja) berdasarkan suratkeputusan kepala sekolah. Terbagi men-jadi tiga, yaitu pokja penghijauan, pokjakebersihan, dan pokja kesehatan.Masing-masing mempunyai tugas yangsaling berkaitan. Setiap pokja terdiri daripengurus berjumlah delapan.

KendalaSMK dengan delapan jurusan yaitu,

sekretaris, akuntasi, penjualan, multime-dia, televisi, animasi, perangkat lunak,dan telekomunikasi (yang merupakangabungan antara SMEA dan STM) ini,menerapkan kebiasaan bekerja baktipada setiap hari Jumat selama satu jampelajaran.

Diakui Suharto, pada awalnya sangatsulit mencari kader masuk ke pokja-pokjauntuk membuat sekolah seluas dua hek-tar ini hijau dan bersih. "Saat di SMP,siswa tidak dikenalkan dengan kegiatan

PROGRAM

44 PercikAgustus 2007

SMK Negeri 1 Surabaya

Menuju SekolahBerbasis

Lingkungan

Sudut sekolah yang dimanfaatkan untuk model pengolahan sampah Segitiga Angin.Foto: Bowo Leksono

Page 47: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

semacam ini karena itu kurang peminat-nya," ujarnya.

Tidak hanya itu, sekolah yang selalulangganan banjir karena letaknya yanglebih rendah dari daerah lain ini menjadikendala tersendiri. "Biasanya setiap adalomba kebersihan, kami pasti terbenturkendala penanganan banjir. Apalagi se-ring penilaiannya saat banjir tiba, pada-

hal untuk mempersiapkan sebuah lombamembutuhkan dana ratusan juta," tuturSuharto.

Prestasi sekolahSMK Negeri 1 Surabaya adalah seko-

lah yang berlangganan mendapat peng-hargaan sekolah bersih dari berbagailomba kebersihan di tingkat Provinsi

Jawa Timur, seperti Lomba UKS (UnitKesehatan Sekolah) dan Toyota EcoYouth. Dan biasanya untuk maju ketingkat nasional, sekolah ini gagal karenadaerah langganan banjir.

Untuk kegiatan pokja-pokja ini, danadialokasikan secara khusus dari sekolahdan iuran siswa setiap awal tahun pela-jaran. "Setiap siswa baru ditarik uang Rp3 ribu saat MOS, setiap kelompok siswadiwajibkan membawa tanaman obat-obatkeluarga (toga), bunga, buah, dan tanam-an peneduh," ungkap Suharto.

Devi Permatasari, salah satu kaderlingkungan SMK N 1 Surabaya yang jugamenjabat sebagai wakil ketua pokjakebersihan mengatakan sangat senangmasuk kegiatan ini. "Saya jadi bisa bela-jar hidup berdisiplin di sekolah dan jugamendapat pengalaman dengan belajarmembuat kompos," katanya.

Dengan bimbingan guru, siswa-siswajuga diajarkan mengelola kompos baikdengan teknologi yaitu metode “segitigaangin” maupun manual untuk dipergu-nakan di lingkungan sekolah danlingkungan sekitar sekolah. Sekolah inisudah sejak tahun 2001 menerapkan pro-gram sekolah berbasis lingkungan seba-gai salah satu syarat 'sekolah rintisaninternasional'. Bowo Leksono

PROGRAM

45PercikAgustus 2007

Ekskul kebersihan dan penyehatan lingkungan menjadi pilihan favorit di sekolah ini.Foto: Bowo Leksono

Tugu peringatan bebas asap rokok yang berada di pintu gerbang sekolah.Foto: Bowo Leksono

Page 48: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Alternating upflow anaerobicdouble filtration (AUAF) padadasarnya merupakan hibrid atau

turunan dari unit pengolahan upflowanaerobik filter (UAF). Filter padadasarnya terbuat dari bahan keramikberbentuk cincin dengan diameter luartidak lebih dari 0,8 cm dan diameterdalam tidak lebih dari 0,6 cm. Denganterbuat dari keramik maka mikroorganis-me yang menempel (attached), dalam halini kelompok bakteria, akan lebih cepattumbuh dan dapat memperpendek waktustart-up dari instalasi (reaktor).

Bentuk seperti cincin dengan panjangtidak lebih dari 0,8 cm juga memberikantempat yang lebih luas untuk tumbuhnyabakteri. Rongga semacam itu juga mem-berikan bakteri dari kelompok suspendedjuga dapat tumbuh. Dengan demikian,UAF semacam ini merupakan gabungandari sistem suspended dan attachedgrowth.

Dengan menempatkan filter di bagianatas saja, dalam hal ini hanya sebagianreaktor yang dipenuhi filter keramik,maka bagian bawah filter ditumbuhi bak-teri suspended sebagaimana hal yang ter-jadi pada upflow anaerobik sludge blan-ket (UASB) yang bisa jadi sistem ini jauhlebih dikenal di Indonesia.

UAF yang filternya hanya separuh initernyata akhirnya merupakan gabunganantara UAF dan UASB yang pada dasar-nya penggabungan sistem attached dansuspended growth secara keseluruhan.Tentu saja sistem ini menjadi unggulkarena dapat menggabungkan ke dua sis-tem pengolahan anaerobik yang ada.

Karena merupakan double-filtration,maka tersedia 2 (dua) unit reaktor,dimana efluen dari reaktor yang satumasuk ke reaktor yang lain. Pemisahan

semacam ini memberikan kondisi yanglebih dominan kepada proses hidrolisis direaktor pertama dan proses methanoge-nis di reaktor ke dua. Dengan demikian,kinerja dari UAF benar-benar lebih dapatditingkatkan lagi.

Penukaran aliran dimana reaktor per-tama ditukar menjadi reaktor kedua padasaat kinerja reaktor tercatat menurunkarena adanya berbagai hal (khususnyabuntu), ternyata memang dapat mening-katkan kinerja reaktor kembali ke kondisisemula secara cepat.

Keadaan ini membuktikan bahwapenukaran proses dari hidrolisis ke me-thanogenesis dan sebaliknya dapat ber-langsung dengan sangat mudah, mes-kipun kondisi ini terjadi pada reaktoranaerobik yang konon dipercayai punyakinetika yang jauh lebih rendah dari reak-tor aerobik.

Karena AUAF menggunakan air lim-bah domestik dengan waktu tinggal seki-tar 5 (lima) jam, keadaan ini membuk-tikan bahwa sistem anaerobik jugamampu mengolah limbah organik de-ngan kadar COD rendah (± 300 mg/l)dalam waktu yang relatif singkat.

Biogas yang dihasilkan ternyata jugamempunyai kadar CO2 yang tidak lebihdari 20 persen selama hampir 300 harireaktor ini dijalankan dengan berbagaibeban kejut (shock loading) yangdilakukan.

Disarikan dari disertasiEddy Setiadi Soedjono di Birmingham

University Inggris. Eddy Setiadi Soedjonoadalah dosen Senior Teknik Lingkungan ITS

Surabaya dan Sekretaris Unit PengkajianPengembangan Potensi Daerah

(UP3D) - Lembaga Penelitian danPengabdian kepada Masyarakat

(LPPM) ITS

ABSTRAKSI

Studi Alternating Upflow AnaerobicDouble Filtration (AUAF)

dalam Mengolah Limbah Domestik

46 PercikAgustus 2007

Masih banyak rumah warga yang membuang limbahnya ke sungai.Foto: Bowo Leksono

Page 49: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Air LimbahTanya :

Saat saya membeli rumah saya, ternyata tidak terdapat tang-ki septik untuk mengolah air limbah domestik (semua buangandomestik langsung masuk ke saluran pembuangan di luar ataugot). Lahan yang tersedia di rumah saya sangat terbatas dansepertinya memang tidak memungkinkan untuk membanguntangki septik. Namun saya berencana membuat bak penampungkaporit (Ca(ClO)2) untuk membubuhkannya sebelum air lim-bah tersebut masuk ke got. Apakah cara ini cukup efisien danefektif ?

Eng Tat,Medan

Jawab :Teknik pembubuhan desinfektan sebenarnya dilakukan

untuk proses oksidasi, khususnya senyawa organik dan mikro-organisme patogen yang terkandung dalam air limbah. Hanyasaja, pengolahan dengan cara ini (proses kimiawi) relatif lebihmahal ketimbang pengolahan limbah secara umum yang meng-gunakan proses biologi. Proses biologi yang terdapat pada peng-olahan air limbah, bertujuan untuk mengurangi kandungansenyawa organik secara signifikan, sehingga di akhir proses,penyempurnaan proses dapat dilakukan dengan pembubuhandesinfektan dalam dosis yang lebih rendah. Dengan kata lain,proses desinfeksi merupakan proses tambahan (hanya sebagaipolishing process) untuk menyempurnakan proses sebelumnya,yang memberikan biaya pengoperasian total secara lebih hemat.Dengan penggunaan proses kimiawi saja (seperti yang akananda lakukan), maka dosis desinfektan yang dibutuhkan menja-di sangat banyak, untuk menghasilkan kualitas air limbah tero-lah yang sama dengan kualitas pengolahan yang didahului de-ngan proses biologi, serta biaya yang dibutuhkan menjadi sa-ngat tinggi. Selain itu, terdapat peluang pembentukan senyawakarsinogenik (senyawa pencetus penyakit kanker) yang berle-bihan, yang dikenal sebagai senyawa Tri Halo Methane (THM)akibat reaksi senyawa organik kadar tinggi dengan kaporit. Halini cukup membahayakan, mengingat senyawa ini akan masukke got, mengalir ke sungai, yang akhirnya menjadi sumber airminum untuk air baku PDAM.

Untuk mengatasi permasalahan di rumah Anda, pengguna-an tangki septik tetap dibutuhkan. Namun anda dapat menyi-asatinya untuk membuat tangki septik bersama (komunal) de-ngan beberapa rumah di sekeliling Anda, yang belum memilikitangki septik. Pengelolaannya juga menjadi tanggung jawabbersama seluruh pemanfaat tangki septik tersebut.

PersampahanTanya :

Saya saat ini sedang mengembangkan pengomposan skalarumah tangga di rumah saya, dengan menggunakan sampahsisa makanan. Karena jarak yang cukup jauh dan keterbatasanbiaya untuk memeriksakan kompos yang saya produksi ke labo-ratorium, maka sangat sulit bagi saya untuk mengetahuikematangan kompos yang ada. Apakah ada cara visual yangrelatif mudah untuk mengetahui kompos yang sudah matang ?

Simandjuntak,Pematang Siantar

Untuk mengetahui kematangan kompos secara visual, dapatdilakukan beberapa cara (meskipun kurang akurat), tanpa mela-kukan pemeriksaan laboratorium. Umumnya kompos yang su-dah matang ditandai dengan suhu yang sudah mendekati suhulingkungan (setelah mengalami kenaikan suhu sebelumnya), ti-dak ada lagi bau (karena senyawa organik sudah teroksidasimenjadi senyawa anorganik), tidak ada lagi pertumbuhan larvaatau mengundang serangga seperti lalat dan lipas (karena se-nyawa organik yang menjadi makanan serangga sudah teroksi-dasi menjadi senyawa anorganik), serta munculnya bercak putihkeabu-abuan pada kompos (merupakan pertumbuhan jamurActinomycetes sp., yang mengkonsumsi senyawa berikatan de-ngan NO3- hasil degradasi senyawa berikatan dengan NH4+).

Cara yang akurat tentu saja dengan pemeriksaan di laborato-rium, yang mencakup pemeriksaan penurunan kadar ChemicalOxygen Demand (COD), penurunan kadar Volatile SuspendedSolid (VSS), penurunan kadar C / N, penurunan senyawa ber-ikatan NH4+, serta peningkatan senyawa berikatan NO3.

KLINIK IATPI

Majalah Percik bekerja sama dengan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia, membuka rubrik Klinik.Rubrik ini berisi tanya jawab tentang air minum dan penyehatan lingkungan.

Pertanyaan dapat disampaikan melalui redaksi Majalah Percik

Kontributor: Sandhi Eko Bramono ([email protected]), Lina Damayanti ([email protected])

Foto: Bowo Leksono

47PercikAgustus 2007

Page 50: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

M asalah lingkungan hidupadalah masalah bersama.

Hanya dengan menjadikan inikepedulian dan upaya bersama,sumberdaya alam, manusia masihdapat berharap bahwa alam dansumberdayanya bisa terselamatkan.Di sinilah sekolah diharapkan dapatmenjalankan peran kunci, untukmembangkitkan kepedulian ling-kungan pada generasi muda sebagaicalon pengambil keputusan di masamendatang.

Untuk mendukung upaya-upayasekolah di Indonesia menuju "Se-kolah Hijau" (Green School) danmendorong perilaku ramah lingkungandalam kehidupan sehari-hari yang dimu-lai dari sekolah, maka digulirkan pro-gram Go Green School. Program ini ditu-jukan bagi sekolah di perkotaan dengan

pertimbangan bahwa pertumbuhan ma-syarakat perkotaan sangat pesat.

Sekolah Hijau yaitu sekolah yangmemiliki komitmen dan secara sistematismengembangkan program-program un-

tuk menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan ke dalam seluruhaktifitas sekolah. Konsep sekolahhijau yang dikembangkan olehProgram GGS dapat dilihat dalambuku ini.

Buku dengan tebal 16 halamanini berisi penjelasan mengenaiSekolah Hijau, kerangka programSekolah Hijau (indikator dan taha-pannya) serta satu buah contohprogram Sekolah Hijau sertakegiatannya.

Diharapkan dengan buku ini,sekolah yang menerapkan pro-gram GGS menjadi sekolah yang

berwawasan lingkungan dan warganyamemiliki kesadaran lingkungan sertamewujudkannya melalui perilaku yangramah lingkungan untuk meningkatkanmutu hidup. BW

Buku bertajuk "Per-jalanan si Hijau" iniberupa paket modul

untuk siswa Sekolah Dasar,berisi gambaran kegiatandan informasi yang terkaitpersoalan sampah. Modulyang diperuntukkan bagisiswa kelas 5 dan 6 SekolahDasar ini dikemas dengancerita yang sangat menarikdan disertai ilustrasi/gam-bar-gambar dengan warnayang penuh.

Buku yang bermateri sampah inimenjadi panduan siswa untuk mata pela-jaran muatan lokal (mulok) SekolahDasar di Kabupaten Administrasi Kepu-lauan Seribu, DKI Jakarta.

Karena itu, cerita dan gambar yangada berlatar laut dan pantai.

Namun, tidak berarti buku ini hanyauntuk petunjuk bagi siswa-siswa Sekolah

Dasar yang berada di pinggir pantai saja.Pembahasan materi sampah dalam bukumodul ini dikemas universal yang mudahdipahami oleh anak-anak.

Terdiri dari tujuh bab dan beberapatambahan tentang ulasan seluk-beluksampah. Dibuka dengan salam perke-nalan dan memasuki bab I mengajakanak-anak mengarungi sungai dan laut-

an. Pada bab II, tibalahanak-anak di Pulau Kelapauntuk kemudian bermainpenyelamat pulau di bab III.Anak-anak bertemu denganPak Jain di bab IV dan mere-ka belajar mengelola sam-pah sampai akhirnya mere-ka berhasil membuat kom-pos yang menyuburkantanah di bab V dan membu-at kerajinan tangan darisampah di bab VI. Semua itukemudian bisa dinikmati

dengan cara dipamerkan di bab VII.Buku berupa modul ini tak akan

berguna sama sekali bila tidak diajarkanterlebih dipraktekan pada siswa. Me-nariknya, di Kabupaten AdministrasiKepulauan Seribu, materi sampah inimenjadi mata pelajaran muatan lokal.Patut diikuti Sekolah Dasar lain di selu-ruh Indonesia. BW

INFO BUKU

48 PercikAgustus 2007

JudulGO GREEN SCHOOL:

MENUJU SEKOLAH HIJAUPenulis:

Tim Perumus KonsepGo Green School (GGS)

Penerbit:Jakarta, KEHATI, 2006

Tebal:16 halaman

(cetakan kedua, revisi)

Menuju Sekolah Berwawasan Lingkungan

Belajar Sampah Sejak DiniJudul

PERJALANAN SI HIJAUPenulis:

Tim Modul"Perjalanan si Hijau"

Penerbit:Jakarta, Yayasan KEHATI

Tebal:36 halaman

Page 51: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Klub Tunas Hijauhttp://www.tunashijau.org/

S itus ini berisi bermacam informasiseputar kegiatan di dunia lingkungan

hidup yang melibatkan anak-anak.Melalui berbagai menu seperti programkegiatan, galeri foto, poster, komik, lagu,jaringan sekolah hijau, dan informasilainnya. Situs ini dikelola oleh KlubTunas Hijau (KTH), sebuah organisasilingkungan hidup non-profit, yang besardari the young people yang berbasis diSurabaya. KTH berawal dari pengiriman5 orang Pramuka dari Jawa Timur keAustralia Maret 1999. Sejak itu, KTHterus konsisten dalam melakukan upaya-upaya nyata untuk membantu lingkung-an hidup menjadi lebih baik. KTH selalumelibatkan lembaga swasta dalam melak-sanakan program-programnya. Denganprinsip hubungan simbiosis mutualismekerjasama terus dikembangkan. KTHrutin melakukan kegiatan ke sekolah-sekolah dan daerah-daerah lain di luarKota Surabaya.

PPLH Balihttp://www.pplhbali.or.id

Selamat datang di pusat pendidikanlingkungan hidup. Demikian tampil-

an awal situs milik Pusat PendidikanLingkungan Hidup Bali yang lebih dike-nal dengan nama PPLH Bali. Ini sebuahlembaga non-pemerintah yang nirlabadan bergerak dibidang pendidikanlingkungan dan pendampingan masya-

rakat.Sasaran program-program yang

dijalankan PPLH Bali adalah masyarakatluas mulai anak-anak hingga yang de-wasa. PPLH Bali bekerja dengan semualapisan masyarakat seperti pelajar, guru,lembaga pemerintah maupun non-pe-merintah dan juga individu-individuyang mempunyai kepedulian terhadaplingkungan dan pemberdayaan masya-rakat.

Berbagai info program, kegiatan, infolingkungan, dan yang paling menarik infoperpustakaan seputar lingkungan bisadiperoleh di situs ini.

Berdiri sejak 14 Juni 1997, PPLH Balimenjalin hubungan kerja sama denganlembaga pemerintah maupun non-pemerintah, dengan masyarakat lokaldan internasional. Yang menjadi inti dariprogram yang dijalankan PPLH Bali iniadalah pendidikan lingkungan dan pen-dampingan masyarakat.

Yayasan KEHATIhttp://www.kehati.or.id/GGS

I nformasi sekitar "sekolah hijau" ataugreen school terdapat pada situs ini.

Situs lingkungan ini milik YayasanKEHATI (Keanekaragaman Hayati),sebuah lembaga penyandang dana yangbersifat nirlaba, mandiri dan peduli ter-hadap kelestarian keanekaragaman ha-yati Indonesia dan manfaatnya yangberkelanjutan, adil dan merata.

Yaysan KEHATI, The Centre for TheBetterment of Education (CBE), danCoca-Cola Foundation Indonesia (CCFI)menggulirkan program Go Green School(GGS) untuk memotivasi sekolah, khu-susnya sekolah menengah tingkat atasmenjadi "sekolah hijau".

PerkumpulanSekolah Hijau

http://www.greenschools.net

S itus ini milik Perkumpulan SekolahHijau yang berdiri pada 2004 oleh

para orang tua yang merasa prihatinbagaimana lingkungan hidup bagi anak-anak mereka kelak. Kemudian bersama-sama mengusulkan pada tiap sekolahuntuk menciptakan sekolah sehat diAmerika Serikat. Informasi berupa beritadan artikel seputar sekolah hijau terdapatdi sini. BW

INFO S ITUS

49PercikAgustus 2007

Page 52: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

"Kalau musim kemaraupanjang mencari airsusah, berjalan berkilo-

kilo," ucap seorang ibu warga DesaSumberharjo, Kabupaten Wonogiri,Provinsi Jawa Tengah di saat musimkemarau melanda.

Di desa itu dan beberapa desatetangga lainnya, telaga atau danauyang lokasinya cukup jauh, menjadiandalan kebutuhan air. Padahal, air ditelaga itu secara kualitas kurangmemenuhi syarat bersih. Bayangkan,semua aktifitas manusia dilakukan ditelaga itu, bahkan untuk memandikanhewan piaraan.

Gambaran nyata ini terangkumpada sebuah video dokumenter yangmemaparkan krisis air bersih diKabupaten Wonogiri. Video yang dipro-duksi Direktorat Jenderal PembangunanDaerah Depdagri ini bahkan meng-

ungkap betapa tragisnya warga yangkekurangan air bersih. Warga rela ber-jalan jauh di malam hari, mencari sumbermata air ke gua.

Krisis air adalah tragedi yang men-

dorong manusia untuk lebihmendekati pencipta-Nya. Ketika karu-nia air hujan diturunkan sebagaipelipur lara setelah kesedihan yangberkepanjangan.

Air hujan turun. Penduduk pun takmenyia-nyiakan, memanfaatkan tiaptetes yang turun untuk keperluanhidup. Hujan telah membawa kehidup-an kembali. Namun, jaminan keterse-diaan air tak bisa hanya mengandalkanhujan. Warga harus bersegera mencarisumber air baru untuk keberlanjutankehidupan.

Video dokumenter ini hasil kerjaproyek penyediaan Air Bersih danPenyehatan Lingkungan bagi Masya-

rakat Penghasilan Rendah (ABPL-MPR).Proyek dengan dana dari Bank Dunia,Pemerintah dan partisipasi masyarakatini, telah membantu ketersediaan airbersih. BW

Beberapa tahun terakhir, musimkemarau membawa banyakbencana. Kekeringan terjadi

dimana-mana, khususnya di PulauJawa. Ribuan hektar area sawah takteraliri air. Ribuan warga tak memper-oleh akses air bersih. Sumur dan sum-ber air lainnya mengering.

Sungai, danau atau situ, menjaditempat alternatif warga dalam menda-patkan air bersih. Bahkan sebagianwarga diantaranya memang mengan-dalkan tempat-tempat ini sebagai sum-ber air yang utama bagi kehidupanmereka.

Celakanya, debit air sungai dandanau itu pun turut menyusut dan selama beberapa bulanberselang tak bisa dihindari dari kekeringan sama sekali. Untukkelangsungan hidup, warga tak putus asa mencari sumber-sum-ber air meski berkilo-kilo meter jauhnya. Warga lain mencarijalan dengan membeli air dari mobil-mobil tangki atau sekedarmenunggu bantuan air bersih dari Pemerintah.

Banyak ahli mengaitkan, perubah-an iklim ini sebagai gejala pemanasanglobal. Musim kemarau panjang,seperti halnya kemarau tahun-tahunlalu, berlangsung lebih lama. DiIndonesia, seperti sebuah kelaziman,musim kemarau maupun penghujansama-sama membawa bencana. Takluput dari kelalaian manusia terhadapkelangsungan alam dan lingkungan,yang pada akhirnya air menjadi pra-hara bagi kehidupan manusia.

Fenomena inilah yang ditangkapCinema Lovers Communtiy dalamsebuah film dokumenter pendek. Filmdengan latar kelangkaan air bersih ini

bercerita dari sudut manusia yang mengalami bencana keke-ringan melalui testimony.

Lokasi kekeringan adalah di Purbalingga, Provinsi JawaTengah dan di Gunung Kidul, Provinsi DIY. Film berdurasi 10menit ini rencananya hendak diikutkan diberbagai ajang festivalfilm independen bertema lingkungan hidup. BW

INFO CD

50 PercikAgustus 2007

Prahara Air

Air Kehidupan

Page 53: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

L A P O R A NFINAL REPORT STUDY ON GOVERN-MENT'S KNOWLEDGE,ATTITUDES AND MOTIVATIONS ONPRO-POOR SANITATION

Penerbit: Indonesia SanitationSector Development (ISSDP),The World Bank, Jakarta,Februari 2006

STUDY ON SANITATION INLOW INCOME URBAN COMMU-NITIES IN BLITAR CITY: FASTTRACK ACTIVITIESPenerbit: ISSDP-WSP (Waterand Sanitation Program),Jakarta, Februari 2006

LAPORAN PENILAIAN RISIKO KESEHATAN LINGKUNGANKOTA BANJARMASIN, 5 APRIL 2007Penerbit: ISSDP-WSP (Water and Sanitation Program),Jakarta, April 2006

LAPORAN DAERAH KEMA-JUAN PELAKSANAANPROGRAM KEGIATAN TENGAHTAHUNAN 2007Penerbit: Ditjen BinaPembangunan Daerah,Depdagri,Jakarta, 2007

LAPORAN PERTE-MUAN PERENCANAANAIR MINUM DANP E N Y E H A T A NLINGKUNGANPenerbit: Dirjen BinaPembangunan Daerah,Depdagri,Jakarta, 2007

P E R A T U R A NPERMENDAGRI NOMOR 7 TAHUN 1998TENTANG KEPENGURUSAN PDAM

HIMPUNAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG:PERDA NOMOR 11, 12, 13 TAHUN 2002 (INDONESIA/ENGLISH)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PENJE-LASANNYA

B U K UAIR SEHAT UNTUK KEHIDUPAN(SERI GAYA HIDUP SEHAT)Penerbit: Tabloid Gaya Hidup Sehat,Jakarta, 2007

THE ULTIMATE WATERRESOURCE GUIDEPenerbit: Benson MediaGroup, Singapura, 2007

SANITATION ANDHYGIENE PROMO-TION - PROGRAM-MING GUIDANCEPenerbit: WaterSupply and SanitationCollaborative Council(WSSCC) andWorld HealthO r g a n i z a t i o n(WHO), Swiss, 2005

BUMIKU BERSELIMUTKABUT (SERI PEDULILINGKUNGAN)Penerbit: Proyek BEJIS(BAPEDAL East JavaInstitutionalStrengthening Project)Aus-AID, Surabaya,Juni 2005

M A J A L A HAIR BELANDA INDONESIAEdisi Khusus, Juni 2007

WATER & WASTEWATER ASIAEdisi Mei/Juni 2007

AIR MINUMEdisi 142, Juli 2007

PERCIKEdisi 18, April 2007,English Version

PERCIK YUNIOREdisi 03,Agustus 2007

PUSTAKA AMPL

51PercikAgustus 2007

Page 54: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

NO W A K T U K E G I A T A N1 04-05 Juli 2007 Lokakarya Finalisasi Renstra Kebijakan AMPL-BM di Timor Tengah Selatan, NTT, diselenggarakan oleh WASPOLA2 05 Juli 2007 Water Dialog: "Pembahasan Buku Putih Sanitasi" di Sekretariat Pokja AMPL, diselenggarakan oleh ISSDP3 09 Juli 2007 Open Partnership Meeting Program Cuci Tangan Pakai Sabun di Departemen Kesehatan, Jakarta diselenggarakan

oleh Departemen Kesehatan4 10-13 Jul 07 Lokakarya Penyusunan Kebijakan AMPL-BM di Konawe Selatan, Sulawesi Utara, diselenggarakan oleh WASPOLA5 12 Juli 2007 Pertemuan Jaringan Komunikasi AMPL di Jakarta, diselenggarakan oleh Pokja AMPL, WASPOLA, Plan Indonesia dan

IHE Indonesia.6 16 Juli 2007 Pembahasan Hasil Studi Small Scale Water Provider (SSWP) di Bappenas, Jakarta, diselenggarakan oleh WASPOLA7 23-27 Juli 2007 Lokakarya Fasilitasi Dasar diselenggarakan di Yogyakarta oleh Ditjen PMD Depdagri8 23-24 Juli 2007 Lokakarya Penyusunan Kebijakan AMPL-BM di Kab. Bangka, Bangka Belitung, diselenggarakan oleh WASPOLA9 25-26 Juli 2007 Lokakarya Penyusunan Kebijakan AMPL-BM diselenggarakan di Kab. Jeneponto, Sulawesi Selatan dan Bone Bolango,

Gorontalo oleh WASPOLA10 25-26 Juli 2007 Lokakarya Penguatan Strategi Komunikasi Kebijakan AMPL-BM diselenggarakan di Propinsi Bangka Belitung

oleh WASPOLA11 30 Juli -1 Agustus 2007 Pertemuan Koordinasi Nasional Pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL Wilayah Timur, diselenggarakan di Makassar

oleh Ditjen Bina Bangda Departemen Dalam Negeri 12 31 Juli 2007 Talkshow: Optimasi Peran Berbagai Pihak untuk Percepatan Pembangunan Sanitasi diselenggarakan di program

Public Corner, Metro TV oleh ISSDP13 05 Agustus 2007 Festival Cinta Air di Taman Menteng, Jakarta Pusat diselenggarakan oleh Coca Cola Foundation Indonesia dan

USAID14 06 Agustus 2007 Ramah Tamah dengan Media: Sosialisasi Rencana KSN 2007 diselenggarakan di Jakarta oleh ISSDP15 7- 8 Agustus 2007 Pertemuan Koordinasi Nasional Pelaksanaan Kebijakan Nasional AMPL-BM dengan Tim Pokja AMPL Propinsi

Sumatera Barat, Bangka Belitung, Banten dan Jawa Tengah di Bandung, diselenggarakan oleh Ditjen. Bina Bangda Departemen Dalam Negeri.

16 07 Agustus 2007 Rapat Pokja AMPL Propinsi Banten di Bappeda Propinsi Banten diselenggarakan oleh Pokja AMPL Propinsi Banten 17 8 - 10 Agustus 2007 Lokakarya Program Penyehatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Kerjasama RI-UNICEF

di Jakarta, diselenggarakan oleh Pokja AMPL-UNICEF18 13 - 15 Agustus 2007 Lokakarya Sosialisasi Kebijakan Nasional AMPL-BM di Sumba Timur diselenggarakan oleh WASPOLA19 13 - 15 Agustus 2007 Lokakarya Finalisasi Renstra Kebijakan AMPL-BM diselenggarakan di Gowa, Sulawesi Selatan oleh WASPOLA20 15 Agustus 2007 National Asset Management Program Assessment (NAMPA) Inception Seminar, diselenggarakan oleh GHD di Jakarta21 20 -25 Agustus 2007 Lokakarya Dasar Fasilitasi diselenggarakan di Makassar oleh Ditjen PMD, Departemen Dalam Negeri.22 23 Agustus 2007 Lokakarya Finalisasi Renstra Kebijakan AMPL-BM diselenggarakan di Tanah Datar, Sumatera Barat oleh WASPOLA23 21 Agustus 2007 Rapat Jejaring Komunikasi AMPL ke-3, diselenggarakan di Bappenas oleh Pokja AMPL,WASPOLA dan

Europromocap IWAT24 21 Agustus 2007 Konferensi Pers dengan Topik "Potret Keberhasilan Pengelolaan Sanitasi Perkotaan" diselenggarakan di Petojo,

Jakarta Pusat oleh ISSDP25 22-24 Agustus 2007 Lokakarya Penyusunan Renstra AMPL-BM diselenggarakan di Sumba Timur, NTT oleh WASPOLA26 22 - 24 Agustus 2007 Lokakarya Penyusunan Renstra AMPL-BM diselenggarakan di Jeneponto, Sulawesi Selatan oleh WASPOLA27 23-24 Agustus 2007 Lokakarya Penyusunan Renstra Kebijakan AMPL-BM diselenggarakan di Kabupaten Bangka, Bangka Belitung

oleh WASPOLA28 27 Agustus 2007 Konferensi Pers; Pemerintah Menyerukan Peningkatan Perilaku Sehat diselenggarakan di Jakarta oleh ISSDP29 27-28 Agustus 2007 Meeting Persiapan Implementasi Strategi Komunikasi Pokja AMPL Kabupaten dan Kunjungan Forum Komunikasi

Kecamatan diselenggarakan di Kebumen, Jawa Tengah oleh WASPOLA30 28 - 31 Agustus 2007 Rakornas Kemajuan Pencapaian Operasionalisasi Kebijakan Daerah Dampingan 2004-2005 diselenggarakan di

Denpasar, Bali oleh WASPOLA31 29 Agustus 2007 Talkshow: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Serta Teknologi Sanitasi yang Terjangkau diselenggarakan

di Program Saatnya Bekerja, TVRI oleh ISSDP32 29-31 Agustus 2007 Lokakarya Dasar Fasilitasi diselenggarakan di Mataram, NTB oleh Ditjen PMD Departemen Dalam Negeri

AGENDA

52 PercikAgustus 2007

Page 55: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau

Pressure relief valveDisebut juga dengan safety valve - Katup pelepas tekanan yang bekerja otomatis jika terjadi peningkatan tekanan yangberlebihan dalam suatu jaringan pipa.

Pressure sewersDisebut juga Pressurized (sewer) system - Sistem jaringan air limbah yang dilengkapi pompa untuk mengalirkan air limbahtersebut dari daerah pelayanannya ke lokasi pengolahan, baik untuk sebagian daerah pelayanannya (sebagian lagi gravitasi)atau keseluruhannya.

Pretreatment - PPengolahan pendahuluanProses penyingkiran/penyaringan/pemisahan benda-benda yang terapung serta benda yang mengendap dari air yang diolah.

Primary channel - SSaluran primerBagian dari jaringan sistem saluran drainase utama yang alirannya menuju pembuangan akhir (badan air penerima).

Primary sedimentation tanksTanki sedimentasi pertama - Tanki tempat proses pengendapan yang pertama (utama) dilakukan dari beberapa tanki se-dimentasi yang ada dalam suatu rangkaian proses pengolahan.

Primary mainsDisebut juga Arterial mains/Primary distribution main - Pipa distribusi air bersih yang mengantarkan air dari sumber/ ins-talasi/reservoir distribusi ke jaringan distribusi (sekunder, tertier) di semua daerah / distrik pelayanan.

Primary treatmentTahap pengolahan yang membuat perubahan terbesar/ dominan terhadap bahan yang diolah.

Primary (water / waste water) treatmentPengolahan air bersih/limbah pertama - Proses pengolahan air bersih/limbah yang bertujuan untuk menghilangkan zat padat(pencemar) yang tercampur melalui proses pengendapan atau pengapungan.

Privy - KKakusSarana sanitasi individual atau komunal sangat sederhana yang berfungsi sebagai tempat buang air besar.

Probability - PProbabilitasDisebut juga Probabilita/Peluang/Kemungkinan/Terkaan.

Process oxidatorUnit pengolahan paket yang menggabung proses Pre-aerasi dengan Sedimentasi.

PromethiumUnsur Prometium (Pm) yaitu unsur kimia dengan nomor atom 61 serta massa atom 144,9128

Propeller - Baling balingKomponen berputar yang menimbulkan turbulensi terhadap zat (air, gas) yang mendekatinya

Proper pipe materialSalah satu tindakan preventif untuk mengatasi bahaya korosi pada pipa, yakni dengan memilih jenis pipa yang sesuai/ mampumengatasi kondisi tanah setempat.

Dikutip dari Kamus Istilah dan Singkatan Asing Teknik Penyehatan dan LingkunganPenerbit: Universitas Trisakti

GLOSSARY

Page 56: Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan PERCIK Edisi Agustus 2007. Tema Sekolah Hijau